Masalah.
1. Permasalahan Pokok.
Masalah pokok Negara berkembang Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan
distribusi pendapatan atau tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang hidup dibawah
garis kemiskinan
Kesejahteraan:
Pendapatan perkapita
Distribusi pendapatan
Meningkat dan
merata
Pemerintah
berhasil
Menurun
Meningkat dan
tidak merata
Tidak berubah dan
tidak merata
Pemerintah
Gagal
Strategi
Periode
Pertumbuhan
Ketimpangan
Kemiskinan
maka,
= +
Elatisitas ketimpangan terhadap pertumbuhan dan elastisitas kemiskinan terhadap
ketimpangan diperoleh dengan persamaan:
Log Pkt = w + Log Wkt + Log Gkt + wk + vkt
Dimana:
Pkt : Kemiskinan diwilayah k pada periode t
Gkt : Indeks gini untuk wilayah k pada periode t
Wkt : Rata-rata konsumsi/pendapatan riil (rasio kesejahteraan)
diwilayah k pada periode t
Wk : efek-efek yang tetap
vkt :term kesalahan
Studi empiris di LDCs menunjukkan ada korelasi yang kuat antara pertumbuhan
ekonomi dengan kemiskinan. Studi lain menunjukkan bahwa kemiskinan berkorelasi
dengan pertumbuhan output (PDB) atau Pendapatan nasional baik secara agregat
maupun disektor-sektor ekonomi secara individu.
a) Ravallion dan Datt (1996) dengan data dari India menemukan bahwa
pertumbuhan output disektor-sektor primer khususnya pertanian jauh lebih
efektif terhadap penurunan kemiskinan dibandingkan dengan sector sekunder.
b) Kakwani (2001) untuk data dari philipiana menunjukkan hasil yang sama
dengan Ravallion dan Datt. Peningkatan output sektor pertanian 1%
mengurangi jumlah kemiskinan 1% lebih sedikit. Peningkatan output sektor
industri 1% mengurangi jumlah kemiskinan 0,25 saja.
c) Mellor (2000) menjelaskan ada tendensi partumbuhan ekonomi (terutama
pertanian) mengurangi kemiskinan baik secara mangsung maupun tidak
langsung.
d) Hasan dan Quibria (2002) menyatakan ada hubungan antara pertumbuhan
dengan kemiskinan
e) ADB (1997) untuk NICs Asia Tenggara (Taiwan, Korsel, dan Singapura)
menunjukkan pertumbuhan output di sector industri manufaktur berdampak
positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan penurunan kemiskinan
f) Dolar dan Kraay (2000) menunjukkan elastisitas pertumbuhan PDB
(pendapatan) perkapita dari kelompok miskin adalah 1% (pertumbuhan ratarata 1% meningkatkan pendapatan masyarakat miskin 1%).
g) Timmer (1997) menyimpulkan bahwa elastisitas pertumbuhan PDB
(pendapatan) perkapita dari kelompok miskin adalah 8% artinya kurang dari
proporsional keuntungan bagi kelompok miskin dari pertumbuhan ekonomi
Untuk mengukur pengaruh pertumbuhan sektoral terhadap tingkat kemiskinan
digunakan:
Ln P= a + b1 Ln Y1 + b2 Ln Y2 + b3 Ln Y3 + u + R
Dimana:
P : Fraksi dari jumlah populasi dengan pengeluaran konsumsi dibawah pengeluaran
minimum yang telah ditetapkan sebelumnya (garis kemiskinan)
Y : Tingkat output per kapita untuk sector pertanian, inustri pengolahan, dan jasa
u dan R:term kesalahan
Ada korelasi yang negative antara tingkat pendapatan dan kemiskinan (semakin
tinggi tingkat pendapatan perkapita, semakin rendah tingkat kemiskinan). Nilai
koefisien korelasi untuk 4 wilayah.
INC
LnY
Adj. R2
Observasi
Asia Timur
Amerika Latin
Asia Selatan
-0,03
(-0,03)
-1,60
(-9,36)
0,84
70
0,26
(1,79)
-1,13
(-6,11)
0,68
107
0,31
(3,31)
-0,82
(-10,12)
0,83
67
Asia Timur
Amerika Latin
Asia Selatan
0,05
(0,6)
0,40
(0,66)
-1,31
(-4,28)
0,02
(0,08)
0,84
70
0,3
(2,32)
-0,33
(-1,47)
0,28
(1,21)
-1,21
(-4,88)
0,71
107
0,36
(3,95)
-1,17
(-4,29)
-0,03
(-0,2)
-0,22
(-1,3)
0,87
67
Afrika
Sahara
0,17
(1,72)
-0,71
(-4,53)
0,93
48
Sub-
Afrika
Sahara
0,08
(0,78)
-0,32
(-3,05)
-0,03
(-0,31)
-0,16
(-1,55)
0,93
48
Sub-
INC
LnYpertanian
LnYindustri
LnYjasa
Adj. R2
Observasi
GE(
) = (1/(2-)
Gini = (1/2n2Nilai koefisien Gini dari 0 sampai 1. Nilai 0 berarti kemerataan sempurna dan nilai 1
berarti ketidakmerataan sempurna (satu orang/kelompok orang disuatu Negara
menikmati semua pendapatan Negara).
Ide dasar perhitngan koefisien Gini adalah Kurva Lorenz
Kurva Lorenz menggambarkan distribusi komulatif pendapatan nasional
diberbagai lapisan penduduk. Sumbu vertical presentase komulatif pendapatan
nasional & Sumbu horizontal persentase komulatif penduduk.
a. Semakin dekat dg diagonal,
semakin merata pendapatan
80
100
60
Kurva
Lorenz
6
Komulatif % Jumlah Penduduk
50
40
20
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Angka Gini ini dapat ditaksir secara visual langsung dari kurva Lorenz. Semakin kecil
angka ini ditunjukkan kurva lorenz yang mendekati diagonal yang berarti kecil luas
area dan sebaliknya.
n
G = 1 - ( X t+1 Xi ) ( Yi + Y t+1)
1
n
G = 1 - fi (Yi + Y t+1)
1
G = Rasio Gini
fi = Proporsi Jumlah Rumah Tangga dalam kelas t
Xi = Proporsi Jumlah Komulatif Rumah Tangga dalam kelas t
Yi = Proporsi Jumlah Komulatif Pendapatan dalam kelas t
Komulatif %
Pendapatan Nasional
DISTRIBUSI PENDAPATAN
40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati < 12 %
pendapatan nasional
Ketimpangan Sedang
40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 - 17 %
pendapatan nasional
Ketimpangan
Lunak 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati > 17 %
(Distribusi Merata)
pendapatan nasional
Pertengahan tahun 1997 Pendapatan per kapita Indonesia $ US 1,000 dengan 10 %
penduduk saja yang menikmati 90% pendapatan nasional dan 90 % penduduk yang
menikmati 10% pendapatan nasional berarti pemerataan pendapatan pendapatan
masih kurang.
Perbandingan Indonesia dengan Swiss
Kurva
Lorenz
7
Kurva Lorenz
Kurva
Lorenz
Indonesia
Rasio Angka Gini.
Tahun
1965
1970
1976
1978
1980
1981
1984
1986
1987
1990
1993
1994
1995
1996
1997
Kota
0,34
0,33
0,35
0,38
0,36
0,33
0,32
0,32
0,32
0,34
0,33
0,34
0,35
0,35
0,35
Swiss
Desa
0,35
0,34
0,31
0,34
0,31
0,29
0,28
0,27
0,26
0,25
0,26
0,26
0,27
0,27
0,26
Nasional
0,35
0,35
0,34
0,40
0,34
0,33
0,33
0,33
0,32
0,32
0,34
0,34
0,35
0,36
0,37
Tahun 1065 1970 laju rata-rata pertahun PDB 2,7 % dengan angka Gini ratrata per tahun 0,35
1971 1980 laju rata-rata pertahun PDB 6 % dengan angka Gini rat-rata per
tahun 0,4
Tahun 1065 1970 laju rata-rata pertahunPDB 2,7 % dengan angka Gini rat-rata
per tahun 0,35
1981 1990 laju rata-rata pertahun PDB 5,4 % dengan angka Gini rat-rata per
per tahun 0,3
Pa = (1/n)
untuk semua yi
<z
(yi)
a
= % eksponen dari besarnya pendapatan yang tekor dan jika
dijumlahkan dari semua orang miskin dan dibagi dengan jumlah populasi, maka
akan menghasilkan indeks Pa.
c) The severity of poverty/Distributionally Sensitive Index yaitu mengukur tingkat
keparahan kemiskinan dengan indeks keparahan kemiskinan (IKK) atau
mengetahui intensitas kemiskinan.
Peneliti lain memasukkan 2 faktor lain yakni rata-rata besarnya kekurangan
pendapatan orang miskin dan besarnya ketimpangan dalam distribusi pendapatan
9
S = H [I + (1-I)Gini]
I adalah jumlah rata-rata difisit pendapatan dari orang miskin sebagai % dari garis
kemiskinan.
Koefisien Gini mengukur ketimpangan antar orang miskin.
Jika salah satu factor ini naik, maka kemiskinan meningkat.
Perubahan pola distribusi pendapatan dipedesaan disebabkan oleh:
a) Urbanisasi jaman ordebaru sangat pesat
b) Struktur pasar dan besar distorsi yang berbeda antara kota dan desa. Desa
memiliki jumlah sektor, output per sektor, dan pendapatan perkapita lebih kecil
daripada kota.
c) Dampak positif pembangunan nasional yang berbentuk: (a) berbagai kegiatan
ekonomi di desa (perdagangan, industry dan jasa); (b) Produksitivitas dan
pendapatan TK pertanian dan penggunaan teknologi pertanian meningkat; dan (c)
pemanfaatan SDA yang lebih baik di desa.
Perubahan tingkat upah (W) di desa dan kota dalam rupiah per bulan.
Tahun
Kota
Desa
Rasio D/K
1986
Rp 88.073
Rp 59.237
67
1990
115.835
66.395
57
1997
288,498
186.753
65
Bukti empiris hipotesis U terbalik di Indonesia tahun 1960an sampai 1990an.
Tingkat
Ketimpangan
1960an
1970an
1990an
Pertumbuhan
ekonomi
10
Distribusi dari 1,2 milyar penduduk miskin di dunia yang hidup dengan pendapatan
kurang dari US1 per hari tahun 1998.
Europe and central Asia
2%
0.50%
South Asia
Latin America and The
Caribbean
43.50%
23.20%
Africa -SubSaharan
24.30%
6.50%
1992
1994
1992
1990
1994
1995
1993
1994
Kemiskinan
%
Tahun
58,8
8,4
40,9
15,1
16,4
9,6
22,4
40,6
1996
1996
1994
1996
1995
1997
1997
1997
%
53,1
6
35
15,7
12,3
6,8
31
36,8
Perubahan Tahunan
Kemiskinan PDB Riil
per kapita
-2,5
3,1
-15,5
10,5
-7,5
3,3
0,6
6,2
-25
7,3
-15,8
4,2
8,5
1,5
-3,2
2,6
11
Taiwan
Thailand
Vietnam
1996
1994
1996
0,5
16,3
19,2
1997
1996
1997
0,5
11,4
17,7
0
-16,4
-8
5,3
7,7
7,4
Pertumbuhan
Prokemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan
kemiskinan
Pertumbuhan
Kelembagaan
Propemerataan
Kebijakan lembaga dunia mencakup World Bank, ADB, UNDP, ILO, dsb.
World bank (1990) peprangan melawan kemiskinan melalui:
a) Pertumbuhan ekonomi yang luas dan menciptakan lapangan kerja yang padat
karya
b) Pengembangan SDM
c) Membuat jaringan pengaman social bagi penduduk miskin yang tidak mampu
memperoleh dan menikmati pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja serta
pengembangan SDM sebagai akibat dari cacat fisik dan mental, bencana, konflik
social atau wilayah yang terisolasi
World bank (2000) memberikan resep baru dalam memerangi kemiskinan dengan 3
pilar:
a) Pemberdayaan yaitu proses peningkatan kapasitas penduduk miskin untuk
mempengaruhi lembaga-lembaga pemerintah yang mempengaruhi kehidupan
mereka dengan memperkuat partisipasi mereka dalam proses politik dan
pengambilan keputusan tingkat local.
b) Keamanan yaitu proteksi bagi orang miskin terhadap goncangan yang merugikan
melalui manajemen yang lebih baik dalam menangani goncangan ekonomi
makrodan jaringan pengaman yang lebih komprehensif
c) Kesempatan yaitu proses peningkatan akses kaum miskin terhadap modal fisik
dan modal manusia dan peningkatan tingkat pengembalian dari asset asset
tersebut.
ADB (1999) menyatakan ada 3 pilar untuk mengentaskan kemiskinan:
a) Pertumbuhan berkelanjutan yang prokemiskinan
b) Pengembangan social yang mencakup: pengembangan SDM, modal social,
perbaikan status perempuan, dan perlindungan social
c) Manajemen ekonomi makro dan pemerintahan yang baik yang dibutuhkan untuk
mencapai keberhasilan
d) Factor tambahan:
Pembersihan polusi udara dan air kota-kota besar
12
13