Fachri Wahyudi
1406578893
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak beberapa minggu yang lalu rakyat Indonesia digegerkan dengan
skandal kasus yang terkenal dengan sebutan Papa Minta Saham. Betapa tidak?
Hal ini terkait erat dengan pimpinan lembaga legislative tertinggi Indonesia yang
seharusnya menjadi wakil rakyat, Setya Novanto. Tidak hanya beliau, beberapa
nama yang tidak asing juga terlibat dalam skandal ini, antara lain saudagar
minyak Muhammad Riza Chalid dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia,
Maroef Sjamsoeddin, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut
Binsar Pandjaitan bahkan Presiden RI, Bapak Joko Widodo dan Wakilnya, Bapak
Jusuf Kalla juga beberapa kali disebutkan dalam rekaman suara berdurasi satu jam
dua puluh menit. Hal ini dianggap melanggar etika. Rekaman suara tersebut
bagaikan katalis yang membuat publik semakin panas dan geram. Rekaman
tersebut dilaporkan oleh Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral kepada Majelis Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat (MKD) agar
segera dipersidangkan secara terbuka.
Publik semakin dibuat geram ketika Mahkamah yang bertugas untuk
menjaga kehormatan dari wakil rakyat tersebut seakan terkesan menutupi
kebenaran yang jelas-jelas sudah terbukti dengan adanya bukti rekaman
percakapan Setya Novanto, Riza Chalid dan Maroef Sjamsoeddin tersebut.
Institusi yang memiliki kepercayaan publik yang rendah ini semakin kehilangan
kepercayaannya akibat hal yang konyol yang dilakukan Majelis Kehormatan
Dewan ini. Seharusnya MKD melakukan sidang secara terbuka, layaknya sidangsidang sebelumnya yang telah berjalan namun untuk kali ini tidak. Sidang
dilakukan dengan tertutup. Hal ini kembali membuat publik semakin tidak bisa
menerima kejelasan dan sulit untuk membuktikan kebenaran dari laporan yang
dilakukan oleh Sudirman Said ini. Lagi-lagi publik dibuat geram karena Sudirman
Said, sang pelapor terkesan disudutkan oleh jalannya sidang dan dibuat menjadi
subordinat bahkan seolah seperti Sudirman Said yang menjadi tersangka yang
tengah disidang. DPR RI benar-benar tengah dalam krisis kepercayaan publik.
masalah
tidak
seperti
Tata Beracara MKD. Di dalam Pasal 5 Peraturan DPR Nomor 2 Tahun 2015
disebutkan mengenai pihak-pihak yang berhak melapor ke MKD.
Sudirman Said dianggap telah melakukan hal tidak terpuji karena
menyadap percakapan mereka bertiga di Hotel Ritz-Carlton Jakarta. Sudirman
dianggap bukan menjadi bagian dari pihak-pihak yang berhak menggugat karena
statusnya sebagai pejabat eksekutif. Hal tersebut sungguh lucu dan terkesan
sebagai alasan yang sangat mengada-ada untuk mencegah dipersidangkannya
kasus ini. Meskipun bukan Ketua DPR atau Anggota DPR, Sudirman adalah
masyarakat yang dimaksud dalam pasal tersebut. Berdasarkan UU Nomor 39
Tahun 2008 tentang Kementrian Negara, syarat wajib untuk menjadi Menteri
adalah harus Warga Negara Indonesia. Jadi apakah hanya karena Sudirman Said
seorang menteri lalu dia dianggap bukan sebagai warga negara? Jelas tidak.
Sudirman mengajukan laporan tersebut secara perseorangan sebagai masyarakat
yang melihat adanya tindakan tidak etis yang dilakukan oleh Ketua DPR.
Setya mengungkapkan "Bahwa seperti kita ketahui, sekalipun Lembaga Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Intelijen Negara, Kejaksaan Agung,
Kepolisian RI, bilamana hendak melakukan perekaman atau penyadapan tetap
harus
dilakukan
Setya-pun
Secara tersirat, Setya menyatakan bahwa dia mempunyai peran yang besar
untuk membantu memuluskan perpanjangan kontrak Freeport karena jabatannya
di DPR dan meminta imbalan atas hal tersebut.3
Meskipun persidangan belum mencapai putusan yang final, tetapi dalih
apapun tidak akan menghapus fakta bahwa Ketua DPR telah melakukan
pengkhianatan terhadap negara dan orang ramai.
Perilaku
MKD
yang
demikian
justru
semakin mengundang
terhadap diciderainya
keadilan
dalam
kasus
ini. Hasil
survey
Silang Sengkarut Papa Minta Saham: Setelah Etika, Terbit Pidana yang ditulis oleh
Muhammad Syaeful Mujab dalam Press Release Kajian Strategis BEM Universitas Indonesia
4
Hasil Survei Nasiona Indo Barometer menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap DPR berada
dibawah 50%. Lebih lengkapnya kunjungi link berikut
http://nasional.sindonews.com/read/1051601/12/tingkat-kepercayaanrendah-dpr-punya-pr-besarrebut-hati-rakyat-1444322500
3
BAB II
PEMBAHASAN
Krisis diartikan sebagai bencana kesengsaraan atau marabahaya yang
datang mendadak. Krisis dalam artian ini mengasumsikan bahwa sumber krisis
berada diluar kekuatan manusia juga diluar sistem dan pada saat kemunculannya
diluar perhitungan. Dalam pengertian ini, skandal pelanggaran etika Setya
Novanto sebagai Ketua Umum adalah sebuah krisis bagi DPR RI karena kejadian
ini diluar perkiraan DPR RI.
Ada empat tahap atau fase yang terjadi dalam krisis, yaitu: tahap
prodormal, tahap akut, tahap kronis dan tahap resolusi (Ruslan, 1994 : 93-103).
Sama halnya dengan krisis DPR RI atas skandal pelanggaran etika Setya Novanto
ini juga mengalami keempat tahap atau fase tersebut secara berurutan.
Praktisi Public Relations sebagai yang berkewajiban dalam menangani
krisis, dapat menggunakan strategi 3P, yaitu: Pencegahan, persiapan dan
penanggulangan (Ruslan, 1994 : 104-106). Dalam konteks kasus Setya Novanto
ini kasusnya sudah berada pada tahap penanggulangan.
Soemirat dan Ardianto menawarkan strategi penganggulangan krisis
sebagai tindakan kuratif. Tindakan ini dilakukan jika krisis telah benar-benar
terjadi dan tidak sempat atau tidak dapat mencegahnya. Strategi penaggulangan
tersebut mencakup dua hal, yaitu kondisi akut dan kondisi kesembuhan. Sebelum
mengambil langkah-langkah komunikasi untuk menanggulangi krisis, penetapan
strategi generik perlu dilakukan, antara lain: (Kasali, 1994 : 232)
a. Strategi difensif, strategi ini meliputi tiga hal utama yang bisa dilakukan
dari mengulur waktu, membiarkan isu bergulir (low profile) dan
membentengi diri dengan kuat. Dalam kasus ini humas DPR RI tidak bisa
melakukan ketiganya karena jika dilakukanpun itu akan semakin
memperparah krisis kepercayaan publik memperburuk citra serta
menambah catatan hitam reputasi DPR RI.
utama yang dibahas di kolom Opini 6dan surat kabar harian selalu
menampilkan ulasan-ulasan menarik dan masuk di headline news dalam
beberapa hari kemudian juga beberapa kali menjadi trending topic
worldwide di sosial media Twitter dan beberapa media lain seperti BBC7
Jika ingin tidak terekspos media seperti ini seharusnya di tahap
perkembangan humas DPR RI benar-benar menjaga kerahasiaan kasus,
jangan sampai terbongkar dan terekspos oleh media, sidangnya jangan
sampai diliput oleh media, tidak boleh ada wartawan. Namun hal itu hanya
bisa dilakukan sebelum kasus terbongkar namun jika sudah dalam tahap
ini, tidak ada jalan lain lagi selain berkata jujur dan mengakui bahwa
memang demikian adanya. Membuat press release terkait isu tersebut,
klarifikasi dan mengakui apa adanya bahwa sang Ketua Umum memang
melakukan hal yang tidak semestinya dengan isi di dalamnya juga
mengandung permohonan maaf kepada masyarakat karena tidak
menjalankan tugas dengan baik.
Dalam hal ini media bisa dibilang menang, karena lebih berhasil
membuat publik dan stakeholder DPR RI yang lain percaya. Maka hal
yang paling benar dilakukan adalah mengakui dan bertindak jujur untuk
selain memang demikian adanya, setidaknya publik bisa menilai bahwa
DPR RI merupakan lembaga yang baik dengan meminta maaf ketika
melakukan salah. Tidak hanya meminta maaf pastinya, namun juga
menerima apapun konsekuensi yang terjadi akibat kasus ini.
Hal strategis yang bisa dilakukan untuk meredakan isu kemudian
adalah seperti yang sudah dibahas sebelumnya, yaitu bekerja sama dengan
media simpatisan kita untuk mengalihkan isu dengan membuat kasus baru
yang nantinya akan menutupi kasus yang terjadi ini sehingga perhatian
publik akan Setya Novanto teralihkan dan berfokus pada kasus yang baru
yang lebih aktual dan panas. Seperti misalnya isu larangan ojek berbasis
aplikasi yang marak beberapa saat setelah kasus ini mencuat atau dengan
Majalah Tempo Edisi Hajar! Yang Mulia tanggal 7-13 Desember 2015 dan Edisi Papa Minta
Saham tanggal 13-19 Desember 2015
7
Simak frekuensi Tagar #MKDBobrok dalam tautan
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151207_live_setya_novanto_mkd
berita jatuhnya Jet TNI AU yang jatuh di Yogyakarta yang kini tengah
menjadi topik terhangat.8
Manajemen Publik Internal
Dengan kasus yang mencuat ini nama Setya Novanto sebagai
Ketua Umum DPR RI sudah pasti kehilangan legitimasinya. Bagi publik
internal DPR RI pasti hal ini sangat disayangkan dan banyak menimbulkan
kekecewaan bagi publik internalnya sendiri. Hal ini bisa jadi akan
berdampak pada menurunnya kualitas kinerja karyawan, staf dan seluruh
khalayak internal DPR RI.
Langkah yang paling tepat dilakukan oleh humas DPR RI ketika
sudah berada dalam
situasi
seperti
BAB III
PENUTUP
Segala bukti yang ada telah menunjukan bahwa Setya Novanto dan
MKD melakukan hal yang tidak terpuji dengan segala manuver politiknya.
Publik sendiripun juga bisa menilai siapa yang salah dengan hati
nuraninya masing-masing. Dalam kasus yang sudah sampai ke tahap ini,
humas yang baik hanya bisa meminta maaf kepada publik dan mengakui
semua kesalahannya serta memperbaiki apa yang dirasa salah dan buruk
sehingga di waktu yang akan datang tidak terulang kembali hal serupa dan
akhirnya kepercayaan publik dan reputasi bisa dibangun kembali karena
akan menjadi hal yang sewajarnya jika bagus dinilai bagus, dan buruk
dinilai buruk adanya.
DAFTAR PUSTAKA
Majalah Tempo Edisi Hajar! Yang Mulia tanggal 7-13 Desember 2015
Majalah Tempo Edisi Papa Minta Saham tanggal 23-29 Desember 2015
Setya Novanto: Rekaman Maroef Melawan Hukum Ilegal dan Tak Bisa Jadi
Alat
Bukti
diakses
dari
http://nasional.kompas.com/read/2015/12/07/18024151/Setya.Novanto.Rekaman.
Maroef.Melawan.Hukum.Ilegal pada tanggal 19 Desember 2015 pukul 20.09
Silang Sengkarut Papa Minta Saham: Setelah Etika, Terbit Pidana yang
ditulis oleh Muhammad Syaeful Mujab dalam Press Release Kajian Strategis
BEM Universitas Indonesia
Ojek
dan
Taksi
Online
Dilarang
diakses
dari
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/3895/1/ojek.dan.taksi.online.dilarang?ut
m_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Ktpwp pada tanggal 20
Desember 2015 pukul 12.21
Pesawat
TNI
Jatuh
di
Sekitar
Bandara
Adisucipto
diakses
dari