DAN
MEDIA SOSIAL SEBAGAI SALURAN KOMUNIKASI POLITIK
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Politik, kasus dugaan suap oleh hakim Bengkulu
Makalah kasus Politik ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah tentang politik ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang politik ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui salah satu kasus politik yang pernah terjadi di indonesia
2. Melalui media apa saja berita di sebarluaskan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 2015 terdapat kasus yang sempat ramai dibicarakan publik baik dari
media cetak, penyiaran, maupun di media sosial. Kasus yang bergulir di masyarakat
tersebut adalah kasus dugaan pelanggaran etika yang dilakukan oleh Setya Novanto,
Ketua DPR RI periode 2014-2019. Kasus pelanggaran etika yang dimaksud adalah
adanya dugaan terkait permintaan saham PT Freeport Indonesia dengan mencatut
nama Presiden Joko Widodo. Setya Novanto membetot perhatian publik dengan
mencuatnya kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf
Kalla untuk memperpanjang masa kontrak Freeport di Indonesia. Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said kemudian melaporkan ke Mahkamah
Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI atas terduga ketua DPR RI Setya Novanto yang
diduga mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden tersebut.[] Setya Novanto
kemudian secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPR RI
pada tanggal 16 Desember 2015. Pengunduran diri Setya Novanto disampaikan
melalui surat resmi dan dibacakan secara terbuka di sidang Mahkamah Kehormatan
Dewan (MKD) DPR RI. Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) memastikan Setya
Novanto mundur dari jabatan Ketua DPR.
Pemberitaan di media merupakan tantangan eksternal yang harus dihadapi oleh DPR
RI. Media kerap kali mencampuradukkan atau menggeneralisir citra pribadi dengan
citra kelembagaan DPR. Pemberitaan yang ada tentang DPR pun cenderung negatif.
Karena pemberitaan yang cenderung negatif tersebut, persepsi negatif media massa
dan masyarakat sudah terlanjur melekat pada DPR. Oleh sebab itu, Humas harus
dapat menjalankan fungsinya sebagai media relations (relasi dengan media).
Hubungan baik yang dibangun oleh seorang Humas DPR dengan Media, maka
Media tersebut juga secara tidak langsung dapat digunakan untuk menjaga citra DPR.
Hubungan tersebut dibangun dari tugas media relations yang pada umumnya
dijalankan oleh Humas itu sendiri, tugas-tugas Humas DPR yang terkait dengan
media relations antara lain berupa:
1. Melakukan identifikasi dan menganalisa isi media massa yang terkait dengan
pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan
2. Melakukan identifikasi dan menganalisa opini publik yang terkait dengan
pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan
3. Melakukan kegiatan kehumasan yang bersifat antisipatif dan/atau reaktif
Melakukan pemilihan media massa yang akan dipergunakan sebagai media
penyampaian informasi.
A. Social Networks
Mass media communication, newsletters, e-mail, video, blog serta alat lain
digunakan untuk mencapai audiens luas dari para pegawai. Tentunya organisasi tidak
dapat bergantung hanya pada manajer dan pemimpin senior untuk berkomunikasi
dengan para tenaga kerja. Terdapat manager yang secara natural melakukan
komunikasi dan mempertahankan peran komunikasi mereka dengan baik; adapula
lainnya yang bahkan tidak pernah membagi informasi dengan pekerja mereka.
Banyak yang tidak pernah menerima pelatihan skill dalam komunikasi.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Kasus Setya Novanto merupakan tantangan yang berat bagi seorang praktisi Humas.
Kepastian pelanggaran etik yang dilakukan Setya Novanto merupakan dorongan lebih
untuk sorotan negatif dari media terhadap DPR RI. Media massa bagi seorang Humas
seharusnya bukan hanya sebagai alat namun sebagai mitra yang bisa diajak bekerja
sama melalui Media relations. Pentingnya Media Relations sebagai salah satu fungsi
Humas adalah aset yang dapat digunakan untuk menghadapi Media Massa.
Tantangan yang ada dalam Internal Organisasi juga merupakan pekerjaan lain yang
harus diemban Humas. Dengan menjalankan Komunikasi Internal yang baik, akan
timbul pemerataan informasi yang baik pula yang tentunya dapat memenuhi
ekspektasi pegawai dalam Internal DPR RI. Kasus Drama pencatutan nama Presiden
dan Wakil Presiden RI yang berlarut-larut juga dapat menjadi sebuah Isu (Krisis)
yang dapat mengancam reputasi DPR RI. Manajemen Isu yang bertahap dan
berkelanjutan diharapkan bisa meminimalisir kesan negatif dari publik. Walau
pandangan publik sejak awal sudah condong negatif terhadap DPR RI, penanganan
yang sigap dari praktisi Humas dapat mencegah terjadinya krisis-krisis yang dapat
mengancam organisasi DPR RI secara keseluruhan.
3.2 Saran
Kasus ini merupakan kasus yang mencoreng reputasi DPR RI dengan sangat negatif.
Yang diperlukan Humas DPR RI dalam menyikapi pandangan publik adalah
menyampaikan informasi sejujur-jujurnya tanpa menutupi kasus dengan banyak
berdalih, karena penulis makalah ini menemukan banyaknya artikel berita dengan
judul-judul yang cenderung negatif baik terhadap Ketua DPR RI, Wakil Ketua DPR
RI, dan MKD DPR RI.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, W. C.(1995). Marrying the functions: The importance of
media relations in public affairs planning. Public
Relations Quarterly, 40(3), 7. Diakses dari
http://search.proquest.com/docview/222445696?
accountid=17242 pada tanggal 19 Desember 2015
Chase , W. H. (1984). Issue management — Origins of the future.
Stamford, CT : Issue Action Publications
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (2015). Kode Etik
DPR RI Tahun 2015. Diakses dari
http://www.dpr.go.id/tentang/kode-etik pada tanggal 18
Desember 2015
Grunig, J. E. & Hunt, T. (1984). Managing Public Relations.
Wadsworth Publishing.
Ihsanuddin, (2015). Sidang MKD dan Skenario Setya Novanto
Dianggap Menipu Rakyat. Kompas. diakses dari
http://nasional.kompas.com/read/2015/12/18/09050041,
pada tanggal 18 Desember 2015
Larkin, T. J., & Larkin, S. (1994). Communicating change:
Winning employee support for new business goals.
New York : McGraw – Hill
Lesly, P., (1991). Lesly's Handbook of Public Relations and
Communications (4th ed). Chicago, Ill. : Probus Pub.
Co.
Motion, J., & Weaver, C. K. (2005). The epistemic struggle for
credibility: Rethinking media relations. Journal of
Communication Management, 9(3), 246-255. Diakses
dari http://search.proquest.com/docview/232934086?
accountid=17242. Pada tanggal 19 Desember 2015
Sekretaris Jenderal DPR RI, (2015). Pengelolaan Humas di DPR
RI, BakoHumas DPR RI, diakses dari
http://202.137.230.89/ind/others/Bakohumas/Bakohuma
sDPR_NEW/PENGELOLAAN%20HUMAS%20DI
%20DPR-%20SEKJEN.ppt, pada tanggal 19 Desember
2015