PERSUASI POLITIK
Dosen Pengampu:
Drs. JULIUS L K RANDANG M.Si
Dr. ALFON KIMBAL S.Sos, M.Si
Dr. LEVIANE J H LOTULUNG S.Sos, M.I.Kom
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
1. Syifa Salsabila Soamole (210811050018)
2. Efata rabeka Kowaas ( 210811050014 )
3. Oktafia Menajang (210811050080)
4. Efraim waworuntu (210811050106)
5. Alfiony Jema (210811050160)
6. Gratia Tangkilisan (210811050074)
PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan penyertaannya, dan rahmat hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Persuasi Politik” ini dengan baik. Penulisan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas di MK Komunikasi Politik di Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah atas bimbingan
yang diberikan kepada kami, dan juga rekan-rekan yang telah bekerja keras sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kesalahan yang perlu
diperbaiki, untuk itu kritik dan saran dari pembaca perlu untuk disampaikan kepada kami.
Agar penulisan makalah selanjutnya akan lebih baik dan sekaligus sebagai upaya perbaikan
dan penyempurnaan dimasa yang akan datang. Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi
kami sendiri dan juga bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Persuasi Politik 3
2.2 Persuasi Politik sebagai Propaganda 5
2.3 Persuasi Politik sebagai Periklanan 8
2.4 Persuasi Politik sebagai Retorika 9
BAB III PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia perpolitikan tidak lepas dari yang namanya strategi, cara-cara dan siasat,
karena politik itu sendiri adalah strategi. Dengan kata lain, di mana ada politik maka di situ
ada strategi, cara atau siasat. Politik tanpa strategi bagaikan sayur tanpa garam. Sudah kita
ketahui, setiap ada pesta politik (red. Pemilu) di Indonesia pastilah jauh-jauh sebelum pesta
tersebut mencapai puncaknya, para aktor politik sudah mengumbar janji-jani manis mereka
agar dapat mendapat perhatian pada masyarakat sebagai komunikan politik. Tujuan akhir dari
hal tersebut adalah agar masyarakat mendukung penuh “pencalonannya”.
Ada banyak cara bagaimana para aktor politik mempromosikan diri mereka, hal itu
seiring dengan pesatnya teknologi yang berkembang. Mulai dari media visual, audio, bahkan
audiovisual, dari cara klasik sampai modern, dari cara halus sampai kasar, dari cara jujur
sampai curang. Apapun yang mereka lakukan, namun hanya satu tujuan utama mereka. Yaitu
mendapat kemenangan pada pamilu.
Dalam bahasa politik, kegiatan semacam itu adalah persuasif politik. Kegiatan di
mana para komunikator politik mengajak para komunikannya agar mengikuti apa tujuan
mereka. Tapi sayangnya pesuasif politik para penguasa politik di Negeri ini hanya sebatas
persuasif tanpa bekas. Seakan-akan mereka hanya ingin mencari dukungan sementara tanpa
memikirkan terhadap para pendukungnya setelah mereka duduk lega di kursi kekuasaaan.
Tentunya hal itu sangat bertentangan dengan tujuan dari demokrasi.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud persuasi politik
2. Untuk mengetahui apa pengertian dari propaganda politik
3. Untuk mengetahui apa pengertian dari periklanan politik
4. Untuk mengetahui apa pengertian retorika politik
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Persuasi Politik
Pace, Peterson dan Barnett (1979) (dalam Venus 2007:30) mendefinisikan pesuasi
sebagai tindakan komunikasi yang bertujuan untuk membuat komunikan mengadopsi
pandangan komunikator mengenal suatu hal atau melakukan suatu tindakan tertentu. Pada
dasarnya setiap kagiatan persuasi selalu ditandai oleh empat hal:
1) melibatkan sekurang-kurangnya melibatkan 1 pihak,
2) ada tindakan secara sengaja mempengaruhi,
3) adanya pertukaran/transaks pesan persuasit,
4) adanya kesukarelaan menerima atau menolak gagasan yg ditawarkan
Suatu kegiatan yang selalu ada dalam dunia perpolitikan adalah persuasif politik.
Persuasif merupakan sifat dari persuasi, sementara dalam kamus ilmiah populer persuasi
adalah tenaga meyakinkan, bujukan, bentuk karangan yang menguraikan suatu masalah atau
keadaan yang dibuktikan dengan data-data dan fakta-fakta yang bertujuan membujuk atau
mengajak atau mempengaruhi pembaca, sehingga mereka mau mengikuti atau melakukan
sebagaimana yang diharapkan di penulis. Sementara itu untuk pengertian persuasif sendiri
adalah meyakinkan, lunak, tanpa kekerasan.
Mengenai pesuasif politik, ada aturan-aturan yang harus ditaati oleh para komunikator
politik menjalankan misi persuasfinya. Biasanya setiap negara berbeda-beda mengenai
peraturan tersebutm sesuai kebutuhan dan kondisi negara masing-masing. Itu ditujukan agar
persuasif politik dapat berjalan dengan lancar tanpa ada pihak-pihak yang dirugikan, apalagi
jika komunikan yang yang dirugikan.
Dan Nimmo dalam bukunya menyebutkan bahwa persuasif adalah komunikasi yang
bertujuan atau berkepentingan. Tujuan utama dalam persuasif adalah untuk menimbulkan
perasaan responsif pada orang lain (dalam dunia politik maka komunikan atau masyarakat).
Ada tiga pemahaman tentg proses persuasif. Pertama, persuasi biasanya melibatkan tujuan,
suatu usaha komunikator untuk mencapai tujuan melalui pembicaaan. Kedua, persuasif itu
bersifat dialektis. Dan yang ketiga, memiliki bentuk tanggapan.
Politik dapat diartikan sebagai ilmu kenegaraan atau tata negara, sebagai kata kolektif
yang menunjuukan pemikiran yang bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan. Sementara
dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, politik diartikan sebagai pengetahuan mengenai
ketatanegaraan atau kenegaraan, segala urusan dan tindakan kebijaksanaan, siasat dan
sebagainya megenai pemerintahan suatu negara atau terhadap negara orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa persuasif politik adalah suatu ajakan, bujukan, rayuan,
dengan bentuk tanpa kekerasan yang dilakukan oleh para politikus sebagai komunikator
kepada masyarakat sebagai komunikan dengan tujuan agar masyarakat dapat memberikan
dukungan, respon, simpati terhadap dirinya dalam hal kekuasaan dalam suatu negara.
Dalam kehidupan yang senyatanya, persuasif politik lebih sering kita temui ketika
menjelang suatu pemilihan umum, dari tingkat dari yang paling dasar sampai tingkat yang
peling tiinggi dari suatu negara bahkan dunia. Contoh saja sekarang, sudah banyak calon-
calon legislatif bahkan presiden yang sudah memperomosika dirinya walau tidak secara
langsung di media-media yang ada di sekitar kita, seperti televisi, koran, radio, internet dan
lain-lain. Itu mereka lakukan agar mereka diketahui oleh masyarakat.
Dalam penyusunan pesan dalam persuasif ada beberapa teknik, antara lain:
1. Fear Appeal, berarti bagaimana seorang komunikator politik menyusun suatu pesan
persuasif yang mengandung unsur memberikan ketakutan kepada komunikan. Biasanya
persuasif ini dilakukan oleh komunikan yang sudah memiliki kekuasaan di suatu tempat.
Contohnya adalah pada saat zaman orde baru, di mana banyak para PNS yang diwajibkan
untuk memilih partai golkar oleh rezim Soeharto. Karena pada saat itu ia masih menjabat
sebagai Presiden RI.
2. Emotional appeal, unsur utama dari teknik ini adalah emosi. Jadi pesan persuasif politik
dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat menggugah atau menggejolkkan emosi
komunikan, misalnya dengan cara mengungkapkan masalah agama, etnis, kesenjangan
ekonomi yang sedang terjadi, diskriminasi kaum minoritas dan lain sebagainya.
3. Reward appeal, yatu penyusunan yang penuh akan janji-janji yang disampaikan oleh
komunikator. Mungkin inilah teknik yang cukup ampuh, khususnya di negara kita.
Dengan janji-janji, masyarakat akan lebih percaya terhadap visi-misi, loyalitas
komunikator. Karena masyarakat diberikan harapan-harapan manis yang akan
menjadikannya lebih baik. Tapi teknik ini akan menjadi boomerang bagi para politikus
jika setelah mereka mendapat kekuasaannya tapi tidak melaksanakan janji-janji yang
telah dilontarkannya. Bahkan, cara ini akan lebih berurusan dengan akhirat. Kebanyakan
masyarakat yang dituju oleh para pilitikus melalui teknik ini adalah mereka-mereka yang
tinggal di pedesaan atau daerah terpencil dengan tingkat pengetahuan yang rendah, jadi
kemungkinan besar lebih mudah untuk diberi janji-jani manis.
4. Motivational appeal, teknik ini lebih menekankan bagiamana seorang politikus
memberikan dorongan secara interal psikologis kepada masyarakat, bukan pada janji-janji
sehingga masyarakat dapat mengikuti pesan-pesan yang disampaikan. Contoh dorongan
untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dengan cara membeli produk-produk dalam
negeri. Mungkin salah satu contoh nyata di Indonesia adalah ketika pada pemilu 2004
pasangan SBY-JK yang mengusung slogan “bersama kita bisa”. Pesan tersebut seolah-
olah memberikan dorongan psikoligis kepada masyarakat untuk selalu bergotong royong,
sehingga masyarakat tertarik (pada akhirnya SBY-JK pemenanganya). Karena slogan
tersebut tidak berisi janji-jani manis yang menggiurkan.
5. Humorius appeal, teknik yang terakhir ini lebih mementingkan bagaimana suatu pesan
persuasif disusun sehingga tidak menimbulkan “kejenuhan” pada masyarakat. Karena
humor, ringan, enak, menyegarkan akan lebih mudah diterima dibandingkan pesan-pesan
yang sangat serius. Dalam dunia perpolitikan, biasanya para politikus atau pertai potilik
ketika sedang berkampanye menampilkan beberapa hiburan masyarakat seperti dangdut,
band dan lain-lain. Dengan adanya hiburan yang ditampilkan, maka masyarakat akan
lebih merasa rileks dengan tidak mendengarkan orasi-orasi yang membosankan telinga.
Itu merupakan salah satu pengemasan pesan humorius appeal dalam berpolitik.
Salah satu ahli dalam dunia publik, Dr. G. Edward Pendray. Ia merupakan mantan
editor dalam Public Relations Journal, menyebutkan ada delapan petunjuk untuk mencapai
keberhasilan suatu persuasi, yaitu sebagai berikut:
1. Sebaiknya publik sasaran mengenal sumber lebih dahulu
2. Lakukan perubahan pada diri sendiri sebelum mengubah penerima
3. Lakuka tindakan sesuai ucapan
4. Jangan putus asa dan beri waktu penerima untuk menilainya
5. Bersikap jujurlah dan bekerja dengan keperntingan umum
6. Penuhi kebutuhan publik
7. Sampaikan sesuatu dengan dasar kemanusiaan
8. Kemukakan akibat dari ide yang disampaikan.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan, agar penulisan makalah kami untuk
kedepannya bisa lebih baik dari ini. Mudah-mudahan para pembaca dapat memahami
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://ekslog.blogspot.com/2013/05/persuasi-politik-propaganda-perikalanan.
http://eprints.umm.ac.id
http://karyailmiah1.mercubuana.ac.id
https://repository.unikom.ac.id