Anda di halaman 1dari 8

ANTROPOLOGI KESEHATAN DAN EKOLOGI

A.

Ekosistem dan Sistem Sosial-Budaya


Selama bertahun-tahun, makin banyak ahli antropologi yang menaruh

perhatian pada masalah-masalah kesehatan lingkungan biobudaya, yang paling


baik dipelajari melalui apa yang disebut Bates sebagai pandangan ekologis. Suatu
sistem, menurut defenisi Kamus Webster Edisi Kedua, adalah agregasi atau
pengelompokan objek-objek yang dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi
yang tetap atau saling tergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang
berkombinasikan sedemikian rupa oleh alam atau oleh seni sehingga membentuk
suatu keseluruhan yang integral, dan berfungsi, beroperasi, atau bergerak dalam
kesatuan.
Dalam ekologi keseluruhan integral adalah suatu ekosistem, suatu interaksi antara
kelompok tanaman dan satwa dengan lingkungan non-hidup mereka. Pada kedua
disiplin tersebut, seperti yang dinyatakan dalam defenisi kamus, ada dua
pertanyaan yang mendasar semua pertanyaan. Pertanyaan pertama ada
hubungannya dengan bentuk dan fungsi; yang kedua adalah masalah dinamika.
Untuk dapat terus berfungsi tanpa gangguan yang berat, baik ekosistem maupun
sistem sosial-budaya harus mempertahankan suatu tingkatan integrasi minimum
dan konsistensi dari dalam, suatu tingkatan yang cukup tinggi sehingga unit-unit
yang terpisah-pisah dalam sistem tersebut dapat saling menyumbangkan
peranannya. Bagi mahasiswa yang mempelajari ekosistem dan social-budaya,
kenyataan ini amat penting karena dalam kedua disiplin tersebut, para sarjana
terutama berhubungan dengan perubahan dan inovasi.
B.

Perhatian Ekologis dari Para Ahli Antropologi Kesehatan


Ekologi manusia, ekologi medis, ekologi sosial, ekologi penyakit dan yang

lainnya sering digunakan dalam arti yang berbeda-beda dan tumpang tindih.
Namun yang terpenting adalah topik, atau bidang-bidang perhatian, dan disini kita
memperoleh kesepakatan umum dalam kepustakaan-kepustakaan antrolopologi.
Dalam dunia masa kini, pendekatan ekologis adalah dasar bagi studi tentang
masalah-masalah epidemiologi, cara-cara dimana tingkah laku individu dan
kelompok menentukan derajat kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbedabeda dalam populasi yang berbeda-beda.

Dalam studi-studi ekologi, kita mulai dengan lingkungan. Semua kelompok harus
menyesuaikan diri dengan kondisi geografi dan iklim yang terdapat di tempat
tinggal mereka dan mereka harus belajar untuk mengeksploitasikan sumber-sumber
yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan mereka. Penyakit, misalnya, adalah
bagian dari lingkungan manusia. Kenyataannya, factor-faktor social-psikologis dan
factor budaya sering memainkan peran dalam mencetuskan penyakit. Sedangkan
cara-cara dimana lingkungan pasien diubah sementara ia mengalami perawatan
adalah bena-rbenar kebudayaan. Penyakit yang dipandang sebagai suatu unsur
dalam lingkungan manusia, telah mempengaruhi evolusi manusia, seperti nampak
pada contoh kecepatan reproduksi ciri sel-sabit di kalangan penduduk Afrika Barat,
suatu perubahan evolusi yang adaptif, yang memberikan kepada individu yang
mempunyai sel itu suatu imunitas yang relative terhdap malaria. Nutrisi dapat
dipandang juga sebagai ciri lingkungan biobudaya. Namun bagian apa dari nutrient
yang tersedia dalam lingkungan tertentu, yang didefinisikan sebagai makanan.
Nutrisi adalah juga bagian dari lingkungan social-budaya dalam situasi dimana,
misalnya, pria makan lebih dulu dan menerima lebih banyak makanan yang kaya
protein, sedangkan wanita dan anak-anak memperoleh sisa-sisa, sehingga
seringkali hal itu mengakibatkan mereka kekurangan nutirsi yang serius.
C.

Paleopatologi
Ahli-ahli patologi, anatomi, dan ahli antropologi fisik telah banyak belajar

mengenai penyakit-penyakit dan luka-luka pada manusia purba. Pada umumnya,


hanya penyakit-penyakit yang menunjukkan bukti-bukti yang nyata pada tulang
saja yang diidentifikasi. Sebagai contoh, kerusakan atau abses pada tulang sebagai
akibat dari syphilis, tuberculosis, frambosia, dan sejenisnya adalah jenis-jenis
penyakit infeksi yang dapat dikenali. Teknik terbaru dalam analisis penyakit
manusia purba adalah penggunaan kotoran manusia (coprolites) yang apabila
disusun kembali dapat memberikan informasi yang tiada ternilai mengenai ada atau
tidaknya parasit intestine. Ahli-ahli paleopatologi juga memanfaatkan hasil-hasil
kesenian, seperti lukisan-lukisan dinding gua, di bejana, patung-patung manusia,
kayu, dan sebagainya untuk menetapkan jenis penyakit yang mereka deskripsikan.
Hal-hal tentang penyakit-penyakit manusia purba dan adaptasinya terhadap
lingkungan dapat disimpulkan dari studi mengenai sisa-sisa masyarakat berburu
dan meramu, seperti orang Bushmen di Afrika Selatan dan penduduk asli Australia.

Mungkin kesimpulan yang paling penting yang dapat diambil dari studi-studi itu, jika
dihubungkan dengan bukti-bukti lain seperti tingkah laku gen dan virus, adalah
bahwa banyak penyakit-penyakit modern tidak terdapat pada penduduk purba dan
bahwa spectrum dari penyakit yang menyerang manusia sepanjang
perkembangannya mungkin lebih kecil daripada yang telah kita alami pada masa
sejarah.Sakitnya manusia purba disebabkan oleh jenis pathogen dan factor-faktor
lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari yang dialami oleh manusia modern.
Dari segi eksistensi dan daya tahan hidup dari pathogen, suatu jenis pathogen lain
dibutuhkan, yang dapat bertahan untuk waktu yang lama sampai munculnya
perantara baru. Karenanya, seleksi alamiah lebih terbuka bagi pathogen yang dapat
hidup dalam hubungan bersama dengan perantara mereka, dan pathogen yang
dapat terus hidup walaupun jauh dari perantaranya.
Kebiasaan nomadic masyarakat berburu dan meramu mempengaruhi kesehatan
mereka; jumlah orang yang sedikit yang senatiasa berpindah, kecil kemungkinan
untuk menginfeksi dirinya sendiri akibat kotoran mereka sendiri dibandingkan
populasi yang menetap.
Penemuan pertanian menambah jenis dan frekuensi penyakit yang diderita
manusia. Hal ini sebagian disebabkan karena populasi yang besar merupakan
reservoir infeksi, yang tidak akan timbul dalam populasi kecil. Dan sebagian
disebabkan hubungan manusia dengan hewan ternak yang mungkin menularkan
pathogen baru. Hidup menetap dan masalah sanitasi dalam masyarakat menetap
sudah pasti meningkatkan angka penyakit parasit karena kesempatan untuk infeksi
ulangan dan kontaminasi dengan sampah manusia meningkat. Namun dengan
munculnya ekonomi agricultural, populasi komuniti menetap yang semakin padat
menjadi semakin peka terhadap penyakit infeksi, suatu cara utama dalam hal
pengawasan penduduk.
D. Penyakit dan Evolusi
Penyakit-penyakit infeksi telah merupakan factor penting dalam evolusi
manusia selama 2 juta tahun atau lebih; melalui mekanisme evolusi dari proteksi
genetic maka nenek moyang kita dapat mengatasi ancaman penyakit dalam
kehidupan individu dan kelompok. Contohnya penyakit sickle-cell anemia yang
terutama menulari orang kulit hitam di Afrika Barat yang juga ternyata menyebar
hingga ke Amerika. Hal ini menarik perhatian ahli antropologi kesehatan tentang

bagaimana suatu penyakit tertentu yang merupakan ancaman terhadap kesehatan


dapat mempengaruhi evolusi manusia.
Hal itu khususnya menunjukkan karakteristik dari sisa-sisa penduduk tertua yang
dikenal di Afrika Barat, yang banyak diantaranya kemudian terpaksa menyingkir ke
pinggiran hutan rimba, akibat datangnya para imigran dari timur. Penduduk asli
rimba raya itu hampir tidak ada yang menderita penyakit malaria. Ini disebabkan
karena Anopheles gambiens, vector malaria tidak dapat berkembang di genangan
air yang sangat terlindungi dari sinar matahari, seperti yang terdapat di hutan
tropis.
Dengan adanya populasi pertanian menetap dan penebangan hutan untuk bercocok
tanam, maka terciptalah kondisi yang ideal bagi Anopheles gambiens. Karena
hutan-hutan ditebang, desa-desa menjadi permanen dan Anopheles gambiens
bertambah. Ciri sel sait yang sudah ada di kalangan penduduk Bantu mendapat
keutungan selektif terhadap gen yang bukan sel sabit karena adanya imunitas
relative dan mungkin, frekuensinya bertambah secara berarti. Gen sel sabit
nampaknya merupakan respons evolusioner pada lingkungan penyakit yang
berubah. Karena itu, gen ini merupakan respon genetic pertama yang diketahui
terhadap peristiwa penting dalam evolusi manusia, ketika penyakit menjadi factor
utama yang menentukan arah dari evolusi tersebut.
Dimana adaptasi social-ekonomi menyebabkan perubahan pada lingkungan,
frekwnsi dari suatu gen akan berubah dalam proporsi terhadap nilai kelangsungan
hidup, yang memberikan gen itu kepada pembawa penyakit, dalam ekosistem yang
baru. Peningkatan frekuensi dari suatu gen yang adaptif menghilangkan pembatas
lingkungan dan memberi kemungkinan perkembangan lebih lanjut bagi adaptasi
social-ekonomi.
E. Makanan dan Evolusi
Seperti halnya dengan penyakit, makanan juga merupakan karakteristik
lingkungan yang mempengaruhi evolusi. Selama 2 juta tahun, menyebar ke bagian
bumi yang bisa didiami dan terjadilah peningkatan penting dalam ukuran tubuh dan
otak, paling sedikit diperkirakan sebagai respon atas protein hewani yang telah
menjadi bagian dari makanannya. Hanya karena makanan yang cukup kuantitas
dan keseimbanganya maka perkembangan itu dapat terjadi. Di kalangan anak-anak,
akibat umum dari defisiensi kalor-protein adalah penyakit yang dikenal kwashiorkor
dan laju pertumbuhannya akan lambat.

Berkurangnya ukuran tubuh seperti yang terdapat dikalangan banyak petani di


daerah pertanian tropic lebih nampak sebagai suatu contoh dari evolusi yang
sedang dalam proses, yakni suatu contoh tentang penyeusaian atau plastisitas
manusia, daripada sebagai adaptasi murni dalam artian genetic.
Studi lain yang juga menarik yaitu konsumsi susu pada orang dewasa. Dimana di
Jepang dan China adanya adat yakni penolakan yang bersifat budaya terhadap
susu, seperti juga penolakan makan daging ular di kalangan penduduk Amerika
Serikat pada umumnya. Ada beberapa alasan mereka tidak minum suu karena
minum susu akan menyebabkan penyakit perut yang disebabkan oleh sebab
fisiologis dalam bentuk diare dan kejang perut.
Maka kebiasaan makan dan tradisi dapat menghasilkan tekanan selektif yang
memberi kesempatan lebih banyak bagi lebih satu tipe gen dari tipe gen yang lain.
F. Epidemiologi
Secara singkat, epidemiologi berkenaan dengan distribusi dalam tempat dan
prevalensi atau terjadinya penyakit, sebagaimana yang dipengaruhi oleh
lingkungan alam atau lingkungan alam. Variabel yang paling umum digunakan
adalah perbedaan umur dan jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, hubungan
suku-bangsa dan kelas social. Semua ini dan banyak factor lain, telah dinyatakan
sebagai factor yang berperan penting bagi distribusi dan prevelensi berbagai
penyakit.
Para ahli epidemiologi memandanhg tugas mereka sebagi membuat korealsi dalam
hal insiden penyakit dalam usaha menetapkan petunjuk tentang pola penyebab
penyakit yang kompleks. Tujuan utama epidemiologi adalah untuk meningkatkn
derajat kesehatan, mengurangi timbulnya semua ancaman kesehatan. Akhir
praktis dari studi epidemiologi dibuktikan dengan kenyataan bahwa ilmu ini
merupakan landasan ilmiah bagi sebagian besar profesi kesehatan masyarakat.
Ahli antropologi lebih menaruh minat pada ciri epidemiologis dari penyakit
penduduk non-eropa, termasuk sindroma kebudayaan khusus, seperti hysteria
daerah kutub, amok, Canabis, atau psikologis ganja, latah dan seterusnya.
G. Misteri Kuru
Ini adalah penyakit yang yang diakibatkan virus secara genetic atau turunan.
Penyakit ini terjadi di daerah Fore Selatan, Papua Nugini. Penyakit Kuru ditandai oleh
deteriorisasi progresif pada pusat syaraf yang mengarah pada kelumpuhan total,

dan sering kali ketidakmampuan untuk menelan sebagai akibatnya terjadilah


komplikasi seperti kelaparan, radang paru0paru, dan lecet punggung.
Pemecahannya ditemukan oleh ahli antropologi yang merangkap ahli virus, Carleton
Gajdusek, yang mengatakan bahwa penyakit ini bersifat genetic, menular,
sosiologis, tingkahlaku, keracunan endokrin. Penyakit ini berkuarang sejalan dengan
pengapusan kanibalisme oleh Australia. Diketahui bahwa penularan penyakit kuru
disebabkan oleh kebiasaan adat penduduk lokal yang senantiasa memakan kerabat
wanita dari si mati diharuskan memasak dan memakan otak kerabat wanita yang
mati tersebut, dan sisa-sisanya diberikan pada anak mereka, baik yang laki-laki
maupun yang perempuan. Karena otak sering tidak cukup matang dimasak, maka
virus yang terdapat pada mayat wanita korban kuru tersebut ditularkan kepada
yang memakan jenasah nya.
H. Ekologi dan Pembangunan
Konsep pembanguan mencakup intervensi teknologi manusia terhadap
keseimbangan alam: pembangunan bendungan, pembukaan, peralatan dan irigasi
lading, pembangunan jalan raya dan lainnya. Akibatnya, udara akan otor,
kekurangan sanitasi dan cara hidup ynag berdesakan di daerah pemukiman miskin
di perkotaan.
Kebudayaan adalah system keseimbangan yang rumit yang tidak akan berubah
begitu saja, sehingga inovasi yang nampaknya baik bagi suatu bidang kemudian
menimbulkan perubahan-perubahan kedua dan ketiga di bidang lain (misalnya
kesehatan) yang dampaknya melebihi keuntungan yanag diharapkan.
Para ahli cenderung untuk berfikir bahwa pembangunan pada intinya adalah proses
fisik, namun pembagunan adalah juga proses social dan ekonomi dan banyak
aktivitas yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Akhirnya,
pembangunan yang sukses sering secara berarti menyebabkan peningkatan
munculnya penyakit-penyakit tertentu, menimbulkan masalah kesehatan yang
sebelumnya tidak ada atau yang relative hanya sedikit. Sebaliknya keberhasilan
dalam pengawasan atau pembasmian penyakit infeksi memiliki biaya yang
tersembunyi. Keberhasilan inilah yang menyebabkan ledakan penduduk, yang
seperti kita maklumi , merupakan bahaya terbesar bagi masa depan
kemanusiaannya.
Demikian kita dihadapkan bahwa penyakit menghambat pembangunan; sehingga
penyakit merupakan daya pendorong bagi timbulnya perkembangan pelayanan

kesehatan dan pengawasan penyakit, yang selanjutnya memungkinkan timbulnya


macam pembanguanan lainnya pula; tetapi yang seringkali terjadi di balik
keberhadsilan pembangunan justru terdapat kelebihan penduduk dan betambah
penyakit, sehingga siklus itu terulang lagi.
I. Penyakit-Penyakit Pembangunan
Tidak semua penyakit secara sama dipengaruhi oleh pembangunan, walaupun
tampaknya semua keseimbangan penyakit, pada tingkatan tertentu dipengaruhi
oleh perubahan-perubahan akibat pembangunan.
a. Pembangunan lembah sungai
Betapapun terpuji tujuan untuk pembangunan lembah sungai di daerah Mesirsudan, nyatanya banyak dari proyek-proyek tersebut kemudian mengakibatkan
bahaya yang cukup tinggi bagi kesehatan, terutama yang paling serius adalah
peningkatan penyakit bilharziasis dan ochoncerciasis.
Juga akibat dari penyebaran sawah-sawah yang aliran air nya lambat dan hamper
terhenti pada selokan-selokan irigasi dan sawah irigasi, telah merupakan lingkungan
yang ideal bagi vector siput.
b. Pembudidayaan tanah
Pertanian sistematis di daerah pesisir Karibia merupakan kondisi ideal bagi nyamuk
Anopheles yang menularkan penyakit malaria; air yang disinari matahari akibat
adanya persawahan padi, saluran irigasi dan genangi air, bagi nyamuk merupakan
pilihan yang lebih baik daripada lingkungan alamnya sendiri.
c. Pembangunan jalan raya
Lalat-lalat lebih menyenangi saluran-saluran air dan daerah yang bersemak-semak.
Dengan adanya jalan-jalan baru, penyebrangan sungai merupakan tempat-tempat
yang menarik para musafir untuk minum, mandi dan menyegarkan badan; disinilah
letak bahaya yang mengancam mereka dari gigitan lalat tsetse dan infeksi penyakit
tidur.
Sumber : http://bmeidra.blogspot.co.id/2014/03/antropologi-kesehatan-danekologi.html
d. Urbanisasi
Migrasi penduduk desa ke daerah pemukiman miskin padat di perkotaan
menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Kondisi penduduk yang

padat, kotor setra sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan penyakit yang
ditularkan lewat air terutama disentri menjadi penyakit yang endemic.
e. Program-program kesehatan masyarakat
Sanitasi lingkungan dan program-program lain yang bertujuan untuk mengawasi
penyakit, dalam kenyataannya justru dapat menjadikan situasi lebih buruk atau
menggeser masalah dari satu penyakit ke jenis penyakit yang lainnya.
Masih ada topic ekologi dan masalah kesehatan penting lain sebagai contoh
implikasi dari peningkatan stress yang seringkali menandai masyarakat yang
mengalami urbanisasi yang cepat. Stres ada hubunganya dengan peningkatan
hipertensi dan atau penyakitpenyakit koroner.
Sumber : http://bmeidra.blogspot.co.id/2014/03/antropologi-kesehatan-danekologi.html

Anda mungkin juga menyukai