Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEAMANAN JARINGAN

Meringkas Jurnal

Cornelis FJ Latupapua
(14/371986/PPA/04626)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMPUTER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

Strategi Keamanan Informasi Pada E-Government


Berbasis Perangkat Mobile

Abstrak
Mobile e-goverment adalah model aplikasi e-government baru yang dikembangkan berdasarkan pada
e-government tradisional. Hal ini sebagai akibat dari perkembangan teknologi perangkat mobile yang
memberikan beberapa keunggulan yaitu universalitas, kegunaan, efisiensi tinggi, ekonomi dan
individualisasi. Dengan e-government berbasis mobile, proses interaksi dan berbagi informasi antar
pemerintah dan masyarakat dapat berjalan dengan cepat, kapan saja dan dimana saja. Meningkatnya
layanan informasi yang diberikan melalui e-government, semakin besar tantangan keamanan informasi.
Pertukaran informasi yang terjadi harus didukung oleh mekanisme keamanan yang baik. Makalah ini
membahas tentang pengertian e-government, jenis-jenis layanan e-government, manfaat e-government
serta strategi keamanan informasi e-government berbasis perangkat mobile.
Kata Kunci : E-Goverments, Keamanan Informasi, Perangkat Mobile, Strategi

1. Pendahuluan

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat dari waktu ke waktu
telah memberikan dampak yang sangat baik pada berbagai bidang kehidupan. Dengan adanya teknologi
informasi dan komunikasi maka dapat mempermudah banyak orang untuk bisa mendapatkan dan
memperoleh informasi. Salah satu bidang yang turut merasakan keuntungan dari perkembangan ini adalah
Pemerintahan. Dengan adanya e-government, telah memberikan kemudahan interaksi antara masyarakat
dengan pemerintahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan yang dibutuhkan. Dengan
menggunakan e-government maka masyarakat bisa mendapatkan informasi dan pelayanan yang baik,
akurat, serta dapat diakses kapan dan dimana saja tanpa melalui prosedure birokrasi yang bertele-tele.
Dengan kemuda
Semakin banyak pemerintah di seluruh dunia memperkenalkan e-government sebagai sarana untuk
mengurangi biaya, meningkatkan layanan bagi warga negara dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
di tingkat nasional, regional dan lokal dari sektor publik. 179 dari 192 anggota PBB melaporkan bahwa
mereka mengembangkan strategi untuk menerapkan sistem e-pemerintah dan oleh karena itu egovernment telah diidentifikasi sebagai salah satu prioritas utama bagi pemerintah di seluruh dunia (PBB,
2008).

2. Definisi E-Government dan Mobile E-Government

Pemerintahan elektronik atau e-government (berasal dari kata Bahasa Inggris: electronics government,
juga disebut e-gov, digital government, online government atau dalam konteks tertentu transformational
government) adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan
pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. eGovernment dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan
efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis.
Tujuan utama dari e-Government, menurut Smith dan Jamieson (2005) digunakan untuk mendorong
munculnya layanan melalui berbagai saluran yang mungkin yang dapat dengan mudah diakses oleh
pemerintah, lingkungan bisnis dan masyarakat. Adapun tujuan pengembangan e-Government berdasarkan
instruksi Presiden no 3 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

Pembentukan jaringan informasi dan trasaksi pelayanan public yang memiliki kualitas dan lingkup
yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayan Indonesia pada
setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan perkembanan


perekomonian nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan
perdagangan internasional.

Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-lembaga Negara serta


penyediaan fasilitas dialog public bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan
kebijakan Negara.

Pembentukan system manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar
transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom.

Adapun beberapa pendapat tentang definisi dari mobile e-government adalah sebagai berikut :

Ni Jiong (2004), menyatakan bahwa mobile e-government adalah perkembangan yang luar biasa
yang dihasilkan melalui pemanfaatan teknologi komunikasi selular modern dalam pembangunan
dan pengoperasian e-government dalam aspek seperti fungsi terminal, kecepatan akses, keamanan
akses, mobile internet melalui terminal mobile komunikasi, akses yang relevan, otentikasi,
teknologi protokol aplikasi, dll.

Li Mingsheng (2005), menyatakan bahwa mobile e-government mengacu pada kegiatan


pemerintah yang dilakukan dengan cara layanan data komunikasi bergerak. Artinya, pemerintah

dan industri masyarakat menggunakan teknologi data komunikasi bergerak untuk mewujudkan
dua fungsi: administrasi dan pelayanan.

menurut Li Nuowa (2006), mobile e-goverment mengacu pada fakta departemen seluruh
pemerintah menggunakan teknologi komunikasi bergerak untuk mewujudkan keefektifan,
transparan, normalisasi, electronized dan kerja jaringan internal kantor, terkoordinasi pekerjaan
kantor dan pekerjaan luar kantor.

Wang Tingfang (2008) dkk, menyatakan bahwa mobile e-Government berarti departemen
pemerintah menggunakan teknologi komunikasi informasi nirkabel untuk mewujudkan
electronization dan mobilitas administrasi pemerintahan dan pelayanan pemerintah melalui
aplikasi bersama jaringan komunikasi mobile dan internet.

3. Jenis-Jenis E-Government

E-Government menawarkan berbagai jenis layanan untuk mempermudah masyarakat dalam


mengakses informasi serta melakukan transaksi elektronik dengan pemerintah.

3.1. Government-to-citizen (G2C)


G2C merupakan aplikasi e-Government yang paling umum, dimana pemerintah membangun dan
menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki
hubungan interaksi dengan masyarakat. Tujuan utama dari dibangunnya aplikasi e-Government
bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses
yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan
berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut:
Pembuatan SIM dan perpanjangan STNK.
Pendaftaran ibadah Haji pada Departemen Agama.

3.2. Government-to-business (G2B)


G2B meliputi berbagai layanan dipertukarkan antara pemerintah dan sektor bisnis, termasuk
distribusi kebijakan, memo, aturan dan peraturan. Layanan bisnis yang ditawarkan meliputi
memperoleh informasi saat ini bisnis, peraturan baru, men-download formulir aplikasi, pajak
Penginapan, memperbaharui lisensi, mendaftarkan bisnis, izin memperoleh, dan banyak lainnya.
Layanan yang ditawarkan melalui transaksi G2B juga memainkan peran penting dalam
pengembangan bisnis, khususnya pengembangan usaha kecil dan menengah (Pascual, 2003).

Sistem ini menguntungkan pemerintah dari pengalaman bisnis secara online di berbagai bidang
seperti strategi e-marketing. Contoh aplikasi adalah sebagai berikut :
Pembayaran pajak online oleh perusahaan wajib pajak.
Proses tender proyek-proyek pemerintah yang dapat dilakukan secara online.

3.3. Government-to-government (G2G)


Tujuan penting dari pengembangan G2G adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki proses
organisasi antar-pemerintah dengan mempersatukan kerjasama dan koordinasi serta memungkinkan
komunikasi dan pertukaran informasi online antar departemen atau lembaga pemerintahan melalui
basis data terintegrasi. Penggunaan teknologi informasi oleh lembaga pemerintah yang berbeda untuk
berbagi atau sentralisasi informasi, atau untuk mengotomatisasi dan merampingkan proses bisnis
antar pemerintah seperti kepatuhan terhadap peraturan, telah menghasilkan banyak contoh waktu dan
penghematan biaya dan layanan tambahan (Gregory, 2007). Contoh : Konsultasi secara
online,blogging untuk kalangan legislative, pendidikan secara online, pelayanan kepada masyarakat
secara terpadu.

3.4. Government-to-employee (G2E)


G2E mengacu pada hubungan antara pemerintah dan karyawan. Tujuan dari hubungan ini adalah
untuk melayani karyawan dan menawarkan beberapa layanan online seperti mendaftar secara online
untuk cuti tahunan, memeriksa saldo cuti, dan meninjau catatan pembayaran gaji, antara lain (Seifert,
2003). G2E memberikan kemudahan kepada karyawan untuk mengakses informasi yang relevan
mengenai manfaat kompensasi dan kebijakan, pelatihan dan kesempatan belajar, dan memungkinkan
karyawan untuk mengelola keuntungan mereka secara online dengan model komunikasi yagn mudah dan
cepat.

4. Manfaat E-Government.

Penerapan e-government dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi pemerintah dalam
penyampaian informasi dan layanan yang lebih efektif dan efisien untuk semua sektor e-government. Hal
ini memungkinkan instansi pemerintah untuk menyelaraskan upaya mereka yang diperlukan untuk
meningkatkan pelayanan dan mengurangi biaya operasi (Ndou, 2004). Adapun berbagai manfaat yang
diperoleh adalah sebagai berikut:

Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan


bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang
kehidupan bernegara.

Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam


rangka penerapan konsep Good Governance di pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme.

Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan
pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari.

Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru


melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab
berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang
ada.
Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses
pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.

5. Informasi

Menurut Abdul Kadir (2003:31) bahwa Informasi adalah data yang telah diproses sedemikian rupa
sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut. Seiring dengan
perkembangan teknologi, informasi sangat diperlukan dan memainkan peranan penting dalam
pengambilan suatu keputusan. Hasil dari suatu pengambilan keputusan sangatlah dipengaruhi oleh
kualitas informasi, informasi yang baik menghasilkan keputusan yang baik dan sebaliknya informasi yang
buruk akan menghasilkan keputusan yang buruk. James A OBrien (2003) menyebutkan ada tiga dimensi
yang berkaitan dengan kualitas informasi.
1) Dimensi waktu yang meliputi :

Timeliness : Informasi harus tersedia saat diperlukan

Currency : Informasi harus up-to-date pada saat disediakan

Frequency : Informasi harus disediakan sesering mungkin

Time Period : Informasi harus menyangkut perioda lalu, kini dan besok

2) Dimensi isi yang meliputi :

Accuracy : Informasi harus terbebas dari kesalahan

Relevance : Informasi harus terkait dengan kebutuhan informasi pengakses atau terkait dengan
situasi tertentu

Completeness : Seluruh informasi yang diperlukan harus disediakan

Consiceness : Hanya informasi yang diperlukan yang disediakan

Scope : Informasi memiliki skop luas/ sempit, dan berfokut pada internal/eksternal

Performance : Informasi dapat menguak kinerja dengan mengukur aktivitas yang telah
diselesaikan, perkembangan yang sudah dikerjakan, dan sumber daya yang terlibat.

3) Dimensi bentuk yang meliputi :

Clarity : Informasi yang disediakan dalam bentuk yang mudah dipahami

Detail : Informasi yang disediakan dalam bentuk detail ataupun rangkuman

Order : Informasi dapat disusun dalam urutan tertentu

Presentation : Informasi dapat dipaparkan dalam bentuk narasi, numerik, grafik, ataupun
bentuk lain.

Media : Informasi dapat disediakan dalam bentuk kertas cetakan, dokumen, tayangan video
atau media lainnya.

6. Keamanan Informasi Pada E-Government

Informasi telah menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi masyarakat. Kemampuan untuk
mengakses dan menyediakan informasi secara tepat dan akurat menjadi penting bagi suatu organisasi atau
perusahaan. Pentingnya informasi menyebabkan perlu dilakukan pengamanan terhadap informasi untuk
menjaga keabsahan dan nilai yang dimiliki oleh informasi tersebut, agar tidak disalahgunakan oleh pihak
lain yang tidak bertanggungjawab.
Keamanan informasi adalah upaya untuk melindungi, mengamankan asset informasi dari ancamana
yang mungkin akan timbul yang dapat membahayakan asset informasi tersebut. Define lain menyebutkan
bahwa keamanan informasi merupakan penjagaan informas dari seluruh ancaman yang mungkin terjadi
dalam upaya untuk memastikan atau menjamin kelangsungan bisnis, meminimalisir risiko bisnis dan
memaksimalkan atau mempercepat pengembalian investasi dan peluan bisnis. Dalam hubungan dengan
organisasi pemerintah, keamanan informasi berarti perlindungan terhadap catatan dan data yang dimiliki
oleh instansi tersebut. Informasi keamanan juga terkait dengan pemantauan rekaman kebijakan,
administrasi dan tindakan dari instansi pemerintah untuk dokumen-dokumen yang penting (Wang, 2008).
Adapun tujuan keamanan informasi menurut Smith dan Jamieson (2005), untuk melindungi aset
informasi organisasi dan untuk melindungi proses bisnis organisasi serta pelestarian prinsip CIA, yaitu:

Kerahasiaan: memastikan bahwa informasi tersebut hanya diterima oleh mereka yang memiliki
otorisasi untuk menerimanya. Informasi dapat rahasia untuk alasan privasi, komersial atau politik.
Integritas: memastikan bahwa informasi hanya dapat diubah oleh sistem atau mereka yang
memiliki otorisasi untuk melakukannya.
Ketersediaan: memastikan bahwa informasi dan pengolahan sistem selalu tersedia ketika
informasi yang diperlukan. Menurut Alshboul (2012), kerentanan sistem dapat terjadi pada salah
satu dari empat bidang berikut, yaitu: program, peripheral, komunikasi, input dan output.
Menurut William Stalling (2001), ada terdapat empat layanan keamanan informasi yang terutama
disediakan/dibutuhkan :

Autentikasi : mekanisme pengujian bahwa yang akan mengakses data dan mengklain dirinya
sebagai X adalah benar-benar X dan berhak mengakses data.\

Konfidensilitas Data : mekanisme penyembunyian data sehingga hanya yang berhak (yang
memiliki kunci) saja yang dapat membacanya.

Integritas Data : mekanisme pengujian untuk meyakinkan apakah data sudah dimodifikasi ataukah
belum.

Non-Repudiation : mekanisme pembuktian bahwa pengirim pesat tidak dapat menghindar dari
fakta bahwa ia memang yang mengirim pesan.

Menurut Wimmer et al. (2008), dalam upaya untuk memberikan arah strategis untuk pengembangan
e-Government di negara-negara Uni Eropa, mulai Januari 2007 program eGovRTD2020 dalam bentuk
rencana strategis untuk pengembangan e-Government melalui 13 daerah penelitian diluncurkan. Dari
ketiga belas daerah penelitian, setidaknya ada empat daerah yang sama dapat dikelompokkan ke daerah
keamanan informasi, yaitu:

Kepercayaan dalam e-Government dengan satu dari masalah adalah tentang bagaimana
membangun dan meningkatkan konsep kepercayaan dalam lingkungan e-Government.

Kualitas informasi: ada beberapa masalah dalam topik ini, salah satunya adalah tentang bagaimana
kerangka kerja dapat dibentuk untuk memastikan kualitas informasi dan mekanisme sertifikasi
dapat dipercaya, maka bagaimana untuk memastikan kualitas informasi yang akan digunakan
untuk keperluan pengambilan keputusan.

Cyber Infrastruktur untuk eGovernment. Sejalan dengan perkembangan teknologi, platform


teknologi untuk e-Government akan melibatkan keterlibatan banyak platform sehingga

kehandalan harus dipertahankan. Standar yang disepakati, modul dan jasa yang disiapkan harus
memiliki interoperabilitas dengan satu sama lain dan mendukung pertumbuhan industri yang
mendukung bidang e-Government.

Data pribadi dan identitas pribadi. Data pribadi, jika digunakan dengan benar, akan meningkatkan
kualitas layanan e-Government, tetapi, di sisi lain, ada juga potensi penyalahgunaan. Oleh karena
itu, isu-isu yang berkaitan dengan kebijakan, protokol keamanan dan manajemen data akan hal-hal
yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara penggunaan data pribadi untuk
kepentingan layanan e-Government dan perlindungan dari potensi penyalahgunaan.

Adapun terdapat beberapa masalah lain yang muncul pada system e-Government meliputi :

Kecurangan (Fraud) : Kecurangan IT hampir sama dengan kecurangan pada umumnya.


Kecurangan terjadi pada system yang mendukung transaksi bisnis (banking, ordering, ecommerce).

Kesalahan (error) : Kesalahan dapat terjadi misalnya pemindahan oleh operator dari bentuk
kertas/formulir ke bentuk entry digital. Selain itu kesalah dapat berbentuk kesalah jumlah
pembayaran, kesalaha jasa/barang yang dikirim/order, kesalahan detail data konsumen/supplier,
transaksi bisnis yang tidak terlaksana, terjadi transaksi ganda, entry data tidak benar/tidak lengkap,
kesalahan prosesing, kesalahan output, dsb.

Kelambatan (delay) : kelambatan dalam pembayaran/penerimaan uang, kelambatan dalam


delivery/penerimaan barang/jasa. Ini dapat menyangkut contractual deadline sehingga dapat
berakibat denda/penalty.

Interupsi layanan : ini merupakan resiko yang paling ditakuti di dunia bisnis yang berimplikasi
pada kegagalan memenuhi tingkat layanan sesuai dengan ekspektasi konsumen, pemasok,
karyawan, pemegang saham, regulator, dsb.

Publikasi Informasi Rahasia : Semua bisnis mempunyai informasi rahasia misalnya rahasia
dagang, kekayaan intelektual, detail konsumen, informasi yang sensitive untuk financial market
(misalnya take -over, merger), informasi yang mempunyai keunggulan kompetitif, informasi yang
diatur oleh UU HAKI, posisi negosiasi.

Pencurian Kekayaan Intelektual : misalnya software code, dokumentasi yang terkait dengan hak
cipta dan paten.

Safety-Critical Dependence : kendali real-time terhadap proses control misalnya system kendali
pertahanan, pembangkit listrik, proses kimia dan sebagainya. Untuk pemerintah daerah misalnya

system sensor pencacah banyaknya bis yang masuk ke terminal, sensor pencacah banyaknya orang
yang masuk obyek wisata, system presensi dengan sidik jari.
Selain itu Kushchu (2003) terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah
umumnya menerapkan aplikasi mobile di layanan e-Government, yaitu: Pembangunan infrastruktur,
Infrastruktur Pembayaran, Privasi dan Keamanan, Aksesibilitas, Masalah Hukum dan Kompatibilitas. Ini
merupakan tantangan bagi para profesional e-government, praktisi, dan peneliti untuk menunjukkan
kontribusinya, solusi dan dukungan untuk membantu mewujudkan e-Government yang baik.
7. Strategi Keamanan Informasi

Solusi perangkat mobile untuk e-Government melalui penggunaan smartphone harus didukung oleh
proses komunikasi yang aman antara server e-Government dan perangkat smartphone. Setidaknya harus
ada dua sisi keamanan harus dipertimbangkan dengan baik. Yang pertama adalah dari sisi server layanan
e-Government, dan yang kedua adalah pada sisi perangkat smartphone yang digunakan. Informasi data
pribadi dan klasifikasi data/informasi merupakan hal yang sangat mendasar untuk diperhatikan pada
penerapan e-Government.
Terdapat empat strategi yang dapat digunakan sebagai acuan keamanan informasi pada e-Government
berbasis perangkat mobile, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Jenis data dan layanan.

Data dan informasi yang dibutuhkan dalam layanan e-Government harus diklasifikasikan
berdasarkan fungsi dan tujuan. Ada terdapat beberapa klasifikasi layanan e-Government yang
telah dijelaskan diatas.

Untuk data dan informasi yang bersifat pribadi dan rahasia, maka e-Government yang
dikembangkan harus didukung oleh infrastruktur yang dapat menjamin keamanan data dan
informasi tersebut.

2) Aspek Kebijakan

Dengan adanya beberapa layanan e-Government yang disajikan, maka diperlukan suatu
kebijakan terintegrasi terkait login user. User yang menggunakan lebih dari satu layanan
e-Government akan login dengan konsep single sign-on.

Perlunya suatu kebijakan terkait system keamanan informasi dan control layanan kepada
pengguna.

Kebijakan hukum yang didukung oleh undang-undang yang dapat mengantisipasi


kemungkinan penyalahgunaan data dan informasi pada e-Government.

10

3) Aspek Insfrastruktur dan Teknologi

Dukungan dan komitmen untuk pelaksanaan sejumlah standar keamanan seperti ISO 27001:
2009 untuk keamanan komputer dan ISO 14443 untuk standar interoperabilitas.

Kebijakan untuk mengontrol kualitas keamanan yang berlaku untuk berbagai jenis perangkat
mobile / smartphone yang digunakan secara luas di masyarakat.

4) Aspek Sumber Daya Manusia

Pendidikan berkelanjutan tentang pentingnya menjaga personal / identitas pribadi yang


disimpan di smartphone.

Pendidikan untuk memilih jenis perangkat smartphone yang mendukung teknologi


mendukung sistem keamanan yang diterapkan dalam e-Government.

Pendidikan tentang isu privasi dan keamanan.

8. Kesimpulan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan kemudahan pada pemerintah untuk
menerapkan system e-Government dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. e-Government
konvensional selanjutnya berkembang menjadi e-Government berbasis perangkat mobile. Hal ini terjadi
seiring dengan perkembangan teknologi perangkat mobile yang memberikan beberapa keunggulan yaitu
universalitas, kegunaan, efisiensi tinggi, ekonomi dan individualisasi. Akan tetapi, konsep layanan eGovernment berbasis perangkat mobile sangat tergantung pada kesiapan pemerintah dalam memberikan
jaminan infrastruktur yang baik dan aman terhadap data dan informasi yang dianggap penting.
Salah satu isu penting dari layanan e-Government berbasis perangkat mobile adalah keamanan data
dan informasi. Oleh karena itu perlu adanya strategi untuk menerapkan system keamanana yang aman dan
nyaman. Terdapat empat srategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan keamanana data dan
informasi yaitu : pilihan layanan data dan, kebijakan yang tepat, adopsi teknologi dan aspek pendidikan
manusia.
Akhirnya dengan adanya layanan e-Government berbasis perangkat mobile yang baik dan aman,
proses layanan data dan informasi yang dibutuhkan baik oleh pemerintah maupun masyarakat dapat
dilakukan dengan cepat, kapan saja dan dimana saja.

11

9. Referensi

Priyambodo, T. K. 2015. INFORMATION SECURITY STRATEGY ON MOBILE DEVICE


BASED

eGOVERNMENT.

Available

at

http://www.arpnjournals.com/jeas/research_papers/rp_2015/jeas_0215_1503.pdf

Istiyanto, J.E., 2005. Aspek-Aspek Keamanan pada Infrastuktur eGovernment. pp.1-12. Available
at: http://jazi.staff.ugm.ac.id/gamatech-Jazi.pdf.

Alshehri, M., and Drew, S. 2010. E-Government Fundamentals. In International Conference ICT,
Society

and

Human

Beings

(IADIS).

Available

at

http://www98.griffith.edu.au/dspace/bitstream/handle/10072/37709/67525_1.pdf?sequence=1

Kumar, M. and Sinha, O.P. 2008. mGovernment Mobile Technology for eGovernment.
Available at : www.csi-sigegov.org/2/32_343_2.pdf

Instruksi Presiden RI No 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
E-Government

Wang, J. 2008. Design of eGovernment Security System based on Information Security Model.
International Conference on Information Management, Innovation Management and Industrial
Engineering. Available at : http://ieeexplore.ieee.org/stamp/stamp.jsp?tp=&arnumber=4737663

Abdul Kadir. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta:Andi.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_elektronik diakses pada hari Senin 5 Oktober 2015

12

Anda mungkin juga menyukai