id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
I.
Pengertian Revitalisasi
Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi
kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Untuk itu, revitalisasi dapat dikatakan
sebagai salah satu pendekatan dalam meningkatkan vitalitas suatu kawasan kota yang
bisa berupa:
1) penataan kembali pemanfaatan lahan dan bangunan;
2) renovasi kawasan maupun bangunan-bangunan yang ada, sehingga dapat
ditingkatkan dan dikembangkan nilai ekonomis dan sosialnya;
3) rehabilitasi kualitas lingkungan hidup; dan
4) peningkatan intensitas pemanfaatan lahan dan bangunannya.
Keberhasilan pendekatan revitalisasi dalam suatu kawasan dipengaruhi oleh aspek
sosial dan karakteristik kawasan yang merupakan image atau citra suatu kawasan,
bukan pada ide atau konsep yang diterapkan tanpa penyesuaian dengan lingkungan
kawasan tersebut. Pendekatan revitalisasi berdasarkan tingkat, sifat dan skala
perubahan
yang
terjadi
di
dalam
kawasan
dapat
dilakukan
dengan
BAB II - 12
perpustakaan.uns.ac.id
I.1
digilib.uns.ac.id
Fungsi Revitalisasi
Revitalisasi yang dianggap sebagai upaya pemitalan kembali suatu kawasan
mempunyai beragam fungsi, antara lain :
Meningkatkan
stabilitas
lingkungan,
pertumbuhan
perekonomian
I.2
commit to user
BAB II - 13
perpustakaan.uns.ac.id
I.3
digilib.uns.ac.id
Tahapan Revitalisasi
Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui
beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1) Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara
bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik
bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang
terbuka kawasan (urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat
kaitannya dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menarik
kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu
lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga
intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan.
Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.
2) Rehabilitasi ekonomi, Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan
artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi.
Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa
mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic
development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan
kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Dalam konteks revitalisasi perlu
dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas
ekonomi dan sosial (vitalitas baru).
3) Revitalisasi sosial/institusional. Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan
akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik
(interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful place. Maksudnya,
kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan
dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms). Sudah
menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan
pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri
(place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu
pengembangan institusi yang baik.
commit to user
BAB II - 14
perpustakaan.uns.ac.id
I.4
digilib.uns.ac.id
II.
Pengertian Konservasi
Konservasi adalah sebuah proses yang bertujuan memperpanjang umur warisan
budaya bersejarah, dengan cara memelihara dan melindungi keotentikan dan
maknanya dari gangguan dan kerusakan, agar dapat dipergunakan pada saat sekarang
maupun massa yang akan datang, baik dengan menghidupkan kembali fungsi lama
dengan memperkenalkan fungsi baru yang dibutuhkan. (Hartono, Harastoeti Dibyo,
2011)
Senada dengan penjelasan tersebut, Siahaan (2007) cari sumber nya menyatakan
bahwa pelestarian atau konservasi adalah kegiatan perawatan, pemugaran, dan
pemeliharaan bangunan gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan
bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode
yang dikehendaki. Perlindungan dan pelestarian bangunan gedung dan lingkungnnya
to user termasuk perawatan dan pemugaran,
meliputi kegiatan penetapan dancommit
pemanfaatan
BAB II - 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.
3.
4.
BAB II - 16
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
BAB II - 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Manfaat Ekonomis
Bangunan yang telah ada sering kali memiliki keunggulan ekonomis
tertentu. Selain lokasi yang umumnya strategis didalam kota, banyak
bangunan lama berada dalam kondisi yang masih baik. Bukti empiris
menunjukkan bahwa bahwa pemanfaatan bangunan yang sudah ada sering
kali lebih murah dari pada membuat bangunan baru.
5. Pariwisata dan Rekreasi
Manusia selalu tertarik pada tempat yang unik dan bersejarah. Kekhasan
atau nilai sejarah suatu tempat yang terbukti mampu menjadi daya tarik yang
mendatangkan wisatawan ke tempat tersebut. Mengunjungi tempat
bersejarah dan memahami bagaimana masayarakat pada masa lampau hidup,
merupakan kegiatan yang selain menyenangkan juga mendidik.
6. Sumber Inspirasi
Banyak tempat dan bangunan bersejarah yang berhubungan dengan rasa
patriotisme, gerakan sosial, serta orang dan peristiwa penting di masa lalu
tempat-tempat tersebut memiliki daya asosiatif yang mampu memuaskan
emosi manusia.
7. Pendidikan
Lingkungan, bangunan dan artefak bersejarah melengkapi dokumen
tertulis tentang masa lampau. Melalui ruang dan benda tiga dimensi sebagai
laboratorium, orang dapat belajar dan memahami kehidupan dan kurun
waktu yang menyangkut peristiwa, masyarakat atau individu tertentu serta
menghormati lingkungan alam. Sebagai laboratorium pembelajaran tempat
yang direvitalisasi dapat berfungsi sebagai katalis yang membantu proses
transformasi budaya seperti yang sekarang sedang terjadi di Indonesia.
BAB II - 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Perda Kota Bandung no. 19 Tahun 2009 dan Perda DKI Jakarta no. 9
tahun 1999 penggolongan bangunan cagar budaya kedalam tiga bagian yaitu :
bangunan cagar budaya golongan A, golongan B dan golongan C. Adapun
ketentuan penanganan untuk masing-masing bangunan antara lain:
a) Bangunan golongan A (utama), ketentuan pemugarannya adalah:
apabila kondisi fisik buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak
harus dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya
dalam
upaya
revitalisasi
dimungkinkan
adanya
penyesuaian/
BAB II - 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II - 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II - 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
angkutan umum saja yang boleh melalui jalan tersebut. Dalam hal ini trotoar
bagi pejalan diperlebar, parkir di badan jalan dilarang dan jalan tersebut
didesain untuk menciptakan kesan unik pada kawasan pusat kota.
c. semi mall, yaitu tipe pedestrian mall yang dibuat dengan mengurangi parkir
pada badan jalan dan arus lalu lintas yang melalui jalan. Semi mall biasanya
berlokasi pada jalan utama di sekitar pusat kota. Pada tempat berjalan
terdapat tanaman, tempat duduk, penerangan jalan serta elemen estetis
lainnya. Semi mall sering diterapkan pada kota-kota besar yang mengalami
kesulitan menutup total jalan-jalan di daerah pusat kota dari kendaraan.
d. full mall, yaitu tipe pedestrian mall yang diciptakan dengan cara menutup
jalan yang tadinya digunakan untuk kendaraan kemudian mengubahnya
menjadi kawasan khusus pejalan dengan menambahkan trotoar, perabot
jalan, pepohonan, air mancur dan sebagainya. Tipe pedestrian mall ini
mempunyai karakteristik tertentu dan membantu dalam membangun citra
pusat kota.
BAB II - 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II - 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III.5 Persyaratan dan Penyediaan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki
Syarat-syarat pemenuhan faktor keselamatan, keseimbangan dan kenyamanan
Keseimbangan, keselamatan dan kenyamanan dalam perencanaan pedestrian
yang baik dapat tercipta dengan memperhatikan banyak hal dan persyaratan.
Persyaratan persyaratan tersebut didasari dari pemikiran bahwa ukuran dasar
ruang tiga dimensi (panjang,lebar,tinggi) mengacu kepada ukuran tubuh manusia
dewasa, peralatan yang digunakan dan ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi
pergerakan penggunanya (sumber : www.google.co.id- Review Kepmen 468
tentang Persyaratan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan )
Seperti dibawah ini terdapat persyaratan persyaratan standart yang
digunakan untuk perencanaan pedestrian baik untuk pengguna normal dan
terutama bagi penyandang cacat.
Ukuran. Lebar minimum jalur pedestrian adalah 136 cm untuk jalur satu
arah dan 180 cm untuk jalur dua arah. Dan bagi penyandang cacat jalur
pedestrian harus bebas dari pohon tiang, rambu rambu dan benda benda
pelengkap jalan yang menghalang.
Permukaan. Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca bertekstur
halus dan tidak licin. Apabila harus terjadi gundukan tingginya tidak lebih
dari 1,25 cm. Bila menggunakan karpet maka ujungnya harus kencang dan
mempunyai trim yang permanen.
Kemiringan. Terutama bagi penyandang cacat kemiringan maksimum 7
derajat dan.
Area istirahat. Pada setiap 9 m disarankan terdapat pemberhentian untuk
istirahat.
Pencahayaan. Berkisar antara 50-150 lux tergantung pada intensitas
pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
commit to user
Drainase. Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman
revitalisasi kawasan Braga
BAB II - 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pejalan
kaki
seluas
>5,6
bebas,
para
pejalan
kaki
dapat
Gambar 2.1.
Level Of Service A
kaki.
IV.6.2
LOS B
Jalur pejalan kaki seluas 5,6 m2/pedestrian,
besar
arus
pejalan
kaki
>16-23
Gambar 2.2.
Level Of Service B
commit to user
BAB II - 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Niniek Anggraeni
pejalan
kaki
seluas
>2,23,7
Gambar 2.3.
Level Of Service C
normal
tetapi
relatif
lambat
karena
Niniek Anggraeni
IV.6.4 LOS D
Jalur
pejalan
kaki
seluas
>1,12,2
dan
merubah
kecepatan.
Arus
Gambar 2.4.
Level Of Service D
Niniek Anggraeni
commit to user
BAB II - 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV.6.5 LOS E
Jalur
pejalan
kaki
seluas
>0,751,4
Gambar 2.5.
Level Of Service E
merupakan
ambang
bawah
Niniek Anggraeni
dari
pejalan
kaki
seluas
<0,75
Pada
LOS
F,
Gambar 2.6.
Level Of Service F
kaki.
BAB II - 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Safety ( keamanan )
Salah satu penyebab banyaknya tingkat kecelakaan yang terjadi pada
pejalan kaki di jalur pedestrian adalah akibat pencampuran fungsi jalur
pedestrian dengan aktivitas yang lain. Elemen-elemen yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan keamanan pedestrian adalah :
Desain jalan dan jalur pedestrian
Desain jalan untuk pejalan kaki harus nyaman dan aman serta memiliki
daya tarik agar orang merasa betah melaluinya.
Kecepatan dan kepadatan
Keamanan pejalan kaki salah satunya agar terhindar dari kecelakaan
lalu lintas. Pada jalan yang memiliki kecepatan dan kepadatan lalu lintas
yang tinggi harus memiliki barrier pada jalur pedestrian. Barrier ini
dapat berupa pepohonan, pot bunga, dan adanya jarak antara jalur
pedestrian dengan jalan raya.
Pemilihan perencanaan jalur pedestrian yang berkesinambungan
Hal ini berhubungan dengan perencanaan kawasan yang mampu
menyatukan elemen-elemen yang ada disekitarnya menjadi satu
kesatuan.
Kondisi musim
Akibat sering berubahnya musim maka jalur pedestrian harusnya
mampu mengantisipasinya dengan memperhitungkan faktor alam yang
mampu mempengaruhi aktivitasaktivitas orang yang melewatinya.
Waktu
Jalur pedestrian digunakan untuk berjalan kaki baik siang maupum
malam hari. Untuk itu perlu adanya pemikiran untuk mengolah jalur
pedestrian agar aktivitas yang berhubungan dengan waktu dapat
berjalan lancar dengan tersedianya fasilitas yang membuat nyaman
orang yang melaluinya.
b) Comfort ( Kenyamanan )
Kenyamanan merupakan segala sesuatu yang memperlihatkan dirinya
sesuai dan harmonis dengan penggunaan suatu ruang. Jalur pedestrian
memiliki peran penting dalam pembentukan arsitektur kota. Kondisi jalur
commit to user
pedestrian
yang
mengutamakan
kenyamanan,
tentunya
juga
revitalisasi kawasan Braga
BAB II - 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II - 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Elemen pada suatu jalur pedestrian dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : elemen
jalur pedestrian sendiri ( material dari jalur pedestrian ), dan elemen pendukung
pada jalur pedestrian ( lampu penerang, vegetasi, tempat sampah, telepon umum,
halte, tanda petunjuk dan lainnya ). Elemen-elemen material yang umumnya
digunakan pada jalur pedestrian adalah paving ( beton ), bata atau batu.
a) Paving atau beton
Paving beton dibuat dengan variasi
bentuk, tekstur, warna, dan variasi bentuk
yang memiliki kelebihan terlihat seperti
batu
bata,
serta
pemasangan
dan
yang
kuat
dan
mudah
dalam
c) Bata
Bahan material ini merupakan bahan
yang mudah pemeliharaannya, serta mudah
pula didapat. Bata memiliki tekstur dan
dapat menyerap air dan panas dengan cepat
tetapi mudah retak.
commit to user
BAB II - 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
http://www.astudioarchitect.com/2010/10/gayacommit to user
art-deco-untuk-bangunan.html#ixzz31Qewq3IU
BAB II - 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Garis yang rapih, stabil, tajam, manis, mengkilap dan hiperbola, hal ini
dibuktikan dari beberapa penggunaan material yang sangat mengkilap
seperti krom, batu perhiasan yang dipoles , dll.
BAB II - 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikonsentrasikan
di
pusat
Kota
Bandung
dan
Cimahi.
Pada
BAB II - 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan Ocean Liner Style hal ini mengacu pada bentuk kapal pesiar yang pada
saat itu merupakan karya manusia yang patut dibanggakan, jadi bentukan kapal,
bentuk lengkung dijadikan sebagai ekspresi kemoderenan.
commit to user
BAB II - 34
Foto
Profil
Keterangan
Dekorasi garis lurus yang tumbuh dari struktur horizontal dan vertikal
Tahun : 1880
Hotel Preanger
Arsitek
CPW. Schoemaker,
Ir. Soekarno
tinggi, tetapi sangat kaya dengan unsur dekoratif. Menara ini menjadi
:1889
Tahun :
BAB II - 35
revitalisasi kawasan Braga
Tahun : 1915
Gedung Landmark
Arsitek :
CPW. Schoemaker
Tahun :
1922
New Majestic
Arsitek :
CPW. Schoemaker
Tahun :
1925
BAB II - 36
revitalisasi kawasan Braga
A.F. Aalbers
Vila Isola
Arsitek
perpustakaan.uns.ac.id
V.
digilib.uns.ac.id
Kota Pusaka
Pusaka menurut Piagam Pelestarian dan Pengelolaan Pusaka Indonesia Tahun 2003
meliputi pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana.
Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih
500 (lima ratus) suku bangsa di tanah air Indonesia, secara sendiri-sendiri,
sebagai kesatuan bangsa Indonesia dan dalam interaksinya dengan budaya lain
sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka berwujud
(tangible) dan pusaka tidak berwujud (intangible).
Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan
ruang dan waktu.
Kota Pusaka adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang bernilai dan
memiliki pusaka alam, pusaka budaya berwujud dan pusaka budaya tidak berwujud,
serta rajutan berbagai pusaka tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam
wilayah/kota atau bagian dari wilayah/kota yang hidup, berkembang, dan dikelola
secara efektif.
Maksud
Mewujudkan reformasi di bidang perencanaan dari tataran perencanaan
RTRW ke arah aksi implementasi konkrit yang berbasis kekuatan ruang
kota dengan nilai-nilai pusaka di dalamnya sebagai tema utama.
Mendorong diakuinya Kota Pusaka Indonesia sebagai Kota Pusaka Dunia
oleh UNESCO.
Tujuan
Terwujudnya ruang kota yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berbasis rencana tata ruang, bercirikan nilai-nilai pusaka,
melalui transformasi upaya-upaya pelestarian menuju sustainable urban
(heritage) development dengan dukungan dan pengelolaan yang handal
serta penyediaan infrastruktur yang tepat menuju Kota Pusaka Dunia.
Program Penataan dan Pelestarian kota Pusaka (P3KP) diprioritaskan
kepada kota/kabupaten anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI)
commit to user
mengingat kota/kabupaten tersebutsekurang-kurangnya telah memiliki
BAB II - 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menunjukkan
keseriusan
dan
menyatakan
komitmennya
untuk
BAB II - 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II - 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4%
Ekonomi Kreatif
2%
7%
20%
Bagan 2.1.
61%
Fesyen
Kuliner
Rekaman Musik
Percetakan
seni rupa
barang antik
desain pakaian
commit to user
BAB II - 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Subsektor Fesyen
Industri kreatif fashion sudah menjadi icon kota Bandung. Kekuatan
utama industri kreatif adalah desain, keragaman bahan baku, kekhususan
merek, dan keunikan produk. Keberhasilan creative fashion di Bandung
tidak
terlepas
dari
keberadaan
industri
tekstil
dan
keunikan
b) Subsektor Seni
Perkembangan industri keratif lainnya seperti industri fashion dan
musik mendorong pertumbuhan industri seni rupa di Bandung. Industri
kreatif di Bandung juga didukung oleh kalangan perguruan tinggi. Salah
satu contoh akomodasi perguruan tinggi terhadap industri kreatif di
bidang seni di Bandung adalah pagelaran pasar seni yang diselenggarakan
oleh ITB.
c) Subsektor Musik
Musisi yang lahir di kota Bandung diantaranya Trio Bimbo, Royke B
Jantiko dan Eko Jantiko, Yuti Launda, Marvelin Yohana Sentosa dan
Nicky Astria. Sedangkan untuk group band asal Bandung yang terkenal
diantaranya Peterpan, Gigi, Cokla dan Potret.
commit to user
BAB II - 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VII. Preseden
VII.1 Burlington Arcade, London
Burlington Arcade merupakan sebuah galeri belanja dan pusat perbelanjaan
modern pertama di Eropa yang dibuka pada tahun 1819 yang sampai saat ini
masih dikenal sebagai sejarah dan karya agung dalam ilmu bangunan (historic
and architectural masterpiece). Burlington Arcade terbentang dari Bond Street,
Piccadilly sampai Burlington Garden, London. Burlington Arcade merupakan
commit to user
prototype sukses untuk shopping arcade dengan judul The First of Europes
revitalisasi kawasan Braga
BAB II - 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Grand Arcade dan masuk dalam London most exclusive district. Dengan
tampilan klasik, menggunakan hiasan dan dekorasi patung-patung, kolom-kolom
iconic sebagai penopang dinding membuat Burlington Arcade tampil eksklusif.
= double shop
= single shop
= inter shop
= 1 single shop + 1 double shop
BAB II - 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambaran Umum
Kawasan Tenjin adalah salah satu pusat belanja, bisnis, dan hiburan di
kota Fukuota, salah satu koslopolitan di Jepang. Setiap akhir pecan,
kawasan ini dibanjiri kaum muda yang datang dari segala penjuru
Kyushu, salah satu pulau Jepang. Sehingga banyak terdapat department
store dan pusat perbelanjaan di sini, salah satu yang menjadi icon adalah
New Tenjin Underground Shopping Arcade.
New Tenjin Underground Shopping Arcade mulai dikembangkan sejak
tahun 2005 oleh pengembang swasta sebagi pusat perbelanjaan dan gaya
hidup bawah tanah. Tenjin Underground sendiri sudah ada sejak tahun
1976, namun karena dilatarbelakangi kemacetan lalu lintas yang kian
parah, pihak swasta pun mengembangkan New Tenjin Underground
menjadi pusat gaya hidup yang mempesona.
BAB II - 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jepang menonjol
dnegan
budayanya,
namun
arus
BAB II - 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Saat ini kawasan tersebut dikembangkan menjadi mall yang berdiri dalam
beberapa ruas jalan yang menyerupai gang yang dihimpit bangunan kuno yang
sebelumnya merupakan rumah tinggal menjadi retail shop. Tempat ini
merupakan tempat belanja berpendingin dengan penutup kaca pertama di
Singapura. Jadi meski di bawah siraman panas matahari, pengunjung yang
berjalan-jalan di Parco Bugis Junction masih tetap merasakan keteduhan dan
kesejukan.
Di pusat perbelanjaan ini, para pengunjung bias mengunjungi berbagai toko
yang menjual segala macam barang elektroik sampai pakaian, hingga pernakpernik aksesoris. Apalagi untuk mereka yang menyukai aneka pakaian berlabel
khusus, misalnya bagi para pengoleksi aneka produk bertemakan Astro Boy
sampai Superman, bias melengkapi koleksinya di tempat ini.
Sebagai tempat hiburan, Parco Bugis Junction juga memiliki bioskop
Cineplex. Sedangkan untuk anak-anak, terdesia di water boom. Air mancur yang
keluar secara tiba-tiba dari bawah tanah ini sangat disukai oleh kebanyakan
anak-anak karena mereka bias bermain dan menebak air dari celah mana yang
akan keluar.
commit to user
BAB II - 47
No
Keberadaannya terhadap
jalan
Burlington Arcade Shopping arcade yang
dibangun pada suatu lahan
hak milik pribadi
New Tenjin
Underground
Shopping Arcade
Bugis Juction
Shooping Arcade
Dominasi Material
Penutup Arcade
Metrial beton
permanent, kaca
patri, kolom ionic,
kaca rooflight, dll
BAB II - 48
revitalisasi kawasan Braga
BAB II - 49
revitalisasi kawasan Braga