Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Desa Sendang adalah desa yang teeletak di wilayah kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Desa Sendang berada tepat dilereng Gunung Gajah Mungkur sehingga mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Waduk Gajah Mungkur memiliki panorama yang indah yaitu pemandangan pegunungan Gajah Mungkur, perairan yang luas, dimanfaatkan untuk irigasi dan perikanan air tawar, sehingga memiliki potensi dan prospek yang bagus untuk tempat pariwisata. Pariwisata berkembang karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum diketahui, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana atau untuk mendapat perjalanan baru (Robinson, 1976; Murphy, 1985 dalam I Gde Pinata dan Gayanti, 2005). Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Pariwisata memang cukup menjajikan sebagai primadona ekspor, karena beberapa ciri positifnya. Indonesia sangat menaruh harapan pada pariwisata sebagai komoditas ekspor yang diharapkan akan mampu menggantikan peranan migas. Harapan ini cukup beralasan, karena Indonesia memang memiliki potensi pariwisata yang besar, baik dari segi alam maupun dari segi sosial budaya. Pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan industri dan lain-lain) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanent. Pariwisata adalah aktivitas bersantai atai aktivitas waktu luang. Perjalanan wisata bukanlah suatu kewajiban dan umumnya dilakukan yaitu pada saat mereka cuti atau libur. Hubungan-hubungan periwisata terjadi karena adanya pergerakan manusia yang terkait dengan dimensi ruang dan waktu. Pembangunan adalah perubahan dan kebudayaan adalah upaya manusia untuk menyempurnakan diri dalam kondisi kehidupannya. Suatu pembangunan tidak

hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan biotik semata, melainkan pula oleh faktor sosial-budaya (Soemarwoto,1991:17). Oleh sebab itu, usaha pembangunan yang menyebabkan pencemaran lingkungan dan merosotnya kemampuan sumberdaya alam, perlu diimbangi dengan semakin timbulnya kesadarakan manusia sebagai bagian dari ekosistem. Dalam uapaya membangun, selalu ada kecenderungan keinginan manusia untuk merubah lingkungannya, sementara itu perubahan suatu lingkungan akan mempengaruhi kehidupan manusia, baik itu menguntungkan atau sebaliknya. Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tetapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas (Laretna, 2002 dalam http: //aapalupi. blogspot.com /2007/11/ revitalisasi.html). Waduk adalah danau yang secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan air pertanian, perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya erbentuk suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Danau dapat emiliki manfaat serta fungsi seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta ebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik tenaga air, ebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber penyediaan air bagi makhluk idup sekitar dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi.

Pembangunan kampung wisata di berbagai daerah di Indonesia selalu engalami kendala karena tidak mempunyai konsep pembangunan yang jelas. Oleh arena itu dalam upaya pemerintah daerah membangun tempat wisata di Waduk aruslah mempunyai perencanaan yang matang. Revitalisasi waduk menjadi tempat isata menjadi menarik untuk diteliti karena mempengaruhi kehidupan sosial konomi masyarakat setempat. Hal ini diupayakan untuk pemberdayaan warga untuk engelola tempat wisata sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini di beri judul Revitalisasi Waduk Gajah Mungkur Sebagai paya Perintisan Kampung Wisata Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Sendang Kabupaten Wonogiri.

B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang diangkat adalah : 1. Bagaimana konsep pembangunan Waduk Gajah Mungkur menjadi tempat wisata? 2. Bagaimana upaya revitalisasi Waduk Gajah Mungkur guna merintis Kampung Wisata? 3. Bagaimana peran waduk bagi kesejahteraan masyarakat?

C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan program yang hendak dicapai adalah : 1. Mengungkap konsep pembangunan Waduk Gajah Mungkur menjadi tempat wisata. 2. Mengetahui upaya revitalisasi Waduk Gajah Mungkur guna merintis Kampung Wisata.

3. Mengetahui dan mendiskripsikan peran waduk bagi kesejahteraan masyarakat.

D. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan luaran yang diharapkan diatas, maka program ini diharapkan memiliki kegunan sebagai berikut; 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kajian disipliner khususnya kajian Sosiologi ekonomi dan pembangunan. 2. Manfaat Praktis (Bagi Masyarakat) Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai konsep pembangunan masyarakat desa dengan mengembangkan periwisata guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA

1) Revitalisasi Waduk Revitalisasi adalah upaya untuk menvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup akan tetapi kemudian mengalami kemunduran atau degradasi . Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik , ekonomi, dan social. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah) makna, keunikan lokasi dan citra tempat). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakat serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masayarakat,selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas. Untuk itu perlu mekanisme yang jelas.

Menurut Laretna bahwa ada aspek lain yang pening dan sangat berperan dalam revitalisasi, yaitu penggunaan peran teknologi informasi, khususnya dalam pengelola keterlibatan banyak pihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi Selain itu, revitalisasi juga dapat ditinjau dari aspek keunikan lokasi dan tempat bersejarah atau revitalisasi dalam rangka untuk mengubah citra suatu kawasan.Kebijakan pembinaan dan pemeliharaan warisan budaya nasional merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang kebudayaan serta untuk menyelamatkan dan mengembangkan warisan budaya. Salah satu bentuk pelestarian dan pemeliharaan terhadap benda sejarah adalah pemugaran. Untuk mencapai tujuan itu, maka dalam pelaksanaannya perlu dilakukan revitalisasi untuk penyelamatan terhadap Waduk Gajah Mungkur. Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai berikut: (1.) Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan (urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang. (2.) Rehabilitasi ekonomi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru). (3.)

Revitalisasi sosial/institusional dimana keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms). Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.

2) Kampung Wisata Kampung Wisata adalah sebuah kawasan yang dimanfaatkan untuk menarik wisatawan dan mempunyai potensi alam yang bagus bagi kemajuan pariwisata. Dalam kampung wisata ditawarkan panorama alam yang indah, kuliner dan fasilitas lainnya. Pola pengembangan wilayah pedesaan dirasakan sangat penting, karena struktur ekonomi pedesaan bedara dalam keadaan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan struktur ekonomi kota. Struktur ekonomi pedesaan didasarkan pada pertukaran tenaga kerja, karena kurang tersedianya uang dan tidak adanya kemampuan untuk mengeloloa uang. Pembangunan kampung wisata ini dengan membangun waduk gembong akan menjadi tempat wisata yang menarik bagi masyarakat. Karena pemandangan alamnya yang rupawan dan merupakan salah satu bendungan yang di bangun pada masa Orde Baru.

B. KERANGKA BERFIKIR Optomalisasi sektor pariwisata khususnya Waduk gajah mungkur masih sangat kurang. Masih banyak sarana dan prasarana yang belun dikelola dengan baik. Padahal Waduk Gajah Mungkur merupakan sebuah kawasan yang sangat ideal dan sangat strategis karena mudah dijangkau bagi para wisatawan.

Revitalisasi adalah upaya untuk menvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup akan tetapi kemudian mengalami kemunduran atau degradasi . Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik , ekonomi, dan social. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah) makna, keunikan lokasi dan citra tempat). Dengan adanya revitalisasi terhadap Waduk diharapkan sektor pariwisata dapat kembali bergairah. Dengan program revitalisasi masyarakat akan semakin sadar wisata yang akan meningkatkan taraf penghasilan bagi masyarakat itu sendiri. Serta kawasan disekitar Waduk yaitu perkampungan yang masih orisinil akan menjadi perkampungan wisata yang sangat asri dan nyaman. Lebih jelasnya dapat dijelaskan dalam bagan berikut ini :

Lesunya pariwisata waduk

Rivitalisasi Waduk

Lingkungan alam yang asri

Kampung Wisata

Peningkatan taraf hidup

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Waduk Gajah Mungkur yang terletak di Jalan Wonogiri Pracimantoro Km 6, Sendang, Wonogiri. Secara terperinci jadwal kegiatan kegiatan penelitian sebagai berikut : Bulan/minggu Kegiatan Penyusunan proposal Penulisan angket Uji coba Pengumpulan data Analisis data Penulisan Februari I-III Maret I-IV April I-IV Mei I-IV Juni I-IV

B. BENTUK DAN STRATEGI PENELITIAN. 1. Bentuk Penelitian. Model pendekatan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan untuk (1) mengetahui sikap dan pandangan masyarakat sekitar waduk terhadap keberadaan Waduk Gajah Mungkur, (2) mengetahui kondisi Waduk Gajah Mungkur pada saat ini sehingga perlu adanya revitalisasi, (3)Untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri dalam rangka melestarikan Waduk Gajah Mungkur sebagai upaya mempertahankan nilai pariwisata dan budaya kota Wonogiri Dalam rangaka untuk mencapai tujuan tersebut perlu menjelajahi ke lokasi secara intensif. Oleh karena itu penelitian ini bersifat eksplorasi, yaitu menjelaskan suatu fenomena secara detail, menyeluruh dan mendalam. (Bogdan dan Tylor, 1982: 35-37). Dengan demikian pendekatan penelitian ini relevan untuk menjawab permasalahan tentang perlunya revitalisasi Waduk Gajah Mungkur sebagai upaya mempertahankan Wonogiri. 2. Strategi Penelitian Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal terpancang. Sejalan dengan hal tersebut H. B. Sutopo (2002) mengatakan : Dalam perkembangannya, riset kualitatif juga menyajikan bentuk yang tridak sepenuhnya holistic, tetapi dengan kegiatan pengumpulan data yang terarah, berdasarkan tujuan dan pertanyaan-pertanyaan riset yang terlebih dahulu sering disebut dalam proposalnya. Penelitian ini lebih sering disebut sebagai riset terpancang (embedded gualitation research), atau juga lebih popular dengan penelitian studi kasus. Jadi model tunggal terpancang digunakan dalam penelitian ini mengandung pengertian sebagai, tunggal dalam arti hanya ada satu lokasi yaitu Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, sedangkan terpancang nilai pariwisata dan budaya kota

pada tujuan penelitian maksudnya apa yang diteliti , dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dipilih sebelum melaksanakan penelitian lapangan.

C. SUMBER DATA Berbagai sumber data yang ditelusuri informasinya meliputi: (1) sumber informan, (2) tempat dan peristiwa, serta (3) sumber data yang berupa dokumentasi/arsip yang berkaitan dengan keberadaan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Sumber informan terdiri dari ahli pariwisata dan wisatawan yang memahami tentang sejarah Waduk Gajah Mungkur, Masyarakat desa Sendang yang paling dekat dengan lokasi Waduk sehingga dapat diketahui sikap dan pandangannya terhadap keberadaan Waduk, Pejabat pemerintah Kabupaten Wonogiri, terutama Dinas Pariwisata yang bertugas dan paling bertanggungjawab terhadap usaha pelestarian dan perencanaan pariwisata Waduk Gajah Mungkur. Tempat dan peristiwa yang berkaitan dengan pandangan, sikap, dan tempat yang menjadi lokasi tentang keberadaan Waduk Gajah Mungkur yang menjadi fokus pengamatan. Sumber dokumentasi/arsip yang mencakup benda fisik yaitu Waduk Gajah Mungkur, data, foto yang berkaitan dengan informasi tentang keberadaan pariwisata Waduk Gajah Mungkur di kota Wonogiri sebagai bahan informasi yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. D. TEKNIK SAMPLING Hadari Nawawi (1993: 152) menjelaskan Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sample yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sample yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebarannya populasi agar diperoleh sampel yang representative atau benarbenar mewakili populasi. Dalam purposive sampling, dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (H. B. Sutopo, 2002: 56).

Bertolak dari penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini bentuk sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA. Menurut Rachman (1997:71), bahwa penelitian disamping menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik pengumpulan data yang relevan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) Metode wawancara Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang yang dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lesan dari seorang responden, dengan bercakapcakap berhadapan muka dengan orang itu (Koentajaraningrat, 1983 :129). Sedangkan menurut Rachman, metode wawancara adalah metode pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Rachman, 1999:85). Wawancara ini digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi konsep pembangunan dan perintisan kampung wisata. .Informan yang dimintai keterangan dipilih berdasarkan seleksi,yang dianggap mampu menjawab masalah penelitian. Oleh karena itu dikembangkan dengan teknik purposive sampling (Goetz dan LeComte, 1984). Meskipun demikian untuk memperoleh data akurat lainnya dilakukan pula penjaringan informan dengan mengacu pada snow ball sampling (Patton, 1980). Secara proses wawancara mendalam dilaksanakan dengan prosedur wawancara bebas,informal,pertanyaan tidak terstruktur, tetapi memfokus pada masalah, sehingga mencerminkan suasana alamiah yang memungkinkan diperolehnya data yang empirik (Spradley, 1979). Untuk menghindari pembiasan data penulis menggunakan alat Bantu perekam.

2) Metode Observasi (pengamatan) Metode observasi terlibat ini peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subjek yang diteliti dalam kurun waktu yang cukup lama. Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap Teknik observasi menurut Arikunto, adalah kegiatan yang pemusatan perhatian terhadap suatu objek menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 1993:145).Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan data secara sistematik mengenai keadaan fisik waduk, kondisi alam dan wilayah serta pembangunan kampung wisata itu sendiri. Guna menutupi keterbatasan wawancara, maka ditempuh dengan cara pengamatan langsung untuk mengetahui kondisi bangunan Waduk Gajah Mungkur. Pengamatan dilakukan dengan cara peneliti secara langsung mengamati kondisi Waduk Gajah Mungkur yang sebenarnya, sehingga penulis mampu menghayati dan menangkap konfigurasi fenomena yang terjadi (Spradley, 1980). Sedangkan Peristiwa yang diamati mencakup sikap masyarakat sekitar Waduk terhadap keberadaan Waduk Gajah Mungkur. .Untuk menutupi kekurangan teknik ini, peneliti menggunakan alat bantu foto kamera untuk mengabadikan kondisi bangunan Waduk Gajah Mungkur serta sikap atau aktivitas wisata masyarakat sekitar waduk terhadap keberadaan bangunan Waduk Gajah Mungkur 3) Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, foto dan sebagainya. Sedangkan menurut Arikunto metode dokumentasi yaitu cara pengambilan data menggunakan barang-barang tertulis, buku-buku, majalah, dokumen peraturan, notulen rapat, catatan harian yang harian yang berhubungan dengan masalah penilitian (Arikunto, 1996:77). Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data seperti foto-foto atau rekaman wawancara dari informan.

F. Validitas Data

Untuk memperoleh derajad validitas tinggi, dilakukan dengan teknik trianggulasi, recheck dan peerdebriefing (Nasution, 1988). Trianggulasi dilakukan dengan cara cross check data-data yang dikumpulkan dari berbagai sumber data (informan,tempat/peristiwa,dokumen/arsip), mengenai masalah yang sama. Sedangkan teknik recheck dilakukan dengan cara menguji hasil data wawancara dari informan yang telah dimintai keterangan, untuk memperkaya dan memantapkan bahwa data hasil wawancara terbukti kesahihannya. Selanjutnya teknik validitas model peerdebriefing ditempuh dengan cara mendiskusikan hasil penelitian dengan berbagai personal yang didasarkan atas kemampuan pengetahuan yang serupa. Cara seperti ini memantapkan hasil yang telah diuji dengan argumentasi yang logis, sehingga diperoleh data yang benar-benar valid. G. Teknik Analisis Analisis penelitian dilakukan dengan teknik interaktif (Miles dan Huberman, 1984). Proses analisis interaktif meliputi tahapan: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data, dan (4) verifikasi/menarik kesimpulan. Analisis dilakukan terus-menerus dari awal pengumpulan data sampai dengan betul-betul diperolehnya data hasil penelitian yang lengkap. Dengan demikian proses analisis terjadi secara interaktif, yang menguji antar komponen secara siklus yang berlangsung dalam waktu cukup lama, sehingga diperoleh hasil penjelasan yang benar-benar tuntas dan mendalam. Sebagai penjelas mekanisme analisis yang mencerminkan keterkaitan antar tahapan dapat dilihat pada bagan berikut di bawah ini.

Sajian

Penyimpulan/

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik . Jalarta: PT Asdi Mahasatya Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Colletta, Nat J dan Umar Kayam. 1987. Kebudayaan Dan pembangunan : Suatu Pendekatan Terhadap Antropologi Terapan di Indonesia . Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Dewantara, hajar.1994. Kebudayaan. Yogyakarta : Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Marzali, Amri. 2007. Antropologi & Pembangunan Indonesia. Jakarta : Kencana Moleong. Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya Koentjaraningrat. 2002. Pembangunan, Mentalitas Dan Pembangunan . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama .......................... 1986. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia Poerwanto, Hari. 2006. Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi . Yogyakarta : Pustaka Pelajar Salim, Agus. 2006. Bangunan Teori : Metodologi Penelitian Untuk Bidang Sosial, Psikologi, dan Pendidikan. Yogyakarta : Tiara wacana Soedjito. 2001. Aspek Sosial Budaya Dlam Pembangunan Pedesaan . Yogyakarta : Tiara Wacana Surjadi. 1969. Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung : Alumni

PROPOSAL PENELITIAN REVITALISASI WADUK GAJAH MUNGKUR SEBAGAI UPAYA PERINTISAN KAMPUNG WISATA GUNA MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SENDANG KABUPATEN WONOGIRI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif Dosen pengampu: Drs. Hermanu J, M.pd

FITRI YANTO K4406023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Anda mungkin juga menyukai