PENDAHULUAN
Epidemiologi merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang menekankan
pada keberadaan penyakit dan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Epidemiologi
sebagai ilmu merupakan cabang ilmu kesehatan atau filosofi dasar dari disiplin ilmu-ilmu
kesehatan termasuk kedokteran, yaitu suatu proses untuk menganalisis atau memahami
hubungan interaksi antara proses fisik, biologis dan fenomena sosial. 1
Epidemiologi diperlukan untuk mencari metode pencegahan penyakit, meningkatkan
derajat kesehatan, menentukan status kesehatan masyarakat serta besarnya masalah kesehatan
yang terjadi di masyarakat, menentukan prioritas program kesehatan ataupun menentukan
kebijakan kesehatan, mendukung kedokteran pencegahan dan pengobatan, melakukan
evaluasi efektifitas dan efisiensi pelayanan kesehatan, dampak pelayanan kesehatan dan
melakukan skrining berbagai penyakit kesehatan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa
epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari frekuensi penyebaran masalah kesehatan
serta faktor faktor yang mempengaruhinya pada sekelompok manusia. 2
Epidemiologi sangat berhubungan dengan distribusi, determinan, frekuensi penyakit
dan status kesehatan pada manusia. Dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang
direnungkan dan dijawab yaitu siapa yang menjadi sasaran penyabaran penyakit itu?, dimana
penyebaran itu terjadi?, dan kapan terjadinya penyebaran penyakit tersebut? 3
Gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae. Penanganannya yang sulit menyebabkan penyakit ini tidak terbatas
hanya pada suatu negara, tetapi sudah menjadi masalah dunia terutama pada Negara
berkembang atau sedang berkembang seperti Asia Selatan dan Tenggara, Sub Sahara Afrika
dan Amerika Latin. WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru
ditemukan setiap tahun di seluruh dunia. Hal ini disebabkan banyak faktor penunjang yang
dapat
mempermudah
dalam hal
penyebarannya
menyangkut
kemajuan
sarana
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi Epidemiologi
Menurut asal katanya Epidemiologi terdiri atas 3 suku kata yaitu epi yang
berarti pada, demos yang berarti masyarakat dan logos yang berarti
pengetahuan/studi. Jadi Epidemiologi adalah merupakan suatu kejadian yang terjadi
dimasyarakat. Epidemiologi merupakan ilmu yang kompleks dan senantiasa
berkembang. Oleh karena itu sulit untuk menentukan suatu batasan baku. Hal ini
tampak dengan berbagai batasan yang dinyatakan para ahli epidemiologi Mc Mahon
dan Pugh (1970), mendefinisikan epidemiologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari
penyebaran penyakit pada manusia. Menurut Azrul Azwar (1988), epidemiologi adalah
ilmu yang mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok
manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. CDC (2002), Last (2001), Gordis
(2000), epidemiologi adalah studi yang mempelajari distribusi dan determinan
penyakit, keadaan kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk pengendalian
masalah masalah kesehatan. Jadi disimpulkan bahwa epidemiologi ialah ilmu yang
mempelajari penyakit, dan fenomena fisiologis tentang frekuensi distribusi dan
determinannya pada kelompok manusia. 4
II.2 Tujuan dan Manfaat Epidemiologi
Tujuan epidemiologi :
-
Manfaat epidemiologi :
-
namun penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat
kelahiran, melalui darah atau transfer jaringan yang telah tercemar. Dengan
perkembangan di bidang sosial, demografik, serta meningkatnya migrasi penduduk.
Populasi berisiko tinggi tertular IMS akan meningkat pesat. Beban terbesar akan
ditanggung negara berkembang, namun negara maju pun dapat mengalami beban
akibat meningkatnya IMS oleh virus atau bakteri, perilaku seksual berisiko karena
perkembangan pariwisata. IMS menempati peringkat 10 besar alasan berobat di
banyak negara berkembang. Pemahaman yang semakin baik terhadap dinamika
penularan IMS menimbulkan dampak pada rancangan strategi pencegahan dan
intervensi pengendaliannya.6
Gonore masih merupakan infeksi menular seksual yang paling sering
ditemukan di negara berkembang. Epidemiologi gonore berbeda pada tiap - tiap
negara. Di Swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak 4.871.100 orang pada tahun
1970, sedangkan pada tahun 1994 penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya
sekitar 31/100.000 orang. Di Amerika Serikat, insiden kasus gonore mulai
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta
kasus baru gonore setiap tahunnya. Data World Health Organisation (WHO)
menunjukan insiden gonore antara 62 juta kasus baru pada tahun 1999, sebagian
besar berasal dari Asia Selatan, Asia Timur, Afrika, Amerika Selatan dan Amerika
Tengah. Hal ini diperkirakan antara lain karena peningkatan prevalensi resistensi dari
bakteri Neisseria gonorrhoe terhadap antibiotik. Di Indonesia infeksi gonore
menempati urutan tertinggi dari semua jenis IMS.7,8
Jenis IMS
Chlamydia
2005
101.5
2008
105.7
%
4.1
trachomatis
Neisseria
87.7
106.1
21.0
gonorrhoeae
Syphilis
Trichomona
10.6
248.5
10.6
276.4
0
11.2
s vaginalis
Total
448.3
498.9
11.3
Tabel 2. Kejadian IMS diperkirakan untuk tahun 2005 dan 2008
Tahun 2008 diperkiraan jumlah kasus baru untuk empat infeksi gabungan adalah 11%
lebih tinggi dari perkiraan untuk tahun 2005 (498.900.000 dibandingkan 448.300.000).
Bagian dari peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan populasi; antara tahun 2005 dan
2008 jumlah orang dewasa yang berusia 15-49 tahun meningkat 4,1%. Ada juga peningkatan
yang signifikan dalam kejadian gonore karena revisi dalam estimasi prevalensi gonore pada
semua daerah terpisah dari WHO.7,8
Gambar 1. Perkiraan kasus baru gonore antara orang dewasa, 1999
Di Eropa Barat, penurunan yang signifikan dari insiden gonore telah diamati selama
tahun 1980-1991 turun di bawah 20 per 100.000 untuk gonore. Namun, sejak pertengahan
1990-an, peningkatan kasus gonore telah diamati di Inggris dan Wales, dengan peningkatan
35% kasus laki-laki dan 32% kenaikan kasus perempuan antara 1995-97. Peningkatan yang
signifikan dalam diagnosis tidak rumit gonore terlihat di kebanyakan umur kelompok antara
1995 dan 1998, dengan yang terbesar rata-rata tahunan meningkat dalam 16-19 tahun kedua
jenis kelamin, dan umur lebih dari 34 tahun. Di Swedia, tren dalam insiden gonore
menunjukkan penurunan yang stabil dengan insiden 2.4 per 100.000 penduduk pada tahun
1996. Namun, di 1997 jumlah kasus baru adalah 17% lebih tinggi daripada pada tahun 1996,
yang mewakili peningkatan pertama sejak 1976. Tren telah berlangsung di 1998. Rasio lakilaki : perempuan telah berubah sejak tahun 1995, dengan 80% kasus pada laki-laki. Di
Amerika Serikat, antara tahun 1981 dan 1996 insiden melaporkan gonore menurun 71,3%,
dari 431.5 untuk 124.0 kasus per 100.000. Perbedaan antara orang kulit hitam adalah 35%
kali lebih tinggi daripada antara kulit putih pada tahun 1996, Bandingkan dengan 11 kali
lebih tinggi pada tahun 1981. Antara perempuan tingkat tertinggi diamati pada 15-19 tahun
kelompok dan orang-orang di 20-24 tahun untuk yang tertua. Peningkatan tingkat gonore
telah terlihat di Eropa Timur, di negara-negara baru bekas Uni soviet, yang independen
dengan tingkat tertinggi terdapat di Estonia, Rusia dan Belarus (111, 139 dan 125 per 100.000
untuk masing-masing). Di negara-negara Baltik, usia rata-rata pasien penderitaan dari STI
menurun seperti yang ditunjukkan dalam pembelajaran situasi epidemiologi Negara-negara
Baltik untuk periode 1990-1994.7,8
Di Pasifik Barat yang tertinggi diperkirakan tingkat prevalensi untuk gonore (3%
atau lebih besar) ditemukan di Kamboja dan Papua Nugini dan di negara-negara lain
diperkiraan nilainya di bawah 1%. Di Australia, infeksi gonoccocal dua kali lipat sejak 1991.
Di Afrika, tingkat prevalensi gonore memiliki nilai ditunjukkan antara wanita hamil serendah
0.02 di Gabon, 3,1% di Afrika Tengah dan 7,8% di republik Afrika Selatan. Studi yang
dilakukan di antara pasien dengan uretra/vagina atau disuria menunjukkan tingkat prevalensi
gonore 5,7% di Benin, 8.4% di Tanzania dan 17.1% di Malawi. Diantara gejala pasien,
tingkat prevalensi untuk gonore di negara Afrika telah berkisar dari 5,7%. Pada anak-anak di
Malawi, ophthalmia gonococcal yang tidak diobati dapat menyebabkan kebutaan. Menurut
data historis, sekitar 3% dari bayi baru lahir dengan gonococcal ophthalmia akan
mengembangkan kebutaan lengkap jika tidak diobati, dan 20% akan memiliki kerusakan
kornea beberapa derajat.7,8
36,32 % dari 201 orang yang diperiksa pada tahun 2005, 68,23 % dari 384 orang yang
diperiksa pada tahun 2006, 100 % dari 208 orang yang diperiksa pada tahun 2007, sedangkan
pada tahun 2008 terdapat 92,81 % kasus penyakit Gonore dari 167 orang yang diperiksa di
Kabupaten Ciamis, dari data tersebut juga terlihat adanya peningkatan kasus penyakit gonore
setiap tahunnya.9
Data epidemiologi dari Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia
(KSIMSI) tahun 2012 menemukan insidens Uretritis Gonore (UG) di Manado tahun 20072011 sebesar 31%, menempati urutan ke-2 di Indonesia : Medan (26,3%), Padang (33,3%),
Bandung (28,7%), Semarang (23,8%), Yogyakarta (27,3%) dan Denpasar (16,3%).9
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan November 2012
Desember 2012 di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, maka
didapatkan data pada pasien UG dari tahun 2009-2011 (tiga tahun) berjumlah 56 orang
(68,5%) dan pasien UNG berjumlah 26 orang (31,5%). Penelitian Jawas dan Murtiastutik
tahun 2002-2006 (lima tahun) di RSU Dr. Soetomo Surabaya mendapatkan jumlah pasien
baru uretritis gonokokus sebanyak 321 orang (0,065%) dari 4880 pasien PMS. Data ini
menunjukkan bahwa jumlah pasien UG di Surabaya masih lebih tinggi dari pada di Manado.
Terdapatnya perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan geografi, jumlah penduduk, atau
juga karena tidak semua pasien datang berobat ke rumah sakit; ada yang lebih memilih
berobat ke dokter praktek umum, puskesmas atau membeli sendiri obat di apotik dengan
berbagai alasan seperti rasa malu dan sebagainya. 10
Dalam periode tahun 2009-2011 di SMF Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado pada kasus uretritis dengan penyebab infeksi menular seksual
didapatkan kasus UG lebih sering ditemukan daripada UNG. Untuk kedua jenis uretritis,
terbanyak pada kelompok usia 25-44 tahun, pekerjaan pegawai, dengan pasangan seksual
wanita pekerja seksual, dan keluhan tersering nyeri saat berkemih. 10
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan November 2012
Desember 2012, maka didapatkan data pada pasien UG dari tahun 2009-2011 (tiga tahun)
berjumlah 56 orang (68,5%) dan pasien UNG berjumlah 26 orang (31,5%). Penelitian Jawas
dan Murtiastutik tahun 2002-2006 (lima tahun) di RSU Dr.Soetomo Surabaya mendapatkan
jumlah pasien baru uretritis gonokokus sebanyak 321 orang (0,065%) dari 4880 pasien PMS.
Data ini menunjukkan bahwa jumlah pasien UG di Surabaya masih lebih tinggi dari pada di
Manado. Terdapatnya perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan geografi, jumlah
penduduk, atau juga karena tidak semua pasien datang berobat ke rumah sakit; ada yang lebih
memilih berobat ke dokter praktek umum, puskesmas atau membeli sendiri obat di apotik
dengan berbagai alasan seperti rasa malu dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN :
kepada orang lain melalui hubungan seksual dengan penderita dan menginfeksi
lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan dan konjungtiva.
Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru gonore setiap tahunnya. Data
World Health Organisation (WHO) menunjukan insiden gonore antara 62 juta
kasus baru pada tahun 1999, sebagian besar berasal dari Asia Selatan, Asia
Timur, Afrika, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.
III.2 SARAN :
DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar Azrul. 1988. Pengantar Epidemiologi. Jakarta
2. Diambil dari : http://www.academia.edu/4908795/Pengantar_Epidemiologi
3. Dr. Eko Budianto, SKM. Dr. Dewi Anggraeni : Pengantar Epidemiologi. Edisi 2,
2003.
4. Mac Mahon and Pugh T.F : Epidemiology, Principle and Methods. Boston. Little
Brown Inc. 1970.
5. Budioro. Pengantar Epidemilogi. Semarang. 2007
10
10. Suling P, Kapantow GM. Profil Uretritis Gonokokus dan Non Gonokokus pada
Pria di RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado Periode 2009-2011. Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Manado. 2013
11