Anda di halaman 1dari 54

MANUAL

PENENTUAN STATUS
DAN FAKTOR PENGUNGKIT PEL

D
DIIR
RE
EK
KT
TO
OR
RA
AT
TP
PE
ER
RK
KO
OT
TA
AA
AN
ND
DA
AN
NP
PE
ER
RD
DE
ESSA
AA
AN
N
T
O
N
O
M
I
D
E
P
U
T
I
P
E
N
G
E
M
B
A
N
G
A
N
R
E
G
I
O
N
A
L
D
A
N
O
DA
AE
ER
RA
AH
H
DEPUTI PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI D
B
A
D
A
N
P
E
R
E
N
C
A
N
A
A
N
P
E
M
B
A
N
G
U
N
A
N
N
A
S
I
O
N
A
L
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

M
MA
AN
NU
UA
AL
L
P
PE
EN
NE
EN
NT
TU
UA
AN
N SST
TA
AT
TU
USS
D
KT
TO
OR
RP
PE
EN
NG
GU
UN
NG
GK
KIIT
TP
PE
EL
L
DA
AN
NF
FA
AK

Cetakan Pertama 2006


Cetakan Kedua 2008
Cetakan Ketiga 2010

Undang-undang No 19 Tahun 2002


Tentang
Hak Cipta
Pasal 72
(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (1) atau pasal 49 ayat (1)
dipidana paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara lama 7 (tujuh)
tahun dan atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
(2) Barangsiapa
dengan
sengaja
menyiarkan,
memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii

Perpustakaan Nasional katalog dalam terbitan (KDT)


Direktorat Perkotaan dan Perdesaan,
Manual Penentuan Status dan Faktor Pengungkit PEL/oleh
Direktorat Perkotaan dan Perdesaan
Cet: 1. Jakarta: Direktorat Perkotaan dan Perdesaan,
BAPPENAS, 2007
ix, 50 hal: 25 cm
ISBN
1. Ekonomi

1. Manual Penentuan Status


dan Faktor Pengungkit
PEL

iii

DAFTAR ISI
Daftar Isi.......................................................................................................................................
Daftar Tabel...............................................................................................................................
Daftar Gambar.........................................................................................................................

iv
v
vi

Bab I: Pendahuluan..............................................................................................................

Bab II: Cara Menginstall Program Raled SBH................................

Bab III: Cara Mengoperasikan Program Raled SBH..............

Bab IV: Pengoperasian Program Penentuan Bobot


Untuk Aspek Pengmbangan Ekonomi Lokal.....................................

20

Bab V: Interpretasi Hasil Analisis....................................................................

27

iv

D
DA
AF
FT
TA
AR
RT
TA
AB
BE
EL
L
Nomor

Teks

Nilai dari masing-masing Responden..........................................

Nilai yang telah diurutkan untuk mencari Nilai


Median.........................................................................................................................

10

Hal

D
DA
AF
FT
TA
AR
RG
GA
AM
MB
BA
AR
R
Nomor

Teks

Memastikan Folder RALED SBH ada pada Default


File Location.............................................................................................................
Memastikan Rapfish version 5 ada pada Add-Ins..............
Mengisi Toolbar name dengan RALED SBH...........................
Menu Custom Menu Item setelah ditaruh di bawah
Kotak RALED SBH............................................................................................
Memasukkan Gambar Kunci pada Custom Menu Item
Memasukan Main_Initialize pada Macro name...................
Membuka File Aspek Tata Pemerintahan...................................
Worksheet setelah Nilai Median dimasukkan ke
dalam Baris Tata Pemerintahan dari sel D2 sampai
dengan L2...................................................................................................................
Kotak Rapfish Analysis..................................................................................
Hasil Pengisian pada Kotak Rapfish Analysis........................
Hasil Analisis Rapfish.....................................................................................
Hasil Analisis Faktor Pengungkit........................................................
Hasil Analisis Monte Carlo........................................................................
Worksheet Pembuatan Diagram Layang-layang
Pengembangan Ekonomi Lokal............................................................
Diagram Layang-layang Pengembangan Ekonomi
Lokal.................................................................................................................................
Worksheet
Penentuan
Bobot
untuk
Aspek
Pengembangan Ekonomi Lokal............................................................
Pengisian Tabel 1 dari Tabel Kuesioner Penentuan
Bobot...............................................................................................................................
Nilai Rasio Konsistensi (CR) ...................................................................
Nilai Bobot Aspek Pengembangan Ekonomi Lokal..........
Mencari Fungsi GEOMEAN.....................................................................
Worksheet setelah Menekan Tombol OK pada Kotak
Insert Function......................................................................................................
Penentuan Nilai Bobot Gabungan Aspek PEL setelah
Dinormalkan............................................................................................................
Penentuan Status Pengembangan Ekonomi Lokal............
Status Aspek Tata Pemerintahan di Kabupaten
Serang.............................................................................................................................

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Hal
2
3
4
5
6
6
7
11
12
14
15
16
17
18
19
21
21
22
23
24
25
25
26
28
vi

Nomor

Teks

25

Faktor Pengungkit Aspek Tata Pemerintahan di


Kabupaten Serang..............................................................................................

Hal
29

vii

PENDAHULUAN

Penentuan status dan faktor pengungkit Pengembangan Ekonomi Lokal


(PEL) menggunakan beberapa program kemasan yang telah dirancang untuk
kepentingan tersebut 1 . Program kemasan yang digunakan adalah Program
RALED (Rapid Assessment Techniques for Local Economic Development) dan
Program Penentuan Bobot untuk Aspek PEL2. Modifikasi yang telah dilakukan
hanya pada dimensi maupun indikatornya saja 3 . Indikator dikembangkan
berdasarkan konsep Heksagonal pengembangan ekonomi lokal, yang terdiri dari
enam aspek yaitu: Kelompok Sasaran, Faktor Lokasi, Kesinergian dan Fokus
Kebijakan, Pembangunan Berkelanjutan, Tata Pemerintahan dan Proses
Manajemen. Hasil analisis dengan menggunakan Program RALED ini berupa
indeks dan faktor pengungkit dari masing-masing aspek pengembangan ekonomi
lokal. Akan tetapi Program RALED ini tidak dapat menentukan status PEL
secara keseluruhan.
Penentuan status pengembangan ekonomi lokal secara keseluruhan
menggunakan program lainnya, yaitu Program PENENTUAN BOBOT UNTUK
ASPEK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL. Hasil analisis dari program ini
berupa bobot dari masing-masing aspek pengembangan ekonomi lokal. Dengan
diketahuinya indeks masing-masing aspek pengembangan ekonomi lokal dari
hasil analisis RALED dan Bobot masing-masing aspek pengembangan ekonomi
lokal dari Progam PENENTUAN BOBOT UNTUK ASPEK PENGEMBANGAN
EKONOMI LOKAL, maka akan diketahui status pengembangan ekonomi lokal
secara keseluruhan.

Program kemasan dirancang oleh Dr. Ir. Sugeng Budiharsono, Ketua Tim Tenaga Ahli Revitalisasi
Pengembangan Ekonomi Lokal
2 Program RALED merupakan program yang dimodifikasi dari Program RAPFISH (Rapid Assessment
Techniques for Fisheries) yang dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia, Kanada
3 Indikator pada RALED ini mengacu kepada indikator yang telah dikembangkan oleh Direktorat
Perekonomian Daerah, BAPPENAS khusus untuk PEL.

CARA MENGINSTAL
RALED

Program RALED adalah modifikasi dari Program RAPFISH sehingga cara


menginstall program RALED, yaitu sebagai berikut:
1. Copy folder program RALED , yang ada dalam folder RALED dari CD ke
komputer, misalnya ke hardisk C. Sehingga program ada di direktori C,
yaitu sebagai berikut C:\RALED\RALED SBH
2. Buka program Excel, dan lihat apakah folder RALED sudah berada pada
default directory, yaitu C atau tidak. Untuk mengeceknya, klik menu Tools
pada bagian atas program Excel, setelah itu klik Options, lalu klik General.
Lihat di kotak Options, kemudian

di depan Default file location, harus

ditulis C:\RALED\RALED SBH seperti yang disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1.

Memastikan Folder RALED


Location

ada pada Default File

3. Klik menu Tools pada bagian atas worksheet kemudian klik Add-Ins.
Kemudian lihat dalam kotak Add-Ins, apakah Rapfish version 5
(Agustus 2001) sudah atau belum, kalau belum ada klik tombol Browse,
lalu cari file Rap1.xla yang ada di folder C:\RapfishExcels, lalu klik tombol
OK. Kalau sudah ada beri tanda pada Analysis Toolpak VBA, Rapfish
version 5 (Agustus 2001) dan Internet Asisten VBA, seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 2. Setelah itu klik tombol OK.

Gambar 2. Memastikan Rapfish version 5 ada pada Add-Ins


4. Bukalah, salah satu file analisis RALED, misalnya file ANALISIS RALED
UNTUK TATA PEMERINTAHAN.

Kemudian lihatlah apakah dalam

Worksheet tersebut ada tombol RALED atau tidak. Apabila tidak ada maka
ikuti instalasi sebagai berikut.:
a. Klik menu Tools pada bagian atas worksheet, kemudian klik
Customize, lalu klik Toolbars pada Kotak Customize. Lihat
apakah ada dalam Kotak tersebut tulisan RALED , apabila sudah
ada lalu beri tanda didepan tulisan RALED . Apabila belum ada
klik tombol New dan muncul Kotak New Toolbar.

Pada

Toolbar name tulis RALED lalu klik menu OK, seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Mengisi Toolbar name dengan Tulisan RALED


b. Pada Kotak Customize, klik menu Command, lalu cari menu
Macros, lihat di bagian sebelah kanan ada menu Custom Menu
Item dan pindahkan ke bagian bawah RALED , seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Menu Custom Menu Item setelah ditaruh di bawah


Kotak RALED .
c. Klik lagi tombol menu Modify Selection, kemudian klik menu
Assign Macro, lalu tulis pada kolom Macro name di kotak
Assign Macro dengan tulisan Main_Initialize seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 6. Setelah itu tekan tombol menu
Close.
d. Tekan menu Modify Selection pada kotak Customize, lalu tekan
menu Change Button Image, kemudian pilih gambar kunci,
sehingga dalam worksheet akan terlihat seperti Gambar 5.

Gambar 5. Memasukkan Gambar Kunci pada Custom Menu Item

Gambar 6. Memasukkan Main_Initailize ke dalam Macro name

CARA MENGOPERASIKAN
PROGRAM RALED

Program RALED yang sudah diinstall, sudah dapat dgunakan untuk


menganalisis status pengembangan ekonomi lokal, mengidentifikasi faktor
pengungkit maupun melakukan analisis Monte Carlo. Tahapan pengoperasian
Program RALED adalah sebagai berikut:
1. Buka File ANALISIS RALED UNTUK TATA PEMERINTAHAN, kemudian
akan muncul pada layar seperti yang tertera pada Gambar 7. Kemudian
tekan tombol Enables Macros.

Gambar 7. Membuka File Aspek Tata Pemerintahan


2. Tekan worksheet yang ada tulisan Rapscores. Isilah nilai pada baris Tata
Pemerintahan mulai dari sel D2 sampai L2, berdasarkan kuesioner yang telah

diisi

oleh

responden.

Contoh

kuesioner

Pengembangan Ekonomi Lokal yang

Penentuan

dikembangkan

Nilai

Indikator

oleh

Direktorat

Perkotaan dan Perdesaan BAPPENAS disajikan pada Lampiran 1. Apabila


hanya ada satu nilai, karena kuesioner diisi secara musyawarah oleh seluruh
responden, maka nilai tersebut langsung dimasukkan ke dalam baris Tata
Pemerintahan. Akan tetapi bila ada banyak kuesioner yang diisi oleh masingmasing responden, maka nilai yang yang dimasukkan adalah nilai median.
Cara mencari nilai median adalah sebagai berikut.
a. Buatkan senarai nilai dari dari seluruh responden untuk masing-masing
indikator dalam aspek TATA PEMERINTAHAN. Sebagai contoh ada 9
responden yang memberikan nilai seperti yang dapat dillihat pada Tabel
1.
b. Kemudian urutkan nilai-nilai dalam Tabel 1 dari mulai yang terkecil
sampai yang terbesar. Nilai median adalah nilai yang berada ditengah
(diarsir), seperti dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Nilai dari Masing-masing Responden


No

Indikator

Skala

R-1

R-2

R-3

R-4

R-5

R-6

R-7

R-8

R-9

1.

Kemitraan di
bidang
infrastruktur (a.l.:
BOT)

0 = tidak ada
1 = ada dan tebatas
2 = ada dan
optimal

2.

Kemitraan di
bidang promosi
dan perdagangan

3.

Kemitraan di
bidang pembiayaan
usaha (a.l.:
penjaminan,
penyaluran kredit,
PKBL)

0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak
efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak
efektif
2 = ada dan efektif

4.

Reformasi sistem
insentif
pengembangan
SDM aparatur
(a.l.: remunerasi,
jenjang karir)
Restrukturisasi
organisasi
pemerintah

0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak
efektif
2 = ada dan efektif

0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak
efektif
2 = ada dan efektif
0 = 0 1 aspek
1 = 2 3 aspek
2 = 4 aspek

0 = tidak ada
1 = mati suri
2 = Ada dan aktif
(komunikasi dgn
pelaku usaha dan
pemda)
0 = tidak efektif
karena bersifat
politis
1 = tidak efektif
karena kendala
internal
2 = efektif

0 = tidak ada
1 = ada tetapi
rendah
2 = ada dan
optimal

5.

6.

Prosedur pelayanan
administrasi publik:
1. sederhana
2. jelas
3. cepat
4. terjangkau

7.

Status Asosiasi
industri/
komoditi/ Forum
Bisnis

8.

Peran Asosiasi
industri/komoditi/
Forum bisnis
terhadap perbaikan
kebijakan
pemerintah di
bidang
pengembangan
ekonomi lokal
Manfaat
asosiasi/organisasi
bagi anggotanya

9.

Tabel 2. Nilai yang Telah Diurutkan untuk Mencari Nilai Median


No
1.

2.

Indikator
Kemitraan di bidang
infrastruktur (a.l.:
BOT)
Kemitraan di bidang
promosi dan
perdagangan

3.

Kemitraan di bidang
pembiayaan usaha
(a.l.: penjaminan,
penyaluran kredit,
PKBL)

4.

Reformasi sistem
insentif
pengembangan SDM
aparatur
(a.l.: remunerasi,
jenjang karir)
Restrukturisasi
organisasi pemerintah

5.

6.

Prosedur pelayanan
administrasi publik:
1. sederhana
2. jelas
3. cepat
4. terjangkau

7.

Status Asosiasi
industri/
komoditi/ Forum
Bisnis

8.

Peran Asosiasi
industri/komoditi/
Forum bisnis
terhadap perbaikan
kebijakan pemerintah
di bidang
pengembangan
ekonomi lokal
Manfaat
asosiasi/organisasi
bagi anggotanya

9.

Skala
0 = tidak ada
1 = ada dan
tebatas
2 = ada dan
optimal
0 = tidak ada
1 = ada tetapi
tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi
tidak efektif
2 = ada dan efektif

Nilai
Median
1

0 = tidak ada
1 = ada tetapi
tidak efektif
2 = ada dan efektif

0 = tidak ada
1 = ada tetapi
tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = 0 1 aspek
1 = 2 3 aspek
2 = 4 aspek

0 = tidak ada
1 = mati suri
2 = Ada dan aktif
(komunikasi dgn
pelaku usaha dan
pemda)
0 = tidak efektif
karena bersifat
politis
1 = tidak efektif
karena kendala
internal
2 = efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi
rendah
2 = ada dan
optimal

10

3. Masukkan nilai median tersebut ke baris Tata Pemerintahan mulai dari


kolom D2 sampai dengan L2, pada worksheet

Rapscores pada File

ANALISIS RALED UNTUK TATA PEMERINTAHAN, seperti yang dapat


dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Worksheet setelah Nilai Median Dimasukkan ke


dalam Baris Tata Pemerintahan dari sel D2 sampai
dengan L2.

4. Klik gambar kunci atau tulisan Custom Menu Item pada Kotak kecil
RALED . Pada worksheet tersebut akan muncul Kotak Rapfish Analysis
seperti yang disajikan pada Gambar 9.

11

Gambar 9. Kotak Rapfish Analysis


5. Isilah kotak-kotak yang kosong pada Kotak Rapfish Analysis sebagai berikut:
a. Kotak kosong di depan Number of Fisheries, diisi dengan jumlah
lokasi/komoditi yang akan dianalisis, pada kasus ini karena hanya 1 nilai
dari Kabupaten Serang, maka nilai yang dimasukkan adalah angka 1.
b. Kotak kosong di depan tulisan Row # diisi dengan letak baris tempat
tulisan Tata

Pemerintahan.

Dalam kasus ini, tulisan Tata

Pemerintahan ada pada baris ke dua, sehingga nilai yang dimasukkan


ke dalam kotak adalah angka 2.

12

c. Kotak kosong di depan tulisan Name of Fisheries are in Excel


Column diisi dengan letak kolom tulisan Tata Pemerintahan. Pada
kasus ini tulisan Tata Pemerintahan terletak pada kolom A, sehingga
yang diisikan pada kotak tersebut adalah huruf A.
d. Kotak kosong di bawah tulisan NUMBER of attributes diisi dengan
jumlah indikator/atribut yang digunakan. Pada kasus ini, Aspek Tata
Pemerintahan menggunakan 9 indikator/atribut, sehingga yang diisikan
pada kotak tersebut adalah angka 9.
e. Kotak kosong di bawah tulisan Column letter of 1st attribute diisi
dengan kolom dimana terletak atribut/indikator yang pertama.

Pada

kasus ini indikator/atribut yang pertama terletak pada kolom D, sehingga


kotak tersebut diisikan dengan huruf D.
f. Kotak kosong di bawah tulisan REFERENCE diisi dengan angka 4.
g. Kotak kosong di bawah tulisan ANCHORs diisi dengan jumlah baris
Anchor. Pada kasus ini jumlah baris pada Anchor ada 15, yaitu mulai dari
baris ke-9 sampai dengan baris ke-24.
h. Kotak kosong di depan tulisan GOOD diisi dengan letak baris tulisan
GOOD pada worksheet. Pada kasus ini, tulisan GOOD terletak pada
baris ke-5, sehingga kotak tersebut diisi dengan angka 5.
i.

Kotak kosong di depan tulisan BAD diisi dengan letak baris tulisan BAD
pada worksheet. Pada kasus ini tulisan BAD terletak pada baris ke-6,
sehingga kotak tersebut diisi dengan angka 6.

j. Kotak kosong di depan tulisan UP diisi dengan letak baris tulisan UP pada
worksheet. Pada kasus ini tulisan UP terletak pada baris ke-7, sehingga
kotak tersebut diisi dengan angka 7.
k. Kotak kosong di depan tulisan DOWN diisi dengan letak baris tulisan
DOWN pada worksheet. Pada kasus ini tulisan DOWN terletak pada
baris ke-8, sehingga kotak tersebut diisi dengan angka 8.
l. Kotak kosong di bawah tulisan 1st Anchor fishery diisi dengan letak
baris Anchor PEL yang pertama pada worksheet. Pada kasus ini terletak
pada baris ke-9, sehingga kotak tersebut diisi dengan angka 9.

13

m. Kotak kosong di depan tulisan Number of random repeat diisi dengan


angka 25.
n. Kotak kosong di depan tulisan Normal 0 mean error distribution
with 95 % interval confidence = diisi dengan angka 20.
o. Kotak kosong di depan tulisan Row # of Emin diisi angka 27.
p. Kotak kosong di depan Row # of Emax diisi angka 28.
Hasil pengisian kotak-kotak kosong tersebut disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Hasil Pengisian pada Kotak Rapfish Analysis

14

6.

Setelah semua kotak kosong diisi semua, kemudian tekan menu RUN
Rapfish pada kotak Rapfish Analysis, maka akan diperoleh hasil analisis
Rapfish seperti yang terdapat pada worksheet RapAnalysis, seperti yang
disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Hasil Analysis Rapfish


7.

Tekan lagi menu Run Leveraging, maka akan diperoleh hasil analisis
faktor/atribut pengungkit (Leverage Attributes/Factors) seperti yang
terdapat pada worksheet LeverageAttributes seperti yang disajikan pada
Gambar 12.

15

Gambar 12. Hasil Analisis Faktor Pengungkit


8.

Tekan lagi menu Run MONTE CARLO, maka akan diperoleh hasil
analisis Monte Carlo seperti yang terdapat pada worksheet MonteCarlo,
seperti yang disajikan pada Gambar 13.

16

Gambar 13. Hasil Analisis Monte Carlo


Prosedur di atas dilakukan untuk setiap aspek/dimensi pengembangan
ekonomi lokal lainnya, sehingga seluruh aspek pengembangan ekonomi lokal
akan diketahui indeks status dan faktor pengungkitnya dari masing-masing
aspek pengembangan ekonomi lokal. Hasil analisis Rapfish terhadap seluruh
aspek pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Serang adalah sebagai sebagai
berikut:
Kelompok Sasaran

= 62,76

Faktor Lokasi

= 57,43

Kesinergian dan Fokus Kebijakan = 48,21


Pembangunan Berkelanjutan

= 65,16

Tata Pemerintahan

= 57,99

Proses Manajemen

= 51,13

Setelah

diketahui

indeks

status

masing-masing

aspek/dimensi

pengembangan ekonomi lokal, maka status aspek pengembangan ekonomi lokal


17

tersebut dapat digambarkan dalam suatu diagram layang-layang. Cara membuat


diagram layang-layang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Buka file Diagram Layang-layang pengembangan ekonomi lokal, maka akan
dapat dilihat worksheet seperti yang disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Worksheet Pembuatan Diagram Layang-layang


Pengembangan Ekonomi Lokal

18

2. Isilah nama Kab./Kota, misalnya Kabupaten Serang, dan isilah nilai indeks
seluruh aspek pengembangan ekonomi lokal dari hasil analisis RALED, maka
akan langsung dapat dilihat diagram layang-layang pengembangan ekonomi
lokal seperti yang disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Diagram Layang-layang Pengembangan Ekonomi


Lokal

19

PENGOPERASIAN PROGRAM
PENENTUAN BOBOT UNTUK
ASPEK PENGEMBANGAN
EKONOMI LOKAL

Hasil analisis dari Program RALED

hanya menentukan status atau

kondisi dari masing-masing dimensi pengembangan ekonomi lokal, tetapi tidak


dapat menentukan status pengembangan ekonomi lokal secara keseluruhan. Hal
ini dikarenakan bobot dari masing-masing aspek pengembangan ekonomi lokal
yang dianggap sama. Padahal dalam kenyataannya, bobot antara masing-masing
aspek pengembangan ekonomi lokal tersebut tentu saja berbeda.

Untuk

menentukan status pengembangan ekonomi lokal secara keseluruhan dengan


menentukan bobot dari masing-masing dimensi pengembangan ekonomi lokal
digunakan Program Penentuan Bobot Dimensi pengembangan ekonomi lokal
yang dikembangkan oleh Dr. Ir. Sugeng Budiharsono yang merupakan modifikasi
dari Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Saaty (1988).
Cara mengoperasikan program tersebut adalah sebagai berikut:
1. Copy program Penentuan Bobot Aspek pengembangan ekonomi lokal dari CD
ke komputer.
2. Buka program dengan mengklik 2 kali file Penentuan Bobot Aspek
pengembangan ekonomi lokal, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 16.
3. Copy worksheet di atas sebanyak jumlah responden pada file yang sama
4. Isikan Tabel 1 pada worksheet dengan angka-angka yang berasal dari tabel
yang ada di kuesioner penentuan bobot. Sebagai contoh dapat dilihat pada
Gambar

17.

Contoh

kuesioner

Penentuan

Bobot

untuk

Aspek

pengembangan ekonomi lokal disajikan pada Lampiran 2.

20

Gambar 16. Worksheet Penentuan Bobot Aspek Pengembangan


Ekonomi Lokal

Gambar 17. Pengisian Tabel 1 dari Tabel Kuesioner Penentuan


Bobot
5. Dengan mengisi Tabel 1 pada worksheet, maka secara otomatis dapat
diketahui nilai Rasio konsistensi (CR) seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 18.

21

Gambar 18. Nilai Rasio Konsistensi (CR)

6. Apabila nilai CR 0,1, maka pengisian kuesioner oleh responden dianggap


konsisten, sehingga nilai Bobot Aspek pengembangan ekonomi lokal dapat
digunakan. Pada contoh di atas, nilai CR = 0,0782 berarti nilai CR 0,1 dan
nilai bobot aspek pengembangan ekonomi lokal dapat digunaka. Nilai bobot
aspek pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat pada Gambar 19.
Seandainya nilai CR > 0,1. maka nilai bobot aspek pengembangan ekonomi
lokal tidak digunakan. Teliti lagi angka-angka yang dimasukan dari kuesioner
ke dalam Tabel 1, karena kemungkinan ada kesalahan dalam pengisian Tabel
1 pada worksheet tersebut. Apabila setelah pengisian angka sesuai dengan
Tabel 1 sudah sesuai dengan angka-angka dari tabel kuesioner, maka
kemungkinan kesalahan adalah karena ketidakkonsistenan responden dalam
pengisian kuesione, sehingga pengisian kuesioner harus diulang sampai
pengisian konsisten dan memberikan nilai CR 0,1.

22

Gambar 19. Nilai Bobot Aspek Pengembangan Ekonomi Lokal


7. Dari Gambar 19 tersebut dapat dilihat bahwa bobot masing-masing aspek
PEL adalah sebagai berikut:
Kelompok Sasaran

= 0,3693

Faktor Lokasi

= 0,2750

Kesinergian dan Fokus Kebijakan

= 0,0045

Pembangunan Berkelanjutan

= 0,1732

Tata Pemerintahan

= 0,0514

Proses Manajemen

= 0,0866

8. Selanjutnya isilah tabel-tabel pada worksheet yang telah dicopykan dari


angka-angka yang telah diisi oleh responden, dengan menggunakan langkahlangkah yang sama seperti di atas.
9. Setelah diperoleh nilai bobot aspek pengembangan ekonomi lokal dari
masing-masing responden, kemudian nilai-nilai tersebut dipindahkan pada
worksheet baru untuk dicari nilai bobot aspek pengembangan ekonomi lokal
dari seluruh responden dengan menggunakan rata-rata geometrik (geometric
mean). Pada contoh kasus ini misalnya ada 9 responden, dari salah satu
responden tidak mengisi secara konsisten dengan nilai CR = 0,1193, sehingga
nilai bobot aspek pengembangan ekonomi lokal responden ini tidak dapat
digunakan. Oleh karena itu untuk menentukan nilai bobot gabungan hanya

23

menggunakan nilai nbobot dari 8 responden. Untuk menentukan nilai bobot


gabungan, letakan kursor di kolom gabungan, dari aspek pengembangan
ekonomi lokal yang akan ditentukan nilai bobot gabungan, misalnya pada
nilai bobot Kelompok Sasaran, maka letakan kursor pada sel K5.

Tekan

Insert lalu tekan function, maka akan diperoleh gambar seperti disajikan
pada Gambar 20. Kemudian pada kolom select function kita cari kata
GEOMEAN, setelah diketemukan kemudian klik tombol OK pada boks
Insert Function, maka akan diperoleh Gambar 20.

Selanjutnya taruh

kursor di sel C5 sampai J5, dengan menekan tombol Shift pada keyboard.
Kemudian tekan tombol OK pada boks Function Argument, maka akan
diperoleh nilai Gabungan sebesar 0,3095. Kursor kemudian diletakan di sel
K5 bagian kanan bawah sampai ada tanda +, kemudian tarik kebawah sampai
sel K10, maka akan diperoleh seluruh nilai-nilai bobot Gabungan.

Gambar 20. Mencari Fungsi GEOMEAN

24

Gambar 21. Worksheet setelah Menekan Tombol OK pada Kotak


Insert Function
10. Hasil Penentuan Bobot Gabungan dapat dilihat pada Gambar 22.

Pada

Gambar tersebut menunjukkan bahwa jumlah nilai bobot Gabungan pada


kolom K tidak sama dengan 1,0000, maka nilai tersebut harus dinormalkan
sehingga nilainya sama dengan 1,0000 seperti yang terlihat pada BOBOT
GABUNGAN yang ada pada kolom L.

25

Gambar

22.Penentuan
Nilai
Bobot
Pengembangan
Ekonomi
Dinormalkan

Gabungan
Lokal

Aspek
setelah

11. Buat worksheet baru pada file yang sama, untuk menentukan STATUS
pengembangan ekonomi lokal secara keseluruhan. Pindahkan nilai Bobot
Gabungan pengembangan ekonomi lokal ke dalam worksheet tersebut,
kemudian masukkan juga nilai-nilai masing-masing aspek pengembangan
ekonomi lokal dari hasil analisis RALED. Kalikan antara nilai indeks masingmasing aspek pengembangan ekonomi lokal dengan nilai bobot gabungan
dari masing-masing pengembangan ekonomi lokal, yang hasilnya ada pada
kolom E4 sampai dengan E9. Kemudian jumlahkan ke bawah, dengan hasil
seperti pada sel E10. Sebagai contoh untuk Kabupaten Serang, nilai indeks
PEL adalah 58,0490. Hal ini berarti status pengembangan ekonomi lokal
kabupaten tersebut adalah BAIK, seperti yang dapat dilihat pada Gambar
23.

Gambar 23. Penentuan Status Pengembangan Ekonomi Lokal

26

INTERPRETASI HASIL
ANALISIS

Hasil analisis RALED dan Penentuan Bobot untuk Aspek pengembangan


ekonomi lokal di atas dapat mengentahui kondisi status dan faktor pengungkit
dari

aspek

pengembangan

ekonomi

lokal

maupun

keseluruhan

status

pengembangan ekonomi lokal secara keseluruhanan. Pada contoh kasus di atas,


menunjukkan bahwa dari hasil analisis RapAnalysis diketahui nilai indeks Tata
Pemerintahan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Serang yaitu
sebesar 57,99. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek pengembangan
ekonomi lokal, maka kondisi aspek Tata Pemerintahan berada pada kategori
baik. Secara rinci pengklasifikasian status aspek pengembangan ekonomi lokal
adalah sebagai berikut:
a. Apabila nilai indeks < 50, berarti status aspek pengembangan ekonomi
lokal buruk
b. Apabila nilai indeks 50 75, berarti status aspek pengembangan ekonomi
lokal baik
c. Apabila nilai indeks > 75, berarti status aspek pengembangan ekonomi
lokal sangat baik.
Secara skematis status aspek Tata Pemerintahan ataupun ordinasi aspek Tata
Pemerintahan disajikan pada Gambar 24.
Hasil RapAnalysis selain dapat mengetahui indeks atau status aspek
pengembangan ekonomi lokal tersebut adalah nilai stress dan nilai R2. Dari hasil
analisis menunjukkan bahwa nilai stress yaitu sebesar 0,1477 dan nilai R2 adalah
0,9465.

Menurut Kavanagh, nilai strees yang diperbolehkan adalah apabila

dibawah nilai 0,25, dengan nilai 0,1477 menunjukkan bahwa hasil analisis ini
cukup baik. Nilai R2 = 0,9465 menunjukkan bahwa model dengan menggunakan
peubah-perubah saat ini sudah menjelas 94,65 % dari model yang ada. Untuk
model sosial biasanya apabila R2 lebih dari 80 % sudah sangat baik. Hal ini
27

berarti bahwa model dari aspek Tata Pemerintahan dengan menggunakan


peubah-peubah yang ada sangat baik.

Gambar 24.

Status Aspek Tata Pemerintahan di Kabupaten


Serang

Hasil analisis faktor/atribut pengungkit (leverage attributes) untuk aspek


Tata Pemerintahan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Serang
ditunjukkan pada Gambar 25. Kegunaan faktor pengungkit adalah untuk
mengetahui faktor sensitif ataupun intervensi yang dapat dilakukan dengan cara
mencari

faktor

yang

sensitif

untuk

meningkatkan

status

aspek

Tata

Pemerintahan menuju status yang lebih baik.

28

Leverage of Attributes

Manfaat asosiasi/organisasi bagi anggotanya

Peran Asosiasi industri/komoditi/ Forum bisnis terhadap


perbaikan kebijakan pemerintah di bidang PEL
Status Asosiasi industri/
komoditi/ Forum Bisnis

Attribute

Prosedur pelayanan administrasi publik

Restrukturisasi organisasi pemerintah

Reformasi sistem insentif pengembangan SDM aparatur

Kemitraan di bidang pembiayaan usaha

Kemitraan di bidang promosi dan perdagangan

Kemitraan di bidang infrastruktur

0.5

1.5

2.5

3.5

Root Mean Square Change in Ordination w hen Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

Gambar 25.

Faktor Pengungkit Aspek Tata Pemerintahan di


Kabupaten Serang

Pada Gambar 25 menunjukkan bahwa yang menjadi faktor pengungkit


utama

untuk aspek Tata Pemerintahan di Kabupaten Serang sesuai dengan

urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Restrukturisasi organisasi


pemerintah; (2) Status asosiasi industri/komoditi/forum bisnis, (3) Reformasi
sistem insentif pengembangan SDM aparatur, dan (4) kemitraan di bidang
pembiayaan usaha.
keempat faktor

Dengan melakukan intervensi atau perlakukan terhadap

tersebut diharapkan dapat meningkatkan status aspek Tata

Pemerintahan ke tingkat yang lebih baik.

29

Munculnya faktor pengungkit utama berupa restrukturisasi organisasi


pemerintah

diduga

karena

aktor/instansi

birokrasi

yang

mengurusi

pengembangan ekonomi lokal ini terlalu banyak dan tidak dalam suatu
koordinasi yang baik. Oleh karena itu pada masa mendatang perlu dilakukan
streamlining atau perampingan organisasi pemerintah dalam mengurusi
pengembangan ekonomi lokal.
Munculnya

faktor

pengungkit

kedua

yaitu

status

asosiasi

industri/komoditi/forum bisnis diduga diakibatkan bahwa organisasi-organisasi


yang memayungi pelaku usaha saat ini belum berjalan secara optimal, belum ada
aktifitas yang memberikan manfaat bagi anggotanya. Fenomena umum tentang
organisasi pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar kurang bermanfaat banyak
bagi anggotanya.

Untuk memperbaiki kondisi pengembangan ekonomi lokal

pada masa mendatang, maka organisasi-organisasi pelaku usaha tersebut dapat


berperan dan bermanfaat bagi pelaku usaha dengan cara merevitalisasi peran
dan fungsinya.
Terkait dengan kinerja aparatur pemerintah, sistem insentif aparatur SDM
pegawai negeri sipil di Indonesia yang masih rendah, kemungkinan dapat
menyebabkan kinerja yang rendah, namun seyogyanya dengan sistem insentif
yang rendah tidak mengakibatkan kinerja menjadi rendah. Beberapa contoh dari
negara tetangga seperti Vietnam maupun China, dengan insentif yang rendah
namun kinerjanya jauh lebih baik dari negara Indonesia. Tingginya kinerja dapat
didorong oleh terciptanya semangat untuk membangun bangsanya, karena
dengan menjadikan negara lebih maju, akan berdampak bagi perbaikan insentif
pada masa mendatang. Dalam rangka perbaikan pengembangan ekonomi lokal
di Kabupaten Serang ini, maka untuk meningkatkan kinerja aparatur
pemerintah, sepanjang memungkinkan, dapat ditingkatkan insentifnya baik dari
sistem upah maupun sistem kenaikan pangkatnya yang berdasarkan meritokrasi.
Kemitraan dalam bidang pembiayaan usaha muncul sebagai faktor
pengungkit keempat dalam aspek Tata Pemerintahan dalam pengembangan
ekonomi lokal di Kabupaten Serang.

Untuk memperbaiki status aspek Tata

Pemerintahan dalam pengembangan ekonomi lokal pada masa mendatang,


pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan dunia perbankan melalui sistem
30

penjaminan, yaitu pemerintah daerah menyimpan dana di bank sebagai jaminan


untuk penyaluran kredit bagi pengembangan ekonomi lokal. Kemitraan dapat
juga dilakukan dengan cara pemerintah mengundang perusahaan-perusahaan
besar baik perusahaan swasta maupun BUMN melakukan kemitraan dalam
pembiayaan dalam rangka Corporate Social Responsibility (SCR). Pemerintah
daerah dapat mengembangkan bentuk kemitraan-kemitraan pembiayaan lainnya
dengan tujuan memudahkan para pelaku usaha untuk mengakses permodalan.
Interpretasi

dari

hasil

analisis

Penentuan

Bobot

untuk

Aspek

pengembangan ekonomi lokal dalam rangka menentukan status dari kondisi


pengembangan ekonomi lokal secara keseluruhan sudah diuraikan pada Bab IV.

31

R
RU
UJJU
UK
KA
AN
N

Alder, J. T. J. Pitcher, D. Preikshot, K. Kaschner, dan B. Ferrias. How Good is


Good?: A Rapid Appraisal Technique for Evaluation of the Sustainability
Status od Fisheries of the North Atlantic. Fisheries Centre, University of
British Columbia, Vancouver, Canada.
Kavanagh, P. dan T. J. Pitcher. 2004. Implementing Microsoft Excel Software
for Rapfish: A Technique for The Rapid Appraisal of Fisheries Status.
Fisheries Centre Research Reports Volume 12 Number 12 (2004):
Pithcher, T. J. dan D. Preikshot. 2001. Rapfish: A Rapid Appraisal Technique to
Evaluate the Sustainability of Fisheries. Fisheries Research (2001): 255
270.
Pitcher, T. J. 1999. Rapfish, A Rapid Appraisal Technique for Fisheries, and Its
Application to the Code of Conduct for Responsible Fisheries. FAO UN.
Rome.
Chuenpagdee, R. dan J. Alder. Sustainability Ranking of Fisheries North Atlantic
Fisheries. Sea Around Us: North Atlantic: 49-54
Saaty, T. L. 1988. Decision Making for Leaders. The Analytical Hierarchy
Process for Decisions in A Complex World. RWS Publication, Pittsburgh.

32

Lampiran 1.
KUESIONER
PENENTUAN NILAI INDIKATOR
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

Nama

Jabatan

: ....

Instansi

: ................................................................

Kabupaten/Kota

: .................................................................

D
AN
N
DIIR
REEK
KTTO
OR
RA
ATT PPEER
RK
KO
OTTA
AA
AN
ND
DA
AN
N PPEER
RD
DEESSA
AA

B
BA
ON
AD
NA
DA
AL
AN
L
NP
PE
ER
RE
EN
NC
CA
AN
NA
AA
AN
NP
PE
EM
MB
BA
AN
NG
GU
UN
NA
AN
NN
NA
ASSIIO

33

1. KELOMPOK SASARAN
No
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Indikator

Skala

Buruk

Baik

Peraturan (Perda/Perkada/SK Ka.


SKPD)
tentang
kemudahan
investasi dalam bentuk (item);
a. Insentif fiskal
b. Penyederhanaan perijinan
c. Penyediaan lokasi/lahan
d. Ketenagakerjaan

0 = 0 - 1 item peraturan
1 = 2 - 3 item peraturan
2 = 4 item peraturan

Informasi
prospek
bisnis
(buku/booklet/leaflet
peluang
investasi, official web site)

0 = tidak tersedia
1 = tersedia tetapi
kurang
informatif/lengkap/tida
k mutakhir
2 = tersedia dan
informatif, lengkap dan
mutakhir
0 = tidak ada (sering
terjadi perubahan
kebijakan, lemahnya
penegakan hukum)
1 = ada (tidak terjadi
perubahan kebijakan,
ada penegakan hukum)

Kepastian berusaha dan hukum


(a.l. ijin lokasi usaha, tata ruang,
arbitrase,
persaingan
usaha,
peradilan niaga)

Keamanan (penjarahan, konflik


sosial, premanisme dan buruh
mogok)
Kampanye peluang usaha melalui ;
1. Media massa (media cetak,
elektronik, web site)
2. Kegiatan
interaktif
(temu
usaha/pameran/seminar
potensi daerah).
Pusat pelayanan investasi dengan
Jasa layanan konsultasi investasi

0 = Tidak ada
1 = ada intesitas 2x/thn
2 = ada intensitas >
2x/th
0 = tdk ada
1 = dilaksanakan sekali
sekali
2 = dilaksanakan secara
sistemik dan
berkelanjutan

7.

Upaya Fasilitasi permodalan bagi


dunia usaha oleh Pemda.

0 = tidak tersedia
1 = tersedia namun
layanan tidak
memadai
2 = tersedia dan
layanan
memadai
0 = tidak ada
1 = Ada

8.

Promosi produk UKM untuk


memperluas pasar oleh pemda

0 = tidak ada
1 = Ada

Nilai

34

No
9.

10.

11.
12.
13.

Indikator

Skala

Upaya Pemda untuk peningkatan


teknologi,
manajemen,
dan
kelembagaan usaha lokal (aspek
izin
usaha,
badan
hukum,organisasi usaha).
Fasilitasi Pelatihan kewirausahaan
bagi pengusaha baru (Kemampuan
Teknik dan entrepreneurship)

0 = tidak ada
1 = ada

Pendampingan dan monitoring


bisnis pelaku usaha baru

0= tidak ada
1= ada namun terbatas
2= ada dan memadai
0 = tidak ada
1 = ada

Insentif pemda dalam bentuk


pemberian dana stimulan, dan
keringanan biaya perijinan.
Kecepatan pengurusan ijin bagi
investasi baru

0= tidak
1= ada namun terbatas
2= ada dan memadai

0 = Lebih dari 12 hari


1 = 10 12 hari
(standard SPM)
2 = Kurang dari 10 hari

Buruk

Baik

Nilai

35

2. FAKTOR LOKASI

No

Indikator

Skala

Buru

Baik

Nilai

k
14.

Aksesibilitas dari dan ke lokasi

15.

Akses ke pelabuhan laut

16.

Akses ke pelabuhan udara

17.

Sarana transportasi

18.

19.

20.

Infrastruktur komunikasi

Infrastruktur energi

Ketersediaan air bersih

0 = buruk
1 = sedang
2 = mantap
0 = sulit
1 = mudah
0 = sulit
1 = mudah
0 = tidak tersedia
1 = tersedia namun tidak
memadai
2 = tersedia dengan
kualitas baik
0 = tidak tersedia
1 = tersedia kualitas
rendah
2 = tersedia kualitas baik
0 = tidak tersedia
1 = tersedia namun tidak
memadai
2 = tersedia dengan
kualitas baik
0 = tidak tersedia
1 = tersedia kualitas
rendah
2 = tersedia kualitas baik

21.

Tenaga kerja terampil

0 = tidak tersedia
1 = tersedia terbatas
2 = tersedia mencukupi

22.

Jumlah Lembaga keuangan lokal


(Bank Umum, BPR, LKM, KSP/
USP)

0 = lebih rendah dari


rata-rata daerah sekitar
1 = sama dengan rata2
daerah sekitar
2 = lebih tinggi dari ratarata daerah sekitar
0 = tidak ada
1 = kecil
2 = besar

23.

Peluang
kerjasama
dalam
industri sejenis maupun industri
hulu-hilir

24.

Lembaga penelitian

25.

Kualitas permukiman

0 = tidak berperan
1= berperan namun
terbatas
2 = berperan optimal
0= buruk
1= sedang
2= baik

36

No

Indikator

Skala

Buru

Baik

Nilai

k
26.

Kualitas lingkungan

27.

Kualitas dari fasilitas pendidikan

28.

Kualitas pelayanan kesehatan

29.

Fasilitas
sosial

30.

Etos kerja SDM

umum

dan

fasilitas

0= buruk
1= sedang
2= baik
0= buruk
1= sedang
2= baik
0= buruk
1= sedang
2= baik
0= buruk
1= sedang
2= baik
0= SDM lokal tidak
terbiasa
berusaha/bekerja pada
kegiatan komoditi yang
diunggulkan
1=SDM sudah terbiasa
berusaha/bekerja pada
kegiatan komoditi yang
diunggulkan

37

3. KESINERGIAN DAN FOKUS KEBIJAKAN


No

Indikator

Skala

31.

Kebijakan peningkatan investasi

32.

Kebijakan promosi daerah

33.

Kebijakan persaingan usaha (a.l;tentang


pembatasan
lokasi
pasar
modern/
supermarket/hypermarket)
Kebijakan pemberdayaan UKM (a.l;
kemitraan dan subkontrak)

34.
35.

Kebijakan peningkatan peran Perusahaan


Daerah

36.

Kebijakan pengembangan jaringan usaha


antar pelaku ekonomi

37.

Kebijakan informasi bursa tenaga kerja

38.

Kebijakan
Pengembangan
(peningkatan keterampilan)

39.

Kebijakan pemberdayaan masyarakat


berbasis kemitraan dengan dunia usaha
(memanfaatkan dana CSR)
Kebijakan pengurangan kemiskinan secara
partisipatif

40.

keahlian

Buruk

Baik

0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif

41.

Kebijakan pembangunan kawasan industri


hinterland/ industri

42.

Kebijakan
pengembangan
pusat
pertumbuhan di perdesaan (agropolitan)
dan perkotaan (Central Business District)

0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif

43.

Kebijakan
pengembangan
sep:perbaikan
lingkungan,
kampung

0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif

44.

Kebijakan kerjasama antar daerah/pemda

45.

Kebijakan tata
ekonomi lokal

46.

Kebijakan pengembangan jaringan usaha


antar sentra usaha

0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif

ruang

komunitas
perbaikan

pengembangan

Nilai

38

4. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
No

Indikator

47.

Sistem industri yang berkelanjutan


(adanya keterkaitan pengadaan
bahan
baku,
produksi,
dan
pengolahan)
Pengembangan industri pendukung
untuk keberlanjutan sistem industri

49.

Jumlah perusahaan yang


memiliki Business plan

50.

Jumlah
perusahaan
yang
melakukan Inovasi pengembangan
produk dan pasar
Kontribusi pengembangan ekonomi
lokal terhadap peningkatan kualitas
hidup
dan
kesejahteraan
masyarakat lokal
Pengembangan
ekonomi
lokal
mempertimbangkan
Keberadaan
adat dan kelembagaan lokal
Kebijakan
pemecahan
permasalahan lingkungan (a.l.:
penerapan amdal)

48.

51.

52.
53.

Skala

telah

54.

Pengelolaan dan pendaur ulangan


limbah (a.l.: produk organik)

55.

Kebijakan konservasi sumber daya


alam
dalam
pengembangan
ekonomi lokal

Buruk

Baik

0 = tidak ada
1 = ada

0 = tidak ada
1 = ada

0 = < 25 %
1 = 25 50 %
2 = > 50 %
0 = < 25 %
1 = 25 50 %
2 = > 50 %
0 = tidak ada
1 = ada

0 = tidak
dipertimbangkan
1 = dipertimbangkan
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak
efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak
efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak
efektif
2 = ada dan efektif

Nilai

39

5. TATA PEMERINTAHAN

No

Indikator

56.

Kemitraan
di
bidang
infrastruktur (a.l.: BOT)

57.

Kemitraan di bidang promosi


dan perdagangan

58.

Kemitraan
di
bidang
pembiayaan
usaha
(a.l.:
penjaminan, penyaluran kredit,
PKBL)

59.

Reformasi
sistem
insentif
pengembangan SDM aparatur
(a.l.: remunerasi, jenjang karir)
Restrukturisasi
organisasi
pemerintah

60.
61.

Prosedur
administrasi publik:
1. sederhana
2. jelas
3. cepat
4. terjangkau

Skala

pelayanan

62.

Status Asosiasi industri/


komoditi/ Forum Bisnis

63.

Peran
Asosiasi
industri/
komoditi/
Forum
bisnis
terhadap perbaikan kebijakan
pemerintah di bidang PEL

64.

Manfaat
asosiasi/organisasi
bagi anggotanya

Buruk

Baik

0 = tidak ada
1 = ada dan tebatas
2 = ada dan optimal
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif

0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = 0 1 aspek
1 = 2 3 aspek
2 = 4 aspek

0 = tidak ada
1 = mati suri
2 = Ada dan aktif
(komunikasi dgn pelaku
usaha dan pemda)
0 = tidak efektif karena
bersifat politis
1 = tidak efektif karena
kendala internal
2 = efektif
0 = tidak ada
1 = ada tetapi rendah
2 = ada dan optimal

Nilai

40

6. PROSES MANAJEMEN
No

Indikator

65.

Analisis dan pemetaan potensi


ekonomi

66.

Penilaian terhadap daya saing


wilayah

67.

Pemetaan kondisi politis lokal

68.

Identifikasi
stakeholder
pengembangan ekonomi lokal

69.

Penggunaan hasil diagnosis


sebagai dasar perencanaan
pengembangan ekonomi lokal
Jumlah stakeholder yang
terlibat
dalam
proses
perencanaan pengembangan
ekonomi lokal
Sinkronisasi lintas sektoral
dan
spasial
dalam
perencanaan pengembangan
ekonomi lokal
Kesesuaian
implementasi
dengan perencanaan

70.

71.

72.
73.
74.
75.
76.
77.

Keterlibatan
Stakholder
dalam proses penyusunan
indikator evaluasi
Keterlibatan
stakeholder
dalam proses monitoring dan
evaluasi
Frekuensi dilakukan evaluasi
mandiri (self evaluation)
Frekuensi dilakukan diskusi
bagi
proses
pemecahan
permasalahan
Penggunaan hasil evaluasi
dalam
perbaikan
perencanaan.

Buruk

Baik

0 = tidak ada
1 = ada

0 = <25% sejalan
1 = 25%-75% sejalan
2 =>75% sejalan
0 = <25% terlibat
1 = 25%-50% terlibat
2 = >50% terlibat aktif
0= <25% terlibat
1= 25%-50% terlibat
2= >50% terlibat aktif
0 = Tidak pernah dilakukan
1 = dilakukan
0 = Tidak pernah dilakukan
1 = dilakukan

0 = <25%
1 = 25%-75%
2 = >75%

Skala
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan sebagian
2 = dilakukan menyeluruh
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan sebagian
2 = dilakukan menyeluruh
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan sebagian
2 = dilakukan menyeluruh
0 = tidak ada
1 = ada tetapi tidak efektif
2 = ada dan efektif
0 = < 25%
1 = 25-75%
2 = >75%
0 = <25% terlibat
1 = 25%-50% terlibat
2 = >50% terlibat aktif

Nilai

41

Lampiran 2

KUESIONER
PENENTUAN BOBOT ASPEK HEKSAGONAL
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

Nama

Jabatan

Instansi

: ...............................

Kabupaten/Kota

: .................................................................

D
RD
DEESSA
AA
AN
N
DIIR
REEK
KTTO
OR
RA
ATT PPEER
RK
KO
OTTA
AA
AN
ND
DA
AN
N PPEER

B
BA
ON
AD
NA
DA
AL
AN
L
NP
PE
ER
RE
EN
NC
CA
AN
NA
AA
AN
NP
PE
EM
MB
BA
AN
NG
GU
UN
NA
AN
NN
NA
ASSIIO

42

Tata Cara Wawancara


a. Tanyakan kepada responden urutan mana yang paling penting (menjadi
prioritas) aspek Heksagonal pengembangan ekonomi lokal (Kelompok
Sasaran, Faktor Lokasi, Kesinergian dan Fokus Kebijakan, Pembangunan
Berkelanjutan, Tata Pemerintahan, Proses Manajemen) di wilayah kerjanya,
yaitu sebagai berikut:
1. ..............................................
2. ..............................................
3. ..............................................
4. ..............................................
5. ..............................................
6. ..............................................
Kemudian taruh urutan prioritas tersebut pada Tabel 1.
b. Lakukan perbandingan berpasangan antara ke 6 aspek Heksagonal
pengembangan ekonomi lokal tersebut dengan menggunakan Angka Skala
Saaty seperti yang disajikan pada Tabel 2, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Langkah 1
Perbandingan antar Aspek
Kelompok Sasaran dengan Faktor Lokasi
Kelompok Sasaran dengan Kesinergian dan Fokus Kebijakan
Kelompok Sasaran dengan Pembangunan Berkelanjutan
Kelompok Sasaran dengan Tata Pemerintahan
Kelompok Sasaran dengan Proses Manajemen

Nilai

2. Langkah 2
Perbandingan antar Aspek
Faktor Lokasi dengan Kesinergian dan Fokus Kebijakan
Faktor Lokasi dengan Pembangunan Berkelanjutan
Faktor Lokasi dengan Tata Pemerintahan
Faktor Lokasi dengan Proses Manajemen

Nilai

3. Langkah 3
Perbandingan antar Aspek
Nilai
Kesinergian dan Fokus Kebijakan dengan Pembangunan
Berkelanjutan
Kesinergian dan Fokus Kebijakan dengan Tata Pemerintahan
Kesinergian dan Fokus Kebijakan dengan Proses Manajemen

43

4. Langkah 4
Perbandingan antar Aspek
Pembangunan Berkelanjutan dengan Tata Pemerintahan
Pembangunan Berkelanjutan dengan Proses Manajemen

Nilai

5. Langkah 5
Perbandingan antar Aspek
Tata Pemerintahan dengan Proses Manajemen
c.
d.
e.

Nilai

Kemudian nilai-nilai di atas diisikan ke dalam Tabel 1.


Perhatikan: Konsistensi dalam pengisian nilai-nilai di atas. Contoh:
Kalau A > B dan B > C, maka A > C
Isilah matriks dibawah ini dengan cara sebagai berikut:
Masukkan nilai dari point b dari langkah satu sampai langkah 5
Apabila atribut baris yang dibandingkan dengan atribut kolom
lebih tinggi urutan prioritasnya, maka nilainya adalah bilangan
bukat. Tetapi apabila atribut baris yang dibandingkan dengan
atribut kolom lebih rendah prioritasnya, maka nilainya adalah
pecahan, yaitu 1/nilai yang ditentukan dari kuesioner di atas.

Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan


Urutan
Prioritas
Atribut
Kelompok
Sasaran
Faktor Lokasi
Kesinergian
dan
Fokus
Kebijakan
Pembangunan
Berkelanjutan
Pembangunan
Berkelanjutan
Proses
Manajemen

Kelompok
Sasaran

Faktor
Lokasi

Kesinergian
dan Fokus
Kebijakan

Pembangunan
Berkelanjutan

Tata
Pemerintahan

Proses
Manajemen

1
1
1

1
1
1

44

Tabel 2. Skala Angka Saaty


Intensita
s/
Pentingn
ya
1
3

7
9

2, 4, 6, 8
Resiprokal

Rasional

Definisi

Keterangan

Sama penting

Dua aktivitas memberikan kontribusi


yang sama kepada tujuan
Perbedaan
penting Pengalaman
dan
selera
sedikit
yang lemah antara menyebabkan yang satu lebih disukai
yang satu terhadap daripada yang lain
yang lain
Sifat lebih pentingnya Pengalaman
dan
selera
sangat
kuat
menyebabkan penilaian yang satu lebih
dari yang lain, yang satu lebih disukai
dari yang lain.
Menunjukkan
sifat Aktivitas yang satu sangat disukai
sangat penting
dibandingkan
dengan
yang
lain,
dominasinya tampak dalam kenyataan
Ekstrim penting
Bukti bahwa antara yang satu lebih
disukai daripada yang lain menunjukkan
kepastian tingkat tertinggi yang dapat
dicapai.
Nilai tengah diantara Diperlukan kesepakatan (kompromi)
dua penilaian
Jika
aktivitas
i, Asumsi yang masuk akal
dibandingkan dengan
j,
mendapat
nilai
bukan nol, maka j jika
dibandingkan dengan
i, mempunyai nilai
kebalikannya
Rasio yang timbul dari Jika konsistensi perlu dipaksakan
skala
dengan mendapatkan sebanyak n nilai
angka untuk melengkapi matriks

45

Anda mungkin juga menyukai