Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

ILEUS OBSTRUKSI

Oleh :
Cokorda Istri Devi Larayanthi (0702005167)
A.A. Duagung Dalem Dwi Putra (0702005084)
I Made Stefanus Biondi P. (0702005087)

DALAM RANGKA MENJALANI


KEPANITRAAN KLINIK MADYA
DI BAGIAN/ SMF ILMU BEDAH RSUP SANGLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
MARET 2012

BAB I
PENDAHULUAN
Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang bedah digestive yang sering dilaporkan.
Gangguan saluran cerna ini menduduki 20% dari seluruh kasus nyeri akut abdomen yang tidak
tergolong appendicitis akuta. Sekitar 60% penyebab obstruksi ileus disebabkan oleh adhesi yang
terjadi pasca operasi regio abdominal dan operasi di bidang obstetri ginekologik. Isidensi dari
ileus obstruksi pada tahun 2011 diketahui mencapai 16% dari populasi dunia yang diketahui
melalui studi besar pada banyak populasi.1
Gangguan yang terjadi pada ileus obstruktif bisa meliputi sumbatan sebagian (partial) atau
keseluruhan (complete) dari lumen usus, sehingga mengakibatkan isi usus tak dapat melewati
lumen itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi, paling sering
dikarenakan oleh adhesi, hernia, bahkan tumor.2
Ileus obstruktif tidak hanya dapat menghasilkan perasaan yang tidak nyaman, seperti : keram
perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah, bila tidak diobati dengan benar, ileus obstruktif
dapat menyebabkan sumbatan dan menyebabkan kematian jaringan usus. Kematian jaringan ini
dapat ditunjukkan dengan perforasi usus, infeksi ringan, hingga kondisi shock.2
Adhesi merupakan suatu jaringan parut yang sering menyebabkan organ dalam atau jaringan
tetap melekat setelah pembedahan. Adhesi dapat membelit dan menarik organ dari tempatnya
dan merupakan penyebab utama dari obstruksi usus, infertilitas (bidang ginekologik), dan nyeri
kronis pelvis.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di
bagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut akan terjadi distensi
atau dilatasi usus.2
Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau
sumbatan di dalam lumen usus. Pada obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dari
obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia
yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat, yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala
obstruksi dengan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis. Obstruksi usus yang
disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi.
Sedangkan obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh cacing askaris adalah obstruksi sederhana
yang jarang menyebabkan strangulasi.2
2.2 Etiologi
Beberapa kelainan penyebab obstruksi antara lain:
1. Adhesi intestinal : adanya jaringan fibrosa pada usus yang ditemukan saat lahir
(kongenital). Namun jaringan fibrosa ini paling sering terjadi setelah operasi abdominal.
Usus halus yang mengalami perlengketan akibat jaringan fibrosa ini akan menghalangi
jalannya makanan dan cairan.
2. Hernia inkarserata : bila sudah terjadi penjepitan usus, maka dapat menyebabkan
obstruksi usus.
3. Tumor (primer, metastasis) : dapat menyebabkan sumbatan terhadap jalannya makanan
dan cairan.
4. Divertikulum Meckel

5. Intussusception (masuknya usus proximal ke bagian distal)


6. Volvulus (terpuntirnya usus)
7. Striktur yang menyebabkan penyempitan lumen usus
8. Askariasis
9. Impaksi faeces (faecolith)
10. Benda asing. 1,3,4
Adhesi, hernia, dan tumor mencakup 90% etiologi kasus obstruksi mekanik usus halus. Adhesi
dan hernia jarang menyebabkan obstruksi pada colon. Penyebab tersering obstruksi pada colon
adalah kanker, diverticulitis, dan volvulus.1,3
2.3 Patogenesis
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya
mekanik

yang

bekerja

atau

mempengaruhi

dinding

usus

sehingga

menyebabkan

penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.
Akibat gangguan pasase tersebut terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan
pada bagian proximal tempat penyumbatan. Hal ini menyebabkan pelebaran dinding usus
(distensi) di bagian proximal dari sumbatan. Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan
rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan
gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi
juga dapat mengenai seluruh usus di bagian proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan
gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi
gerakan antiperistaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntahmuntah. Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltik sudah hilang oleh karena dinding usus
kehilangan daya kontraksinya.3
2.4 Gambaran Klinik
Dengan melihat patogenesis yang terjadi, maka gambaran klinik yang dapat ditimbulkan sebagai
akibat obstruksi usus dapat bersifat sistemik dan serangan yang bersifat kolik.
Gambaran klinik yang bersifat sistemik meliputi :1
1. Dehidrasi berat
2. Hipovolemia
3. Syok
4. Oliguria

5. Gangguan keseimbangan elektrolit


6. Perut gembung
7. Kelebihan cairan usus
8. Kelebihan gas dalam usus
Gambaran klinik serangan kolik meliputi :
1. Nyeri perut berkala
2. Distensi berat
3. Mual / muntah
4. Gelisah / menggeliat
5. Bunyi usus nada tinggi
6. Halangan pasase
7. Obstipasi
8. Tidak ada flatus
Pada obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi nekrosis atau gangguan dinding usus yang
menyebabkan timbulnya perdarahan pada dinding usus. Bahaya umum dari keadaan ini adalah
sepsis, toxinemia, bahkan shock.3
2.5 Diagnosis
Obstruksi usus halus sering menimbulkan nyeri kolik dengan muntah hebat. Juga didapatkan
distensi perut dan bising usus meningkat. Pada anamnesis intususepsi, didapatkan bayi tampak
gelisah dan tidak dapat ditenangkan, sedangkan diantara serangan biasanya anak tidur tenang
karena sudah capai sekali. Serangan klasik terdiri atas nyeri perut, gelisah sewaktu kolik,
biasanya keluar lendir campur darah (red currant jelly) per anum, yang berasal dari intususeptum
yang tertekan, terbendung, atau mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak biasanya muntah
sewaktu serangan dan pada pemeriksaan perut dapat diraba massa yang biasanya memanjang
dengan batas jelas seperti sosis. Bila invaginasi disertai strangulasi, harus diingat kemungkinan
terjadinya peritonitis setelah perforasi. Pada volvulus didapatkan nyeri yang bermula akut, tidak
berlangsung lama, menetap, disertai muntah hebat. Biasanya penderita jatuh dalam keadaan
syok.3
Ileus obstruksi usus besar agak sering menyebabkan serangan kolik yang intensitasnya sedang.
Muntah tidak menonjol, tetapi distensi tampak jelas. Penderita tidak dapat melakukan defekasi
atau flatus. Bila penyebabnya adalah volvulus sigmoid maka perut dapat besar sekali.3

Strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti takikardia, pireksia (demam), lokal
tenderness dan guarding, rebound tenderness, nyeri lokal, hilangnya suara usus lokal, untuk
mengetahui secara pasti adanya strangulasi hanya dengan laparotomi.4
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan pada regio
inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi
dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas
luka operasi sebelumnya.
2. Perkusi
Hipertimpani
3. Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan
peristaltik melemah sampai hilang.
4. Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor (pada colok dubur teraba massa di rektum atau
terdapat darah dan lendir), invaginasi atau hernia. Adanya darah pada pemeriksaan colok
dubur dapat menyokong strangulasi atau neoplasma. Pada volvulus teraba massa yang nyeri
dan bertambah besar. Bila didapatkan feses yang mengeras kemungkinan adanya skibala, bila
feses negatif maka obstruksi usus diduga letaknya lebih tinggi. Ampula rekti yang kolaps
juga harus dicurigai adanya obstruksi. Bila ditemukan nyeri tekan lokal atau general pada
pemeriksaan palpasi dinding abdomen maka pikirkan adanya peritonitis.
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Pada foto polos pasien dengan obstruksi yang komplit akan tampak terjadi dilatasi dari usus
bagian proksimal sampai ke tempat obstruksi dalam 35 jam Usus yang diameternya lebih
dari 3 cm sering dikaitkan dengan obstruksi. Usus bagian proksimal yang terdistensi oleh gas
dan cairan, akan tampak berdilatasi oleh timbunan udara intraluminer. Sebaliknya, pada usus
bagian distal dari obstruksi tidak tampak bayangan gas, atau bila sumbatannya terjadi belum
lama maka tampak bayangan gas yang sangat sedikit di bagian distal obstruksi. Pada daerah
rektum tidak tampak bayangan gas atau udara.3

Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak dibeberapa tempat
(multiple fluid levels) yang tampak terdistribusi dalam susunan tangga (step ladder
appearance), sedangkan usus sebelah distal dari obstruksi akan tampak kosong. Jumlah loop
dari usus halus yang berdilatasi secara umum menunjukkan tingkat obstruksi. Bila jumlah
loop sedikit berarti obstruksi usus halus letaknya tinggi, sedangkan bila jumlah loop lebih
banyak maka obstruksi usus halus letaknya rendah. Semakin distal letak obstruksi, jumlah
air fluid level akan semakin banyak, dengan tinggi yang berbeda-beda sehingga berbentuk
step ladder appearance.1,4
Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 14 mm. Jarak ini akan melebar
pada keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus halus, maka valvula conniventes agak
teregang dan bersama-sama dengan valvula conniventes dari loop yang bertetangga, akan
tampak di foto sebagai gambaran sirip ikan yang disebut herringbone appearance.4
Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan biasanya berbentuk
huruf U terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan dilatasi proksimal kolon sampai ke
tempat obstruksi, dengan dekompresi dari kolon bagian distal. Kolon bagian proksimal
sampai letak obstruksi akan lebih banyak berisi cairan daripada feses. Usus halus bagian
proksimal mungkin berdilatasi, mungkin juga tidak.3

Gambar 1. Gambaran radiografi ileus obstruksi


Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran klinik dapat membantu :

Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama makin hebat, pada pemeriksaan
abdomen didapatkan ascites, terdapatnya abdominal tenderness, adanya tanda-tanda yang
bersifat umum, demam, dehidrasi berat, takikardia, hipotensi atau shock.3
Namun dari semua gejala klinik di atas, kita mempunyai pedoman Essential of Diagnosis yaitu: 4
1. Complete Proximal Obstruction:
Vomiting
Abdominal discomfort
Abnormal oral contrast x-rays
2. Complete Mid or Distal Obstruction:
Nyeri kolik abdomen
Vomiting
Abdominal distention
Constipation-obstipation
Peristaltic rushes
Usus yang berdilatasi pada pemeriksaan rontgen.
2.2.6 Diagnosis Banding
Ileus obstruktif dapat dikacaukan dengan gangguan saluran cerna lain dengan gambaran klinis
yang serupa seperti pseudo-obstruksi (Sindroma Ogilvie) dan ileus paralitik.1,4

Keluhan

Hasil
Fisik

Obstruksi Mekanis
Sederhana
(Ileus
Obstruktif)
Nyeri
keram
abdominal, konstipasi,
obstipasi,
mual,
muntah, dan anoreksia

Ileus Paralitik

Nyeri
abdominal
ringan,
perut
kembung,
mual,
muntah, obstipasi, dan
konstipasi
Pemeriksaan Borborygmi,
bunyi Bising usus senyap,
peristaltic meningkat distensi, dan timpani
dengan bising usus
nada tinggi, distensi,
nyeri terlokalisir

Gambaran
Polos BOF

Pseudo-obstruksi
Nyeri
keram
abdominal, konstipasi,
obstipasi,
mual,
muntah, dan anoreksia

Borborygmi, timpani,
terdapat gelombang
peristaltik
dengan
bising usus hipo atau
hiperaktif,
distensi
dan nyeri terlokalisir
Foto Bow-shaped loops in Dilatasi usus kecil dan Dilatasi usus besar
ladder
patern, usus besar dengan terisolasi
dengan
terdapat gambaran gas peningkatan
peningkatan
kolon
yang diafragma
diafragma
terperangkap
di

bagian distal dari lesi,

2.2.7 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila
ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal.3
2.2.8.1 Persiapan penderita
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosis obstruksi usus secara
lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik, obstruksinya berkurang atau
hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi 3:
1. Dekompressi usus dengan suction, menggunakan NGT yang dimasukkan dalam perut
atau usus
2. Pemasangan kateter untuk mengukur urine output
3. Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa
4. Atasi dehidrasi
5. Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4 sampai 24 jam sampai
saatnya penderita siap untuk operasi.
2.2.8.2 Operatif
Tindakan operatif untuk membebaskan obstruksi dibutuhkan bila dekompresi dengan NGT tidak
memberikan perbaikan atau diduga adanya kematian jaringan. Pada umumnya dikenal 4 macam
(cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus 3:
1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi,
jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus
yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya
pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,

invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang


dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun
karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan
kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
2.2.9 Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera
dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau
komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.3 Prognosisnya
baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.3

BAB III
LAPORAN KASUS
3. 1.

Identitas Pasien
Nama

: NNS

Jenis kelamin

: Perempuan

Usia

: 70 tahun

Alamat

: Br. Tegal Asih, Batuagung, Jembrana

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Suku

: Bali

Agama

: Hindu

Tanggal Pemeriksaan : 27 Maret 2012


3. 2.

Anamnesis
Keluhan Utama: Nyeri perut
Perjalanan Penyakit Sekarang:
Penderita datang sadar merupakan rujukan dari RSUD Negara, mengeluh nyeri
perut sejak 6 bulan SMRS dan memberat sejak 1 minggu SMRS. Nyeri dikatakan seperti
melilit. Pasien juga tidak bisa buang air besar sejak 5 hari yang lalu. Penderita
mengatakan sudah mengalami sulit buang air besar sejak 6 bulan yang lalu, penderita
juga mengatakan kalau buang air besarnya sedikit-sedikit, keras, dan berwarna hitam
seperti kotoran kambing. Penderita juga mengeluhakan kalau perutnya semakin
membesar sejak 1 bulan terakhir ini serta merasakan nyeri seperti melilit pada perutnya.
Penderita setiap mengalami penurunan nafsu makan sejak 3 bulan yang lalu yaitu dua
kali sehari dan setiap kali makan hanya 3-4 sendok makan, penderita juga mengeluhkan
susah kentut sejak 5 hari yang lalu. Buang air kecil dikatakan seperti biasa, keluhan mual,
muntah, demam disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan:

Riwayat pengobatan sebelumnya penderita pernah dirawat di RSUD Negara selama 8


hari. Baik pasien atau keluarga tidak ingat mengenai pengobatan apa saja yang telah
didapatkan.

Riwayat Pengobatan:
Penderita sempat MRS di RSUD Negara, dan dilakukan USG dan hasilnya didapatkan
adanya masa pada uterus. Penderita di RSUD negara mendapatkan dulcolax supositoria 2
x sehari namun dikatakan penderita tetap susah BAB. Penderita sempat melakukan CTScan Abdomen di RSAD Udayana dan dilakukan urus urus, dikatakan perut pasien
sempat mengecil.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, asma,
penyakit jantung, dan gangguan fungsi hati disangkal.
Riwayat Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami hal serupa seperti keluhan pasien.
Riwayat penyakit lainnya dalam keluarga juga disangkal.
Riwayat Sosial : Penderita saat ini tidak bekerja, riwayat merokok dan minum alkohol
disangkal.
3. 3.

Pemeriksaan Fisik
Status Present
T

: 120/70 mmHg

: 80 kali/menit

: 20 kali/menit

tax

: 36,5 oC

Status General
Kepala

: Normocephali

Mata

: Anemia -/-, Ikterus -/-

THT

: Kesan tenang

Thorax

: Cor : S1S2 Tgl Reg Murmur Pulmo : Ves +/+, Whezing -/-, rhonki -/-

Abdomen

: Ditensi (+), Bising usus (-)

Ekstremitas

: Hangat

+ , edema

+ +

Status lokalis :
Regio Abdomen : Inspeksi

: Ditensi (+)

Auskultas I: Bising usus (-)


Palpasi

: Undulasi wave (+), nyeri tekan (+) di seluruh region

abdomen, finger test tidak teraba masa, defans muskuler (-)


Perkusi

: redup (+) di seluruh kuadran abdomen

Pemeriksaan Fisik Tambahan


RT

: Sekitar ani normal


Tonus Sphincter Ani normal
Mukosa rektum licin
Nyeri tekan tidak ada
Handschoen : feses tidak ada, darah tidak ada

3.4.

Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax dan BOF

CT-scan Abdomen

Kesimpulan : Massa solid kistik kemungkinan di daerah uterus atau buli-buli

Darah lengkap
o WBC 6,6
o Neutrofil 76,9
o Lymphosit 16,2
o RBC 4,31
o HGB 11,1
o Hematokrit 33,2
o PLT 477
Kimia darah
o SGOT 14,3
o SGPT 14,9

o
o
o
o

Bun 7
Creatinin 0,57
Natrium 1,33
Kalium 4,39

o CEAs 2,36
3. 4.

Diagnosis
Diagnosis Utama : OBSTRUKSI ILEUS PARTIALIS EC SUSPEK TUMOR UTERUS

3. 5.

Penatalaksanaan

Dekompresi

IVFD NS 0,9% 20 tpm

Aminofuschin : D5% : NS
1500

Konsul Obgyn

: 500 : 500

DAFTAR PUSTAKA
1. Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2012 March 26];[7 screens]. Available
from: URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm
2. Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston, Textbook of Surgery, 16th edition, W.B.Saunders,
Philadelphia, 2001, hal 887-888
3. Brunicardi, F.C., et all, Schwartzs Principles of Surgery, volume II, 8th edition, McGraw-Hill,
New York, 2005, hal 1031-1032
4. Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17 [cited 2012 March 26];[6
screens]. Available from: URL:http://www.emedicine.com

Anda mungkin juga menyukai