Bobot 40%
Proyek A membutuhkan initial outflow sebesar Rp. 70.000,- (dalam jutaan) dan pada tahun ke II
memerlukan tambahan outflow sebesar Rp. 45.000,- . Proyek A menghasilkan inflow sebesar :
Tahun ke I
Tahun ke II
Tahun ke III
Tahun ke IV
Tahun ke V
Proyek A pada tahun terakhir memiliki nilai sisa sebesar Rp. 26.500,-, sedangkan proyek B membutuhkan
initial outflow sebesar Rp. 82.000,- (dalam jutaan) dan menghasilkan inflow sebagai berikut:
Tahun ke I
Tahun ke II
Tahun ke III
Tahun ke IV
Tahun ke V
Tahun ke VI
Proyek B pada tahun terakhir memiliki nilai sisa sebesar Rp. 26.100,Proyek C membutuhkan initial outflow sebesar Rp. 80.200,- (dalam jutaan) dan pada tahun ke II
memerlukan tambahan outflow sebesar Rp. 11.000,- . Proyek C menghasilkan inflow sebesar :
Tahun ke I
Tahun ke II
Tahun ke III
Asumsi :
Tingkat inflasi sekitar 8,4 % per tahun, tetapi pada tahun ke 4 dan seterusnya, inflasi diperkirakan
naik menjadi 10,4 % per tahun.
Ketiga proyek tersebut di atas menggunakan Discount Rate yang sama (saudara boleh tentukan
sendiri besarnya discount rate dengan mempertimbangkan faktor inflasi). Saudara boleh
menambah asumsi yang diperlukan, asal masuk akal.
Pertanyaan:
a
Dengan menggunakan criteria NPV, proyek mana yang saudara pilih (antara A,B dan C)?
Dengan menggunakan criteria Payback Period, proyek mana yang saudara pilih?
Seandainya nilai NPV proyek A dan B persis sama besar, proyek mana yang saudara pilih?
Khusus untuk proyek C, karena adanya uncertainty, saudara jadi ragu mengenai hasil inflow
proyek C tersebut. Saudara ingin tahu, berapa besar penyimpangan maksimum
(menurunnya) inflow diperbolehkan agar proyek C tetap masih feasible.