Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENELITIAN

PROGRAM PENELITIAN PEMBINAAN DOSEN MUDA

JUDUL:
PERBANDINGAN REAL COST
PENGGUNAAN MATERIAL KAYU DAN BAJA RINGAN
PADA KONSTRUKSI ATAP RUMAH TINGGAL
DENGAN BERBASIS LOKALITAS ARSITEKTUR SUNDA

Peneliti:
Nuryanto, S.Pd., M.T./NIP.: 197605132006041010(Ketua)
Erna Krisnanto, S.T., M.T./NIP.: 197206071998021002 (Anggota-1)
Suhandy Siswoyo, S.T., M.T./NIP.: 197311012008011008 (Anggota-2)

Dosen Pembina
Dra.RR. Tjahyani Busono, MT.

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Jl. DR. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154
Februari 2014

Lembar Pengesahan Proposal Penelitian


Program Penelitian Pembinaan Dosen Muda 2014
Judul Penelitian

Ketua Peneliti
Nama Ketua Peneliti
NIP
Pangkat/Gol./Jabatan
Jurusan/Fakultas

:
:
:
:
:

Alamat Rumah
Telepon/HP/Faksimile/e-mail

:
:

Nama Anggota peneliti

No.

Perbandingan Real Cost Penggunaan Material Kayu


dan Baja Ringan pada Konstruksi Atap Rumah
Tinggal dengan Berbasis Lokalitas Arsitektur Sunda
Nuryanto, S.Pd., M.T.
19760513 200604 10 10
Penata/Lektor/III-C/Dosen Tetap-PNS
Pendidikan Teknik Arsitektur/
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK)
Jl. Padaringan No. 145-B, KPAD Kota Bandung, 40154.
022-70096738/HP. 08157151243/022-2011576/
nuryanto_adhi@yahoo.co.id

Nama dan Gelar

1.

Erna Krisnanto, S.T., M.T.

2.

Suhandy Siswoyo, S.T., M.T

Jangka Waktu Penelitian


Total Biaya yang dibutuhkan

Bidang Keahlian
-

Perancangan Arsitektur
Struktur dan Konstruksi
Perancangan Arsitektur
Struktur dan Konstruksi

Instansi
Jurusan/Fakultas/
Asal PT
Pendidikan Teknik
Arsitektur/FPTK/UPI
Pendidikan Teknik
Arsitektur/FPTK/UPI

: 8 (delapan) bulan
: Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah)
Bandung, 20 Februari 2014

Mengetahui:
Dekan,

Ketua Peneliti,

DR. Eng. Agus Setiawan, M.Si.


NIP.: 19690211 199303 1001

Nuryanto, S.Pd., M.T.


NIP.: 19760513 2006041 010

Menyetujui:
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,

Prof. DR. H. Soemarto, M.S.I.E.


NIP.: 19550705 198103 0 05

I. Substansi Usul Penelitian


ABSTRAK
Beberapa faktor yang dapat menentukan kualitas bangunan adalah besar kecil biaya
yang dapat disediakan pada saat proses membangun. Biaya akan mempengaruhi sistem
konstruksi dan pilihan material yang akan digunakan untuk konstruksi bangunannya. Pada
sepuluh tahun terakhir inovasi material bangunan cukup berkembang dengan pesat, mulai
dari material yang digunakan sebagai konstruksi pondasi, dinding, plafond, lantai maupun
atap bangunan.Perkembangan teknologi material bangunan dilahirkan dengan spirit
menemukan material alternative sebagai pengganti material konvensional yang biasa
digunakan oleh kebanyakan masyarakat, namun sepanjang perjalanannya material
alternative yang di gagas sebagai pilihan bahan lainnya yang lebih inovatif yang disediakan
oleh produsen kenyataan dilapangan pemanfaatanya tidak mudah diterima oleh
masyarakat.Salah satu material bangunan yang dapat digunakan sebagai alternative bahan
pengganti konstruksi kayu adalah material baja ringan yang dapat digunakan sebagai bahan
konstruksi dan komponen atap bangunan.
Kenyataan dilapangan pada proses membangun konstruksi atap bangunannya
masyarakat tidak mudah untuk beralih dari konstruksi kayu ke baja ringan. Banyak faktor
yang mempengaruhi mengapa masyarakat tidak memilih menggunakan bahan alternative
dalam penyelesaian bangunannya, diantaranya masyarakat meragukan dan
mempersepsikan material baja ringan adalah; pertama : harga material dan biaya
konstruksinya yang mahal, Kedua ; kekuatan terhadap tekan yang rendah, ketiga ;
perakitan dan pemasangan tidak dapat dikerjakan oleh tukang dan harus dengan tenaga
ahli. Sementara persepsi masyarakat dengan menggunakan konstruksi kayu; harga kayu
relative lebih murah, mudah didapatkan, mudah dikerjakan dan mudah dipasang oleh
tukang tanpa menggunakan tenaga ahli.Untuk membuktikan benar atau salah terhadap
persepsi masyarakat tersebut perlu dilakukan studi lanjut. Dengan demikian kita bisa
mengetahui tingkat efektifitas dari sebuah material bila digunakan sebagai pilihan material
bangunan dan kita dapat mempertimbangkan riel cost yang sebenarnya bila akan
menggunakan pilihan material kayu ataupun baja ringan untuk konstruksi atap bangunan.
Penelitian Pembinaan Dosen Muda ini secara komprehensif akan melakukan
eksperimen kualitatif terhadap real cost penggunaan material kayu dan baja ringan pada
konstruksi atap bangunan. Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, dilakukan analisis dan
intepretasi untuk menjadi panduan penentuan material konstruksi atap bangunan
berdasarkan real cost konstruksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif-kualitatif dengan pendekatan eksperimen melalui penelusuran tentang real cost
material melalui percobaan-percobaan arsitektural.
Keyword : Real cost, Material, Konstruksi Atap Rumah Tinggal, Arsitektur Sunda.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
DAFTAR ISI

1
2
3

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Batasan Masalah
3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Manfaat Penelitian
5. Luaran penelitian
6. Urgensi Penelitian

4
4
5
5
5
5
6
6

B. ROADMAP PENELITIAN

C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kayu Sebagai Material Konstruksi
2. Kepadatan dan Berat Jenis Kayu
3. Kekerasan Kayu
4. Kelas Kuat Kayu
5. Kelas Awet Kayu
6. Sistem Struktur dan Sambungan Pada Konstruksi Kayu
7. Atap Bangunan
8. Baja Ringan
9. Keunggulan Konstruksi Atap baja Ringan
10. Konstruksi Baja Ringan
11. Arsitektur Tradisional Sunda
D. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
2. Sample Penelitian
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Teknik Analisis Data

10
11
11
13
16
18
19
22
23
25
26
28
29
29
29
30
30

E. JADWAL PENELITIAN

33

DAFTAR PUSTAKA
URAIAN PEMBIAYAAN

34
35

LAMPIRAN I : JUSTIFIKASI PEMBIAYAAN


LAMPIRAN 2 : DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN 3: SURAT KESEDIAAN DOSEN PEMBINA
LAMPIRAN 4: SURAT PERNYATAAN TIM PENELITI

36
38
39
40

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pada sepuluh tahun terakhir inovasi material bangunan cukup berkembang dengan
pesat, mulai dari material yang digunakan sebagai konstruksi pondasi, dinding, plafond,
lantai maupun atap bangunan (Pikiran Rakyat, 2013).Perkembangan teknologi material
bangunan dilahirkan dengan spirit menemukan material alternatif sebagai pengganti
material konvensional yang biasa digunakan oleh kebanyakan masyarakat, namun
sepanjang perjalanannya material alternatif yang di gagas sebagai pilihan bahan lainnya
yang lebih inovatif yang disediakan oleh produsen kenyataan dilapangan pemanfaatanya
tidak mudah diterima oleh masyarakat.Salah satu material bangunan yang dapat digunakan
sebagai alternatif bahan pengganti konstruksi kayu adalah material baja ringan yang dapat
digunakan sebagai bahan konstruksi dan komponen atap bangunan.
Kenyataan di lapangan pada proses membangun konstruksi atap bangunannya
masyarakat tidak mudah untuk beralih dari konstruksi kayu ke baja ringan. Banyak faktor
yang mempengaruhi mengapa masyarakat tidak memilih menggunakan bahan alternative
dalam

penyelesaian

bangunannya,

diantaranya

masyarakat

meragukan

dan

mempersepsikan material baja ringan adalah; Pertama: Harga material dan biaya
konstruksinya yang mahal, Kedua: Kekuatan terhadap tekan yang rendah; Ketiga:
Perakitan dan pemasangan tidak dapat dikerjakan oleh tukang dan harus dengan tenaga
ahli. Sementara persepsi masyarakat dengan menggunakan konstruksi kayu; harga kayu
relatif lebih murah, mudah didapatkan, mudah dikerjakan dan mudah dipasang oleh tukang
tanpa menggunakan tenaga ahli.Untuk membuktikan benar atau salah terhadap persepsi
masyarakat tersebut perlu dilakukan studi lanjut. Dengan demikian kita bisa mengetahui
tingkat efektifitas dari sebuah material bila digunakan sebagai pilihan material bangunan
dan kita dapat mempertimbangkan riel cost yang sebenarnya bila akan menggunakan
pilihan material kayu ataupun baja ringan untuk konstruksi atap bangunannya. Sehubungan
latar belakang di atas, peneliti memandang perlu mengungkapkan kondisi riil penyerapan
biaya yang diperlukan bila pilihan konstruksi atap menggunakan kayu dan baja
ringan.Penelitian ini diharapkan mampu memberikan alternatif dalam pemilihan material
bangunan yang hemat tetapi tetap kuat.

2. Pembatasan dan Perumusan Masalah


Mengingat waktu dan biaya dalam penelitian, maka agar penelitian ini dapat
terfokus, terarah sesuai dengan masalah penelitian yang akan dilakukan, maka penelitian
ini dibatasi pada :
a. Material yang dibadingkan adalah material kayu dan baja ringan sebagai bahan
konstruksi atap;
b. Membandingkan real cost penggunaan konstruksi kayu dan baja ringan dengan
penutup atap yang sama yaitu dengan menggunakan genteng;
c. Membandingkan material kayu dan baja ringan dengan mutu dan kualitas yang
setara;
d. Bentuk atap rumah tinggal yang akan menjadi objek penelitian adalah bentuk atap
pelana.

Sedangkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


a. Adakah perbedaan real cost penggunaan kayu dan baja ringan sebagai bahan
konstruksi atap rumah tinggal?;
b. Berapa besar perbedaan real cost penggunaan kayu dan baja ringan sebagai bahan
konstruksi atap rumah tinggal?;
c. Bila dilihat dari real cost penggunaan material kayu atau baja ringankah yang lebih
efisien untuk digunakan sebagai material konstruksi atap rumah tinggal?
d. Bagaimanakah perbandingan real cost dan efisiensi penggunaan antara material
kayu dengan baja ringan dengan berbasis lokalitas Arsitektur Sunda?.

3. Asumsi
Penelitian ini penting dilakukan untuk mengungkap kekeyaan lokal berupa
Arsitektur Tradisional Sunda yang dapat diaplikasikan sebagai pendekatan dalam
pemilihan material konstruksi atap rumah tinggal. Pemilihan material konstruksi atap
rumah tinggal dengan membandingkan real cost antara material kayu dengan baja ringan
sangat penting, karena masyarakat tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan
menggunakan kedua material tersebut. Material ini dikaitkan dengan Arsitektur Sunda
yang sangat kaya dengan material alam dan kearifan masyarakatnya. Di samping itu,
penelitian tentang penerapan kearifan lokal dalam bentuk arsitektur tradisional kaitannya
pada penggunaan material konstruksi atap ruamh tinggal pernah dilakukan. Dengan
demikian, hal ini dapat dijadikan rekomendasi bagi pemerintah daerah setempat dalam

pembuatan model-model konstruksi atap rumah tinggal berbasis lokalitas arsitektur sunda,
bila dibandingkan dengan material baja ringan. Asumsi dari penelitian ini akan membawa
manfaat besar dan pengaruh positif bagi pemahaman kesadaran masyarakat tentang
pemilihan material yang baik serta perbandingan real cost nya dalam konstruksi atap
rumah tinggal.

4.

Tujuan Penelitian
a. Mengetahui perbedaan real cost penggunaan kayu dan baja ringan sebagai bahan
konstruksi atap rumah tinggal;
b. Mengetahui gambaran besarnya perbedaan real cost penggunaan kayu dan baja
ringan sebagai bahan konstruksi atap rumah tinggal;
c. Mengetahui bila dilihat dari real cost penggunaan material kayu atau baja
ringankah yang lebih efisien untuk digunakan sebagai material konstruksi atap
rumah tinggal;
d. Mengetahui perbandingan real cost dan efisiensi penggunaan antara material kayu
dengan baja ringan dengan berbasis lokalitas Arsitektur Sunda.

5.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Dapat memberikan kontribusi dan rekomendasi bagi masyarakat dalam menentukan
pilihan material yang akan digunakan sebagai konstruksi atap rumah tinggalnya;
b. Dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori dan disain arsitektur
maupun disain struktur bangunan, khususnya rumah tinggal;
c. Dapat memberikan

pemahaman perbandingan tentang

efektifitas real cost

penggunaan material kayu dan baja ringan sebagai pilihan material konstruksi atap
rumah tinggal;
d. Sebagai usaha untuk membuka jalan penelitian lanjut dibidang ilmu yang relevan
mengenai real cost pada konstruksi atap rumah tinggal.

6.

Hasil Penelitian yang Dijanjikan


Hasil penelitian yang dijanjikan yaitu:
a. Modul pengembangkan bahan ajar khususnya pada pembelajaran mata kuliah
perancangan arsitektur, material konstruksi, struktur konstruksi dan rencana
anggaran biaya;
b. Panduan pengembangan perancangan arsitektur yang berbasis pada aspek
pemilihan material dan harga konstruksi dengan berlandaskan pada lokalitas
Arsitektur Sunda
c. Rekomendasi dalam bentuk panduan bagi masyarakat tentang alternatif pemilihan
material dengan real cost untuk kayu dan baja ringan pada konstruksi atap rumah
tinggal;
d. Artikel untuk jurnal ilmiah nasional terakreditasi dan atau jurnal internasional
tentang perbandingan real cost penggunaan material kayu dan baja ringan sebagai
bahan konstruksi atap rumah tinggal;
e. Makalah seminar nasional dan atau internasional yang berkaitan dengan material
rumah tinggal.

7.

Urgensi Penelitian
Merancang arsitektur tidak hanya sekedar membuat bentuk, namun perancangan

arsitektur sebaiknya dilakukan dengan mengkorelasikan antara bahan, struktur, fungsi, dan
bentuk. Menurut Poerbo (1999) Arsitektur adalah seni terikat, antara lain terikat pada
struktur konstruksi. Perancangan arsitektur yang baik dimulai dengan dari sistem bangunan
yang baik.Sementara system bangunan yang baik dimulai dari sistem struktur yang
rasional, efisien dan ekonomis. Untuk menentukan system struktur tentu diawali dengan
penentuan material atau bahan yang akan digunakan dan penentuan bahan akan diawali
dengan melihat besar kecilnya anggaran yang disediakan. Untuk itu penelitian
perbandingan real cost penggunaan material kayu dan baja ringan pada konstruksi atap
bangunan perlu dilakukan agar pada saat melakukan kegiatan merancang ataupun
membangun dapat mempertimbangan secara baik aspek ekonomisnya.

A. Roadmap Penelitian
Sesuai dengan latar belakang kualifikasi pendidikan dan pengembangan kepakaran,
bidang kajian Ketua dan anggota Peneliti berfokus pada dua spektrum, yaitu: bidang kajian
(1) Pendidikan Teknologi dan Kejuruan; (2) Perancangan dan rekayasa Arsitektur sebagai
lingkungan binaan. Penelitian tentang Perbandingan Real Cost Penggunaan Material
kayu dan Baja Ringan Pada Konstruksi Atap Rumah Tinggal Berbasis Lokalitas Arsitektur
Sunda ini adalah masuk pada spektrum kedua yaitu Perancangan dan rekayasa Arsitektur
sebagai lingkungan binaan.
Pada bidang kajian Perancangan
binaan ini, Peneliti telah

dan rekayasa Arsitektur sebagai lingkungan

melakukan berbagai penelitian, dalam rangka membangun

kepakaran dan reputasi ilmiah, serta kebermaknaan hasil penelitian. Hasil-hasil penelitian
tersebut, telah dipublikasikan baik melalui seminar, artikel ilmiah ataupun jurnal ilmiah.
Beberapa penelitian tersebut, diantaranya adalah:
a.

Struktur Konstruksi Bangunan Rumah Tinggal Penduduk Sub-Urban dan


Keandalannya Terhadap Pengaruh (Gaya Lateral) Gempa Bumi;

b.

Keandalan Struktur Bangunan Terhadap Gempa Bumi Pada Bangunan Rumah


Tinggal Padat Penduduk di Perkotaan;

c.

Keandalan Struktur Bangunan Tinggi dengan Pola Bracing Terhadap Pengaruh


Gaya Lateral;

d.

Penerapan Model Disain Ruang Publik Pada Lahan Bantaran Sungai Di


Pemukiman Kampung Kota (Dalam Upaya Memperkuat Modal Sosial
Masyarakat);

e.

Pengaruh Revolusi Industri pada bangunan di Kota Bandung;

f.

Eksplorasi Elemen Air dalam Membentuk Suasana Ruang Arsitektur;

g.

Perubahan Spasial Ruang pada Kawasan Daarut Tauhid Gegerkalong Girang


Kota Bandung.

Usulan penelitian dengan topik Perbandingan Real Cost Penggunaan Material


kayu dan Baja Ringan Pada Konstruksi Atap Rumah Tinggal Berbasis Lokalitas Arsitektur
Sunda, merupakan sebuah penelitian yang didasarkan pada payung penelitian periode
2011-2016 Kelompok Bidang Keahlian (KBK) Perancangan Arsitektur, Jurusan
Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI, yang memadukan pendekatan penelitian
Perancangan arsitektur dan rekayasa arsitektur.

Berdasarkan visi misi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan payung


penelitian UPI, penelitian ini akan menyajikan tiga hal. Pertama, sesuai dengan konsep
cross fertilization, maka penelitian ini akan memperkuat keilmuan dalam bidang teknik
arsitektur untuk mendukung pendidikan bidang studi arsitektur. Kedua, penelitian ini
mencakup kajian terhadap pendidikan dan pembelajaran analisa anggaran pada bidang
rekayasa material arsitektur, yang merupakan bagian dari perancangan arsitektur untuk
meningkatkan kemampuan dan efisiensi dalam perancangan arsitektur.Ketiga, penelitian
ini juga membuka kemungkinan perspektif baru, dalam kajian material arsitektur. Adapun
road map penelitian dosen muda ini adalah sebagai berikut:

Visi dan Misi UPI

Penelitian Pembinaan Dosen


Muda UPI 2014

Payung Besar Penelitian UPI

KBK Perancangan Arsitektur Jurusan


Pend. Teknik Arsitektur FPTK UPI.

Rekayasa Desain Arsitektur

Rekayasa Desain
Arsitektur Kota

Penelitian dengan judul:


Perbandingan Real Cost Penggunaan Material
Kayu dan Baja Ringan pada Konstruksi Atap
Rumah Tinggal dengan Berbasis Lokalitas
Arsitektur Sunda

Penelitian ini juga merupakan bagian dari payung besar penelitian untuk KBK
Perancangan Arsitektur yang ada pada Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK
Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun Road map penelitian KBK tersebut
adalah:

Gambar 2.: Road map Penelitian secara khusus KBK Perancangan Arsitektur JPTA
Sumber: Peneliti, 2014.

B. Tinjauan Teori
1.

Kayu Sebagai Material Konstruksi


Kayu dapat digunakan sebagai material bangunan karena kayu memiliki sifat yang

cukup keras, ringan, liat/kenyal, dan memiliki daya lentur serta memiliki sifat mekanika
yang tidak sama berdasarkan jenis kayu. Keuntungan penggunaan kayu adalah : mudah
didapat dan mudah dikerjakan, sementara kelemahan penggunaan kayu sebagai bahan
konstruksi yaitu; kayu mudah terbakar, mudah berubah bentuk bila terpapar cuaca yang
tidak tetap. Sifat umum kayu sebagai material konstruksi dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kayu dianggap anisotropis yang artinya kayu memmiliki sifat-sifat yang berlainan
jika di uji menurutarah sumbu longitudinal (sejajar serat-serat), sumbu tangensial
(garis singgung gelang-gelang pertumbuhan) dan sumbu radial ( tegak lurus pada
gelang-gelang/lingkaran pertumbuhan).
b. Kayu memiliki sifat higroskopis, yang artinya kayu dapat kehilangan dan kelebihan
kadar air yang disebabkan oleh keadaan kelembaban suhu sekitarnya. Kadar air
kayu yang kecil/rendah akan menambah keawetan kayu.
c. Kayu tersusun atas sel-sel dengan tipe yang bermacam-macam. Sel-sel kayu yang
dibentuk oleh cambium, pada musim hujan cambium akan menjadi lebih besar
karena banyak air dan bahan makanan begitu juga sebaliknya pada musim kemarau
cambium akan mengecil atau menyusut.
d. Untuk jenis kayu tertentu, kayu akan mudah diserang oleh serangga dan cendawan.
e. Kayu memiliki sifat yang mudah terbakar dan bisa lapuk dimakan usia.
f. Selain sifat umum tersebut, sifat-sifat lain yang di miliki kayu adalah : a). Sifat
akustik terhadap suara. Sifat akustik ini menunjukan kemampuan dalam
meneruskan dan tidak meneruskan suara (peredam suara). Sifat ini perlu
diperhatikan khususnya dalam membuat konstruksi bangunan seperti gedung
bioskop dan kayu juga dapat digunakan sebagai material pembuatan alat-alat
musik, hal ini ditentukan oleh kekenyalan atau elastisitas kayu, b). Sifat resonansi
yaitu sifat kayu dalam keikutsertaannya bergetar bersama dengan adanya
gelombang suara, yang ditunjukkan oleh elastisitas kayu.

2.

Kepadatan dan Berat Jenis Kayu


Kepadatan kayu berhubungan erat dengan berat jenis kayu dan kepadatan

kayu.Semakin ringan kayu, semakin kurang kepadatannya, semakin kurang pula


kekuatannya dan begitu juga sebaliknya.Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik

kayu adalah : Berat Jenis, Keawetan Alami, Warna, Higroskopik, Berat, Kekerasan dan
lain-lain.
Berat sesuatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, ronggarongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan zat-zat ekstraktif di
dalamnya. Berat suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang
bersangkutan, dan dipakai sebagai patokan berat kayu. Berdasarkan berat jenisnya, jenisjenis kayu digolongkan ke dalam kelas-kelas sebagai berikut:
a.

Sangat berat = lebih besar dari 0,90

b.

Berat = 0,75 - 0,90

c.

Agak berat = 0,60 - 0,75

d.

Ringan = lebih kecil dari 0,60


Sebagai contoh jenis kayu yang termasuk dalam kelas sangat berat adalah giam,

balau, dan lain-lain. Masuk kelas berat misalnya kulim,sedangkan agak berat misalnya
bintangur dan yang termasuk ringan misalnya pinus dan balsa.

3.

Kekerasan Kayu

Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayukayu yang keras juga temasuk kayu-kayu yang berat.Sebaliknya kayu ringan adalah juga
kayu yang lunak. Berdasarkan kekerasannya, jenis-jenis kayu digolongkan sebagai berikut:
a. Kayu sangat keras, contoh: balau,giam, dan lain-lain
b. Kayu keras, contoh: kulim, pilang dan lain-lain.
c. Kayu sedang kekerasannya, contoh: mahoni, meranti, dan lain-lain
d. Kayu lunak, contoh: pinus, balsa, dan lain-lain.
Cara menetapkan kekerasan kayu ialah dengan memotong kayu tersebut arah
melintang dan mencatat atau menilai kesan perlawanan oleh kayu itu pada saat
pemotongan dan kilapnya bidang potongan yang dihasilkan. Kayu yang sangat keras akan
sulit dipotong melintang dengan pisau. Pisau tersebut akan meleset dan hasil
potongannyaakan member tanda kilauan pada kayu. Kayu yang lunak akan mudah rusak,
dan hasil potongan melintangnya akan memberikan hasil yang kasar dan suram.

Gambar ini menunjukkan pohon yang mempunyai kayu gubal seluruhnya, tidak memiliki
kayu masak dan kayu teras. Dengankata lain, pohon kayu gubal yaitu pohon yang
mempunyai kayu tidak begitu keras. Seluruh penampang batang adalah tempat penyalur
makanan dan mempunyai warna terang.

Sedangkan untuk yang satu ini adalah pohon yang mempunyai kayu gubal, kayu masak
dan kayu teras.Pohon masak dari dalam ini mempunyai kayu teras yang kecil lambat laun
membesar.Kelihatan tiga perbedaan dari dalam kea rah luar teras, kayu masak dan kayu
gubal.
Keterangan :
G = kayu gubal
M = kayu masak
T = kayu teras

Dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa kayu terdiri dari beberapa bagian.

a. Kulit
Adalah bagian yang terdapat pada bagian terluar, disini saya bedakanmenjadi dua bagian
yaitu kulit luar yang mati, mempunyai ketebalan yang bervariasi menurut jenis pohon.
Kulit bagian dalam yang bersifat hidup dan tipis. Kulit berfungsi sebagai pelindung
bagian-bagian yang terdalam, terhadap kemungkinan pengaruh dari luar yang bersifat

merusak, misalnya iklim, serangan serangga, hama, kebakaran serta perusak kayu lainnya.
Selain itu berfungsi sebagai jalan bahan makanan dari daun ke bagian-bagian tanaman.

b. Kambium
Merupakan jaringan yang lapisannya tipis dan bening, melingkari kayu, ke arah luar
membentuk kayu yang baru.Dengan adanya kambium maka pohon lambat laun bertambah
besar.Pertumbuhan meninggi ditentukan oleh jaringan meristem.Kambium terletak antara
kulit dalam dan kayu gubal.

c. Kayu Gubal
Bagian kayu yang masih muda terdiri dari sel-sel yang masih hidup, terletak di sebelah
dalam kambium dan berfungsi sebagai penyalur cairan dan tempat penimbunan zat-zat
makanan.Tebal lapisan kayu gubal bervariasi menurut jenis pohon.Umumnya jenis yang
tumbuh cepat mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal dibandingkan dengan kayu
terasnya.Kayu gubal biasanya mempunyai warna terang.

d. Kayu Teras
Terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan-perubahan sel hidup pada lingkaran
kayu gubal bagian dalam, disebabkan terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan lainlain proses kehidupan. Ruang dalam kayu teras dapat mengandung berbagai macam zat
yang memberi warna lebih gelap.Tidak mutlak semua kayu teras demikian.Hanya pada
jenis-jenis yang kayu terasnya berisi tiloses.Pada beberapa jenis tertentu kayu teras banyak
mengandung bahan-bahan ekstraktif, yang member keawetan pada kayu tersebut, membuat
lebih berat dan lebih awet.Akan tetapi tidak semua jenis kayu yang memilikizat ekstraktif
sudah dapat dipastikan keawetannya.(Misalnya yang mempunyai kandungan zat gula, zat
gtepung dan lain sebagainya).

e. Hati
Merupakan bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran tahun (tidak mutlak pada pusat
bontos).Hati berasal dari kayu awal, yaitu bagian kayu yang pertama kali dibentuk oleh
kambium.Oleh karena itu umumnya mempunyai sifat rapuh atau sifat lunak.

f. Lingkaran Kayu

Batas antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan pada akhir suatu musim.Melalui
lingkaran-lingkaran tahun ini dapat diketahui umur pohon. Apabila pertumbuhan diameter
(membesar) terganggu oleh musim kering karena pengguguran daun, ataupun
serangga/hama, maka lingkaran tahun dapat terdiri lebih dari satu lingkaran tahun
(lingkaran tumbuh) dalam satu musim yang sama. Hal ini disebut lingkaran
palsu.Lingkaran tahun dapat mudah dilihat pada beberapa jenis kayu daun lebar. Pada
jenis- jenis lain, lingkaran tahun ada kalanya sulit dibedakan terutama di daerah tropic,
karena pertumbuhan praktis berlangsung sepanjang tahun.

g. Jari-jari
Dari luar ke dalam berpusat pada sumbu batang, berfungsi sebagai tempat saluran bahan
makanan yang mudah diproses di daun guna pertumbuhan pohon.
4.Kelas Kuat Kayu
Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan lebih kuat jika
menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak lurus serat. Ini
karena struktur serat kayu yang berlubang.Semakin rapat serat, kayu umumnya memiliki
kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat.Kerapatan ini umumnya ditandai
dengan berat kayu persatuan volume / berat jenis kayu.Ilustrasi arah kekuatan kayu dapat
ditunjukkan pada Gambar 8.7.dan Gambar 8.8.

Angka kekuatan kayu dinyatakan dapan besaran tegangan, gaya yang dapat
diterima per satuan luas. Terhadap arah serat, terdapat kekuatan kayu sejajar (//) serat dan

kekuatan kayu tegak lurus () serat yang masing - masing memilki besaran yang berbeda.
Terdapat pula dua macam besaran tegangan kayu, tegangan absolute / uji lab dan tegangan
ijin untuk perancangan konstruksi.Tegangan ijin tersebut telah memperhitungkan angka
keamanan sebesar 5 - 10.Dalam buku Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI - NI 5) tahun 1961, kayu di Indonesia diklasifikasikan ke dalam kelas kuat I (yang paling kuat),
II, III, IV (paling lemah).Tabel 2.1 menunjukkan kelas berat jenis kayu dan besaran kuat
kayu.

Tabel 2.1 : Kelas kuat kayu berdasarkan kualitas kayu


Sumber : Pedoman Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI). 1977.

5. Kelas Awet

Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya, kayu dibedakan atas kelas


awet I (yang paling awet) V (yang paling tidak awet). Kondisi kayu dimaksud adalah
lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur. Sedangkan perlakuan meliputi
pelapisan/tindakan lain agar kayu terhindar/terlindungi dari kadar air dan ancaman
serangga. Tabel kelas awet dan kondisinya dapat dikemukakan dalam Tabel 2.2.:

Tabel 2.2 : Kelas awet kayu


Sumber : Pedoman Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI). 1977.
6. Sistem Struktur dan Sambungan Pada Konstruksi Kayu

Hampir semua sistem struktur yang menggunakan kayu sebagai material dasar
dapat dikelompokkan ke dalam elemen linear yang membentang dua arah.Susunan hirarki
sistem struktur ini adalah khusus.

Sistem struktur joints ringan adalah konstruksi kayu yang paling banyak digunakan
pada saat ini. Sistem joists lanta terutama sangat berguna untuk beban hidup ringan yang
terdistribusi merata dan untuk bentang yang tidak besar. Kondisi demikian umumnya
dijumpai pada konstruksi rumah.Joists pada umumnya menggunakan tumpuan sederhana
karena untuk membuat tumpuan vang dapat menahan momen diperlukan konstruksi

khusus. Pada umumnya, lantai dianggap tidak monolit dengan joists kecuali apabila
digunakan konstruksi khusus yang menyatukannya.

7.

Atap Bangunan
Atap adalah bagian dari komponen bangunan yang berfungsi melindungi ruang dan

badan bangunan dari pengaruh cuaca dan lingkungan luar (panas matahari, hujan, debu,
angin, gangguan binatang). Atap bangunan terbentuk oleh beberapa macam bentuk atap
diantaranya adalah : atap pelana, atap limasan/perisai, atap joglo, atap dome, atap tenda
dan atap datar. Setiap bentuk atap memiliki karakteristik dan terdiri dari komponen
struktur atap yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa bagian dari komponen atap
bangunan yaitu bentuk atap limasan (untuk atap dengan bahan konstruksi kayu):

a. Kuda-kuda
Kuda-kuda merupakan bagian dari komponen pendukung utama konstruksi atap
yang berfungsi untuk membentuk kemiringan bidang atap dan menahan seluruh
beban yang terdapat diatasnya, kemudian beban tersebut diteruskan ke dalam tanah
melalui kolom dan pondasi.

b. Gording
Gording bagian dari komponen atap bangunan yang berfungsi untuk meletakkan
kasau dan menahan elemen-elemen atap lainnya yang terdapat diatasnya (seperti
reng, lapisan alumunium foil, dan penutup atap)
c. Balok Nook/Balok bubungan
Balok nook bagian dari komponen atap yang terdapat di ujung/puncak atap yang
berfungsi untuk meletakkan kasau, papan ruiter dan menahan elemen atap lainnya
yang terdapat diatasnya (seperti spesi pengisi genteng bubungan dan genteng
bubungan).
d. Balok tembok
Balok tembok bagian dari komponen atap yang terletak di ujung atas
dinding/tembok

berfungsi untuk meletakkan kasau dan menahan elemen atap

lainnya yang terdapat diatasnya seperti reng, lapisan alumunium foil, dan penutup
atap).
e. Balok Jurai
Balok Jurai bagian dari komponen atap bangunan yang terdapat berfungsi untuk
meletakkan kasau dan menahan elemen-elemen atap lainnya yang terdapat
diatasnya (seperti spesi pengisi genteng bubungan, talang air hujan dan genteng
bubungan). Adanya balok jurai disebabkan oleh pertemuan dari tusukan dua bidang
atap dan biasanya balok jurai banyak terdapat pada bentuk atap limasan/prisai
f. Ikatan angin
Bagian dari elemen atap yang berfungsi untuk mengikatkan kuda-kuda yang satu
dengan yang lainnya agar kuda-kuda mampu berdiri dan tahan terhadap terpaan
angin.
g. Drug balok
Drug balok bagian dari elemen konstruksi atap yang berfungsi untuk menahan
bentangan balok jurai agar posisi balok jurai tidak mudah berubah akibat
lendutan/defleksi.

h. Balok kasau
Balok kasau merupakan bagian dari elemen konstruksi atap yang berfungsi untuk
meletakkan balok reng dan menahan elemen lainnya yang terdapat diatasnya
(seperti lapisan alumunium foil, kasau, dan genteng penutup atap).Biasanya
dimensi yang digunakan untuk kasau 5/7.

i. Balok reng
Balok reng merupakan bagian dari elemen konstruksi atap yang berfungsi untuk
meletakkan genteng penutup atap.Biasanya dimensi yang digunakan 2/3, 4/6.
j. Papan ruiter
Papan ruiter merupakan bagian dari elemen konstruksi atap yang terletak diatas
balok nook, berfungsi untuk meletakkan genteng penutup atap.Biasanya dimensi
yang digunakan 2/20, dsb.
k. Papan Lisplang
Papan lisplank merupakan bidang papan sebagai akhiran atau penutup ujung kasau
pada tritisan. Biasanya dimensi yang digunakan 2/20, 2,5/30, 2/15, dsb.
l. Talang air (guter)
Talang air merupakan saluran air hujan yang terdapat pada atap.Menurut posisinya
talang air pada atap ada yang posisinya diagonal yaitu menopang di atas jurai
dalam, dan ada dengan posisi mendatar/talang datar.

Pada atap pelana selain terdapat komponen kuda-kuda, gording, balok tembok,
nook, kaso, dikenal juga adaya konstruksi ampik, yaitu suatu komponen atap dengan
konstruksi pasangan batu bata dengan sistem perkuatan pengikat dengan beton
bertulang.Keberadaan Ampik dapat berfungsi sebagai pengganti kuda-kuda.
8. Baja Ringan

Terbuat dari baja ringan mutu tinggi Hi-Ten G550 sebagai bahan dasar kekuatan
struktur dengan mutu yang konsisten dan merata dengan tegangan maksimum 550 Mpa
yang telah di proses pelapisan tahan karat, di produksi dengan mesin khusus dengan
tingkat presisi yang tinggi dan hasil bentuk dimensi material yang lebih akurat sebagai
penunjang penggunaan sistem struktur rangka atap kuda kuda yang lebih inovatif untuk
solusi Rayap &Karat . Kualitas atau mutu bahan baja ringan tersedia dengan pilihan
sebagai berikut : ZincAlum baja lapis hasil campuran Aluminium dan Zinc Galvanis baja
lapis Zinc dengan proses Hot Dip. Istilah Galvanis atau Galvalum dipakai untuk
membedakan jenis lapisan finishing atau coating pada baja ringan. Galvanis adalah istilah
untuk baja ringan yang diberi lapisan seng (zinc). Untuk galvanis finishingnya terdiri dari:
98% unsur coatingnya adalah seng/zink dan 2% adalah unsur alumunium. Galvalum
merupakan sebutan untuk pelapisan yang mengandung unsur alumunium dan zinc,
dipasaran popular dengan sebutan Zincalume. Untuk Galvalum finishingnya terdiri dari:

55% unsur coatingnya adalah aluminium, 43,5% adalah unsur seng/zink dan 1,5% unsur
silikon. Sementara ada beberapa produsen mengklaim bahwa pada tebal pelapisan yang
sama, Galvalum memiliki ketahanan terhadap karat yang lebih tinggi dibandingkan
Galvanis. Untuk menyamai kekuatan galvalum menahan karat, maka pelapisan pada
galvanis dibuat lebih tebal. Seperti juga produk material lainnya, dipasaran beredar
berbagai macam kelas material, untuk menjaga keamanan konstruksi sebaiknya memilih
bahan baja ringan dengan mutu yang prima yang sudah teruji dilapangan.
Berbeda dengan baja konvensional, baja ringan merupakan baja mutu tinggi yang
memiliki sifat ringan dan tipis, namun memiliki fungsi setara baja konvensional.Baja
ringan ini termasuk jenis baja yang dibentuk setelah dingin (cold form steel).Rangka atap
baja ringan diciptakan untuk memudahkan perakitan atap baja ringan dan konstruksi
sipil.Meskipun tipis, baja ringan memiliki derajat kekuatan tarik yang tinggi yaitu sekitar
550 MPa, sementara baja biasa sekitar 300 MPa.Kekuatan tarik dan tegangan untuk rangka
atap ini untuk mengkompensasi bentuk atap baja yang tipis.Ketebalan baja ringan untuk
atap ringan yang beredar sekarang ini berkisar dari 0,4mm 1mm.
Perhitungan kuda-kuda rangka baja ringan dari jasa konstruksi amat berbeda
dengan kayu, yakni cenderung lebih rapat.Semakin besar beban yang harus dipikul, jarak
kuda-kuda semakin pendek.Misalnya untuk genteng dengan bobot 40 kg/m2 jarak kudakuda atap baja bisa dibuat setiap 1,4m.Sementara bila bobot genteng mencapai 75kg/m2,
maka jarak kuda-kuda atap baja ringan menjadi 1,2m.
9.

Keunggulan Konstruksi Atap baja Ringan


Atap Baja Ringan (Truss) menawarkan alternatif konstruksi atap rumah dengan

menggunakan bahan baku baja lapis Zincalume (55% Alumunium, 43.5% Zinc dan 1.5%
Silikon) atau baja Galvanis yang telah dibentuk menjadi profil-profil batangan dengan
ketebalan dan panjang yang dapat dipesan sesuai kebutuhan.
Keunggulan menggunakan Rangka Atap Baja Ringan:

a. Lebih mengutamakan struktur dengan sistem plat Buhul di setiap tumpuan sendi
(seperti jembatan) lebih kokoh dari kuda-kuda baja lainnya.
b. konstruksi atap baja stabil dan aman
c. Menggunakan tumpuan sendi dan roll
d. Prefabrikasi perkomponen
e. Atap baja Tahan terhadap karat, rayap dan perubahan cuaca dan kelembaban

f. Atap baja Bisa dipakai dengan genteng metal maupun keramik atau beton yang
berat
g. Atap baja Dirancang stabil terhadap tekuk, puntir serta muai/mulur
h. Pemasangan yang profesional dan terlatih hingga cepat pengerjaannya
i.

Terdapat banyak pilihan jenis kuda-kuda

j.

Pemilihan bentang: 6 m 8 m (bentang kecil), 8 m 10 m (bentang menengah), 10


m 12 m (bentang besar)

k. Lebih dari 12 m (bentang khusus)


l.

Tersedia material dengan galvalume, zincalume dan galvanized

Sementara kelemahan menggunakan konstruksi baja ringan adalah :


a.

Rangka atap baja ringan tidak bisa diexspos sebagai element dekorasi seperti
rangka kayu, karena system struktur rangka baja ringan tersusun rapat, padat dan
terlihat ramai,terhubung& terkait satu dengan lainnya, sehingga kurang menarik
jika diexpose.

b.

Karena system strukturnya yang seperti rangka ruang tersebut maka bila ada salah
satu bagian struktur yang salah hitung, salah pasang, akan membuat perlemahan
sehingga dapat menyebabkan kegagalan total.

c.

Rangka atap baja ringan tidak dapat dihitung oleh orang umum, melainkan harus
dikalkulasikan secara komputerisasi,oleh ahlinya secara akurat dan teliti.

d.

Peraturan untuk konstruksi rangka atap baja ringan di Indonesia belum ada
(setidaknya sampai saat ini), kalaupun ada hanya merujuk pada peraturan baja
secara umum,dan standard international yang ada sedangkan untuk baja cold form
belum ada secara khusus. (sumber : serial rumah)

Dengan menggunakan Baja Ringan untuk keperluan atap bangunan, dapat


melindungi atap bangunan dari rayap dan karat serta tahan terhadap segala cuaca, serta ikut
melestarikan lingkungan kita.Dengan menggunakan Truss, atap bangunan dapat bertahan
hingga puluhan tahun. Dengan konstruksi baja ringan yang kuat dan benar akan mampu
menopang beban yang berada di atas pada atap rumah anda. Dalam pemasangan konstruksi
atap baja ringan untuk atap bangunan akan dikerjakan oleh orang-orang yang telah
berpengalaman di bidang pemasangan rangka atap baja ringan yang dilengkapi dengan
perhitungan-perhitungan yang matang untuk setiap sisi pemasangan atap baja.

10. Konstruksi Baja Ringan

Baja yang kita kenal dan umum dalah baja siku, baja WF, H, I dst, berbeda dengan
baja konvensional tersebut, baja ringan merupakan baja mutu tinggi yang memiliki bobot
ringan dan sangat tipis, namun memiliki kekuatan setara dengan baja konvensional. Baja
ringan ini termasuk jenis baja yang dibentuk/diroll dalam keadaan dingin (cold form steel).
Profil rangka atap baja ringan didesain dengan sedemikian rupa agar memudahkan
dalam transprtasi, pabrikasi dan pemasangan dilapangan.Kalaupun tipis, baja ringan
memiliki derajat kekuatan tarik yang sangat tinggi yaitu sekitar 550 MPa, Sedangkan baja
konvensional memiliki kekuatan tarik sekitar 300 MPa.Dengan kelebihan kekuatan tarik
dan tegangan yang sangat tinggi, maka transformasi bentuk profilnya menjadi
tipis.Ketebalan baja ringan yang tersedia dipasaran umumnya berkisar antara 0,4mm
1mm.
Dengan semakin banyaknya sistem rangka atap baja ringan yang dipasarkan di
Indonesia, semakin banyak pula pilihan yang beragam bagi konsumen, sayangnya
bersamaan dengan itu banyak baja ringan dipasaran yang tidak memenuhi standarisasi baik
dari segi bahan maupun sistem pemasangan, mengingat belum adanya peraturan dari
pemerintah yang mengikat dan mengaturnya, sehingga mengakibatkan kerobohan struktur
rangka atap hingga memakan korban jiwa. Atas dasar itulah

informasi seobjektif

mungkin, sehingga pengguna di Indonesia dapat menggunakannya sebagai pedoman dan


perbandingan diantara sistem rangka atap baja ringan yang beredar di pasaran. Penggunan
baja ringan harus berhati-hati dengan penawaran dari perusahaan baja ringan yang hanya
mencantumkan jenis atau tipe kuda-kudanya saja. Faktanya adalah kekuatan utama suatu
struktur kuda-kuda baja ringan terletak pada Hubungan Struktur Antar Kuda_Kuda, dalam
hal ini Bracing atau Pengaku lah yang memegang peranan utama.

Gambar : Sistem konstruksi pengaku pada konstruksi baja ringan


Sumber : Majalah Idea oktober 2009
Rangka atap baja ringan mempunyai beberapa komponen yang terdiri dari:
Kuda kuda C Chanel/Z, Reng / V Reng, Jurai Dalam, Plat Diafragma,Screw
Berikut adalah faktor faktor yang mempengaruhi harga baja ringan adalah :
1. Panjang portal/jarak bentangan antara dudukan kuda-kuda (ring balok)
2. Bentuk atap limas
3. Pelana atau lainnya
4. Jenis penutup atap yang akan digunakan.

Pajang bentangan antar ring balok tentunya mempengaruhi harga dikarenakan


semakin panjang bentangnya maka semakin membutuhkan kekuatan extra yang
dicerminkan pada ketebalan penggunaan profil, semakin tebal suatu profil pasti semakin
mahal harga satuannya.Bentuk atap bangunanpun berpengaruh terhadap harga karena
bentuk atap limasan dan mempunyai jurai dalam pasti lebih membutuhkan bahan lebih
banyak dibandingkan dengan model atap pelana yang sederhana.Jenis penutup atap yang
lebih berat (beton) pasti membutuhkan struktur yang lebih kuat dengan profil lebih tebal
dibandingkan dengan jenis penutup atap metal.

Kuda kuda merupakan struktur utama dalam konstruksi atap baja ringan. Untuk
mendapat kuda kuda yang kokoh rigid dan stabil,beberapa hal yang harus diperhatikan:
cermati lebar bentangan, berapa besar beban atap, dan berapa derajat kemiringan atap.
Ketebalan material baja ringan untuk kuda kuda C Chanel berkisar 0,7 1 mm, sedangkan
untuk V reng antara 0,5 0,7 mm. Rangka atap baja ringan menjadi pilihan dikarenakan
kekuatan tariknya yang sangat tinggi, tahan terhadap karat, anti rayap, tidak merambatkan
api, ringan dan pemasangannya yang relative cepat. Selain itu juga akhir-akhir ini makin
sulit mendapatkan material kayu dengan kwalitas yang baik secara continue. Sama seperti
rangka atap kuda-kuda baja konvensional atau kayu maka rangka atap kuda kuda baja
ringan pun mampu dipasangi penutup atap dengan berbagai macam jenis dan berat
misalnya: atap metal, atap semen board, asbes, genteng beton, dan genteng keramik. Akan
terdapat perbedaan harga dari penggunaan antara masing-masing jenis penutup atap
tersebut. Penutup atap metal memiliki berat lebih ringan apabila dibandingkan dengan
genteng beton ataupun keramik. Kebutuhan profil baja ringan apabila didesign dengan
genteng metal tidak sebanyak dan setebal apabila menggunakan genteng beton atau
keramik. Perbedaan banyaknya kebutuhan bahan dan perbedaan variasi ketebalan profil
baja ringan pada jenis genteng metal atau genteng beton, tentu saja mempengaruhi harga
jual per meter persegi suatu konstruksi rangka atap baja ringan. Jadi sangat lah wajar
apabila harga konstruksi baja ringan yang didesign menggunakan genteng metal lebih
murah dari pada yang menggunakan genteng beton / keramik dengan bangunan atau
bentuk atap yang sama.
Analisis untuk menghitung kemampuan struktur baja ringan maka dipergunakan
Software khusus (Truss CAD, Fom CAD dll) yang mana beban pada item penutup atap
sudah dimasukkan sebagai dasar perhitungan pembebanan.Kalkulasi teknikal, perhitungan
structural baja ringan sangat berbeda dengan baja konvensional,dalam hal ini penggunaan
software baja ringan harus memenuhi standarad yang umum digunakan mis: ( AS/NZS
4600-1996 LSDC Australia), BS 5950-5-1998 code Practice for Desain of Cold Formed
Thin Gauge Ssection UK, ASTM DLL.
Aplikasi kuda-kuda baja ringan sangat berbeda bila dibandingkan dengan kayu,
yaitu jarak kuda-kuda baja ringan dipasang lebih rapat.Semakin besar beban atap yang
harus dipikul, jarak kuda-kuda baja ringan semakin rapat. Misalnya penutup atap dengan
bobot 50 kg/m2 maka, jarak kuda-kuda bisa mencapai setiap 1,4m. Sementara apabila
bobot penutup atap mencapai 70kg/m2, maka jarak kuda-kuda bisa menjadi setiap 1,2m
(jarak tersebut tentu harus didasarkan pada hasil perhitungan yang akurat sebelumnya).

Gambar : Komponen-komponen pada konstruksi baja ringan


Sumber : Majalah Idea oktober 2009
11. Arsitektur Tradisional Sunda

Dalam naskah Sunda kuno, Sanghyang Siksakanda-ing Ka-resian (SSK) ditemukan


arsitektur maupun ragam hias yang berkaitan dengan bentuk serta hiasan rumah yang
sudah tidak kita kenali lagi saat ini, seperti anjung meru, yaitu bangunan yang berbentuk
lancip seperti gunung, lebih tinggi ke atas lebih kecil; Badak heuay, yaitu bentuk bangunan
rumah yang tidak memakai wuwung, bersambungnya antara atap belakang dan atap depan
tampak seperti badak yang sedang menganga; Badawang sarat, yaitu ragam hias pada
rumah dengan hiasan ikan besar; Balandongan, yaitu bangunan sementara untuk menerima
tamu; tempat pertunjukan kesenian; Capit gunting, yaitu bentuk bangunan rumah yang
bagian pinggir atap gentingnya memakai bambu atau kayu disilangkan (menyilang) seperti
gunting hendak mencapit; Julang ngapak, yaitu bentuk bangunan rumah yang di bagian
depan belakangnya memakai sorondoy seperti sayap julang yang sedang terbang atau
mengepakkan sayapnya, dan lain sebagainya.
Jenis dan pola kampung di Tatar Sunda berdasarkan letak geografisnya dibagi ke
dalam tiga bagian, yaitu: (1) Kampung pegunungan, yaitu kampung yang terletak di daerah
pegunungan dan dataran tinggi; (2) Kampung dataran rendah, yaitu kampung yang terletak
di daerah dataran rendah; (3) Kampung pantai, yaitu kampung yang terletak di tepi pantai,

atau di sepanjang pesisir (Ekadjati, 1995). Karakteristik lingkungan alam Tatar Sunda juga
memberikan gagasan pemberian nama kampung, antara lain Galudra ngupuk, yaitu
kampung yang letaknya di antara dua bukit atau gunung; Pancuran emas yaitu kampung
yang posisinya tepat di lereng bukit atau gunung yang menurun dan menghadap ke arah
barat daya; Satria lalaku adalah jenis kampung yang berada di lereng bukit atau gunung
yang menurun serta menghadap ke arah tenggara; Kancah nangkub yaitu kampung yang
letaknya tepat di puncak bukit; Gajah palisungan merupakan jenis kampung yang berada di
puncak bukit dalam kondisi tanah yang datar; Bulan purnama yaitu kampung yang
posisinya berada di lembah sungai; Gajah katunan merupakan kampung yang letaknya di
dataran rendah, di kelilingi bukit atau pasir (Nix dalam Danumihardja, 1987).
Berdasarkan mata pencaharian pokok penduduknya, terdapat tiga jenis kampung,
yaitu: (1) Kampung pertanian, yaitu kampung yang kehidupan utama penduduknya dari
bidang pertanian dengan mengolah tanah. Bagian terbesar dari Jawa Barat merupakan
kampung pertanian; (2) Kampung nelayan, yaitu kampung yang kehidupan utama
penduduknya dari hasil penangkapan ikan di laut, karena itu lokasi kampungnya pun
berada di tepi pantai atau sekitar pantai; (3) Kampung kerajinan, yaitu kampung yang
kehidupan utama penduduknya dari bidang kerajinan tangan atau industri (Ekadjati, 1995).
Dalam pandangan Orang Sunda, rumah merupakan lambang wanita, karena seluruh
aktivitas di dalamnya dilakukan oleh wanita. Bentuk rumah masyarakat Sunda adalah
panggung, yaitu rumah berkolong dengan menggunakan pondasi umpak. Di samping itu,
panggung merupakan bentuk yang paling penting bagi masyarakat Sunda, dengan suhunan
panjang dan jure. Bentuk panggung yang mendominasi sistem bangunan di Tatar Sunda
mempunyai fungsi teknik dan simbolik. Secara teknik rumah panggung memiliki tiga
fungsi, yaitu: tidak mengganggu bidang resapan air, kolong sebagai media pengkondisian
ruang dengan mengalirnya udara secara silang baik untuk kehangatan dan kesejukan, serta
kolong juga dipakai untuk menyimpan persediaan kayu bakar dan lain sebagainya
(Adimihardja, 1987).
Fungsi secara simbolik didasarkan pada kepercayaan Orang Sunda, bahwa dunia
terbagi tiga: ambu handap, ambu luhur, dan tengah. Tengah merupakan pusat alam semesta
dan manusia menempatkan diri sebagai pusat alam semesta, karena itulah tempat tinggal
manusia harus terletak di tengah-tengah, tidak ke ambu handap (dunia bawah/bumi) dan
ambu luhur (dunia atas/langit). Dengan demikian, rumah tersebut harus memakai tiang
yang berfungsi sebagai pemisah rumah secara keseluruhan dengan dunia bawah dan atas.
Tiang rumah juga tidak boleh terletak langsung di atas tanah, oleh karena itu harus di beri

alas yang berfungsi memisahkannya dari tanah yaitu berupa batu yang disebut umpak
(Adimihardja, 1987).

C. Metodologi Penelitian
1.

Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif

dengan pendekatan eksperimen, hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian, yaitu untuk
memperoleh gambaran mengenai real cost penggunaan material kayu dan baja ringan pada
konstruksi atap bangunan. Pendekatan penelitian dilakukan melalui analisa model atau
mocup konstruksi atap dengan menggunakan material kayu dan baja ringan.
2. Sample Penelitian
Sebagai penelitian eksperimental maka sample dari penelitian ini adalah
model/moc-up konstruksi atap bangunan yang dibuat dengan menggunakan material kayu
dan baja ringan dan dibuat dengan model sesungguhnya. Jumlah sample yang akan
dimodelkan sebanyak dua macam model, yang masing-masing model terbuat dari material
kayu dan satu model dengan material baja ringan, dengan demikian keduanya dapat
mewakili konstruksi yang sebenarnya dan dapat dibandingan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Karena penelitian ini bersifat eksperimental maka pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan dengan cara :
Persiapan
Dalam tahap persiapan ini dilakukan penentuan dua model bentuk atap yang
sama dengan struktur bangunan tinggi dengan pola bracing yang berbeda.
Setelah penentuan disain model selesai kemudian dilanjutkan dengan penentuan
bahan dan penentuan alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan model.
Pembuatan Model
Model disajikan dalam bentuk konstruksi atap yang sebenarnya dibuat dengan
menggunakan material kayu dan baja ringan.Agar model dapat mewakili bentuk
masa sesungguhnya dan dapat dilakukan analisis biaya yang dibutuhkan maka
model dibuat dengan skala sebenarnya yaitu skala satu banding satu. Ukuran,
bentuk dan karakteristik kedua model dibuat sama sehingga keduanya setara
untuk dapat dibandingkan.

Penentuan Pedoman Analisa Real Cost


Setelah model selesai dibuat langkah selanjutnya adalah melakukan analisa
harga untuk material kayu dan baja ringan yang dihabiskan atau dibutuhkan
dalam membuat model konstruksi yang sebenarnya.Untuk kebutuhan kayu
dengan satuan Meter kubik atau bisa juga dilakukan dengan meter panjang,
untuk kebutuhan material baja ringan dapat dihitung dengan satuan meter
panjang.Analisa juga dilakukan pada besar biaya upah tenaga dan durasi waktu
yang dibutuhkan untuk membuat model konstruksi atap sebenarnya. Sekema
sistem analisis dibuat agar dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan anlisa
real cost penggunaan material kayu dan baja ringan pada konstruksi atap
bangunan.
Analisa Real Cost Model
Tahapan analisa real cost model dilakukan setelah proses pembuatan model
selesai dilakukan. Tahapan analisa real cost model dilakukan dengan pedoman
skema analisa yang sudah ditentukan. Perhitungan dan analisa real cost
dilakukan dengan alat bantu komputer dengan program excel. Untuk
menghindari kesalahan Analisa real cost model maka analisa dilakukan secara
bertahap dan terpisah satu persatu.

4. Lokasi, Subjek dan Objek Penelitian


Jawa Barat sangat kaya dengan keragaman arsitektur tradisionalnya yang sangat
unik, tersebar di setiap daerah.Lokasi penelitian ini dilakukan di Kab.Bandung-Provinsi
Jawa Barat, di Kecamatan Lembang. Sedangkan Arsitektur Tradisional Sunda yang
dijadikan studi banding material kayu adalah: Kampung Naga-Tasikmalaya dan Kampung
Cikondang-Bandung yang merupakan salah satu prototype kampung asli Masyarakat
Sunda yang masih teguh memegang tradisi dan budaya Sunda. Sedangkan studi banding
untuk melihat perbandingan real cost baja ringan dilakukan pada beberapa toko material
dan produsen baja ringan yang ada di Bandung. Pemilihan objek pada lokasi penelitian
tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: keragaman serta kekayaan
arsitektur tradisionalnya yang sangat khas dan unik; prototype (model) kampung
tradisional khas Jawa Barat; ketersediaan literatur serta kelengkapan sumber data yang
dapat ditelusuri.

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat komunitas Arsitektur Tradisional


Sunda. Sedangkan objek dalam penelitian ini berupa wujud fisik arsitektur rumah tinggal,
seperti: imah panggung (rumah tinggal berkolong), serta konstruksi atap yang ada pada
rumah panggung Arsitektur Tradisional Sunda. Seluruh objek penelitian tersebut
didokumentasikan melalui media visualdan audio visual.

5. Teknik Analisis Data


Mengelompokkan hasil analisa real cost antara model yang menggunakan
material kayu dan model yang menggunakan material baja ringan. Seluruh data
hasil analisa real cost diseleksi dan didiskusikan secara internal maupun
eksternal, hal ini untuk memperoleh penafsiran yang sama sesuai kriteria
konstruksi atap bangunan.
Tahap selanjutnya mencoba menginterpretasikan dan menkomparasikan hasil
analisa real cost model dengan merujuk kepada teori dan kerangka teoritis yang
telah ditetapkan, yang mencakup kaidah-kaidah analisa harga satuan, analisa
volume dan kaidaah konstruksi atap bangunan. Interpretasi dilakukan dengan
cara pembacaan hasil analisa real cost model berdasarkan karakteristik sistem
konstruksi atap bangunan dengan menggunakan material kayu dan material baja.

Anda mungkin juga menyukai