Anda di halaman 1dari 66

CASE CLINICAL

SESSION
Disusun Oleh:
Nurul Fauziah Mahmudah
Mutiara Ratry Purwati
Fitri Milasari
Iin Farlina

12100114022
12100114034
12100114031
12100114089

Preseptor :
dr.Elly Marliyani.Sp.KJ. MKM
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RUMAH SAKIT JIWA CISARUA
2016

DEFINISI NAPZA

sebagai bahan/zat/obat yang bila masuk ke dalam tubuh


manusia akan mempengaruhi tubuh secara fisik dan
psikologis.

zat/obat yang berasal dari tanaman/bukan tanaman baik


sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai dengan menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan. (UU RI No 22 tahun
1997)

GOLONGAN
NARKOBA

PSIKOTROPIKA

Gol 1 (Hanya untuk


Gol 1 (Hanya untuk
IPTEK); tanaman poppy, IPTEK); LSD, LMDMA,
opium, kokain, ganja,
Meskalin, dll
heroin
Gol 2; Metadon, Morfin, Gol 2; Amfetamin,
Petidin
PCP, dll
Gol3: Kodein dan
etilmorfina

Gol 3;
Norpseudoefedrin,
bromazepam,
alprazolam, diazepam

GOLONGAN
Depresan
Alkohol
Benzodiazepin
Opioid

Stimulan
Halusinogen
Amfetamin
LSD, DMT
Metamfetamin Meskalin
Kokain
PCP

Solvent
Barbiturat

Nikotin
Khat

Kanabis
rendah)

(Dosis Kafein
MDMA

Ketamin
Kanabis
tinggi)

(Dosis

Magic mashroom
MDMA

ADIKSI, KETERGANTUNGAN,
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Menurut PPDGJ-III, Gangguan Penggunaan NAPZA
terdiri atas 2 bentuk :

Penyalahgunaan yaitu yang mempunyai harmful


effects terhadap kehidupan orang, menimbulkan
problem kerja, mengganggu hubungan dengan orang
lain (relationships) serta mempunyai aspek legal.

Adiksi atau ketergantungan yaitu yang mengalami


toleransi, putus zat, tidak mampu menghentikan
kebiasaan menggunakan, menggunakan dosis
NAPZA lebih dari yang diinginkan.

TARAF PENYALAHGUNAAN
Pemakaian

coba-coba
Pemakaian Sosial/Rekreasi
Pemakaian Situasional
Penyalahgunaan
Ketergantungan

JENIS-JENIS NAPZA DAN


EFEKNYA
Alkohol
Opioid
Ganja
Kokain
Amphetamine
Benzodiazepin

ALKOHOL
minuman yang mengandung ethanol didalamnya.

Golongan alkohol
Golongan A
Golongan

Golongan

Alkoholisme
Pengguna alkohol dengan ketergantungan.
Mempunyai 4 gambaran utama:
1.Craving

- keinginan kuat untuk minum

2.Kehilangan

kendali diri -tak mampu menghentikan kebiasaan minum

3.Ketergantungan

fisik - simtom putus alkohol seperti nausea, berkeringat

atau gemetar setelah berhenti minum


4.Toleran

- kebutuhan untuk meningkatkan jumlah minum untuk

mendapatkan efek "high"

Gambaran Umum Pada Peminum


Berat

Intoksikasi Alkohol Akut

gejala-gejala :
a. Ataksia dan bicara cadel/tak jelas

c. Napas berbau alkohol

b. Emosi labil dan disinhibisi

d. Mood yang bervariasi

Komplikasi akut pada intoksikasi atau overdosis :


a. paralisis pernapasan, biasanya bila
muntahan masuk saluran pernapasan

b. obstructive sleep apnoea


c. aritmia jantung fatal ketika kadar alkohol darah
lebih dari 0,4 mg/ml

Gejala klinis sehubungan dengan overdosis:


a. penurunan kesadaran, koma atau stupor
b. perubahan status mental

c. kulit dingin dan lembab, suhu tubuh


rendah

Gejala putus zat alkohol


Biasa terjadi 6-24 jam sesudah konsumsi alkohol yang terakhir:
A.

Putus zat ringan

B. Putus zat Berat


.

Delirium tremens (DTs) : kondisi emergensi pada putus zat alkohol yang tidak

ditangani, muncul 3-4 hari setelah berhenti minum alkohol.


.

DTs : agitasi, restlessness, tremor kasar, disorientasi, ketidakseimbangan

cairan dan elektrolit, berkeringat dan demam tinggi, halusinasi lihat dan paranoid.

c. Indikator untuk kecurigaan putus zat alkohol


1). > 80 gram per hari untuk pria
2). > 60 gram per hari untuk wanita
3). Riwayat peminum berat untuk jangka lama
4). Penggunaan depresan CNS lainnya
5). Episode putus zat sebelumnya
6). Adakah gambaran yang berkaitan dengan alkohol?
7). Riwayat penyakit sebelumnya yang berkaitan alkohol
8). Indikasi patologis dari pengguna alkohol berat
9). Gejala (anxietas, berkeringat, tremor, nausea) atau hal lainnya?
10).kelainan fisik atau psikologis, cedera, kehamilan, pembedahan
terakhir.dll.

Penanganan intoksikasi alkohol


a. Bila terdapat kondisi Hipoglikemia : injeksi 50 ml Dextrose 40%
b. Kondisi Koma :

1). Posisi menunduk untuk cegah aspirasi

2). Observasi tanda vital setiap 15 menit

3). Injeksi Thiamine 100 mg i.v untuk profilaksis terjadinya Wernicke


Encephalopathy. Lalu 50 ml Dextrose 40% iv (berurutan jangan sampai
terbalik)

c. Problem Perilaku (gaduh/gelisah):

1). Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif

2). Terapis harus toleran dan tidak membuat takut/merasa terancam

3). Buat suasana tenang

4). Beri dosis rendah sedatif; Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol


5 mg oral, bila gaduh gelisah berikan secara parenteral (i.m)

Terapi Putus Alkohol


a. Pemberian cairan atas dasar hasil pemeriksaan elektrolit dan KU
b. Atasi kondisi gelisah dan agitasi : Benzodiazepin atau Barbiturat
c. Pemberian vitamin B dosis besar (mis : Vitamin neurotropik) dilanjutkan
dengan vitamin B1, multivitamin & Asam Folat 1 mg oral
d. Bila ada riwayat kejang putus zat atasi dengan Benzodiazepine (Diazepam 10
mg iv perlahan)
e. Bila terjadi Delirium HARUS ADA YANG SELALU MENGAWASI

OPIOID

Termasuk golongan opioid : morfin, petidin,


heroin, metadon, kodein

Golongan opioid yang paling sering


disalahgunakan : Heroin, diindonesia disebut
putaw

Akibat penyalahgunaan opioid


1.

Problem fisik :
.

abses pada kulit sampai septichemia

Endokarditis

Hepatitis (A dan C )

HIV/ AIDS

Injeksi menyebabkan trauma pada jaringan saraf lokal

2. Problem psikiatri :
.

Gejala withdrawal menyebabkan prilaku agresif

Suicide

Depresi berat sampai skizofrenia

Sosial
Gangguan

interkasi dirumah tangga


sampai lingkungan masyarakat

Kecelakaan

lalu lintas

Perilaku

kriminal sampai tindak


kekerasan

Gangguan

perilaku sampai antisosial


(mencuri, mengancam, menodong,
membohong, menipu sampai
membunuh)

Sebab- sebab kematian :

Reaksi heroin akut menyebabkan kolap-nya


kardiovaskular dan akhirnya meninggal

Overdose : heroin menekan susunan saraf pusat,


sukar bernafas, dan dapat menyebabkan kematian

Tindak kekerasan

Bronkhopneumonia

Endokarditis

Overdosis opioid
Diagnosis overdosis ditegakkan dg gejala yg
sering dijumpai :

Koma

Depresi nafas

Miosis

Hipotensi

Bradikardi

Hipotermi

Edema paru

Bising usus menurun

Hiporefleksi

Kejang (pada kasus berat)

1/26/16

22

Protokol penanganan
overdosis/intoksikasi opioid di igd
(fk-ui, 2002)
I. GEJALA KLINIK
Penurunan kesadaran disertai salah satu dari :
1.

Frekuensi pernafasan < 12x/menit

2.

Pupil miosis (seringkali pin-point)

3.

Adanya riwayat pemakaian


morfin/heroin/terdapat neddle track sign

1/26/16

23

II. TINDAKAN
Penanganan kegawatan

A.

1.

Bebaskan jalan nafas

2.

Berikan oksigen 100% sesuai kebutuhan

3.

Pasang infus D5% emergensi atau NaCl 0,9%; cairan


koloid bila diperlukan

Pemberian antidotum nalokson

B.
1.

Tanpa hipoventilasi : dosis awal 0,4 mg iv

2.

Dengan hipoventilasi : dosis awal 1-2 mg iv

3.

Bila tidak ada respon dalam 5 menit, diberikan


nalokson 1-2 mg iv hingga timbul respon
perbaikan
kesadaran
dan
hilangnya
depresipernafasan, dilatasi pupil atau telah
mencapai dosis maksimal 10 mg
1/26/16

24

4.

Efek nalokson berkurang setelah 20-40


menit dan pasien dapat jatuh ke dalam
keadaan overdosis kembali, sehingga perlu
pemantauan ketat tanda2 penurunan
kesadaran, pernafasan dan perubahan pada
pupil serta tanda vital lainnya selama 24
jam. Untuk pencegahan dapat diberikan
drip nalokson 1 ampul dalam 500 cc D5%
atau NaCl 0,9% diberikan dalam 4-6 jam

5.

Simpan sampel urin utk pemeriksaan opiod


urin dan lakukan foto thoraks
1/26/16

25

6.

7.

Pertimbangkan pemasangan ETT bila :


a.

Pernafasan tidak adekuat

b.

Oksigenasi kurang meski ventilasi cukup

c.

Hipoventilasi menetap setelah pemberian


nalokson ke-2

Pasien dipuasakan untuk menghindari


aspirasi akibat spasme pilorik

1/26/16

26

III.

Pasien dirawat dan dikunsultasikan


ke tim Napza (kalau ada) untuk
penilaian keadaan klinik dan
rencana rehabilitasi

IV.

Dalam menjalankan semua


tindakan harus diperhatikan
prinsip2 kewaspadaan universal
oleh karena tingginya angka
prevalensi hepatitis C dan HIV

V.

Bila diperlukan sebelumnya


dipasang NGT utk mencegah
aspirasi
1/26/16

27

Pengobatan lainnya :
1.

Edema paru diobati sesuai antidotumnya (nalokson),


oksigen

2.

Hipotensi diberikan cairan IV yg adekuat, dapat


dipertimbangkan pemberian dopamin dg dosis 2-5
g/kgbb/menit.

3.

Penderita jangan dicoba utk muntah (pd intoksikasi


oral)

4.

Kumbah lambung, dpt dilakukan segera setelah


intoksikasi dg opioid oral, awasi jalan nafas dg baik

5.

Bila terjadi kejang dpt diberikan diazepam iv 5-10


mg. Monitor TD dan depresi nafas, dan bila ada
indikasi dpt dilakukan intubasi
1/26/16

28

KOKAIN
Berasal

dari daun tumbuhan Erythraxylon

coca.
Bentuk
Cara

: bubuk putih

penggunaan : snortig, free-base


cocain , suntik IV

INTOKSIKASI KOKAIN
1. Pemakaian kokain yang belum lama
2. Perilaku maladaptif
3. Dua atau lebih tanda berikut :

takikardia atau bradikardia

dilatasi pupil

peninggian atau penurunan tekanan darah

berkeringat atau menggigil

mual atau muntah

tanda-tanda penurunan berat badan

agitasi atau retardasi psikomotor

kelemahan otot-depresi pernafasan-nyeri dada atau aritmia jantung

konfusi- kejang- diskinesia-distonia atau koma

4. Gejala bukan dari kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain.

PUTUS KOKAIN
1. Penghentian atau penurunan pemakaian kokain yang telah lama
2. Mood disforik dan dua atau lebih perubahan fisiologis berikut yang berkembang
dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria 1 :

Kelelahan

Mimpi yang tidak menenangkan

Insomnia dan hipersomnia

Peningkatan nafsu makan

Retardasi atau agitasi psikomotor

3. Gejala dalam kriteria 2 menyebabkan penderitan secara bermakna secra klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi lainnya
4.Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum dan tidak
lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.

EFEK PENYALAHGUNAAN
KOKAIN
Masalah

fisik

Masalah

kejiwaan

Masalah

sosial

Sebab-sebab

kematian

TERAPI

Menurunkan produksi kokain :

Methadone

Levomethadyl acetate (ORLAAM)


atau

Buprenorphine (Buprenex)

KANABIS
Cimenk,
Berasal

gelek, marihuana, hashish

dari tanaman perdu Cannabis

sativa
Penggunaannya

: dirokok, minyak hashish,


dicampur makanan

Kandungan

: delta tetra hidrokannabinol


(THK) yang hanya larut dalam lemak

INTOKSIKASI KANABIS
1.

Pemakaian kanabis yang belum lama

2.

Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang


bermakna secara klinis yang berkembang segera setelah
pemakaian kanabis

3.

Dua atau lebih tanda berikut yang berkembang dalam 2 jam


pemakaian kanabis :
.

Injeksi konjungtiva

Peningkatan nafsu makan

Mulut kering

Takikardia

4. Gejala bukan dari kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.

GEJALA PUTUS ZAT KANABIS

Ansietas, tidak dapat beristirahat dan mudah


tersinggung

Anoreksia

Tidur terganggu dan sering mengalami mimpi buruk

Gangguan gastrointestinal

Keringat malam hari

Tremor

Gejala-gejala yang terjadi biasanya ringan dan berakhir


setelah satu atau dua minggu

EFEK PENYALAHGUNAAN
KANABIS
Masalah

fisik

Masalah

kejiwaan

Masalah

sosial

KOMPLIKASI
Efek positif :

Efek negatif :

Ansietas dan panik

Paranoia

Perasaan tenang
(relaksasi)

Halusinasi pendengaran dan


penglihatan

Euforia

Gangguan koordinasi

Disinhibisi

Persepsi penglihatan
dan pendengaran

Kehilangan memori jangka


pendek

Nafsu makan
meningkat

Takikardia dan aritmia


supraventrikuler

Persepsi waktu yang salah

Gangguan konsentrasi

TERAPI

Bila ada gejala ansietas berat:


1). Lorazepam 1-2 mg oral
2). Alprazolam 0.5 - 1 mg oral
3). Chlordiazepoxide 10-50 mg oral

Bila terdapat gejala psikotik menonjol dapat


diberikan Haloperidol 1-2 mg oral atau i.m ulangi
setiap 20-30 menit

Amfetamin & Turunannya


Definisi
Amfetamin

adalah senyawa kimia yang bersifat


stimulansia atau ebih sering dikenal dengan
amfetamin tipe stimultan (ATS). Amfetamin
sulfat digolongkan dalam ilmu kedokteran
sebagai obat untuk mengobati obesitas, epilepsi,
narkolepsi, dan depresi.

epidemiologi

sejenis tablet amfetamin yang pada sekitar


tahun1960 dan 1970 disalahgunakan oleh siswa
atau mahasiswa.

Penyalahgunaan lebih sering terjadi pada


kalangan menengah keatas

Jenis amfetamin

ecstasy (MDMA,3,4METHILENEDIOXYMETAMPHETAMINE)

shabu (METAMPHETAMINE)

Bentuk

Cairan suntik

Pil

Serbuk kristal

Akibat penyalahgunaan
(problem Fisik)

Malnutrisi akibat defisiensi vitamin dan kehilangan


nafsu makan

Denyut jantung meninggi sehingga membahayakan


bagi mereka yang pernah memililki riwayat penyakit
jantung

Gangguan ginjal, emboli paru dan stroke

Hepatitis

HIV/AIDS

Akibat penyalahgunaan
(problem Psikiatri)

Prilaku agresif

Confusional state, psikosis paranoid sampai dengan


schizophrenia

Kondisi putus zat menyebabkan letargi kelelahan


exhausted, serangan panic, gangguan tidur

Depresi berat sampai suicide

Halusinasi terutama ecstasy dan shabu

Akibat penyalahgunaan
(problem Sosial)
Tindak

kekerasan (berkelahi)

Kecelakkaan
Aktivitas

lalulintas

criminal

Akibat penyalahgunaan
(penyebab kematian)
Suicide
Serangan
Tindak

jantung

kekerasan

Kecelakaan
Dehidrasi,

lalu lintas

sindrom keracunan air

Efek psikologis dan Fisik akut

Gejala jangka panjang

berat badan menurun, malnutrisi, penurunan kekebalan tubuh

Gangguan makan, anoreksia

Kemungkinan atrofi otak dan cacat fungsi neuropsikologis

Daerah injeksi: bengkak, skar, abses

Kerusakan pembuluh darah dan organ akibat sumbatan partikel amfetamin pada
pembuluh darah yang kecil.

Disfungsi seksual

Gejala kardiovaskular

Delirium dan beberapa gejala psikosis seperti ansietas akut dan halusinasi. Gejala
psikosis akibat penggunaan amfetamin ini (amphetamines induced psychosis) akan
berkurang bila penggunaan zat dihentikan, bersamaan dengan diberikan medikasi
jangka pendek.

Depresi, gangguan mood yang lain (misal distimia), atau adanya gangguan

makan pada kondisi gejala putus zat yang berkepanjangan (protracted withdrawal).

Penurunan fungsi kognitif, terutama daya ingat dan konsentrasi.

Intoksikasi amfetamin

Kriteria diagnosis

1. Pemakaian amphetamin atau zat yang berhubungan yang belum lama terjadi
2.

Perilaku maladapif atau perubahan perilaku yang bermakna secara klinis yang berkembang selama atau segera
setelah pemakaian amphetamin atau zat yang berhubungan

3.

Dua atau lebih hal berikut yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian amphetamin atau zat yang
berhubungan :

4.

Takikardia atau bradikardia

Dilatasi pupil

Peninggian atau penurunan tekanan darah

Berkeringat atau menggigil

Mual atau muntah

Tanda-tanda penurunan berat badan

Agitasi atau retardasi psikomotor

Kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada dan aritmia jantung

Konfusi, kejang, diskinesia, distonia

Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.

Terapi intoksikasi amfetamin


a. Simtomatik tergantung kondisi klinis, untuk penggunaan oral ; merangsang
muntah dengan activated charcoal atau kuras lambung adalah penting
b. Antipsikotik ; Haloperidol 2-5 mg per kali pemberian atau Chlorpromazine
1 mg/kg BB Oral setiap 4-6 jam
c. Antihipertensi bila perlu, TD diatas 140/100 mHg
d. Kontrol temperature dengan selimut dingin atau Chlorpromazine untuk
mencegah temperature tubuh meningkat
e. Aritmia cordis, lakukan Cardiac monitoring; contoh untuk palpitasi
diberikan Propanolol 20-80 mg/hari (perhatikan kontraindikasinya)
f. Bila ada gejala ansietas berikan ansiolitik golongan Benzodiazepin ;
Diazepam 3x5 mg atau Chlordiazepox de 3x25 mg
g. Asamkan urin dengan Amonium Chlorida 2,75 mEq/kg atau Ascorbic Acid
8 mg/hari sampai pH urin < 5 akan mempercepat ekskresi zat

Kriteria diagnosis putus


amfetamin
1. Penghentian amphetamine yang telah lama atau berat
2. Mood disforik dan dua atau lebih perubahan fisiologis berikut yang berkembang
dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria 1 :

Kelelahan

Mimpi yang gamblang dan tidak menyenangkan

Insomnia atau hipersomnia

Peningkatan nafsu makan

Retardasi atau agitasi psikomotor

3. Gejala dalam kriteria 2 menyebabkan penderitaan bermakna secara klinis atau


gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi lainnya
4. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.

Terapi putus amfetamin


a. Observasi 24 jam untuk menilai kondisi fisik dan psikiatrik
b. Rawat inap diperlukan apabila gejala psikotik berat, gejala
depresi berat atau kecenderungan bunuh diri, dan komplikasi
fisik lain
c. Terapi: Antipsikotik (Haloperidol 3 x 1,5-5mg, atau Risperidon
2 x 1,5-3 mg), Antiansietas (Alprazolam 2 x 0,25-0,5 mg, atau
Diazepam 3x5-10 mg, atau Clobazam 2 x 10 mg) atau
Antidepresi golongan SSRI atau Trisiklik/Tetrasiklik sesuai
kondisi kiinis

benzodiazepin

Jenis

Zat yang termasuk Sedatif-Hipnotik-Ansiolitik: Benzodiazepin


(Diazepam, chlordiazepoxide, flurazepam, lorazepam, alprazolam,
triazolam, temazepam, oxazepam).

Barbiturat (Secobarbital, pentobarbital)

Zat mirip barbiturat (Meprobamate, methaqualone, glutethimide,


ethchlorvynol).

Efek benzodiazepin
Benzodiazepin, barbiturat, dan zat mirip
barbiturat semuanya memiliki efek pada
kompleks reseptor gamma-aminobutyric acid
(GABA) tipe A., yang mempunyai suatu
saluran ion klorida, suatu tempat ikatan untuk
GABA, dan tempat ikatan yang ditentukan
dengan baik untuk benzodiazepine. Barbiturat
dan zat mirip barbiturat dianggap berikatan di
suatu tempat pada kompleks reseptor GABA..

Epidemiologi

Puncak wabah penyalahgunaan benzodiazepine


terjadi antara tahun1970 1980.

Sekarang hanya terdapat di daerah rural atau


pinggiran urban.

Pengguna biasanya berasal dari golongan


ekonomi menengah kebawah.

Akibat penyalahgunaan
benzodiazepin

problem fisik

penggunaan suntikan dapat mnyebabkan abses, infeksi sistemik, hepatitis, HIV/AIDS

gangguan gastrointestinal, gangguan neurologi, mallnutrisi.

Problem psikiatri

Prilaku agresif terutama dalam keadaan intoksikasi

Anxietas, panic, confusional state

Withdrawal state menimbulkan agresif dan violence

Problem sosial

Mengganggu interaksi dalam rumah tangga dan lingkungan masyarakat

Problem marital

Tinggal kelas

Dikeluarkan dari sekolah karena mengganggu teman sekelas

Berlkelahi

Tindak pidana dan terlibat hoku

Penggunaan financial terganggu (boros dan tidak menentu)

Penyebab kematian

Kecelakaan lalu lintas

Infeksi sistemik membawa kematian

Depresi berat sampai suicide

Dehidrasi, malnutrisi

Gejala putus obat

Kriteria diagnosis untuk putus sedatif, hipnotik, atau ansiolitik:

Penghentian (atau penurunan) pemakaian sedatif, hipnotik, atau ansiolitik yang telah lama dan berat

Dua (atau lebih) berikut yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah criteria A:

hiperaktivitas otonomik (misalnya berkeringat atau denyut nadi lebih dari 100)

peningkatan tremor tangan

insomnia

mual atau muntah

halusinasi atau ilusi lihat, taktil, atau dengar yang transient

agitasi psikomotor

kecemasan

kejang grand mal

Gejala dalam criteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain

Gejala tidak karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.

Sebutkan jika: dengan gangguan persepsi

terapi

Evaluasi dan menangani keadaan medis dan psikiatri

Anamnesa riwayat penggunaan obat dan lakukan pemeriksaan etanol dari darah dan
urin

Tentukan dosis benzodiazepine atau barbiturat untuk stabilisasi, berdasarkan riwayat


anamnesa, keadaan klinis, pemeriksaan etanol, dan kadang-kadang dengan dosis tes.

Detoksikasi dengan dosis supraterapi

Mengganti dengan benzodiazepine kerja panjang (misalnya diazepam, clonazepam) tetapi


bisa juga dipertahankan obat yang biasanya digunakan oleh pasien

Setelah stabilisasi, turunkan dosis 30% pada hari kedua dan ketiga lalu lihat respons

Turunkan lagi dosis sebesar 10%-25% tiap beberapa hari jika dapat ditoleransi

Dapat digunakan obat tambahan jika diperlukan: karbamazepin, antagonis -adrenergic,


valproate, klonidin, dan antidepresan sedatif.

Detoksikasi dengan dosis terapi : reduksi dosis 10%-25% dan lihat respons pasien

Intervensi psikologis

Intoksikasi benzodiazepin
Kriteria diagnosis untuk intoksikasi Sedatif-Hipnotik-Ansiolitik
1. Pemakaian sedatif, hipnotik, ansiolitik yang belum lama
2. Perilaku maladaptive atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis (misalnya perilaku
seksual atau agresif yang tidak semestinya, labilitas mood, gangguan pertimbangan, gangguan fungsi
sosial atau pekerjaan) yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian hipnotik, sedatif,
atau ansiolitik
3. Satu (atau lebih) tanda berikut, berkembang selama, atau segera setelah pemakaian hipnotik, sedatif,
atau ansiolitik:

bicara cadel

inkoordinasi

gaya berjalan tidak mantap

nistagmus

gangguan atensi atau daya ingat

stupor atau koma

4. Gejala tidak karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental
lain.

Penatalaksanaan

Mengurangi efek obat didalam tubuh


Flumazenil 0,2 mg IV setelah 30 detik diikuti dengan 0,3 mg dosis tunggal.
Obat tersebut lalu dapat diberikan lagi sebanyak 0,5 mg setelah 60 detik
sampai total kumulatif 3 mg

Mengurangi absorbsi obat lebih lanjut merangsang muntah jika baru terjadi
pemakaian.
Jika pemakaian sudah lebih dari 6 jam maka
berikan antidot berupa karbon aktif yang berfungsi untuk menetralkan efek
obat.

Mencegah komplikasi jangka panjang


Observasi tanda-tanda vital dan depresi pernapasan, aspirasi dan edema paru.
Bila sudah terjadi aspirasi maka dpt diberikan antibiotik.

Bila klien ada usaha untuk bunuh diri maka klien tersebut harus ditempatkan
ditempat khusus dengan pengawasan ketat setelah keadaan darurat diatasi

DIAGNOSIS NAPZA
PPDGJ III
jika ditemukan tiga atau lebih gejala dibawah ini dialami dalam masa setahun
sebelumnya :

Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk
menggunakan zat.

Kesulitan dalam mengendalikan perilaku mengggunakan zat sejak awal, usaha


penghentian atau tingkat penggunaannya.

Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau
pengurangan, terbukti orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang
sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala
putus zat.

Adanya bukti toleransi.

Progresif mengabaikan alternatif menikmati kesenangan karena penggunaan zat


psikoaktif lainnya, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan atau menggunakan zat atau pulih dari akibatnya.

Terus menggunakan meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan


kesehatannya.

Kriteria diagnostik DSM-IV , hal berikut terjadi dalam periode


12 bulan adalah sebagai berikut :

Penggunaan zat rekuren yang menyebabkan kegagalan untuk


memenuhi kewajiban utama dalam pekerjaan, sekolah atau
rumah.

Penggunaan zat rekuren dalam situasi yang berbahaya secara


fisik.

Masalah hukum yang berhubungan dengan zat yang


berulang kali.

Pemakaian zat yang diteruskan walaupun memiliki masalah


sosial atau interpersonal yang menetap atau rekuren karena
efek zat

TERAPI UPAYA DAN


PEMULIHAN
Karakteristik Terapi Adiksi yang Efektif menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse, 1999) ada 13 prinsip dasar,
yaitu :

Tidak ada satupun bentuk terapi serupa yang sesuai untuk semua individu

Kebutuhan mendapatkan terapi harus selalu siap tersedia setiap waktu

Terapi yang efektif harus mampu memenuhi banyak kebutuhan individu tersebut.

Rencana program terapi harus dinilai secara kontinyu dan dimodifikasi

Mempertahankan pasien dalam satu waktu periode program terapi yang adekuat

Konseling dan terapi perilaku

Medikasi atau psikofarmaka

Jika terdapat gangguan mental maka terapi untuk keduanya secara integratif

Detoksifikasi medik hanya merupakan taraf permulaan terapi adiksi

Terapi yang dilakukan secara sukarela tidak menjamin menghasilkan suatu bentuk terapi yang efektif

Kemungkinan penggunaan zat psikoaktif selama terapi berlangsung harus dimonitor secara kontinyu

Program terapi harus menyediakan assesment untuk HIV/AIDS, Hepatitis B dan C, Tuberkulosis dan penyakit infeksi
lainnya

Recorvery dari kondisi adiksi NAPZA merupakan suatu proses jangka panjang

Sasaran Terapi ADIKSI NAPZA

Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan


NAPZA.

Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps

Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai