LAPORAN KASUS
CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
OLEH :
Wahyuni Balisa
0808015048
Pembimbing
dr. Prima Deri Pella Todingbua, Sp.OG
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
1.2
Tujuan ...........................................................................................................
Definisi ....................................................................................................
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Tatalaksana ........................................................................................
3.8
Komplikasi ............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2
Pada laporan kasus ini akan dibahas lebih lanjut mengenai cephalopelvic
disproportion (disproporsi sepalopelvik) terkait alur diagnosis hingga penatalaksanaannya.
BAB II
3
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Sabtu, 7 September 2013 di
ruang VK Mawar RSUD AW.Sjahranie Samarinda.
2.1
Anamnesis
Identitas Pasien
Nama
: Ny. J
Usia
: 31 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Alamat
MRS
Identitas Suami
Nama
: Tn. H
Usia
: 60 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Tukang Parkir
Alamat
: Jl. P. Antasari
Keluhan Utama:
Keluar air-air dari jalan lahir
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan keluar air-air pada pukul 09.00 pagi, sekitar 2 jam sebelum
masuk rumah sakit. Air yang keluar berbau amis, keluar tanpa disadari dan tidak bisa
ditahan, dan membasahi seluruh celananya. Sesaat sebelumnya pasien juga merasakan
perutnya kencang dan mulas. Pasien mengatakan tidak mengalami keluhan yang
Riwayat perkawinan
Perkawinan pertama, umur menikah 26 tahun, dan lama menikah 2 tahun
Riwayat obstetrik
1. 2013. Hamil ini
Ante Natal Care
Pasien sudah 3 kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas di wilayah tempat
tinggal pasien. Pasien tidak pernah USG.
Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan metode kontrasepsi apapun.
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 140/100 mmHg
Frekuensi Nadi
Frekuensi Nafas
Suhu
: 36,9oC, aksiler
Status Generalis
Kepala
: normocephali
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks
Paru
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
Jantung
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Inspeksi
Palpasi
DJJ
His
: 1 x 10 15
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Bleeding Time
Clotting Time
:
:
:
:
:
:
7.000 /mm3
9,6 gr/dl
29 %
194.000 /mm3
3 menit
10 menit
Kimia Darah
GDS
: 81 mg/dl
Serologi
HbsAg
Anti HIV
: : non reaktif
Follow Up di Ruang VK
Tanggal/Jam
Follow Up
8
7 September 2013
11.30
Diagnosis: G1P0A0 gravid 38-39 minggu + janin tunggal
hidup + presentasi kepala + in partu kala 1 fase laten +
preeklamsi ringan
12.00
12.15
13.30
13.45
14.15
14.45
17.00
Nadi : 92 x/ menit
His 2x 10 30 35
Lapor dr.Sp.OG : Gastrul tab/ vaginam 1 kali lagi. Evaluasi
pukul 22.00 lalu lapor ulang.
Injeksi Epidosim 1 ampul/ im
17. 30
21.30
21. 45
22.10
23.00
Observasi
Jam 07.00 besok lapor ulang
23.45
His 4 x 10 45 50
10
His 5x 10 45-50
DJJ 120 x/ menit, pasang O2 5 liter/ menit, miring kiri
00.15
00.30
02.15
04.00
05.00
05.30
06.15
TD 130/ 70 mmHg
Nadi 94x/ menit
DJJ : 133x/ menit
06.50
TD 140/ 90 mmHg
Temperatur 36,8 C
Nadi 86 x/ menit
DJJ 134x/ menit
07.00
11
10.30
Laporan Operasi
Tanggal operasi
Waktu Operasi
: 8 -9 - 2013
: 13.20 pm 13.55 pm
Diagnosa pre-operatif
Diagnosa post-operatif
Macam operasi
Langkah-Langkah Operasi:
1. Pasien disiapkan diatas meja operasi, dilakukan anestesi spinal
2. Pasien diposisikan berbaring
3. Dilakukan desinfektan dinding perut dan lapangan operasi dipersempit dengan duk
steril
4. Dibuat insisi vertikal sepanjang 12 cm, dari atas simpisis pubis sampai bawah
umbilicus, secara tumpul dibuka lapis demi lapis (kulit- subkutis- lemak- fasia
12
13
Penatalaksanaan :
10 - 09-2013
: +
Penatalaksanaan :
11- 09-2013
Penatalaksanaan :
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
15
3.1
Definisi
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun
kombinasi keduanya.3, 8
3.2
3.2.1
Anatomi Panggul
Jalan lahir dibagi atas (1) bagian tulang, terdiri atas tulang-tulang panggul dengan
persendiannya (artikulasio), (2) bagian lunak, terdiri atas otot, jaringan dan ligament.1,2
Panggul/pelvis terdiri dari 4 tulang yaitu: (1) sacrum (2) coccygis (3) duatulang
inominata (os coxae) yang mrp gabungan dari ilium, ischium, dan pubis.
Secara
fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor oleh
bidang aperture pelvis superior (disebut juga PAP). PAP dibentuk oleh: promontorium os
sacrum di bagian posterior, linea illiopectinea (linea terminalis dan pectin os pubis) di
lateral, dan symfisis os pubis di posterior. 1,2
Rongga panggul ialah pelvis verum/pelvis minor. Bentuk pelvis minor ini
meyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu carus)
sampai dekat H III sumbu itu lurus, sejajar sacrum, untuk seterusnya melengkung ke
depan. 2
16
PAP : pintu masuk rongga panggul. Disebut juga aperture pelvis superior. PAP
dibentuk oleh: promontorium os sacrum di bagian posterior, linea illiopectinea
(linea terminalis dan pectin os pubis) di lateral, dan pinggir atas symfisis os pubis
di posterior. Terdapat 4 diameter pada PAP yaitu: diameter anteroposterior,
diameter transversa, dan 2 diameter oblikua. 1,2
diukur secara klinik pada pemeriksaan fisik. Secara klinik dapat diukur
konjugata diagonalis, jarak antara promontorium os sacrum dengan tepi bawah
simfisis os pubis. CV = CD-1,5. (normal konjugata vera 10 cm) ingat bila kita
tidak dapat meraba promontorium maka pasti ukuran konjugata vera itu normal.
2 Diameter transversa: diameter terpanjang kiri-kanan PAP. (panjang 12,5-13
3
cm)
Diameter oblikua: jarak dari sendi sakroiliaka satu sisi sampai tonjolan
pektineal sisi kontralateralnya (panjang 13 cm).
Dalam obstetric dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy, 1933)
yang mempunyai ciri2 PAP sebagai berikut:1,2,6
18
telur dengan panjang diameter AP lebih besar dari pada diameter transversa.
3 Jenis android: bentuk panggul pria. Ditemukan pada 15% perempuan. Bentuk
segitiga dimana panjang diameter AP hampir sama dengan diameter transversa,
diameter transversa terbesar terletak di posterior dekat sacrum, sedangkan
bagian depannya menyempit ke depan.
4 Jenis platipeloid: ditemukan pada 5% perempuan. Panjang diameter AP lebih
kecil daripada diameter transversa.
Cavum pelvis (bagian tengah panggul): seperti telah dikemukakan bahwa, ruang
panggul di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran paling luas.
19
Untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul
selama persalinan. Dapat digunakan bidang Hodge maupun station. 2
20
Pintu bawah panggul: aperture pelvis inferior merupakan 2 segitiga yang bersekutu
pada bagian alasnya (yakni garis antara kedua tuber os ischium): (1) trigonum
urogenital: bidang yang dibentuk oleh alas dengan puncaknya di tepi bawah
simfisis pubis, (2) trigonum anale: bidang yang dibentuk oleh alas dengan
puncaknya di os koksigeus. Ukuran yang penting:
1 Sudut arkus pubis: pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan
merupakan sudut 900 atau lebih sedikit. Bila kurang, maka kepala janin akan
susah dilahirkan.
2 Diameter anteroposterior PBP: jarak antara ujung os koksigeus sampai ke
3
3.2.2
Diameter spinarum: jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan
21
3.3
Panggul Sempit
Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang
panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga
yaitu: Kelainan kekuatan (power), Kelainan yang melibatkan janin (passenger), Kelainan
jalan lahir (passage). 1,6
Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau
hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit
yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara
fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan
ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. 2
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu: 2
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,
split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul
dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas
panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit
seluruhnya. 1,2,3,6
Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 m kurang dari ukuran yang normal.
Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), midpelvic (ruang tengah
panggul), dan outlet (pintu dasar panggul).10
a. Pembagian tingkatan panggul sempit:
22
Tingkat I
Tingkat II
: C.V = 8 9 cm = relatif
Tingkat III
: C.V = 6 -8 cm = ekstrim
Tingkat IV
: C.V = < 6
= absolut
= SC primer
= S.C mutlak
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesis.
Dari anamnesis persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila
pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan
panggul sempit adalah kecil.2,3 Penyakit
ataupun riwayat trauma
memberikan manifestasi panggul sempit.2,7 Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang
dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti
seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. 7
Dwarfisme adalah tinggi badan kurang dari 147 cm setelah dewasa merupakan resiko
seorang wanita memiliki panggul sempit.2
3.3.1
(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang
dari 12 cm. 3
Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin
bila melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm.
Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga
memiliki kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh
rerata berat badan anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit
dibandingkan wanita dengan panggul sedang atau luas.3
23
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul,
sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian
selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan
kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat
tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi
inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang
berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul
sempit. 3
3.3.2 Penyempitan panggul tengah
Kesempitan PTP pada dasarnya merupakan penyempitan bidang dengan ukuran
terkecil, yakni bidang yang melalui apex dari arcus pubis, spina ischiadica, dan sacrum.
Apabila distansia interspinarum kurang dari 9 cm, atau apabila distansia interspinarum
(normal 10,5 cm) ditambah dengan diameter sagital posterior (normal 4,5 5 cm) kurang
dari 13,5 cm maka kemungkinan ada kesempitan pintu tengah panggul. Untuk memperoleh
ukuran yang pasti diameter-diameter ini diperlukan pelvimetri rontgenologis. Kecurigaan
klinis kesempitan PTP timbul apabila pada pemeriksaan manual didapatkan spina
ischiadica yang besar dan menonjol serta distansia intertuberosum kurang dari 8,5 cm.3
Kesempitan PTP merupakan sebab yang biasa dijumpai pada distosia dan tindakan
operatif. Penanganannya lebih sukar daripada kesempitan PAP, sebab jika kepala janin
sudah tidak dapat masuk PAP maka tidak ada keragu-raguan lagi bahwa persalinan harus
diakhiri dengan sectio saesarea. Akan tetapi jika kepala dapat masuk kedalam panggul
maka penolong segan untuk melakukan sectio saecarea oleh karena mengharap kepala
akan turun sampai ketitik dimana dapat dilakukan extraksi dengan forceps.Kesempitan
PTP dapat menghalang-halangi putaran paksi dalam.3
3.3.3 Penyempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul
terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan
pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.3
24
Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam
menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan
perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput
tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik
sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.3
3.4
dilahirkan. Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan dan mempengaruhi
jalannya persalinan. Kepala secara garis besar dapat dibagi menjadi tulang tengkorak
(cranium), tulang dasar tengkorak (basis kranii) dan tulang muka. Ukuran diameter kepala
bayi yang menentukan di antaranya: 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bagian tubuh janin yang lain: lebar bahu (diameter biacromialis): 12 cm, lingkaran
bahu: 34 cm, lebar bokong (diameter intertrokanterika): 12 cm, lingkar bokong: 27 cm. 2
Pemeriksaan diameter terbesar kepala janin yang pasti hanya dapat diperiksa
dengan USG.
1,10
Pemeriksaan abdomen
Ukuran janin besar ( > 4 kg)
Kepala janin diatas PAP
Pemeriksaan panggul
Serviks mengecil setelah amniotomi
Endema serviks
Kaput tebal
Molase berat
Defleksi kepala (fontanelle anterior mudah dipalpasi)
Asinklitismus (sutura sagital tidak tepat di tengah panggul)
Umumnya disproporsi juga disebabkan oleh malpresentasi dan malposisi janin. 5,6, 9.
Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan kifose, sikap fisiologis ini
menghasilkan sikap fleksi. Presentasi normal adalah vertex dengan presentasi belakang
kepala dan posisi normal adalah occipitoanterior dimana ubun-ubun kecil berada di
26
segmen depan sebagai penunjuk.2 Untuk berbagai malbagai malprestasi dan malposisi
dapat di lihat tabel 5
Malpresentasi dan Malposisi
Malposisi
Pemeriksaan abdomen
Bagian bawah perut
Occiptoposterior
mengarah ke sakrum.
rata
Tungkai janin bisa
terdengar dari
Presentasi Dahi
Sungsang
defleksi kepala.
lingkarannya teraba.
simfisis pubis
Lekukan teraba antara
Kepala teraba di
bibir panggul
Bunyi denyut janin
samping
Lebih dari setengah
Muka
Pemeriksaan dalam
Fontanelle posterior
kepala biasanya
Pelvimetri Radiologis
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh
keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalam dengan tangan dapat
diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu
bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.2
27
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat
ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan
pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan
pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina
iskhiadika.3 Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin
sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi,
tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya
mahal. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan
antara lain tidak ada radiasi, pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap.
Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena biaya yang mahal.1 Dari pelvimetri dengan
pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang
panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar
yang masih dapat dilahirkan spontan.
Untuk pelvimetri dibuat 2 buah foto: 10
1. Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (THOMS), sehingga tabung Rontgen tegak lurus
diatas pintu atas panggul
2. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horisontal pada trochanter
mayor dari samping.
Dari kedua foto tersebut dapat dilihat:10
-
Diameter transversa
Distansia interspinarum
Jenis pelvis
Conjugata diagonalis
Diameter AP pintu bawah
Diameter sagital posterior
Bentuk sacrum
3.6
3.6.1
28
3.6.2
Kapasitas Panggul
Perbandingan antara luas bidang yang didapat itu dengan luas standart dalam
: Konjugata vera 10 cm
Diameter transversa 11 cm
Luas bidang panggul = 10 x 11 cm = 110
Daya Akomodasi
Daya akomodasi suatu pelvis adalah volume dari bayi yang terbesar yang masih
dapat dilahirkan secara spontan dan normal melalui panggul yang dinyatakan dalam gram.
Suatu panggul dengan kapasitas 100% harus dapat melahirkan bayi dengan
beratnya 4000 gram. Daya akomodasi turun seimbang dengan kapasitasnya. 10
Contoh: Untuk panggul dengan kapasitas 92% dapat diperhitungkan daya
akomodasi
92% x 4000 gram = 3680 gram
3.7
Penatalaksanaan
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan
dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan
menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan
pada kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode
Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan
29
kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk
menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke
vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.2
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan
panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan
selamat dapat dilakukan persalinan percobaan.
2,3
kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat
diketahui sebelum persalinan berlangsung beberapa waktu.2
3.7.1
Persalinan Percobaan
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada
letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya
adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar
sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan
menjadi penyulit persalinan percobaan.2, 11
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau setelah
anak lahir pervaginam.11 Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test
of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of
labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena test of labour baru dimulai
pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Test of labor dikatakan berhasil
jika dalam 1 jam sesudahnya kepala turun sampai Hodge III.11 Saat ini test of labour jarang
digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul
sempit dan komplikasi yang sering ialah infeksi, ruptur uteri, dan kematian anak yang
tinggi sekitar 25%.3,11
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir spontan per vaginam
atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan
apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang
baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak
mampu melewati pintu atas panggul dalam 2 jam meskipun his baik. Pada keadaan ini
dilakukan seksio sesarea.11 Partus percobaan dapat berlangsung 6 sampai 18 jam, jarang
30
sampai 24 jam. Namun, lamanya partus percobaan yang pasti untuk kasus tertentu
memerlukan pertimbangan dan hanya dapat ditentukan oleh ahli kebidanan dan
konsulennya. 3
3.7.2 Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan
aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.3,4 Seksio sesarea sekunder (sesudah
persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan percobaan dianggap gagal
atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat
persalinan per vaginam belum dipenuhi. 3, 11
3.7.3 Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.2, 3
3.7.4 Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila
panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio
sesarea. 2,3
Fistula
Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat
timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi
patologik yang dapat berakhir pada terjadinya ruptur uteri.
Prolapsus funukuli
Kejang
Asfiksia
Cedera fasial
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.
Diagnosis
4.1.1. Anamnesis
Teori
Riwayat
Obstetri:
mengalami
persalinan
pernah
lama,
Kasus
Merupakan kehamilan pertama
pasien dengan usia kehamilan 3832
39 minggu
TB
tulang
ataupun
kecelakaan
4.1.2. Pemeriksaan Fisik
Teori
Antropometri Ibu
- CPD dicurigai pada wanita dengan
-
Kasus
Tinggi badan ibu 142 cm
Pemeriksaan Abdomen
Ukuran janin > 4 kg
Kepala masih diatas PAP
: teraba bokong
: teraba punggung
Kasus
Pemeriksaan panggul dalam
CV < 10
Distansia Interspinarum < 9 cm
Distansia intertuberosum : 7 cm
dan menonjol
Distansia intertuberosum < 8 cm
adalah
Kasus
Pasien sudah mengalami pembukaan
persalinan
yang
30%
ibu
dengan
Teori
Diameter
biparietal
ditentukan
janin
melalui
Kepastian
dilakukan
CPD
partus
kehamilannya,
pemeriksaan USG
Selama
Kasus
masa
harus
percobaan
USG
Pada
pasien
tidak
dilakukan
secara pasti
4.2 Tatalaksana
Teori
Kasus
34
Partus Percobaan
-
Trial of labor
Test of labor
Seksio sesarea
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Pasien Ny. J, 31 tahun, datang dengan keluhan keluar air-air dan perut terasa
mulas. Secara umum, penegakan diagnosis, alur penatalaksanaan sudah sesuai
dengan literatur yang ada. Prognosis pada pasien ini berdasarkan perjalanan penyakit
dan penatalaksanaan yang telah didapatkan adalah bonam.
5.2.
Saran
Agar diagnosis pada pasien ditegakkan secara baik lewat anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat maupun lewat pemeriksaan penunjang. Sehingga
keputusan untuk penatalaksanaan yang tepat kedepannya sesuai dengan diagnosis
yang tepat pula. Sebaiknya pasien yang ingin hamil, harus benar-benar melakukan
konseling pra konsepsi yang baik menyangkut kehamilannya serta rutin melakukan
pemeriksaan antenatal.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G, Leveno, K.J, et al. 2010. Abnormal Labor in Williams Obstetry 23rd
Edition. Philadelphia : Mc-Graw-Hill.
2. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina Pustaka.
3. Oxorn, H & William R. Forte. 1990. Ilmu Kebidanan: patologi dan Fisiologi
persalinan. Yogyakarta: Essentia Medica.
4. Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & laparotomi kelainan adneksa. Jakarta:
Sagung Seto.
5. Depkes RI. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif. Jakarta.
6. Decherney, Alan & Lauren Nathan. 2003. Current Obstetri and Gynecologic Diagnosis
and Treatment, ninth Edition. Los Angeles: Mc-Graw hill.
7. Hamilton, Diana. 2004. Lecture Notes: Obstetrics and gynaecology, second edition.
Australia: Blackwell.
8. Chan, Paul & Susan Johnson. 2004. Gynecology and Obstetrics 2004 Edition New
ACOG Treatment Guidelines. California: Current Clinical Strategies.
9. Labour
and
Delivery
Care
HEAT
Module.
http://labspace.open.ac.uk/mod/oucontent/view.php?id=452296§ion=1.4. Di akses
tanggal 22 September 2013
10. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. ECG: Jakarta
36
37