3.
4.
modul ini, untuk setiap kegiatan belajar akan diberikan contoh soal/latihan,ringkasan
kuliah, serta test formatif yang diberikan jawabannya pada akhir . Setiap test formatif
bertipe pilihan ganda sehingga Anda dapat mengukur sendiri kemampuan Anda
berdasakan rumus nilai.
Selamat belajar!
A. Galvanometer
Prinsip dari suatu galvanometer adalah adanya simpangan kumparan yang
dilalui arus listrik dalam medan magnet, seperti yang terlihat dalam gambar 9.1
Induksi magnet ditimbulkan oleh medan permanen, arah induksi magnet dari
kutub U ke kutub S. Semua kawat kumparan dalam daerah cd akan mengalami gaya
ke arah meninggalkan penggambar, sedang semua kawat dalam daerah ab akan
mengalami gaya ke arah penggambar. Kedua gaya ini sama besarnya dan arahnya
berlawanan dan tidak dalam satu garis kerja sehingga membentuk suatu kopel yang
akan memutar kumparan besarnya momen kopel adalah;
= B i A N cos
di mana :
= Momen kopel (weber.ampere)
B = Induksi Magnet (weber/m2)
i
Gerak kumparan ini akan ditentang oleh torsi yang ditimbulkan oleh
konduktor F yang berupa pita tipis sehingga simpangan kumparan akan dibatasi oleh
torsi yang ditimbulkan oleh F. Simpangan kumparan akan sebanding dengan kuat
arus I, sedang besarnya simpangan dapat diamati dengan mengukur sudut simpangan
cahaya yang dipantulkan oleh cermin C, atau dapat juga diamati dengan mengamati
gerak jarum jarum yang dipasangkan pada kumparan.
Untuk membandingkan kepekaan suatu galvanometer dengan galvanometer
yang lain, perlu didefinisikan kepekaan galvanometer (Current sensitivity of
galvanometer), yaitu besar arus dalam kumparan galvanometer yang dapat
menimbulkan 1 cahaya yang dipantulkan cermin sebesar 1 mm pada jarak 1 meter
dari galvanometer.
Untuk suatu galvanometer yang telah diberi skala, harga tersebut telah ditera
lebih dahulu, yaitu dengan mengalirkan arus yang diketahui misalnya 1A
(mikroampere), 2 A, 3A, 4 A, 5 A dan seterusnya, simpangan diberi tanda
berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya. Jika dengan galvanometer tersebut kita
mengukur arus yang tidak diketahui besarnya dan simpangan menunjukkan tanda 5
maka artinya arus yang lewat galvanometer tersebut 5 mikroampere.
B. Amperemeter
Galvanometer hanya untuk mengukur arus dalam orde mikroampere, sedang
sehari-hari kita memerlukan arus dalam orde ampere karena itu perlu alat ukur arus
yang mampu mengukur arus dalam orde ampere, alat ukur ini disebut amperemeter.
Suatu amperemeter adalah suatu galvanometer yang diberi tahanan luar
paralel dengan tahanan galvanometer (disebut tahanan shunt). Fungsi dari
tahanan shunt adalah untuk mengalirkan arus sedernikian hingga arus maksimum
yang lewat galvanometer tetap dalam orde mikroampere. Misalkan, suatu
galvanometer dengan tahanan 25 ohm hanya mampu dialiri arus 100 A pada
simpangan maksimum, galvanometer ini akan dijadikan amperemeter yang mampu
mengukur arus sebesar 100 ampere pada simpangan maksimum.
Pada Gambar 9.2, Anda dapat rnelihat bahwa arus sebesar 100 A - 100 A
harus dilewatkan pada tahanan shunt. Besarnya tahanan shunt yang harus dipasang
pada galvanometer agar mampu menjadi amperemeter dengan batas ukur 100 A
(sirnpangan maksimum bila dilalui arus 100 A) dapat dihitung sebagai berikut :
,
,
= 2,5 10
C. VOLTMETER
Prinsip suatu voltmeter adalah galvanometer yang diberi tahanan muka
(tahanan luar yang diseri dengan tahanan galvanometer). Misalkan, tahanan
galvanometer 25 ohm, simpangan maksimum galvanometer terjadi bila dilalui arus
0,1 A. Galvanometer akan dijadikan voltmeter dengan batas ukur 100 volt, tahanan
muka yang dipasang adalah Rs harus sedemikian rupa sehingga bila dipasang antara
titik a dan b yang beda potensialnya 100 volt, arus yang lewat galvanometer 100 A.
193 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis
Pada Gambar 9,3 Anda dapat melihat voltmeter dengan batas ukur 100 volt. Tahanan
seri pada galvanometer agar dapat dipakai sebagai voltmeter dengan batas ukur 100
volt dapat dihitung sebagai berikut :
(Rs + 25 ) 10-4 = 100
Rs = (100 x 104) - 25
Rs = 999975 ohm.
Gambar 9.3 Voltmeter dengan Batas Ukur 100 Volt
D. Penggunaan Alat Ukur elektronik
1. Penggunaan Amperemeter
Pada Gambar 9.4, Anda dapat melihat amperemeter dengan 3 batas ukur,
yaitu 1 A, 10 A, dan 100 A. Tahanan galvanometer sebesar 20 ohm dan arus yang
melewati galvanometer adalah 1 mA. Pertanyaan sederhana yang muncul adalah
berapa besar R1, R2, dan R3 yang cocok agar terpenuhi syarat dari batas ukur tersebut
? Dengan menggunakan prinsip dasar dari amperemeter maka dapat dihitung sebagai
berikut:
(10-3 A)(20 ohm)
(9.2)
(9.3)
(9.4)
Dari ketiga persamaan diatas maka besarnya R1, R2, dan R3 dapat dicari.
ohm]
2.
Penggunaan Voltmeter
Pada gambar 9.6, Anda dapat melihat voltmeter dengan 3 batas ukur, yaitu 1
V, 10 V, dan 100 V. Tahanan galvanometer sebesar 10 ohm dan arus yang melewati
galvanometer adalah 1 mA. Pertanyaan sederhana yang muncul adalah berapa besar
R1, R2, dan R3 yang cocok agar terpenuhi syarat dari batas ukur tersebut? Dengan
menggunakan prinsip dasar dari voltmeter maka dapat dihitung sebagai berikut.
Voc
(9.5)
Vob
(9.6)
Voa
(9.7)
Dari ketiga persamaan diatas maka besarnya R1, R2, dan R3 dapat dicari.
Gambar 9.6 Voltmeter dengan Batas Ukur 1V, 10V dan 100 V
Dari pernyataan di atas, mungkin Anda bertanya-tanya dari manakah ketiga
persamaan tersebut ? Ilustrasi di bawah ini, mencoba memberikan gambaran tentang
bagaimana ketiga persamaan tersebut didapat.
Seperti yang telah diterangkan pada pembahasan penggunaan amperemeter,
Perhatikan Gambar 9.7a, 3.7b. dan 9.7c., ketiga gambar tersebut merupakan
modifkasi dari Gambar 9.6 dimana disesuaikan dengan batas ukur yang dirninta pada
saat voltmeter digunakan untuk mengukur 100V, 10 V dan 1 V.
Dari Gambar 9.7a, 9.7b. dan 9.7c serta dengan menggunakan hukum Ohm
Anda akan mendapat persamaan 9.5, 9.6 dan 9.7.
Dengan Hukum Ohm didapat:
Voc
( 10-3 Ampere)
Vob
Ampere)
3.
Penggunaan Ohmmeter
Multimeter, disamping sebagai voltmeter dan ampermeter alat ini juga dapat
berfungsi sebagai ohmmeter yang dapat mengukur hambatan. Pada sesi ini, kita akan
membahas ohmmeter digital, yang berfungsi sebagai alat ukur nilai hambatan,
(Gambar 9.8). Nilai hambatan berdasarkan persamaan R = V/I, dalam pengukuran
hambatan yang diukur RX maka agar nilainya dapat diukur oleh multimeter digital
dengan batas ukur maksimum tegangan VM, diperlukan beberapa nilai arus stabil
untuk setiap batas ukur hambatan.
Untuk mengukur nilai hambatan dengan menggunakan alat ukur listrik, pada
dasarnya adalah mengukur arus yang dibaca oleh alat ukur, dimana besar kecilnya
arus ini sebanding dengan hambatan yang diukur. Marilah kita hitung berapa
besarnya arus stabil yang diperlukan untuk setiap batas ukur maksimum hambatan
dari Gambar 9.8. lngatlah, bahwa batas ukur maksimum dari multimeter digital VM
adalah 0,1 mV. Pada batas ukur hambatan maksimum 100 ( jika RX = 100 )
197 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis
maka nilai arus stabit (IS) haruslah mempunyai nilai sebesar V M /RX = 0,1 volt/100
= 1 mA, dan tampilan dari peraga digital adalah 100.0.
Pada batas ukur t k maka IS = 0,1 volt/1000 = 0,1 mA = 100 A dan
peraga digital menampilkan angka 1.000; IS = 10 A untuk batas ukur 10 k dengan
penampilan peraga digital 10.000 dan nilai arus stabil IS = 1 A untuk batas ukur 100
k dengan penampilan peraga digital 100.0.
Gambar 9.9. Analog Mekanis suatu (a) Demultiplekser dan (b) Multiplekser
Gambar 9.10. Suatu Dekoder BCD Ke Desimal. Misalkan bahwa S = 1, (Baris 2 dan
7 Tidak Ditunjukkan).Garis putus-putus Mengubah Sistem ke Dalam Suatu
Demultiplekser Kalau S Menggambarkan Sinyal Masuk
B. Multiplexer/Selektor Data
Fungsi yang dibentuk oleh multiplekser adalah untuk memilih 1 dari N
sumber data-masuk dan mentransmisikan data yang terpilih ke saluran informasi
tunggal. Penyambung N-posisi yang dihubungkan seperti Gambar 9.9b merupakan
analog mekanis dari suatu multiplekser. Bandingkan Gambar 9.9a dan b karena
dalam suatu demultiplekser hanya ada satu baris masuk dan data ini harus muncul
dalam salah satu dari N baris keluaran maka multiplekser membentuk proses
kebalikannya dari pada demultiplekser.
Demultiplekser dalam Gambar 9.10 diubah ke dalam suatu multiplekser
dengan melakukan dua perubahan berikut (1) Tambahkan suatu gerbang NAND yang
masukannya mencakup semua N keluaran dari Gambar 9.10 dan (2) tambahkan pada
tiap gerbang NAND suatu masukan data individu Xo, X1 X2, XN. . Sistem logika
untuk multiplekser 4 ke-1 baris digambarkan dalam Gambar 9.12. Logika AND-OR
ini ekivalen dengan logika NAND-NAND seperti telah dijelaskan dalam langkah 1
dan 2 di atas. Perhatikan bahwa konfigurasi dekode yang sama digunakan baik dalam
multiplekser maupun demultiplekser.
C. Pengubah Analog/Digital
Mengubah sinyal analog
sebanding dengan
LSB
tegangan acuan yang tepat. Selain itu, makin kecil harga resistor input yang
digunakan maka ketelitiannya harus lebih tinggi. Jangan. Anda abaikan resistansi
saklar (yang tentunya tidak boleh melebihi 1/2n dari resistor kecil) karena pada
rangkaian yang sebenarnya, sebagai saklar digunakan FET.
2.
Tangga R-2R
Tangga R-2R merupakan bentuk lain yang menarik dari rangkaian di atas.
1. Pengkode Paralel
Pada pengkode paraiel, tegangan sinyal input diumpankan sekaligus pada
salah satu input masing- masing komparator (ada n buah), sedangkan. input yang lain
dihubungkan dengan tegangan acuan yang harganya berbeda-beda> namun berurutan.
Sebuah pengkode prioritas akan membangkitkan output digital, sebanding dengan
nomor komparator tertinggi yang diaktifkan tegangan input (Gambar 9.16).
2. Pendekatan Berulang
Dengan cara yang populer ini, kita mencoba berbagai kode output yang
mungkin, dengan cara mengumpankan input pada pengubah D/A, kemudian
membandingkan hasilnya dengan input analog melalui sebuah komparator.Mulamula seluruh bit dibuat 0. Kemudian, dimulai dengan bit paling berarti; setiap bit
dibuat 1. Jika output D/A kurang dari sinyal input, bit tersebut dibiarkan 1, tetapi
kalau tidak, ia dikembalikan lagi ke 0. Untuk A/D n-bit diperlukan n-langkah. Jadi,
yang dilakukan adalah mencari bilangan biner yang sesuai. Oleh karena itu, pada
modul A/D ini akan selalu terdapat input MULAI PENGUBAH dan output
PENGUBAH SELESAI. Output digital tersedia baik dalam bentuk paralel (dalam n
jalur output), atau serial (n-bit berturut-turut, dimulai dengan MSB, pada satu jalur
output).
Pengubah A/D pendekatan berutang biasanya cukup cepat dan teliti. Untuk
A/D n-bit, waktu yang dibutuhkan hanya n kali waktu diam DAC. Kisar waktu
pengubah umumnya sekitar 1 s sampai 50s, dengan ketelitian antara 8 sampai 12
bit. Sedangkan harganya berkisar dari 10 sarnpai 400 ribu rupiah. Oleh karena
pengubah hanya perlu melihat input sesaat saja maka apabila input berubah selama
pengubahan berlangsung maka kesalahannya takkan Lebih besar dari perubahan input
yang terjadi saat itu. Meskipun demikian, kelemahannya bukan tidak ada; antara lain
spike pada input, ketidaklinearan yang agak aneh, serta "kehilangan kode".
memiliki resolusi yang setara dengan ADC 12 bit (ketelitian 0,01 %).
Harganya tidak mahal, dan cocok apabila output dikirimkan secara digital melalui
kabel, atau jika diinginkan output berupa frekuensi (bukan kode digitalnya). Kode
digital yang sebanding dengan level input rata-rata dapat dipcroleh dengan
menghitung frekuensi output dalam selang waktu tertentu, tentu saja kalau kecepatan
tidak penting. Cara ini biasa dilakukan pada meter panel digital ketelitian sedang (3
digit).
4.
Integrasi Sisi-Tunggal
Pada teknik ini, pernbangkit gelombang segitiga internal (sumber arus +
kapasitor) dinyalakan untuk memulai pengubahan. Pada saat yang sama sebuah
pencacah diaktifkan, uriiuk menghitung banyaknya pulsa dari clock yang stabil.
Apabila tegangan gelombang telah sama, sebuah pencacah diaktifkan untuk
menghitung banyaknya pulsa dari clock yang stabil. Apabila tegangan gelombanmg
telah sama dengan level input, komparator akan menghentikan pencacah. Hasil
penghitungatn pencacah (yang merupakan output digital) sebanding dengan level
input tersebut.
Pada akhir pengubahan, kapasitor akan dikosongkan kembali dan pencacah
direset siap untuk siklus berikutnya. Cara ini kelihatannya sederhana, namun untuk
ketelitian tinggi biasanya tidak digunakan karena persyaratan kestabilan dan ketelitian
untuk kapasitor dan komparatornya sangat berat. Hal ini diatasi dengan teknik
integrasi sisi ganda.
dan komparator yang ditimbulkan oleh teknik integrasi sisi tunggal. Prinsipnya
ditunjukkan pada Gambar 9.18. Pertama, arus yang tepat sebanding dengan level
input mengisi sebuah kapasitor selama selang waktu tertentu. Kemudian, kapasitor
206 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis
dikosongkan oleh arus konstan hingga mencapai nol lagi. Waktu yang dibutuhkan
untuk mcngosongkan kapasitor sebanding dengan level inputnya. Selama waktu
tersebut, sebuah pencacah diaktifkan. Hasil hitungannya merupakan output digital
yang diinginkan (sebanding dengan level input).
Pengubah delta-sigma dapat juga dibuat dengan arus yang dibangkitkan dari
tegangan acuan stabil (melalui sebuah resistor) karena titik penjumlahan merupakan
tanah bayangan. Dalam hal ini, resistansi saklar ON harus benar-benar lebih kecil
dibandingkan resistor seri tersebut sehingga variasi Ron tidak mangakibatkan
hanyutan (drift).
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda rnengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1. Mengapa proses pengukuran besaran dengan menggunakan alat ukur listrik
analog mempunyai keterbatasan kerja?
2. Besaran listrik analog tidaklah dapat langsung diproses oleh rangkaian digital.
Sebutkanlah rangkaian elektronik yang diperlukan agar besaran analog dapat
dibaca atau diukur oleh alat ukur digital!
7. Fungsi yang dibentuk oleh multiplekser adalah untuk memilih 1 dari N sumber
data masuk dan mentransmisikan data yang terpilih ke saluran informasi tunggal.
RANGKUMAN
Proses multiplexing adalah proses pensaklaran yang mempunyai beberapa
masukan dan menghasilkan satu keluaran, sedangkan proses demultiplexing adalah
proses pensaklaran yang memiliki satu buah masukan dan menghasilkan beberapa
keluaran.
Suatu proses pengubah besaran listrik dari analog menjadi besaran digital
(analog to digital process) menggunakan A/D converter, sedangkan proses pengubah
besaran listrik dari digital menjadi besaran analog (digital to analog process)
menggunakan rangkaian D/A converter.
TES FORMATIF
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat
B.sumber tegangan
C..paralel
C..paralel
B. miliampere C. mikroampere
D. nanoampere
7. Pada ohmmeter digital proses pengukuran nilai hambatan pada terminal keluaran
adalah berdasarkan proses ....
A. pemilihan tegangan acuan stabil
B. pengukuran arus
C..pengukuran tegangan
D. pengukuran hambatan
8. Tampilan pada peraga digital suatu ohmmeter digital menunjukkan angka 1. Jika
pada terminal masukannya dipasangkan hambatan 1200 maka ....
A. proses pengukuran hambatan tidak menunjukkan harga sebenarnya
B. batas ukur yang ditentukan berada pada daerah di atas nilai hambatan yang
diukur
C. batas ukur yang ditentukan berada pada daerah di bawah nilai hambatan yang
diukur
D. hambatan yang diukur tidak hernilai 1200 , tetapi bernilai 1
9.
10.
B. multiplexing
C. demultiplexer
D. demultiplexing
B. data
C. alamat
D. sinyal masukan
11. Proses pengubahan isyarat digital menjadi isyarat analog dilakukan oleh
rangkaian ......
A. D/A converter B. D/A
C. A/D converter
D. A/D
12. Dibawah ini yang bukan merupakan kesalahan utama dalam pengubah A/D dan
D/A adalah ..
A. Kesalahan offset
B. Kesalahan pengkodean
D. Ketidaklinearan
D. Tangga R-2R
15. Untuk mendapatkan pengubah digital ke analog salah satu cara yang populer
adalah dengan cara penjumlahan resistor dengan bobot, input/masukan
maksimum dari rangkaian ini selalu berharga ....
A. 2n
B. 2n-1
C. 2n-1
D. 2n-1
1. A.
2. C.
3.
4.
5.
6.
C. Mikroampere
7.
B. Pengukuran arus
8.
C. bahwa batas ukur yang ditentukan berada pada daerah dibawah nilai
hambatan yang diukur.
9.
D. Demultiplexing
10. C. Alamat
11. A. D/A converter, analog to digital
12. B. Kesalahan pengkodean
13. C. Mengubah isyarat analog menjadi isyarat digital
14. D. Tangga R-2R
15. C. 2n - 1
= baik sekali
80 89 %
= baik
70 79 %
= cukup
< 70%
= kurang