Anda di halaman 1dari 25

Modul 9

ALAT UKUR ELEKTRONIK


PENDAHULUAN
Pengukuran besaran listrik yang telah dibahas dalarn Modul 4, 5, dan 6 pada
umumnya menggunakan proses analogi yang merujuk pada nilai arus, tegangan serta
hambatan suatu rangkaian. Kelemahan dari alat ukur analog adalah tingkat ketelitian
dalam proses pembacaannya, atau yang dikenai dengan istilah paralaks. Di samping
ita juga banyak faktor mekanik dari peralatan analog tersebut yang menjad: kendala
dalam hal ketelitian proses analoginya. Di antaranya adalah piranti alat ukur analog
dapat dikelompokkan kepada suatu alat ukur pasif dikarenakan dalam proses
pengukurannya selalu bergantung pada sumber energi dari besaran listrik yang diukur
(tegangan dan arus), artinya alat ukur analog tersebut tidak memiliki sumber energi
sendiri untuk memproses besaran listrik yang akan diukur. Dengan kata lain, proses
pengukuran dengan menggunakan sistem analog akan menghasilkan pengukuran
yang mengalami rugi-rugi daya sehingga hasil pengukurannya kurang teliti.
Setiap besaran listrik yang diukur secara alamiah adalah merupakan besaran
analog, sebagai contoh adalah besaran listrik bolak-balik (ac: alternating current).
Oieh karena proses dari penghasil listrik (generator dari PLTA atau PLTD atau
PLTU) bermu1a dari perubahan energi mekanik, kemudian menghasilkan, tegangan
listr:k yang mernpunyai nilai amplitudo sesuai dengan perubahan. waktu. Nilai
besaran analog ini tidak dapat secara langsung diterjemahkan oleh alat ukur listrik
elektronik. Untuk menjembatani agar besaran analog tersebut dapat diproses oleh
rangkaian alat ukur listrik maka diperlukan suatu pengubah besaran listrik dari analog
menjadi besaran digital, biasa dikenal dengan istilah proses ADC (analog to digital
converter). Dengan cara demikianlah maka besaran listrik analog dapat diproses oleh
alat ukur elektronik. Di samping penggunaan mekanisme analog to digital ini,
mekanisme kerja dari alat ukur elektronik menggunakan aktivitas kerja suatu saklar.
Proses pensaklaran ini sering disebut scbagai proses penyaluran atau pemilihan data,
dan dalam teknologi elekronika disebut dengan proses multiplexing.
Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari Modu1 9: Alat Ukur
Elektronik ini adalah:
190 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

1 . menjelaskan rangkaian dasar suatu multimeter elektronik;


2.

menjelaskan penggunaan multimeter;

3.

menjelaskan proses pemilihan data;

4.

membedakan proses analog ke digital dengan digital ke analog.


Selanjutnya untuk meningkatkan pemahaman Anda dalam mempelajari

modul ini, untuk setiap kegiatan belajar akan diberikan contoh soal/latihan,ringkasan
kuliah, serta test formatif yang diberikan jawabannya pada akhir . Setiap test formatif
bertipe pilihan ganda sehingga Anda dapat mengukur sendiri kemampuan Anda
berdasakan rumus nilai.
Selamat belajar!

9.1 MULTIMETER ELEKTRONIK


Interaksi medan magnet dengan kumparan yang dilalui arus listrik
memungkinkan dikonstruksi aiat-alat ukur besaran-besaran listrik, rnisalnya arus
listrik, beda potensial, muatan listrik yang dipindahkan dari dan ke kapasitor, daya
dan tenaga listrik. Di samping alat-alat ukur listrik, interaksi antara medan magnet
dan arus listrik juga digunakan dalam rnotor arus searah. Dalam sesi ini Anda akan
mempelajari prinsip dari galvanometer, ampermeter, dan voltmeter.

A. Galvanometer
Prinsip dari suatu galvanometer adalah adanya simpangan kumparan yang
dilalui arus listrik dalam medan magnet, seperti yang terlihat dalam gambar 9.1

Gambar 9.1. Prinsip Galvanometer

191 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

Induksi magnet ditimbulkan oleh medan permanen, arah induksi magnet dari
kutub U ke kutub S. Semua kawat kumparan dalam daerah cd akan mengalami gaya
ke arah meninggalkan penggambar, sedang semua kawat dalam daerah ab akan
mengalami gaya ke arah penggambar. Kedua gaya ini sama besarnya dan arahnya
berlawanan dan tidak dalam satu garis kerja sehingga membentuk suatu kopel yang
akan memutar kumparan besarnya momen kopel adalah;

= B i A N cos
di mana :
= Momen kopel (weber.ampere)
B = Induksi Magnet (weber/m2)
i

= Arus Listrik (ampere)

A = Luas Penampang Kumparan Kawat (m)


N = Jumlah Lilitan
= Sudut antara induksi magnet dengan kumparan kawat

Gerak kumparan ini akan ditentang oleh torsi yang ditimbulkan oleh
konduktor F yang berupa pita tipis sehingga simpangan kumparan akan dibatasi oleh
torsi yang ditimbulkan oleh F. Simpangan kumparan akan sebanding dengan kuat
arus I, sedang besarnya simpangan dapat diamati dengan mengukur sudut simpangan
cahaya yang dipantulkan oleh cermin C, atau dapat juga diamati dengan mengamati
gerak jarum jarum yang dipasangkan pada kumparan.
Untuk membandingkan kepekaan suatu galvanometer dengan galvanometer
yang lain, perlu didefinisikan kepekaan galvanometer (Current sensitivity of
galvanometer), yaitu besar arus dalam kumparan galvanometer yang dapat
menimbulkan 1 cahaya yang dipantulkan cermin sebesar 1 mm pada jarak 1 meter
dari galvanometer.
Untuk suatu galvanometer yang telah diberi skala, harga tersebut telah ditera
lebih dahulu, yaitu dengan mengalirkan arus yang diketahui misalnya 1A
(mikroampere), 2 A, 3A, 4 A, 5 A dan seterusnya, simpangan diberi tanda
berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya. Jika dengan galvanometer tersebut kita

192 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

mengukur arus yang tidak diketahui besarnya dan simpangan menunjukkan tanda 5
maka artinya arus yang lewat galvanometer tersebut 5 mikroampere.
B. Amperemeter
Galvanometer hanya untuk mengukur arus dalam orde mikroampere, sedang
sehari-hari kita memerlukan arus dalam orde ampere karena itu perlu alat ukur arus
yang mampu mengukur arus dalam orde ampere, alat ukur ini disebut amperemeter.
Suatu amperemeter adalah suatu galvanometer yang diberi tahanan luar
paralel dengan tahanan galvanometer (disebut tahanan shunt). Fungsi dari
tahanan shunt adalah untuk mengalirkan arus sedernikian hingga arus maksimum
yang lewat galvanometer tetap dalam orde mikroampere. Misalkan, suatu
galvanometer dengan tahanan 25 ohm hanya mampu dialiri arus 100 A pada
simpangan maksimum, galvanometer ini akan dijadikan amperemeter yang mampu
mengukur arus sebesar 100 ampere pada simpangan maksimum.
Pada Gambar 9.2, Anda dapat rnelihat bahwa arus sebesar 100 A - 100 A
harus dilewatkan pada tahanan shunt. Besarnya tahanan shunt yang harus dipasang
pada galvanometer agar mampu menjadi amperemeter dengan batas ukur 100 A
(sirnpangan maksimum bila dilalui arus 100 A) dapat dihitung sebagai berikut :

0,0001 A x 25 = (100 -,0001)Rsh


=

,
,

= 2,5 10

Gambar 9.2. Amperemeter dengan Batas ukur 100 A

C. VOLTMETER
Prinsip suatu voltmeter adalah galvanometer yang diberi tahanan muka
(tahanan luar yang diseri dengan tahanan galvanometer). Misalkan, tahanan
galvanometer 25 ohm, simpangan maksimum galvanometer terjadi bila dilalui arus
0,1 A. Galvanometer akan dijadikan voltmeter dengan batas ukur 100 volt, tahanan
muka yang dipasang adalah Rs harus sedemikian rupa sehingga bila dipasang antara
titik a dan b yang beda potensialnya 100 volt, arus yang lewat galvanometer 100 A.
193 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

Pada Gambar 9,3 Anda dapat melihat voltmeter dengan batas ukur 100 volt. Tahanan
seri pada galvanometer agar dapat dipakai sebagai voltmeter dengan batas ukur 100
volt dapat dihitung sebagai berikut :
(Rs + 25 ) 10-4 = 100
Rs = (100 x 104) - 25
Rs = 999975 ohm.
Gambar 9.3 Voltmeter dengan Batas Ukur 100 Volt
D. Penggunaan Alat Ukur elektronik
1. Penggunaan Amperemeter
Pada Gambar 9.4, Anda dapat melihat amperemeter dengan 3 batas ukur,
yaitu 1 A, 10 A, dan 100 A. Tahanan galvanometer sebesar 20 ohm dan arus yang
melewati galvanometer adalah 1 mA. Pertanyaan sederhana yang muncul adalah
berapa besar R1, R2, dan R3 yang cocok agar terpenuhi syarat dari batas ukur tersebut
? Dengan menggunakan prinsip dasar dari amperemeter maka dapat dihitung sebagai
berikut:
(10-3 A)(20 ohm)

= [(1-10-3) A ][(R1 + R 2 + R3) ohm]

(9.2)

(10-3 A)(20 + R 3 )ohm)

= [(10-10-3) A ][(R1 + R 2) ohm]

(9.3)

(10-3 A)(20 + R 3 + R 2)ohm) = [(100-10-3) A ][(R1 ohm]

(9.4)

Dari ketiga persamaan diatas maka besarnya R1, R2, dan R3 dapat dicari.

Gambar 9.4 Amperemeter dengan 3 batas ukur : 1 A, 10 A dan 100 A

194 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

Dari pernyataan di atas, rnungkin Anda bertanya-tanya dari manak.ah ketiga


persamaan tersebut? Ilustrasi dibawah ini, mencoba rnemberikan gambaran tentang
bagairnana ketika persamaan tersebut didapat.
Perhatikan: gambar 9.5a, 9.5b, dan: 9.5c., ketiga gambar tersebut merupakan
modifikasi dari Gambar 9.4, dimana disesuaikan dengan batas ukur yang diminta
pada saat amperemeter digunakan untuk mengukur, yaitu 1 A, 10 A, dan 100 A. Dari
Gambar 9.5a, 9.5b, dan 9.5c. serta dengan menggunakan hukum Ohm Anda akan
mendapat persamaan 9.2, 9.3, dan 9.4.

Gambar 9.5a. Amperemeter dengan Batas ukur 1 A

Dengan Hukum Ohm didapat:


(10-3 A)(20 ohm) = [(1 - 10-3 )A ][( R1 + R2 + R3) ohm]

Gambar 9.5b. Amperemeter dengan Batas Ukur 10 A


Dengan Hukum Ohm didapat: (10-3 A)(20 + R

)ohm) = [(10-10-3) A ][(R1 + R2

ohm]

Gambar 9.5c. Amperemeter dengan Batas Ukur 100 A


Dengan Hukum Ohm didapat:
(10-3 A)(20 + R 3 + R 2)ohm) = [(100-10-3) A ][(R1 ohm]
195 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

2.

Penggunaan Voltmeter
Pada gambar 9.6, Anda dapat melihat voltmeter dengan 3 batas ukur, yaitu 1

V, 10 V, dan 100 V. Tahanan galvanometer sebesar 10 ohm dan arus yang melewati
galvanometer adalah 1 mA. Pertanyaan sederhana yang muncul adalah berapa besar
R1, R2, dan R3 yang cocok agar terpenuhi syarat dari batas ukur tersebut? Dengan
menggunakan prinsip dasar dari voltmeter maka dapat dihitung sebagai berikut.
Voc

= 100 volt = [(10 + R1 + R2 + R3 )ohm ] x ( 10-3 Ampere)

(9.5)

Vob

= 10 volt = [(10 + R1 + R2 )ohm ] x ( 10-3 Ampere)

(9.6)

Voa

= 1 volt = [(10 + R1 )ohm ] x ( 10-3 Ampere)

(9.7)

Dari ketiga persamaan diatas maka besarnya R1, R2, dan R3 dapat dicari.

Gambar 9.6 Voltmeter dengan Batas Ukur 1V, 10V dan 100 V
Dari pernyataan di atas, mungkin Anda bertanya-tanya dari manakah ketiga
persamaan tersebut ? Ilustrasi di bawah ini, mencoba memberikan gambaran tentang
bagaimana ketiga persamaan tersebut didapat.
Seperti yang telah diterangkan pada pembahasan penggunaan amperemeter,
Perhatikan Gambar 9.7a, 3.7b. dan 9.7c., ketiga gambar tersebut merupakan
modifkasi dari Gambar 9.6 dimana disesuaikan dengan batas ukur yang dirninta pada
saat voltmeter digunakan untuk mengukur 100V, 10 V dan 1 V.

Gambar 9.7a Voltmeter dengan Batas Ukur 100 V


196 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

Dari Gambar 9.7a, 9.7b. dan 9.7c serta dengan menggunakan hukum Ohm
Anda akan mendapat persamaan 9.5, 9.6 dan 9.7.
Dengan Hukum Ohm didapat:
Voc

= 100 volt = [(10 + R1 + R2 + R3 ) ohm ] x

( 10-3 Ampere)

Gambar 9.7b Voltmeter dengan Batas Ukur 10 V


Dengan Hukum Ohm didapat:
= 10 volt = [(10 + R1 + R2 )ohm ] x ( 10-3

Vob

Ampere)

Gambar 9.7c Voltmeter dengan Batas Ukur 1 V


Dengan Hukum Ohm didapat:: Voa

3.

= 1 volt = [(10 + R1 )ohm ] x ( 10-3 Ampere)

Penggunaan Ohmmeter
Multimeter, disamping sebagai voltmeter dan ampermeter alat ini juga dapat

berfungsi sebagai ohmmeter yang dapat mengukur hambatan. Pada sesi ini, kita akan
membahas ohmmeter digital, yang berfungsi sebagai alat ukur nilai hambatan,
(Gambar 9.8). Nilai hambatan berdasarkan persamaan R = V/I, dalam pengukuran
hambatan yang diukur RX maka agar nilainya dapat diukur oleh multimeter digital
dengan batas ukur maksimum tegangan VM, diperlukan beberapa nilai arus stabil
untuk setiap batas ukur hambatan.
Untuk mengukur nilai hambatan dengan menggunakan alat ukur listrik, pada
dasarnya adalah mengukur arus yang dibaca oleh alat ukur, dimana besar kecilnya
arus ini sebanding dengan hambatan yang diukur. Marilah kita hitung berapa
besarnya arus stabil yang diperlukan untuk setiap batas ukur maksimum hambatan
dari Gambar 9.8. lngatlah, bahwa batas ukur maksimum dari multimeter digital VM
adalah 0,1 mV. Pada batas ukur hambatan maksimum 100 ( jika RX = 100 )
197 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

maka nilai arus stabit (IS) haruslah mempunyai nilai sebesar V M /RX = 0,1 volt/100
= 1 mA, dan tampilan dari peraga digital adalah 100.0.
Pada batas ukur t k maka IS = 0,1 volt/1000 = 0,1 mA = 100 A dan
peraga digital menampilkan angka 1.000; IS = 10 A untuk batas ukur 10 k dengan
penampilan peraga digital 10.000 dan nilai arus stabil IS = 1 A untuk batas ukur 100
k dengan penampilan peraga digital 100.0.

Gambar 9.8. Ohmmeter Digital

9.2 DEMULTIPLEXER & MULTIPLEXER


A. Demultiplexer
Suatu demultiplekser adalah suatu sistem untuk menyampaikan suatu sinyal
biner (data serial) pada satu dari N baris, suatu baris tertentu yang dipilih dengan
pertolongan suatu alamat (address). Suatu penyambung putar N posisi berpole
tunggal disambungkan seperti dalam Gambar 9.9, merupakan suatu analog mekanis
dari suatu demultiplekser.

Gambar 9.9. Analog Mekanis suatu (a) Demultiplekser dan (b) Multiplekser

198 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

Alamat menentukan sudut perputaran dari tangan penyambung. Suatu


dekoder diubah ke dalam demultiplekser dengan pertolongan hubungan putus-putus
dalam Gambar 9.10. Ka1au sinyal data diberikan pada S maka keluaran akan
merupakan komplemen dari sinyal tersebut (karena keluaran sama dengan 0 kalau
semua masukan sama dengan 1) dan akan muncul hanya pada garis beralamat.
Sinyal yang dimungkinkan dapat diberikan ke demultiplekser dengan
membuat bertingkat sistem Gambar 9.9 dengan yang ditunjukkan dalam Gambar
9.11. Kalau masukan yang dimungkinkan (enable) 0 maka S merupakan komplemen
dari data. Sehingga data akan muncul (tanpa inversi) pada baris dengan kode yang
diinginkan. Kalau masukan yang dimungkinkan sama dengan l, S = 0, data terlarang
untuk muncul pada setiap baris dan semua rnasukan tetap pada 1.

Gambar 9.10. Suatu Dekoder BCD Ke Desimal. Misalkan bahwa S = 1, (Baris 2 dan
7 Tidak Ditunjukkan).Garis putus-putus Mengubah Sistem ke Dalam Suatu
Demultiplekser Kalau S Menggambarkan Sinyal Masuk

Gambar 9.11. Suatu Dekoder Diubah Menjadi Suatu Demuttiplekser (dengan


Masukan Memungkinkan, Enable) Kala Terminal S dalam Gambar 9.11
Didapatkan dari Keluaran Gerbang AND di Atas
199 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

B. Multiplexer/Selektor Data
Fungsi yang dibentuk oleh multiplekser adalah untuk memilih 1 dari N
sumber data-masuk dan mentransmisikan data yang terpilih ke saluran informasi
tunggal. Penyambung N-posisi yang dihubungkan seperti Gambar 9.9b merupakan
analog mekanis dari suatu multiplekser. Bandingkan Gambar 9.9a dan b karena
dalam suatu demultiplekser hanya ada satu baris masuk dan data ini harus muncul
dalam salah satu dari N baris keluaran maka multiplekser membentuk proses
kebalikannya dari pada demultiplekser.
Demultiplekser dalam Gambar 9.10 diubah ke dalam suatu multiplekser
dengan melakukan dua perubahan berikut (1) Tambahkan suatu gerbang NAND yang
masukannya mencakup semua N keluaran dari Gambar 9.10 dan (2) tambahkan pada
tiap gerbang NAND suatu masukan data individu Xo, X1 X2, XN. . Sistem logika
untuk multiplekser 4 ke-1 baris digambarkan dalam Gambar 9.12. Logika AND-OR
ini ekivalen dengan logika NAND-NAND seperti telah dijelaskan dalam langkah 1
dan 2 di atas. Perhatikan bahwa konfigurasi dekode yang sama digunakan baik dalam
multiplekser maupun demultiplekser.

Gambar 9.12.Suatu Multiplekser 4 ke-1 Baris. Dua Sistem Demikian Dipaketkan


sebagai TI 153. Perhatikan bahwa A Merupakan LSB. Masukan Komplementer A
dan B Didapatkan dari Inverter dalam Serpih

200 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

C. Pengubah Analog/Digital
Mengubah sinyal analog

menjadi digital yang

sebanding dengan

amplitudonya, atau sebaliknya sangatlah diperlukan pada percobaan/proses yang


direkam atau dikontrol oleh komputer/mikroprosessor. Demikian pula pada prosesproses analog yang dikerjakan secara digital, misalnya pengiriman informasi analog
dengan terlebih dahulu mengubahnya menjadi sinyal digital agar bebas dari kesalahan
dan derau, misalnya "audio digital", atau memodulasi kode pulsa (PCM, pulse code
modulation). Pada bidang pengukuran, penggunaan pengubah A/D juga telah meluas,
termasuk pada peralatan baku, seperti multimeter digital atau alat-alat yang lebih
canggih lainnya, seperti perata transien, "penangkap glitch" atau osiloskop dengan
memori digital. Tak ketinggalan pula peralatan pembangkit dan pengolah sinyal,
misalnya pembangkit sinyal digital atau penyandi data.
Terakhir, teknik pengubah A/D dan D/A juga merupakan faktor penting
dalam membuat peragaan analog dari peralatan digital, misalnya penunjuk besaran,
atau peraga (dan penulis) xy dari data yang dihasiikan komputer.
Masalah kesalahan pengubah A/D dan D/A sangat rumit sehingga kalau
diperinci seluruhnya akan menghasilkan satu buku tersendiri. Untuk mempermudah
analisis Anda, berikut disajikan empat macam kesalahan utama dari pengubah. Agar
tidak membosankan, kami tidak akan menjelaskan dengan kata-kata, tetapi dalam
bentuk gambar yang mencerminkan masing-masing jenis kesalahan: kesalahan offset,
kesalahan skala, ketidaklinearan, serta ketidakmonotonan (Gambar 9.13).

Gambar 9.13(A)(B) Kesalahan Pengubah (A) Kurva Transfer ADC dengan


Kesalahan Offset LSB pada Titik Nol (B) Linear, Kesalahan Skala 1 LSB.
201 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

Gambar 9.13 (C) (D): Kesalahan Pengubah (C) ketidaklinearan

LSB

(Memungkinkan Kesalahan 1 LSB), Ketidaklinearan 1 LSB (Memungkinkan tak


Terjadinya Perubahan). (D) Tidak Monoton (Harus Tidak Linear LSB) (National
Semiconductor Corp)

D. Pengubah Digital ke Analog (DAC)


Tujuannya tentu saja mengubah besaran biner (atau BCD) menjadi tegangan
atau arus yang besarnya sebanding dengan harga besaran digital tersebut. Berikut ini
beberapa cara yang populer.
1. Penjumlahan Resistor dengan Bobot
Sebuah op-amp dengan sejumlah resistor paralel pada titik penjumlahannya
akan menghasilkan output yang sebanding dengan jumlah bobot tegangan input
masing-masing (Gambar 9.14). Rangkaian ini akan menghasilkan output dari nol
sampai dengan - 10 volt, dengan output maksimum sebanding dengan input 64
(desimal). Sebenarnya input maksimum selalu berharga 2n - 1 yaitu pada keadaan
semua bit 1; dalam contoh ini tegangan output maksimum = -10 x 63/64. Dengan
mengatur harga resistor umpan balik, kita dapat memperoleh tegangan output,
misalnya dari nol sampai 6,3 volt, yang berarti perubahan 0.1 volt setiap kali input
bertambah. Untuk memperoleh output positif, tinggal menambahkan penguat
inverting atau offset dc pada titik penjumlahannya. Kita dapat pula mengubah kode
yang bukan biner. Misalnya, BCD atau kode dengan bobot lainnya; yaitu dengan cara
mengganti harga resistor-resistor input. Tegangan input harus dihubungkan dengan

202 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

tegangan acuan yang tepat. Selain itu, makin kecil harga resistor input yang
digunakan maka ketelitiannya harus lebih tinggi. Jangan. Anda abaikan resistansi
saklar (yang tentunya tidak boleh melebihi 1/2n dari resistor kecil) karena pada
rangkaian yang sebenarnya, sebagai saklar digunakan FET.

2.

Tangga R-2R
Tangga R-2R merupakan bentuk lain yang menarik dari rangkaian di atas.

Rangkaian ini dapat langsung menghasilkan tegangan output dengan menggunakan


sekumpulan resistor yang hanya terdiri dari dua harga saja: R dan 2R (Gambar 9.15).
Output yang dihasilkan berkisar dari nol sampai +10 V, dengan output maksimum
sebanding dengan input 16 (desimal). Sekali lagi, bilangan input maksimum adalah
15, dengan tegangan output 15/16 x 10 volt. Dengan sedikit modifikasi, rangkaian R2R dapat digunakan sebagai pengubah BCD.

Gambar 9.14. Penjumlahan Resistor Bobot

Gambar 9.15. Tangga R-2R

F. Pengubah Analog ke Digital (ADC)


Sekurang-kurangnya ada enam cara mengubah analog ke digital, masingmasing dengan kelebihan dan keterbatasannya sendiri. oleh karena itu, kita akan lebih
sering menggunakan rnodul A/D yang telah ada dari pada membuat sendiri maka
teknik pengubahan hanya akan kita bahas selintas, sebagai pedoman cerdik untuk
memilih mana yang cocok untuk penggunaan tertentu. Pada sesi ini, akan
diperlihatkan gambaran penerapan berbagai jenis peng;ibah A/D.

203 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

1. Pengkode Paralel
Pada pengkode paraiel, tegangan sinyal input diumpankan sekaligus pada
salah satu input masing- masing komparator (ada n buah), sedangkan. input yang lain
dihubungkan dengan tegangan acuan yang harganya berbeda-beda> namun berurutan.
Sebuah pengkode prioritas akan membangkitkan output digital, sebanding dengan
nomor komparator tertinggi yang diaktifkan tegangan input (Gambar 9.16).

Gambar 9.16. ADC Pengkode Paralel


Pengkodean paralel (kadang-kadang disebut pengkodean kilat) adalah cara
yang paling cepat untuk mengubah sinyal analog ke digital. Waktu perambatan antara
input dan output sama dengan jumlah waktu perambatan pada komparator dan
pengkode. Untuk komparator NE521 serta pengkode 74148, perambatan sinyal
memakan waktu kurang dari 20 ns.

2. Pendekatan Berulang
Dengan cara yang populer ini, kita mencoba berbagai kode output yang
mungkin, dengan cara mengumpankan input pada pengubah D/A, kemudian
membandingkan hasilnya dengan input analog melalui sebuah komparator.Mulamula seluruh bit dibuat 0. Kemudian, dimulai dengan bit paling berarti; setiap bit
dibuat 1. Jika output D/A kurang dari sinyal input, bit tersebut dibiarkan 1, tetapi
kalau tidak, ia dikembalikan lagi ke 0. Untuk A/D n-bit diperlukan n-langkah. Jadi,
yang dilakukan adalah mencari bilangan biner yang sesuai. Oleh karena itu, pada
modul A/D ini akan selalu terdapat input MULAI PENGUBAH dan output
PENGUBAH SELESAI. Output digital tersedia baik dalam bentuk paralel (dalam n

204 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

jalur output), atau serial (n-bit berturut-turut, dimulai dengan MSB, pada satu jalur
output).
Pengubah A/D pendekatan berutang biasanya cukup cepat dan teliti. Untuk
A/D n-bit, waktu yang dibutuhkan hanya n kali waktu diam DAC. Kisar waktu
pengubah umumnya sekitar 1 s sampai 50s, dengan ketelitian antara 8 sampai 12
bit. Sedangkan harganya berkisar dari 10 sarnpai 400 ribu rupiah. Oleh karena
pengubah hanya perlu melihat input sesaat saja maka apabila input berubah selama
pengubahan berlangsung maka kesalahannya takkan Lebih besar dari perubahan input
yang terjadi saat itu. Meskipun demikian, kelemahannya bukan tidak ada; antara lain
spike pada input, ketidaklinearan yang agak aneh, serta "kehilangan kode".

3. Pengubahan Tegangan ke Frekuensi


Tegangan input analog dapat diubah menjadi deretan pulsa output yang
frekuensinya sebanding dengan level input. Hal ini mudah dilakukan, dengan
melakukan arus yang besarnya sebanding dengan tegangan input untuk mengisi
kapasitor, kemudian mengosongkannya apabila tegangan kapasitor telah mencapai
ambang yang ditentukan terlebih dahulu. Untuk ketelitian yang lebih baik, biasanya
digunakan cara umpan balik, yaitu membandingkan output rangkaian F/V (frekuensi
ke tegangan) dengan input analog, kemudian membangkitkan putsa dengan frekuensi
yang cukup untuk membuat kedua input analog, kemudian membangkitkan pulsa
dengan frekuensi yang cukup untuk membuat kedua Input komparator sama.
Untuk tegangan input maksimum, frekuensi output V/F (tegangan ke
frekuensi) berkisar antara 10 kHz sampai 1 MHz. Pengubah V/F yang tersedia di
pasaran

memiliki resolusi yang setara dengan ADC 12 bit (ketelitian 0,01 %).

Harganya tidak mahal, dan cocok apabila output dikirimkan secara digital melalui
kabel, atau jika diinginkan output berupa frekuensi (bukan kode digitalnya). Kode
digital yang sebanding dengan level input rata-rata dapat dipcroleh dengan
menghitung frekuensi output dalam selang waktu tertentu, tentu saja kalau kecepatan
tidak penting. Cara ini biasa dilakukan pada meter panel digital ketelitian sedang (3
digit).

205 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

4.

Integrasi Sisi-Tunggal
Pada teknik ini, pernbangkit gelombang segitiga internal (sumber arus +

kapasitor) dinyalakan untuk memulai pengubahan. Pada saat yang sama sebuah
pencacah diaktifkan, uriiuk menghitung banyaknya pulsa dari clock yang stabil.
Apabila tegangan gelombang telah sama, sebuah pencacah diaktifkan untuk
menghitung banyaknya pulsa dari clock yang stabil. Apabila tegangan gelombanmg
telah sama dengan level input, komparator akan menghentikan pencacah. Hasil
penghitungatn pencacah (yang merupakan output digital) sebanding dengan level
input tersebut.
Pada akhir pengubahan, kapasitor akan dikosongkan kembali dan pencacah
direset siap untuk siklus berikutnya. Cara ini kelihatannya sederhana, namun untuk
ketelitian tinggi biasanya tidak digunakan karena persyaratan kestabilan dan ketelitian
untuk kapasitor dan komparatornya sangat berat. Hal ini diatasi dengan teknik
integrasi sisi ganda.

Gambar 9.17 ADC kemiringan Tunggal


5.

Integrasi Sisi Ganda


Cara yang elok dan sangat populer ini meniadakan masalah-masalah kapasitor

dan komparator yang ditimbulkan oleh teknik integrasi sisi tunggal. Prinsipnya
ditunjukkan pada Gambar 9.18. Pertama, arus yang tepat sebanding dengan level
input mengisi sebuah kapasitor selama selang waktu tertentu. Kemudian, kapasitor
206 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

dikosongkan oleh arus konstan hingga mencapai nol lagi. Waktu yang dibutuhkan
untuk mcngosongkan kapasitor sebanding dengan level inputnya. Selama waktu
tersebut, sebuah pencacah diaktifkan. Hasil hitungannya merupakan output digital
yang diinginkan (sebanding dengan level input).

Gambar 9.18 Siklus Pengubahan Kemiringan Ganda

Integrasi sisi ganda dapat menghasilkan ketelitian sangat tinggi tanpa


memberlakukan syarat yang berat pada kestabilan komponen. Untuk kapasitor,
harganya tidak perlu terlalu stabil karena siklus pengisian dan penngosongannya
memiliki kecepatan yang berbanding terbalik dengan C.
Bersamaan dengan itu, awal dan akhir siklus memiliki tegangan sama akan
salingmeniadakan hanyutan atau kesalahan skala pada komparator. Pada beberapa
keadaan kemiringan pengisian dan pengosongan dapat dibuat sama.
Integrasi sisi ganda digunakan secara luas pada multimeter digital ketepatan
tinggi, serta modul pengubah dengan resolusi 10 sampai 18 bit. Dengan harga murah,
teknik ini mampu memberikan ketelitian tinggi, ditambah dengan peniadaan
interferensi jala jala, namun kecepatannya rendah.

6. Pengubah Delta Sigma


Diantara teknik-teknik pengubahan A/D, salah satunya adalah menggunakan
peniadaan arus input rata-rata, dengan sumber arus atau sumber muatan internal.
Gambar 9.19 memperlihatkan diagram fungsional pengubah delta-sigma. Tegangan
input memicu sebuah integrator, kemudian outputnya dibandingkan dengan tegangan

207 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

tertentu, misalnya tanah. Berdasarkan output komparator, pulsa-pulsa arus dengan


lebar tertentu (penambahan muatan tertentu) diberikan pada titik penjumlahan (atau
dialihkan ke tanah) setiap perubahan clock, dengan maksud menjaga arus rata-rata
tetap nol pada titik tersebut. Inilah prinsip penyeimbangan muatan! Sebuah pencacah
menghitung jumlah pulsa muatan yang diberikan selama jumlah clock tertentu,
katakanlah 4096 clock. Hasil penghitungan pencacah (yang sebanding dengan level
input rata-rata setama 4096 pulsa clock tersebut) adatah outputnya.

Gambar 9.19. ADC Penyeimbang Muatan Delta Sigma

Pengubah delta-sigma dapat juga dibuat dengan arus yang dibangkitkan dari
tegangan acuan stabil (melalui sebuah resistor) karena titik penjumlahan merupakan
tanah bayangan. Dalam hal ini, resistansi saklar ON harus benar-benar lebih kecil
dibandingkan resistor seri tersebut sehingga variasi Ron tidak mangakibatkan
hanyutan (drift).

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda rnengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1. Mengapa proses pengukuran besaran dengan menggunakan alat ukur listrik
analog mempunyai keterbatasan kerja?
2. Besaran listrik analog tidaklah dapat langsung diproses oleh rangkaian digital.
Sebutkanlah rangkaian elektronik yang diperlukan agar besaran analog dapat
dibaca atau diukur oleh alat ukur digital!

208 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

3. Jelaskan fungsi dari tahanan shunt dalam amperemeter!


4. Jelaskan bagaimana agar kita dapat membuat sebuah alat ukur voltmeter bila, kita
disediakan sebuah galvanometer!
5. Sebuah ohmmeter digital mengukur hambatan RX yang diketahui mempunyai
nilai 4700. Nyatakanlah tampilan pada peraga digital, jika batas ukur diietakkan
pada 10 k!
6. Jelaskan dengan singkat tentang demultiplekser!
7. Jelaskan dengan singkat tentang multiplekser!
8. Sebutkan perbedaan prinsip dari demultiplekser dan multiplekser!
9. Sebutkan perbedaan dari A/D converter dan D/A converter!
10. Mengapa kita harus melakukan proses D/A sehingga datanya dapat dibaca oleh
alat ukur analog, kapan ketelitian alat ukur digital lebih baik dibandingkan alat
ukur analog?

Petunjuk jawaban latihan


1. Proses pengukuran dengan menggunakan sistem analog dalam pembacaan
besaran listrik akan menghasilkan pengukuran yang mengalami rugi daya
sehingga hasil pengukurannya kurang teliti.
2. Diperlukan suatu pengubah besaran listrik dari besaran analog menjadi besaran
digital, yang disebut pengubah analog ke digital (analog digital converter).
3. Fungsi dari tahanan shunt adalah untuk mengalirkan arus sedemikian, hingga arus
maksimum yang lewat galvanometer tetap dalam orde mikroampere.
4. Prinsip suatu voltmeter adalah galvanometer yang diberi tahanan muka (tahanan
luar yang diseri dengan tahanan galvanometer).
5. Tampilan pada peraga digital adalah 04.70.
6. Suatu Demultiplekser adalah suatu sistem untuk menyampaikan suatu sinyal
biner (data serial) pada satu dari N baris tertentu yang dipilih dengan pertolongan

suatu alamat (address).

209 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

7. Fungsi yang dibentuk oleh multiplekser adalah untuk memilih 1 dari N sumber
data masuk dan mentransmisikan data yang terpilih ke saluran informasi tunggal.

8. Perbedaannya adalah dari iumlah terminal masukan dan jumlah terminal


keluarannya, dimana terminal masukan dari demultiplekser hanya satu dan
keluarannya lebih dari satu, sedangkan terminal masukan multiplekser lebih dari
satu dan keluarannya hanya satu.
9. A/D converter adalah proses pengubahan isyarat analog menjadi digital
sedangkan D/A converter adalah proses pengubahan isyarat digital menjadi
analog.
10. Oleh karena proses digital adalah pemrosesan isyarat yang terbebas dari
gangguan (noise) maka setelah hasilnya diubah ke dalam isyarat analog,
diharapkan akan terbentuk isyarat analog dengan kualitas yang prima.

RANGKUMAN
Proses multiplexing adalah proses pensaklaran yang mempunyai beberapa
masukan dan menghasilkan satu keluaran, sedangkan proses demultiplexing adalah
proses pensaklaran yang memiliki satu buah masukan dan menghasilkan beberapa
keluaran.
Suatu proses pengubah besaran listrik dari analog menjadi besaran digital
(analog to digital process) menggunakan A/D converter, sedangkan proses pengubah
besaran listrik dari digital menjadi besaran analog (digital to analog process)
menggunakan rangkaian D/A converter.

TES FORMATIF
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

1. Pengukuran dengan menggunakan sistem analog hasil pengukurannya kurang


teliti dibandingkan dengan sistem digital karena ....

210 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

A. pengukuran analog mengalami rugi-rugi daya


B. pengukuran analog tidak menggunakan teknologi elektronika
C. pengukuran digital lebih teliti
D. pengukuran digital memerlukan sumber tegangan sendiri
2. Mekanisme yang dipergunakan agar multimeter digital dapat mengukur besaran
listrik analog adalah ....
A. menggunakan rangkaian elektronik
B. menampilkan hasil pengukuran pada peraga digital
C. mengubah isyarat analog menjadi isyarat digital
D. mengubah isyarat digital menjadi analog
3. Proses pembandingan nilai tegangan pada terminal masukan dengan tegangan
acuan agar dapat ditampilkan pada peraga digital, dilakukan oleh rangkaian ....
A. peraga digital

B.sumber tegangan

C.. penguat awal

D. osilator kontrol tegangan

4. Susunan rangkaian hambatan pada voltmeter akan ....


A. seri

B. seri dengan tahanan galvanometer

C..paralel

D. paralel dengan tahanan galvanometer

5. Susunan rangkaian hambatan pada amperemeter adalah ...


A. Seri

B. Seri dengan tahanan galvanometer

C..paralel

D. paralel dengantahanan galvanometer

6. Galvanometer hanya untuk mengukur arus dalam orde ....


A. Ampere

B. miliampere C. mikroampere

D. nanoampere

7. Pada ohmmeter digital proses pengukuran nilai hambatan pada terminal keluaran
adalah berdasarkan proses ....
A. pemilihan tegangan acuan stabil

B. pengukuran arus

C..pengukuran tegangan

D. pengukuran hambatan

8. Tampilan pada peraga digital suatu ohmmeter digital menunjukkan angka 1. Jika
pada terminal masukannya dipasangkan hambatan 1200 maka ....
A. proses pengukuran hambatan tidak menunjukkan harga sebenarnya
B. batas ukur yang ditentukan berada pada daerah di atas nilai hambatan yang
diukur

211 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

C. batas ukur yang ditentukan berada pada daerah di bawah nilai hambatan yang
diukur
D. hambatan yang diukur tidak hernilai 1200 , tetapi bernilai 1
9.

Suatu proses pensaklaran di mana terminal masukannya hanya satu dan


keluarannya lebih dari satu, disebut proses ....
A. multiplexer

10.

B. multiplexing

C. demultiplexer

D. demultiplexing

Suatu proses yang menentukan sudut perputaran dari tangan penyambung


dalarn sistem multiplekser dan demultiplekser adalah ....
A. Kode

B. data

C. alamat

D. sinyal masukan

11. Proses pengubahan isyarat digital menjadi isyarat analog dilakukan oleh
rangkaian ......
A. D/A converter B. D/A

C. A/D converter

D. A/D

12. Dibawah ini yang bukan merupakan kesalahan utama dalam pengubah A/D dan
D/A adalah ..
A. Kesalahan offset

B. Kesalahan pengkodean

C.. Kesalahan skala

D. Ketidaklinearan

13. Fungsi kerja dari rangkaian A/D adalah ....


A. Pada bagian masukannya dihubungkan dengan demultiplekser
B. Pada bagian masukannya dihubungkan dengan multiplekser
C. Mengubah isyarat analog menjadi isyarat digital
D. Mengubah isyarat digital menjadi isyarat analog
14. Untuk menganalisis suatu rangkaian D/A dirancanglah rangkaian pengganti yang
terdiri dari hambatan dan tegangan, dimana rangkaian ini dikenal dengan
rangkaian .....
A. Pengganti sumber arus B. Pengganti sumber tegangan
C.. Thevenin

D. Tangga R-2R

15. Untuk mendapatkan pengubah digital ke analog salah satu cara yang populer
adalah dengan cara penjumlahan resistor dengan bobot, input/masukan
maksimum dari rangkaian ini selalu berharga ....
A. 2n

B. 2n-1

C. 2n-1

212 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

D. 2n-1

Kunci Jawaban Tes Formatif

1. A.

Pengukuran analog mengalami rugi daya

2. C.

Mengubah isyarat analog dengan isyarat digital

3.

D. Osilator kontrol tegangan

4.

B. Seri dengan tahanan galvanometer

5.

D. Paralel dengan tahanan galvanometer

6.

C. Mikroampere

7.

B. Pengukuran arus

8.

C. bahwa batas ukur yang ditentukan berada pada daerah dibawah nilai
hambatan yang diukur.

9.

D. Demultiplexing

10. C. Alamat
11. A. D/A converter, analog to digital
12. B. Kesalahan pengkodean
13. C. Mengubah isyarat analog menjadi isyarat digital
14. D. Tangga R-2R
15. C. 2n - 1

Petunjuk Penilaian & Tindak Lanjut


Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Test Formatif yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi:

Tingkat Penguasaan = ( Jumlah Jawaban Benar / Jumlah Soal ) x 100%


Arti tingkat penguasaan:
90 100 %

= baik sekali

80 89 %

= baik

70 79 %

= cukup

< 70%

= kurang

213 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

Apabila tingkat penguasaan mencapai 80 % atau lebih, Anda dapat


melanjutkan ke modul berikutnya. Jika masih dibawah 80%, Anda harus
mengulangi materi dalam modul ini, terutama yang belum dikuasai.
DAFTAR PUSTAKA
David Buchla & Wayne MeLachlan. (1992). Applied Electronic Instrumentation and
Measurement. Prentice Hall.
Dosen-dosen Fisika. (1997). Diktat Kuliah Fisika Dasar 2, Yayasan Pembina Jurusan
Fisika (Yanasika), jurusan Fisika FMIPA ITS Surabaya.
HeIfric & Cooper. (1995). Modern Electronic Instrumentation and Measurement
Techniques. Prentice Hall.
Jacob Millman. (398b). Mikroelektronika, Sistem Digital dan Rangkaian Analog.
Jilid l . PT Midas Surya Grafindo.
Paul Horowitz & Winfield Hill. (1980). The Art of Electronic. Cambridge Press
University.

214 | Modul 9_Alat Ukur Elektronik ~alifis

Anda mungkin juga menyukai