Anda di halaman 1dari 14

Bab V

Indikasi Permasalahan
dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini
Area beresiko sanitasi dan Penyebab utama dari 4 komponen kajian di Kabupaten
Pasaman Barat berdasarkan studi EHRA yang telah dilakukan dapat ditampilkan
sebagai berikut:
Tabel 5.1 Area beresiko sanitasi dan Penyebab utamanya
No

Area Beresiko

2
3

Wilayah Prioritas
(nagari)

Air Bangis
Batahan
Ujung Gading
Sasak Ranah
pasisia
Desa Baru
Parit
Kinali
Koto Alam
Katiagan
Muara kiawai
Lingkuang Aua
Kajai
Robi Jonggor
Talu
Sinurut
Air Gadang
Aur Kuning
Koto Baru
Kapa

Penyebab Utama Resiko

Limbah, Sampah, Drainase


Prohisan
Limbah,Sampah,Prohisan
Drainase, Limbah
Limbah, Sampah
Limbah, Drainase
Sampah,Limbah
Sampah, Limbah, Prohisan
Limbah,Sampah
Sampah,Prohisan,limbah
Limbah,Sampah,Prohisan
Sampah,Drainase
Air Limbah, Sampah,Prohisan
Sampah,Prohisan
Sampah, Limbah,Prohisan
Limbah
Limbah ,sampah,perohisan
Air Limbah,Sampah,Prohisan
Limbah,Sampah,prohisan
Limbah,Sampah,Prohisan

Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2013

Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan


menggunakan data sekunder, data primer hasil studi EHRA dan berdasarkan
hasil penilaian oleh SKPD. Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder
adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (nagari)
berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD mengenai ketersediaan layanan
fasilitas air bersih dan sanitasi dan data umum, meliputi Sambungan Rumah dan
Hidran Umum (PDAM); jumlah jamban; nama nagari, jumlah RT & RW, jumlah
populasi, luas administratif, luas terbangun; Jumlah KK miskin; serta bila data
Bab 5| 160

tersedia, luas genangan. Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD


diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi
yang dimiliki individu anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Pasaman Barat. Adapun
penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai
dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran
karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumahtangga;
kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban,
penangan air minum, buang air besar sembarangan).
Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data sekunder, diikuti
dengan penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan
area berisiko dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja berdasarkan hasil
dari ketiga data tersebut. Dari hasil penentuan area berisiko untuk Kabupaten
Pasaman Barat di dapat hasil sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Warna
Warna
Warna
Warna

Merah (angka 4) merupakan nagari beresiko sangat tinggi


Kuning (angka 3) merupakan nagari beresiko tinggi
Biru (aangka 2) merupakan nagari beresiko sedang
Hijau (angka 1) merupakan nagari beresiko rendah

Gabungan Area beresiko sanitasi Kabupaten Pasaman Barat setelah ditentukan


berdasarkan data primer (EHRA),data sekunder dan persepsi SKPD dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1.a Area beresiko kajian Data Primer ( EHRA), Data Sekunder dan
Persepsi SKPD
Kecamatan
Bab 5| 161

Nagari

Skor
berdasarkan

Skor
berdasarkan

Skor
berdasarkan

Skor
yg

skor

disepakati
0
SUNGAI BEREMAS
Air Bangis
RANAH BATAHAN
Desa Baru
Batahan
KOTO BALINGKA
Parit
SUNGAI AUR
Koto Alam
LEMBAH MALINTANG
Ujung Gading
GUNUNG TULEH
Muara Kiawai
Robi Jonggor
TALAMAU
Kajai
Talu
Sinuruik
PASAMAN
Lingkuang Aua
Aia Gadang
Aua Kuning
LUHAK NAN DUO
Koto Baru
Kapa
SASAK RANAH PASISIE
Sasak Ranah Pasisie
KINALI
Katiagan
Kinali

persepsi
SKPD
30,00%

data sekunder

data EHRA

25,00%

45,00%

3,50

3
4

2
2

3
4

2,75
3,50

4
4

2,25

2,10

2,85

3
3

1
1

2
1

2,05
1,60

3
2

3
3
3

2
1
1

2
1
1

2,30
1,60
1,60

2
2
2

3
2
2

1
1
1

2
2
2

2,05
1,75
1,75

3
2
2

2
2

2
2

1
2

1,55
2,00

2
2

2,85

3
4

1
1

2
3

2,05
2,80

3
3

Lokasi area beresiko (Nagari) berdasarkan 4 komponen ; komponen Air


Limbah komponen persampahan komponen Drainase dan komponen
Prohisan dapat dilihat pada tabel 5.1.b berikut ini.

Bab 5| 162

Gambar 5. 1
Peta Area Berisiko Sanitasi
Tabel 5.1.b

Bab 5| 163

Posisi pengelolaan sanitasi 4 komponen per nagari kabupaten Pasaman Barat


N
o
1
2
3
4
5

Kecamatan

Nagari

M
Sungai
Beremas
Ranah Batahan

Koto Balingka
Lembah
Malintang
Sungai Aua
Gunung Tuleh

9
10

Bab 5| 164

Sasak Ranah
Pasisie
Luhak Nan Duo

Kinali
Talamau

KOMPONEN
PERSAMPAHAN

Air Bangih

2
3

Batahan
Desa Baru

4
4

4
4

4
5
6
7
8

KOMPONEN AIR
LIMBAH

9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4

Parit
Ujung
Gadiang

3
4

Kapa

Koto Baru

4
4
2

2
3
2

2
1

3
2

M
4

3
2

Kinali
Kajai

Katiagan

KOMPONEN
PROHISAN

Koto Alam
Robi
Jonggor
Muaro
Kiawai
Sasak

KOMPONEN
DRAINASE

2
1

2
1

11

Pasaman

1
5
1
6
1
7
1
8
1
9

Sinuruik
Lingkuang
Aua

Aia Gadang

Aua Kuning

Talu

Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2013

a.
b.
c.
d.

Warna
Warna
Warna
Warna

Bab 5| 165

Merah (angka 4) merupakan nagari beresiko sangat tinggi


Kuning (angka 3) merupakan nagari beresiko tinggi
Biru (aangka 2) merupakan nagari beresiko sedang
Hijau (angka 1) merupakan nagari beresiko rendah

Gambar. 5.1
Posisi Pengelolaan Air Limbah

Air Limbah Domestik


Hasil Studi EHRA menggambarkan pengelolaan air limbah domestik
bahwa82,4%. masyarakat Kabupaten Pasaman Barat memiliki Tangki Septik
Suspek aman namun 95,0% juga menyatakan pencemaran karena
pembuangan isi tangki septik tidak aman dan 46,4 pencemaran karena SPAL
aman.
Gambar 5.1
Posisi pengelolaan sanitasi saat ini komponen air limbah domestik

Bab 5| 166

Gambar 5.1.a
Posisi Pembuangan Akhir Lumpur Tinja

Persampahan

Dari Hasil Studi EHRA untuk sektor Persampahan diketahui untuk Kabupaten
Pasaman Barat bahwa 97,8% pengelolaan Sampah tidak memadai,94,4%
penganggkutan sampah tidak tepat waktu dan responden menyatakan 86,7%
sampah tidak mengalami pengolahan setempat.
Gambar 5.2
Posisi pengelolaan sanitasi saat ini komponen persampahan

Bab 5| 167

Drainase
Permasalahan Genangan air di Kabupeten Pasaman Barat belum menjadi
permasalahan yang mendesak untuk resiko sanitasi, selain pemukiman yang
masih didominasi pedesaan juga kabupaten Pasaman Barat memiliki
topografi daerah yang bervariasi tingkat ketinggiannya sehingga air hujan
lebih mudah mengalir. Dari hasil Studi EHRA 19,2% responden menyatakan
ada genangan sal;ah satunya Nagari Sasak yang disebabkan oleh
pendangkalan di mulut muara yang menyebabkan terhalangnnuya arus air
sungai menuju laut dan berdampak terjadinya genanngan di pemukiman
penduduk.. untuk Nagari Air Bangis terjadi genanhgan karena sistem drainase
belum ytertata dengan baik
Gambar 5.3
Posisi pengelolaan sanitasi saat ini komponen drainase lingkungan

Prohisan
Promosi Higiene Sanitasi (Prohisan) berdasarkan hasil studi EHRA dapat
disimpulkan masyarakat yang tidak CTPS di lima waktu penting sekitar
83,1%,lantai jamban sekitar 55,3% tidak bebas dari tinja, sekitar 56,3%
jamban masyarakat tidak bebas dari tinja,penggelontor yang berfungsi hanya
39,5% dan 58,7% dari masyarakjat masih melakukan BABS dan lokasi dari
area beresiko untuk sektor Prohisan ini dapat dilihat di tabel 5.1.b

Bab 5| 168

Gambar 5.4
Posisi pengelolaan sanitasi saat ini komponen promosi higiene sanitasi
(Prohisan)
tatanan rumah tangga

Bab 5| 169

Gambar 5.1.a
Peta Area Berisiko Air Limbah Domestik

Bab 5| 170

Gambar 5.1.b
Peta Area Berisiko Persampahan

Bab 5| 171

Gambar 5.1.c
Peta Area Berisiko Drainase

Bab 5| 172

Gambar 5.1.d
Peta Area Berisiko Prohisan

Bab 5| 173

Anda mungkin juga menyukai