KELOMPOK 8
NAMA : 1. Rison B Paulus Sugianto (18110037)
2. Muhammad An-Nuur Pratama (18110006)
3. Agry Vrikli Faat Rasyid (18110031)
4. Aprilia Ardila (18110033)
5. Nancy Esterlin Baly (18110004)
Dari posisi ini kelihatan bahwa Provinsi Riau berbatasan langsung dengan
4(empat) Provinsi lainnya, yaitu; Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jambi dan Kepulauan Riau. Di samping itu juga berhadapan langsung
dengan 2 (dua) Negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia. Kondisi ini
secara ekonomi justru akan memberikan keuntungan bagi Provinsi Riau
apabila bisa memanfaatkan setiap peluang yang ada.
Secara administrasi Provinsi Riau terbagi menjadi 10 Kabupaten dan 2 Kota
dengan Kecamatan 166 Kecamatan meliputi
Desa/Kelurahan1.846Desa/Kelurahan dimana Kabupaten Kampar dengan
kecamatan terbanyak (21 kecamatan) dan Kabupaten Kampar dengan
Kelurahan/Desa terbanyak (245 kelurahan/Desa).
B. Tata lahan
Provinsi Riau memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0%-2% (datar)
seluar 1.157.006 hektar, kemiringan lahan 15%-40% (curam) seluas737.966
hektar dan daerah dengan topografi yang memiliki kemiringan sangat curam
(>40%) seluas 550.928 hektar (termasuk Provinsi Kepulauan Riau) dengan
ketinggian rata-rata 10 meter diatas permukaan laut. Secara umum topografi
Provinsi Riau merupakan daerah dataran rendah dan bergelombang dengan
ketinggiam pada beberapa kota yang terdapat di wilayah Provinsi Riau
antara 2-91 meter diatas permukaan laut.
C. Batas Wilayah
Di daerah daratan terdapat 15 sungai, di antaranya ada 4 sungai yang
mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan seperti Sungai Siak
(300km) dengan kedalaman 8-12m, Sungai Rokan (400 km) dengan
kedalaman 6-8m, Sungai Kampar (400 km) dengan kedalaman lebih kurang
6m dan Sungai Indragiri (500km) dengan kedalaman 6-8m.Ke empat sungai
yang membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit Barisan bermuara di
Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu di pengaruhi pasang surut laut.
2. Analisis Derajat/ Masalah Kesehatan
A. Motalitas
a). Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup
B. Morbiditas
a).Angka Penderita TB Paru BTA+
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa jumlah kasus HIV mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dengan jumlah peningkatan tertinggi antara
tahun 2014-2015 sebanyak 100 kasus. Jumlah kasus AIDS juga mengalami
kenaikan dari tahun 2012 dan menurun pada tahun 2016 menjadi 294 kasus.
Jumlah kematian akibat AIDS di Provinsi pada tahun 2016 dilaporkan sebanyak
30 kasus
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa rumah sehat yang memenuhi syarat
kesehatan di Provinsi Riau pada tahun 2016 mengalami peningkatan dibanding
tahun sebelumnya. Salahsatu strategi yang bisa dikembangkan untuk
meningkatkan rumah sehat adalah memperkuat jejaring .
penyehatan permukiman hingga tingkat daerah (provinsi dankabupaten/kota)
bekerja sama dengan tim penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
(PKK). Kader PKK tersebut dapat diberdayakan sebagai kader kesehatan
lingkungan yang menilai rumah dengan instrument kartu rumah.
b). Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak
Jenis sarana akses air minum yang di pantau meliputi : Sumur Gali (SGL)
Terlindung, SGL dengan Pompa, Sumur Bor dengan Pompa,Terminal Air, Mata
Air Terlindung, Penampungan Air Hujan (PAH), Perpipaan BPSPAM. Pada
tahun 2016, persentase penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air
minum berkualitas (layak) di Provinsi Riau adalah sebesar 41,4%.Persentase ini
menurun di bandingkan tahun 2015(47,2%). Persentase penduduk yang
memiliki akses air minum yang layak di kabupaten/kota dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Adapun yang Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan STBM adalah masih
belum optimalnya investasi bidang air minum dan sanitasi khususnya di daerah
perkotaan seperti investasi untuk PDAM serta disparitas capaian antar provinsi
untuk pelayanan air minum dan sanitasi di perdesaan dan akselerasi edukasi
perilaku sehat melalui pelaksanaan STBM. Untuk mengatasi kendala tersebut,
maka dilakukan upaya peningkatan advokasi untuk meningkatkan investasi
bidang air minum dan sanitasi terutama untuk masyarakat miskin, perluasan
penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat melalui program Air
Bersih untuk Rakyat serta meningkatkan edukasi perilaku sehat dengan
akselerasi STBM.
Bila dikelompokan rumah sakit berdasarkan dua kategori maka rumah sakit
umum sebanyak 79% sedangkan untuk rumah sakit khusus sebanyak 21%yang
tersebar diseluruh Provinsi Riau. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang
diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit
umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit.
Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.Rumah
sakit juga dikelompokkan menurut kelas berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan menjadi kelas A, kelas B, kelas C, dan kelas D. Demikian juga untuk
rumah sakit berdasarkan kelasnya, maka pada tahun 2016 sebagian besar rumah
sakit tergolong kelas C. Dari jumlah 71 rumah sakit, terdapat 38 rumah sakit
kelas C, 24 rumah sakit kelas D, 8 rumah sakit kelas B, 1 rumah sakit kelas A.
b). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
menyebutkan bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untukmencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya. Puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan tenaga
kesehatan.
Jumlah puskesmas di Provinsi Riau sampai dengan Bulan Desember 2016
sebanyak 213 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 92 unit puskesmas rawat inap
dan 121 unit puskesmas non rawat inap. Jumlah ini meningkat dibandingkan
tahun 2015 yaitu sebanyak 212 unit Puskesmas dengan jumlah Puskesmas rawat
inap sebanyak 92 unit dan Puskesmas non rawat inap sebanyak 120 unit.
Dalam upaya pemberian pelayanan kesehatan makin merata dan bermutu,
ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dasar sangat diperlukan.Untuk itu,
Puskesmas di dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat,
Puskesmas juga dibantu satu atau beberapa Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas Keliling.
c). Rumah Bersalin
Adapun tujuan dari berdirinya Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan adalah
membantu masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
dan masyarakat diwilayahnya.Jumlah Rumah Bersalin di Provinsi Riau pada
tahun 2016 sebanyak 286 unit dan jumlah ini meningkat dibandingkan dengan
tahun 2015 sebanyak 215 unit.
Sedangkan selama kurun waktu5(lima) tahun terakhir, sejak tahun 2012 hingga
tahun 2016 jumlah sarana pelayanan kefarmasian seperti apotik dan toko obat
menunjukan kecenderungan meningkat. Di Provinsi Riau tahun 2016 terjadi
peningkatan toko obat sekitar 7,6% dibandingkan toko obat yng ada pada tahun
2015. Demikian juga apotik yang ada tahun2016 terjadi peningkatan sekitar
15,7% bila dibandingkan dengan apotik yang ada pada tahun 2015.Untuk
melihat gambaran peningkatan keberadaan apotik dan toko obat di Provinsi
Riau sejak tahun 2012–2016 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
g.
Upaya
5) Poskesdes
Jumlah poskesdes yang beroperasi pada tahun 2016 sebanyak 933 unit.
B. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan di Provinsi Riau tahun 2016 berjumlah 24.908 orang.
Daftar Masalah
Masalah kesehatan:
1. Penyakit Kusta
Provinsi Riau menemukan sebayank 209 penderita kusta . Umur 0-14
tahun terdapat 4,58%. Dan yang menderita cacat tingkat 2 berjumlah 12
tercapai 7,8%. Penyakit menular yang bisa lewat cairan, dibagi atas dua
jenis penyakit yakni kusta basah dan kering. Dari 209 kasus yang
ditemukan di Riau. Untuk tipe kusta kering sebayank 13 orang sedangkan
kusta basah 196 orang.
2. Diare
Pada tahun 2010 jumlah kasus Diare di kota pekan baru provinsi Riau
terdapat kasus sebanyak 793, berkurang menjadi 651 kasus pada tahun
2011.
Data ini adalah data 12 kecamatan yang ada di provinsi Riau
Jumlah target penemuan kasus Diare sebanyak 175.526 dan diare yang di
tangani sebanyak 113.874
3. Kasus AFP (Non Polio)
Pada tahun 2016 ditemukan kasus AFP (Non Polio) di 12 Kecamatan
yaitu sebanyak 17 kasus.
4. Demam Berdarah Dengue
Pada tahun 2016 terdapat kasus DBD sebanyak 4.066 kasus dan yang
meninggal sebanyak 39 orang.
5. Filariasis
Terdapat kasus baru ditemukan di Povinsi Riau yaitu filariasis jumlah
seluruh kasus sebanyak 231.
6. Obesitas
Jumlah yang menderita obesitas di provinsi Riau sebanyak 23.184.
7. Gizi Buruk
Di provinsi Riau pada 12 Kecamatan ditemukan kasus Gizi Buruk pada
Balita sebanyak 226. Kasus ini terjadi karena perilaku orang tua yang
tidak pernah membawa anaknya ke posyandu.
8. Kasus Tb
Pada tahun 2016 Terdapat 12 Kecamatan di provinsi Riau terkena kasus
baru Tb dengan jumlah 61,87 orang. Dengan jumlah keseluruhan kasus
68,77.