Anda di halaman 1dari 26

RESISTOR

Resistor merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk


membatasi arus listrik dan juga digunakan sebagai pembagi tegangan
listrik, atau resistor dapat dikatakan juga sebagai penentu besarnya
suatu arus dan tegangan listrik pada suatu rangkaian elektronika.
Satuan besarnya nilai tahanan suatu resistor adalah Ohm (). Ohm
diambil dari seseorang bernama George Simon Ohm yang
berkebangsaan Jerman, dimana dia adalah fisikawan penemu
hubungan antara arus, tegangan dan tahanan pada suatu rangkaian
listrik yang kemudian dikenal sebagai hukum Ohm.
SIMBOL

NILAI SEBUAH RESISTOR

DISIPASI DAYA

Jika suatu arus listrik yang melewati resistor meningkat,


maka akan dihasilkan panas dan jika arus tersebut terus
meningkat hingga melewati batas maksimum maka
resistor akan rusak. Untuk mencegah hal tersebut, selain
memiliki nilai tahanan dan toleransi, resistor juga
memiliki nilai disipasi dalam Watt.
Biasanya nilai disipasi pada resistor adalah 1/16W, 1/8W,
1/4W, 1/2W, 1W, 2W, 5W, dan seterusnya. Nilai disipasi
pada resistor berguna agar sebuah resistor dapat
bertahan dari panas, pada kondisi arus listrik maksimum
yang melewatinya. Semakin besar nilai disipasinya
semakin besar ukuran resistor-nya. Untuk menentukan
daya yang akan mengalir melalui resistor digunakan
rumus berikut ini.

Dimana:
P adalah daya dalam Watt (W)
V adalah tegangan dalam Volt (V)
I adalah arus listrik dalam Ampere (A)
R adalah tahanan resistor dalam Ohm ()

P = V2 / R = 122 / 47 = 144 / 47 = 3,1 Watt


Resistor akan terdisipasi panas sebesar 3,1 Watt, jadi
hendaknya pada rangkaian tersebut digunakan resistor
dengan nilai disipasi diatas 3,1 Watt (misal 5W) untuk
menghindari kerusakan pada resistor.

MACAM-MACAM RESISTOR

POTENSIOMETER
Resistor ini memiliki tuas putar atau geser yang
berfungsi untuk merubah nilai tahanan-nya.
Biasanya potensiomenter digunakan pada tombol
pengatur volume, bass, treble, dan equalizer pada
perangkat audio seperti amplifier dan mini compo.

2.2.6. NTC DAN PTC

Kedua jenis resistor ini merupakan jenis resistor


nonlinier yang nilai tahanan-nya tergantung dari
temperatur atau suhu. Pada NTC (Negative
Temperature Co-efficient) nilai tahanan-nya akan
berkurang jika temperaturnya naik, sedangkan PTC
(Positive Temperature Co-efficient) nilai tahanan-nya
akan bertambah seiring dengan naiknya temperatur.

Pada gambar a. paling sebelah kiri merupakan simbol NTC disebelah kanannya
merupakan bentuk-bentuk NTC sebenarnya. Pada gambar b. paling sebelah kiri
merupakan simbol dari PTC dan disebelah kanannya merupakan bentuk-bentuk
nyata dari PTC. Resistor jenis ini biasa digunakan sebagai sensor suhu pada suatu
peralatan elektronika.

LDR

LDR (Light Dependent Resistor) adalah jenis resistor


nonlinier yang nilai tahanan-nya berubah-ubah terhadap
perubahan cahaya
Pada gambar dibawah merupakan contoh bentuk LDR yang
sering digunakan pada rangkaian elektronika. Pada
rangkaian elektronika LDR biasa digunakan sebagai sensor
cahaya

DIODA

Dioda adalah komponen elektronika yang hanya


memperbolehkan arus listrik mengalir dalam satu arah
sehingga dioda biasa disebut juga sebagai Penyearah.
Dioda terbuat dari bahan semikonduktor jenis silicon dan
germanium. Simbol dioda dalam rangkaian elektronika
diperlihatkan pada gambar berikut.
Dioda terbuat dari penggabungan dua tipe semikonduktor
yaitu tipe P (Positive) dan tipe N (Negative), kaki dioda
yang terhubung pada semikonduktor tipe P dinamakan
Anode sedangkan yang terhubung pada semikonduktor
tipe N disebut Katode.

Pada bentuk aslinya pada dioda terdapat tanda


cincin yang melingkar pada salah satu sisinya, ini
digunakan untuk menandakan bahwa pada sisi
yang terdapat cincin tersebut merupakan kaki
Katode.
Arus listrik akan sangat mudah mengalir dari
anoda ke katoda hal ini disebut sebagai ForwardBias tetapi jika sebaliknya yakni dari katoda ke
anoda, arus listrik akan tertahan atau tersumbat
hal ini dinamakan sebagai Reverse-Bias. Untuk
lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
Tegangan yang melewati dioda dalam keadaan
forward-bias akan turun sebesar 0,7V pada
Silicon, 0,3V pada Germanium.

SIMBOL, DAN GBR ARUS PADA DIODA

MACAM DIODA

Diode Zener
Dioda zener memiliki nilai tegangan yang telah ditentukan
dalam pembuatan-nya, nilai tegangan ini mempunyai
rentang dari beberapa volt hingga ratusan volt dan toleransi
dioda zener berkisar antara 5% - 10%. Pada aplikasinya di
dalam rangkaian elektronika, dioda zener berfungsi sebagai
pengatur tegangan (regulator) dengan berperan sebagai
beban

Dioda zener akan mengalirkan banyak arus


listrik jika tegangan terlalu tinggi, dan
mengurangi arus listrik jika tegangan terlalu
rendah, sehingga menyebabkan tegangan
stabil. Seperti pada contoh gambar diatas
tegangan dari sumber tegangan adalah 12V
tetapi tegangan yang terukur pada Rload
adalah 9V sama dengan nilai tegangan dioda
zener.

LED (LIGHT EMITING DIODE)

LED merupakan jenis dioda yang jika diberikan tegangan


forward-bias akan menimbulkan cahaya dengan warnawarna tertentu seperti merah, hijau, dan kuning.
Simbol LED hampir sama dengan simbol dioda hanya saja
pada simbol LED ditambahkan dua garis panah ke arah luar
seperti ter-ilustrasi pada gambar diatas. LED dalam
rangkaian elektronika biasa digunakan sebagai lampu
indikator

PHOTO DIODA

Photodioda adalah dioda yang bekerja berdasarkan intensitas


cahaya, dimana jika photodioda terkena cahaya maka photodioda
bekerja seperti dioda pada umumnya, tetapi jika tidak mendapat
cahaya maka photodioda akan berperan seperti resistor dengan
nilai tahanan yang besar sehingga arus listrik tidak dapat
mengalir.
Simbol dan bentuk photodioda hampir sama dengan LED, tetapi
pada simbol photodioda arah dua panahnya menghadap ke dalam.
Photodioda banyak digunakan sebagai sensor cahaya dalam dunia
elektronika, karena sifatnya yang peka terhadap cahaya

TRANSISTOR

Transistor merupakan komponen aktif yang terbuat


dari bahan semikonduktor dan memegang peranan
penting dalam suatu rangkaian elektronika. Pada
umumnya transistor digunakan sebagai penguat
(amplifier) dan transistor juga dapat berfungsi
sebagai sakelar.
Menurut dari prinsip kerjanya transistor dibagi
menjadi dua jenis yaitu; Transistor Bipolar (dwi
kutub) dan Transistor Efek Medan (FET Field
Effect Transistor).

TRANSISTOR BIPOLAR

Transistor Bipolar adalah transistor yang paling


umum digunakan di dunia elektronika. Transistor
ini terdiri dari 3 lapisan material semikonduktor
yang terdiri dari dua formasi lapisan yaitu lapisan
P-N-P (Positif-Negatif-Positif) dan lapisan N-P-N
(Negatif-Positif-Negatif). Sehingga menurut dua
formasi lapisan tersebut transistor bipolar
dibedakan kedalam dua jenis yaitu transistor PNP
dan transistor NPN.
Seperti terlihat pada gambar diatas transistor
memiliki tiga kaki yang masing-masing diberi nama
B (Basis), K (Kolektor), dan E (Emiter). Perbedaan
fungsi dari jenis transistor ini (PNP atau NPN)
terletak pada polaritas pemberian tegangan bias
dan arah arus listrik yang selalu berlawanan.

Fungsi dari transistor bipolar itu sendiri adalah sebagai


pengatur arus listrik (regulator arus listrik), dengan kata
lain transistor dapat membatasi arus yang mengalir dari
Kolektor ke Emiter atau sebaliknya (tergantung jenis
transistor, PNP atau NPN) berdasarkan pada jumlah arus
listrik yang diberikan pada kaki Basis

GAMBAR TRANSISTOR

FIELD EFFECT TRANSISTOR (FET)

FET memiliki tiga kaki terminal yang masing-masing


diberi nama Drain (D), Source (S), dan Gate (G). FET
beroperasi dengan cara mengendalikan aliran
elektron dari terminal Source ke Drain melalui
tegangan yang diberikan pada terminal Gate.
Perbedaan mendasar antara FET dan transistor
bipolar adalah; jika transistor bipolar mengatur besar
kecil-nya arus listrik yang melalui kaki Kolektor ke
Emiter atau sebaliknya melalui seberapa besar arus
yang diberikan pada kaki Basis, sedangkan pada FET
besar kecil-nya arus listrik yang mengalir pada Drain
ke Source atau sebaliknya adalah dengan seberapa
besar tegangan yang diberikan pada kaki Gate.

GAMBAR FET

TRANSFORMATOR

Transformator atau biasa disebut juga sebagai


trafo, merupakan perangkat elektronika yang
bekerja dengan sistem induksi. Transformator itu
sendiri merupakan kumparan kawat atau kabel
yang dililitkan pada suatu inti, transformator pada
umumnya terdapat dua kumparan yaitu kumparan
Primer dan kumparan Sekunder.
Fungsi transformator itu sendiri adalah sebagai
konverter tegangan, dari tegangan yang lebih besar
ke tegangan yang lebih kecil (biasa disebut
Transformator Step Down) atau dari tegangan yang
lebih kecil ke tegangan yang lebih besar (biasa
disebut Transformator Step Up).

GAMBAR DAN SIMBOL TRAFFO

PRINSIP KERJA TRAFFO

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa


transformator terdiri dari dua buah kumparan yakni
kumparan primer dan sekunder yang bekerja
dengan sistem induksi, untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar berikut.
Pada saat tegangan sebesar V1 (220V AC) diberikan
pada kumparan PRIMER, arus AC Ip pun mengalir
pada kumparan PRIMER yang menghasilkan medan
magnet pada INTI FERIT. Medan magnet tersebut
menginduksi kumparan SEKUNDER sehingga
menghasilkan tegangan V2 (24V AC) pada kumparan
SEKUNDER yang terhubung dengan beban R (30
Ohm).

Pada saat tegangan sebesar V1 (220V AC) diberikan pada


kumparan PRIMER, arus AC Ip pun mengalir pada kumparan
PRIMER yang menghasilkan medan magnet pada INTI FERIT.
Medan magnet tersebut menginduksi kumparan SEKUNDER
sehingga menghasilkan tegangan V2 (24V AC) pada kumparan
SEKUNDER yang terhubung dengan beban R (30 Ohm).

HUBUNGAN ANTATAR PRIMER DAN SEKUNDER


Dimana:
Vs = Tegangan SEKUNDER
Vp = Tegangan PRIMER
Ns = Jumlah lilitan SEKUNDER
Np = Jumlah lilitan PRIMER
Dimana:
Ip = Arus PRIMER
Is = Arus SEKUNDER
Sedangkan daya dari transformator dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut:
P = Vs x Is (Watt)
Dimana:
Ps = Daya kumparan SEKUNDER (Watt)
Pp = Daya kumparan PRIMER (Watt)

Anda mungkin juga menyukai