Anda di halaman 1dari 15

Komponen Elektronika dan fungsinya.

Tak kenal maka tak sayang, siapa yang tidak tahu


sepotong kalimat ini. Kalimat peribahasa ini tentu temen temen juga sudah pernah
mendengarnya.
Ya betul, tak kenal maka tak sayang, jadi kalo pengen sayang sayangan ya harus kanal dulu,
betul? Begitu juga di dunia rangkaian elektronika ini, temen temen yang pengen belajar lebih
mendalam tentang elektronika ini pun harus mengenal terlebih dahulu apa itu komponen
elektronika dan fungsinya. Tanpa pengetahuan ini, teman teman akan sangat disayangkan
nantinya karena sudah mendalami tentang elektronika tapi temen temen malah tidak tau
misalkan seperti apa bentuknya, dan seperti apa fungsinya.
Oke,, bahasan kali ini kita akan mencoba membahas tentang komponen elektronika dan
fungsinya. Dimulai dari yang simple simple saja, misalkan seperti resistor, kapasitor,
induktor, diode dan lain sebagainya. Siap untuk lanjut? Mari kita bahas satu persatu.
1. RESISTOR

Tahanan listrik yang ada pada sebuah penghantar dilambangkan dengan huruf R , tahanan
merupakan komponen yang didesain untuk memiliki besar tahanan tertentu dan disebut pula
sebagai resistor.
Rumusnya adalah sebagai berikut :
R = V/I
dimana :
R = Tahanan dengan satuan Ohm
V = Tegangan dengan satuan Volt
I = Arus dengan satuan Ampere

Beberapa kategori resistor adalah resistor linear dan resistor non linear. Resistor linear adalah
resistor yang bekerja sesuai dengan hukum ohm sedangkan Resistor non Linear adalah
resistor yang dimana perubahan nilainya dikarenakan oleh kepekaan tertentu (peka cahaya,
peka panas, peka tegangan listrik).
2. KAPASITOR

Kapasitor merupakan komponen yang berfungsi untuk penyimpan muatan listrik yang
dibentuk dari dua permukaan yang berhubungan tapi dipisahkan oleh satu penyekat.
Besarnya kapasitansi dapat dihitung dengan rumus seperti berikut ini :
Kapasitansi C = ( Muatan Q / Tegangan V ).
Kapasitor adalah suatu komponen elektronika yang berfungsi untuk menyimpan arus listrik
dalam bentuk muatan. sebuah kapasitor pada dasarnya terbuat dari dua buah lempengan
logam yang saling sejajar satu sama lain dan diantara kedua logam tersebut terdapat bahan
isolator yang sering disebut dielektrik.
Fungsi kapasitor adalah pada rangkaian rangkaian elektronika biasanya adalah sebagai
berikut:
Kapasitor sebagai kopling, dilihat dari sifat dasar kapasitor yaitu dapat dilalui arus ac dan
tidak dapat dilalui arus dc dapat dimanfaatkan untuk memisahkan 2 buah rangkaian yang
saling tidak berhubungan secara dc tetapi masih berhubungan secara ac(signal), artinya
sebuah kapasitor berfungsi sebagai kopling atau penghubng antara 2 rangkaian yang berbeda.
Kapasitor berfungsi sebagai filter pada sebuah rangkaian power supply, yang saya maksud
disini adalah kapasitor sebagai ripple filter, disini sifat dasar kapasitor yaitu dapat menyimpan
muatan listrik yang berfungsi untuk memotong tegangan ripple.

Kapasitor sebagai penggeser fasa.


Kapasitor sebagai pembangkit frekuensi pada rangkaian oscilator.
Kapasitor digunakan juga untuk mencegah percikan bunga api pada sebuah saklar.
Jenis-jenis kapasitor
Berdasarkan bahan dielektrik dan penggunaannya, kapasitor dibagi menjadi beberapa jenis
seperti berikut.
a. Kapasitor variabel (Varco)
Kapasitor ini digunakan untuk tuning pesawat radio atau mencari gelombang radio. Kapasitor
ini menggunakan udara sebagai bahan dielektriknya. Kapasitor jenis ini menggunakan pelat
yang tidak dapat digerakkan (stator) dan pelat yang dapat digunakan (rotor). Varco biasanya
terbuat dari bahan aluminium. Dengan memutar tombol, luas pelat yang berhadapan dapat
diataur sehingga kapasitas kapasitor dapat diubah. Dengan mengubah kapasitas kapasitor,
frekuensi sirkuit yang dicari dapat distel. Berikut ditunjukkan suatu varco.
b. Kapasitor keramik
Kapasitor keramik mempunyai dielektrik yang terbuat dari keramik. Kapasitor ini memiliki
elektroda logam dan dielektritnya terdiri atas campuran titanium oksida dan oksida lain.
Kekuatan dielektriknya baik sekali sehingga mempunyai kapasitas yang besar. Meskipun
demikian, ukuran kapasitor keramik relatif kecil. Kapasitor keramik digunaka untuk meredam
bunga api, seperti pada bunga api yang timbul pada platina kendaraan bermotor.
d. Kapasitor plastik
Kapasitor plastik mempunyai selaput plastik sebagai dielektriknya. Kapasitor ini mempunyai
elektroda logam dan lapisan dielektrik yang terbuat dari bahan polisterina, milar atau teflon
dengan tebal 0,0064 mm. Kapasitor plastik digunakan untuk koreksi faktor daya dalam
sisitem daya listrik pada fisi nuklir, pembentukan logam hidrolik, penyelidikan plasma
dielektrik.
e. Kapasitor elektrolit (Elco)
Kapasitor elektrolit mempunyai dielektrik berupa oksida aluminium. Elektroda positif terbuat
dari bahan logam, seperti aluminium dan tantalum, sedangkan elektroda negatif terbuat dari
bahan elektrolit. Bahan dielektrik digunakan untuk melapisi elektroda negatif. Tebal lapisan
oksida sekitar 0,0001 mm. Kapasitor ini hanya digunakan pada tegangan DC yang berdenyut
pada rangkaian radio, televisi, telefon, telegraf, peluru kendali, dan perlengkapan komputer.
Fungsi elco adalah sebagai perata denyut arus listrik.
3. TRANSISTOR

Transistor adalah komponen elektronika yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit
pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai
fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus
inputnya atau tegangan inputnya, memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari
sirkuit sumber listriknya.
Transistor berasal dari bahasa transfer yang artinya pemindahan dan resistor yang berarti
pengambat. Jadi pengertian transistor dapat di kategorikan sebagai emindahan atau peralihan
bahan setengah penghantar menjadi penghantar pada suhu tertentu.
Fungsi dari transistor bermacam-macam, di mana dapat juga berfungsi semacam kran listrik,
dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan
pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan
tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus
output Kolektor.
Transistor pertama kali di temukan oleh William Shockley, John Barden, dan W. H Brattain
pada tahun 1948. Dan mulai di pakai dalam praktek pada tahun 1958. Ada 2 jenis transistor,
yaitu transistor tipe P N P dan transistor jenis N P N.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah rangkaian elektronika.
Seperti halnya dalam rangkaian analog yang di gunakan dalam amplifier (penguat). Dalam
sebuah rangkaian-rangkaian digital , transistor di gunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi.
Beberapa pengertian transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi
sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya.
Cara kerja transistor pada umumnya hampir sama dengan resistor, yang memiliki tipe-tipe
dasar modern. Ada dua tipe dasar modern, yaitu bipolar junction transistor (BJT atau
transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara
berbeda.
Transistor juga memiliki jenis-jenis yang berbeda-beda. Secara umum transistor dapat
dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori, seperti Materi semikonduktor, Kemasan fisik,
Tipe, Polaritas, Maximum kapasitas daya, Maximum frekuensi kerja, Aplikasi dan masih
banyak jenis lainnya.
atau yang sering di sebut trafo adalah komponen elektronika yang dapat menghubungkan
jaringan listrik yang mempunyai berbagai macam tegangan sehingga tenaga listrik dapat

didistribusikan secara meluas dan berfungsi untuk mengubah (menaikkan/menurunkan)


tegangangan listrik bolak-balik (AC).
4. TRANSFORMATOR

transformator terdiri atas inti besi, kumparan


primer, dan kumparan sekunder. Pengertian Transformator memiliki dua terminal yaitu,
terminal input terdapat pada kumparan primer, dan terminal output terdapat pada kumparan
sekunder. Dengan transformator, generator (380 Volt), saluran transmisi (150 kV) dan beban
beban listrik (220/230 Volt) dapat bekerja bersamaan pada tegangan yang berbeda.
Bentuk dasar dari pengertian transformator adalah sepasang ujung pada bagian primer dan
sepasang ujung pada bagian sekunder. Bagian primer dan skunder merupakan lilitan kawat
email yang tidak berhubungan secara elektris. Kedua lilitan kawat ini dililitkan pada sebuah
inti yang dinamakan inti trafo. Biasanya inti pengertian transformator terbuat dari lempengan
besi yang disusun menjadi satu membentuk teras besi. Sedangkan trafo frekuensi tinggi di
gunakan pada rangkaian radio yang menggunakan inti ferit (serbuk besi yang dipadatkan).
Transformator step down di gunakan pada rangkaian elektronik yang bertegangan rendah.
Trafo jenis ini pada bagian primernya kita hubungkan dengan tegangan AC misalnya 220 volt
maka pada bagian skundernya akan mengeluarkan tegangan yang lebih rendah.
Transformator step up adalah kebalikan dari transformator step down yang di gunakan untuk
menaikan teganganlistrik AC. Contoh dari penggunaan transformator step up adalah pada
rangkaian emergency light/lampu darurat yang menyala saat PLN padam dan UPS pada PC.
Prinsip kerja transformator pada tegangan DC (searah) yang berasal dari battery diubah
menjadi tegangan AC (bolak-balik) lalu dinaikan menjadi 220 volt oleh trafo sehingga
mampu menyalakan lampu atau PC di saat PLN padam.
Jenis-Jenis Transformator yang lain adalah trafo OT(Output Trafo) dan IT(Input Trafo). Trafo
jenis ini banyak digunakan pada peralatan audio. Untuk trafo frekuensi tinggi mungkin nanti
akan kita bahas pada bagian Radio Frekuensi (RF) karena penggunaannya lebih banyak
dalam rangkaian2 RF.
5. INDUKTOR

Sebuah induktor atau reaktor adalah sebuah


komponen elektronika pasif (kebanyakan berbentuk torus) yang dapat menyimpan energi
pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melintasinya. Kemampuan
induktor untuk menyimpan energi magnet ditentukan oleh induktansinya, dalam satuan
Henry. Biasanya sebuah induktor adalah sebuah kawat penghantar yang dibentuk menjadi
kumparan, lilitan membantu membuat medan magnet yang kuat di dalam kumparan
dikarenakan hukum induksi Faraday. Induktor adalah salah satu komponen elektronik dasar
yang digunakan dalam rangkaian yang arus dan tegangannya berubah-ubah dikarenakan
kemampuan induktor untuk memproses arus bolak-balik.
Sebuah induktor ideal memiliki induktansi, tetapi tanpa resistansi atau kapasitansi, dan tidak
memboroskan daya. Sebuah induktor pada kenyataanya merupakan gabungan dari induktansi,
beberapa resistansi karena resistivitas kawat, dan beberapa kapasitansi. Pada suatu frekuensi,
induktor dapat menjadi sirkuit resonansi karena kapasitas parasitnya. Selain memboroskan
daya pada resistansi kawat, induktor berinti magnet juga memboroskan daya di dalam inti
karena efek histeresis, dan pada arus tinggi mungkin mengalami nonlinearitas karena
penjenuhan.
Fisika
Induktansi (L) (diukur dalam Henry) adalah efek dari medan magnet yang terbentuk disekitar
konduktor pembawa arus yang bersifat menahan perubahan arus. Arus listrik yang melewati
konduktor membuat medan magnet sebanding dengan besar arus. Perubahan dalam arus
menyebabkan perubahan medan magnet yang mengakibatkan gaya elektromotif lawan
melalui GGL induksi yang bersifat menentang perubahan arus. Induktansi diukur berdasarkan
jumlah gaya elektromotif yang ditimbulkan untuk setiap perubahan arus terhadap waktu.
Sebagai contoh, sebuah induktor dengan induktansi 1 Henry menimbulkan gaya elektromotif
sebesar 1 volt saat arus dalam indukutor berubah dengan kecepatan 1 ampere setiap sekon.
Jumlah lilitan, ukuran lilitan, dan material inti menentukan induktansi.
Faktor Q
Sebuah induktor ideal tidak menimbulkan kerugian terhadap arus yang melewati lilitan.
Tetapi, induktor pada umumnya memiliki resistansi lilitan dari kawat yang digunakan untuk
lilitan. Karena resistansi lilitan terlihat berderet dengan induktor, ini sering disebut resistansi

deret. Resistansi deret induktor mengubah arus listrik menjad bahang, yang menyebabkan
pengurangan kualitas induktif. Faktor kualitas atau "Q" dari sebuah induktor adalah
perbandingan reaktansi induktif dan resistansi deret pada frekuensi tertentu, dan ini
merupakan efisiensi induktor. Semakin tinggi faktor Q dari induktor, induktor tersebut
semakin mendekati induktor ideal tanpa kerugian.
Faktor Q dari sebuah induktor dapat diketahui dari rumus berikut, dimana R merupakan
resistansi internal dan \omega{}L adalah resistansi kapasitif atau induktif pada resonansi:
Q = \frac{\omega{}L}{R}
Dengan menggunakan inti feromagnetik, induktansi dapat ditingkatkan untuk jumlah
tembaga yang sama, sehingga meningkatkan faktor Q. Inti juga memberikan kerugian pada
frekuensi tinggi. Bahan inti khusus dipilih untuk hasil terbaik untuk jalur frekuensi tersebut.
Pada VHF atau frekuensi yang lebih tinggi, inti udara sebaiknya digunakan.
Lilitan induktor pada inti feromagnetik mungkin jenuh pada arus tinggi, menyebabkan
pengurangan induktansi dan faktor Q yang sangat signifikan. Hal ini dapat dihindari dengan
menggunakan induktor inti udara. Sebuah induktor inti udara yang didesain dengan baik
dapat memiliki faktor Q hingga beberapa ratus.
Sebuah kondensator nyaris ideal (faktor Q mendekati tak terhingga) dapat dibuat dengan
membuat lilitan dari kawat superkonduktor pada helium atau nitrogen cair. Ini membuat
resistansi kawat menjadi nol. Karena induktor superkonduktor hampir tanpa kerugian, ini
dapat menyimpan sejumlah besar energi listrik dalam lilitannya
Induktor sering digunakan pada sirkuit analog dan pemroses sinyal. Induktor berpasangan
dengan kondensator dan komponen lain membentuk sirkuit tertala. Penggunaan induktor
bervariasi dari penggunaan induktor besar pada pencatu daya untuk menghilangkan dengung
pencatu daya, hingga induktor kecil yang terpasang pada kabel untuk mencegah interferensi
frekuensi radio untuk dprd melalui kabel. Kombinasi induktor-kondensator menjadi
rangkaian tala dalam pemancar dan penerima radio. Dua induktor atau lebih yang terkopel
secara magnetik membentuk transformator.
Penggunaan
Induktor digunakan sebagai penyimpan energi pada beberapa pencatu daya moda sakelar.
Induktor dienergikan selama waktu tertentu, dan dikuras pada sisa siklus. Perbandingan
transfer energi ini menentukan tegangan keluaran. Reaktansi induktif XL ini digunakan
bersama semikonduktor aktif untuk menjaga tegangan dengan akurat. Induktor juga
digunakan dalam sistem transmisi listrik, yang digunakan untuk mengikangkan paku-paku
tegangan yang berasal dari petir, dan juga membatasi arus pensakelaran dan arus kesalahan.
Dalam bidang ini, indukutor sering disebut dengan reaktor.
Induktor yang memiliki induktansi sangat tinggi dapat disimulasikan dengan menggunakan
girator.
Konstruksi Induktor
Sebuah induktor biasanya dikonstruksi sebagai sebuah lilitan dari bahan penghantar, biasanya

kawat tembaga, digulung pada inti magnet berupa udara atau bahan feromagnetik. Bahan inti
yang mempunyai permeabilitas magnet yang lebih tinggi dari udara meningkatkan medan
magnet dan menjaganya tetap dekat pada induktor, sehingga meningkatkan induktansi
induktor. Induktor frekuensi rendah dibuat dengan menggunakan baja laminasi untuk
menekan arus eddy. Ferit lunak biasanya digunakan sebagai inti pada induktor frekuensi tingi,
dikarenakan ferit tidak menyebabkan kerugian daya pada frekuensi tinggi seperti pada inti
besi. Ini dikarenakan ferit mempunyai lengkung histeresis yang sempit dan resistivitasnya
yang tinggi mencegah arus eddy. Induktor dibuat dengan berbagai bentuk. Sebagian besar
dikonstruksi dengan menggulung kawat tembaga email disekitar bahan inti dengan kaki-kali
kawat terlukts keluar. Beberapa jenis menutup penuh gulungan kawat di dalam material inti,
dinamakan induktor terselubungi. Beberapa induktor mempunyai inti yang dapat diubah
letaknya, yang memungkinkan pengubahan induktansi. Induktor yang digunakan untuk
menahan frekuensi sangat tinggi biasanya dibuat dengan melilitkan tabung atau manik-manik
ferit pada kabel transmisi.
Induktor kecil dapat dicetak langsung pada papan rangkaian cetak dengan membuat jalur
tembaga berbentuk spiral. Beberapa induktor dapat dibentuk pada rangkaian terintegrasi
menhan menggunakan inti planar. Tetapi bentuknya yang kecil membatasi induktansi. Dan
girator dapat menjadi pilihan alternatif.
6. RELAY

Fungsi dan Jenis-jenis Relay dalam bidang


Elektronika Relay merupakan komponen elektronika yang dapat mengimplementasikan
logika switching. Relay yang digunakan sebelum tahun 70an, merupakan otak dari
rangkaian pengendali. Setelah tahun 70-an digantikan posisi posisinya oleh PLC
Relay yang paling sederhana ialah relay elektromekanis yang memberikan pergerakan
mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara sederhana relay elektromekanis ini
didefinisikan sebagai berikut :
Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau membuka) kontak saklar.
Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik.
Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa Relay adalah komponen elektronika berupa
saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik.
Secara umum, relay digunakan untuk memenuhi fungsi fungsi berikut :
Remote control : dapat menyalakan atau mematikan alat dari jarak jauh
Penguatan daya : menguatkan arus atau tegangan

Contoh : starting relay pada mesin mobil


Pengatur logika kontrol suatu sistem
Relay terdiri dari coil dan contact. Perhatikan gambar diatas, coil adalah gulungan kawat
yang mendapat arus listrik, sedang contact adalah sejenis saklar yang pergerakannya
tergantung dari ada tidaknya arus listrik di coil.
Contact ada 2 jenis :
Normally Open (kondisi awal sebelum diaktifkan open)
Normally Closed (kondisi awal sebelum diaktifkan close)

Secara prinsip kerja dari relay : ketika Coil


mendapat energi listrik (energized), akan timbul gaya elektromagnet yang akan menarik
armature yang berpegas, dan contact akan menutup.
Jenis jenis Relay
Seperti saklar, relay juga dibedakan berdasar pole dan throw yang dimilikinya.
Pole : banyaknya contact yang dimiliki oleh relay
Throw : banyaknya kondisi (state) yang mungkin dimiliki contact
Berikut ini penggolongan relay berdasar jumlah pole dan throw :
DPST (Double Pole Single Throw)
SPST (Single Pole Single Throw)
SPDT (Single Pole Double Throw)
DPDT (Double Pole Double Throw)
3PDT (Three Pole Double Throw)
4PDT (Four Pole Double Throw)
Jenis Relay :

Timing relay adalah jenis relay yang khusus. Cara kerjanya ialah sebagai berikut : jka coil
dari timing relay ON, maka beberapa detik kemudian, baru contact relay akan ON atau OFF
(sesuai jenis NO/NC contact).
Latching relay ialah jenis relay digunakan untuk latching atau mempertahankan kondisi aktif
input sekalipun input sebenarnya sudah mati. Cara kerjanya ialah sebagai berikut : jika latch
coil diaktifkan, ia tidak akan bisa dimatikan kecuali unlatch coil diaktifkan. Simbol dari
latching relay
Relay terdiri dari coil dan contact. Perhatikan gambar diatas, coil adalah gulungan kawat
yang mendapat arus listrik, sedang contact adalah sejenis saklar yang pergerakannya
tergantung dari ada tidaknya arus listrik di coil.
Contact ada 2 jenis :
Normally Open (kondisi awal sebelum diaktifkan open)
Normally Closed (kondisi awal sebelum diaktifkan close)
Secara prinsip kerja dari relay : ketika Coil mendapat energi listrik (energized), akan timbul
gaya elektromagnet yang akan menarik armature yang berpegas, dan contact akan menutup.
Jenis jenis Relay
Seperti saklar, relay juga dibedakan berdasar pole dan throw yang dimilikinya.
Pole : banyaknya contact yang dimiliki oleh relay
Throw : banyaknya kondisi (state) yang mungkin dimiliki contact
7.DIODA

Dioda berasal dari kata DI = dua dan ODA = elektroda atau


dua elektroda, dimana elektroda-elektrodanya tersebut adalah ANODA yang berpolaritas
positip danKATHODA yang berpolaritas negatip.
Ada berbagai jenis dioda yang dibuat sesuai dengan fungsinya tanpa meninggalkan
karakteristik serta spesifikasinya, seperti dioda penyearah (rectifier), dioda Emisi Cahaya
(LED), dioda Zenner, dioda photo (Photo-Dioda) dan Dioda Varactor.
1. DIODA PENYEARAH (RECTIFIER)

Dioda penyearah adalah jenis dioda yang terbuat dari bahan


Silikon yang berfungsi sebagai penyearah tegangan / arus dari arus bolak-balik (ac) ke arus
searah (dc) atau mengubah arus ac menjadi dc. Secara umum dioda ini disimbolnya.
Kaki-kaki dioda yaitu kaki katoda ditandai dengan garis pada ujungnya
2. DIODA ZENER

Dioda Zener merupakan dioda junction P dan N yang terbuat


dari bahan dasar silikon. Dioda ini dikenal juga sebagai Voltage Regulation Diode yang
bekerja pada daerah reverse (kuadran III). Potensial dioda zener berkisar mulai 2,4 sampai
200 volt dengan disipasi daya dari hingga 50 watt.
3. DIODA EMISI CAHAYA ( LIGHT EMITTING DIODE )

Dioda emisi cahaya atau dikenal dengan singkatan

LED merupakan Solid State Lamp yang merupakan piranti elektronik gabungan antara
elektronik dengan optik, sehingga dikategorikan pada keluarga Optoelectronic. Sedangkan
elektroda-elektrodanya sama seperti dioda lainnya, yaitu anoda (+) dan Katoda (-). Ada tiga
kategori umum penggunaan LED, yaitu : - Sebagai lampu indikator, - Untuk transmisi sinyal
cahaya yang dimodulasikan dalam suatu jarak tertentu, - Sebagai penggandeng rangkaian
elektronik yang terisolir secara total. Simbol, bangun fisiknya dan konstruksinya
diperlihatkan pada gambar berikut.
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan LED adalah bahan Galium Arsenida (GaAs)
atau Galium Arsenida Phospida (GaAsP) atau juga Galium Phospida (GaP), bahan-bahan ini
memancarkan cahaya dengan warna yang berbeda-beda. Bahan GaAs memancarkan cahaya
infra-merah, Bahan GaAsP memancarkan cahaya merah atau kuning, sedangkan bahan GaP
memancarkan cahaya merah atau hijau.
Seperti halnya piranti elektronik lainnya , LED mempunyai nilai besaran terbatas dimana
tegangan majunya dibedakan atas jenis warna
TABEL WARNA LED DAN TEGANGANNYA
Warna
Tegangan Maju
Merah
1.8 volt
Orange
2.0 volt
Kuning
2.1 volt
Hijau
2.2 volt
Sedangkan besar arus maju suatu LED standard adalah sekitar 20 mA. Karena dapat
mengeluarkan cahaya, maka pengujian LED ini mudah, cukup dengan menggabungkan
dengan sumber tegangan dc kecil saja atau dengan ohmmeter dengan polaritas yang sesuai
dengan elektrodanya.

4. DIODA CAHAYA ( PHOTO-DIODE)


Secara umum dioda-cahaya ini mirip dengan PN-Junction, perbedaannya terletak pada
persambungan yang diberi celah agar cahaya dapat masuk padanya.
Dioda cahaya ini bekerja pada daerah reverse, jadi hanya arus bocor saja yang melewatinya.
Dalam keadaan gelap, arus yang mengalir sekitar 10 A untuk dioda cahaya dengan bahan
dasar germanium dan 1A untuk bahan silikon. Kuat cahaya dan temperature keliling dapat
menaikkan arus bocor tersebut karena dapat mengubah nilai resistansinya dimana semakin
kuat cahaya yang menyinari semakin kecil nilai resistansi dioda cahaya tersebut. Penggunaan
dioda cahaya diantaranya adalah sebagai sensor dalam pembacaan pita data berlubang (Punch
Tape), dimana pita berlubang tersebut terletak diantara sumber cahaya dan dioda cahaya. Jika
setiap lubang pita itu melewati antara tadi, maka cahaya yang memasuki lubang tersebut akan
diterima oleh dioda cahaya dan diubah dalam bentuk signal listrik. Sedangkan penggunaan
lainnya adalah dalam alat pengukur kuat cahaya (Lux-Meter), dimana dalam keadaan gelap
resistansi dioda cahaya ini tinggi sedangkan jika disinari cahaya akan berubah rendah. Selain
itu banyak juga dioda cahaya ini digunakan sebagai sensor sistem pengaman (security) misal
dalam penggunaan alarm.
5. DIODA VARACTOR
Dioda Varactor disebut juga sebagai dioda kapasitas yang sifatnya mempunyai kapasitas yang
berubah-ubah jika diberikan tegangan. Dioda ini bekerja didaerah reverse mirip dioda Zener.
Bahan dasar pembuatan dioda varactor ini adalah silikon dimana dioda ini sifat
kapasitansinya tergantung pada tegangan yang diberikan padanya. Jika tegangan tegangannya
semakin naik, kapasitasnya akan turun. Dioda varikap banyak digunakan pada pesawat
penerima radio dan televisi di bagian pengaturan suara (Audio).
6. MENGUJI DIODA
Dioda ini dapat diuji kondisinya secara sederhana dan ada beberapa cara pengujiannya,
yaitu :
1. Pengujian dengan Multitester (Ohmeter)
2. Pengujian dengan Continous Tester
3. Pengujian dengan batere + lampu pijar
4. Pengujian dengan batere + loudspeaker
7. Menguji dioda dengan Ohmmeter
Untuk itu diperlukan sebuah multitester atau sebuah ohmmeter analog/ digital. Multitester
atau Avometer Analog mempunyai fasilitas pengukur hambatan (ohmmeter) dimana jenis
ohmmeter yang digunakan biasanya ohmmeter-seri, dimana secara konstruksi polaritas batere
yang terpasang dalam meter berlawanan polaritas dengan terminal ukurnya. Atau dengan
perkataan lain, terminal positip meter adalah mempunyai polaritas negatip batere, sebaliknya
terminal negatip meter mempunyai polaritas positip batere.

Dengan demikian guna menguji sebuah dioda dengan menggunakan Avometer prinsipnya
adalah sebagai berikut :
Anda posisikan Avometer pada posisi ohm dengan skala rendah
Tentukan terlebih dahulu elektroda anoda dan katoda dari dioda tersebut
Hubungkan terminal + (positip) meter dengan Anoda dari dioda yang akan ditest
sedangkan terminal (negatip) meter dengan Katoda dioda. (hubungan ini adalah reverse)
Dalam posisi semacam ini, jika dioda masih baik, maka jarum meter tidak akan bergerak.
Namun jika dalam posisi ini jarum bergerak, maka dapat dikatakan dioda terhubung singkat
(rusak).
Ulangi langkah 2 diatas dengan polaritas sebaliknya, dimana Anoda dihubungkan dengan
negatip meter dan Katoda dengan positip meter. (hubungan ini adalah forward).
Dalam posisi semacam ini, jika dioda masih baik, maka jarum meter akan bergerak.
Namun jika dalam posisi ini jarum meter tidak bergerak, maka dapat dikatakan dioda putus
(rusak).

8. TRANDUSER
Tranducer adalah pengoperasian kerja suatu rangkaian yang lebih mudah diukur atau
dikendalikan oleh besaran listrik, yaitu tegangan dan arus dimana terjadi perubahan dari suatu
besaran ke besaran lainnya.
Adapun komponen elektronika yang termasuk ke dalam tranducer ialah :
LDR (Light Dependent Resistance)
Yaitu resistor yang dapat berubah-ubah nilai resistansinya jika permukaannya terkena cahaya.
Kondisinya ialah jika terkena cahaya nilai resistansinya kecil,sedangkan jika tidak terkena
cahaya (kondisi gelap) maka nilai resistansinya besar.
NTC (Negative Temperature Coeffisient)
Yaitu resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan
temperatur terhadapnya. Jika temperaturnya makin tinggi maka nilai resistansinya kecil dan
sebaliknya bila temperaturnya makin rendah maka nilai resistansinya semakin besar.
PTC (Positive Temperature Coeffisient)
Yaitu resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah sesuai dengan temperatur
terhadapnya. Jika temperaturnya makin tinggi maka nilai resistansinya semakin besar
sedangkan bila temperaturnya makin rendah maka
nilai resistansinya pun semakin kecil.

9.KOMPARATOR
Komparator merupakan rangkaian elektronik yang akan membandingkan suatu input dengan
referensi tertentu untuk menghasilkan output berupa dua nilai (high dan low). Suatu
komparator mempunyai dua masukan yang terdiri dari tegangan acuan (Vreference) dan
tegangan masukan (Vinput) serta satu tegangan ouput (Voutput).
Komparator biasanya menggunakan Op-Amp sebagai piranti utama dalam rangkaian.Vrefdi
hubungkan ke +V supply, kemudian R1 dan R2 digunakan sebagai pembagi tegangan,
sehingga nilai tegangan yang di referensikan pada masukan Op-amp adalah sebesar :
V = [R1/(R1+R2) ]
10. THIRYSTOR
Komponen ini disebut juga dengan SCR ( Silicon Controlled Rectifier) dan banyak
digunakan sebagai saklar elektronik. Gambar diskrit dan simbol SCR ditunjukkan dengan
gambar dibawah ini :
thyristor
Thyristor ini akan bekerja atau menghantar arus listrik dari anoda ke katoda jika pada kaki
gate diberi arus kearah katoda, karenanya kaki gate harus diberi tegangan positif terhadap
katoda.
Pemberian tegangan ini akan menyulut thyristor, dan ketika tersulut thyristor akan tetap
menghantar. SCR akan terputus jika arus yang melalui anoda ke katoda menjadi kecil atau
gate pada SCR terhubung dengan ground

Anda mungkin juga menyukai