Anda di halaman 1dari 7

JATI DIRI BANGSA

Pengarang : Sumarno
Tanggapan :
Setiap bangsa memiliki jati diri. Di dalam buku inilah
diuraikan berbagai macam hal atau permasalahan mengenai
jati diri bangsa dan bagaimana membangun kembali jati diri
bangsa yang sedikit demi sedikit mulai memudar. Kondisi
bangsa yang telah mengalami berbagai krisis multidimensi
yang berawal dari krisis moneter, ekonomi, politik, hukum,
sampai pada krisis moral berdampak hingga saat ini. Dan
menjadi lebih dalam berkaitan dengan jati diri. Memang
benar jika disebutkan bahwa akar permasalahan dari semua
itu adalah faktor dari manusia itu sendiri yakni manusia
Indonesia.
Sebenarnya manusia Indonesia lainnya tidak kalah
cerdas dengan bangsa lain. Kita tidak mempunyai masalah
dengan IQ atau otak kita, tapi hati nuranilah yang menjadi
masalah. Hati nurani mencerminkan karakter dan jati diri.
Jati diri dan karakter mempunyai kaitan dengan jati diri
bangsa. Penampilan kinerja manusia yang tidak tulus ikhlas,
tidak bersungguh-sungguh, senang yang semu, senang
berbasa-basi memang telah merusak karakter bangsa. Sikap
tersebut menunjukkan manusia Indonesia yang redup, pudar
bahkan kehilangan jati dirinya. Karakter bangsa Indonesia
yang dikenal sopan santun, ramah tamah, gotong royong
telah

pudar

dengan

penampilan

yang

arogan,

dan

cenderung menampilkan kekerasan seperti banyak kasus


yang kita lihat akhir-akhir ini di berbagai media.
Sebenarnya masih banyak orang baik di Negara ini
namun

tertutupi

oleh

orang-orang

yang

menampilkan

perbuatan tidak terpuji. Karakter! Memang karakterlah yang


selama ini kita abaikan. Karakter dapat diartikan sebagai

kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu system daya


juang yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku.
Kepribadian yang sering kita tampilkan dalam kehidupan
sehari-hari

belum

sesungguhnya.
diperlukan

menampilkan

Dalam

waktu

mengetahuinya.

mengenal

yang
Pada

karakter
karakter

cukup

lama

kita

seseorang

untuk

pengembangannya,

yang

jati

dapat
diri

merupakan totalitas penampilan atau kepribadian seseorang


yang akan mencerminkan secara utuh pemikiran, sikap dan
perilakunya. Seseorang yang berjati diri bisa menampilkan
siapa dirinya tanpa harus menggunakan topeng.
Perpaduan

antara

pengaruh

lingkungan

yang

merupakan internalisasi nilai-nilai moral dari luar dan


aktualisasi nilai-nilai dari dalam akan menghasilkan karakter
yang baik. Karakter inilah yang akan melandasi pemikiran
sikap dan perilaku kita yang dapat menghasilkan tampilnya
perilaku dan berakhlak mulia serta bermoral. Seorang yang
baik

belum

tentu

berkarakter,

tetapi

seorang

yang

berkarakter pastilah orang baik. Melihat kasus korupsi yang


marak di negara kita, mereka bukanlah orang-orang yang
tidak berpendidikan, mereka mempunyai kedudukan dan
mereka pun beragama. Akan tetapi, jika mereka berkarakter
mereka akan memegang teguh prinsip-prinsip nilai-nilai
moral, kaidah agama, tegar dalam menghadapi situasi apa
pun.
Oleh sebab itu, karakter berperan penting dalam
berbagai aspek kehidupan. Contoh dalam bidang pendidikan,
seorang tidak hanya dituntut menjadi orang pandai tetapi
bagaimana mereka mampu mengembangkan watak dan
karakter yang bermoral.
Untuk membangun kembali jati diri bangsa diperlukan
semangat dan karakter yang menggelora melalui tekad,
keberanian dan jiwa pantang menyerah yang terwujud

dalam jiwa patriotisme dan nasionalisme. Untuk membangun


karakter

yang

kebiasaan

perlu

yang

kita

berarti

lakukan

adalah

menanamkan

membentuk

pada

diri

kita

kebiasaan-kebiasaan yang baik. Karakter itu perlu dengan


sengaja dibangun, dibentuk, dan dikembangkan.
Pembentukan

perlu

dilakukan

mulai

dari

usia

dini.

Membangun karakter dapat kita mulai dari diri kita sendiri,


lalu keluarga kemudian lingkungan yang bermuara pada
diwujudkannya bangsa yang berkarakter kuat. Solusi untuk
membangun kembali jati diri bangsa yaitu hasrat untuk
berubah. Dalam mewujudkan hasrat untuk berubah tentunya
kita harus mulai dari diri sendiri. Cara yang terbaik yaitu
instropeksi diri, lalu membangun jati diri melalui karakter.
Dalam kehidupan sehari-hari kita harus menjalani sikap
dasar

jujur,

tulus,

terbuka,

berani

ambil

resiko

dan

bertanggung jawab, konsisten dengan komitmen, serta sikap


bersedia untuk berbagi.
Kemudian setelah saya membaca puisi Hasrat untuk
Berubah, puisi itu saat mengena di hati saya. Isi puisi itu
dapat kita gunakan sebagai bahan refleksi kita dalam
menghadapi situasi dan kondisi di mana kita sekarang
berada

dan

harus

menentukan

langkah

hidup

kita

selanjutnya. Dalam mewujudkan hasrat untuk berubah


tentunya kita harus mengenali diri sendiri sebagai cara
terbaik untuk instropeksi diri lalu membangun jati diri
melalui membangun karakter.
Membangun

karakter

dapat

kita

lakukan

dengan

mengawali dari diri kita sendiri, lalu keluarga kita, dan


seterusnya. Langkah ini akan berhjasil namun membutuhkan
jangka waktu yang panjang. Oleh sebab itu, perlu dilakukuan
suatu

tindakan

kebijaksaanan

berupa

pemerintah

keteladanan
yang

dan

adanya

membangun

tentang

karakter. Dan yang tidak kalah penting kita sebagai anak

bangsa untuk melalui instropeksi diri untuk menemukan


kembali jati diri lalu membangun karakternya untuk secara
bersama dapat terhindar dari hal-hal yang tidak kita
inginkan, yang akan bisa terjadi pada bangsa ini, yaitu
terhapus dari muka bumi.Mari kita bangkit dari keterpurukan
dan

siap

menjadi

negara

dan

bangsa

yang

terhormat, maju, jaya, damai, adil dan sejahtera.

Manusia Indonesia
Pengarang : Mochtar Lubis

Tanggapan :

kembali

Bagaimanakah sebenarnya manusia Indonesia itu??


Itulah yang menjadi isi dari buku karangan Mochtar Lubis ini.
Menurutnya ciri pertama manusia Indonesia adalah munafik
dan ciri ini cukup menonjol. Berpura-pura merupakan sebuah
cirri utama manusia Indonesia yang sudah sejak lama, sejak
mereka dipaksa oleh kekuatan-kekuatan dari luar untuk
menyembunyikan apa yang sebenarnya dikehendaki atau
dirasakan karena takut akan mendapat ganjaran yang
membawa bencana bagi dirinya. Dan memang saya rasa ini
terbukti ketika kita dihadapkan pada sebuah kasus di mana
kita menentang sebuah tindakan korupsi, namun di sisi lain
kita terus saja melakukan korupsi dari hari ke hari dan malah
semakin meningkat.
Untuk melindungi dirinya terpaksalah rakyat memasang
topeng ke luar. Semakin tertanam dan berakarlah sikap
munafik dalam diri manusia Indonesia, semakin diperlakukan
semakin diperlakukan sikap munafik untuk menyelamatkan
diri.
Kemudian disebutkan ciri kedua manusia Indonesia masa
kini

adalah

tidak

mau

betanggungjawab

terhadap

tindakannya. Contoh ketika terjadi suatu hal yang tidak baik


atasan bisa saja menyalahkan tugas dari bawahan namun
bukan berarti bawahan tidak punya pembelaan. Mereka bisa
saja bilang Saya hanya melakukan perintah dari atasan.
Akhirnya yang di atas tidak bertanggungjawab dan
yang di bawah juga tidak bertanggungjawab. Selanjutnya
disebutkan ciri berikutnya dari manusia Indonesia yaitu jiwa
feodalnya. Jiwa feodal ini hidup dan berkembang dengan
cemerlangnya di kalangan atas maupun di kalangan bawah.
Di kalangan atas mengharapkan unsur keharusan, agar
manusia yang berda di bawah kedudukannya baik mengenai
pangkat, kekuasaan, taupun kedudukan yang erat kaitannya
dengan kekayaan mengabdi kepadanya denagn segala rupa,

hormat, patuh, atau merendah diri dan melakukan segala hal


yang menyenangkan bagi atasannya.
Kemudian

ciri

selanjutnya

disebutkan

manusia

Indonesia masih percaya takhyul. Manusia masih percaya


terhadap

batu,

gunung,

pohon,

bangunan,

keris,

dan

sebagainya. Manusia Indonesia juga masih percaya terhadap


segala rupa hantu, gendruwo, jurig, kuntilanak, leak dan juga
kepercayaan-kepercayaan. Sampai sekarang pun manusia
modern dan berpendidikan masih saja terus membuat jimat,
mantera dan lambang.
Artistik dan punya watak yang yang lemah juga
merupak ciri dari manusia Indonesia. Sejak dari ratusan
tahun lampau sampai saat ini hasil daya cipta artistik
manusia Indonesia telah diboyong ke luar tanah air kita. Lalu
untuk masalah watak yang lemah, manusia Indonesia kurang
kuat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya.
Kegoyahan

watak

merupakan

akibat

dari

dari

ciri

masyarakat dan manusia feodal lainnya dan merupakan segi


lain dari sikap menyenangkan atasan dan menyelamatkan
diri.
Setelah kita mengetahui dn mengenali ciri manusia
Indonesia yang memiliki banyak sisi negatif, kita harus
berkaca dan melakukan perubahan. Kita harus menciptakan
kondisi

masyarakat

di

mana

masyarakat

kita

dapat

mendewasakan diri dan melepaskan dirinya dari linkungan


masyarakat yang feodal. Dan perlu kita tahu masih cukup
banyak cirimanusia Indonesia yang memberi harapan pada
kita,

asal

kesadaran

kita

selalu

menyadari

mengurangi

sufat-sifat

dan

dengan

buruk

penuh

kita

dan

mengembangkan yang baik-baik. Kita juga harus berani


melepaska rasa takut dalam menyampaikan apa yang
menjadi

keyakinan

kita

bahwa

merupakan kebenaran bagi siapapun.

keyakinan

tersebut

Kita juga perlu menumbuhkan dam megembangkan


etik bangsa kita kembali serta memperkuat tata nilai agar
mampu memperkuat kemampuan untuk membedakan mana
yang benar dan mana yang salah, antara yang patut dan
tidak patut, antara kepentingan sendiri dan kepentingan
masyarakat.

Dan

juga

yang

terpenting

kita

perlu

mengembangkan sistem pendidikan yang dapat menjawab


tantangan-tantangan dunia masa kini.
Kalau dari saat ini kita tidak sadar memperbaiki tingkah
laku kita, dan berusaha untuk menjadi manusia yang lebih
rasional, mengalahkan segi-segi negatif dalam kepribadian
kita, dan memperkuat bakat-bakat dan segi-segi positif yang
ada dalam manusia Indonesia, maka dalam perlombaan
dahsyat abad ke-21 ini kita akan tertinggal.
Bangsa Indonesia saat ini sedang bergulat untuk
mencapai tingkat perkembangan ekonomi yang tinggi guna
menjamin hidup yang layak dan manusiawi bagi masyarakat
Indonesia. Kita masih memerlukan upaya nasional untuk
memperbaiki diri kita sebagai manusia.

Anda mungkin juga menyukai