Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 10

SRI ASMAWATI
NATALIE WINTER
SALMIRNA RISANTI
HUSNA AMIR

IDENTITAS BUKU

Judul

: Membangun Kembali JATI DIRI BANGSA


Peran Penting Karakter dan Hasrat untuk
Berubah
Pengarang
: H. Soemarno Soedarsono
Penerbit
: PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit
: 2008
ISBN
: 978-979-27-3602-1
Ukuran buku
: 20,5 cm x 13,5 cm
Tebal buku : 71 halaman ( i-viii + 63 halaman )

POKOK-POKOK PEMIKIRAN
BAB 1.
KETERKAITAN JATI DIRI, KARAKTER, JATI DIRI BANGSA, DAN
WAWASAN KEBANGSAAN
Pokok Pikiran :
Keterkaitan dari jati diri, karakter, jati diri bangsa, dan
wawasan kebangsaan dapat digambarkan dengan suatu
bulatan yang berisi empat lingkaran.
KET :
: Wawasan Kebangsaan
: Jati Diri Bangsa
: Karakter
: Jati Diri

Jati diri berasal dari bahasa jawa :


Sejatining diri yang berarti adalah siapa
diri kita sesungguhnya, hakikat atau
fitrah manusia. Jati diri merupakan
totalitas penampilan atau kepribadian
seseorang yang akan mencerminkan
secara utuh pemikiran, sikap dan
perilakunya. Jati diri suatu bangsa
merupakan tampilan dari adanya suatu
bangsa.

BAB 2.
MEMBANGUN KARAKTER
Pokok Pikiran :
Karakter adalah hasil dari kebiasaan yang kita tumbuh
kembangkan. Untuk membangun karakter yang perlu
kita lakukan adalah membentuk kebiasaan ( habits
forming ) yang berarti kita harus menanamkan pada
diri kita kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Empat tahap pembangunan karakter, yaitu :
Pada usia dini, kita sebut sebagai tahap
pembentukan.
Pada usia remaja, kita sebut tahap pengembangan.
Pada usia dewasa, kita sebut tahap pemantapan.
Pada usia tua, kita sebut tahap pembijaksanaan.

BAB 3.
SOLUSI
Pokok Pikiran :
Membangun karakter dapat dilakukan dengan
mengawali dari diri kita sendiri, lalu keluarga kita,
dan seterusnya yang bersifat bottom up, yang
bermuara pada diwujudkannya bangsa yang
berkarakter kuat sehingga kondisi ketahanan
nasional yang kokoh, kuat, dan tangguh dalam
jangka waktu yang sangat lama. Untuk itu,
langkah ini perlu diikuti dengan langkah top down
yang dilakukan melalui keteladanan dan adanya
kebijaksanaan pemerintah yang mengatur
tentang pembangunan karakter.

RANGKUMAN
Hakikat perubahan adalah dunia yang berubah. Tak ada yang
kekal, yang kekal hanya perubahan itu sendiri. Bagi yang tidak
mampu menyesuaikan diri akan tertindas/tertinggal.
Latar belakang keadaan bangsa Indonesia sejak tahun
1997/1998 yang dilanda krisis multidimensi kini dampaknya
sedang kita alami dan tak kunjung selesai. Krisis yang semula
krisis identitas menjadi lebih dalam karena menyangkut hati
nurani yang mencerminkan adanya krisis karakter. Akar
permasalahan dari krisis multidimensi itu sendiri adalah
manusia Indonesia yang bermasalah dengan hati nurani yang
kaitannya akan mencerminkan karakter dan jati dirinya.
Penampilan bangsa Indonesia banyak ditemukan adalah sosok
yang tidak ikhlas, tidak sungguh-sungguh, senang yang semu,
senang basa-basi, bahkan membudayakan ABS (Asal Bapak
Senang). Kondisi ini berpengaruh pada kondisi ketahanan
bangsa. Konsepsi ketahanan bangsa itu mengacu pada
Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.

Lapisan sesungguhnya seorang manusia adalah jati


diri, karakter dan penampilan. Kepribadian adalah lapisan
paling luar. Kepribadian yang kita tunjukkan sehari-hari
belum dapat menunjukkan karakter kita yang
sebenarnya.lapisan yang paling dalam dari penampilan
manusia itu adalah jati diri, jati diri hanya diri kita sendiri
yang mengetahui.
Setelah jati diri itu terbentuk maka dalam hidup
bermasyarakat dapat membentuk jati diri bangsa yang
akhirnya akan membentuk wawasan kebangsaan.
Selanjutnya setelah memahami aspek-aspek
pembangunan karakter, kita harus memahami pula waktu
dalam tahapan pembangunan karakter. Pembangunan
karakter dibagi empat tahapan,yaitu :
Pada

usia dini, kita sebut sebagai tahap pembentukan.

Pada

usia remaja, kita sebut tahap pengembangan.

Pada

usia dewasa, kita sebut tahap pemantapan.

Pada

usia tua, kita sebut tahap pembijaksanaan.

Dalam merealisasikan pembangunan karakter


langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan
mempertimbangkan rumus 5 + 3 +3 atau 11
kebiasaan. Lima sikap dasar adalah awal dari
pembangunan karakter dan jati diri kita, yaitu :
1. Membangun sikap jujur dan tulus dengan berani
mengatakan apa
yang benar dan apa yang salah
2. Sikap yang terbuka yang merefleksikan kebersihan
luar dalam
3. Berani tanggung jawab dan mengambil resiko yang
ditunjukkan dengan membela kebenaran dalam
keadilan.
4. Konsisten dengan komitmen dengan selalu menepat
janji, perkataan harus sesuai dengan perbuatan.
5. Sikap sedia berbagi (sharing) yang menampilkan
mentalitas berkelimpahan

Tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu :


1.

Niat yang bersih untuk mengawali setiap pekerjaan.

2. Tidak mendahulukan kehendak Tuhan agar apa yang


kita rencanakan mendapat rida-Nya.
3. Bersyukur kepada-Nya atas hasil apapun yang kita
dapat, baik yang kita senangi maupun yang tidak kita
senangi dan inginkan.
Untuk melakukan lima sikap dasar dan tiga syarat
tersebut agar menjadi suatu kesatuan yang utuh dilakukan
tiga cara yaitu:
1.
Mencanangkan hasrat untuk berubah melalui doa atu
ibadah.
2.

Mewujudkan perubahan.

3.

Siap menjadi suri tauladan.

PANDANGAN SINGKAT PENULIS


Akar permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia
dengan tidak mengurangi arti pentingnya politik,
ekonomi, hukum, bahkan globalisasi sekalipun, justru
terletak pada faktor manusianya, dalam hal ini
manusia Indonesia itu sendiri. Ternyata manusia
Indonesia tidak bermasalah dengan kecerdasannya, IQ
atau otaknya, tapi yang menjadi masalah justru pada
hati nuraninya dan secara eksplits berkaitan langsung
dengan jati diri dan karakternya. Untuk itu diharapkan
dengan membaca buku ini anak bangsa, melalui
introspeksi menemukan kembali jati dirinya lalu
membangun karakternya sehingga dapat menjadi
bekal untuk mengupayakan perbaikan dan
pembentukan jati diri yang berguna bagi pribadi,
keluarga, maupun lingkungan.

KESIMPULAN
Buku ini layak dibaca karena dapat menumbuhkan kembali
jati diri dan semangat para pemuda-pemudi yang perlahan
luntur untuk membangun bangsa INDONESIA yang tercinta
juga menentukan masa depan, karakter kolerasi signifikan
dengan pikiran, ucapan, perbuatan, dan kebiasaan. Jika
kelima unsur tersebut baik, maka masa depan akan baik
juga.
Dalam penggunaan bahasa, buku ini memiliki ucapan yang
lugas dan tegas. Bahasanya padat dan kuat sehingga mudah
untuk dipahami. jenis kertas yang digunakan cukup bagus
tidak seperti kertas koran .Materi yang dibahas dalam buku
ini juga sangat bagus dan memberikan pencerahan terhadap
sesuatu yang hilang (nilai-nilai). Kita dapat mengambil
banyak hal yang positif dan dapat meningkatkan rasa
nasionalisme yang tinggi terhadap Bangsa Indonesia.
Walaupun masih terdapat kekurangan yaitu, contoh yang di
berikan kurang lengkap sehingga pembaca kurang puas
dengan contoh-contoh yang diberikan oleh buku itu.

Anda mungkin juga menyukai