Juklak Padat Karya Produktif
Juklak Padat Karya Produktif
KATA PENGANTAR
Salah satu kegiatan dalam upaya kesempatan dan perluasan kerja bagi tenaga kerja
penganggur dan setengah penganggur yang dilaksanakan dan dikembangkan oleh
Direktorat
Pengembangan
Kesempatan
Kerja,
Ditjen
Binapenta,
adalah
Program
Perluasan
dan
Pengembangan
Kesempatan
Kerja
melalui
Kegiatan Padat Karya Produktif, Kegiatan ini bertujuan memberdayakan potensi
sumberdaya penganggur dan setengah penganggur untuk menciptakan lapangan kerja
dan lapangan usaha produktif, di waktu-waktu musim sepi kerja di wilayah kecamatan
yang tergolong padat penduduk, rawan sosial, rawan bencana alam dan daerah
kantong-kantong kemiskinan, serta daerah yang memiliki potensi ekonomi untuk
dikembangkan menjadi daerah yang bermasa depan.
Agar dalam pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan konsepsi
dan arah kebijakan program yang telah ditetapkan, sekaligus menghasilkan yang
maksimal, maka diperlukan perangkat Pedoman Pelaksanaan Model Padat Karya
Produktif yang dapat digunakan sebagai Pegangan/Acuan bagi pelaksana program
dalam melakukan kegiatan.
Meskipun secara teknis, buku pedoman ini telah tersusun sesuai dengan arah dan
kebijakan program yang dkembangkan, maka dalam pelaksanaan dilapangan tetap
dilandaskan pada situasi dan kondisi daerah, sehingga jenis dan bentuk kegiatan yang
dilaksanakan dan dikembangkan memiliki nilai kemanfaatan tinggi bagi masyarakat
dalam mengembangkan perekonomian daerahnya.
Mengingat berbagai keterbatasan yang ada, kiranya masih dirasakan adanya
kekurangan dalam penyempurnaan penyusunan buku Pedoman ini, sehingga saran dan
tanggapan terutama dari pelaksana program sangat diharapkan, karena dengan
pedoman yang baik akan menghasilkan out put yang baik, dan pada akhirnya pedoman
ini akan berdayaguna dan berhasilguna.
Akhirnya kepada seluruh Tim Penyusun dan berbagai pihak yang telah memberikan
sumbangan saran dalam penyusunan Pedoman ini disampaikan terima kasih.
Jakarta,
September 2008
DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA
TJETJE AL ANSHORI
NIP. 160 021 296
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Maksud Tujuan
C.
Pengertian
1
1
2
4
4
5
5
6
6
8
9
14
BAB V ORGANISASI
A.
Tingkat Pusat
C.
Tingkat Provinsi
B.
Tingkat Kabupaten/Kota
16
16
16
i
ii
20
21
22
22
24
27
28
DAFTAR LAMPIRAN
Contoh RAB Padat Karya Produktif
Formulir A, B, C, D, E, F, G, H, dan I.
Formulir PK. 1, 2, 3, 4, 5 dan 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah ketenagakerjaan dari waktu ke waktu diperkirakan masih akan tetap diwarnai
dengan tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi serta terbatasnya kesempatan
kerja yang tersedia. Kondisi ini disebabkan oleh faktor ekonomi, demografi dan sosial
budaya.
Di sisi lain lapangan kerja di sektor informal menunjukan penyerapan tenaga kerja
yang cukup tinggi, yaitu 63,7 %. Kondisi ini menjadi pendorong yang cukup besar
dalam pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomi yang lebih produktif dari sektor
pertanian ke sektor non pertanian, jasa dan industri, yang semuanya itu perlu
diimbangi dengan struktur ketenagakerjaan yang memadai.
Mensikapi atas perkembangan kondisi ketenagakerjaan sebagaimana tersebut diatas,
maka diperlukan kebijakan strategis dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan,
yang salah satunya dengan Program Pengembangan Kesempatan Kerja melalui
Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif Sistim Padat Karya atau Model Padat Karya
Produktif. Secara teknis konsep program ini adalah untuk membangun ekonomi
masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat usaha-usaha produktif dengan
memanfaatkan potensi SDA, SDM dan Teknologi sederhana yang ada serta peluang
pasar. Sasaran kegiatan ini dapat dilaksanakan baik di daerah Perkotaan maupun
Perdesaan dengan jenis usaha yang dapat berbeda atau sama. Untuk kegiatan padat
karya Produktif jenis usaha yang dikembangkan lebih cenderung pada kegiatan usaha
yang bersifat ekonomi produktif berkelanjutan misalnya pembuatan kolam ikan,
keramba, pasar tradisionil, pemanfaatan lahan tidur dll.
Kegiatan padat karya produktif ini diharapkan dapat mempunyai efek ganda
(multiplier effect) yang berdampak pada penciptaan lapangan kerja yang lebih
permanen.
Untuk keperluan tersebut, maka perlu disusun Pedoman Pelaksanaan Model Padat
Karya Produktif yang akan digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pelaksanaan
kegiatan di daerah.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Sebagai acuan bagi pelaksana dalam melaksanakan kegiatan Padat Karya Produktif,
sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, lebih berdayaguna dan hasil
guna sesuai tujuan dan sasaran program yang ditetapkan.
C. PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Padat Karya.
Adalah suatu kegiatan produktif yang mempekerjakan atau menyerap tenaga kerja
penganggur dan setengah penganggur yang relatif banyak.
2. Produktif
Adalah suatu kegiatan ekonomi yang dapat memberikan nilai tambah baik bagi
masyarakat khususnya tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur .
3. Berkelanjutan.
Adalah suatu kegiatan yang memberikan dampak terus menerus sehingga dapat
memberikan nilai tambah secara ekonomis kepada tenaga kerja atau masyarakat
dalam waktu yang panjang.
4. Petugas Lapangan Kegiatan Padat Karya (PL-PKP)
Adalah petugas yang ditunjuk oleh penanggung jawab kegiatan, yang bertugas
mengatur, mengkoordinasikan dan memberi petunjuk teknis kepada para pekerja
proyek dalam satu lokasi proyek.
5. Petugas Teknis.
Adalah Petugas Disnakertrans atau Dinas Teknis yang ditunjuk oleh Penanggung
Jawab kegiatan Padat Karya, yang bertugas memberikan. Panduan / arahan
teknis kegiatan fisik seperti membuat gambar desain atau peta lahan kegiatan
atau ketrampilan manajemen
6. Juru Bayar.
Adalah petugas Disnakertrans yang ditunjuk oleh penanggung jawab kegiatan
padat karya , untuk melakukan pembayaran Upah Tenaga Kerja secara langsung
kepada para Pekerja Padat Karya sesuai dengan daftar kelompok kerja yang
diketahui oleh PL-PKP.
7. Pengawas.
Adalah anggota atau pemuka lembaga masyarakat yang ditugaskan untuk
melakukan pengawasan di lapangan terhadap kegiatan fisik
8. Pekerja
Adalah para pekerja yang direkrut dari tenaga kerja Penganggur dan setengah
Penganggur di daerah perkotaan yang sedang menganggur dan membutuhkan
lapangan kerja serta pencari nafkah utama dalam keluarga,
9. Kelompok
adalah kumpulan orang yang memiliki tujuan sama untuk menjalankan suatu
usaha ekonomi produktif secara bersama-sama berdasarkan kemampuannya
masing-masing
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN
A. TUJUAN
Menyediakan kesempatan kerja / berusaha produktif bagi tenaga kerja penganggur
dan setengah penganggur melalui sistim padat karya dalam rangka
menumbuhkembangkan
perekonomian
dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
B. SASARAN
Tersedianya kesempatan kerja / usaha bagi tenaga kerja penganggur dan setengah
penganggur, melalui kegiatan usaha ekonomi produktif sistem padat karya,
meningkatkan pendapatan masyarakat dan menggerakkan perekonomian daerah.
BAB III
PRINSIP, SIFAT, JENIS DAN KRITERIA PADAT KARYA PRODUKTIF
Kegiatan Padat Karya Produktif adalah upaya pemberdayaan masyaralat penganggur
dan setengah penganggur serta sumberdaya ekonomi lain yang dilakukan melalui sistem
padat karya dengan terkelolanya potensi sumberdaya daerah secara baik oleh
masyarakat, maka akan meningkatkan dan mengembangkan perkonomian daerah. Oleh
karena itu dalam pelaksanaannya harus didasarkan pada :
A. PRINSIP KEGIATAN.
1. Perencanaan disusun berdasarkan pada aspek tenaga kerja ( penganggur dan
setengah penganggur ), aspek teknis dan aspek sosial ekonomi.
2. Pelaksanaan kegiatan menggunakan tenaga kerja penganggur dan setengah
penganggur yang relatif banyak di lokasi kegiatan.
3. Perbandingan Komponen Alokasi biaya fisik dengan upah tenaga kerja adalah,
60:40 atau maksimal 50:50 untuk jenis kegiatan tertentu yang banyak
membutuhkan bahan dan peralatan.
4. Tidak ada tuntutan ganti rugi bagi masyarakat atas tanah, pohon atau tanamannya
yang terkena lokasi kegiatan Padat Karya Produktif, dan jika lokasi kegiatan milik
perorangan,maka harus menjadi kesepakatan bersama.
5. Dalam perencanaan dan pengawasan bekerjasama dengan Instansi Teknis terkait
sesuai jenis kegiatannya.
6. Pelaksanaan pekerjaan Padat Karya Produktif TIDAK BOLEH diborongkan
kepada pihak ketiga.
7. Kegiatan Padat Karya Produktif pada dasarnya adalah DARI, OLEH dan UNTUK
masyarakat, dan Pemerintah hanya memfasilitasi kebutuhan masyarakat dengan
sasaran tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur
8. Kegiatan yang dilaksanakan harus berkelanjutan menjadi kegiatan usaha
Produktif, dan dapat memberikan nilai tambah bagi kelompok masyarakat yang
terlibat dalam kegiatan.
B. SIFAT KEGIATAN
1. Sementara
Pekerjaan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu atau waktu-waktu musim
sepi kerja ( temporer ) berupa pekerjaan/kegiatan yang dapat memberikan
penghasilan langsung kepada penganggur dan bermanfaat bagi ekonomi
masyarakat.
2. Permanen
Pekerjaan yang berdampak pada penciptaan dan penyediaan lapangan kerja, atau
meningkatkan dan menumbuhkan kegiatan usaha.
3. Berkelanjutan.
Suatu kegiatan yang berdampak positif secara terus menerus, sehingga dapat
memberikan nilai tambah secara ekonomis kepada tenaga kerja atau masyarakat
dalam jangka panjang.
C. JENIS KEGIATAN
Jenis kegiatan yang dikembangkan dan dilaksanakan bersifat produktif dan
berkelanjutan seperti :
a. Pemanfaatan lahan tidur untuk meningkatkan produksi pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan.
b. Pembuatan embung, waduk, tambak untuk budi daya ikan, udang, kepiting dan
lain-lain
c. Pembuatan kolam ikan untuk budi daya ikan air tawar dan budidaya lainnnya.
d. Pembuatan keramba dan jaring apung untuk budi daya ikan
e. Budi daya rumput laut, rumpon dan lain-lain diperairan daerah pantai
f. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat produktif dan berkelanjutan
D. KRITERIA PADAT KARYA PRODUKTIF
1. Kriteria Kegiatan.
a. Dilaksanakan secara kelompok (10-30 orang)
b. Jenis usaha yang dilakukan bersifat produktif dan berkelanjutan, cepat
menghasikan dan mempunyai peluang pasar yang baik.
c. Sarana usaha dikerjakan oleh anggota kelompok paling lama selama 20 hari
kerja, dan kepada pekerja diberikan upah kerja yang besarnya disesuaikan
dengan dana yang tersedia. Upah pekerja dibayar dan diterimakan langsung
kepada para pekerja.
d. Bantuan modal usaha yang diberikan harus bersifat stimulan (pancingan atau
perangsang) dan dapat dikembangkan sehingga kegiatan dapat berkembang.
e. Seleksi tenaga kerja yang akan menjadi anggota kelompok usaha diutamakan
pencari nafkah utama dalam keluarga, penganggur dan setengah penganggur.
f. Dilarang mempekerjakan anak-anak atau bukan angkatan kerja sebagai
pekerja Padat Karya.
h. Mempunyai dampak positif terhadap pemberdayaan tenaga kerja dan lembaga
ekonomi masyarakat sebagai pendamping.
i. Menggunakan peralatan dan teknologi sederhana.
10
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
Agar pelaksanan kegiatan padat karya dapat berjalan dengan baik efisien dan efektif,
maka dalam pelaksanaan dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian/ pengawasan.
A. PERENCANAAN
Perencanaan dilakukan melalui pendekatan bottom up planning, artinya kegiatan
atau usaha yang akan dilakukan dan dikembangkan harus benar-benar merupakan
kebutuhan masyarakat, dan masyarakat sendiri yang akan mengelolanya, sementara
peran pemerintah hanya memfasilitasi serta memberikan bimbingan/petunjuk dan
arahan teknis melalui bimbingan teknis dan pengelolaan usaha, dengan pendekatan
ini diharapkan seluruh potensi sumberdaya lokal yang ada dapat dimanfaatkan dan
dikelola secara optimal, guna memberikan kesejahteraan masyarakat.
Dalam perencanaan, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu :
1. Potensi
Identifikasi potensi sumberdaya perlu dilakukan untuk mengetahui potensi yang
tersedia, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Sumber daya
alam yang belum dikelola secara maksimal atau masih terlantar, misalnya lahan
tidur yang belum didayagunakan bukan karena ketiadaan modal. Hal ini penting
karena kegiatan padat karya bukanlah kegiatan pemberian dana (modal). Dengan
demikian lahan yang akan digunakan sebagai usaha harus merupakan aset
kelompok usaha, baik secara pinjam, sewa, kontrak, maupun bagi hasil dengan
pihak ke III yang disyahkan oleh pejabat yang berwenang.
Sementara SDM mempunyai peranan yang sangat menentukan keberhasilan
program, oleh karena itu SDM yang akan mengelola SDA harus dipersiapkan
dengan cara pemberian keterampilan teknis dan menejemen melalui pembekalan
atau pelatihan.
2. Lokasi
Penanggung jawab kegiatan, menetapkan lokasi berdasarkan kriteria. Penetapan
lokasi kegiatan berdasarkan identifikasi dan skala prioritas yang disesuaikan
dengan pembangunan daerah dan kriteria yang telah ditetapkan, diutamakan
daerah yang mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Tingkat penganggur dan setengah penganggurnya tinggi
b. Tersedianya bahan baku untuk kelancaran suatu usaha
c. Tersedianya sarana dan prasarana / infrastruktur yang menunjang
pengembangan usaha-usaha produktif dan pemasarannya
d. Adanya orang-orang atau kelompok-kelompok masyarakat yang berpotensi
untuk melakukan usaha produktif secara bersama-sama atau berkelompok.
11
3. Jenis Usaha
Untuk memilih dan merencanakan jenis usaha yang akan dikelola dan
dikembangkan, perlu dilakukan survey mengenai potensi dan peluang pasar
agar usaha tersebut dapat berkesinambungan. Jenis usaha yang akan
dilaksanakan dan dikembangkan hendaknya difokuskan pada usaha-usaha
disektor Pertanian yang memiliki nilai ekonomi atau jual cepat dan tinggi
seperti :
a. Usaha-usaha disektor pertanian sub sektor tanaman pangan dan
hortikultural antara lain : budidaya padi, jagung, cabe, kentang, buah-buahan;
b. Usaha-usaha disektor pertanian sub sektor peternakan antara
lain : penggemukan sapi, kambing, babi, peternakan ayam potong dan
petelur;
c. Usaha-usaha disektor pertanian sub sektor perikanan antara lain :
pembenihan udang, budidaya rumput laut, kolam ikan , tambak, dan
keramba;
d. Bidang usaha industri kecil antara lain : pembakaran gamping, batu bata,
pembuatan keramik dan pembuatan batako.
B.
PELAKSANAAN.
1.
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, kegiatan - kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Penunjukan Personil pelaksana Kegiatan
Dengan memperhatikan ketentuan dan kemampuan anggaran dalam DIPA,
Penanggung Jawab Kegiatan melakukan konsultasi dan koordinasi pada
atasan langsung untuk menyusun daftar calon personil pelaksana kegiatan,
dan setelah mendapat persetujuan dari Kadisnaker, maka segera diterbitkan
Surat Keputusan penunjukan personil pelaksana dan salinan disampaikan
kepada yang bersangkutan.
b. Penyusunan Rencana pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan DIPA yang ada, Penanggung Jawab Kegiatan menyusun
Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( Renlakgiat ) dengan tata urut sebagai
berikut :
Bab. I. Pendahuluan ( Umum, Dasar Hukum, Maksud dan Tujuan,
Ruang Lingkup dan Tata Urut )
Bab.II. Sasaran Kegiatan ( Sasaran Kualitatif , Sasaran Kuantitatif ),
Bab. III. Pembagian Pekerjaan,
Bab. IV. Pelaksanaan Pekerjaan,
Bab. V. Jadual Kegiatan,
Bab. VI. Dukungan Anggaran,
Bab. VII. Dukungan Peralatan dan Mesin,
Bab VIII. Pelaporan dan Evaluasi
Bab IX. Penutup.
12
c.
d.
Penyediaan Pembiayaan
Agar kegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana tepat pada
waktunya, maka Bendaharawan atau Bendaharawan Pemegang Uang
Muka Cabang (BPUMC) sebelumnya harus menyediakan uang
pembiayaan yang diperlukan sesuai jadual. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut diatas, BPUMC memproses hal hal teknis keuangan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam melaksanakan pekerjaan, Bendaharawan atau BPUMC dibantu
tenaga administrasi.
e.
f.
Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan oleh Disnakertrans bersama-sama pihak
Instansi terkait, ORDES untuk memberikan informasi kepada masyarakat
agar memahami arti, tujuan dan sasaran program, pelaksanaan
fungsi/manfaat dan lain-lain tentang pelaksanaan kegiatan Padat Karya
Produktif.
Agar pelaksanaan penyuluhan berhasil dengan baik perlu dilakukan
melalui forum rapat kerja Kabupaten atau Kecamatan. Di Kelurahan/Desa
dilakukan pertemuan yang lebih luas, dimana hadir Camat dan pejabatpejabat serta para pemuka masyarakat.
14
MATERI
PEMBEKALAN USAHA PRODUKTIF
No
A.
MATERI PEMBEKALAN
KELOMPOK UMUM
(Narasumber dr Pusat)
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C.
KELOMPOK INTI
(Narasumber dr Pusat/Daerah)
KELOMPOK PENUNJANG
JUMLAH
JUMLAH
JAMPEL
(10 JAMPEL)
4 Jampel
3 Jampel
3 Jampel
(36 JAMPEL)
6
5
5
5
5
5
2
3
Jampel
Jampel
Jampel
Jampel
Jampel
Jampel
Jampel
Jampel
( 8 JAMPEL )
4 Jampel
4 Jampel
54 JAMPEL
15
bukan
atas
dasar
16
17
2)
Pengawasan fungsional
Pengawasan fungsional dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Depnakertrans
sebagai pengawas dalam lingkungan Depnakertrans yang berada langsung
di bawah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta pengawasan yang
dilakukan oleh Bawasda Kabupaten/ Kota
3)
4).
5).
18
BAB V
ORGANISASI
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan agar dapat berjalan dengan baik, maka
diperlukan organisasi pelaksana yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya. Dan
agar dapat dicapai hasil yang maksimal diharapkan adanya koordinasi, integrasi, dan
persamaan persepsi diantara pelaksana.
A. TINGKAT PUSAT
1. Pembina
Sebagai pembina adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang fungsinya
adalah memberikan bimbingan dan arahan kebijakan umum agar tujuan dan
sasaran program dapat tercapai.
2. Penanggung Jawab Program
Sebagai penanggung jawab program adalah Direktorat Jenderal Pembinaan
Penempatan Tenaga Kerja (BINAPENTA). Tugas dan fungsinya memberikan
petunjuk dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program agar tujuan
program dapat tercapai.
3. Penanggung jawab Teknis
Sebagai penanggung jawab teknis adalah Direktur Pengembangan Kesempatan
Kerja. Tugas dan fungsinya memberikan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan.
B. TINGKAT PROVINSI
Sebagai Penanggungjawab Program di Tingkat Provisi adalah Kadisnakertrans atau
Kadis yang membidangi ketenagakerjaan. Sedangakan penanggung jawab kegiatan
adalah pejabat yang menangani bidang ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh
penanggung jawab program tingkat Propinsi, Tugas dan fungsinya adalah
melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan,
serta hasil yang dicapai sesuai sasaran yang telah ditetapkan.
Kadisnakertrans sebagai koordinator pelaksana operasional yang secara fungsional
melakukan hal-hal sebagai berikut :
Bersama instansi teknis terkait mengadakan koordinasi dalam rangka sosialisasi
dan pembinaan kegiatan.
Memberikan bimbingan dan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan.
Melakukan pemantauan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
19
C. TINGKAT KABUPATEN/KOTA
1. Penanggung jawab Program
Sebagai penanggung jawab program di Tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala
Dinas yang menangani bidang Ketenagakerjaan. Adapun tugas dan fungsinya
adalah melakukan koordinasi dan sosialisasi kegiatan Padat Karya Produktif
kepada instansi teknis terkait, melaksanakan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan.
2. Penanggung jawab kegiatan
Sebagai penanggung jawab kegiatan adalah pejabat yang menangani bidang
ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh penanggung jawab program di
Kabupaten/Kota.
Tugas dan fungsinya adalah bertanggung jawab kepada penanggung jawab
program atas pelaksanaan kegiatan di wilayah tugasnya dan melakukan kegiatan
perencanaan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan Padat Karya Produktif, baik administrasi keuangan maupun
fisik secara keseluruhan.
3. Bendaharawan Pemegang Uang Muka Cabang
Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan, mencairkan, menerima,
menyimpan, mencatat dan membayar atas persetujuan penanggung jawab
kegiatan serta menyelenggarakan administrasi keuangan sesuai peraturan yang
berlaku .
4. Sekretariat
Tugas dan fungsi sekretariat adalah membantu BPUMC dalam rangka
pelaksanaan kegiatan baik administrasi maupun keuangan. Anggota Tim
Sekretariat diutamakan dari Staf Bidang Penempatan dan Pengembangan
Kesempatan Kerja.
5. Organisasi Desa (ORDES)
Sebagai penanggung jawab pelaksana kegiatan adalah ORDES yang ada di
wilayah lokasi kegiatan. Tugas dan fungsinya adalah bersama petugas
PL-PKP melaksanakan kegiatan fisik sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, dan bertanggung jawab atas penggunaan dana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
6. Staf Pelaksana Kegiatan.
Staf pelaksana kegiatan Padat karya Produktif, diangkat oleh penanggung jawab
program dan mempunyai fungsi dan tugas melaksanakan dan bertanggungjawab
terhadap kelancaran melaksanaan kegiatan Padat Karya. Staf pelaksana kegiatan
diutamakan dari Staf bidang Penempatan dan Pengembangan Kesempatan Kerja.
20
21
KOORDINATOR
GUBERNUR
KEPALA DINAS BIDANG
KETENAGAKERJAAN PROVINSI
BUPATI/
WALIKOTA
BEND.
PKP
SEKRETARIAT
- PL - PKP
- ORDES
Juru bayar
Pengawas
Pekerja/Kelom
pok
22
BAB VI
DUKUNGAN ANGGARAN
Penggunaan anggaran untuk komponen pelaksanaan kegiatan secara garis besar dapat
diuraikan sebagai berikut :
A.
2.
3.
23
5.
*
B.
24
C.
D.
25
BAB. I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Permasalahan
C.
Maksud dan Tujuan
D.
Sasaran
BAB II
RENCANA KEGIATAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
BAB. III
Tahapan Kegiatan
- Persiapan
- Pelaksanaan
Jenis Kegiatan
Lokasi Kegiatan
Rencana Anggaran Biaya
Rencana Jadual Pelaksanaan
Pengorganisasian
Penanggung Jawab Kegiatan
PENUTUP
Lampiran-Lampiran
1.
2.
3.
4.
26
BAB. VII
PELAPORAN DAN EVALUASI
A.
PELAPORAN.
Dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan Padat Karya
Produktif diperlukan laporan pelaksanaan kegiatan. Hal ini sekaligus untuk
mengetahui perkembangan dan kendala yang didapat dilapangan, sehingga
secara dini dapat diketahui hambatan dan permasalahan yang dihadapi.
Disamping itu, pelaporan dapat digunakan sebagai pengendalian dan
pengawasan kegiatan sehingga target yang telah ditetapkan dapat terealisasi
secara dan maksimal dan hasilnya memiliki kemanfaatan besar.
Adapun bentuk laporan adalah laporan mingguan, bulanan dan laporan
akhir/paripurna. Laporan ini berisi antara lain data tentang perkembangan
pelaksanaan fisik dan keuangan, pendayagunaan tenaga kerja, pembayaran UTK,
penggunaan biaya (fisik dan operasional), peggunaan bahan alat yang telah
dikeluarkan.
> Formulir Pelaporan Terlampir ( PK 1,2,3)
a.
Laporan Mingguan
PL-PK Produktif berkewajiban membuat laporan mingguan yang memuat data
tentang perkembangan fisik, penggunaan tenaga kerja dan pembayaran uang
perangsang kerja setiap minggu selama pelaksanaan kegiatan. Laporan
mingguan dibuat dengan menggunakan formulir PK-1 apabila terdapat
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan maka PL-PKP diharuskan melaporkan
adanya hambatan tersebut kepada Penanggung Kegiatan menggunakan
formulir PK-3.
b.
Laporan Bulanan
Penanggung jawab kegiatan melalui penanggung jawab program, membuat
laproran bulanan, yang bahannya diambil dari laporan mingguan. Laporan
Bulanan menggunakan formulir PK-2 dikirim ke Pusat dengan alamat
Direktur
Pengembangan
Kesempatan
Kerja
Depnakertrans
R.I,
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lantai IV Blok. A Jakarta Selatan atau
dengan Faxcimile 021-5274930.
c.
27
2.
28
Daftar isi
PENDAHULUAN
Bab. I
TUJUAN UMUM
- Tinjauan geografi daerah
- Keadaan Sosial Ekonomi daerah
Bab. II
PELAKSANAAN KEGIATAN
Bab. III
ASPEK KETENAGAKERJAAN
Bab. IV
Bab. V
Bab. VI
PENUTUP
LAMPIRAN - LAMPIRAN :
Setiap kegiatan Padat Karya Produktif yang telah selesai dikerjakan diserah terimakan
dari Penanggung jawab Kegiatan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan. Adapun Berita Acara Serah Terima Lokasi Proyek Padat Karya Produktif
tersebut dibuat dengan menggunakan formulir H dan dilengkapi dengan dokumen yang
terdiri atas :
Dokumentasi Kegiatan PKP
Dalam rangka melengkapi administrasi pelaksanaan kegiatan PKP maka diperlukan
dokumentasi kegiatan PKP yang terdiri atas :
1. Foto Aktivitas Kegiatan PKP
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang pelaksanaan kegiatan,
Pelaksana Kegiatan ( PL - PKP ) membuat foto dokumentasi kegiatan dengan
ketentuan :
a. Dari setiap lokasi kegiatan dibutuhkan minimal 9 (sembilan) lembar foto ukuran
kartu pos yaiu :
* Pada satu tempat (pengambilan dari satu titik dan posisi yang sama masingmasing 0 %, 50%, dan 100%) dimaksudkan agar perkembangan pelaksanaan
kegiatan dapat diketahui.
29
EVALUASI
Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan kegiatan Padat Karya Produktif yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
1.
Perencanaan
Meliputi pemilihan lokasi, jenis kegiatan, sosialisasi dan
pembiayaan kegiatan dan pembuatan design.
rencana
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan meliputi kegiatan persiapan, penyusunan rencana kegiatan,
penyuluhan, pengerahan tenaga kerja, organisasi, tugas dan fungsi
pelaksana, pengadaan dan penggunaan bahan/alat, pelaksanaan kegiatan
fisik, produktivitas pekerjaan, manfaat kegiatan Padat Karya Produktif bagi
masyarakat dan penganggur dan lain-lain.
3.
30
BAB . IX
PENUTUP
Dengan tersusunnya buku Pedoman Pelaksanaan Padat Karya Produktif (PKP) ini,
kiranya dapat memberikan kesamaan langkah dan keseragaman bagi para pelaksana
atau pengelola kegiatan Padat Karya Produktif dalam merencanakan, pelaksanaan dan
Pengawasan sehingga tujuan dan sasaran program dapat tercapai.
31