Anda di halaman 1dari 31

PETUNJUK TEKNIS

KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


MELALUI PADAT KARYA PRODUKTIF
TAHUN 2008

DIREKTORAT PENGEMBANGAN KESEMPATAN KERJA (PKK)


Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 51, Blok B, Lantai VI, Telp. 021-5270947
JAKARTA SELATAN

KATA PENGANTAR
Salah satu kegiatan dalam upaya kesempatan dan perluasan kerja bagi tenaga kerja
penganggur dan setengah penganggur yang dilaksanakan dan dikembangkan oleh
Direktorat
Pengembangan
Kesempatan
Kerja,
Ditjen
Binapenta,
adalah
Program
Perluasan
dan
Pengembangan
Kesempatan
Kerja
melalui
Kegiatan Padat Karya Produktif, Kegiatan ini bertujuan memberdayakan potensi
sumberdaya penganggur dan setengah penganggur untuk menciptakan lapangan kerja
dan lapangan usaha produktif, di waktu-waktu musim sepi kerja di wilayah kecamatan
yang tergolong padat penduduk, rawan sosial, rawan bencana alam dan daerah
kantong-kantong kemiskinan, serta daerah yang memiliki potensi ekonomi untuk
dikembangkan menjadi daerah yang bermasa depan.
Agar dalam pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan konsepsi
dan arah kebijakan program yang telah ditetapkan, sekaligus menghasilkan yang
maksimal, maka diperlukan perangkat Pedoman Pelaksanaan Model Padat Karya
Produktif yang dapat digunakan sebagai Pegangan/Acuan bagi pelaksana program
dalam melakukan kegiatan.
Meskipun secara teknis, buku pedoman ini telah tersusun sesuai dengan arah dan
kebijakan program yang dkembangkan, maka dalam pelaksanaan dilapangan tetap
dilandaskan pada situasi dan kondisi daerah, sehingga jenis dan bentuk kegiatan yang
dilaksanakan dan dikembangkan memiliki nilai kemanfaatan tinggi bagi masyarakat
dalam mengembangkan perekonomian daerahnya.
Mengingat berbagai keterbatasan yang ada, kiranya masih dirasakan adanya
kekurangan dalam penyempurnaan penyusunan buku Pedoman ini, sehingga saran dan
tanggapan terutama dari pelaksana program sangat diharapkan, karena dengan
pedoman yang baik akan menghasilkan out put yang baik, dan pada akhirnya pedoman
ini akan berdayaguna dan berhasilguna.
Akhirnya kepada seluruh Tim Penyusun dan berbagai pihak yang telah memberikan
sumbangan saran dalam penyusunan Pedoman ini disampaikan terima kasih.
Jakarta,

September 2008

DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA

TJETJE AL ANSHORI
NIP. 160 021 296
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Maksud Tujuan
C.
Pengertian

1
1
2

BAB II TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN


A.
Tujuan
B.
Sasaran

4
4

BAB III PRINSIP, SIFAT, JENIS DAN KRITERIA PADAT


KARYA PRODUKTIF.
A.
Prinsip Kegiatan.
B.
Sifat Kegiatan
C.
Jenis Kegiatan
D.
Kriteria Padat Karya Produktif

5
5
6
6

BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN


A.
Perencanaan.
B.
Pelaksanaan.
C.
Pengawasan dan Pengendalian

8
9
14

BAB V ORGANISASI
A.
Tingkat Pusat
C.
Tingkat Provinsi
B.
Tingkat Kabupaten/Kota

16
16
16

BAB VI DUKUNGAN ANGGARAN


A.
Penggunaan Anggaran Kegiatan
B.
Pengelolaan dan Mekanisme Pencairan Dana
C.
Pengelolaan Bantuan sarana Usaha/Modal Usaha
D.
Mekanisme Pengajuan Proposal Padat Karya
Produktif

i
ii

20
21
22
22

BAB VII PELAPORAN


A.
Pelaporan mingguan
B.
Evaluasi

24
27

BAB VIII. PENUTUP

28

DAFTAR LAMPIRAN
Contoh RAB Padat Karya Produktif
Formulir A, B, C, D, E, F, G, H, dan I.
Formulir PK. 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah ketenagakerjaan dari waktu ke waktu diperkirakan masih akan tetap diwarnai
dengan tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi serta terbatasnya kesempatan
kerja yang tersedia. Kondisi ini disebabkan oleh faktor ekonomi, demografi dan sosial
budaya.
Di sisi lain lapangan kerja di sektor informal menunjukan penyerapan tenaga kerja
yang cukup tinggi, yaitu 63,7 %. Kondisi ini menjadi pendorong yang cukup besar
dalam pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomi yang lebih produktif dari sektor
pertanian ke sektor non pertanian, jasa dan industri, yang semuanya itu perlu
diimbangi dengan struktur ketenagakerjaan yang memadai.
Mensikapi atas perkembangan kondisi ketenagakerjaan sebagaimana tersebut diatas,
maka diperlukan kebijakan strategis dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan,
yang salah satunya dengan Program Pengembangan Kesempatan Kerja melalui
Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif Sistim Padat Karya atau Model Padat Karya
Produktif. Secara teknis konsep program ini adalah untuk membangun ekonomi
masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat usaha-usaha produktif dengan
memanfaatkan potensi SDA, SDM dan Teknologi sederhana yang ada serta peluang
pasar. Sasaran kegiatan ini dapat dilaksanakan baik di daerah Perkotaan maupun
Perdesaan dengan jenis usaha yang dapat berbeda atau sama. Untuk kegiatan padat
karya Produktif jenis usaha yang dikembangkan lebih cenderung pada kegiatan usaha
yang bersifat ekonomi produktif berkelanjutan misalnya pembuatan kolam ikan,
keramba, pasar tradisionil, pemanfaatan lahan tidur dll.
Kegiatan padat karya produktif ini diharapkan dapat mempunyai efek ganda
(multiplier effect) yang berdampak pada penciptaan lapangan kerja yang lebih
permanen.
Untuk keperluan tersebut, maka perlu disusun Pedoman Pelaksanaan Model Padat
Karya Produktif yang akan digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pelaksanaan
kegiatan di daerah.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Sebagai acuan bagi pelaksana dalam melaksanakan kegiatan Padat Karya Produktif,
sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, lebih berdayaguna dan hasil
guna sesuai tujuan dan sasaran program yang ditetapkan.

C. PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Padat Karya.
Adalah suatu kegiatan produktif yang mempekerjakan atau menyerap tenaga kerja
penganggur dan setengah penganggur yang relatif banyak.
2. Produktif
Adalah suatu kegiatan ekonomi yang dapat memberikan nilai tambah baik bagi
masyarakat khususnya tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur .
3. Berkelanjutan.
Adalah suatu kegiatan yang memberikan dampak terus menerus sehingga dapat
memberikan nilai tambah secara ekonomis kepada tenaga kerja atau masyarakat
dalam waktu yang panjang.
4. Petugas Lapangan Kegiatan Padat Karya (PL-PKP)
Adalah petugas yang ditunjuk oleh penanggung jawab kegiatan, yang bertugas
mengatur, mengkoordinasikan dan memberi petunjuk teknis kepada para pekerja
proyek dalam satu lokasi proyek.
5. Petugas Teknis.
Adalah Petugas Disnakertrans atau Dinas Teknis yang ditunjuk oleh Penanggung
Jawab kegiatan Padat Karya, yang bertugas memberikan. Panduan / arahan
teknis kegiatan fisik seperti membuat gambar desain atau peta lahan kegiatan
atau ketrampilan manajemen
6. Juru Bayar.
Adalah petugas Disnakertrans yang ditunjuk oleh penanggung jawab kegiatan
padat karya , untuk melakukan pembayaran Upah Tenaga Kerja secara langsung
kepada para Pekerja Padat Karya sesuai dengan daftar kelompok kerja yang
diketahui oleh PL-PKP.
7. Pengawas.
Adalah anggota atau pemuka lembaga masyarakat yang ditugaskan untuk
melakukan pengawasan di lapangan terhadap kegiatan fisik
8. Pekerja
Adalah para pekerja yang direkrut dari tenaga kerja Penganggur dan setengah
Penganggur di daerah perkotaan yang sedang menganggur dan membutuhkan
lapangan kerja serta pencari nafkah utama dalam keluarga,
9. Kelompok
adalah kumpulan orang yang memiliki tujuan sama untuk menjalankan suatu
usaha ekonomi produktif secara bersama-sama berdasarkan kemampuannya
masing-masing

10. Organisasi Desa (ORDES)


Adalah mitra kerja Dinas yang membidangi ketenagakerjaan dan
bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan dan melaksanakan pembinaan,
pengawasan dan pendampingan kegiatan PKP agar sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan dan bertanggung jawab atas penggunaan dana sesuai ketentuan
yang berlaku.
11. Lembaga Pendamping
Adalah Lembaga/Organisasi (LSM/OSM) yang mempunyai keahlian, kemampuan
dan profesionalisme dalam melakukan tugas pendampingan terhadap kelompok
binaan.

BAB II
TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN

A. TUJUAN
Menyediakan kesempatan kerja / berusaha produktif bagi tenaga kerja penganggur
dan setengah penganggur melalui sistim padat karya dalam rangka
menumbuhkembangkan
perekonomian
dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.

B. SASARAN
Tersedianya kesempatan kerja / usaha bagi tenaga kerja penganggur dan setengah
penganggur, melalui kegiatan usaha ekonomi produktif sistem padat karya,
meningkatkan pendapatan masyarakat dan menggerakkan perekonomian daerah.

BAB III
PRINSIP, SIFAT, JENIS DAN KRITERIA PADAT KARYA PRODUKTIF
Kegiatan Padat Karya Produktif adalah upaya pemberdayaan masyaralat penganggur
dan setengah penganggur serta sumberdaya ekonomi lain yang dilakukan melalui sistem
padat karya dengan terkelolanya potensi sumberdaya daerah secara baik oleh
masyarakat, maka akan meningkatkan dan mengembangkan perkonomian daerah. Oleh
karena itu dalam pelaksanaannya harus didasarkan pada :
A. PRINSIP KEGIATAN.
1. Perencanaan disusun berdasarkan pada aspek tenaga kerja ( penganggur dan
setengah penganggur ), aspek teknis dan aspek sosial ekonomi.
2. Pelaksanaan kegiatan menggunakan tenaga kerja penganggur dan setengah
penganggur yang relatif banyak di lokasi kegiatan.
3. Perbandingan Komponen Alokasi biaya fisik dengan upah tenaga kerja adalah,
60:40 atau maksimal 50:50 untuk jenis kegiatan tertentu yang banyak
membutuhkan bahan dan peralatan.
4. Tidak ada tuntutan ganti rugi bagi masyarakat atas tanah, pohon atau tanamannya
yang terkena lokasi kegiatan Padat Karya Produktif, dan jika lokasi kegiatan milik
perorangan,maka harus menjadi kesepakatan bersama.
5. Dalam perencanaan dan pengawasan bekerjasama dengan Instansi Teknis terkait
sesuai jenis kegiatannya.
6. Pelaksanaan pekerjaan Padat Karya Produktif TIDAK BOLEH diborongkan
kepada pihak ketiga.
7. Kegiatan Padat Karya Produktif pada dasarnya adalah DARI, OLEH dan UNTUK
masyarakat, dan Pemerintah hanya memfasilitasi kebutuhan masyarakat dengan
sasaran tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur
8. Kegiatan yang dilaksanakan harus berkelanjutan menjadi kegiatan usaha
Produktif, dan dapat memberikan nilai tambah bagi kelompok masyarakat yang
terlibat dalam kegiatan.
B. SIFAT KEGIATAN
1. Sementara
Pekerjaan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu atau waktu-waktu musim
sepi kerja ( temporer ) berupa pekerjaan/kegiatan yang dapat memberikan
penghasilan langsung kepada penganggur dan bermanfaat bagi ekonomi
masyarakat.

2. Permanen
Pekerjaan yang berdampak pada penciptaan dan penyediaan lapangan kerja, atau
meningkatkan dan menumbuhkan kegiatan usaha.
3. Berkelanjutan.
Suatu kegiatan yang berdampak positif secara terus menerus, sehingga dapat
memberikan nilai tambah secara ekonomis kepada tenaga kerja atau masyarakat
dalam jangka panjang.
C. JENIS KEGIATAN
Jenis kegiatan yang dikembangkan dan dilaksanakan bersifat produktif dan
berkelanjutan seperti :
a. Pemanfaatan lahan tidur untuk meningkatkan produksi pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan.
b. Pembuatan embung, waduk, tambak untuk budi daya ikan, udang, kepiting dan
lain-lain
c. Pembuatan kolam ikan untuk budi daya ikan air tawar dan budidaya lainnnya.
d. Pembuatan keramba dan jaring apung untuk budi daya ikan
e. Budi daya rumput laut, rumpon dan lain-lain diperairan daerah pantai
f. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat produktif dan berkelanjutan
D. KRITERIA PADAT KARYA PRODUKTIF
1. Kriteria Kegiatan.
a. Dilaksanakan secara kelompok (10-30 orang)
b. Jenis usaha yang dilakukan bersifat produktif dan berkelanjutan, cepat
menghasikan dan mempunyai peluang pasar yang baik.
c. Sarana usaha dikerjakan oleh anggota kelompok paling lama selama 20 hari
kerja, dan kepada pekerja diberikan upah kerja yang besarnya disesuaikan
dengan dana yang tersedia. Upah pekerja dibayar dan diterimakan langsung
kepada para pekerja.
d. Bantuan modal usaha yang diberikan harus bersifat stimulan (pancingan atau
perangsang) dan dapat dikembangkan sehingga kegiatan dapat berkembang.
e. Seleksi tenaga kerja yang akan menjadi anggota kelompok usaha diutamakan
pencari nafkah utama dalam keluarga, penganggur dan setengah penganggur.
f. Dilarang mempekerjakan anak-anak atau bukan angkatan kerja sebagai
pekerja Padat Karya.
h. Mempunyai dampak positif terhadap pemberdayaan tenaga kerja dan lembaga
ekonomi masyarakat sebagai pendamping.
i. Menggunakan peralatan dan teknologi sederhana.

2. Kriteria Kelompok Sasaran


a. Laki-laki dan perempuan dewasa yang mampu melaksanakan pekerjaan.
b. Pencari nafkah utama dalam keluarga dan dihindarkan dari pengerahan tenaga
kerja dibawah usia kerja.
c. Tenaga kerja yang kehilangan pekerjaannya atau ter PHK
d. Kelompok penganggur akibat dampak bencana alam (kekeringan, Gunung
meletus, banjir, Gempa bumi dan sebagainya).
3. Kriteria Lokasi
Untuk lokasi kegiatan adalah Kecamatan/Desa yang padat penduduk dan banyak
tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur, daerah-daerah terisolir,
kantong-kantong kemiskinan, daerah rawan bencana alam dan atau rawan sosial,
serta daerah yang memiliki potensi sumberdaya ekonomi yang dapat
dikembangkan.
Khususnya bagi Daerah Rawan Bencana Alam, maka kegiatan yang akan
dilaksanakan harus melalui mekanisme antara lain sebagai berikut :
a. Pemda setempat membuat usulan kepada Menakertrans, bahwa akibat
bencana alam diperlukan kegiatan padat karya dalam rangka membangun
kembali sarana/prasarana yang rusak sehingga mempengaruhi roda
perekonomian daerah, memberikan pekerjaan dan peluang usaha untuk
menambah penghasilan bagi masyarakat yang terkena bencana alam.
b. Menakertrans memberikan respon, bahwa usulan kegiatan padat karya dari
pemda tersebut disetujui untuk dilaksanakan sesuai dengan kemampuan yang
ada serta ketentuan yang berlaku.
c. Rapat koordinasi dengan instansi terkait, untuk menyamakan persepsi dan
kesepakatan dilaksanakan kegiatan padat karya di daerah bencana alam.
d. Dirjen Binapenta membuat surat penunjukan lokasi kegiatan padat karya
bencana alam.
e. Disusun rencana angaran biaya ( RAB ) dan desain proyek padat karya sesuai
dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan.

10

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
Agar pelaksanan kegiatan padat karya dapat berjalan dengan baik efisien dan efektif,
maka dalam pelaksanaan dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian/ pengawasan.
A. PERENCANAAN
Perencanaan dilakukan melalui pendekatan bottom up planning, artinya kegiatan
atau usaha yang akan dilakukan dan dikembangkan harus benar-benar merupakan
kebutuhan masyarakat, dan masyarakat sendiri yang akan mengelolanya, sementara
peran pemerintah hanya memfasilitasi serta memberikan bimbingan/petunjuk dan
arahan teknis melalui bimbingan teknis dan pengelolaan usaha, dengan pendekatan
ini diharapkan seluruh potensi sumberdaya lokal yang ada dapat dimanfaatkan dan
dikelola secara optimal, guna memberikan kesejahteraan masyarakat.
Dalam perencanaan, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu :
1. Potensi
Identifikasi potensi sumberdaya perlu dilakukan untuk mengetahui potensi yang
tersedia, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Sumber daya
alam yang belum dikelola secara maksimal atau masih terlantar, misalnya lahan
tidur yang belum didayagunakan bukan karena ketiadaan modal. Hal ini penting
karena kegiatan padat karya bukanlah kegiatan pemberian dana (modal). Dengan
demikian lahan yang akan digunakan sebagai usaha harus merupakan aset
kelompok usaha, baik secara pinjam, sewa, kontrak, maupun bagi hasil dengan
pihak ke III yang disyahkan oleh pejabat yang berwenang.
Sementara SDM mempunyai peranan yang sangat menentukan keberhasilan
program, oleh karena itu SDM yang akan mengelola SDA harus dipersiapkan
dengan cara pemberian keterampilan teknis dan menejemen melalui pembekalan
atau pelatihan.
2. Lokasi
Penanggung jawab kegiatan, menetapkan lokasi berdasarkan kriteria. Penetapan
lokasi kegiatan berdasarkan identifikasi dan skala prioritas yang disesuaikan
dengan pembangunan daerah dan kriteria yang telah ditetapkan, diutamakan
daerah yang mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Tingkat penganggur dan setengah penganggurnya tinggi
b. Tersedianya bahan baku untuk kelancaran suatu usaha
c. Tersedianya sarana dan prasarana / infrastruktur yang menunjang
pengembangan usaha-usaha produktif dan pemasarannya
d. Adanya orang-orang atau kelompok-kelompok masyarakat yang berpotensi
untuk melakukan usaha produktif secara bersama-sama atau berkelompok.

11

3. Jenis Usaha
Untuk memilih dan merencanakan jenis usaha yang akan dikelola dan
dikembangkan, perlu dilakukan survey mengenai potensi dan peluang pasar
agar usaha tersebut dapat berkesinambungan. Jenis usaha yang akan
dilaksanakan dan dikembangkan hendaknya difokuskan pada usaha-usaha
disektor Pertanian yang memiliki nilai ekonomi atau jual cepat dan tinggi
seperti :
a. Usaha-usaha disektor pertanian sub sektor tanaman pangan dan
hortikultural antara lain : budidaya padi, jagung, cabe, kentang, buah-buahan;
b. Usaha-usaha disektor pertanian sub sektor peternakan antara
lain : penggemukan sapi, kambing, babi, peternakan ayam potong dan
petelur;
c. Usaha-usaha disektor pertanian sub sektor perikanan antara lain :
pembenihan udang, budidaya rumput laut, kolam ikan , tambak, dan
keramba;
d. Bidang usaha industri kecil antara lain : pembakaran gamping, batu bata,
pembuatan keramik dan pembuatan batako.
B.

PELAKSANAAN.
1.

Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, kegiatan - kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Penunjukan Personil pelaksana Kegiatan
Dengan memperhatikan ketentuan dan kemampuan anggaran dalam DIPA,
Penanggung Jawab Kegiatan melakukan konsultasi dan koordinasi pada
atasan langsung untuk menyusun daftar calon personil pelaksana kegiatan,
dan setelah mendapat persetujuan dari Kadisnaker, maka segera diterbitkan
Surat Keputusan penunjukan personil pelaksana dan salinan disampaikan
kepada yang bersangkutan.
b. Penyusunan Rencana pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan DIPA yang ada, Penanggung Jawab Kegiatan menyusun
Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( Renlakgiat ) dengan tata urut sebagai
berikut :
Bab. I. Pendahuluan ( Umum, Dasar Hukum, Maksud dan Tujuan,
Ruang Lingkup dan Tata Urut )
Bab.II. Sasaran Kegiatan ( Sasaran Kualitatif , Sasaran Kuantitatif ),
Bab. III. Pembagian Pekerjaan,
Bab. IV. Pelaksanaan Pekerjaan,
Bab. V. Jadual Kegiatan,
Bab. VI. Dukungan Anggaran,
Bab. VII. Dukungan Peralatan dan Mesin,
Bab VIII. Pelaporan dan Evaluasi
Bab IX. Penutup.

12

c.

Penyusunan jadual pelaksanaan kegiatan dilakukan berkoordinasi


dengan Instansi teknis terkait dan ORDES (sebagai mitra kerja dalam
pelaksana kegiatan)

Penyediaan bahan dan alat.


Sesuai dengan jadual kegiatan segera disusun rencana penyediaan
bahan/bibit dan peralatan untuk pelaksanaan kegiatan fisik.

d.

Penyediaan Pembiayaan
Agar kegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana tepat pada
waktunya, maka Bendaharawan atau Bendaharawan Pemegang Uang
Muka Cabang (BPUMC) sebelumnya harus menyediakan uang
pembiayaan yang diperlukan sesuai jadual. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut diatas, BPUMC memproses hal hal teknis keuangan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam melaksanakan pekerjaan, Bendaharawan atau BPUMC dibantu
tenaga administrasi.

e.

Penggandaan formulir dan barang cetakan


Sebelum kegiatan fisik dimulai, terlebih dahulu disediakan formulir dan
barang cetakan lainnya yang akan digunakan dalam tahap pelaksanaan
kegiatan seperti formulir laporan, persekot kerja, daftar hadir, daftar nama
calon peserta program dst.

f.

Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan oleh Disnakertrans bersama-sama pihak
Instansi terkait, ORDES untuk memberikan informasi kepada masyarakat
agar memahami arti, tujuan dan sasaran program, pelaksanaan
fungsi/manfaat dan lain-lain tentang pelaksanaan kegiatan Padat Karya
Produktif.
Agar pelaksanaan penyuluhan berhasil dengan baik perlu dilakukan
melalui forum rapat kerja Kabupaten atau Kecamatan. Di Kelurahan/Desa
dilakukan pertemuan yang lebih luas, dimana hadir Camat dan pejabatpejabat serta para pemuka masyarakat.

g. Pendaftaran dan Seleksi Peserta Program


Untuk kebutuhan pelaksanaan fisik kegiatan, perlu pendataan peserta
program dan diutamakan mereka adalah penganggur/setengah
penganggur yang berdomisili di kecamatan/lokasi kegiatan, keluarga
miskin dilokasi /tempat kegiatan.
Calon peserta program diharuskan terlebih dahulu mendaftarkan diri pada
petugas Lapangan Padat Karya (PLP-PK) atau petugas yang ditunjuk oleh
ORDES.
Selanjutnya PLP-PK melakukan seleksi dan menetapkan peserta program
yang akan membentuk kelompok-kelompok usaha. (1 kelompok usaha
terdiri dari 10 30 orang yang dipimpin oleh seorang Ketua kelompok )
Kepada peserta program dijelaskan tentang tugas/kewajiban dan haknya.
13

h. Pemasangan Papan Nama Kegiatan


- Sebelum kegiatan fisik dimulai harus dilakukan pengecekan kembali
tentang situasi dan keadaan lokasi. Selanjutnya dipasang papan nama
kegiatan dari kayu di lokasi kegiatan (contoh formulir A)
- Papan Nama Kegiatan berfungsi sebagai patokan lokasi pelaksanaan fisik
kegiatan bagi para pekerja tentang letak, jenis usaha, bentuk dan ukuran
bangunan fisik yang harus mereka kerjakan .
- Pemasangan papan nama kegiatan harus dilakukan oleh petugas teknis
yang dibantu oleh PL-PKP atau teknisi, sekaligus mempelajari situasi dan
medan yang ingin dilaksanakan dan diawasinya
2. Tahap Pelaksanaan Fisik
Pada tahap pelaksanaan fisik, kegiatan yang dilakukan meliputi :
a). Pencatatan Peserta Program
Pada hari pertama sebelum pekerjaan fisik dimulai, PLP-PK wajib
mengecek dan mencatat nama peserta program yang terpilih untuk ikut
bekerja dalam pembuatan sarana fisik usaha (formulir B)
b). Pembentukan Kelompok Usaha
Setelah proses pencatatan peserta program PL-PKP bersama ORDES
membentuk kelompok usaha, jumlah peserta dalam kelompok tergantung
pada jenis usaha yang akan dikelolanya, sebab ada jenis-jenis usaha yang
tidak menentukan banyak orang dalam pengelolahan seperti bertrnak itik,
kambing, sapi dan babiyang hanya membutuhkan paling banyak 5 orang
dalam satu kelompok.
c). Pembekalan
Setelah peserta program terpilih dan membentuk kelompok usaha, maka
kepada
mereka
diberikan
peningkatan
keterampilan
melalui
pelatihan/pembekalan yang mencakup keterampilan teknis untuk
meningkatkan
kemampuan
pengelolaan
usaha
atau
membuat/memproduksi barang dengan kualitas yang baik dan dengan
cara yang efisien dan efektif, serta keterampilan menejerial agar para
pengurus dalam kelompok mampu melakukan usaha yang bersifat
administrasi dan menejerial mulai dari rencana produksi sampai dengan
pemasaran. Pembekalan dilaksanakan selama 6 (enam) hari atau
54 Jampel (Materi Pembakalan terlampir).

14

MATERI
PEMBEKALAN USAHA PRODUKTIF

No
A.

MATERI PEMBEKALAN
KELOMPOK UMUM

(Narasumber dr Pusat)

1. Kebijakan Ditjen Binapenta.


2. Program dan Kegiatan Dit. PKK
3. Kebijakan Ketenagakerjaan Daerah

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

C.

KELOMPOK INTI

(Narasumber dr Pusat/Daerah)

Konsep Sistim Padat Karya


Manajemen ke Wirausahaan
Memilih Usaha dan Lokasi Usaha
Pengetahuan Teknis (disesuaikan dengan usaha yang dikembangkan)
Pembukuan Praktis
Menyusun Kebijakan Usaha
Cara Menyusun Laporan Rugi Laba
Memilih Mitra Usaha

KELOMPOK PENUNJANG

1. Manajemen Organisasi dan Pendampingan (Narasumber Daerah)


2. Evaluasi dan Pelaporan (Narasumber Daerah)

JUMLAH

JUMLAH
JAMPEL
(10 JAMPEL)
4 Jampel
3 Jampel
3 Jampel

(36 JAMPEL)
6
5
5
5
5
5
2
3

Jampel
Jampel
Jampel
Jampel
Jampel
Jampel
Jampel
Jampel

( 8 JAMPEL )
4 Jampel
4 Jampel

54 JAMPEL

15

d). Pembuatan Sarana Usaha


Pembuatan sarana usaha merupakan tugas dari peserta program yang
pengawasannya dilakukan oleh petugas instansi teknis terkait, ORDES
sebagai pelaksana kegiatan dan PLP-PK. Pembuatan sarana usaha
dikerjakan paling lama selama 20 hari kerja dan kepada para pekerja
diberikan Uang Perangsang Kerja (UPK) atau Upah Tenaga Kerja (UTK)
yang besarnya disesuaikan dengan dana yang tersedia.
e). Pembayaran Upah Tenaga Kerja
Prosedur pembayaran upah tenaga kerja (UTK) diatur sebagai berikut :
Juru bayar mengajukan permohonan uang muka kerja kepada
Bendaharawan/BPUMC maksimal 6 (Enam) hari kerja untuk
pembayaran uang tenaga kerja pada minggu yang sedang berjalan.
Besarnya uang muka kerja tersebut adalah jumlah pekerja selama
6 hari kerja kali besarnya UTK yang telah ditentukan.
Setiap pengajuan uang muka kerja diatas harus disertai dengan
keterangan daftar hadir pekerja pada minggu berjalan (formulir C) atau
pernyataan dari PLP tentang jumlah pekerja proyek yang ikut bekerja
dan harus dibayar minggu yang bersangkutan ( formulir D).
Atas dasar permohonan itu BPUMC dengan persetujuan Penanggung
Jawab Kegiatan menyerahkan sejumlah UTK yang diperlukan kepada
Juru Bayar yang bersangkutan.
Pembayaran UTK kepada tenaga kerja dilaksanakan seminggu sekali
(Satu minggu 6 hari Kerja), dengan menggunakan (formulir E)
Nama setiap Pekerja yang tercatat dalam formulir E, harus sama
dengan nama yang tercantum di (formulir B).
Pembayaran UTK
( bukan borongan ).

bukan

atas

dasar

perhitungan prestasi kerja

Pekerja yang menerima UTK diharuskan menandatangani di formulir E


rangkap 5 (lima).
Penyimpanan uang kegiatan agar dilakukan menurut ketentuan yang
berlaku.
Pengiriman/penyerahan UTK dari Disnaker ke lokasi kegiatan agar
dilaksanakan dengan cara yang seaman mungkin. Untuk keperluan ini
dapat dibawa sendiri oleh juru bayar atau dititipkan pada brankas
kecamatan dilokasi yang bersangkutan.

16

f). Bantuan Sarana/Modal Usaha


Bantuan sarana/modal usaha bagi kelompok usaha besarnya disesuaikan
dengan dana yang tersedia. Bantuan diberikan kepada kelompok usaha
untuk memulai atau mengembangkan usahanya. LSM/OSM/Ordes sebagai
pendamping wajib memantau penggunaan bantuan tersebut agar bantuan
modal dapat bergulir dan jumlah kelompok binaan semakin bertambah.
Penerimaan bantuan sarana/modal usaha menggunakan (formuir F).
g). Inventarisasi/penggunaan bahan (bibit) dan peralatan.
Dalam penggunaan bahan/bibit, alat dan barang lainnya harus
diinventarisasikan dan menjadi tanggung jawab ORDES/LSM yang
bersangkutan sebagai mitra pelaksana kegiatan.
Penerimaan bahan/bibit dan peralatan menggunakan (formulir G)
h). Kecelakaan Kerja, Musibah dan bencana Alam
Dalam komponen anggaran, tidak disediakan dana untuk memberikan
tunjangan atau jaminan kecelakaan kerja bagi pekerja. Untuk itu maka
PLP.PK, Teknisi Padat karya dan pelaksana teknis/pengawas serta
pejabat lain wajib memberi petunjuk-petunjuk tentang keselamatan kerja
kepada para pekerja sebelum dan selama bekerja.
Biasanya kecelakaan kerja itu timbul disebabkan oleh kealpaan,
keletihan dan sifat kecerobohan para pekerja.
Apabila terjadi bencana alam ( banjir, tanah longsor, gempa bumi,
kekeringan dan lain-lain) yang mengakibatkan kerusakan/ kemusnahan
sebagian atau seluruh fisik kegiatan, maka PL-PK wajib melaporkan
kepada pelaksana teknis/pengawas dan Penanggung jawab kegiatan
yang bersangkutan untuk memperoleh petunjuk tentang tindakan yang
perlu diambil. Jika hal tersebut belum mendapatkan penyelesaian, maka
Penanggung Jawab Kegiatan harus segera melaporkan kepada
Penanggung jawab Teknis dengan melampiri berita acara untuk
mendapatkan penyelesaian/ jalan keluar.
C.

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


Pada dasarnya pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan
dilakukan oleh berbagai pihak, baik masyarakat maupun Instansi Pemerintah yang
berkepentingan terhadap pembangunan diwilayah atau desa yang bersangkutan.
Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan
cara ;
1)

Pengawasan dan pengendalian lintas sektoral

Pengawasan dan pengendalian sehari-hari dibidang teknis dilakukan oleh


instansi teknis yang bersangkutan.

Pengawasan dan pengendalian di bidang tenaga kerja dan pembayaran


Upah Tenaga Kerja atau uang perangsang kerja dilakukan oleh
pejabat/petugas dari Kantor Dinas Tenaga Kerja setempat.

17


2)

Pengawasan dan pengendalian umum dilakukan oleh pemerintah daerah,


Perguruan Tinggi dan lembaga masyarakat setempat,

Pengawasan fungsional
Pengawasan fungsional dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Depnakertrans
sebagai pengawas dalam lingkungan Depnakertrans yang berada langsung
di bawah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta pengawasan yang
dilakukan oleh Bawasda Kabupaten/ Kota

3)

Pengawasan dan pengendalian atasan langsung (pengawasan melekat)


Sesuai dengan hirarki organisasi, pengawasan atasan langsung dilakukan
oleh semua pimpinan satuan organisasi menurut tingkatan organisasi dan
hirarki dengan jangkauan 3 eselon dibawahnya di dalam unit masing-masing.

4).

Pengawasan terhadap pengelolaan kegiatan harus dilakukan secara intensif


dan efektif. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan
penyelewengan yang berakibat merugikan negara. Hal tersebut dapat
mengakibatkan target pendayagunaan tenaga kerja, pelaksanaan fisik dan
batas waktu penyelesaian kegiatan.

5).

Pengawasan yang intensif dapat dilakukan secara langsung


dengan
mengadakan peninjauan di lapangan dan secara tidak langsung melalui
penelitian laporan-laporan yang masuk.

18

BAB V
ORGANISASI
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan agar dapat berjalan dengan baik, maka
diperlukan organisasi pelaksana yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya. Dan
agar dapat dicapai hasil yang maksimal diharapkan adanya koordinasi, integrasi, dan
persamaan persepsi diantara pelaksana.
A. TINGKAT PUSAT
1. Pembina
Sebagai pembina adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang fungsinya
adalah memberikan bimbingan dan arahan kebijakan umum agar tujuan dan
sasaran program dapat tercapai.
2. Penanggung Jawab Program
Sebagai penanggung jawab program adalah Direktorat Jenderal Pembinaan
Penempatan Tenaga Kerja (BINAPENTA). Tugas dan fungsinya memberikan
petunjuk dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program agar tujuan
program dapat tercapai.
3. Penanggung jawab Teknis
Sebagai penanggung jawab teknis adalah Direktur Pengembangan Kesempatan
Kerja. Tugas dan fungsinya memberikan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan.
B. TINGKAT PROVINSI
Sebagai Penanggungjawab Program di Tingkat Provisi adalah Kadisnakertrans atau
Kadis yang membidangi ketenagakerjaan. Sedangakan penanggung jawab kegiatan
adalah pejabat yang menangani bidang ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh
penanggung jawab program tingkat Propinsi, Tugas dan fungsinya adalah
melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan,
serta hasil yang dicapai sesuai sasaran yang telah ditetapkan.
Kadisnakertrans sebagai koordinator pelaksana operasional yang secara fungsional
melakukan hal-hal sebagai berikut :
Bersama instansi teknis terkait mengadakan koordinasi dalam rangka sosialisasi
dan pembinaan kegiatan.
Memberikan bimbingan dan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan.
Melakukan pemantauan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.

19

C. TINGKAT KABUPATEN/KOTA
1. Penanggung jawab Program
Sebagai penanggung jawab program di Tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala
Dinas yang menangani bidang Ketenagakerjaan. Adapun tugas dan fungsinya
adalah melakukan koordinasi dan sosialisasi kegiatan Padat Karya Produktif
kepada instansi teknis terkait, melaksanakan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan.
2. Penanggung jawab kegiatan
Sebagai penanggung jawab kegiatan adalah pejabat yang menangani bidang
ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh penanggung jawab program di
Kabupaten/Kota.
Tugas dan fungsinya adalah bertanggung jawab kepada penanggung jawab
program atas pelaksanaan kegiatan di wilayah tugasnya dan melakukan kegiatan
perencanaan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan Padat Karya Produktif, baik administrasi keuangan maupun
fisik secara keseluruhan.
3. Bendaharawan Pemegang Uang Muka Cabang
Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan, mencairkan, menerima,
menyimpan, mencatat dan membayar atas persetujuan penanggung jawab
kegiatan serta menyelenggarakan administrasi keuangan sesuai peraturan yang
berlaku .
4. Sekretariat
Tugas dan fungsi sekretariat adalah membantu BPUMC dalam rangka
pelaksanaan kegiatan baik administrasi maupun keuangan. Anggota Tim
Sekretariat diutamakan dari Staf Bidang Penempatan dan Pengembangan
Kesempatan Kerja.
5. Organisasi Desa (ORDES)
Sebagai penanggung jawab pelaksana kegiatan adalah ORDES yang ada di
wilayah lokasi kegiatan. Tugas dan fungsinya adalah bersama petugas
PL-PKP melaksanakan kegiatan fisik sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, dan bertanggung jawab atas penggunaan dana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
6. Staf Pelaksana Kegiatan.
Staf pelaksana kegiatan Padat karya Produktif, diangkat oleh penanggung jawab
program dan mempunyai fungsi dan tugas melaksanakan dan bertanggungjawab
terhadap kelancaran melaksanaan kegiatan Padat Karya. Staf pelaksana kegiatan
diutamakan dari Staf bidang Penempatan dan Pengembangan Kesempatan Kerja.

20

7. Petugas Lapangan Padat Karya (PL.PK)


Bertugas memberikan arahan teknis terhadap kepala kelompok, tukang dan
pekerja. Agar hasil kegiatan sesuai dengan ketentuan/sasaran kegiatan, serta
menyiapkan sejumlah pekerja yang diperlukan.
Petugas Lapangan Padat Karya (PLPK) adalah Aparat Dinas Tenaga Kerja atau
Dinas/Lembaga Masyarakat yang berpengalaman secara teknis atau yang telah
mengikuti Diklat PL-PK atau Pemandu lainnya yang berkaitan dengan Kegiatan
Padat Karya.
8. Pengawas
Tugas dan Fungsinya memberi arahan serta masukan dan pemantauan terhadap
pelaksanaan kegiatan agar hasil pelaksanaan sesuai dengan batuan dan tujuan
kegiatan. Pengawas yang ditunjuk berasal dari Instansi teknis tekait atau yang
ditunjuk oleh Penanggung Jawab Program.
9. Juru Bayar
Bertugas membayar UPK/UTK serta bertanggungjawab atas pekerjaannya yang
berkaitan dengan masalah kerja dan administrasinya. Juru bayar berasal dari
Dinas Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Penanggungjawab Program.
10. Teknisi
Bertugas menyusun perencanaan dan mengawasi kegiatan serta memberikan
arahan teknis pelaksanaan kegiatan fisik, seperti membuat gambar design dan
pemasangan Patok dan pelaksanaannya.
11. Pekerja
Pekerja bertugas mengerjakan pekerjaan sesuai dengan petunjuk Ketua
Kelompok.

21

Bagan Organisasi Pelaksanaan Kegiatan Padat Karya Produktif terlampir.


STRUKTUR ORGANISASI
KEGIATAN PADAT KARYA PRODUKTIF
PEMBINA
MENAKERTRANS
PENANGGUNG JAWAB PROGRAM
DIRJEN BINAPENTA
PENANGGUNG JAWAB TEKNIS
DIREKTUR PSPKK
PUSAT

KOORDINATOR
GUBERNUR
KEPALA DINAS BIDANG
KETENAGAKERJAAN PROVINSI

BUPATI/
WALIKOTA

PENANGGUNG JAWAB PROGRAM


KEPALA DINAS BIDANG
KETENAGAKERJAAN KAB/KOTA
PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN
KASUBDIN Bid. KETENAGAKERJAAN

BEND.
PKP

SEKRETARIAT

- PL - PKP
- ORDES

Juru bayar
Pengawas
Pekerja/Kelom
pok

22

BAB VI
DUKUNGAN ANGGARAN
Penggunaan anggaran untuk komponen pelaksanaan kegiatan secara garis besar dapat
diuraikan sebagai berikut :
A.

PENGGUNAAN ANGGARAN KEGIATAN


1.

Honor yang terkait dengan output kegiatan (521213)


 Dana yang tersedia digunakan untuk honorarium Penanggung jawab,
Koordinator, Staf Administrasi, Petugas Lapangan, Pengawas Teknis,
Pengawas Lapangan, dan Juru Bayar.
 Honor tersebut diatas dilakukan dengan cara Pembayaran Langsung (LS)
dengan catatat harus dilengkapi dengan Surat Setoran Pajak (SSP) sudah
dibuat terlebih dahulu oleh Bendaharawan pelaksana program.

2.

Belanja Bahan-bahan (521211)


 Dana yang tersedia digunakan untuk alat tulis kantor dan penggandaan
formulir, pengadaan bahan bangunan fisik serta peralatan kerja, papan
nama, gambar desain, dokumentasi dan bantuan sarana usaha.
 Khususnya pengadaan bahan bangunan fisik harus diterbitkan Surat
Keputusan Panitia Pengadaan Dinas yang bersangkutan dan diketahui oleh
KPA dan PPK.
 Pengadaan di atas Rp. 10 juta harus dilakukan pihak ketiga dengan
LS/Pembayaran Langsung oleh daerah Pelaksana Program.
 Pengadaan di bawah Rp. 10 juta harus menggunakan SPPB (Surat
Permintaan Pesanan Barang) dengan catatan diatas Rp. 5 juta harus pakai
SPK.
 Pembuatan gambar design harus sesuai dengan jenis fisik yang akan
dilaksanakan dan diketahui oleh Dinas Teknis terkait.
 Papan nama dipasang ditempat Titik Awal lokasi kegiatan.

3.

Belanja Barang Non Operasional lainnya (521219)


 Dana yang tersedia digunakan untuk UPK (Pekerja, Kepala Kelompok,
Tukang), Penyusunan Laporan, Pengiriman Surat, Rapat Persiapan,
Indentivikasi Potensi, Konsumsi dan Kesehatan.
 Dalam setiap rapat harus ada notulen rapat dan daftar hadir
 Pada akhir pelaksana program diwajibkan untuk membuat laporan
paripurna secara komprehensive.
 Kesehatan digunakan untuk pengadaan obat-obat ringan sebagai antisipasi
jika terjadi kecelakaan musibah ringan.

23

 Konsumsi pembekalan digunakan untuk membiayai dalam rangka


pelaksanaan pembekalan teknis Produksi atau menajemen kewirausahaan
baik secara institusional maupun non institusional bagi peserta program
(sewa ruang dan konsumsi)
4.

Belanja Jasa Propesi (522115)


 Dana yang tersedia digunakan untuk narasumber pembekalan.

5.

Belanja Perjalanan lainnya (524119)


 Dana yang tersedia digunakan untuk perencanaan dan persiapan,
peninjauan dan penyuluhan, monitoring dan evaluasi kegiatan yaitu bagi
petugas Kabupaten/Provinsi.
 Dalam pertanggungan jawab perjalanan Dinas harus dilengkapi dengan
Laporan Perjalanan Dinas.
 Perjalanan Dinas ke Pusat hanya digunakan dalam rangka konsultasi ke
Pusat/Jakarta.

*
B.

Contoh Rencana Anggaran Biaya (RAB) terlapir.

PENGELOLAAN DAN MEKANISME PENCAIRAN DANA


Tahap-tahap mekanisme pencairan dana sebagai berikut :
1. Penanggung jawab kegiatan terlebih dahulu membuat pertanggung jawaban
atas pengeluaran belanja honor tidak tetap/gaji upah (512112) sesuai dengan
RAB kecuali untuk Uang Perangsang Kerja (UPK), karena untuk UPK cukup
dibuatkan rencana penggunaan uang untuk pembayaran kepada para pekerja
dari minggu Pertama sampai dengan minggu Terakhir, dengan dilampirkan
nama-nama para pekerja, sesuai contoh yang telah diberikan oleh Bendahara.
2. Setiap pengeluaran harus dibuktikan data otentik dan apabila terkait dengan
pemotongan/pembayaran pajak ( PPn/PPh ) sebaiknya langsung disetorkan ke
Kantor Kas Negara setempat.
3. Bukti pengeluaran sebagaimana point 1 dan 2 segera disampaikan kepada
Kuasa Pengguna Anggaran ( KPA ) untuk di rekap/dibuatkan SP2D dan
dimintakan Pembayaran Langsung (LS) dari KPN.
4. Untuk keperluan pengadaan bahan-bahan, penanggung jawab kegiatan terlebih
dahulu membuat SK Panitia pengadaan di daerah. Panitia memproses
keperluan pengadaan sesuai ketentuan berlaku sampai selesai kemudian surat
pertanggung beserta kwintasinya ( asli ) dikirimkan/ ke Keusa Penggunaan
Anggaran ( KPA ) untuk diproses / dibuatkan SP2D dan dimintakan pembayaran
dari KPN.

24

C.

Pengelolaan Bantuan Sarana Usaha


Setiap kegiatan Padat Karya Produktif tersedia Bantuan Sarana Usaha yang pada
hakekatnya merupakan bantuan modal awal usaha bagi kelompok usaha yang
diharapkan dapat menumbuh kembangkan usaha yang dikelola.
Bantuan modal usaha tersebut harus dikelola secara profesional sehingga dapat
meningkatkan dan mengembangkan usaha kelompok. Oleh karena itu dalam
pengelolaan modal harus dilandaskan pada prinsip Transparansi, Demokratis, dan
acountabiltas. Bantuan modal kepada kelompok usaha produktif hanya untuk
membiayai kegiatan usaha yang diusulkan sesuai proposal dan tidak boleh
digunakan untuk membiayai kegiatan lain diluar proposal yang telah diajukan.
Bantuan sarana usaha hanya diberikan kepada kelompok usaha produktif
maksimal Rp. 20.000.000,- (Dua Puluih Juta Rupiah) per-kelompok atau maksimal
Rp. 2.000.000,- (Dua Juta Rupiah) per-anggota. Pemberian bantuan modal kepada
kelompok usaha diberikan dalam 3 (tiga) tahapan. Tahap pertama diberikan pada
saat awal kegiatan usaha di mulai setelah pembuatan sarana usaha dan pemberian
bahan selesai dilakukan sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah), sedangkan
tahap berikutnya disesuaikan dengan kebutuhan kelompok usaha.
Lembaga pendamping (LSM/)OSM/ORDES) memberikan arahan dan bibmbingan
terhadap kelompok usaha produktif dalam penggunaan bantuan modal serta
rencana pengembangan bantuan modal kepada kelompok usaha Pengendali teknis
ditingkat Kabupaten/Kota melakukan pemantauan atas penggunaan bantuan modal
dan memberikan laporan secara berkala kepada Penanggung jawab Negara di
derah.

D.

MEKANISME PENGAJUAN PROPOSAL KEGIATAN PK PRODUKTIF


Mengajukan proposal kegiatan Padat Karya Produktif diusulkan oleh
Bupati/Walikota kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, melalui Dinas
Tenaga Kerja Propinsi tembusannya disampaikan kepada Dirjen Pembinaan
Penempatan Tenaga Kerja dan Direktur Pengembangan Kesempatan Kerja serta
Biro Perencanaan Depnakertrans.

25

Kerangka proposal kegiatan Padat Karya Produktif memuat unsur-unsur antara


lain :

BAB. I.

PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Permasalahan
C.
Maksud dan Tujuan
D.
Sasaran

BAB II

RENCANA KEGIATAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

BAB. III

Tahapan Kegiatan
- Persiapan
- Pelaksanaan
Jenis Kegiatan
Lokasi Kegiatan
Rencana Anggaran Biaya
Rencana Jadual Pelaksanaan
Pengorganisasian
Penanggung Jawab Kegiatan

PENUTUP

Lampiran-Lampiran
1.
2.
3.
4.

Rencana Anggaran Biaya terdiri dari :


- Biaya administrasi ( operasional )
- Biaya phisik ( DURK )
Rencana Jadwal Pelaksanaan
Gambar Desain
Peta Lokasi Kegiatan

26

BAB. VII
PELAPORAN DAN EVALUASI
A.

PELAPORAN.
Dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan Padat Karya
Produktif diperlukan laporan pelaksanaan kegiatan. Hal ini sekaligus untuk
mengetahui perkembangan dan kendala yang didapat dilapangan, sehingga
secara dini dapat diketahui hambatan dan permasalahan yang dihadapi.
Disamping itu, pelaporan dapat digunakan sebagai pengendalian dan
pengawasan kegiatan sehingga target yang telah ditetapkan dapat terealisasi
secara dan maksimal dan hasilnya memiliki kemanfaatan besar.
Adapun bentuk laporan adalah laporan mingguan, bulanan dan laporan
akhir/paripurna. Laporan ini berisi antara lain data tentang perkembangan
pelaksanaan fisik dan keuangan, pendayagunaan tenaga kerja, pembayaran UTK,
penggunaan biaya (fisik dan operasional), peggunaan bahan alat yang telah
dikeluarkan.
> Formulir Pelaporan Terlampir ( PK 1,2,3)
a.

Laporan Mingguan
PL-PK Produktif berkewajiban membuat laporan mingguan yang memuat data
tentang perkembangan fisik, penggunaan tenaga kerja dan pembayaran uang
perangsang kerja setiap minggu selama pelaksanaan kegiatan. Laporan
mingguan dibuat dengan menggunakan formulir PK-1 apabila terdapat
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan maka PL-PKP diharuskan melaporkan
adanya hambatan tersebut kepada Penanggung Kegiatan menggunakan
formulir PK-3.

b.

Laporan Bulanan
Penanggung jawab kegiatan melalui penanggung jawab program, membuat
laproran bulanan, yang bahannya diambil dari laporan mingguan. Laporan
Bulanan menggunakan formulir PK-2 dikirim ke Pusat dengan alamat
Direktur
Pengembangan
Kesempatan
Kerja
Depnakertrans
R.I,
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lantai IV Blok. A Jakarta Selatan atau
dengan Faxcimile 021-5274930.

c.

Laporan Perkembangan Usaha


Untuk mengetahui keberhasilan program, maka kepada Ketua Kelompok
usaha diwajibkan membuat laporan perkembangan usahadari kegiatan usaha
yang dikelola oleh kelompok secara bersama-sama dengan menggunakan
formulir i. Laporan disusun dengan diketahui/ dibimbing oleh pendaping
(LSM/ORDE) bersama PL-PK dan dikirmkan kepenanggung jawab kegiatan
untuk selanjutnya diteruskan ke Direktur Pengembangan Kesempatan Kerja di
Jakarta.

27

d. Laporan Paripurna dan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan


1.

Petugas Lapangan Padat Karya (PL-PK) bersama ORDES berkewajiban


membuat laporan paripurna setelah pelaksanaan kegiatan selesai.
Laporan tersebut dikirim ke penanggung jawab program melalui
penanggung jawab kegiatan.

2.

Selanjutnya Penanggung jawab kegiatan menghimpun dan mengolah


laporan tersebut sebagai dasar pembuatan laporan paripurna. Laporan
dimaksud
dikirimkan
ke
Depnakertrans,
dengan
alamat
Direktur Pengembangan Kesempatan Kerja, Jl. Jend. Gatot Subroto
Kav. 51 Lantai IV Blok A Jakarta selatan. Adapun kerangka laporan
paripurna sebagai berikut.

28

KERANGKA LAPORAN PARIPURNA

Daftar isi
PENDAHULUAN
Bab. I

TUJUAN UMUM
- Tinjauan geografi daerah
- Keadaan Sosial Ekonomi daerah

Bab. II

PELAKSANAAN KEGIATAN

Bab. III

ASPEK KETENAGAKERJAAN

Bab. IV

HASIL KEADAAN FISIK


- Dimensi bangunan
- Volume pekerjaan

Bab. V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab. VI

PENUTUP

LAMPIRAN - LAMPIRAN :
Setiap kegiatan Padat Karya Produktif yang telah selesai dikerjakan diserah terimakan
dari Penanggung jawab Kegiatan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan. Adapun Berita Acara Serah Terima Lokasi Proyek Padat Karya Produktif
tersebut dibuat dengan menggunakan formulir H dan dilengkapi dengan dokumen yang
terdiri atas :
Dokumentasi Kegiatan PKP
Dalam rangka melengkapi administrasi pelaksanaan kegiatan PKP maka diperlukan
dokumentasi kegiatan PKP yang terdiri atas :
1. Foto Aktivitas Kegiatan PKP
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang pelaksanaan kegiatan,
Pelaksana Kegiatan ( PL - PKP ) membuat foto dokumentasi kegiatan dengan
ketentuan :
a. Dari setiap lokasi kegiatan dibutuhkan minimal 9 (sembilan) lembar foto ukuran
kartu pos yaiu :
* Pada satu tempat (pengambilan dari satu titik dan posisi yang sama masingmasing 0 %, 50%, dan 100%) dimaksudkan agar perkembangan pelaksanaan
kegiatan dapat diketahui.

29

* 3 (tiga) Foto yang memperlihatkan kegiatan-kegiatan pembekalan / pelatihan.


* 2 (dua) foto pada waktu para pekerja sedang sibuk mengerjakan pembuatan
sarana usaha. \
* 1 (satu) Foto pada waktu para pekerja sedang menerima Uang Perangsang
UTK.
b. Laporan foto dibuat rangkap 3 dan ditempelkan pada formulir yang telah
disediakan sebagai lampiran dari kesimpulan hasil fisik, masing-masing untuk
disampaikan kepada Dirjen Binapenta cq. Direktur Pengembangan Kesempatan
Kerja dan arsip untuk Penanggung jawab kegiatan. Sedangkan film dari foto
dokumentasi tersebut agar disimpan dengan baik untuk sewaktu-waktu diperlukan.
2. Papan data kegiatan Padat Karya Produktif
Di Kantor Disnakertrans harus tersedia papan data kegiatan yang memuat data hasil
pelaksanaan kegiatan baik fisik maupun keuangan dan membuat data aktifitas
kegiatan yang terbaru sesuai perkembangan. (Formulir A)
B.

EVALUASI
Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan kegiatan Padat Karya Produktif yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
1.

Perencanaan
Meliputi pemilihan lokasi, jenis kegiatan, sosialisasi dan
pembiayaan kegiatan dan pembuatan design.

rencana

2.

Pelaksanaan
Pelaksanaan meliputi kegiatan persiapan, penyusunan rencana kegiatan,
penyuluhan, pengerahan tenaga kerja, organisasi, tugas dan fungsi
pelaksana, pengadaan dan penggunaan bahan/alat, pelaksanaan kegiatan
fisik, produktivitas pekerjaan, manfaat kegiatan Padat Karya Produktif bagi
masyarakat dan penganggur dan lain-lain.

3.

Pengendalian dan Pengawasan


Meliputi peranan Pengawasan, peranan masyarakat/ lembaga masyarakat
dalam proses pelaksanaan kegiatan, seperti pembayaran UPK/UTK,
pengerahan tenaga kerja, teknis pelaksanaan pekerjaan fisik dan lain-lain

30

BAB . IX
PENUTUP
Dengan tersusunnya buku Pedoman Pelaksanaan Padat Karya Produktif (PKP) ini,
kiranya dapat memberikan kesamaan langkah dan keseragaman bagi para pelaksana
atau pengelola kegiatan Padat Karya Produktif dalam merencanakan, pelaksanaan dan
Pengawasan sehingga tujuan dan sasaran program dapat tercapai.

My Dokument: Rudy (Buku Pedoman PK Produktif)-2008

31

Anda mungkin juga menyukai