Anda di halaman 1dari 112

PENGERTIAN DAN PELANGGARAN HAM

Disusun Oleh :
Annida Azkia Trinanda
Julianita Berliany
X-1

SMAN 1 MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG


Jl. KH. Wahid Hasyim No. 397
Telp. (022) 5405962
Pendahuluan

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada kehadiran Illahi
Rabbi, yang oleh karena curahan rahmat serta hidayah-Nya, alhamdulillah
kami masih bisa diberi kesempatan untuk senantiasa mengagungkan dan
berada dalam lindungan-Nya. Semoga kita semua termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang berada pada jalan yang lurus. Aamiin.
Serta berkat rahmat-Nya pula lah, akhirnya kami bisa
menyelesaikan artikel yang bertemakan Hak Asasi Manusia ini dengan
lancar. Kami telah berupaya semaksimal mungkin mencari sumbersumber informasi terpercaya dan selengkap mungkin yang kami bisa.
Kami harap, dengan adanya artikel ini, kami bisa memberi wawasan yang
lebih terhadap para pembaca dan juga memuaskan bapak guru terhadap
hasil pencapaian kerja kami melalui artikel ini.
Tak lupa kami pun mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada bapak guru yang telah membimbing dan mengarahkan
kami dalam penyusunan artikel ini serta pemberian ilmu sebagai dasar
bagi kami untuk bereksplorasi dalam mencari informasi terbaru yang
terkait dengan materi yang bersangkutan. Sehingga itu sangat membantu
kami hingga kini kami akhirnya dapat memenuhi dan menyelesaikan
tugas tanpa adanya kendala yang berarti.
Akhir kata, kami selaku redaksi yang menyusun artikel ini
mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila terjadi
kesalahan penulisan kata serta sistematika bahasa yang masih jauh dari
kesempurnaan. Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih dan kami
berharap semoga dengan adanya artikel ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandung, 29 November 2011
Hormat kami,

Annida dan Julianita

BAB I
Latar Belakang dan Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak
manusia itu dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang
melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak
tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh
manusia semata mata karena ia manusia, bukan karena pemberian
masyarakat atau pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu tidak
tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau Negara
lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang
tinggi. Hak asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh
karena itu, bersifat universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk
siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan
manusia selain untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga
digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan
dengan sesama manusia.
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu,selain ada hak asasi
manusia, ada juga kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus
dilaksanakan demi terlaksana atau tegaknya hak asasi manusia (HAM).
Dalam
menggunakan
Hak
Asasi
Manusia,
kita
wajib
untuk
memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga
dimiliki oleh orang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat
kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu
disebabkan oleh hak hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia
itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati yang melekat pada diri manusia.
Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini sebagai suatu
usaha untuk menegakkan hak asasi manusia.
Sebelum dibahas lebih mendalam mengenai hak asasi manusia di
Indonesia,
terlebih
dahulu
kita
membahas
sekelumit
sejarah
perkembangan dan perumusan hak asasi manusia di Dunia.
Perkembangan atas pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara
perlahan dan beraneka ragam. Perkembangan tersebut antara lain dapat
ditelusuri sebagai berikut.

A. Sejarah Internasional Hak Asasi Manusia


Umumnya para pakar Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM
dimulai dengan lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris.
Magna Charta antara lain mencanangkan bahwa raja yang tadinya
memiliki kekuasaan absolut (raja yang menciptakan hukum, tetapi
ia sendiri tidak terikat pada hukum), menjadi dibatasi kekuasaannya
dan mulai dapat dimintai pertanggungjawaban di muka umum. Dari
sinilah lahir doktrin raja tidak kebal hukum lagi dan mulai
bertanggungjawab kepada hukum. Sejak itu mulai dipraktekkan
kalau raja melanggar hukum harus diadili dan harus
mempertanggungjawabkan kebijakasanaannya kepada parlemen.
Jadi, sudah mulai dinyatakan dalam bahwa raja terikat kepada
hukum dan bertanggungjawab kepada rakyat, walaupun kekuasaan
membuat Undang-undang pada masa itu lebih banyak berada di
tangan raja. Dengan demikian, kekuasaan raja mulai dibatasi
sebagai embrio lahirnya monarkhi konstitusional yang berintikan
kekuasaan raja sebagai simbol belaka. Lahirnya Magna Charta ini
kemudian diikuti oleh perkembangan yang lebih konkret, dengan
lahirnya Bill of Rights di Inggris pada tahun 1689. Pada masa itu
mulai timbul adagium yang intinya adalah bahwa manusia sama di
muka hukum (equality before the law). Adagium ini memperkuat
dorongan timbulnya negara hukum dan demokrasi. Bill of rights
melahirkan asas persamaan. Para pejuang HAM dahulu sudah
berketatapan bahwa hak persamaan harus diwujudkan betapapun
beratnya resiko yang dihadapi karena hak kebebasan baru dapat
diwujudkan kalau ada hak persamaan. Untuk mewujudkan semua
itu, maka lahirlah teori Roesseau (tentang contract social/perjanjian
masyarakat), Motesquieu dengan Trias Politikanya yang
mengajarkan pemisahan kekuasaan guna mencegah tirani, John
Locke di Inggris dan Thomas Jefferson di Amerika dengan hak-hak
dasar kebebasan dan persamaan yang dicanangkannya.
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari paham
Roesseau dan Montesqueu. Jadi, walaupun di Perancis sendiri belum
dirinci apa HAM itu, tetapi di Amerika Serikat lebih dahulu
mencanangkan secara lebih rinci. Mulailah dipertegas bahwa
manusia adalah merdeka sejak di dalam oerut ibunya, sehingga
tidaklah logis bila sesudah lahir, ia harus dibelenggu.
Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration,
dimana hak-hak yang lebih rinci lagi melahirkan dasar The Rule of

Law. Antara lain dinyatakah tidak boleh ada penangkapan dan


penahanan yang semena-mena, termasuk ditangkap tanpa alasan
yang sah dan ditahan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh
pejabat yang sah. Dinyatakan pula presumption of innocence,
artinya orang-orany yang ditangkap kemudian ditahan dan dituduh,
berhak dinyatakan tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.
Dipertegas juga dengan freedom of expression (bebas
mengelaurkan pendapat), freedom of religion (bebas menganut
keyakinan/agama yang dikehendaki), the right of property
(perlindungan terhadap hak milik) dan hak-hak dasar lainnya. Jadi,
dalam French Declaration sudah tercakup semua hak, meliputi hakhak yang menjamin tumbuhnyademokrasi maupun negara hukum
yang asas-asasnya sudah dicanangkan sebelumnya.
Perlu juga diketahui The Four Freedoms dari Presiden Roosevelt
yang dicanangkan pada tanggal 6 Januari 1941, dikutip dari
Encyclopedia Americana, p.654 tersebut di bawah ini :
"The first is freedom of speech and expression everywhere in the
world. The second is freedom of every person to worship God in his
own way-every where in the world. The third is freedom from want
which, translated into world terms, means economic understandings
which will secure to every nation a healthy peacetime life for its
inhabitants-every where in the world. The fourth is freedom from
fear-which, translated into world terms, means a worldwide
reduction of armaments to such a point and in such a through
fashion that no nation will be in a position to commit an act of
physical agression against any neighbor-anywhere in the world."
Semua hak-hak ini setelah Perang Dunia II (sesudah Hitler
memusnahkan berjuta-juta manusia) dijadikan dasar pemikiran
untuk melahirkan rumusan HAM yang bersifat universal, yang
kemudian dikenal dengan The Universal Declaration of Human
Rights yang diciptakan oleh PBB pada tahun 1948.
1. Hak Asasi Manusia di Yunani
Filosof Yunani, seperti Socrates (470-399 SM) dan Plato (428-348 SM)
meletakkan dasar bagi perlindungan dan jaminan diakuinya hak hak
asasi manusia. Konsepsinya menganjurkan masyarakat untuk melakukan
sosial kontrol kepada penguasa yang zalim dan tidak mengakui nilai nilai
keadilan dan kebenaran. Aristoteles (348-322 SM) mengajarkan
pemerintah harus mendasarkan kekuasaannya pada kemauan dan
kehendak warga negaranya.
2. Hak Asasi Manusia di Inggris
Inggris sering disebutsebut sebagai negara pertama di dunia yang
memperjuangkan hak asasi manusia. Tonggak pertama bagi kemenangan
hak-hak asasi terjadi di Inggris. Perjuangan tersebut tampak dengan

adanya berbagai dokumen kenegaraan yang berhasil disusun dan


disahkan. Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut :
MAGNA CHARTA
Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan bijaksana
telah diganti oleh Raja John Lackland yang bertindak sewenang
wenang terhadap rakyat dan para bangsawan. Tindakan sewenangwenang Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak puas dari para
bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk membuat
suatu perjanjian yang disebut Magna Charta atau Piagam Agung.
Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya
memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih
penting daripada kedaulatan raja. Tak seorang pun dari warga negara
merdeka dapat ditahan atau dirampas harta kekayaannya atau
diasingkan atau dengan cara apapun dirampas hak-haknya, kecuali
berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam Magna Charta itu
menandakan kemenangan telah diraih sebab hak-hak tertentu yang
prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam tersebut
menjadi lambang munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi
karena ia mengajarkan bahwa hukum dan undang-undang derajatnya
lebih tinggi daripada kekuasaan raja.
Isi Magna Charta adalah sebagai berikut :

Raja beserta keturunannya berjanji akan


kemerdekaan, hak, dan kebebasan Gereja Inggris.

menghormati

Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk


memberikan hak-hak sebagi berikut :

Para petugas keamanan dan


menghormati hak-hak penduduk.

pemungut

pajak

akan

Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa


bukti dan saksi yang sah.
Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap,
dinyatakan bersalah tanpa perlindungan negara dan tanpa
alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur
ditahan, raja berjanji akan mengoreksi kesalahannya.
PETITION OF RIGHTS
Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan
mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan oleh

para bangsawan kepada raja di depan parlemen pada tahun 1628.


Isinya secara garis besar menuntut hak-hak sebagai berikut :
Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.
Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di
rumahnya.
Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan
damai.

HOBEAS CORPUS ACT


Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur tentang
penahanan seseorang dibuat pada tahun 1679. Isinya adalah sebagai
berikut :
Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari
setelah penahanan.
Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah
menurut hukum.
BILL OF RIGHTS
Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan tahun
1689 dan diterima parlemen Inggris, yang isinya mengatur tentang :
Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.
Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus
seizin parlemen.
Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan
masing-masing .
Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
3. Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak
alam,seperti hak atas hidup, kebebasan, dan milik (life, liberty, and
property) mengilhami sekaligus menjadi pegangan bagi rakyat Amerika
sewaktu memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun 1776.
Pemikiran John Locke mengenai hak hak dasar ini terlihat jelas dalam

Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal


DECLARATION OF INDEPENDENCE OF THE UNITED STATES.

dengan

Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya tanggal 4


Juli 1776, suatu deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi
oleh 13 negara bagian, merupakan pula piagam hak hak asasi manusia
karena mengandung pernyataan Bahwa sesungguhnya semua bangsa
diciptakan sama derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua manusia
dianugerahi oleh Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan
untuk menikmati kebhagiaan.
John Locke menggambarkan keadaan status naturalis, ketika manusia
telah memiliki hak-hak dasar secara perorangan. Dalam keadaan
bersama-sama, hidup lebih maju seperti yang disebut dengan status
civilis, locke berpendapat bahwa manusia yang berkedudukan sebagai
warga negara hak-hak dasarnya dilindungi oleh negara.
Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika
sebagai negara yang memberi perlindungan dan jaminan hak-hak asasi
manusia dalam konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat Perancis
sudah lebih dulu memulainya sejak masa Rousseau. Kesemuanya atas
jasa presiden Thomas Jefferson presiden Amerika Serikat lainnya yang
terkenal sebagai pendekar hak asasi manusia adalah Abraham Lincoln,
kemudian Woodrow Wilson dan Jimmy Carter.
Amanat Presiden Flanklin D. Roosevelt tentang empat kebebasan
yang diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikat tanggal 6 Januari
1941 yakni :
Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of speech
and expression).

Kebebasan memilih agama sesuai


kepercayaannya (freedom of religion).

dengan

keyakinan

dan

Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear).


Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).
Kebebasan- kebebasan tersebut dimaksudkan sebagai kebalikan dari
kekejaman dan penindasan melawan fasisme di bawah totalitarisme Hitler
(Jerman), Jepang, dan Italia. Kebebasan kebebasan tersebut juga
merupakan hak (kebebasan) bagi umat manusia untuk mencapai
perdamaian dan kemerdekaan yang abadi. Empat kebebasan Roosevelt ini
pada hakikatnya merupakan tiang penyangga hak-hak asasi manusia
yang paling pokok dan mendasar.
4. Hak Asasi Manusia di Prancis

Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu


naskah pada awal Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk
melawan kesewenang-wenangan rezim lama. Naskah tersebut dikenal
dengan DECLARATION DES DROITS DE LHOMME ET DU CITOYEN yaitu
pernyataan mengenai hak-hak manusia dan warga negara. Pernyataan
yang dicetuskan pada tahun 1789 ini mencanangkan hak atas kebebasan,
kesamaan, dan persaudaraan atau kesetiakawanan (liberte, egalite,
fraternite).
Lafayette merupakan pelopor penegakan hak asasi manusia
masyarakat Prancis yang berada di Amerika ketika Revolusi Amerika
meletus dan mengakibatkan tersusunnya Declaration des Droits de
Ihomme et du Citoyen. Kemudian di tahun 1791, semua hak-hak asasi
manusia dicantumkan seluruhnya di dalam konstitusi Prancis yang
kemudian ditambah dan diperluas lagi pada tahun 1793 dan 1848. Juga
dalam konstitusi tahun 1793 dan 1795. revolusi ini diprakarsai pemikir
pemikir besar seperti : J.J. Rousseau, Voltaire, serta Montesquieu. Hak
Asasi yang tersimpul dalam deklarasi itu antara lain :
1) Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka.
2) Manusia mempunyai hak yang sama.
3) Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak lain.
4) Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan
serta pekerjaan umum.
5) Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut undangundang.
6) Manusia mempunai kemerdekaan agama dan kepercayaan.
7) Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.
8) Adanya kemerdekaan surat kabar.
9) Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat.
10) Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
11) Adanya
kerajinan.

kemerdekaan

bekerja,berdagang,

12) Adanya kemerdekaan rumah tangga.


13) Adanya kemerdekaan hak milik.
14) Adanya kemedekaan lalu lintas.

dan

melaksanakan

15) Adanya hak hidup dan mencari nafkah.

5. Hak Asasi Manusia oleh PBB


Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan
piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial
ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB
membentuk komisi hak asasi manusia (commission of human right).
Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah pimpinan Ny.
Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948
Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris
menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL
DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak
Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang
terwakil dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan
persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh
karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak Asasi
Manusia.
Universal Declaration of Human Rights antara lain mencantumkan,
Bahwa setiap orang mempunyai Hak :
Hidup
Kemerdekaan dan keamanan badan
Diakui kepribadiannya
Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut
hukum untuk mendapat jaminan hokum dalam perkara pidana,
seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali
ada bukti yang sah
Masuk dan keluar wilayah suatu Negara
Mendapatkan asylum
Mendapatkan suatu kebangsaan
Mendapatkan hak milik atas benda
Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
Bebas memeluk agama
Mengeluarkan pendapat

Berapat dan berkumpul


Mendapat jaminan sosial
Mendapatkan pekerjaan
Berdagang
Mendapatkan pendidikan
Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat
Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan
Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia tentang Hak
Asasi Manusia itu sebagai tolak ukur umum hasil usaha sebagai rakyat
dan bangsa dan menyerukan semua anggota dan semua bangsa agar
memajukan dan menjamin pengakuan dan pematuhan hak-hak dan
kebebasan- kebebasan yang termasuk dalam pernyataan tersebut.
Meskipun bukan merupakan perjanjian, namun semua anggota PBB
secara moral berkewajiban menerapkannya.

B. Sejarah Nasional Hak Asasi Manusia


Deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan BangsaBangsa pada tanggal 10 Desember 1948, tidak berlebihan jika
dikatakan sebagai puncak peradaban umat manusia setelah dunia
mengalami malapetaka akibat kekejaman dan keaiban yang
dilakukan negara-negara Fasis dan Nazi Jerman dalam Perang Dunia
II.
Deklarasi HAM sedunia itu mengandung makna ganda, baik ke luar
(antar negara-negara) maupun ke dalam (antar negara-bangsa),
berlaku bagi semua bangsa dan pemerintahan di negara-negaranya
masing-masing. Makna ke luar adalah berupa komitmen untuk
saling menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan antar negara-bangsa, agar terhindar dan tidak
terjerumus lagi dalam malapetaka peperangan yang dapat
menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan makna ke
dalam, mengandung pengertian bahwa Deklarasi HAM seduania itu
harus senantiasa menjadi kriteria objektif oleh rakyat dari masingmasing negara dalam menilai setiap kebijakan yang dikelauarkan
oleh pemerintahnya.

Bagi negara-negara anggota PBB, Deklarasi itu sifatnya mengikat.


Dengan demikian setiap pelanggaran atau penyimpangan dari
Deklarasi HAM sedunia si suatu negara anggota PBB bukan sematamata menjadi masalah intern rakyat dari negara yang
bersangkutan, melainkan juga merupakan masalah bagi rakyat dan
pemerintahan negara-negara anggota PBB lainnya. Mereka absah
mempersoalkan dan mengadukan pemerintah pelanggar HAM di
suatu negara ke Komisi Tinggi HAM PBB atau melalui lembagalembaga HAM internasional lainnya unuk mengutuk bahkan
menjatuhkan sanksi internasional terhadap pemerintah yang
bersangkutan.
Adapun hakikat universalitas HAM yang sesungguhnya, bahwa ke-30
pasal yang termaktub dalam Deklarasi HAM sedunia itu adalah
standar nilai kemanusiaan yang berlaku bagi siapapun, dari kelas
sosial dan latar belakang primordial apa pun serta bertempat
tinggal di mana pun di muka bumi ini. Semua manusia adalah sama.
Semua kandungan nilai-nilainya berlaku untuk semua.
Di Indonesia HAM sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh, HAM
di Sulawesi Selatan telah dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam
buku-buku adat (Lontarak). Antara lain dinyatakan dalam buku
Lontarak (Tomatindo di Lagana) bahwa apabila raja berselisih faham
dengan Dewan Adat, maka Raja harus mengalah. Tetapi apabila
para Dewam Adat sendiri berselisih, maka rakyatlah yang
memustuskan. Jadi asas-asas HAM yang telah disorot sekarang,
semuanya sudah diterpkan oleh Raja-Raja dahulu, namun hal ini
kurang diperhatikan karena sebagian ahli hukum Indonesia sendiri
agaknya lebih suka mempelajari teori hukum Barat. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa HAM sudah lama lahir di
Indonesia, namun dalam perkembangannya tidak menonjol karena
kurang dipublikasikan.
Human Rights selalu terkait dengan hak individu dan hak
masyarakat. Ada yang bertanya mengapa tidak disebut hak dan
kewajban asasi. Juga ada yang bertanya mengapa bukan Social
Rights. Bukankan Social Rights mengutamakan masyarakat yang
menjadi tujuan ? Sesungguhnya dalam Human Rights sudah implisit
adanya kewajiban yang harus memperhatikan kepentingan
masyarakat. Demikian juga tidak mungkin kita mengatakan ada hak
kalau tanpa kewajiban. Orang yang dihormati haknya berkewajiban
pula menghormati hak orang lain. Jadi saling hormat-menghormati
terhadap masing-masing hak orang. Jadi jelaslah kalau ada hak
berarti ada kewajiban. Contoh : seseorang yang berhak menuntut
perbaikan upah, haruslah terlebih dahulu memenuhi kewajibannya
meningkatkan hasil kerjanya. Dengan demikian tidak perlu

dipergunakan istilah Social Rights karena kalau kita menghormati


hak-hak perseorangan (anggota masyarakat), kiranya sudah
termasuk pengertian bahwa dalam memanfaatkan haknya tersebut
tidak boleh mengganggu kepentingan masyarakat. Yang perlu dijaga
ialah keseimbangan antara hak dan kewajiban serta antara
kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum (kepentingan
masyarakat). Selain itu, perlu dijaga juga keseimbangan antara
kebebasan dan tanggungjawab. Artinya, seseorang memiliki
kebebasan bertindak semaunya, tetapi tidak memperkosa hak-hak
orang lain. Ada yang mengatakan bahwa pelaksanaan HAM di
Indonesia harus sesuai dengan latar belakang budaya Indonesia.
Artinya, Universal Declaration of Human Rights kita akui, hanya saja
dalam implementasinya mungkin tidak sama dengan di negaranegara lain khususnya negara Barat yang latar belakang sejarah
dan budayanya berbeda dengan kita. Memang benar bahwa negaranegara di dunia (tidak terkecualai Indonesia) memiliki kondisikondisi khusus di bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain
sebagainya, yang bagaimanapun, tentu saja berpengaruh dalam
pelaksanaan HAM. Tetapi, tidak berarti dengan adanya kondisi yang
bersifat khusus tersebut, maka prinsip-prinsip mendasar HAM yang
universal itu dapat dikaburkan apalagi diingkari. Sebab,
universalitas HAM tidak identik dengan "penyeragaman". Sama
dalam prinsip-prinsip mendasar, tetapi tidak mesti seragam dalam
pelaksanaan. Disamping itu, apa yang disebut dengan kondisi
bukanlah sesuatu yang bersifat statis. Artinya, suatu kondisi
tertentu tidak dapat dipergunakan sebagai patokan mutlak. Kondisi
itu memiliki sifat yang berubah-ubah, dapat dipengaruhi dan
diciptakan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, masalahnya adalah
kembali kepada siapa yang mengkondisikan dan mengapa
diciptakan kondisi seperti itu ?
Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara
pada pancasila. Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan
kuat dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara pada Pancasila
dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus
memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan
falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi
manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya,
melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang
terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak
yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak
orang lain.

Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam
melaksanakan hak, kita tidak memperhatikan hak orang lain,maka
yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang
secara kodrati melekat dan tidak terpisah dari manusia yang harus
dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat
kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta
keadilan.
Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara
Republik Indonesia,yakni:
Undang Undang Dasar 1945
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia
Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi
manusia itu dapat dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut :
Hak hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi
kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk
agama, dan kebebasan bergerak.
Hak hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak
untuk memiliki sesuatu, hak untuk membeli dan menjual serta
memanfaatkannya.
Hak hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut
serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam
pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik.
Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan ( rights of legal equality).
Hak hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture
rights). Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak
untukmengembangkan kebudayaan.
Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan
dan perlindungan (procedural rights). Misalnya peraturan
dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan
peradilan.

Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia dituangkan


dalam Piagam Hak Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan
Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998.

BAB II
Perkembangan Pengertian Hak Asasi Manusia dan
Macamnya

Menurut Jack Donnely, hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki
manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya
bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan
hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai
manusia.
Sementara Meriam Budiardjo, berpendapat bahwa hak asasi manusia
adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya
bersamaan dengan kelahirannya di dalam kehidupan masyarakat.
Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar
bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat universal.
Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa manusia memperoleh
kesempatan berkembang sesuai dengan harkat dan cita-citanya. Hal yang
sama juga dikemukakan oleh Slamet Marta Wardaya yang menyatakan
bahwa hak asasi manusia yang dipahami sebagai natural rights
merupakan suatu kebutuhan dari realitas sosial yang bersifat universal.

Nilai universal ini yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai produk


hukum nasional di berbagai negara untuk dapat melindungi dan
menegakkan nilai-nilai kemanusian. Bahkan nilai universal ini dikukuhkan
dalam intrumen internasional, termasuk perjanjian internasional di bidang
HAM.
Sementara dalam ketentuan menimbang huruf b Undang Nomor 39 Tahun
1999 Tentang Hak Asasi Manusia menegaskan bahwa hak asasi manusia
merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia,
bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,
dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau
dirampas oleh siapapun.
Mengenai perkembangan pemikiran hak asasi manusia, Ahli hukum
Perancis, Karel Vasak mengemukakan perjalanan hak asasi manusia
dengan mengklasifikasikan hak asasi manusia atas tiga generasi yang
terinspirasi oleh tiga tema Revolusi Perancis, yaitu : Generasi Pertama;
Hak Sipil dan Politik (Liberte); Generasi Kedua, Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya (Egalite) dan Generasi Ketiga, Hak Solidaritas (Fraternite). Tiga
generasi ini perlu dipahami sebagai satu kesatuan, saling berkaitan dan
saling melengkapi. Vasak menggunakan istilah generasi untuk
menunjuk pada substansi dan ruang lingkup hak-hak yang diprioritaskan
pada satu kurun waktu tertentu.
Ketiga generasi hak asasi manusia tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Hak asasi manusia generasi pertama, yang mencakup soal prinsip
integritas manusia, kebutuhan dasar manusia, dan prinsip kebebasan sipil
dan politik. Termasuk dalam generasi pertama ini adalah hak hidup, hak
kebebasan bergerak, perlindungan terhadap hak milik, kebebasan
berpikir, beragama dan berkeyakinan, kebebasan berkumpul dan
menyatakan pikiran, hak bebas dari penahanan dan penangkapan
sewenang-wenang, hak bebas dari hukum yang berlaku surut dsb. Hakhak generasi pertama ini sering pula disebut sebagai hak-hak negatif
karena negara tidak boleh berperan aktif (positif) terhadapnya, karena
akan mengakibatkan pelanggaran terhadap hak-hak dan kebebasan
tersebut.
2. Pada perkembangan selanjutnya yang dapat disebut sebagai hak asasi
manusia Generasi Kedua, konsepsi hak asasi manusia mencakup pula
upaya menjamin pemenuhan kebutuhan untuk mengejar kemajuan
ekonomi, sosial dan kebudayaan, termasuk hak atas pendidikan, hak
untuk menentukan status politik, hak untuk menikmati ragam penemuan
penemuan-penemuan ilmiah, dan lain-lain sebagainya. Puncak
perkembangan kedua ini tercapai dengan ditandatanganinya
International Couvenant on Economic, Social and Cultural Rights pada
tahun 1966. Termasuk dalam generasi kedua ini adalah hak atas

pekerjaan dan upah yang layak, hak atas jaminan sosial, hak atas
pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pangan, hak atas perumahan,
hak atas tanah, hak atas lingkungan yang sehat dsb. Dalam pemenuhan
hak-hak generasi kedua ini negara dituntut bertindak lebih aktif (positif),
sehingga hak-hak generasi kedua ini disebut juga sebagai hak-hak
positif.
3. Hak-hak generasi ketiga diwakili oleh tuntutan atas hak solidaritas
atau hak bersama. Hak-hak ini muncul dari tuntutan gigih negaranegara berkembang atau Dunia Ketiga atas tatanan internasional yang
adil. Melalui tuntutan atas hak solidaritas itu, negara-negara berkembang
menginginkan terciptanya suatu tatanan ekonomi dan hukum
internasional yang kondusif bagi terjaminnya hak-hak berikut: (i) hak atas
pembangunan; (ii) hak atas perdamaian; (iii) hak atas sumber daya alam
sendiri; (iv) hak atas lingkungan hidup yang baik dan (v) dan hak atas
warisan budaya sendiri.
Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkar hak yang melekat pada
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
Negara, hokum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Dengan akal budinya dan nuraninya, manusia memiliki kebebasan untuk
memutuskan sendiri perbuatannya. Disamping itu, untuk mengimbangi
kebebasannya tersebut manusia memiliki kemampuan untuk bertanggung
jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.
Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut Hak Asasi
Manusia yang secara kodratnya melekat pada diri manusia sejak manusia
dalam kandungan yang membuat manusia sadar akan jatidirinya dan
membuat manusia hidup bahagia. Setiap manusia dalam
kenyataannyalahir dan hidup di masyarakat. Dalam perkembangan
sejarah tampak bahwa Hak Asasi Manusia memperoleh maknanya dan
berkembang setelah kehidupan masyarakat makin berkembang
khususnya setelah terbentuk Negara. Kenyataan tersebut mengakibatkan
munculnya kesadaran akan perlunya Hak Asasi Manusia dipertahankan
terhadap bahaya-bahaya yng timbul akibat adanya Negara, apabila
memang pengembangan diri dan kebahagiaan manusia menjadi tujuan.
Berdasarkan penelitian hak manusia itu tumbuh dan berkembang pada
waktu Hak Asasi Manusia itu oleh manusia mulai diperhatikan terhadap
serangan atau bahaya yang timbul dari kekuasaan yang dimiliki oleh
Negara. Negara Indonesia menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan
kewajiban dasar manusia. Hak secara kodrati melekat dan tidak dapat
dipisahkan dari manusia, karena tanpanya manusia kehilangan harkat dan
kemanusiaan. Oleh karena itu, Republik Indonesia termasuk pemerintah
Republik Indonesia berkewajiban secara hokum, politik, ekonomi, social
dan moral untuk melindungi, memajukan dan mengambil langkah-langkah

konkret demi tegaknya Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar manusia.
UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) memuat
prinsip bahwa hak asasi manusia harus dilihat secara holistik bukan
parsial sebab HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Oleh sebab itu perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia di bidang
sosial politik hanya dapat berjalan dengan baik apabila hak yang lain di
bidang ekonomi, sosial dan budaya serta hak solidaritas juga juga
dilindungi dan dipenuhi, dan begitu pula sebaliknya. Dengan
diratifikasinya konvenan Hak EKOSOB oleh Indonesia melalui UndangUndang Nomor 11 Tahun 2005, kewajiban Indonesia untuk melakukan
pemenuhan dan jaminan-jaminan ekonomi, sosial dan budaya harus
diwujudkan baik melalui aturan hukum ataupun melalui kebijakankebijakan pemerintah.
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1. Hak asasi pribadi / personal Right
- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi
politik lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll

- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu


- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan dan penyelidikan di mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan
minat

Macam macam Hak Asasi Manusia


a) Hak asasi pribadi / personal Right
Hak kebebasan
tempat
Hak kebebasan
Hak kebebasan
Hak kebebasan
dan kepercayaan

untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah


mengeluarkan atau menyatakan pendapat
memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama
yang diyakini masing-masing

b) Hak asasi politik / Political Right


Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi
politik lainnya
Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
c) Hak azasi hukum / Legal Equality Right
Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan
Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum
d) Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutangpiutang, dll

Hak kebebasan untuk memiliki susuatu


Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
e) Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan dan penyelidikan di mata hukum.
f) Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
Hak mendapatkan pengajaran
Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat
dan minat

HAKEKAT HAK ASASI MANUSIA


Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan
mempunyai derajat yang luhur sebagai manusia, mempunyai budi dan
karsa yang merdeka sendiri. Semua manusia sebagai manusia memiliki
martabat dan derajat yang sama, dan memiliki hak-hak yang sama pula.
Derajat manusia yang luhur berasal dari Tuhan yang menciptakannya.
Dengan demikian semua manusia bebas mengembangkan dirinya sesuai
dengan budinya yang sehat. Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan, semua
manusia memiliki hak-hak yang sama sebagai manusia. Hak-hak yang
sama sebagai manusia inilah yang sering disebut hak asasi manusia. Hak
asasi manusia berarti hak-hak yang melekat pada manusia berdasarkan
kodratnya, maksudnya hak-hak yang dimiliki manusia sebagai manusia.
Hak asasi manusia (HAM) adalah hakhak dasar yang dimiliki manusia
sebagai manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu
gugat oleh siapapun.
Dengan mendasarkan pada pengertian HAM di atas, maka HAM memiliki
landasan utama, yaitu:
1. Landasan langsung yang pertama, yaitu kodrat manusia;
2. Landasan kedua yang lebih dalam, yaitu Tuhan yang menciptakan
manusia.
Jadi HAM pada hakekatnya merupakan hak-hak fundamental yang melekat
pada kodratmanusia sendiri , yaitu hak-hak yang paling dasar dari aspekaspek kodrat manusia sebagai manusia. Setiap manusia adalah ciptaan
yang luhur dari Tuhan Yang Maha Esa. Setiap manusia harus dapat
mengembangkan dirinya sedemikian rupa sehingga ia harus berkembang

secara
leluasa.
Pengembangan
diri
sebagai
manusia
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sebagai asal dan tujuan hidup
manusia. Semua hak yang berakar dalam kodratnya sebagai manusia
adalah hakhak yang lahir bersama dengan keberadaan manusia itusendiri.
Dengan demikian hak-hak ini adalah universal atau Perlindungan dan
Penegakan Hak Asasi Manusia berlaku di manapun di dunia ini. Di mana
ada manusia di situ ada HAM dan harus dijunjung tinggi oleh siapapun
tanpa kecuali. HAM tidak tergantung dari pengakuan orang lain, tidak
tergantung dari pengakuan mesyarakat atau negara. Manusia
memperoleh hak-hak asasi itu langsung dari Tuhan sendiri karena
kodratnya.(secundum suam naturam) Penindasan terhadap HAM
bertentangan dengan keadilan dan kemanusiaan, sebab prinsip dasar
keadilan dan kemanusiaan adalah bahwa semua manusia memiliki
martabat yang sama dengan hak-hak dan kewajibankewajiban yang sama.
Oleh karenanya, setiap manusia dan setiap negara di dunia wajib
mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) tanpa kecuali.
Penindasan terhadap HAM berarti pelanggaran terhadap HAM. Pengakuan
oleh orang-orang lain maupun oleh negara ataupun agama tidaklah
membuat adanya HAM itu. Demikian pula orang-orang lain, negara dan
agama tidaklah dapat menghilangkan atau menghapuskan adanya HAM.
Setiap manusia, setiap negara di manapun, kapanpun wajib mengakui dan
menjunjung tinggi HAM sebagai hak-hak fundamental atau hak-hak dasar.
Penindasan terhadap HAM adalah bertentangan dengan keadilan dan
kemanusiaan. Untuk mempertegas hakekat dan pengertian HAM di atas
dikuatkanlah dengan landasan hukum HAM sebagaimana dikemukakan
dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.

BAB III

LANDASAN HAK ASASI MANUSIA


Pada awalnya, Komnas HAM didirikan dengan Keputusan Presiden Nomor
50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Sejak 1999
keberadaan Komnas HAM didasarkan pada Undang-undang, yakni
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 yang juga menetapkan
keberadaan, tujuan, fungsi, keanggotaan, asas, kelengkapan serta tugas
dan wewenang Komnas HAM.

Disamping kewenangan tersebut, menurut UU No. 39 Tahun 1999, Komnas


HAM juga berwenang melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran hak
asasi manusia yang berat dengan dikeluarkannya UU No. 26 Tahun 2000
tantang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan Undang-undang No.
26/2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Komnas HAM adalah
lembaga yang berwenang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia
yang berat. Dalam melakukan penyelidikan ini Komnas HAM dapat
membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Hak Asasi Manusia dan
unsur masyarakat.
Komnas HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, mendapatkan tambahan
kewenangan
berupa
Pengawasan.
Dimana
Pengawasan
adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Komnas HAM dengan maksud

untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah


yang dilakukan secara berkala atau insidentil dengan cara memantau,
mencari fakta, menilai guna mencari dan menemukan ada tidaknya
diskriminasi ras dan etnis yang ditindaklanjuti dengan rekomendasi.
Instumen Acuan
Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang guna mencapai
tujuannya Komnas HAM menggunakan sebagai acuan intrumen-instrumen
yang berkaitan dengan HAM, baik nasional maupun internasional.
Instrumen Nasional :
a. UUD 1945 beserta amandemenya;
b. Tap MPR No. XVII/MPR/1998;
c. UU No. 39 Tahun 1999;
d. UU No. 26 Tahun 2000;
e. UU No. 40 Tahun 2008;
f. Peraturan perundang-undangan nasional lainnya yang terkait.
Instrumen Internasional :
a. Piagam PBB, 1945;
b. Deklarasi Universal HAM 1948;
c. Instrumen internasioanl lain mengenai HAM yang telah disahkan
dan diterima oleh Indonesia.

Landasan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia


Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai Hak Asasi
Manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan
nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila dan Undangundang dasar 1945.
Pengakuan, jaminan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia tersebut diatur
dalam beberapa peraturan perundangan berikut:
A. Pancasila
a) Pengakuan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
b) Pengakuan bahwa kita sederajat dalam mengemban kewajiban dan
memiliki hak yang sama serta menghormati sesamam manusia tanpa
membedakan keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan

social, warna kulit, suku dan bangsa.


c) Mengemban sikap saling mencintai sesamam manusia, sikap tenggang
rasa, dan sikap tida sewenang-wenang terhadap orang lain.
d) Selalu bekerja sama, hormat menghormati dan selalu berusaha
menolong sesame.
e) Mengemban sikap berani membela kebenaran dan keadilan serta sikap
adil dan jujur.
f) Menyadari bahwa manusia sama derajatnya sehingga manusia
Indonesia merasa dirinya bagian dari seluruh umat manusia.
B. Dalam Pembukaan UUD 1945
Menyatakan bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan
oleh karena itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan. Ini adalah suatu
pernyataan universal karena semua bangsa ingin merdeka. Bahkan,
didalm bangsa yang merdeka, juga ada rakyat yang ingin merdeka, yakni
bebas dari penindasan oleh penguasa, kelompok atau manusia lainnya.
C. Dalam Batang Tubuh UUD 1945
a) Persamaan kedudukan warga Negara dalam hokum dan pemerintahan
(pasal 27 ayat 1)
b) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)
c) Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (pasal 28)
d) Hak mengeluarkan pikiran dengan lisan atau tulisan (pasal 28)
e) Kebebasan memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama dan
kepercayaanya itu (pasal 29 ayat 2)
f) hak memperoleh pendidikan dan pengajaran (pasal 31 ayat 1)
g) BAB XA pasal 28 a s.d 28 j tentang Hak Asasi Manusia
D. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
a) Bahwa setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan
tanggung jawab untuk menghormati HAM orang lain secara timbale balik.
b) Dalm menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orangbwajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
E. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia
Untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin
pelaksanaan HAM serta member I perlindungan, kepastian, keadilan, dan
perasaan aman kepada masyarakat, perlu segera dibentuk suatu
pengadilan HAM untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yan berat.
F. Hukum Internasional tentang HAM yang telah Diratifikasi Negara RI
a) Undang- undang republic Indonesia No 5 Tahun 1998 tentang

pengesahan (Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau


penghukuman lain yang kejam, ridak manusiawi, atau merendahkan
martabat orang lain.
b) Undang-undang Nomor 8 tahun 1984 tentang pengesahan Konvensi
Mengenai Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita.
c) Deklarasi sedunia tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 (Declaration
Universal of Human Rights).

Landasan Filosofis, Ideologis, dan Yuridis Konstitusional


H ak asasi manusia merupakan hak fundamental yang dimiliki setiap
manusia sebagai anugerah Tuhan dan oleh sebab itu bersifat universal.
Setiap manusia dilahirkan di dunia memiliki hak tersebut. Hak tersebut
melekat pada diri manusia tidak memandang warna kulit, bahasa, agama,
kepercayaan, etnik, dan lain sebagainya. Adanya hak tersebut menjadikan
manusia memiliki harkat dan martabat serta derajat yang tinggi sehingga
berbeda dengan makhluk lainnya.
Sekalipun HAM itu bersifat universal, tetapi pemahaman setiap orang
tentang HAM tersebut berbeda-beda. Cara pandang tersebut dipengaruhi
oleh sistem filsafat, ideologi, dan yuridis konstitusional yang berlaku di
dalam suatu negara. Pada sub unit ini Anda akan dapat mempelajari
sistem nilai yang melandasi HAM, landasan filosofis, ideologis, dan yuridis
konstitusional. Setelah mempelajari sub unit ini kompetensi yang
diharapkan ialah Anda dapat menjelaskan landasan HAM dengan tepat.
Sistem Nilai yang Melandasi HAM
Sistem adalah keseluruhan dari unsur atau bagian yang berhubungan
secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Misalnya, jam
tangan. Bagian-bagian dari jam itu berupa jarum, per atau spiral, sekrup,
gir atau gerigi, tali, baterai, angka, dan lain-lain yang kesemuanya saling
berhubungan secara fungsional dengan tujuan untuk mengetahui ukuran
waktu. Segala sesuatu di semesta alam itu sesungguhnya merupakan
suatu system.

Sistem nilai universal yang melandasi HAM adalah sebagai berikut:


(a) nilai religius atau ketuhanan, (b) nilai kemanusiaan, (c) nilai persatuan,
(d) nilai kerakyatan, dan (e) nilai keadilan.
Setiap bangsa di dunia memiliki kepercayaan terhadap adanya Tuhan.
Kepercayaan tersebut telah ada sepanjang masa, seusia keberadaan
manusia di muka bumi. Kepercayaan tersebut semakin kuat ketika rasio
memberikan pembenaran tentang bukti-bukti adanya Tuhan. Bukti-bukti
adanya Tuhan yang dikumpulkan rasio manusia adalah sebagai berikut.
1. Bukti teologis yaitu sebagian besar manusia di muka bumi ini percaya
adanya suatu kekuatan adikodrati yang menguasasi kehidupan
manusia. Kekuatan adikodrati tersebut di dalam ajaran agama yang
dianut seseorang disebut dengan Tuhan.
2. Bukti teleologis, yaitu bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta
itu ada arah dan tujuan. Misalnya, rumah dibuat tujuannya untuk
tempat tinggal yang aman dan nyaman bagi penghuninya. Tujuan akhir
segala sesuatu adalah kembali kepada Tuhan.
3. Bukti ontologis, yaitu bukti tentang segala sesuatu yang ada di alam
semesta itu pasti ada yang mengadakan. Sesuatu yang ada tersebut
apabila membutuhkan yang lain tentu bersifat relatif, dan tidak
sempurna artinya cara beradanya membutuhkan yang lain dan tanpa
yang lain, ia tidak akan ada. Rasio manusia pada akhirnya akan sampai
pada sesuatu yang ada yang bersifat mutlak atau absolut, maha
sempurna sehingga tidak membutuhkan yang lain, dan itu adalah
Tuhan, Yang Maha Sempurna.
4. Bukti kosmologis yaitu bukti tentang keteraturan alam semesta. Semua
yang ada di alam semesta itu bergerak secara teratur, misalnya
matahari terbit dari timur setiap hari dan bergerak sesuai dengan
aturannya. Rasio manusia tentu akan menanyakan siapa yang
menggerakkan dan mengatur semesta alam itu? Jawabannya adalah
Tuhan yang Maha Pengatur.
5. Bukti kausalitas yaitu bukti adanya hukum sebab akibat di alam
semesta akan mengantarkan rasio pada penyebab pertama yang tidak
disebabkan. Aristoteles menyebut penyebab pertama yang tidak
disebabkan adalah causa prima.
6. Bukti psikologis yaitu sebagian besar manusia memiliki ketakutan
untuk mati. Rasa takut tersebut mendorong jiwa manusia untuk
mencari ketenangan di dalam menghadapi kematian. Ketenangan
diperoleh setelah manusia hidup sesuai dengan ajaran Tuhan.
7. Bukti moral yaitu manusia merasa diperlakukan secara tidak adil.
Keadilan yang diperoleh di dunia ini tidak sesuai dengan apa yang
seharusnya. Oleh karena itu
Pendidikan Hak Asasi Manusia 2-3

ia berharap akan ada pengadilan yang Maha Adil kelak di kemudian hari.
Jika tidak ada kehidupan sesudah mati dan memperoleh keadilan yang
Maha Adil, maka alangkah sia-sia hidup ini sebab tidak akan ada bedanya
berbuat baik atau tidak baik.
Hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan dapat dilihat dari
hubungannya dengan sesama manusia. Setiap bangsa di dunia secara
universal mengakui bahwa hakikat manusia terletak pada harkat dan
martabat kemanusiaannya. Apabila telah hilang kemanusiaannya, maka ia
akan turun derajatnya lebih rendah dari makhluk lainnya. Misalnya, tidak
ada hewan manapun yang akan memangsa anaknya sendiri, dan jika ada
karena ia tidak memiliki rasio, rasa, hati nurani dan iman. Manusia yang
dibekali dengan keempat kemampuan tersebut apabila melakukan
pembunuhan terhadap anaknya sendiri maka ia lebih rendah
kedudukannya daripada hewan. Kemanusiaan merupakan kualitas kodrat
yang melekat pada setiap orang. Kemanusiaan tersebut menjadi bagian
dari sistem nilai yang melandasi hak asasi manusia.
Manusia memiliki sifat individu dan sosial. Sifat individu ditunjukkan
manusia untuk selalu mementingkan diri sendiri dan sifat sosial
ditunjukkan dengan kecenderungan untuk berkelompok. Di dalam
kehidupan kelompok tersebut, setiap orang berinteraksi dengan orang lain
demi tujuan bersama. Setiap orang merasa menjadi bagian dari
kelompoknya dan karena itu ia memiliki loyalitas atau solidaritas
(persatuan) kepada kelompoknya. Kehidupan berkelompok tersebut
kemudian dijadikan bagian dari sistem nilai yang dijunjung tinggi yaitu
persatuan.
Persatuan akan dimiliki setiap kelompok apabila seluruh anggota
kelompok itu dihargai dan dilindungi. Setiap anggota kelompok
mempunyai kedudukan yang sama. Perlakuan yang sama dan tidak
diskriminatif tersebut menjadi dasar pembentukan nilai demokrasi yang
tidak membeda-bedakan anggota kelompok. Di dalam demokrasi nilainilai kerakyatan sangat dihormati dan dihargai untuk memperlakukan
anggota kelompok masyarakat.
Semua anggota masyarakat harus diperlakukan secara adil. Keadilan
menjadi sendi di dalam kehidupan masyarakat. Tanpa keadilan,
masyarakat itu akan rapuh dan mudah konflik dan akhirnya akan
menghancurkan kehidupan masyarakat sendiri. Menurut Aristoteles,
keadilan itu dibedakan menjadi keadilan komutatif (antar individu),
distributif (negara kepada individu), dan legal (keadilan yang diberikan
oleh hukum yang berlaku).
Disamping nilai universal, ada sistem nilai lokal yang melandasi HAM.
Sistem nilai lokal tersebut benar-benar spesifik dan menjadi ciri khas
bangsa Indonesia.
Unit 2 2-4

Bahkan, ciri khas tersebut menjadi karakteristik kepribadian bangsa


Indonesia. Sistem nilai lokal tersebut adalah sebagai berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
Anda dapat mengetahui bahwa setiap manusia percaya adanya Tuhan.
Namun demikian, hanya bangsa Indonesia yang memiliki pandangan
hidup dan secara tegas menyatakan percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Cara menjalankan ajaran Tuhan Yang Maha Esa tersebut dilakukan
dengan cara berkeadilan dan berperadaban (Pembukaan UUD 1945). Jadi,
perbuatan menjalankan ajaran agama sesuai dengan keyakinan itu
menunjukkan peradaban dan keadilan manusia yang bersifat religius.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kemanusiaan yang menjadi
ciri khas bangsa Indonesia adalah berkeadilan dan berperadaban. HAM itu
merupakan salah satu perwujudan nilai kemanusiaan, tetapi harus
meningkatkan keadilan dan peradaban manusia.
3. Persatuan Indonesia. Nilai persatuan yang ada pada setiap bangsa
disesuaikan dengan nilai-nilai ke-Indonesiaan. Nilai persatuan yang
dimaksud adalah kondisi dinamis untuk menyatu secara terus-menerus
dari bangsa Indonesia yang sangat beranekaragam (heterogen).
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
pemusyawaratan dan perwakilan. Di dalam menyelesaikan masalah
bersama, diutamakan musyawarah dengan melibatkan seluruh komponen
ikut berpartisipasi menyelesaikan masalah tersebut. Keputusan harus
disetujui oleh rakyat. Pengambilan keputusan untuk menyelesaikan
masalah bersama tersebut harus dibimbing hikmat kebijaksanaan. Proses
musyawarah diatur dengan aturan secara rasional berdasarkan
pengetahuan dan kebenaran dengan tujuan untuk kebaikan bersama.
5. Keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia. Seluruh bangsa
Indonesia sebagai warga negara harus memperoleh keadilan di dalam
kehidupan bersama. Keadilan bukan hanya keadilan politik saja tetapi
kehidupan sosial masyarakat seluruhnya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, bangsa Indonesia memiliki
sistem nilai yang lengkap dan komprehensif. Sistem nilai tersebut
merupakan pilihan nilai yang terbaik yang menjamin kesatuan,
kesejahteraan, dan kejayaan bangsa Indonesia di masa sekarang dan
mendatang. Sistem nilai tersebut dijadikan landasan pemahaman dan
pengembangan HAM.

Landasan Filosofis
Setiap orang atau masyarakat tentu memiliki masalah. Ada masalah
yang bersifat sederhana dan praktis sehari-hari, ada pula masalah yang
bersifat fundamental filsafati. Bahkan, orang itu hidup di lautan masalah
tetapi hanya sedikit saja yang menyadari adanya masalah. Penyelesaian
masalah tersebut sesuai dengan kemampuan dan perkembangan
peradaban manusia. Pada mulanya manusia menyelesaikan masalahnya
melalui kepercayaan. Penyelesaian semacam ini disebut penyelesaian
mitologis. Manusia percaya terhadap kekuatan adikodrati yang menguasai
kehidupan semesta alam.
Seiring dengan perkembangan zaman, penyelesaian masalah secara
mitologis itu dipandang tidak memuaskan manusia. Kemudian, manusia
mencari penyelesaian dengan kemampuan sendiri yaitu berpikir. Manusia
memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya karena dibekali
dengan kemampuan berpikir. Hampir setiap hari manusia menggunakan
kemampuan berpikirnya itu.
Kemampuan berpikir menjadi ciri khas manusia. Tidak semua
kemampuan berpikir berisifat kefilsafatan. Suatu pemikiran dikatakan
bersifat kefilsafatan manakala memiliki ciri-ciri tertentu. Pertama, berpikir
kefilsafatan bersifat objektif, artinya memiliki objek tertentu, baik objek
materi maupun objek formal. Secara material, objek filsafat adalah segala
sesuatu yang ada. Pengertian ada meliputi ada alam kenyataan, ada
dalam pikiran, dan ada dalam kemungkinan.
Kedua, berpikir kefilsafatan bersifat radikal. Radix artinya akar.
Berpikir radikal berarti berpikir sampai ke akar-akarnya sampai ditemukan
hakikatnya. Dengan kata lain berpikir kefilsafatan itu bersifat mendalam,
sedalam-dalamnya sampai pada hakikatnya. Misalnya hakikat air adalah
H2O. Hakikat manusia adalah kemanusiaan.
Ketiga, berpikir kefilsafatan mempunyai ciri berpikir bebas. Artinya,
berpikir kefilsafatan itu bebas dari prasangka. Prasangka yang dimaksud
adalah anggapan-anggapan yang membuat pemikiran itu menjadi bias
dan mengaburkan kebenaran. Prasangka tersebut dapat berupa
prasangka etnik, agama, politik, masyarakat, adat istiadat, bahasa, dan
lain sebagainya.
Keempat, berpikir kefilsafatan bersifat komprehensif. Dalam
memikirkan objeknya, filsafat selalu melihat dari semua segi, dan tidak
bersifat parsial. Objek filsafat dikaji secara menyeluruh. Kalau berpikir
ilmiah, dibatasi pada satu segi tertentu saja, maka filsafat memikirkan
objeknya dari berbagai segi secara menyeluruh.
Unit 2 2-6

Berpikir kefilsafatan bersifat spekulatif artinya mampu melampaui


batas-batas pengalaman yang sudah ada. Ketika orang memikirkan bahwa
bumi itu sebagai pusat semesta alam, maka Kopernikus menunjukkan
bahwa bukan bumi tapi mataharilah yang menjadi pusatnya.
Secara etimologis, filsafat berasal dari kata Yunani, philo artinya
cinta, to love sahabat, dan sophia artinya kebijaksanaan, wisdom
(pengetahuan dan kebenaran). Filsafat adalah usaha manusia secara
sungguh-sungguh untuk mencintai kebijaksanaan yang diperoleh melalui
pengetahuan dan kebenaran. Sebagai contoh, kearifan yang dimiliki
tukang becak di suatu daerah tentang arti kehidupan. Tukang becak
tersebut mempunyai dua anak yang harus dibiayai sampai menyelesaikan
studi di perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Sebagai tukang becak,
penghasilan tiap hari sangat kecil. Meskipun penghasilannya kecil, tukang
becak tersebut mempunyai pandangan bahwa untuk membiayai studi
anaknya harus dengan uang hasil jerih payahnya sendiri dan bersih dari
kotoran yang dilarang oleh agama dan hukum.
Bagi bangsa Indonesia, pilihan terbaik pada sistem filsafat hidup
sebagaimana terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945 itu merupakan
pokok kaidah negara yang fundamental, yang memberikan asas moral
dan budaya politik, sebagai asas normatif pengembangan dan
pengamalan ipteks (Noorsyam, 1999) termasuk HAM. Asas normatif
filosofis ini menjiwai dan melandasi UUD negara, sekaligus sebagai norma
dasar dan tertinggi di dalam negara. Pancasila sebagai norma dasar
negara atau pokok kaidah negara yang fundamental oleh MPR tidak
diamandemen (diubah). Sekalipun kewenangan untuk melakukan
perubahan, MPR tidak berkehendak mengubahnya bersama bentuk
negara, dan sistem pemerintahan presidensiil. Perubahan atas norma
dasar tersebut akan mengimplikasikan pada perubahan fundamental
dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara.
HAM dikembangkan berdasarkan sistem filsafat hidup dan norma
dasar Pancasila. Pemahaman atas HAM harus sesuai atau tidak boleh
bertentangan dengan norma dasar tersebut. Pemahaman dan
pengembangan HAM harus dijiwai dengan sistem filsafat hidup atau
norma dasar agar tidak lepas dari pijakan kehidupan real bangsa
Indonesia yang theistik religius.
Ketika seseorang menghadapi problem fundamental filsafati yang
menyangkut kehidupan maka ia akan bertanya tentang kehidupan
tersebut. Misalnya untuk apa harta yang kita miliki ini? Pendidikan apa
yang terbaik untuk anak-anak kita? Berdasarkan uraian di atas, coba
kemukakan filsafat hidup Anda dan identifikasikan kearifan yang Anda
miliki. Mengapa demikian?
Pendidikan Hak Asasi Manusia 2-7

Landasan Ideologis
Istilah ideologi digunakan pertama kali oleh Destutt de Tracy di dalam
buku Elements d`ideologie. Ia menjelaskan ideologi sebagai ilmu tentang
ide. Ideologi sebagai sistem ide menunjuk pada paham konservatisme,
environmentalisme, sosialisme, dan kadang-kadang digunakan untuk
menyebut kepentingan kelas-kelas dalam masyarakat, sebagaimana
digunakan Karl Marx untuk menyebut kesadaran untuk memperjuangkan
kepentingan (Thomas Mautner, 1997).
Ideologi adalah ajaran tentang cita-cita berdasarkan sistem nilai yang
diyakini kebenarannya. Sistem nilai tersebut dikembangkan oleh filsafat.
Melalui pemikiran filsafat, sistem nilai tersebut merupakan hasil
perenungan secara mendalam tentang hakikat terdasar dari segala
sesuatu. Untuk melaksanakan hasil pemikiran filsafat tersebut dibutuhkan
ideologi. Ideologi merupakan petunjuk untuk melaksanakan filsafat.
Secara harfiah, ideologi berarti system of ideas yang mensistematisasikan
seluruh pemikiran tentang kehidupan dan melengkapinya dengan sarana
serta strategi dan kebijakan untuk menyesuaikan realitas kehidupan
dengan nilai-nilai filsafat (Oetojo Usman dan Alfian, 1992).
Ideologi dikembangkan dari sistem filsafat. Ideologi kapitalisme
dikembangkan dari sistem filsafat liberalisme-individualisme. Ideologi
komunisme dikembangkan dari sistem filsafat materialisme. Menurut
ideologi liberalisme-individualisme, manusia itu bagaikan atom yang
berdiri lepas dan bebas dari pengaruh atom lainnya. Individu tersebut
berinteraksi dan membuat perjanjian (contract social) untuk membentuk
masyarakat. Pembentukan masyarakat itu didasarkan pada kepentingan
bersama. Masyarakat dibentuk bukan untuk mengganggu hak individu
tetapi untuk melindunginya.
Berbeda
halnya
dengan
liberalisme-individualisme,
ideologi
komunisme didasarkan pada filsafat materialisme. Pada hakikatnya segala
sesuatu yang ada itu dapat dikembalikan pada prinsip-prinsip
materialistik. Manusia semata-mata sebagai makhluk materi tidak
memiliki kebebasan. Individu hidup di dalam kelompok sehingga
keberadaan individu ditentukan oleh kelompok. Hak individu tidak diakui,
tetapi yang diakui hanya hak kelompok. Ideologi komunisme ini banyak
dianut oleh Rusia, Eropa Timur, dan negara di bawah pengaruh Tiongkok
(RRC). Tidak ada kebebasan individu tetapi ada kebebasan kelompok.
Artinya keberadaan individu ditentukan oleh kelompok.
Bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu atau kedua ideologi
kapitalisme dan komunisme. Bangsa Indonesia memiliki ideologi yang
disepakati bersama. Ideologi tersebut dapat dilihat pada pembukaan UUD
1945. Terbentuknya
Unit 2 2-8

ideologi tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.


Faktor internal perkembangan bangsa Indonesia berupa alam lingkungan
hidup yang menjadi wahana kehidupan bangsa Indonesia Di samping itu
faktor internal juga dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia
(SDM). Kualitas SDM dibentuk melalui pendidikan. Faktor eksternal berupa
pergaulan antarbangsa yang membawa pengaruh perubahan pemikiran,
sikap dan perilaku. Interaksi bangsa Indonesia dengan lingkungan alam
dan sosial masyarakat internasional membawa pengaruh pada
pembentukan ideologi nasional.
Bagi bangsa Indonesia, sistem nilai dan ide yang terdapat di dalam
ideologi oleh para pendiri negara dirumuskan dan disahkan secara
konstitusional dan institusional formal (hukum dasar tertulis) dan
kelembagaan (negara Proklamasi). Secara intrinsik dan formal, ideologi
Pancasila sebagaimana terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945
merupakan ideologi nasional mempunyai kekuatan imperatif untuk ditaati
dan dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemahaman dan pelaksanaan HAM dijiwai dengan sistem idea yang
memandang manusia dalam kedudukan harkat dan martabat serta
derajatnya yang tinggi. HAM tidak lagi diterjemahkan sebagai kebebasan
individu ataupun kebebasan kolektif tetapi kebebasan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada sesama manusia, Tuhan, masyarakat dan
negara.
Landasan Yuridis Konstitusional
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didirikan oleh para pendiri
negara, the faounding fathers sudah dilengkapi dengan hukum dasar.
Hukum dasar yang dimaksud adalah norma dasar yang dijadikan landasan
untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Hukum dasar itu
ada yang tertulis dan ada pula yang tidak tertulis. Hukum dasar tertulis
adalah norma-norma dasar yang tertulis, tegas, eksplisit, dan mempunyai
kekuatan imperatif (memaksa) pada penyelenggara negara dan warga
negara untuk melaksanakan di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Hukum dasar tidak tertulis adalah semua aturan dasar yang
tidak tertulis tetapi dijadikan dasar untuk mengatur penyelenggaran
negara. Misalnya, kebiasaan presiden menyampaikan pidato pada tanggal
16 Agustus, sehari menjelang peringatan proklamasi kemerdekaan.
Norma dasar yang dijadikan hukum dasar penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara oleh pendiri negara secara eksplisit
dijelaskan di dalam Pembukaan UUD 1945. Begitu fundamental norma
dasar tersebut sehingga UUD 1945 mempunyai kedudukan yang sangat
tinggi sebagai sumber hukum. Ketentuan
Pendidikan Hak Asasi Manusia 2-9

HAM sudah diletakkan secara normatif di dalam Pembukaan UUD


1945, dan secara rinci dijabarkan di dalam pasal 28 A sampai dengan J.
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Alinea pertama,
memuat pernyataan bangsa Indonesia tentang kemerdekaan sebagai hak
asasi bangsa-bangsa di dunia. Penjajahan merupakan tindakan yang
melanggar dan melampaui batas kemanusiaan sehingga melanggar HAM
dan harus dihapuskan. Alinea kedua, memuat perjuangan pergerakan
kemerdekaan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan (hak
asasi setiap bangsa). Perjuangan pergerakan kemerdekaan tersebut
merupakan usaha bangsa yang harus dilakukan. Artinya hak untuk
merdeka tidak akan diberikan pihak (bangsa) lain tanpa diperjuangkan
bersama-sama. Alinea ketiga, memuat pernyataan bahwa kemerdekaan
bangsa Indonesia itu diperoleh melalui: (a) usaha perjuangan
kemerdekaan bangsa Indonesia, (b) perjuangan tersebut diridloi Tuhan
Yang Maha Esa, (c) kemerdekaan yang dicapai dengan keinginan luhur
sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, adil, dan maju. Alinea keempat,
memuat pernyataan bahwa negara Indonesia merdeka yang didirikan
mempunyai tujuan (a) melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah bangsa Indonesia, (b) memajukan kesejahteraan umum, (c)
mencerdaskan kehidupan bangsa, (d) ikut serta dalam menjaga
perdamaian dunia yang abadi berdasarkan keadilan.
Mengingat muatan norma dan nilai yuridis yang dikandung di dalam
pembukaan UUD 1945 tersebut maka (a) pembukaan UUD 1945
mengandung nilai-nilai fundamental sebagai asas kerohanian negara, (b)
pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental,
(c) pembukaan UUD 1945 mengandung cita-cita nasional, khususnya citacita hukum demi tegaknya hukum dan keadilan di dalam negara dan
pemerintahan, (d) pembukaan UUD 1945 menetapkan kewajiban negara
untuk melindungi dan mengayomi serta mensejahterakan seluruh bangsa
(welfare nation state), (e) pembukaan UUD 1945 menetapkan asas
fundamental dan sistem kenegaraan atas dasar kedaulatan rakyat
berdasar kepada Pancasila sehingga disebut sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Noorsyam, 1999). Atas dasar pertimbangan tersebut
maka pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah oleh siapapun juga,
sebab perubahan akan mengakibatkan perubahan negara Proklamasi.
Pembukaan UUD 1945 sudah meletakkan dasar-dasar HAM secara
fundamental, komprehensif dan utuh. Bila dipahami secara mendalam,
dasar-dasar HAM tersebut memiliki landasan religius, filosofis, ideologis,
yuridis, etik dan moral normatif. Untuk menjabarkannya perlu pemahaman
terhadap pasal 28 A-J. Implementasinya dilaksanakan melalui UU nomor
39 tahun 1999 tentang HAM.
Sejak proklamasi kemerdekaan, Indonesia sebenarnya telah
meletakkan dasar-dasar HAM di dalam konstitusi. Namun, ketentuan itu
belum bersifat transparan dan
U nit 2 2-10

detail. Ketika UUD 1945 ditetapkan sebagai konstitusi negara RI,


sebenarnya telah memuat dasar-dasar HAM di dalam pembukaan dan
pasal 27, 28, 29, 31, 33, dan pasal 34. Ketika UUDS diberlakukan tahun
1949 sampai dengan 1950, sebenarnya juga sudah memuat dasar-dasar
HAM yang lebih lengkap. Namun setelah konstituante hasil pemilu 1955
dibubarkan, Indonesia kembali pada UUD 1945. Perjalanan waktu yang
cukup lama, banyak pihak menghendaki agar UUD 1945 itu dilengkapi
dan diamandemen serta disempurnakan. Sejak tahun 1999 sampai
dengan tahun 2004, UUD 1945 telah mengalami amandemen empat kali.
Setelah UUD 1945 mengalami amandemen, maka ketentuan HAM itu
makin jelas dan konkrit. Di dalam pasal 27, 28 ayat A sampai dengan J,
29, 30, 31, 32, 33. Adapun isi masing-masing pasal tersebut adalah
sebagai berikut.
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan Negara
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu
Pendidikan Hak Asasi Manusia 2-11

pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas


hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya.
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan
Pasal 28E
(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak
kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan untuk meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokrtais, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangundangan.
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan
Pendidikan Hak Asasi Manusia 2-13

orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
Pasal 29
(3) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara.
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. (catatan penulis,
ayat ini berarti: masyarakat berhak atas kebebasan memelihara dan
mengembangkan kebudayaannya untuk memajukan peradaban dan
kebudayaan dan nasional).
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional (catatan penulis, ayat ini berarti: masyarakat
berhak atas kebebasan untuk mengembangkan bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional).
Pasal 33
(1) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(2) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara.

(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat


dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan.
Berbagai aturan pasal-pasal UUD 1945 yang berkaitan dengan HAM
tersebut kemudian dijabarkan ke dalam peraturan perundang-undangan.
Berbagai undang-undang telah disusun untuk melaksanakan ketentuan
tersebut dapat diketahui bahwa semua peraturan hukum di bawahya
harus bersumber atau sekurang-kurangnya tidak boleh bertentangan
dengan peraturan hukum di atasnya. UUD 1945 sebagai hukum yang
tertinggi menjadi sumber hukum yang ada di bawah. Kekuatannya bersifat
imperatif karena memaksa penyelenggara negara dan warga negara
untuk menaatinya. Semua produk hukum di bawahnya tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945. Oleh sebab itu UUD 1945 sering disebut
sebagai hukum positip karena berlaku dalam ruang dan waktu tertentu
yaitu di Indonesia.
Aturan yang ada di dalam UUD 1945 dalam bentuk pasal dan ayat
masih bersifat umum. Untuk melaksanakan diperlukan peraturan hukum
dalam bentuk undang-undang (UU). Pelaksanaan UU diatur lebih lanjut di
dalam peraturan pemerintah (PP), peraturan presiden (Perpres) dan
peraturan daerah (Perda).
Ketentuan peraturan perundangan lain tentang HAM sebagai
implementasi dari UUD 1945 adalah sebagai berikut.
1. Ketetapan MPR Nomor XVII tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia.
2. Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
mengenai pengahapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita.
3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
4. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
5. Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang
Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Kemanusiaan.
6. Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum .
7. Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
8. Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
9. Undang-Undang RI Nomor 19 tahun 1999 tentang Penghapusan Kerja
Paksa sebagai dasar ratifikasi Konvensi ILO 105 tahun 1957
10. Undang-Undang RI Nomor 21 tahun 1999 tentang Diskriminasi dalam
Pekerjaan dan Jabatan sebagai dasar ratifikasi Konvensi ILO nomor 111
tahun 1958.
11. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1999 tentang Usia Minimum untuk
Diperbolehkan Bekerja sebagai Dasar untuk Ratifikasi Konvensi ILO nomor
138 tahun 1973.
12. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pelarang dan
Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk
Anak sebagai Dasar Ratifikasi Konvensi ILO 182 tahun 1999.
13. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 rentang Perlindungan Anak.

14. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan


Kekerasan dalam Rumah Tangga.
15. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran
dan Rekonsiliasi.
Di samping ketentuan Undang-Undang seperti tersebut di atas,
pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan dalam bentuk
Keputusan Presiden maupun Instruksi Presiden. Berbagai aturan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Keputusan Presiden RI Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Wanita.
2. Keputusan Presiden RI Nomor 36 tahun 1990 tentang Pengesahan HakHak Anak.
1. Keputusan Presiden RI Nomor 50 tahun 1993 tentang Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia.
2. Keputusan Presiden RI Nomor 129 tahun 1998 tentang Komisi Nasional
Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
3. Instruksi Presiden RI Nomor 26 tahun 1998 tentang Penghentian
Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi dalam Semua Perumusan
dan Penyelenggaraan Kebijakan Perencanaan Program ataupun
Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan.
4. Keputusan Presiden RI Nomor 83 tentang Kebebasan Berserikat dan
Perlindungan Hak untuk Berorganisasi sebagai Dasar untuk meratifikasi
Konvensi ILO nomor 87 tahun 1948.
5. Keputusan Presiden RI Nomor 36 Tahun 2002 tentang Lembaga
Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja sebagai dasar Ratifikasi Konvensi
ILO nomor 88 tahun 1948.
Perangkat peraturan hukum sebagai landasan yuridis konstitusional itu
sudah lengkap dan menyeluruh, dimulai dari UUD 1945, Ketetapan MPR,
Undang-Undang dan peraturan pemerintah, tetapi implementasinya
membutuhkan keseriusan berbagai pihak. Terutama para pendidik atau
guru perlu mendidik para siswa agar memahami dan melaksanakan nilainilai HAM itu dalam kehidupan sehari-hari.

Landasan Moral, Sosio-Kultural dan Religius HAM


Pada subunit 1 sebelumnya, telah dijelaskan landasan filosofis,
ideologis, dan yuridis konstitusional HAM. Pada subunit 2 ini Anda akan
dapat mempelajari kelanjutan landasan HAM, terutama landasan moral,
sosio-kultural, dan religius. Setiap masyarakat memiliki sistem moral yang
dijadikan landasan setiap pemikiran, sikap, dan perilakunya, termasuk
HAM. Demikian pula sistem sosial budaya yang dimiliki dan dikembangkan
secara turun temurun oleh masyarakat juga menjadi landasan HAM. Paling
fundamental adalah landasan religius di dalam memahami dan

melaksanakan HAM. Kesemua landasan tersebut baik landasan filosofis,


ideologis, yuridis konstitusional, moral, sosio-kultural dan religius, akan
memberikan landasan yang komprehensif sehingga pemahaman dan
pelaksanaan HAM memiliki landasan yang kokoh dan kuat. Pemahaman
semacam ini tidak akan mudah digoncang oleh gelombang perubahan
zaman, bahkan tudingan dari bangsa lain bahwa Indonesia belum
melaksanakan HAM secara serius.
Landasan Moral
Ajaran tentang perilaku baik menurut aturan yang berlaku dalam
masyarakat disebut moral. Setiap masyarakat memiliki ajaran moral
sendiri yang dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat. Moralitas itu
tumbuh
dan
berkembang
dalam
masyarakat
sesuai
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ajaran moral suatu
masyarakat berbeda dengan masyarakat lainnya. Kata moral berasal dari
bahasa latin, mores yang berarti kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat. Moral adalah suatu aturan baik dan buruk suatu perbuatan
berdasarkan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu
moral masyarakat mengalami perubahan seiring dengan perubahan yang
terjadi dalam masyarakat.
Kebiasaan dalam masyarakat berhubungan dengan norma kesusilaan,
kesopanan, dankepatutan atau kepantasan perbuatan seseorang. Orang
memiliki perbuatan yang baik apabila dilakukan sesuai dengan normanorma tersebut. Setiap masyarakat tentu memiliki dan mengembangkan
norma-norma yang dijunjung tinggi seluruh anggota masyarakat tersebut.
Orang bebas bergaul dengan siapa saja yang disukainya, tetapi pergaulan
bebas sehingga sepasang laki-laki dan perempuan hidup serumah tanpa
ada ikatan perkawinan akan dikatakan melanggar norma kesusilaan.
Seorang perempuan yang memakai pakaian yang sangat minim ketika
menemui tamu laki-laki, maka ia dikatakan berpakaian tidak sopan dalam
menerima tamu. Demikian pula ketika ada seorang laik-laki berkunjung ke
rumah perempuan yang bukan istrinya tanpa ditemani orang lain maka
perbuatannya dapat dikatakan tidak patut dilakukan.
Norma-norma yang dikembangkan di dalam masyarakat didasarkan pada
adat istiadat, kepercayaan dan agama. Misalnya, seorang adik akan
menikah lebih dulu daripada kakak perempuannya maka perbuatannya
dikatakan melanggar adat dan dipercaya nanti kakak perempuan tidak
akan menikah selamanya. Masyarakat Jawa kemudian mengembangkan
adat agar adik tersebut melakukan upacara langkahan atau melangkahi
yaitu izin menikah lebih dulu dengan memberikan sesuatu yang paling
disukai kakaknya. Selanjutnya adik tadi menikah secara agama dan ada
upacara adat dengan saling melempar daun sirih, pengantin perempuan
membasuh kaki pengantin laki-laki, jual dawet, dan lain sebagainya.
Seiring dengan perubahan ilmu pengetahun dan teknologi sehingga arus
informasi dan telekomunikasi sangat cepat maka banyak perubahan
dalam masyarakat. Pada masyarakat perkotaan, norma-norma moral
semakin longgar sehingga suatu perbuatan seseorang dianggap sudah
tidak lagi melanggar aturan atau norma masyarakat. Berbeda dengan
masyarakat perkotaan, pada masyarakat pedesaan yang masih
menjunjung tinggi norma moral maka perbuatan yang berlaku di kota

akan dikatakan tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan norma


yang berlaku di dalam masyarakat pedesaan tersebut.
HAM juga dilandasi dengan sistem moral yang berlaku dalam masyarakat.
Pelanggaran HAM yang dilakukan seseorang atau kelompok akan
mempunyai sanksi moral. Pelanggar HAM tersebut akan merasa bersalah
dan berdosa sehingga dapat saja ia akan memperoleh sanksi moral.
Sanksi moral diberikan oleh agama dengan perasaan berdosa, dan
diberikan oleh masyarakat dengan dikucilkan oleh masyarakat.
Landasan Sosio-kultural
Kehidupan sosial dan kultural masyarakat dibangun dan
dikembangkan secara berkesinambungan. Masyarakat secara turuntemurun mewariskan dan mengembangkan sistem pranata, norma, dan
nilai-nilai budaya kepada generasi berikutnya. Keseluruhan kehidupan
masyarakat itu diwujudkan dalam kebudayaan. Landasan sosio-kultural.
Masyarakat
pedesaan
misalnya,
menjunjung
tinggi
nilai-nilai
kemasyarakatan dalam bentuk pranata sosial, kesusilaan, sopan santun,
hubungan kekerabatan dan lain sebagainya. Di dalam masyarakat
pedesaan ini suasana kehidupan masyarakat ditandai dengan paguyuban.
Artinya hubungan antara individu yang satu dengan lainnya bersifat saling
kenal mengenal, akrab, toleransi, gotong- royong, dan penuh kepedulian
dengan lainnya. Interaksi sosial sangat intensif dalam bentuk tatap muka
yang penuh keakraban.
Berbeda halnya dengan masyarakat perkotaan. Masyarakat kota memiliki
karakteristik interaksi sosial yang bersifat patembayan, sedangkan di
dalam masyarakat pedesaan bersifat paguyuban. Artinya, hubungan
antarindividu dilihat dari kepentingan masing-masing sehingga bersifat
lebih individual. Norma-norma yang dikembangkan berdasarkan hubungan
saling menguntungkan secara fisik finansial. Interaksi sosial dapat
digantikan melalui hubungan tidak langsung dengan teknologi sehingga
tidak saling kenal mengenal. Misalnya, ketika ada masalah bersama maka
penyelesaiannya diukur dari partisipasi kontribusi yang diberikan individu.
Kegotongroyongan sudah digantikan dengan kontribusi uang sehingga
tatap muka antarindividu sudah digantikan dengan substitusi lainnya.
Pemahaman tentang hak asasi manusia sangat dipengaruhi oleh sistem
sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Pada masyarakat
pedesaan, HAM itu dipahami sebatas tidak melanggar bahkan harus
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan
kebudayaan. Untuk mewujudkan HAM perlu memperhatikan: (1) sistem
sosial yang berlaku; (2) sistem nilai dan norma dalam masyarakat dan
kebudayaan; (3) sikap sosial dan budaya individu; (4) sistem kepercayaan
yang dijunjung tinggi masyarakat dan kebudayaan; (5) pranata-pranata
sosial; (6) adat istiadat suatu masyarakat.
HAM semata-mata tidak hanya didasarkan atas hukum dan undangundang saja tanpa memperhatikan rasa keadilan dalam masyarakat.
Interpretasi hakim yang hanya mengutamakan hukum dan undangundang tanpa memperhatikan dinamika dan kemajuan masyarakat yang
semakin kritis, membuat putusan hukum yang diambil hakim seringkali

melanggar rasa keadilan masyarakat. Perlakuan diskriminatif


menimbulkan perasaan yang menyakitkan di kalangan masyarakat.

akan

Landasan Religius
Masyarakat itu tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Menurut Van Peursen (1981) masyarakat
tumbuh melalui tiga tahap: mitis, ontologis, dan fungsional. Pada awalnya,
masyarakat tumbuh dalam tahap mitis. Pada tahap mitis ini,
dikembangkan penyelesaian masalah dengan menggunakan sistem
kepercayaan, magi, dan mitos. Semua persoalan kehidupan diselesaikan
dengan pengetahuan tersebut.
Namun demikian, penyelesaian
berdasarkan mitologi ini tidak memuaskan manusia. Ketidakpuasan itu
kemudian membuat manusia mencari penyelesaian dengan cara lainnya,
yaitu berpikir rasional. Berbekal kemampuan rasional, orang berusaha
memecahkan masalah itu. Melalui rasio, manusia mengambil jarak
terhadap segala sesuatu yang dipikirkan. Pemikiran rasional itu bersifat
reflektif filosofis sehingga melahirkan pemikiran ontologis. Pada tahap
ontologis ini lahir pengetahuan filsafat. Perkembangan masyarakat dan
kehidupan yang sangat pesat membuat pemikiran filsafat itu kurang
memuaskan manusia. Manusia kemudian mengembangkan pemikiran
rasional yang terukur melalui tahap tertentu. Pemikiran rasional yang
dikembangkan melalui tahapan tertentu itu melahirkan pemikiran ilmiah.
Tahapan itu adalah: (1) pemikiran rasional itu bersifat objektif empiris,
artinya objek itu dipikirkan sejauh dapat dialami oleh manusia. (2)
menggunakan metode ilmiah tertentu, (3) memiliki sistem ilmiah, (4)
kebenarannya bersifat hipotetik, artinya kebenaran itu diukur dari buktibukti empiris yang mendukungnya.
Metode ilmiah yang dikembangkan dalam ilmu pengetahuan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut: (1) ada gejala tertentu yang selalu
berulangkali terjadi, (2) di dalam gejala itu terdapat permasalahan yang
harus diatasi, (3) masalah itu kemudian dicarikan penyelesaian teoritik di
dalam kepustakaan yang ada, (4) penyusunan hipotetik yang harus
dicarikan bukti-bukti yang ada, (5) pengumpulan data, (6) analisis data,
(7) hasil analisis data itu kemudian dipakai untuk menguji hipotesis, (8)
hasil uji hipotesis itu dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan umum.
Kajian ilmiah sekarang ini lebih banyak digunakan orang untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kecenderungan penyelesaian
masalah secara ilmiah itu membuat penyelesaian masalah dengan cara
lainnya lebih banyak diabaikan.
Pada akhirnya, penyelesaian secara ilmiah dengan ipteks itu juga tidak
dapat menyelesaikan segalanya. Bahkan, kehidupan manusia menjadi
semakin jauh dari kehidupan spiritual. Kehidupan semacam itu lepas dari
aspek-aspek spiritual sehingga menjadi kering dan rindu pada aspekaspek kerohanian yang dulu pernah dialaminya. Kehidupan spiritual;
religius itu kemudian dijadikan landasan untuk mengembangkan HAM.
Sebagai anugerah Tuhan, hak dasar manusia yang dibawa sejak lahir itu
dijalankan sesuai dengan nilai-nilai religius. Artinya HAM itu semakin
meningkatkan keimanan dan mendekatkan diri pada Tuhan. Harkat dan
martabat manusia terletak pada kedekatannya dengan Tuhan.

Implementasi HAM yang bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan akan


semakin membuat manusia kehilangan jati diri sebagai manusia.
Kebebasan dan HAM yang mengingkari adanya nilai-nilai religius itu
mengakibatkan manusia kebingungan dalam kehidupan. Sebab kehidupan
manusia itu terbatas, di seberang batas itu hanya dapat dipahami melalui
keimanan dan kepercayaan.
Bangsa Indonesia secara filosofis, sosiologis, maupun religius
mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa. Pada masa pra sejarah,
kepercayaan tersebut masih berupa animisme dan dinamisme.
Kepercayaan animisme merupakan kepercayaan masyarakat terhadap
kekuatan adikodrati yang ada pada binatang dan makhluk lainnya. Di
samping itu, masyarakat juga masih mempercayai adanya kekuatan
adikodrati pada roh leluhur yang masih menentukan kehidupannya. Pada
masa ini berkembang pula kepercayaan mitis dan magis di kalangan
masyarakat. Konsep ketuhanan pada masa mitologis pra sejarah tersebut
belum jelas, karena hanya menyebutnya sebagai suatu kekuatan
adikodrati yang mempengaruhi dan menentukan kehidupan manusia.
Misalnya, sebagian masyarakat pedesaan, apalagi di pedalaman, masih
percaya dan melakukan upacara adat memberikan sesaji pada roh leluhur
agar terbebas dari segala bencana. Upacara memberikan sesaji yang
dilabuh di tengah lautan agar selamat dan banyak mendapat ikan dari
laut.
Kepercayaan adanya Tuhan baru memiliki konsep yang jelas ketika datang
agama-agama besar di Indonesia. Konsep Tuhan tersebut dipahami
sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat percaya (iman) dan sekaligus
menaati aturan-aturan yang dibawa di dalam ajaran agama tersebut.
Namun tidak serta merta kepercayaan dan perilaku terhadap nilai-nilai
adikodrati yang lama tetapi masih sesuai dengan agama, ditinggalkan
sama sekali. Bahkan, kepercayaan lama tersebut terintegrasi di dalam
ajaran agama yang dianutnya. Kesemuanya membentuk adat istiadat dan
budaya religius dalam masyarakat.
Pemahaman tentang HAM juga sangat dipengaruhi oleh sistem nilai
religius. HAM yang bertentangan dan tidak sesuai dengan ajaran agama
yang dianut akan dipandang merendahkan derajat dan martabat manusia
di hadapan Tuhan, semesta alam, dan sesama manusia.
Hubungan antara HAM, Kebebasan dan Demokrasi
Banyak orang memahami HAM secara sempit sebagai kebebasan dan
demokrasi. Kebebasan dan demokrasi hanya sebagian dari perwujudan
HAM. Semakin orang menghormati HAM maka ia akan menghargai
kebebasan orang lain sebab dalam melaksanakan kebebasannya,
seseorang akan berhadapan dengan kebebasan orang lain. Untuk
mengatur interaksi orang yang satu dengan orang lainnya, setiap orang
harus menghormati kebebasan orang lain. Aturan untuk saling
menghormati kebebasan setiap individu diperlukan peraturan yang
disepakati bersama. Masalah-masalah yang dihadapi dalam interaksi
bersama harus diselesaikan dengan prinsip-prinsip yang disepakati
bersama. Kesepakatan bersama tersebut diatur di dalam demokrasi.

Demokrasi dipahami dan dilaksanakan di berbagai negara secara


berbeda-beda. Di negara komunis, seperti Rusia dan RRC mengklaim
negaranya sebagai negara demokratik. Di negara yang menamakan
sebagai kampiun demokrasi, Amerika Serikat menganggap sistem
demokrasi yang dijalankan sebagai model yang terbaik dan negara lain
harus mencontohnya. Pada hal kedua negara tersebut memiliki landasan
yang sangat berbeda. Meskipun berbagai negara mengklaim negaranya
sebagai negara demokrasi, tetapi paling tidak, ada beberapa prinsip yang
harus ada pada sistem demokrasi:
1. Kedaulatan di tangan rakyat artinya rakyat berdaulat dalam
mempengaruhi jalannya negara. Kedaulatan dijalankan rakyat ketika
memilih pemimpin atau pemerintahan melalui pemilu secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan yang diperintah. Persetujuan
tersebut diberikan pada saat pemilu. Disamping itu, persetujuan juga
diberikan ketika semua kebijakan pemerintahan negara disetujui wakilwakil rakyat di parlemen (DPR dan DPRD).
3. Kekuasaan dipegang mayoritas. Pemerintahan negara dilaksanakan
oleh penguasa yang mendapat mandat sebagian besar rakyat lewat
pemilu.
4. Hak-hak kaum minoritas dilindungi oleh hukum. Sebagian masyarakat
kecil di dalam suatu negara tidak boleh teraniaya tetapi justru
dilindungi oleh hukum karena hukum berlaku untuk semua orang
secara adil dan merata. Misalnya hak etnik tertentu yang jumlahnya
sedikit harus tetap dilindungi.
5. Jaminan hak asasi manusia. Jaminan tersebut dilakukan secara hukum
dan diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan.
6. Pemilihan yang bebas, jujur dan adil. Pergantian kekuasaan negara
dilakukan melalui pemilu dan seluruh rakyat berpartisipasi dalam
pemilu tersebut. Hasil pemilu memberikan legitimasi politik maupun
hukum pada pemenang pemilu untuk menjalankan kekuasaan
pemerintahan negara. Pemilu tersebut dijalankan sesuai dengan aturan
hukum yang ditetapkan.
7. Persamaan di depan hukum artinya tidak ada diskriminasi di dalam
hukum.
Proses hukum yang wajar artinya setiap orang yang berurusan dengan
hukum harus diperlakukan secara wajar dan bebas dari tindak
kekerasan dan kesewenang-wenangan hukum.
8. Pembatasan pemerintah secara konstitusional. Pembatasan dilakukan
agar kekuasaan pemerintahan negara tidak otoriter dan melanggar
kepentingan rakyat banyak.
9. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik. Keanekaragaman masyarakat
dalam melakukan kegiatan ekonomi dan politik dilindungi dan dijamin
tidak dilanggar. Misalnya orang bebas berdagang sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku. Perdagangan itu dilakukan baik di pasar
tradisional, pertokoan, mall, maupun di rumah. Di bidang politik, orang
bebas . Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama, dan mufakat.
Perbedaan yang ada pada setiap anggota masyarakat dihormati dan
dihargai. Untuk kepentingan bersama maka pemerintahan negara

memberikan layanan publik yang bermanfaat bagi hajat hidup orang


banyak. Sekalipun berbeda-beda dalam berbagai aspek, tetapi sebagai
warga negara harus dapat hidup berdampingan secara damai dan
bahkan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Persoalan yang
timbul dalam kehidupan bersama diselesaikan secara mufakat melalui
musyawarah dan atau pemungutan suara.
Dari berbagai prinsip demokrasi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
hak asasi manusia sebagai asas yang sangat fundamental di dalam sistem
demokrasi. Masyarakat demokratis sangat menghormati hak asasi
manusia sebagai pribadi. Kesadaran menghormati HAM itu dinyatakan
dalam perilaku menaati hukum. Ketaatan hukum menunjukkan
penghormatan kebebasan individu sebagai warga negara.
Demokrasi adalah suatu pandangan hidup yang mencakup bidang sosial,
politik, budaya, dan ekonomi yang memandang bahwa keputusan diambil
atas dasar kepentingan bersama, dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Sebagai pandangan hidup, demokrasi merupakan kegiatan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan melalui kontrol terhadap tingkah laku
individu dan kelompok. Secara politis, demokrasi dipahami sebagai sistem
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Ada dua elemen demokrasi yang ideal. Pertama, demokrasi tidak
ditentukan oleh jumlah dan bervariasinya minat sebagian masyarakat
tetapi kepercayaan sebagian besar masyarakat mengakui minat bersama
sebagai kontrol sosial. Kedua, demokrasi bukan hanya berarti interaksi
sosial yang bebas, tetapi terjadinya perubahan kebiasaan sosial dalam
masyarakat (Dewey dalam Fattah Hanurawan, 2006).
Demokrasi tidak hanya memuat tentang kebebasan tetapi juga
menghormati hukum dan HAM. Demokrasi tanpa hukum dan HAM akan
membuat demokrasi yang dikembangkan menjadi rapuh dan kebebasan
mengarah kepada anarkhi. Misalnya, untuk menyalurkan aspirasi
sekelompok masyarakat buruh memperingati hari jadi buruh internasional
tanggal 1 Mei 2007 berdemonstrasi dan menuntut pemerintah hari libur.
Tuntutan tersebut tidak dikabulkan, sehingga mereka unjuk rasa secara
bebas dan menghentikan setiap angkutan umum dan mengajak sopir
bergabung dan menurunkan semua penumpangnya. Jumlah mereka
semakin banyak sambil sesekali berteriak menyerukan tuntutannya.
Mereka bergerak dari satu ruas jalan ke ruas jalan lainnya dan memblokir
jalan raya sehingga macet total. Aturan hukum sudah tidak diindahkan
lagi dan hak orang lain untuk menggunakan angkot umum dilanggarnya.
Sekolah sebagai agen pembaharuan dalam HAM memiliki peranan yang
sangat penting dalam merasionalisasi dan mendistribusikan nilai-nilai
HAM melalui pemikiran, observasi, pertimbangan dan pilihan individu.
Sekolah merupakan tempat penyemaian ide-ide tentang hak asasi
manusia (HAM). Pendidikan HAM bagi anak akan menjamin
perkembangannya secara optimal melalui partisipasi dalam kehidupan
kelompok. Efek pendidikan HAM selalu memberikan perubahan kualitas
anak sesuai dengan nilai yang berlaku dalam kelompok. Perubahan itu
berlangsung terus menerus menuju perbaikan yang semakin
menyempurnakan.

BAB IV
PELANGGARAN-PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
Bila kita berbicara tentang apa yang dimaksud dengan pelanggaran HAM,
maka akan selalu terjadi banyak perdebatan. Masih dalam konteks ini,
HAM perlu dipahami sebagai suatu hal yang terus berkembang seiring
dengan jaman. Sejak dideklarasikannya Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia pada tahun 1945 hingga saat ini, pemahaman tentang HAM terus
berkembang seiring dengan terjadinya berbagai peristiwa di seluruh
belahan dunia. Artinya pemaknaan pelanggaran HAM juga terus
berkembang dan terus diperbaharaui
Sebelum melangkah pada pemahaman tentang pelanggaran HAM, ada
baiknya kita memahami basis dasarnya yaitu Hak Asasi Manusia. Selama
ini, banyak pihak yang memahami pelanggaran HAM dengan salah
kaprah.
Agar lebih mudah, mari kita lihat dua contoh kasus
1. Seseorang memukul tetangganya hingga luka berat karena mencuri
ayam.
2. Seorang polisi memukuli seorang tersangka untuk memaksanya
mengakui perbuatannya
Menurut anda, apakah kedua peristiwa tersebut adalah pelanggaran HAM?
Pelanggaran HAM
Jika anda mengatakan bahwa kedua kasus di atas adalah sebuah
pelanggaran HAM, maka mari kita coba lihat kembali konsep dasarnya.
Dalam kondisi terjadi pelanggaran hak sesesorang yang dilakukan oleh
orang lainnya, maka Negara (yang diwakili oleh pemerintah) sebagai
pemegang mandat untuk melakukan tindakan berdasarkan undangundang yang berlaku. Undang-undang tersebut adalah mekanisme dan
prosedur yang bertujuan melindungi setiap warga negaranya. Istilah

sederhananya adalah penegakan hukum. Negara wajib mengambil


tindakan kepada orang yang melakukan pelanggaran sesuai dengan
hukum yang berlaku. Artinya, tindakan pelanggaran tersebut masuk
dalam kategori tindakan kriminal. Inilah yang terjadi pada kasus 1,
seseorang melakukan pelanggaran terhadap hak orang lain.
Nah, lalu bagaimana jika Negara yang melakukan pelanggaran terhadap
warganya? Tentu saja, logika yang digunakan adalah pelanggaran
tersebut dilakukan oleh pelaksana mandat Negara yaitu aparat negara.
Sulit bukan? Mereka sebagai pelaksana mandat negara justru sangat
mungkin melakukan pelanggaran terhadap hak-hak warga negaranya
karena memiliki kemampuan atau kekuasaan yang justru diberikan (baca
mandat) oleh warga negaranya. Nah, inilah yang terjadi pada kasus 2.
Polisi sebagai bagian dari aparat negara yang seharusnya memberikan
perlindungan kepada warga negara tapi justru melakukan pelanggaran.
Oleh karena itu, nilai Hak Asasi Manusia kemudian diterjemahkan dalam
sejumlah hukum internasional yang kemudian diratifikasi oleh Indonesia.
Dalam instrumen hukum HAM yang berlaku di Indonesia melalui UU No.
39/1999, dalam pasal 8, 71, dan 72; negara mempunyai kewajiban untuk
menghormati, melindungi dan memenuhi HAM melalui implementasi
dalam berbagai bentuk kebijakan. Dalam hal ini, pelanggaran terjadi
dalam kondisi negara telah gagal untuk memenuhi salah satu diantara
tiga kewajibannya.
1. kewajiban untuk menghormati: semua kebijakan yang
dikeluarkan harus di hormati oleh negara termasuk institusi dan
aparatur negara. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak melakukan
tindakan yang dapat melanggar keutuhan dari individu atau
kelompok; atau melanggar kemerdekaan seseorang.
2. Kewajiban untuk melindungi: kewajiban dimana negara beserta
aparatur negara wajib melakukan tindakan seperlunya untuk
melindungi dan mencegah seorang individu atau kelompok untuk
melanggar hak individu atau kelompok lainnya. Termasuk
perlindungan atau pelanggaran terhadap kebebasan seseorang.
3. Kewajiban untuk memenuhi: negara mempunyai kewajiban
untuk melakukan tindakan-tindakan yang menjamin setiap orang
untuk memiliki hak hukum dalam memenuhi kebutuhan yang
termasuk dalam instrumen HAM, dimana hak itu tidak dapat
dipenuhi secara pribadi.
Hak Apa Saja Yang Dapat Dilanggar?
Banyak orang yang terjebak melihat dalam kaca mata Hak Asasi
Manusia bidang sipil dan politik. Pelanggaran yang kemudian dipahami
dalam artian kekerasan fisik yang terjadi dan jatuh korban secara fisik
(meninggal dan luka-luka). Sementara kasus seperti penggusuran paksa

sejumlah orang dari satu wilayah tanpa prosedur yang sesuai dianggap
bukan sebagai sebuah pelanggaran HAM.
Tahun 1993, Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia di Vienna telah
memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pengertian pelanggaran
HAM. Konferensi itu secara tegas menghasilkan pernyataan bahwa HAM
terdiri dari hak bidang sipil, politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sehingga
pelanggaran yang terjadi dalam bidang-bidang tersebut merupakan
pelanggaran HAM yang memiliki saling keterkaitan dan mempengaruhi
satu bidang dengan yang lainnya sehingga itu terjadi.1
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun
tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat
diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM meliputi :
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota-anggota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran
di dalam kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.

Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang


dilakukan sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil, berupa :
1. pembunuhan;
2. pemusnahan;
3. perbudakan;
4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan
pokok hukum internasional;
6. penyiksaan;
7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentukbentuk kekerasan seksual lain yang setara;
8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan
yang didasari persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis,
budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui
secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional;
9. penghilangan orang secara paksa; atau
10.

kejahatan apartheid.

(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)


Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja,
sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik
jasmani maupun rohani, pada seseoarang untuk memperoleh pengakuan
atau keterangan dari seseorang dari orang ketiga, dengan
menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga
telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau
memaksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang
didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan
persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik
(Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan
oleh siapapun yang menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan

dan keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999


tentang HAM)
Dalam kaitan tersebut, perlu penjelasan atas istilah Pelanggaran HAM
Berat agar tidak terjadi kesalah-pahaman.
Istilah pelanggaran HAM Berat tidak identik dengan suatu pelanggaran
HAM, misalnya hak hidup, hak untuk menyampaikan pendapat, hak untuk
mendapat pekerjaan, yang sangat berat.
Istilah Pelanggaran HAM Berat merupakan terjemahan dari konsep
Kejahatan Internasional (International Crimes). Dalam doktrin ilmu hukum
kejahatan dilihat dari siapa yang menentukan dapat dibagi menjadi dua
yaitu Kejahatan Nasional dan Kejahatan Internasional.
Kejahatan Nasional merujuk pada kejahatan yang oleh suatu negara
ditentukan sebagai perbuatan jahat. Dalam konteks demikian bisa jadi di
satu negara suatu perbuatan dianggap suatu kejahatan sementara di
negara lain tidak.
Sementara kejahatan internasional adalah kejahatan yang ditentukan oleh
masyarakat internasional yang terdiri dari negara-negara sebagai suatu
perbuatan jahat.
Secara tradisional kejahatan internasional adalah perbuatan yang
dilakukan oleh bajak laut. Bajak laut dianggap melakukan kejahatan
internasional karena perbuatannya merugikan dan berada di laut lepas.
Oleh karenanya tidak ada satu negarapun bisa melaksanakan yurisdiksi
hukumnya.
Pasca Perang Dunia kedua bentuk kejahatan internasional mendapat
perluasan pengertian. Ketika itu ada kesulitan untuk mendakwa para
penjahat perang di Jerman dan Jepang. Kesulitannya adalah bila
mendasarkan pada hukum nasional baik dari negara yang kalah atau
menang perang perbuatan yang dilakukan oleh penjahat perang tidak
mendapat pengaturan.
Di sinilah kemudian dimunculkan konsep kejahatan internasional yaitu
perbuatan yang dilakukan oleh para pejabat atau penyelenggara negara
terkait dengan perang atau konflik bersenjata yang terjadi.
Para pejabat dapat didakwa berdasarkan empat katagori kejahatan
internasional yaitu kejahatan genosida (crime of genocide), kejahatan
terhadap kemanusiaan (crimes against humanity), kejahatan perang (war
crimes) dan perang agresi (crime of aggression).
Pelaku kejahatan internasional dapat dibawa ke peradilan nasional
maupun internasional. Hal ini sesuai asas yang dianut bagi kejahatan
internasional yaitu asas universal.

Adapun contoh peradilan internasional antara lain adalah International


Military Tribunal yang dibentuk di Nurmberg dan Tokyo berdasarkan
perjanjian internasional diantara negara-negara pemenang perang,
International Criminal Tribunal for former Yugoslavia yang dibentuk
berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB dan peradilan yang besifat
permanen yaitu International Criminal Court (ICC).
Di Indonesia, kejahatan internasional diatur dalam Undang-undang Nomor
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Hanya saja kejahatan
internasional diterjemahkan sebagai Pelanggaran HAM Berat.
Kemungkinan besar ini merupakan terjemahan dari Gross Violations of
Human Rights.
Dalam UU 26/2000 hanya ada dua bentuk kejahatan internasional yaitu
kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan genosida. Atas dua
bentuk kejahatan ini ada sejumlah unsur yang harus dipenuhi.
Berdasarkan definisi yang ada atas dua bentuk kejahatan internasional
maka tindak kekerasan yang dilakukan oleh oknum prajurit TNI di Papua
masih jauh memenuhi kualifikasi sebagai kejahatan internasional atau
pelanggaran HAM Berat.
Namun demikian bukan berarti oknum prajurit TNI tidak dapat
dipersalahkan. Kesalahan yang ditimpakan kepada oknum prajurit masih
dalam lingkup Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau Kitab Undangundang Hukum Pidana Militer.
Untuk kejahatan yang diatur dalam KUHP/KUHPM maka pelaku diadili
bukan di pengadilan HAM. Pengadilan yang memilki kewenangan adalah
pengadilan militer mengingat pelakunya adalah anggota militer.

PELANGGARAN HAM INDONESIA


Kasus Sumiati pelanggaran HAM berat
Penganiyaan sadis yang dilakukan warga Arab Saudi terhadap Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) Sumiati Binti Salam Mustafa tergolong pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM) berat.

Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar menegaskan hal ini usai
melakukan pelepasan relawan untuk korban Merapi, di kantornya, Rabu
(17/11), siang ini. "Di dunia ini, penganiayaan seperti itu tergolong
pelanggaran HAM berat," tegas Patrialis.
Pemerintah, menurutnya, telah bertemu pihak keduataan besar Arab
Saudi di Indonesia. Mereka berjanji menindaklanjuti kasus tersebut dan
akan memproses majikan Sumiati sesuai hukum yang berlaku. "Kita sudah
ketemu dengan Dubes Arab Saudi di sini. Dubes Arab Saudi mengutuk
habis perbuatan kejam dan zalim itu. Kita bersyukur pemerintah Arab
Saudi berjanji akan menindaklanjuti proses hukum," papar Patrialis.
Sebagaimana diberitakan, TKI asal Dompu, Nusa Tenggara Barat itu
dibawa ke RS King Fahad pada 8 November 2010 setelah mengalami
penyiksaan oleh majikannya. Kondisi TKI malang tersebut sangat
memprihatinkan dan sangat lemah.
Seorang petugas rumah sakit itu mengungkapkan, kedua kaki Sumiati
nyaris lumpuh, kulit tubuh dan kepalanya terkelupas, jari tengah retak,
alis matanya rusak. Yang lebih parah, bibir bagian atasnya hilang.
Diduga majikan wanita Sumiati kerap kali melakukan kekerasan
terhadapnya, sebab terdapat banyak luka di sekujur tubuhnya. Antara lain
luka bekas setrika panas. Sumiati diketahui tidak bisa berbahasa Arab
maupun Inggris.
Pengadilan Madinah, Arab Saudi pada Sabtu 2 April 2011 mengeluarkan
keputusan yang mengejutkan: majikan yang tenaga kerja wanita (TKW)
asal Indonesia, Sumiati binti Salan Mustafa, dinyatakan bebas dari delik
khusus.
Hakim mengatakan, tak ada bukti bahwa majikan perempuan 53 tahun itu

telah menyiksa pembantunya. Konsekuensi dari putusan itu, Sumiati


kehilangan haknya untuk menuntut ganti rugi kepada tersangka,
Dimintai tanggapan soal keputusan itu, paman Sumiati, Zulkarnaen
mengatakan, pihak keluarga tidak terima dengan putusan tersebut.
"Sebagai pihak keluarga kami jelas tidak terima jika majikan bebas begitu
saja," kata Zulkarnaen saat dihubungi VIVAnews.com.
Zulkarnaen menegaskan bahwa ada empat untutan yang diajukan pihak
keluarga terkait kasus ini, yakni: pulihkan kondisi Sumiati seperti sedia
kala, segala bentuk hak sebagai tenaga kerja dibayar, pengembalian gaji
selama 2 tahun oleh majikan, dan ganti rugi Rp1,5 miliar. "Kami
mengharapkan kasus itu muncul di Madinah, selesai juga di Madinah,"
kata dia.
Pihak keluarga, lanjutnya, sengaja tidak membawa pulang Sumiati,
sebelum kasusnya tuntas. "Kami khawatir kalau dibawa pulang akan
diputar balik oleh pihak Arab."
Diceritakan Zulkarnaen, sejauh ini komunikasi keluarga dengan Sumiati
berlangsung baik. Saat menelepon, perempuan malang itu bercerita
tentang proses penanganan kesehatan. Juga, tentu saja, kerinduannya
untuk pulang ke rumah.
"Kini Sumiati sedang rawat jalan, memulihkan kondisi fisik, baru bisa
dilakukan operasi plastik," tambah dia.
Sementara, keluarganya di Dompu, Nusa Tenggara Barat hanya bisa
mendoakannya. "Keluarga setiap hari zikir. Hanya itu yang bisa dilakukan
karena kondisi ekonomi lemah. Sumiati anak perempuan satu-satunya,"
tambah Zulkarnaen.
Sebelumnya, Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene
mengatakan, tim pembela Sumiati, akan mengajukan keberatannya
terkait keputusan bebas tersangka pelaku penyiksaan. Jika keberatan
ditolak, tim akan membawanya ke tingkat banding.
"Hal ini tentunya penting, mengingat kerugian psikis yang dialami
Sumiati. Namun yang kita kejar adalah ditegakkannya keadilan," lanjut
Tene, Senin 4 April 2011.
Sebelumnya, pengadilan memvonis sang majikan Zanuba Farooq, tiga
tahun penjara. Namun, pengadilan diulang kembali karena dinilai cacat

prosedur.
Pada pengadilan pertama, pihak pengadilan tidak menggelar pengadilan
delik khusus, namun langsung ke pengadilan delik umum. Inilah yang
dipermasalahkan oleh pengacara tersangka, sehingga pengadilan diulang
dan hukuman tersangka dianulir.
Kasus Sumiati mencuat pada awal Januari 2011. Wanita asal Dompu, Nusa
Tenggara Barat, ini mengalami luka-luka parah di sekujur tubuhnya,
diduga kuat akibat disiksa oleh majikannya. Kulit kepala dan tubuh
perempuan muda itu terkelupas.
Wajahnya luka parah, lebam, dan alis matanya rusak. Yang paling
mengenaskan, bibir bagian atasnya hilang terpotong. Tak hanya itu, dua
kakinya nyaris lumpuh, dan jari-jari tangannya pun retak. November lalu,
Sumiati telah menjalani operasi dan perlu waktu lama untuk pulih.

KASUS PELANGGARAN HAM YANG TERJADI DI


MALUKU
Konflik dan kekerasan yang terjadi di Kepulauan Maluku sekarang telah
berusia 2 tahun 5 bulan; untuk Maluku Utara 80% relatif aman, Maluku
Tenggara 100% aman dan relatif stabil, sementara di kawasan Maluku
Tengah (Pulau Ambon, Saparua, Haruku, Seram dan Buru) sampai saat ini
masih belum aman dan khusus untuk Kota Ambon sangat sulit
diprediksikan, beberapa waktu yang lalu sempat tenang tetapi sekitar 1
bulan yang lalu sampai sekarang telah terjadi aksi kekerasan lagi dengan
modus yang baru ala ninja/penyusup yang melakukan operasinya di
daerah daerah perbatasan kawasan Islam dan Kristen (ada indikasi
tentara dan masyarakat biasa).
Penyusup masuk ke wilayah perbatasan dan melakukan pembunuhan
serta pembakaran rumah. Saat ini masyarakat telah membuat sistem
pengamanan swadaya untuk wilayah pemukimannya dengan membuat
barikade-barikade dan membuat aturan orang dapat masuk/keluar
dibatasi sampai jam 20.00, suasana kota sampai saat ini masih tegang,
juga masih terdengar suara tembakan atau bom di sekitar kota.
Akibat konflik/kekerasan ini tercatat 8000 orang tewas, sekitar 4000 orang
luka luka, ribuan rumah, perkantoran dan pasar dibakar, ratusan sekolah
hancur serta terdapat 692.000 jiwa sebagai korban konflik yang sekarang
telah menjadi pengungsi di dalam/luar Maluku.

Masyarakat kini semakin tidak percaya dengan dengan upaya upaya


penyelesaian konflik yang dilakukan karena ketidak-seriusan dan tidak
konsistennya pemerintah dalam upaya penyelesaian konflik, ada
ketakutan di masyarakat akan diberlakukannya Daerah Operasi Militer di
Ambon dan juga ada pemahaman bahwa umat Islam dan Kristen akan
saling menyerang bila Darurat Sipil dicabut.
Banyak orang sudah putus asa, bingung dan trauma terhadap situasi dan
kondisi yang terjadi di Ambon ditambah dengan ketidak-jelasan proses
penyelesaian konflik serta ketegangan yang terjadi saat ini.
Komunikasi sosial masyarakat tidak jalan dengan baik, sehingga perasaan
saling curiga antar kawasan terus ada dan selalu bisa dimanfaatkan oleh
pihak ketiga yang menginginkan konmflik jalan terus. Perkembangan
situasi dan kondisis yang terakhir tidak ada pihak yang menjelaskan
kepada masyarakat tentang apa yang terjadi sehingga masyrakat mencari
jawaban sendiri dan membuat antisipasi sendiri.
Wilayah pemukiman di Kota Ambon sudah terbagi 2 (Islam dan Kristen),
masyarakat dalam melakukan aktifitasnya selalu dilakukan dilakukan
dalam kawasannya hal ini terlihat pada aktifitas ekonomi seperti pasar
sekarang dikenal dengan sebutan pasar kaget yaitu pasar yang muncul
mendadak di suatu daerah yang dulunya bukan pasar hal ini sangat
dipengaruhi oleh kebutuhan riil masyarakat; transportasi menggunakan
jalur laut tetapi sekarang sering terjadi penembakan yang mengakibatkan
korban luka dan tewas; serta jalur jalur distribusi barang ini biasa
dilakukan diperbatasan antara supir Islam dan Kristen tetapi sejak 1 bulan
lalu sekarang tidak lagi juga sekarang sudah ada penguasa penguasa
ekonomi baru pasca konflik.
Pendidikan sangat sulit didapat oleh anak anak korban langsung/tidak
langsung dari konflik karena banyak diantara mereka sudah sulit untuk
mengakses sekolah, masih dalam keadaan trauma, program Pendidikan
Alternatif Maluku sangat tidak membantu proses perbaikan mental anak
malah menimbulkan masalah baru di tingkat anak (beban belajar
bertambah) selain itu masyarakat membuat penilaian negatif terhadap
aktifitas NGO (PAM dilakukan oleh NGO).
Masyarakat Maluku sangat sulit mengakses pelayanan kesehatan, dokter
dan obat obatan tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat dan
harus diperoleh dengan harga yang mahal; puskesmas yang ada banyak
yang tidak berfungsi.

Belum ada media informasi yang dianggap independent oleh kedua pihak,
yang diberitakan oleh media cetak masih dominan berita untuk
kepentingan kawasannya (sesuai lokasi media), ada media yang selama
ini melakukan banyak provokasi tidak pernah ditindak oleh Penguasa
Darurat Sipil Daerah (radio yang selama ini digunakan oleh Laskar Jihad
(radio SPMM/Suara Pembaruan Muslim Maluku).
PELANGGARAN HAM ATAS NAMA AGAMA

Kita memiliki banyak sejarah gelap agamawi, entah itu dari kalangan
gereja Protestan maupun gereja Katolik, entah dari aliran lainnya. Bahwa
kadang justru dengan simbol agamawi, kita melupakan kasih, yaitu kasih
yang menjadi atribut Tuhan kita Yesus Kristus. Hal-hal ini dicatat dalam
buku sejarah dan beberapa kali kisah-kisah tentang kekejaman gereja
difilmkan. Salah satu contohnya dalam film The Scarlet Letter, film
tentang hyprocricy Gereja Potestan yang menghakimi seorang pezinah
dan kelompok-kelompok yang dianggap bidat, adalagi filmThe Magdalene
Sisters, juga film A Song for A Raggy Boy, The Headman, The Name of
the Rose , dan masih banyak lainnya. Kini, telah hadir film yang lumayan
baru, yang diproduksi oleh Saul Zaentz dan disutradarai oleh Milos
Forman, dua nama ini cukup memberi jaminan bahwa film yang dibuat
mereka selalu bagus yaitu film GOYAs GOST.
Mungkin saja film GOYAs GOST ini akan membuat marah sebagian
kelompok, namun apa yang dikemukakan oleh Zaentz dan Forman,
sebagaimana kekejaman Inkuisisi telah tercatat dalam sejarah hitam
Gereja. Kisah-kisah kekejamannya juga terekam dalam lukisan-lukisan
karya Seniman Spanyol Francisco Goya (17461828 ), yang menjadi tokoh
sentral dari film GOYAs GOST ini.
Kita telah mengenal banyak sekelompok manusia dengan atribut agama,
berlindung dalam lembaga agama, mereka justru melakukan kejahatan
kemanusiaan (crimes against humanity) entah itu Kristen, Islam atau
agama apapun. Atas nama agama yang suci mereka melakukan
pelecehan yang tidak suci kepada sesamanya manusia. Akhir abad 20
atau awal abad 21, akhir-akhir ini kita disuguhi sajian-sajian berita akan
kebobrokan manusia yang beragama melanggar hak asasi manusia,
misalnya kelompok Al-Qaeda dan sejenisnya menteror dengan bom, dan
olehnya mungkin sebagian dari kita telah prejudice menempatkan orangorang Muslim di sekitar kita sama jahatnya dengan kelompok Al-Qaeda.
Di sisi lain Amerika Serikat (AS) sebagai polisi dunia sering memakai isu

terorisme yang dilakukan Al-Qaeda untuk melancarkan macam-macam


agendanya. Invasi AS ke Iraq, penyerangan ke Afganistan dan negaranegara lain yang disinyalir ada terorisnya. Namun kehadiran pasukan AS
dan sekutunya di Iraq tidak berdampak baik, mungkin pada awalnya
terlihat AS dengan sejatanya yang super-canggih menguasai Iraq dalam
sekejap, namun pasukan mereka babak-belur dalam perang-kota, ini
mengingatkan kembali sejarah buruk, dimana mereka juga kalah dalam
perang gerilya di Vietnam. Kegagalan pasukan AS mendapat kecaman dari
dalam negeri, bahkan sekutunya, Inggris misalnya. Tekanan-tekanan ini
membuat PM Inggris Tony Blair memilih mengakhiri karirnya sebelum
waktunya baru-baru ini. Karena ia berada dalam posisi yang sulit :
menuruti tuntutan dalam negeri ataukah menuruti tuan Bush.
Memang kita akui banyak kebrutalan yang dilakukan oleh para teroris
kalangan Islam Fundamentalis, contoh Bom Bali dan sejenisnya di seluruh
dunia. Tapi tidak menutup kemungkinan Presiden Amerika Serikat, George
Bush adalah juga seorang Fundamenalis dalam Agama yang dianutnya,
karena gaya Bush yang sering secara implisit terbaca dimana ia
menempakan dirinya sebagai penganut Kristiani yang memerangi
terorisme dari para teroris Muslim Fundamentalis. Tentu saja apa-apa yang
mengandung fundamentalis entah itu Islam/ Kristen/ agama yang lain,
bermakna tidak baik.
Sebelumnya, ditengah-tengah isu anti terorisme (Islam), sutradara
Inggris, Ridley Scott memproduksi film The Kingdom of Heaven,
barangkali bisa juga digunakan untuk menyindir Presiden Bush yang
sering menggunakan katacrusades dalam pidatonya. Film The Kingdom
of Heaven adalah sebuah otokritik bagi Kekristenan, dan sajian ironisme
dari ajaran Kristus yang penuh kasih. Bahwa perang Salib yang telah
terjadi selama 4 abad itu bukanlah suatu kesaksian yang baik, tetapi lebih
merupakan sejarah hitam.
Dibawah ini review dari sebuah film, tentang kejahatan dibawah payung
Agama, bukan berniat melecehkan suatu Agama/ Aliran tertentu,
melainkan sebagai perenungan apakah perlakuan seseorang
melawan/menindas orang lain yang tidak seagama itu tujuannya
membela Allah? membela tradisi? membela doktrin, ataukah membela diri
sendiri?

PELANGGARAN HAM OLEH MANTAN GUBERNUR


TIM-TIM

Abilio Jose Osorio Soares, mantan Gubernur Timtim, yang diadili oleh
Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) ad hoc di Jakarta atas dakwaan
pelanggaran HAM berat di Timtim dan dijatuhi vonis 3 tahun penjara.
Sebuah keputusan majelis hakim yang bukan saja meragukan tetapi juga
menimbulkan tanda tanya besar apakah vonis hakim tersebut benar-benar
berdasarkan rasa keadilan atau hanya sebuah pengadilan untuk
mengamankan suatu keputusan politik yang dibuat Pemerintah Indonesia
waktu itu dengan mencari kambing hitam atau tumbal politik. Beberapa
hal yang dapat disimak dari keputusan pengadilan tersebut adalah
sebagai berikut ini.

Pertama, vonis hakim terhadap terdakwa Abilio sangat meragukan karena


dalam Undang-Undang (UU) No 26/2000 tentang Pengadilan HAM Pasal 37
(untuk dakwaan primer) disebutkan bahwa pelaku pelanggaran berat HAM
hukuman minimalnya adalah 10 tahun sedangkan menurut pasal 40
(dakwaan subsider) hukuman minimalnya juga 10 tahun, sama dengan
tuntutan jaksa. Padahal Majelis Hakim yang diketuai Marni Emmy Mustafa
menjatuhkan vonis 3 tahun penjara dengan denda Rp 5.000 kepada
terdakwa Abilio Soares.

Bagi orang yang awam dalam bidang hukum, dapat diartikan bahwa
hakim ragu-ragu dalam mengeluarkan keputusannya. Sebab alternatifnya
adalah apabila terdakwa terbukti bersalah melakukan pelanggaran HAM
berat hukumannya minimal 10 tahun dan apabila terdakwa tidak terbukti
bersalah ia dibebaskan dari segala tuduhan.
Kedua, publik dapat merasakan suatu perlakuan diskriminatif dengan
keputusan terhadap terdakwa Abilio tersebut karena terdakwa lain dalam
kasus pelanggaran HAM berat Timtim dari anggota TNI dan Polri divonis
bebas oleh hakim. Komentar atas itu justru datang dari Jose Ramos Horta,
yang mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kemungkinan hanya
rakyat Timor Timur yang akan dihukum di Indonesia yang mendukung
berbagai aksi kekerasan selama jajak pendapat tahun 1999 dan yang
mengakibatkan sekitar 1.000 tewas. Horta mengatakan, Bagi saya bukan
fair atau tidaknya keputusan tersebut. Saya hanya khawatir rakyat Timor
Timur yang akan membayar semua dosa yang dilakukan oleh orang
Indonesia

KASUS TERBUNUHNYA MARSINAH

Marsinah (lahir 10 April1969 meninggal 8 Mei1993 pada umur 24


tahun) adalah seorang aktivis dan buruh pabrik PT. Catur Putra Surya
(CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian ditemukan
terbunuh pada 8 Mei1993 setelah menghilang selama tiga hari. Mayatnya
ditemukan di hutan di Dusun JegongKecamatan Wilangan,, Nganjuk,
dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.
Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah
Marsinah, Haryono (pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr.
Haroen Atmodirono (Kepala Bagian Forensik RSUD Dr. SoetomoSurabaya),
menyimpulkan, Marsinah tewas akibat penganiayaan berat.
Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang
sama.
Kasus ini menjadi catatan ILO (Organisasi Buruh Internasional), dikenal
sebagai kasus 1713.
Latar Belakang
Awal tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat
edaran No. 50/Th. 1992 yang berisi himbauan kepada pengusaha agar
menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan memberikan kenaikan gaji
sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut tentunya disambut dengan
senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti tambahannya
beban pengeluaran perusahaan. Pada pertengahan April 1993, Karyawan
PT. Catur Putera Surya (PT. CPS) Porong membahas Surat Edaran tersebut
dengan resah. Akhirnya, karyawan PT. CPS memutuskan untuk unjuk rasa
tanggal 3 dan 4 Mei1993 menuntut kenaikan upah dari Rp 1700 menjadi
Rp 2250!
Garis waktu
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Surya yang
aktif dalam aksi unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk
rasa tersebut antara lain terlibat dalam rapat yang membahas rencana
unjuk rasa pada tanggal 2 Mei1993 di Tanggul Angin Sidoarjo.
3 Mei1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja. Komando
Rayon Militer (Koramil) setempat turun tangan mencegah aksi buruh.
4 Mei1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan,
termasuk perusahaan harus menaikkan upah pokok dari Rp 1.700 per hari
menjadi Rp 2.250. Tunjangan tetap Rp 550 per hari mereka perjuangkan
dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen.
Sampai dengan tanggal 5 Mei1993, Marsinah masih aktif bersama rekanrekannya dalam kegiatan unjuk rasa dan perundingan-perundingan.

Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang perwakilan karyawan yang


melakukan perundingan dengan pihak perusahaan.
Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap
menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim)
Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS.
Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan
masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk
menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil
pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap.
Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekanrekannya sampai akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8
Mei1993
Proses penyelidikan
Tanggal 30 September1993 telah dibentuk Tim Terpadu Bakorstanasda
Jatim untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan
Marsinah. Sebagai penanggung jawab Tim Terpadu adalah Kapolda Jatim
dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan beranggotakan
penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya.
Delapan petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur
resmi, termasuk Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya
perempuan yang ditangkap, mengalami siksaan fisik maupun mental
selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian diketahui sebagai
Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku
telah membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah.
Pemilik PT CPS, Yudi Susanto, juga termasuk salah satu yang ditangkap.
Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di
tahanan Polda Jatim dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah.
Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi, mengungkap adanya
rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh
Marsinah.
Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang
yang diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari
10 orang yang diduga terlibat pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI.
Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian
kontrol CPS) menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos
Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry
putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari
Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan
sejumlah stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun,

namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto


dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi,
Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari
segala dakwaan (bebas murni). Putusan Mahkamah Agung RI tersebut,
setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga
muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah "direkayasa".

Komite solidaritas
Tahun 1993, dibentuk Komite Solidaritas Untuk Marsinah (KSUM). KSUM
adalah komite yang didirikan oleh 10 LSM. KSUM merupakan lembaga
yang ditujukan khusus untuk mengadvokasi dan investigasi kasus
pembunuhan aktivis buruh Marsinah oleh Aparat Militer. KSUM melakukan
berbagai aktivitas untuk mendorong perubahan and menghentikan
intervensi militer dalam penyelesaian perselisihan perburuhan. Munir
menjadi salah seorang pengacara buruh PT. CPS melawan Kodam
V/Brawijaya, Depnaker Sidoarjo dan PT. CPS Porong atas pemutus
hubungan kerja sepihak yang dilakukan oleh aparat kodim sidoarjo
terhadap 22 buruh PT. CPS Porong yang dianggap sebagai dalang unjuk
rasa.

KASUS TERBUNUHNYA WARTAWAN UDIN DARI


HARIAN UMUM BERNAS (1996)
Fuad Muhammad Syafruddin yang akrab dipanggil Udin (lahir di
Bantul, Yogyakarta, 18 Februari1964 meninggal di Yogyakarta, 16
Agustus1996 pada umur 32 tahun) adalah wartawan Harian Bernas,
Yogyakarta, yang dianiaya oleh orang tidak dikenal, dan kemudian
meninggal dunia. Sebelum kejadian ini, Udin kerap menulis artikel kritis
tentang kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer. Ia menjadi wartawan
di Harian Bernas sejak 1986.
Selasa malam, pukul 23.30 WIB, 13 Agustus1996, ia dianiaya pria tak
dikenal di depan rumah kontrakannya, di dusun Gelangan Samalo, Jalan
Parangtritis Km 13 Yogyakarta. Udin, yang sejak malam penganiayaan itu,
terus berada dalam keadaannya koma dan dirawat di RS Bethesda,
Yogyakarta. Esok paginya, Udin menjalani operasi otak di rumah sakit
tersebut. Namun, dikarenakan parahnya sakit yang diderita akibat
pukulan batang besi di bagian kepala itu, akhirnya Udin meninggal dunia
pada Jumat, 16 Agustus1996, pukul 16.50 WIB.
Sejak Udin mengalami koma hingga rentang waktu yang cukup panjang,
hampir seluruh media massa meliput peristiwa yang menimpa Udin.

Penghilangan barang bukti


Kasus Udin menjadi ramai ketika Kanit Reserse Umum Polres Bantul Edy
Wuryanto, saat itu berpangkat Sersan Kepala (Serka), di Yogyakarta,
dilaporkan telah 'membuang barang bukti', yakni melarung sampel darah
dan juga mengambil buku catatan Udin, dengan dalih melakukan
penyelidikan dan penyidikan.
Edy Wuryanto kemudian hanya dimutasikan dari tempat dinasnya di
Yogyakarta ke Mabes Polri di Jakarta
Kambing hitam
Tri Sumaryani
Ada pihak-pihak tertentu yang tampaknya mencoba mengalihkan kasus
ini. Seorang perempuan, Tri Sumaryani, mengaku ditawari sejumlah uang
sebagai imbalan membuat pengakuan bahwa Udin melakukan hubungan
gelap dengannya dan kemudian dibunuh oleh suaminya.
Iwik
Dwi Sumaji alias Iwik, seorang sopir perusahaan iklan, juga mengaku
dikorbankan oleh polisi untuk membuat pengakuan bahwa ia telah
membunuh Udin. Iwik dipaksa meminum bir berbotol-botol dan kemudian
ditawari uang, pekerjaan, dan seorang pelacur. Namun di pengadilan,
pada 5 Agustus1997 Iwik mengatakan, "Saya telah dikorbankan untuk
bisnis politik dan melindungi mafia politik."
Kronologi kejadian
Berikut ini kronologi perkembangan kasus Udin sejak rumahnya diamatamati, hingga penyiksaan, meninggal dunia, dan proses peradilan Iwik,
seperti yang diungkapkan oleh Harian Bernas[1]

12 Agustus1996: Kediaman Udin sekitar pukul 22.00 WIB telah


diawasi oleh dua orang tidak dikenal dengan kendaraan sepeda
motor. Satu di antaranya sempat mendekat ke rumah Udin dan
mengamati keadaan dalam rumah melalui lubang kunci pintu depan

rumah. Salah satu tetangga Udin yang berada di warung bakmi


yakni Ny Ponikem memperhatikan tingkah aneh lelaki tersebut. Ia
kemudian mencoba mendekat. Tetapi saat ditanya dan dibantu
membangunkan pemilik rumah, lelaki tersebut cepat-cepat pergi.
Sehingga Udin yang terlanjur keluar rumah tidak berhasil
menjumpai lelaki mencurigakan yang menurut penuturan saksi ini
ingin menemuinya.

13 Agustus: Selasa malam sekitar pukul 23.30 WIB, Udin dianiaya


lelaki tak dikenal dirumahnya Jalan Parangtritis Km 13,5 Bantul
hingga luka parah dan tak sadarkan diri. Ia kemudian dibawa ke RSU
Je-bugan Bantul, karena tak mampu, Udin terus dilarikan ke RS
Bethesda Yogyakarta. Peristiwa itu didahului dengan beberapa
kejadian tidak biasa. Sebelumnya, sekitar pukul 21.00 WIB, di kantor
harian BERNAS, Udin menemui seorang tamu yang sebelumnya
ingin menemui Joko Mulyono (wartawan BERNAS untuk liputan
Bantul). Lelaki tersebut mengaku sebagai Kaur Pemerintahan Desa
Wirokerten Bantul dan kedatangannya untuk urusan tanah. Tetapi
setelah pertemuan singkat itu, Udin terlihat gelisah di kantor. Pukul
21.30 WIB, selesai menulis berita, Udin bergegas pulang ke Bantul
dengan Honda Tiger 2000 warna merah hati. Belakangan orang
yang ditemui Udin tersebut adalah Hatta Sunanto (anggota DPRD
Bantul dan adik Sukrisno, Kaur Pemerintahan Desa Wirokerten
Bantul), serta ditemani seorang calo tanah bernama Suwandi.

14 Agustus: Rabu pukul 08.00 WIB di RS Bethesda Yogyakarta, Udin


menjalani operasi karena terjadi pendarahan hebat di kepalanya
akibat penganiayaan hebat yang dialami Udin malam sebelumnya.

16 Agustus: Jumat pukul 16.58 WIB, tim medis RS Bethesda


menyatakan Udin meninggal dunia setelah tiga hari berjuang
melawan maut tanpa pernah sadarkan diri. Malamnya, sekitar pukul
23.30 WIB, jenazah Udin disemayamkan sebentar di kantor Harian
BERNAS untuk mendapatkan penghormatan terakhir dari rekanrekannya.

17 Agustus: Jenazah Udin dilepas dan dimakamkan di tempat


pemakaman umum Trirenggo Bantul tepat pada saat bangsa
Indonesia merayakan peringatan hari ulang tahun ke-51
kemerdekaan Republik Indonesia.

Berbagai pihak termasuk di antaranya Sri Sultan Hamengku Buwono


X, Pangdam IV Diponegoro, Kapolda Jateng-DIY dan sejumlah
pejabat pemerintahan meminta agar kasus Udin diusut tuntas. Dan
siapapun yang terlibat dalam kasus ini harus diproses secara
hukum.

19 Agustus: Malam sekitar pukul 20.00 WIB, Serma Edy Wuryanto


ditemani dua anggota Polres Bantul berangkat dari Mapolres Bantul

ke kediaman orangtua Udin di Gedongan Trirenggo Bantul. Mereka


bermaksud meminjam sisa darah operasi Udin yang tidak jadi ikut
dikubur bersama jenazah Udin. Serma Edy Wuryanto mengatakan
darah itu akan dipakai untuk kepentingan pengusutan dengan cara
supranatural (akan dilarung ke laut selatan). Siang sebelumnya, di
tengah-tengah pawai pembangunan dalam rangka peringatan HUT
ke-51 Kemerdekaan RI di kabupaten Bantul, sejumlah warga Bantul
turut menggelar pawai duka cita sambil menggelar spanduk dan
mengarak foto Udin.

23 Agustus: Dalam sebuah konperensi pers akbar di kantor Pemda


Bantul, Bupati Bantul Kolonel Art Sri Roso Sudarmo menyatakan diri
tidak terlibat dalam kasus ini. Sementara Kapolres Bantul Letkol Pol
Ade Subardan mengatakan tidak ada dalang dalam kasus Udin
meski tersangka belum tertangkap. Ia juga sesumbar akan
menangkap pelaku pembunuh Udin dalam waktu tiga hari setelah
konferensi pers tersebut berlangung sambil mengatakan biar Bupati
Bantul tidur nyenyak.

26 Agustus: Sekitar pukul 09.00 WIB, Tempat Kejadian Perkara (TKP)


di rumah Udin baru diberi police line setelah 13 hari kejadian
pembunuhan Udin berlalu. Di Jakarta, Kepala Staf Sosial Politik
(Kassospol) ABRI Letjen TNI Syarwan Hamid menegaskan, oknum
ABRI yang terlibat dalam kasus Udin akan ditindak tegas.

27 Agustus: Sekitar pukul 10.30 WIB, police line di TKP rumah Udin
dicopot kembali oleh polisi. Dengan demikian police line ini hanya
berumur kurang lebih 25 jam setelah dipasang untuk kepentingan
penyidikan.

2 September: Kapolda Jateng-DIY Mayjen Pol Harimas AS


menyatakan pihak kepolisian sudah memiliki identitas lengkap
pelaku kasus pembunuhan Udin.

3 September: Mantan Mendagri Jenderal TNI (purn) Rudini


mengatakan, sebaiknya Gubernur DIY Sri Paku Alam VIII memanggil
dan meminta keterangan Bupati Bantul Sri Roso Sudarmo.

4 September: Marsiyem secara resmi menjadi klien Lembaga


Bantuan Hukum Yogyakarta. Di kantor LBH Yogyakarta, Marsiyem
mengatakan selama ini dirinya dipojokkan polisi agar mengakui
adanya masalah perselingkuhan dalam keluarganya.

5 September: Seorang seniman lukis berhasil membuat sketsa


wajah pembunuh Udin dari keterangan Marsiyem. Sketsa wajah itu
menurut Marsiyem, 90 persen mendekati wajah asli sang
pembunuh.

7 September: Menurut Sekwilda DIY Drs Suprastowo, Bupati Bantul


Sri Roso Sudarmo sudah menghadap Gubernur DIY dan melaporkan
kasus Udin. Tapi dalam laporannya tidak menyinggung kematian
Udin berkaitan dengan profesi atau tulisan-tulisannya.

9 September: Keluarga Udin mengkhawatirkan latar belakang kasus


pembunuhan Udin akan dibelokkan ke masalah pribadi. Kapolwil DIY
Kolonel Pol Darsono mengatakan polisi tetap lurus dalam
mengadakan penyelidikan.

13 September: Ketua DPC PPP Bantul dipanggil Komandan Kodim


Bantul dan dicecar dengan pertanyaan seputar keterlibatan DPC PPP
Bantul dalam upacara pemakaman Udin. Dandim Bantul
mengatakan acara pemakaman Udin sudah dipolitisir.

23 September: Gubernur DIY Sri Paku Alam VIII mengizinkan


pemeriksaan terhadap Bupati Bantul Sri Roso Sudarmo. Di Jakarta,
anggota Komisi II DPR RI dari FPP Ali Hardi Kiai Demak menanyakan
penanganan kasus Udin kepada Mendagri Yogi S. Memet dalam
rapat kerja DPR RI di Komisi II.

24 September: Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang


Yogyakarta mengirim surat ke PWI Pusat disertai lampiran temuan
Tim Pencari Fakta (TPF) PWI Yogyakarta soal kasus Udin. Pengiriman
berkas laporan TPF PWI Yogyakarta tersebut dimaksudkan agar
ditindak-lanjuti pengusutannya oleh Komnas HAM dan Mabes Polri.

25 September: Kapolwil DIY Kolonel Pol Darsono menegaskan


siapapun yang terlibat dalam kasus pembunuhan Udin akan digebuk
tanpa pandang bulu.

27 September: Kapolri Letjen Pol Dibyo Widodo di Jakarta


mengatakan kasus pembunuhan Udin harus dibongkar. Dan ia
menegaskan tidak akan ada pembelokan atas latar belakang
terbunuhnya Udin ke masalah keluarga atau perselingkuhan.

21 Oktober: Dwi Sumaji alias Iwik, warga Kavling Panasan Triharjo


Sleman dan sopir di CV Dymas Advertizing Sleman, diculik di
perempatan Beran Sleman, kemudian dibawa ke Parangtritis. Di
Hotel Queen of The South Parangtritis. Iwik disuruh mengaku
sebagai pembunuh Udin oleh Franki (Serma Pol Edy Wuryanto)
setelah sebelumnya di losmen Agung Parangtritis, Iwik dicekoki
minuman keras hingga mabuk, disediakan perempuan, dan diberi
janji-janji muluk soal pekerjaan, uang, dan jaminan hidup
keluarganya. Sebelumnya ia dijebak oleh Franki dengan alasan
diajak bisnis billboard.

24 Oktober: Pada tanggal ini (ketika masuk ke pemeriksaan tahap


ke lima), Dwi Sumaji alias Iwik mencabut seluruh pengakuan dalam
pemeriksaan tanggal 21, 22, 23, dan 24 Oktober 1996 (dalam 4 kali
pemeriksaan sebelumnya). Pencabutan pengakuan sebagai pelaku
pembunuh Udin itu ia lakukan karena merasa dirinya hanya korban
rekayasa. Dan pengakuan yang dulu itu karena ia berada di bawah
ancaman, tekanan dan paksaan Franki alias Serma Pol Edy
Wuryanto. 26 Oktober 1996. Ny Sunarti (istri Iwik) mengadu ke
Komnas HAM dan Kapolri atas penangkapan suaminya.

5 November: Komnas HAM membuat kesimpulan penting -- setelah


mengadakan investigasi lapangan -- yang menyatakan bahwa
dalam proses penangkapan Iwik telah terjadi pelanggaran hak asasi
manusia, sebab dilakukan dengan cara-cara yang sangat tidak etis.
Penyitaan barang bukti milik Iwik menurut Komnas HAM juga
dilakukan secara spekulatif.

6 November: Kapolda DIY Kolonel Pol Mulyono Sulaiman


membenarkan masalah peminjaman sisa darah Udin oleh Serma Pol
Edy Wuryanto dan beberapa aparat Polres Bantul. Tetapi setelah
sebagian dilarung di laut selatan, sisanya sudah dibuang di tempat
sampah Mapolres Bantul, dan keberadaannya tak diketahui lagi.

20 November: Polda DIY menyerahkan berkas acara pemeriksaan


(BAP) Iwik ke Kejaksaan Tinggi Yogyakarta. Berbagai kalangan
mengkritik penyidik terlalu memaksakan kehendaknya untuk
menyerahkan BAP Iwik yang tak sempurna ini.

25 November: Kejati DIY menyatakan BAP Iwik yang diserahkan


Polda DIY tidak lengkap, dan meminta penyidik
menyempurnakannya. (Selanjutnya BAP ini bolak-balik Polda DIYKejati DIY sebanyak 5 kali).

29 November: (Malam) - Rekonstruksi paksa yang menjadikan Iwik


sebagai tersangka batal dilaksanakan. Alasannya waktu itu
penonton terlalu banyak.

9 Desember: Polda DIY menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan


Udin di TKP dengan menghadirkan paksa Iwik. Tetapi Iwik berontak
dan histeris saat ia dipaksa penyidik Polda DIY untuk memerankan
diri sebagai pelaku pembunuhan Udin.

18 Desember: Iwik dilepas dari tahanan Polda DIY dan


penahanannya ditangguhkan, mengingat masa penahannya telah
habis dan pe- meriksaan atas dirinya dianggap selesai. Status Iwik
masih tetap sebagai tersangka.

31 Desember: Marsiyem secara resmi mendaftarkan gugatan kasus


pelarungan darah Udin ke PN Bantul. Gugatan ini diajukan Marsiyem
mengingat terjadi kekisruhan atas nasib sisa darah Udin yang
pernah di pinjam oleh Serma Pol Edy Wuryanto. Dalam kasus ini,
Marsiyem didampingi kuasa hukum gabungan dari LBH Yogyakarta
dan LPH Yogyakarta. Pihak yang digugat, tergugat I adalah Kapolri
cq Kapolda DIY cq Kapolres Bantul. Sedang tergugat II adalah Serma
Pol Edy Wuryanto.

22 Januari1997: Kasus gugatan kasus pelarungan darah Udin mulai


disidangkan di Pengadilan Negeri Bantul. Nilai gugatan seluruhnya
adalah Rp 105.890.240. Dalam perkara ini, tergugat diwakili kuasa
hukumya dari Diskum Polda DIY menolak upaya perdamaian yang
ditawarkan Majelis Hakim. Sementara Hakim Sahlan Said SH yang
semula diplot untuk memeriksa perkara ini ternyata kemudian
mengundurkan diri.

10 Maret: Serma Pol Edy Wuryanto oleh Majelis Hakim ditolak


sebagai saksi. Alasannya, Serma Edy Wuryanto adalah tergugat II
dan keterangannya hanya akan dijadikan pelengkap kalau
keterangan saksi lain dinilai kurang.

26 Maret: Pakar pidana dari Universitas Airlangga Prof Dr JE


Sahettapy SH menilai pengusutan kasus Udin banyak direkayasa. Ia
juga menilai motif yang selama ini diyakini polisi yaitu motif
perselingkuhan terlalu dicari-cari.

15 April: BAP Iwik untuk yang terakhir kalinya diserahkan penyidik


Polda DIY ke Kejati DIY. Pihak Kejati DIY menyatakan menerima BAP
Iwik. Iwik berstatus tahanan kejaksaan.

21 April: Kepala Kejaksaan Tinggi DIY mengabulkan permohonan penangguhan status penahanan Iwik. Iwik berstatus tahanan luar.

24 April: Majelis Hakim dalam perkara gugatan darah Udin


memutuskan mengabulkan sebagian gugatan Marsiyem. Serma Pol
Edy Wuryanto dinyatakan bersalah telah melakukan tindakan
melawan hukum. Se-dangkan keterkaitan atasan Serma Edy
Wuryanto dikesampingkan oleh hakim, dengan alasan tindakan
Serma Edy Wuryanto adalah tindakan yang bersifat pribadi dan
bukan atas perintah atasan yang ber-sangkutan.

20 Mei: Kejati DIY menyerahkan BAP Iwik ke Kejaksaan Negeri


Bantul. Iwik masih tetap menikmati penangguhan penahanan. Nasib
Iwik berada di tangan Kejaksaan Negeri Bantul yang akan menyusun
berkas perkara dan dakwaannya.

15 Juli: Berkas perkara pemeriksaan (BAP) Iwik dilimpahkan ke PN


Bantul. Tanggungjawab proses hukum Iwik sepenuhnya berrada di
tangan Pengadilan Negeri Bantul.

23 Juli: Jauh-jauh hari, Kajati DIY Asrief Adam SH menyatakan Iwik


bisa dituntut bebas apabila bukti yang terungkap di persidangan
memberi kesimpulan Iwik tak bersalah.

29 Juli: Iwik mulai disidangkan dengan acara pemeriksaan terdakwa


dan pembacaan surat dakwaan. Dakwaan primair, Iwik didakwa
melakukan pembunuhan berencana terhadap Udin dengan motif
perselingkuhan. Iwik diancam dengan hukuman mati.

5 Agustus: Iwik dan penasehat hukumnya membacakan eksepsi.


Dalam eksepsinya, Iwik mengungkapkan dirinya hanya korban
rekayasa orang bernama Franki alias Serma Pol Edy Wuryanto
(Kanitserse Polres Bantul) untuk kepentingan bisnis politik dan
melindungi Bupati Bantul.

19 Agustus: Eksepsi terdakwa dan penasehat hukumnya ditolak


Majelis Hakim. Sidang dilanjutkan dengan pemeriksaan pokok
perkara.

2 September: Marsiyem, saksi kunci dalam kasus pembunuhan Udin


ini, dengan histeris menyatakan bahwa pelaku pembunuh Udin
bukan Dwi Sumaji alias Iwik.

22 September: Saksi Sunarti (istri Iwik) menerangkan bahwa Iwik


pada malam kejadian pembunuhan Udin tidur bersama dirinya di
rumah. Sepulang kerja, Iwik tidak pernah pergi kemana-mana. Alibi
ini didukung tetangga Iwik (Heri Karyono dan Gunarso Wibowo) yang
mengatakan bertemu Iwik di teras rumah Iwik, tidak berselang lama
dengan terjadinya pengaiayaan Udin di Bantul.

2 Oktober: Sidang mulai diteror oleh pendukung saksi Diharjo


Purboko. Saksi ini memberikan pernyataan palsu di bawah sumpah
sebagai sarjana hukum, padahal fakta menunjukkan ia adalah
jebolan sebuah perguruan tinggi. Ia juga mengaku sebagai bos yang
menemui Iwik di Hotel Queen of the South tanggal 21 Oktober 1996.
Iwik menolak pengakuan Diharjo Purboko. Bos yang ditemuinya
bukan Diharjo Purboko tapi bernama Jendra alias Ahmad Nizar,
pengusaha asal Bogor dan kawan akrab Kapolda DIY Kolonel Pol
Mulyono Sulaiman.

6 Oktober: Sidang diteror secara brutal oleh pendukung saksi Serma


Pol Edy Wuryanto. Hakim memberikan peringatan dan mengusir
keluar seorang pengunjung sidang pendukung saksi Edy Wuryanto.

Iwik menolak kesaksian Serma Edy Wuryanto, dan ia mengatakan


saksi ini berbohong.

20 Oktober: Iwik membeberkan kesaksiannya. Selain menyatakan


korban rekayasa dan bisnis politik, ia hanya dipaksa menjalankan
ske- nario rekayasa Franki alias Serma Pol Edy Wuryanto dengan
alasan untuk melindungi kepentingan Bupati Bantul Sri Roso
Sudarmo.

30 Oktober: Wakil Jaksa Agung Soedjono C Atmonegoro SH


menegaskan jaksa tidak akan ragu menuntut bebas Iwik apabila
tidak diperoleh bukti-bukti yang menguatkan dakwaan dalam
persidangan.

3 November: Iwik dituntut bebas oleh Jaksa Penuntut Umum yang


terdiri dari Amrin Naim SH, Yusrin Nichoriawan SH, Ahmad Yuwono
SH, dan Hartoko Subiantoro SH. Pertimbangannya, dalam
persidangan tidak diperoleh bukti dan keterangan yang menguatkan
dakwaan jaksa bahwa Iwik adalah pembunuh Udin.

27 November: Iwik divonis bebas! Majelis Hakim pemeriksa perkara


terdiri dari Ny Endang Sri Murwati SH, Ny Mikaela Warsito SH, dan
Soeparno SH. Pertimbangannya, tidak ada bukti yang menguatkan
Iwik adalah pembunuh Udin. Motif perselingkuhan yang dituduhkan
selama ini berarti gugur. Selain itu, keterangan memberatkan dari
Serma Pol Edy Wuryanto dalam persidangan dinyatakan tidak dapat
dipakai sebagai alat bukti keterangan. Selanjutnya muncul tuntutan
agar polisi mencari, mengungkap motif, dan menangkap pelaku
pembunuhan Udin yang sebenarnya.

PERISTIWA ACEH (1990)


Aceh merupakan salah satu propinsi yang diberikan keistimewaan oleh
pemerintah Republik Indonesia sejak zaman Soekarno hingga sekarang
yang status tersebut hanya namanya saja. Pada tahun 1990/91/92/93
Aceh pernah ramai dengan gejolak pemberontakan kemerdekaan Aceh
atau
Aceh Merdeka (AM) dimana angkatan perjuangan kemerdekaan Aceh ingin
menentukan nasib diri sendiri untuk meperjuangkan kemerdekaannya.
Disaat Aceh sedang rawan dengan kasus tersebut lantas pemerintah
pusat
mengirim sebanyak 12 ribu pasukan bangsat (ABRI)jari luar Aceh
tujuannya untuk memusnahkan gerakan ini. Setibanya ABRI di Aceh yang

masing masing melaksanakan tugasnya sesuai dengan ajaran Pancasila


baik menurut perentah atasan maupun menurut perentah sendiri.
Selama Angkatan bangsat(ABRI) tersebut bertugas di Aceh mereka sudah
mempraktekkan lima azas KEZALIMAN dari Pancasila yang telah
disumpahkan kepadanya diwaktu mengambil sumpah jabatan. Lima sila
tersebut yaitu:
v Kekejaman,
v Kekerasan,
v Kebangsatan,
v Kebiadaban,
v Dan Kemunafikan,
Sungguh semua tindakan - tindakan angkatan ini mempraktekkan
untuk penduduk sipil Aceh, kebanyakan dari penduduk sipil yang tidak
bedosa, sudah dianiayai oleh ABRI. Penganianyaan yang dilakukan al:
v Membakar alat kelamin dengan puntung rokok gudang garam dan
cabut
kuku dengan tang.
v Menyetrum dengan tegangan tinggi sampai tidak sanggup berdiri
lagi
dan sampai yang disetrum tidak bisa mengeluarkan suara lagi.
v Meletakan posisi kaki meja atau kursi di jempol kaki tertuduh
lantas
babi-babi gemuk dan bangsat ini duduk di atas meja dan kursi
tersebut.
v Pemerkosaan gadis di depan orang tuanya dan pemerkosaan istri
di
depan suaminya. Dan pemerkosaan gadis secara bergilir. Sehabis
babi babi ini pulang dari tugas.
v Menjepit alat kelamin dengan tang dan memasukkan kawat
ukuran 1mm
kedalam alat kelamin yang membuat jeritan dan pekikan yang luar
biasa.
v Memasukkan kedalam kolam kotoran manuasia sampai lebih dari
24 jam
yang dalamnya sampai ke leher.
v Dan penyiksaan dalam bentuk lain yang membuat tertuduh
mengalami
muntah darah dan kencing darah.
v Tembak di tempat atau didepan orang ramai supaya orang jangan
mendukung gerakan tersebut padahal yang di tembak tidak

mempunyai
bukti yang lengkap.
v Menembak wanita hamil didepan khalayak ramai karna suaminya
tetuduh
pengikut AM.
v Manyat yang masih berdarah di ikat di belakang Truk dan di bawabawa
seharian.
v Membawa manyat yang di bunuh atau meletakkan di pinggir jalan
dan
pasar - pasar yang manyat tersebut berasal dari kabupaten yang
lain,
jadi orang local susah mengidentifikasikan.
Kejadian hari - hari selama PKI (ABRI) di Aceh juga memaksakan dan
mengancam orang - orang di desa untuk mengambil kesempatan
melakukan
seenaknya seperti: mengeledah rumah dengan alasan mencari senjata api
yang di simpan oleh AM tetapi kalau senjata tidak diketemukan lantas
yang lainnya yang jadi sasaran, mengambil barang berharga seperti emas
dll. Orang-orang Aceh yang tinggal dipedesaan walupun mereka bukan
orang kaya tetapi merka selalu mempunyai sedikit logam mulia yang di
simpan sebagai kegunaan di waktu darurat, tetapi diwaktu PKI bangsat
ini menggeledah rumah lantas menguras semua barang berharga
tersebut.
Bukan saja barang berharga yang di ambil Ayampun yang sedang
ngeramin
juga di sikat, kalau punya motor PKI bangsat ini minta pinjam dan
sekalian mimta duit untuk bensin, setelah itu mereka akan mengederai
motor dengan boncengan tiga orang. Setelah motor di pakai tidak di
antarlagi ke pemiliknya tetapi pemiliknya sendiri yang harus
mengambilnya di markas mereka, resiko rusak tanggung jelas sendiri.
Tidak lupa setiap hari mereka makan gratis di Restoran dan minta duit
sehabis makan, hari - hari pasukan bangsat ini makan minum dan rokok
gratis inilah Aangkatan Bangsat Republik Indonesia(ABRI). Saat itu
tidak ada orang di Aceh yang berani menegor karna takut di tuduh AM
(GPK) sebab kalau sudah tertuduh GPK maka anda siap dibawa untuk
interogasi dan menerima siksaan, setidak tidaknya keluarga siap
menyediakan kain putih untuk manyat.

Disaat peristiwa ini di Aceh tidak ada mass media yang memberitakan
kasus ini dan tidak ada pers asing yang bisa masuk ke Aceh dan sangat
rahasia sekali di mana pemerentah daerah juga merasa takut dan tidak
berani kerkoar apa lagi ada pemimpin - pemimpin Aceh juga tidak
bertanggung jawab karna terlalu sibuk dengan KKN dan takut pecah
periuk nasi, padahal rakyat seluruh Aceh sedang trauma dan tersiksa
lahir batin yang luar biasa. Yang ada waktu itu hanya fitnah dari ABRI
mengataka orang AM membakar sekolah dan kampus Univesitas padahal
yang
membuat itu adalah Abri sendiri untuk memancing kebencian orang
terhadap AM.
Setelah pasukan ini meninggalkan Aceh maka lebih
dari 3000 orang Aceh yang hilang dan tinggallaah anak yatim piatu dan
wanita janda.

PERISTIWA PENCULIKAN PARA AKTIVIS POLITIK


(1998)
Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan)
terhadap para aktivis yang menurut catatan Kontras ada 23 orang (1
orang meninggal, 9 orang dilepaskan, dan 13 orang lainnya masih hilang).
Peristiwa ini adalah peristiwa penghilangan orang secara paksa atau
penculikan terhadap para aktivis pro-demokrasi yang terjadi menjelang
pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1997 dan Sidang Umum
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998.
Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap:
Menjelang pemilu Mei 1997, dalam waktu dua bulan menjelang sidang
MPR bulan Maret, dan dalam periode tepat menjelang pengunduran diri
Soeharto pada 21 Mei. Pada bulan Mei 1998, sembilan di antara mereka
yang diculik selama periode kedua dilepas dari kurungan dan muncul
kembali. Beberapa di antara mereka berbicara secara terbuka mengenai
pengalaman mereka. Tapi tak satu pun dari mereka yang diculik pada
periode pertama dan ketiga muncul.[1]
Selama periode 1997/1998, KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan) mencatat 23 orang telah dihilangkan oleh alatalat negara. Dari angka itu, 1 orang ditemukan meninggal (Leonardus
Gilang), 9 orang dilepaskan penculiknya, dan 13 lainnya masih hilang
hingga hari ini.
Sembilan aktivis yang dilepaskan adalah Desmond Junaidi Mahesa,
Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, Faisol Reza, Rahardjo Walujo Djati,
Nezar Patria, Aan Rusdianto, Mugianto dan Andi Arief.

Ke-13 aktivis yang masih hilang dan belum kembali adalah Petrus Bima
Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Wiji Thukul, Yani Afri, Sonny, Dedi
Hamdun, Noval Al Katiri, Ismail, Ucok Siahaan, Hendra Hambali, Yadin
Muhidin, dan Abdun Nasser. Mereka berasal dari berbagai organisasi,
seperti Partai Rakyat Demokratik, PDI Pro Mega, Mega Bintang, dan
mahasiswa.

TRAGEDI TRISAKTI
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei1998,
terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari
jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas
Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka.
Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin
Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam kampus,
terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, leher, dan
dada.
[sunting] Latar belakang dan kejadian
Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh
krisis finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besarbesaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung
DPR/MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade
dari Polri--militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba
bernegosiasi dengan pihak Polri.
Akhirnya, pada pukul 17.15 para mahasiswa bergerak mundur, diikuti
bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai
menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan
bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun
aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan,
dan dilarikan ke RS Sumber Waras.
Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade
Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri
Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru
HaraKodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng,
gas air mata, Styer, dan SS-1.
Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak
dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan
membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan
kematian disebabkan peluru tajam.

[sunting] TAGEDI TRISAKTI 1998

Peta situasi Trisakti pada 12 Mei, 1998

10.30 -10.45
o Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang
bertempat di pelataran parkir depan gedung M (Gedung Syarif
Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap civitas Trisakti
yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan
universitas serta karyawan. Berjumlah sekitar 6000 orang di
depan mimbar.

10.45-11.00
o Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan
bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya
yang dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas,
kemudian dilanjutkan mengheningkan cipta sejenak sebagai
tanda keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan rakyat
Indonesia sekarang ini.

11.00-12.25
o Aksi orasi serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para
pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa.
Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.

12.25-12.30
o Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa
anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas
(jalan layang) dan menuntut untuk turun (long march) ke jalan
dengan tujuan menyampaikan aspirasinya ke anggota
MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang arah Jl.
Jend. S. Parman.

12.30-12.40
o Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan
depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan

berbaris serta memberikan himbauan untuk tetap tertib pada


saat turun ke jalan.

12.40-12.50
o Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara
perlahan menuju Gedung MPR/DPR melewati kampus Untar.

12.50-13.00
o Long march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk
kantor Walikota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari
kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dua
lapis barisan.

13.00-13.20
o Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara
beberapa wakil mahasiswa (Senat Mahasiswa Universitas
Trisakti) melakukan negoisasi dengan pimpinan komando
aparat (Dandim Jakarta Barat, Letkol (Inf) A Amril, dan
Wakapolres Jakarta Barat). Sementara negoisasi berlangsung,
massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak
massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh barisan
satgas samping bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Selain
itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.

13.20-13.30
o Tim negoisasi kembali dan menjelaskan hasil negoisasi di
mana long march tidak diperbolehkan dengan alasan oleh
kemungkinan terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat
menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa karena mereka
merasa aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus
mendesak untuk maju. Dilain pihak pada saat yang hampir
bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa
(Dal-Mas) sejumlah 4 truk.

13.30-14.00
o Massa duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di
jalan. Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan bekas
kantor Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan
antara aparat dan mahasiswa. Sementara rekan mahasiswi
membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Sementara
itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan satuan
kepolisian lainnya.

14.00-16.45
o Negoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan
Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi
MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi
pula teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun
hujan turun massa tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya
hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit
massa mulai berkurang dan menuju ke kampus.
o Polisi memasang police line. Mahasiswa berjarak sekitar 15
meter dari garis tersebut.

16.45-16.55
o Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana hasil
kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama
mundur. Awalnya massa menolak tapi setelah dibujuk oleh
Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti, Adi Andojo SH, serta
ketua SMUT massa mau bergerak mundur.

16.55-17.00
o Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan
mahasiswa agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa
bergerak masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa
menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih
dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi keinginan
mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena
mahasiswa sudah tertib. Mahasiswa kemudian membubarkan
diri secara perlahan-lahan dan tertib ke kampus. Saat itu
hujan turun dengan deras.
o Mahasiswa bergerak mundur secara perlahan demikian pula
aparat. Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama
Mashud yang mengaku sebagai alumni (sebenarnya tidak
tamat) berteriak dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan
kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa untuk
bergerak karena oknum tersebut dikira salah seorang anggota
aparat yang menyamar.

17.00-17.05
o Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat
sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini
menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa
mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta
Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa dan meminta
massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk

tenang. Kemudian Kepala Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali


dengan Dandim serta Kapolres agar masing-masing baik massa mahasiswa
maupun aparat untuk sama-sama mundur.

17.05-18.30
o Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam
kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan
mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor pada
mahasiswa sehingga sebagian massa mahasiswa kembali
berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan
bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat
diredam oleh satgas mahasiswa Usakti.
o Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung
menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan
pelemparan gas air mata sehingga massa mahasiswa panik
dan berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut
terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi buta,
pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan,
pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan dan
penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para
mahasiswi. Termasuk Ketua SMUT yang berada di antara
aparat dan massa mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet
dipinggang sebelah kanan.
o Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai
perlengkapan rompi yang bertuliskan URC mengejar
mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian
naik ke jembatan layang Grogol. Sementara aparat yang
lainnya sambil lari mengejar massa mahasiswa, juga
menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan
mahasiswi lalu membiarkan begitu saja mahasiswa dan
mahasiswi tergeletak di tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat
terus dilakukan dengan melepaskan tembakkan yang terarah
ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada di
atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa
yang berlarian di dalam kampus.
o Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu
gerbang dan membuat formasi siap menembak dua baris (jongkok dan berdiri)
lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam kampus. Dengan
tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban baik luka
maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus
tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi
kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas
orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

o Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke
dalam kampus.

18.30-19.00
o Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa
mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di
beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.

19.00-19.30
o Rekan mahasiswa kembali panik karena terlihat ada beberapa
aparat berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama) dan
sniper (penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun.
Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah maupun
ruang ormawa ataupun tempat-tempat yang dirasa aman
seperti musholla dan dengan segera memadamkan lampu
untuk sembunyi.

19.30-20.00
o Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai
berani untuk keluar adari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan
Dekan FE untuk diminta kepastian pemulangan mereka ke
rumah masing- masing. Terjadi negoisasi antara Dekan FE
dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa
mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara
keluar secara sedikit demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa
dijamin akan pulang dengan aman.

20.00-23.25
o Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat
rekannya yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur
pulang.
o Yang luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber Waras.
Jumpa pers oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM
datang ke lokasi

01.30
o Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNISjafrie Sjamsoeddin di
Mapolda Metro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya
Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami
Nata, Rektor Usakti Prof Dr Moedanton Moertedjo, dan dua
anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto.

TRAGEDI SEMANGGI
menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap pelaksanaan
dan agenda Sidang Istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga sipil.
Kejadian pertama dikenal dengan Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13
November1998, masa pemerintah transisi Indonesia, yang menyebabkan
tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal dengan Tragedi
Semanggi II terjadi pada 24 September1999 yang menyebabkan
tewasnya seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh
jakarta serta menyebabkan 217 korban luka - luka.
g. Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat (1999)
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjelang dan pasca jejak
pendapat 1999 di timor timur secara resmi ditutup setelah penyerahan
laporan komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) Indonesia - Timor Leste
kepada dua kepala negara terkait.
Awal
Pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan
Sidang Istimewa untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas
agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak
kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan B. J. Habibie dan
tidak percaya dengan para anggota DPR/MPR Orde Baru. Mereka juga
mendesak untuk menyingkirkan militer dari politik serta pembersihan
pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.
Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa 1998 dan juga
menentang dwifungsi ABRI/TNI. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa
itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan

demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di


Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh
Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas
di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan
untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh
mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas
masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak
menghendaki aksi mahasiswa.
Garis waktu

Pada tanggal 11 November 1998, mahasiswa dan masyarakat yang


bergerak dari Jalan Salemba, bentrok dengan Pamswakarsa di
kompleks Tugu Proklamasi.

Pada tanggal 12 November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan


masyrakat bergerak menuju ke gedung DPR/MPR dari segala arah,
Semanggi-Slipi-Kuningan, tetapi tidak ada yang berhasil menembus
ke sana karena dikawal dengan sangat ketat oleh tentara, Brimob
dan juga Pamswakarsa (pengamanan sipil yang bersenjata bambu
runcing untuk diadu dengan mahasiswa). Pada malam harinya
terjadi bentrok di daerah Slipi dan Jl. Sudirman, puluhan mahasiswa
masuk rumah sakit. Ribuan mahasiswa dievekuasi ke Atma Jaya.
Satu orang pelajar, yaitu Lukman Firdaus, terluka berat dan masuk
rumah sakit. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia.

Esok harinya Jumat tanggal 13 November1998 mahasiswa dan


masyarakat sudah bergabung dan mencapai daerah Semanggi dan
sekitarnya, bergabung dengan mahasiswa yang sudah ada di
kampus Universitas Atma Jaya Jakarta. Jalan Sudirman sudah
dihadang oleh aparat sejak malam hari dan pagi hingga siang
harinya jumlah aparat semakin banyak guna menghadang laju
mahasiswa dan masyarakat. Kali ini mahasiswa bersama
masyarakat dikepung dari dua arah sepanjang Jalan Jenderal
Sudirman dengan menggunakan kendaraan lapis baja[1].

Deskripsi
Jumlah masyarakat dan mahasiswa yang bergabung diperkirakan puluhan
ribu orang dan sekitar jam 3 sore kendaraan lapis baja bergerak untuk
membubarkan massa membuat masyarakat melarikan diri, sementara
mahasiswa mencoba bertahan namun saat itu juga terjadilah
penembakan membabibuta oleh aparat ketika ribuan mahasiswa sedang
duduk di jalan. Saat itu juga beberapa mahasiswa tertembak dan
meninggal seketika di jalan. Salah satunya adalah Teddy Wardhani
Kusuma, mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang merupakan korban
meninggal pertama di hari itu.

Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Universitas Atma Jaya untuk


berlindung dan merawat kawan-kawan seklaligus masyarakat yang
terluka. Korban kedua penembakan oleh aparat adalah Wawan, yang
nama lengkapnya adalah Bernardus Realino Norma Irmawan, mahasiswa
Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta, tertembak di dadanya dari arah
depan saat ingin menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir
kampus Universitas Atma Jaya, Jakarta[2]. Mulai dari jam 3 sore itu sampai
pagi hari sekitar jam 2 pagi terus terjadi penembakan terhadap
mahasiswa di kawasan Semanggi dan penembakan ke dalam kampus
Atma Jaya. Semakin banyak korban berjatuhan baik yang meninggal
tertembak maupun terluka. Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang
ingin bergabung terus berdatangan dan disambut dengan peluru dan gas
airmata. Sangat dahsyatnya peristiwa itu sehingga jumlah korban yang
meninggal mencapai 17 orang. Korban lain yang meninggal dunia adalah:
Sigit Prasetyo (YAI), Heru Sudibyo (Universitas Terbuka), Engkus Kusnadi
(Universitas Jakarta), Muzammil Joko (Universitas Indonesia), Uga Usmana,
Abdullah/Donit, Agus Setiana, Budiono, Doni Effendi, Rinanto, Sidik,
Kristian Nikijulong, Sidik, Hadi.
Jumlah korban yang didata oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan
berjumlah 17 orang korban, yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dari
berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta, 2 orang pelajar SMA, 2 orang
anggota aparat keamanan dari POLRI, seorang anggota Satpam Hero
Swalayan, 4 orang anggota Pam Swakarsa dan 3 orang warga masyarakat.
Sementara 456 korban mengalami luka-luka, sebagian besar akibat
tembakan senjata api dan pukulan benda keras, tajam/tumpul. Mereka ini
terdiri dari mahasiswa, pelajar, wartawan, aparat keamanan dan anggota
masyarakat lainnya dari berbagai latar belakang dan usia, termasuk Ayu
Ratna Sari, seorang anak kecil berusia 6 tahun, terkena peluru nyasar di
kepala[3][4].
Tragedi Semanggi II
Pada 24 September1999, untuk yang kesekian kalinya tentara melakukan
tindak kekerasan kepada aksi-aksi mahasiswa.
Kala itu adanya pendesakan oleh pemerintahan transisi untuk
mengeluarkan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU
PKB) yang materinya menurut banyak kalangan sangat memberikan
keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai
kepentingan militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah
besar untuk bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB.

Mahasiswa dari Universitas Indonesia, Yun Hap meninggal dengan luka


tembak di depan Universitas Atma Jaya.
Daerah lain
Selain di Jakarta, pada aksi penolakan UU PKB ini korban juga berjatuhan
di Lampung dan Palembang. Pada Tragedi Lampung28 September1999, 2
orang mahasiswa Universitas Lampung, Muhammad Yusuf Rizal dan
Saidatul Fitriah, tewas tertembak di depan Koramil Kedaton. Di
Palembang, 5 Oktober1999, Meyer Ardiansyah (Universitas IBA
Palembang) tewas karena tertusuk di depan Markas Kodam II/Sriwijaya.

KASUS PERANG PERSAUDARAAN DI AMBON 24


FEBRUARI 1999
Sebelum tanggal 19 Januari, 1999, Ambon lebih dikenal sebagai pulau
penghasil rempah-rempah. Pada tanggal 19 Januari, 1999, Ambon dan
pulau-pulau di sekitarnya dilanda oleh perang saudara yang berkecamuk
dengan dahsyat. Walaupun Ambon di kenal sebagai daerah orang Kristen
di Indonesia, warga Islam di Ambon telah menikmati hidup rukun dan
harmonis bersama warga Kristen. Kehidupan yang rukun dan harmonis ini
ternyata berakhir dengan kehancuran yang tak dapat di kembalikan lagi
seperti semula pada tanggal 19 Januari, 19999. Warga Ambon menolak
kejadian ini sebagai suatu kerusuhan , mereka berkeras menyatakannya
sebagai sebuah perang saudara.
Perang ini di mulai dari sebuah kejadian yang sepele. Kejadian kecil yang
bersifat lokal ini dimulai ketika seorang supir taxi bertengkar / berantem
dengan seorang warga Islam Ambon. Berbagai sumber berita dengan

kuat mengindikasikan bahwa kesempatan ini digunakan oleh para


provokator untuk memulai pengrusakan besar-besaran di Ambon dan
bahkan sampai ke pulau-pulau di sekitarnya. Pola yang demikian
kelihatannya muncul berulang-kali dari kasus ke kasus , di mana kejadian
lokal yang sepele menjadi sesuatu yang besar dan tak terkendali yang
menghancurkan semua komunitas yang ada. Kita bisa melihat pola ini di
Ketapang, Kupang, kasus Poso (di mana kasus Poso ini tidak pernah di
liputi oleh media, dan kejadian sekitar hari natal tahun 1998 di Sulawesi
Tengah yang menghantam kota Poso, Palu dan Palopo itu sangat parah
juga). Bahkan berbagai sumber berita mengisyaratkan bahwa para
provokator itu di gerakkan oleh Suharto dan antek-anteknya.
Kasus Ambon ini adalah yang paling parah, daftar pertama para korban
dilampirkan di tabel 1. Sejak saat itu masyarakat Ambon hidup dalam
ketakutan dan banyak kejadian-kejadian kecil dimana-mana. Belum
sampai tanggal 14 Februari, 1999, muncul lagi kejadian serius lainnya.
Warga Kristen di Kariu di pulau Haruku di serang oleh penduduk Pelauw,
Kailolo dan Ori. Sebagian besar penduduk dari tiga tempat tersebut
adalah warga Islam. Menurut para saksi mata dan penelitian yang
dilakukan oleh Tim Pencari Fakta Salawaku, kejadian tanggal 14 Februari
ini lebih parah lagi di sebabkan oleh beberap hal:
1. Tepat sebelum di serang, pos komando aparat keamanan, yang
berfungsi untuk menjaga keamanan di perbatasan Pelauw dan
Kariu, di pindahkan tempat lain.
2. Komando pos militer Yon 733, bapak Safar Latuamuri yang juga
berasal dari Pelauw bersama-sama dengan beberapa aparat dan
penduduk desa tersebut dan menyerang penduduk di Kairu.
Berikut adalah daftar para korban dari serangan tersebut:

No. Nama

Penyebab

Status

1.

Yohanis Radjawane

Ditembak aparat

Tewas

2.

Dominggus Tupalesy

Ditembak aparat

Tewas

3.

Elly Pattinasarany

Dibakar di dalam rumah

Tewas

4.

Dolly Takaria

Dibakar di dalam rumah

Tewas

5.

Polly Nanlohi

Ditembak aparat

Luka parah

6.

Atja Pattiasina

Ditembak aparat

Luka parah

7.

Hengky Siahaya

Ditembak aparat

Luka ringan

8.

Yohanis Noya

Ditembak aparat

Luka ringan

9.

Izack Noya

Ditembak aparat

Luka ringan

10. Salakori

Ditembak aparat

Luka ringan

11. Yopy Kilanresy

Ditembak aparat

Luka ringan

12. Corinus Laisina

Ditembak aparat

Luka ringan

13. Agusthinus Siahaya

Ditembak aparat

Luka ringan

14. Lamberh Noya

Ditembak aparat

Luka ringan

15. Max Noya

Ditembak aparat

Luka ringan

16. Ruka Birahi

Ditembak aparat

Luka ringan

17. Bominngus Taihutu

Ditembak aparat

Luka ringan

18. Domiggus Noya

Ditembak aparat

Luka ringan

19. Dominggus Pattirajawane

Ditembak aparat

Luka ringan

20. Abraham Hahury

Dipanah

Luka ringan

21. Marthinus Metehelemual

Dipanah

Luka ringan

22. Hanny Lewerisa

Dipanah

Luka ringan

23. Karel Radjawane

Dipanah

Luka ringan

24. Dominggus Pattiasina

Ledakan bom

Luka ringan

25. Ronny Lalopua

Ledakan bom

Luka ringan

26. Jacob Pattirajawane

Dipanah

Luka ringan

27. Johanis Pattirajawane

Dipanah

Luka ringan

28. Rudy Watimena

Dipanah

Luka ringan

29. Welem Riry

Dipanah

Luka ringan

30. Izaack Nahusona

Dipanah

Luka ringan

31. Semuel Radjawane

Dipanah

Luka ringan

3. Rumah -rumah dan bahkan sebuah gereja yang telah berada


dibawah perlindungan pasukan keamanan bisa terbakar habis.
4. Pasukan penjaga keamanan juga terlibat dalam penembakan brutal
terhadap penduduk Hulaliu, yang datang terburu-buru untuk
membantu korban luka di Kariu.
Berikut ini adalah daftar para korban dari desa Hulalui:
No.

Nama

Penyebab

Status

1.

Marthen Tahapary

Tewas

Tewas

2.

Janes Leikawabessy

Tewas

Tewas

3.

Agus Noya

Tewas

Tewas

4.

Frangky Tanate

Tewas

Tewas

5.

Christian Noya

Ditembak aparat

Luka parah

6.

Marthinus Taihutu

Ditembak aparat

Luka parah

7.

Jacob Noya

Ditembak aparat

Luka parah

8.

Chres Noya

Ditembak aparat

Luka parah

9.

Jusuf Birahi

Ditembak aparat

Luka parah

10.

Ronny Huka

Ditembak aparat

Luka parah

11.

Donny Noya

Ditembak aparat

Luka parah

12.

Duan Noya

Ditembak aparat

Luka parah

13.

Stevy Noya

Ditembak aparat

Luka parah

14.

Julius Kainama

Ditembak aparat

Luka parah

15.

Jopie Laisina

Ditembak aparat

Luka parah

16.

Elianus Siahaya

Ditembak aparat

Luka ringan

17.

Bram Noya

Ditembak aparat

Luka ringan

18.

Thopilus Noya

Ditembak aparat

Luka ringan

19.

Simon Werinussa

Ditembak aparat

Luka ringan

Pada tanggal 21 dan 22 Febuari,1999, hari senin dan selasa, di pulau


Saparua, penduduk Siri Sori Islam dan penduduk Siri Sori Serani (Kristen)
terlibat dalam perkelahian; begitu juga dengan penduduk Iha (Muslim)
dan Nolloth (Kristen). Tiga orang Nolloth meninggal dan seorang dengan
lengan teramputasi akibat dari tembakan dari seorang petugas.
Sementar itu, pada hari selasa tanggal 22 Febuary 1999. Dikota ambon
kerusuhan terjadi lagi. Bom meledak di Batu Merah Dalam. Rumah-rumah
warga Kristen dibakar. Petugas keamanan tidak berbuat apa-apa ketika
orang-orang mulai menyerang warga Kristen. Sampai saat ini 6 orang
tertembak mati oleh petugas keamanan dan tiga diantaranya ditembak
oleh petugas keamanan ketika mereka masih berada di dalam
pagar/pekarangan Gereja Bethabara di Batu Merah Dalam. Para umat
kristen di Batu merah Dalam sampai harus lari mencari tempat
perlindungan.

Walaupun banyak berita utama di media menyatakan - Kristen


membantai Islam di Ambon - kelihatannya yang sebaliknyalah yang benar
. Tetapi yang lebih menyakitkan dan memprihatinkan adalah sikap para
petugas militer. Mereka bukan saja tidak melakukan apa -apa ,
sebetulnya mereka terlibat dalam aksi penyerangan dan penembakan .
Sikap dan perbuatan petugas militer yang demikian bukan saja tidak
dapat diterima, tetapi juga mencerminkan hilangnya kontrol dan
kekuasaan di dalam unit militer secara keseluruhan, bahkan dari
Menhankam sendiri, Jenderal Wiranto.
Menurut para saksi mata, salah seorang aparat yang terlibat dalam
peristiwa penembakan di Batu Merah Dalam adalah seorang polisi
bernama Cahyana.
Dibawah ini adalah daftar korban di Ambon dari tanggal 23-24 Februari ,
1999.
No.

Nama

Penyebab

Status

1.

Jacob de Lima

Di tembak aparat

Tewas

2.

Rudy Hehatubun

Di tembak aparat

Tewas

3.

E. Telusa

Di tembak aparat

Tewas

4.

Marthin Manukelle

Di tembak aparat

Tewas

5.

Anthon Lopulalan

Di tembak aparat

Tewas

6.

F., Hitipeuw

Di tembak aparat

Tewas

Penganiayaan terhadap umat Kristen, yang di lakukan secara halus di


masa kekuasaan Soeharto, dilakukan secara terang-terangan dan ganas
di era pemerintahan transisi Habibie. Menurut laporan yang disampaikan
oleh FKKI (Forum Komunikasi Kristen Indonesia), sebanyak 455 gereja
telah di serang dan di bakar semasa pemerintahan Suharto. Semenjak
Habibie berkuasa, dalam kurun waktu kurang dari setahun tercatat
minimal 95 gereja telah diserang dan dibakar. Kelompok Fundamentalis
yang bergerak di belakang Habibie sejak dibentuknya ICMI (Ikatan
Cendikiawan Muslim Indonesia) pada awal tahun 90an, telah
menunjukkan kekejamannya sejak peristiwa kerusuhan May 1998.

Walaupun terlihat dengan jelas adanya pola yang sama di setiap


peristiwa, bahkan sejak kasus Surabaya 9 Juni, 1996 dan diikuti kasus
Situbondo 10 Oktober, 1996, pemerintah dan ABRI masih belum dapat
memberikan keadilan yang tuntas dan mutlak kepada rakyat Indonesia
dengan menunjuk dan mengadili para otak dibelakang semua persitiwa
ini. Kurangnya niat serta kemampuan pemerintah dan ABRI telah
mengakibatkan melemahnya pengaruh mereka secara lokal maupun di
dunia international. Hal ini akan terjadi kalau pemerintah tidak
memenuhi tugasnya yaitu untuk melayani rakyatnya.
Laporan disiapkan oleh:
Hengky Hattu - Yayasan Sala Waku Maluku
Kie-eng Go - Texas - USA
*******************************
Tabel 1
Daftar korban kasus Ambon, January 15-28, 1999.
1. Gereja Nehemiah, Jemaat Bethaba (Gereja Protestan Maluku) di desa
Batu Merah telah di jarah dan di hancurkan. Bagian dalam gereja ini
dibakar (60% hancur).
2. Gereja Sumber Kasih, Jemaat Silo (Gereja Protestan Maluku) di desa
Silale - Waihaong dibakar sampai rata dengan tanah (100% hancur).
3. Gereja Bethlehem di jalan Anthony Rhibok dilempar batu. (20%
hancur).
4. Gereja Tua Hila di perkampungan Kristen Hila (gereja tertua di
Ambon) habis terbakar (100% hancur).
5. Gereja Protestan Petra, Jemaat Petra (Gereja Protestan Maluku) di
desa Benteng Karang Ambon habis terbakar (100% hancur).
6. Gereja Katolik Logos di Desa Benteng Karang habis terbakar (100%
hancur).
7. Gereja Sidang Jemaat Allah di Desa Benteng Karang habis terbakar
(100% hancur).
8. Gereja Maranatha di Desa Negri Lama dibakar habis (100% hancur).

9. Gereja Hanwele di Desa Nania dibakar habis (100% hancur).


1 Gereja Protestan Maluku (GPM) di Desa Paporu-Piru, Seram Barat
0. dibakar habis (100% hancur).
1 Gereja Katolik di Desa Paporu-Piru, Seram Barat dibakar habis (100%
1. hancur).
1 Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) di Desa Paporu-Piru, Seram Barat
2. dibakar (100% hancur).
1 Gereja Protestan, Jemaat Sanana (GPM) di Desa Sanana dibakar
3. (100% hancur).
1 Gereja Katolik, Jemaat Sanana di Desa Sanana dibakar (100%
4. hancur).
1 Gereja Bethel Indonesia, Jemaat Sanana di Desa Sanana dibakar
5. (100% hancur).
Daftar rumah dan sekolah jemaat yang dirusak dan dibakar oleh massa
saat kerusuhan Ambon tanggal 15-28 Januari, 1999:
1.

Rumah pastor GPM jemaat Desa Hila (dibakar).

2.

Rumah pastor GPM jemaat Desa Benteng Karang (dibakar).

3.

Rumah pastor GPM jemaat Desa Nania (dibakar).

4.

Rumah pastor GPM jemaat Desa Negri Lama (dibakar).

5.

Rumah pastor GPM jemaat Sanana (dibakar).

6.

Rumah jemaat (rumah pastor) jemaat Sanana (dibakar).

7.

Satu sekolah Katolik di Sanana (dibakar).

Daftar mesjid yang dirusak dan atau dibakar massa saat kerusuhan
Ambon tanggal 15-28 Januari, 1999:
1. Mesjid Al Huda di jalan Diponegoro Atas dibakar (12% rusak).
2. Mesjid As Sa92adah Pule di jalan Karang Panjang terbakar habis.

3. Mesjid Al Ikhlas di jalan Pattimura Raya didalam Pos Alley dirusak


(20% rusak)
4. Mesjid Al Ikhwan di pasar Mardina terbakar habis.
5. Mesjid An-Nur di jalan Sangaji dirusak massa ( 20% rusak)
6. Mesjid At-Taqwa di desa Batu Gajah/ Batu Bulan dibakar (50% rusak)
7. Mesjid Al Ikhlas di Kompleks Jati Batu Gong dirusak(50% hancur)
8. Mesjid Kompleks Kati di Batu Gong dirusak(20% hancur)
9. Mesjid kompleks Wisma Atlit di karang panjang rusak(20% hancur)
10 Mesjid di kantor daerah regional dirusak (20% hancur)
.
11 Mesjid Al Mukhlisin di karang Baringin 96Batu Gantung rusak ( 40%
. hancur)
12 Mesjid Al Mukharam di Karang Tagape dirusak (45% hancur)
.
13 Mesjid kantor transmigrasi regional dirusak (20% hancur)
.
14 Mesjid Kompleks Kopertis Ahuru di Desa Ahuru dirusak (20% hancur)
.
15 Mesjid Kompleks TVRI di Gunung Nona dirusak (40 % hancur)
.
16 Mesjid Nurul Hijrah Nania di desa Nania dibakar (50% hancur)
.
17 Mesjid Labuhan Batu di desa Labuhan Batu dirusak (40% hancur)
.
18 Mesjid Al Muhajirin di desa Paso dibakar (60% hancur)
.
19 Mesjid Jamiatul Islamiah di desa Galala dibakar (50%hancur)
.

20 Mesjid Wailete di desa Hative Besar dibakar (65% hancur)


.
21 Ruang ibadah di kompleks SMUN 7 Wailete di desa Hative Besar
. dirusak (60% hancur)
22 Ruang ibadah Galala di desa Galala dibakar (50% hancur)
.
23 Ruang ibadah Nurul Haq di desa Dobo di Maluku Tenggara dirusak
. (20% hancur)
Data sekolah yang dirusak dan / atau dibakar saat kerusuhan Ambon
tanggal 15-28 Januari, 1999:
1. SD Al-Hilal di jalan Anthony Ribhaok dibakar (100% hancur)
2. SMU Muhammadiyah Tanah Lapang Kecil (Talake) dirusak (40%
hancur)

Berbagai sumber berita dengan kuat mengindikasikan bahwa


kesempatan ini digunakan oleh para provokator untuk memulai
pengrusakan besar-besaran di Ambon dan bahkan sampai ke pulau-pulau
di sekitarnya. Pola yang demikian kelihatannya muncul berulang-kali dari
kasus ke kasus , di mana kejadian lokal yang sepele menjadi sesuatu
yang besar dan tak terkendali yang menghancurkan semua komunitas
yang ada. Kita bisa melihat pola ini di Ketapang, Kupang, kasus Poso (di
mana kasus Poso ini tidak pernah di liputi oleh media, dan kejadian
sekitar hari natal tahun 1998 di Sulawesi Tengah yang menghantam kota
Poso, Palu dan Palopo itu sangat parah juga). Bahkan berbagai sumber
berita mengisyaratkan bahwa para provokator itu di gerakkan oleh
Suharto dan antek-anteknya.
Kasus Ambon ini adalah yang paling parah, daftar pertama para korban
dilampirkan di tabel 1. Sejak saat itu masyarakat Ambon hidup dalam
ketakutan dan banyak kejadian-kejadian kecil dimana-mana. Belum
sampai tanggal 14 Februari, 1999, muncul lagi kejadian serius lainnya.
Warga Kristen di Kariu di pulau Haruku di serang oleh penduduk Pelauw,
Kailolo dan Ori. Sebagian besar penduduk dari tiga tempat tersebut
adalah warga Islam. Menurut para saksi mata dan penelitian yang
dilakukan oleh Tim Pencari Fakta Salawaku, kejadian tanggal 14 Februari
ini lebih parah lagi di sebabkan oleh beberap hal:

1 Tepat sebelum di serang, pos komando aparat keamanan, yang


berfungsi untuk menjaga keamanan di perbatasan Pelauw dan
Kariu, di pindahkan tempat lain.
2 Komando pos militer Yon 733, bapak Safar Latuamuri yang juga
berasal dari Pelauw bersama-sama dengan beberapa aparat dan
penduduk desa tersebut dan menyerang penduduk di Kairu.

KASUS DAYAK DAN MADURA


Banyak Versi tentang latar belakang tragedi ini, apa yang membuat suku
Dayak di Kalteng begitu kalap dalam menghadapi warga Madura. Hampir
semua warga dan tokoh Dayak yang menunjuk perilaku kebanyakan etnis
Madura sebagai penyebabnya. H Charles Badarudin, seorang tokoh Dayak
di Palangkaraya menceritakan kelakuan warga Madura banyak yang tidak
mencerminkan peribahasa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.
Ia mencontohkan salah satunya dalam soal tanah.
Ada Versi mengatakan >>> Terjadinya perang antar suku Dayak dan suku
Madura karena kecemburuan sosial-Ekonomi.
Versi lain mengatakan >>> Banyak sebab yang membuat suku Dayak
seakan melupakan asazi manusia, baik langsung maupun tidak langsung.
Masyarakat suku Dayak di Sampit selalu terdesak dan selalu mengalah.
Dari kasus dilarangnya menambang intan di atas tanah adat mereka
sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan. Hingga kampung
mereka yang harus berkali-kali pindah tempat karena harus mengalah
dari para penebang kayu yang mendesak mereka makin ke dalam hutan.
Sayangnya, kondisi ini diperburuk lagi oleh ketidakadilan hukum yang
seakan tidak mampu menjerat pelanggar hukum yang menempatkan
masyarakat Dayak menjadi korban kasus-kasus tersebut.
Tidak sedikit kasus pembunuhan orang dayak (sebagian besar disebabkan
oleh aksi premanisme Etnis Madura) yang merugikan masyarakat Dayak
karena para tersangka (kebetulan orang Madura) tidak bisa ditangkap dan
di adili oleh aparat penegak hukum.
Etnis madura yang juga punya latar belakang budaya kekerasan ternyata
menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi
(mengingat mereka sebagai pendatang). Sering terjadi kasus pelanggaran
tanah larangan orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulan
didominasi oleh orang Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu
perang antar etnis Dayak-Madura.

Dari cara mereka melakukan usaha dalam bidang perekonomian saja,


mereka terkadang dianggap terlalu kasar oleh sebagian besar masyarakat
Dayak, bahkan masyarakat Banjar sekalipun. Banyak cara-cara
pemaksaan untuk mendapatkan hasil usaha kepada konsumen mereka.
Banyak pula tipu-daya yang mereka lakukan. Namun, tidak semua suku
Madura bersifat seperti ini.
Jadi, berita atau anggapan tentang kecemburuan sosial-ekonomi yang
menjadi penyebab pecahnya perang tersebut dari hasil pengamatan
dan penilaian Versi lain ini adalah tidak benar.
Ada yang mengungkapakan bahwa pertikaian yang sering terjadi antara
Madura dan Dayak dipicu rasa etnosentrisme yang kuat di kedua belah
pihak. Semangat persukuan inilah yang mendasari solidaritas antaranggota suku di Kalimantan. Situasi seperti itu diperparah kebiasaan dan
nilai-nilai yang berbeda, bahkan mungkin berbenturan. Misalnya, adat
orang Madura yang membawa parang atau celurit ke mana pun pergi,
membuat orang Dayak melihat sang tamu-nya selalu siap berkelahi.
Sebab, bagi orang Dayak, membawa senjata tajam hanya dilakukan ketika
mereka hendak berperang atau berburu. Tatkala di antara mereka terlibat
keributan dari soal salah menyabit rumput sampai kasus tanah amat
mungkin persoalan yang semula kecil meledak tak karuan, melahirkan
manusia-manusia tak bernyawa tanpa kepala
Saat terjadi pembantaian di Sampit entah bagaimana cara mereka (Etnis
Dayak) yang tengah di rasuki kemarahan membedakan suku Madura
dengan suku-suku lainnya, yang jelas suku-suku lainnya luput dari
serangan beringas orang-orang Dayak.

Kasus Pelanggaran HAM


Talangsari Harus Dituntaskan
Secara Hukum
REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG--Proses penyelidikan yang dilakukan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Kasus Talangsari 1989,
telah selesai. Kasus dugaan pelanggaran HAM ini selanjutnya tinggal di
Kejaksaan Agung (Kejakgung).
Hal tersebut diungkapkan Ketua Komnas HAM, Ifdhal Kasim, seusai
menandatangi kesepahaman Komnas HAM dengan Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Lampung, di Kantor Gubernur Lampung, Selasa (26/10).
Penyelidikan kasus Talangsari sudah selesai, katanya.

Penyelidikan kasus pelanggaran HAM berat ini, sudah berlangsung sejak


tahun 2005. Hasil penyelidikan tersebut, kata dia, Komnas HAM
merekomendasikan ke Kejakgung, karena diduga terjadi pelanggaran HAM
berat pada kasus pembataian di sana.
Peristiwa yang dikenal Talangsari, terjadi pada Selasa 7 Februari 1989.
Saat itu, terjadi penyerbuan oleh aparat keamanan ke pondok pengajian
di Desa Talangsari III, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Akibat penyerbuan dengan senjata api tersebut, sedikitnya 246 korban
meninggal dunia. Puluhan warga, korban penyerbuan dipenjara. Tindakan
ini, dilakukan secara hukum maupun tanpa proses hukum.
Ifdhal mengatakan, dugaan kasus pelanggaran HAM berat Talangsari itu,
harus ada tindaklanjut agar semua pihak terutama keluarga korban
mendapat perlakuan hukum yang sama. Komnas HAM terus mendorong
kasus itu diproses secara hukum. Pihaknya juga sudah melakukan dialog
dengan pihak Kejakgung dan Komisi III DPR RI. Namun, hasil pertemuan
dengan Kejagung maupun wakil rakyat itu belum menemukan titik temu
untuk menyelesaikan kasus HAM Talangsari.
Dalam penjelasannya, untuk memproses kasus Talangsari itu, Kejakgung
meminta lebih dulu Pengadilan HAM adhoc, sehingga setelah hasil
penyidikan dapat langsung disidangkan di pengadilan tersebut.
Sementara itu, pembentukan pengadilan HAM adhoc sendiri tergantung
rekomendasi DPR RI.
Ia menyebutkan masih ada nuansa politik dalam penyelesaian kasus HAM
Talangsari tersebut. Tetapi, Komnas HAM menyatakan masih ada jalan
keluar penyelesaian kasus itu untuk diproses lebih lanjut.
1965

Penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh Jendral Angkatan Darat.

Penangkapan, penahanan dan pembantaian massa pendukung dan


mereka yang diduga sebagai pendukung Partai Komunis Indonesia .
Aparat keamanan terlibat aktif maupun pasif dalam kejadian ini.

1966

Penahanan dan pembunuhan tanpa pengadilan terhadap PKI terus


berlangsung, banyak yang tidak terurus secara layak di penjara,
termasuk mengalami siksaan dan intimidasi di penjara.

Dr Soumokil, mantan pemimpin Republik Maluku Selatan dieksekusi


pada bulan Desember.

Sekolah- sekolah Cina di Indonesia ditutup pada bulan Desember.

1967

Koran-koran berbahasa Cina ditutup oleh pemerintah.

April, gereja- gereja diserang di Aceh, berbarengan dengan


demonstrasi anti Cina di Jakarta .

Kerusuhan anti Kristen di Ujung Pandang.

1969

Tempat Pemanfaatan Pulau Buru dibuka, ribuan tahanan yang tidak


diadili dikirim ke sana .

Operasi Trisula dilancarkan di Blitar Selatan.

Tidak menyeluruhnya proses referendum yang diadakan di Irian


Barat, sehingga hasil akhir jajak pendapat yang mengatakan ingin
bergabung dengan Indonesia belum mewakili suara seluruh rakyat
Papua.

Dikembangkannya peraturan- peraturan yang membatasi dan


mengawasi aktivitas politik, partai politik dan organisasi
kemasyarakatan. Di sisi lain, Golkar disebut- sebut bukan termasuk
partai politik.

1970

Pelarangan demo mahasiswa.

Peraturan bahwa Korpri harus loyal kepada Golkar.

Sukarno meninggal dalam tahanan Orde Baru.

Larangan penyebaran ajaran Bung Karno.

1971

Usaha peleburan partai- partai.

Intimidasi calon pemilih di Pemilu 71 serta kampanye berat sebelah


dari Golkar.

Pembangunan Taman Mini yang disertai penggusuran tanah tanpa


ganti rugi yang layak.

Pemerkosaan Sum Kuning, penjual jamu di Yogyakarta oleh pemudapemuda yang di duga masih ada hubungan darah dengan Sultan
Paku Alam, dimana yang kemudian diadili adalah Sum Kuning
sendiri. Akhirnya Sum Kuning dibebaskan.

1972

Kasus sengketa tanah di Gunung Balak dan Lampung.

1973

Kerusuhan anti Cina meletus di Bandung .

1974

Penahanan sejumlah mahasiswa dan masyarakat akibat demo anti


Jepang yang meluas di Jakarta yang disertai oleh pembakaranpembakaran pada peristiwa Malari. Sebelas pendemo terbunuh.

Pembredelan beberapa koran dan majalah, antara lain Indonesia


Raya pimpinan Muchtar Lubis.

1975

Invansi tentara Indonesia ke Timor- Timur.

Kasus Balibo, terbunuhnya lima wartawan asing secara misterius.

1977

Tuduhan subversi terhadap Suwito.

Kasus tanah Siria- ria.

Kasus Wasdri, seorang pengangkat barang di pasar, membawakan


barang milik seorang hakim perempuan. Namun ia ditahan polisi
karena meminta tambahan atas bayaran yang kurang dari si hakim.

Kasus subversi komando Jihad.

1978

Pelarangan penggunaan karakter-karakter huruf Cina di setiap


barang/ media cetak di Indonesia.

Pembungkaman gerakan mahasiswa yang menuntut koreksi atas


berjalannya pemerintahan, beberapa mahasiswa ditahan, antara
lain Heri Ahmadi.

Pembredelan tujuh suratkabar, antara lain Kompas, yang


memberitakan peritiwa di atas.

1980

Kerusuhan anti Cina di Solo selama tiga hari. Kekerasan menyebar


ke Semarang , Pekalongan dan Kudus.

Penekanan terhadap para penandatangan Petisi 50. Bisnis dan


kehidupan mereka dipersulit, dilarang ke luar negeri.

1981

Kasus Woyla, pembajakan pesawat garuda Indonesia oleh muslim


radikal di Bangkok. Tujuh orang terbunuh dalam peristiwa ini.

1982

Kasus Tanah Rawa Bilal.

Kasus Tanah Borobudur . Pengembangan obyek wisata Borobudur di


Jawa Tengah memerlukan pembebasan tanah di sekitarnya. Namun
penduduk tidak mendapat ganti rugi yang memadai.

Majalah Tempo dibredel selama dua bulan karena memberitakan


insiden terbunuhnya tujuh orang pada peristiwa kampanye pemilu
di Jakarta . Kampanye massa Golkar diserang oleh massa PPP,
dimana militer turun tangan sehingga jatuh korban jiwa tadi.

1983

Orang- orang sipil bertato yang diduga penjahat kambuhan


ditemukan tertembak secara misterius di muka umum.

Pelanggaran gencatan senjata di Tim- tim oleh ABRI.

1984

Berlanjutnya Pembunuhan Misterius di Indonesia.

Peristiwa pembantaian di Tanjung Priuk terjadi.

Tuduhan subversi terhadap Dharsono.

Pengeboman beberapa gereja di Jawa Timur

1985

Pengadilan terhadap aktivis-aktivis islam terjadi di berbagai tempat


di pulau Jawa.

1986

Pembunuhan terhadap peragawati Dietje di Kalibata. Pembunuhan


diduga dilakukan oleh mereka yang memiliki akses senjata api dan
berbau konspirasi kalangan elit.

Pengusiran, perampasan dan pemusnahan Becak dari Jakarta.

Kasus subversi terhadap Sanusi.

Ekskusi beberapa tahanan G30S/ PKI.

1989

Kasus tanah Kedung Ombo.

Kasus tanah Cimacan, pembuatan lapangan golf.

Kasus tanah Kemayoran.

Kasus tanah Lampung, 100 orang tewas oleh ABRI. Peritiwa ini
dikenal dengan dengan peristiwa Talang sari.

Bentrokan antara aktivis islam dan aparat di Bima.

Badan Sensor Nasional dibentuk terhadap publikasi dan penerbitan


buku. Anggotanya terdiri beberapa dari unsur intelijen dan ABRI.

1991

Pembantaian di pemakaman Santa Cruz, Dili terjadi oleh ABRI


terhadap pemuda-pemuda Timor yang mengikuti prosesi
pemakaman rekannya. 200 orang meninggal.

1992

Keluar Keppres tentang Monopoli perdagangan cengkeh oleh


perusahaan-nya Tommy Suharto.

Penangkapan Xanana Gusmao.

1993

Pembunuhan terhadap seorang aktifis buruh perempuan, Marsinah.


Tanggal 8 Mei 1993

1994

Tempo, Editor dan Detik dibredel, diduga sehubungan dengan


pemberita-an kapal perang bekas oleh Habibie.

1995

Kasus Tanah Koja.

Kerusuhan di Flores.

1996

Kerusuhan anti Kristen diTasikmalaya. Peristiwa ini dikenal dengan


Kerusuhan Tasikmalaya. Peristiwa ini terjadi pada 26 Desember
19962. Kasus tanah Balongan.

Sengketa antara penduduk setempat dengan pabrik kertas Muara


Enim mengenai pencemaran lingkungan.
- Sengketa tanah Manis Mata.

Kasus waduk Nipah di madura, dimana korban jatuh karena


ditembak aparat ketika mereka memprotes penggusuran tanah
mereka.

Kasus penahanan dengan tuduhan subversi terhadap Sri Bintang


Pamung-kas berkaitan dengan demo di Dresden terhadap pak Harto
yang berkun-jung di sana.

Kerusuhan Situbondo, puluhan Gereja dibakar.

Penyerangan dan pembunuhan terhadap pendukung PDI pro


Megawati pada tanggal 27 Juli.

Kerusuhan SambasSangualedo. Peristiwa ini terjadi pada tanggal


30 Desember 1996.

1997

Kasus tanah Kemayoran.

Kasus pembantaian mereka yang diduga pelaku Dukun Santet di


Jawa Timur.

1998

Kerusuhan Mei di beberapa kota meletus, aparat keamanan bersikap


pasif dan membiarkan. Ribuan jiwa meninggal, puluhan perempuan
diperkosa dan harta benda hilang. Tanggal 13 15 Mei 1998.

Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa Trisakti di jakarta , dua


hari sebelum kerusuhan Mei.3. Pembunuhan terhadap beberapa
mahasiswa dalam demonstrasi menentang Sidang Istimewa 1998.
Peristiwa ini terjadi pada 13 14 November 1998 dan dikenal
sebagai tragedi Semanggi I.

1999

Pembantaian terhadap Tengku Bantaqiyah dan muridnya di Aceh.


Peritiwa ini terjadi 24 Juli 1999. Pembumi hangusan kota Dili, Timor
Timur oleh Militer indonesia dan Milisi pro integrasi. Peristiwa ini
terjadi pada 24 Agustus 1999.

Pembunuhan terhadap seorang mahasiswa dan beberapa warga


sipil dalam demonstrasi penolakan Rancangan Undang-Undang
Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB). Peristiwa Ini terjadi
pada 23 24 November 1999 dan dikenal sebagai peristiwa Semanggi II.

PELANGGARAN HAM DUNIA


PELANGGARAN HAM AMERIKA SERIKAT
Hamid Sultan Saleki
Atase pres Kedubes Iran Jakarta
Artikel ini dikutip dari buku Human Rights Violation by The United States
of America yang dikeluarkan pada 2007 oleh Departemen HAM
Kementerian Politik Luar Negeri, Iran. Ini merupakan buku pertama yang
ditulis mengenai pelanggaran HAM berat oleh AS yang terang-terangan
berdasarkan sumber-sumber dari berbagai lembaga internasional. Buku ini

menggunakan lebih dari 117 referensi sebagai sumber data dan informasi
tentang pelanggaran HAM yang dilakukan oleh AS.
Ketaatan, promosi dan perlindungan HAM berdasarkan penghormatan
pada perbedaan budaya dalam kerangka universalitas merupakan salah
satu pilar kehidupan modern saat ini, yang ditandai dengan globalisasi
yang sedang tumbuh. Negara-negara bertanggung-jawab dalam domain
HAM berdasarkan kenyataan mereka memiliki instrumen-instrumen
kekuatan yang diperlukan untuk memberi arah dan efektualitas kepada
kekuatan aktif globalisasi. Karena itu, perangai HAM para pemain yang
lebih berpengaruh di dunia memiliki dampak besar pada semua aspek
kehidupan modern, termasuk penetapan standar dan aplikasi HAM di
dunia.
Jelas, pelanggaran hak-hak sipil dan politik oleh Pemerintahan AS
terhadap mereka yang ada di dunia dalam apa yang disebut perang
terhadap teror tak dapat disamakan dengan pelanggaran HAM oleh
sebuah pemerintahan kecil dalam wilayah yang kecil. Situasi yang
mengerikan di tempat-tempat seperti Tanjung Guantanamo dan Bagram
dan kisah-kisah tentang pusat-pusat penahanan rahasia di seluruh dunia
akan berdampak negatif terhadap struktur konsep hukum internasional
tentang HAM dan penerapannya di dunia. Lebih parah lagi, itu akan
digunakan sebagai rujukan oleh pihak lain, menemukan interpretasi
negatif atas ketentuan hukum internasional terhadap HAM di dalam kultur
unilateralisme yang sedang tumbuh.
Sejak April 2004, ketika potret pertama muncul mengenai personel militar
AS menghina, menyiksa, dan juga memperlakukan dengan buruk tahanan
di penjara Abu Ghuraib di Irak, pemerintahan AS berulangkali mencoba
memotret pelanggaran HAM itu sebagai insiden yang terpisah, kerja
segelintir tentara yang buruk yang bertindak tanpa perinta.
Kenyataannya, satu-satunya aspek pengecualian dari pelanggaran di Abu
Ghuraib adalah potret. Tetapi kenyataannya pola pelanggaran ini tidak
berasal dari aksi beberapa tentara yang melanggar hukum. Kejadian itu
berasal dari keputusan yang dibuat oleh Pemerintahann AS untuk
membelokkan, mengabaikan, atau mengesampingkan hukum. Kebijakan
administrasi yang menciptakan iklim Abu Ghuraib dalam tiga cara
fundamental pengelakkan dari hukum intenasional, menerapkan metode
interogasi yang bersifat memaksa dan pendekatan tidak melihat
kejahatan, tidak mendengar kejahatan pemerintahan Bush.
Kendati fakta bahwa AS telah meratifikasi Konvensi PBB yang menentang
penyiksaan dan Konvensi Ketiga dan Keempat Geneva, dan bahwa
Pemerintahan AS telah mengakui bahwa perjanjian-perjanjian dimaksud

mengikat dalam perang untuk pembebasan Irak, terlihat bahwa


Pemerintahan Bush mengklaim para tahanan yang diambil dari Abu
Ghuraib tidak digolongkan sebagai tahanan perang dibawah hukum
internasional. Bagaimanapun, dalam jawaban, beberapa ahli hukum telah
mengungkapkan bahwa AS dapat diwajibkan untuk mengadili beberapa
prajuritnya untuk kejahatan perang dan dibawah Konvensi Ketiga dan
Keempat, tahanan perang orang sipil yang ditahan dalam suatu perang
tak dapat diperlakukan dalam perangai yang merendahkan, dan
pelanggaran dalam seksi itu adalah pelanggaran berat.
Sejak kejatuhan pemerintahan Taliban di Afganistan, pasukan pimpinan AS
telah menangkap dan menahan ribuan orang dan warga negara asing lain
di seluruh . Fasilitas penahanan AS yang utama di adalah di pangkalan
udara Bagram. CIA juga menahan tahanan yang tak jelas jumlahnya, di
pangkalan udara Bagram dan lokasi lain di Afghanistan, termasuk di Kabul
. Ada banyak laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia oleh
personel militer dan intelijen AS di Afghanistan.
Menurut Human Rights Watch, personel militer dan intelijen AS di
Afghanistan melakukan sistem interogasi yang meliputi penggunaan
deprivasi tidur, deprivasi indera, dan memaksa tahanan untuk duduk atau
berdiri dalam posisi yang menyakitkan untuk periode waktu yang lama..
Dalam hal ini, AS telah gagal memberi penjelasan yang cukup atas
tuduhan perlakukan buruk terhadap tahanan oleh personel militar dan
intelijen AS di Afghanistan.
Human Rights Committee telah mencatat dengan keprihatinan
kekuarangan-kekurangan menyangkut kemerdekaan, ketidak-berpihakan,
dan efektivitas investigasi menjadi tuduhan penyiksaan dan kekejian,
perlakukan atau hukuman yang tidak manusiawi atau merendahkan yang
ditimpakan oleh militer dan personel non militer AS atau pekerja kontrak,
di fasilitas penahanan di Guantanmo, Afghanistan, Irak, dan lokasi di luar
negeri lainnya, dan pada kasus-kasus kematian yang dicurigai di tempat
tahanan di salah satu lokasi-lokasi ini. The Committee menyesal AS tidak
memberikan informasi cukup menyangkut penuntutan yang dilontarkan,
hukuman-hukuman dan reparasi yang dijamin buat korban.
Sejak 2002 Kamp Guantanamo telah menjalankan perannya sebagai
penjara militer dan kamp interogasi dan menahan lebih dari 775 tahanan
dari 44 negara dan kebanyakan orang-orang yang dicurigai oleh
pemerintahan AS sebagai operatif Al-Qaeda dan Taliban; terlebih,
penggunaaan Guantanmo sebagai penjara militer telah diserang oleh
organisasi-organisasi hak asasi manusia dan para pengritik lain, yang

mengutip laporan-laporan bahwa para tahanan telah disiksa atau


diperlakukan secara kejam.
The Committee Against Torture (CAT) menyuarakan keprihatinannya atas
laporan-laporan yang bisa dipercaya mengenai tindakan penyiksaan atau
kekejian, tidak manusiawi dan perlakukan yang menghina atau hukuman
yang dilakukan oleh anggota militer dan sipil tertentu di dan Irak. Juga
menjadi keprihatinan bahwa investigasi dan penuntutan banyak kasuskasus ini, termasuk suatu hasil dalam kematian tahanan, telah membawa
pada hukuman yang lembut, termasuk sifat administratif atau kurang dari
satu tahun penjara. Dalam hal ini, AS harus mengambil tindakan cepat
untuk menghapus semua bentuk penyiksaan dan perlakukan buruk
terhadap tahanan oleh personel militer dan sipil, di teritori mana saja
dibawah juridiksinya, dan harus segera serta melakukan tidakan
investigasi secara mendalam, menuntut semua yang bertanggung jawab
bagi tindakan semacam itu, dan menjamin mereka dihukum secara wajar,
menurut keseriusan kejahatan.
Jelas, AS telah secara eksplisit dan sistematik melanggar standar
internastional menyangkut perlakukan manusiawi terhadap tahanan yang
membawa pada keberatan yang dimunculkan oleh organisasi
internasional inter alia Human Rights Commission and Committee Against
Torture.

Junta Militer Tadinya Bersiap Melepas Suu Kyi


Masa tahanan rumah atas Aung San Suu Kyi seharusnya berakhir 27 Mei esok
Selasa, 26 Mei 2009, 12:14 WIB
Renne R.A Kawilarang, Harriska Farida Adiati

Demonstrasi pendukung Aung San Suu Kyi di Manila, Filipina (AP Photo)

Junta militer Myanmar (Burma) sebenarnya bersiap membebaskan


pemimpin pro-demokrasi, Aung San Syu Kyi, dari tahanan rumah pada
pekan ini. Namun, keputusan itu batal diberlakukan setelah seorang
warga Amerika Serikat (AS) awal bulan ini menyusup dan tinggal di rumah
Suu Kyi sehingga melanggar hukum keamanan Myanmar. Demikian
ungkap seorang pejabat keamanan Myanmar.
Kepada wartawan dan diplomat, Selasa 26 Mei 2009, Brigadir Jenderal
Myint Thein, mengatakan, pemerintah tadinya berencana membebaskan
Suu Kyi, Rabu besok, setelah dia menjalani tahanan rumah selama
hampir enam tahun. Alasan pembebasan adalah karena faktor
kemanusiaan dan karena Suu Kyi adalah putri dari pendiri negara
Myanmar, Aung San. Namun awal bulan ini, kata Thein, muncul peristiwa
tak terduga berupa penyusupan seorang warga AS, John Yettaw .
Suu Kyi ditangkap dan sejak itu dikenai dakwaan melanggar peraturan di
rumah tahanan dengan menampung Yettaw di rumahnya. Dia juga
dituduh berkomunikasi dengan Yettaw dan menyediakan makanan. Pria 53
tahun itu berenang melalui danau menuju tempat tinggal perempuan 63
tahun itu, awal bulan ini.
Pengacara Suu Kyi mengatakan, kliennya tidak mengundang pria itu dan
meminta dia untuk meninggalkan rumah. Peraih Nobel Perdamaian ini
diperkirakan akan dinyatakan bersalah dan menghadapi ancaman
hukuman lima tahun penjara.
Dia telah menyatakan diri tidak bersalah pada Jumat lalu. Dua pembantu
yang tinggal bersama Suu Kyi dan Yettaw juga mengaku tidak bersalah
atas dakwaan yang sama.Dakwaan yang dikenakan pada Suu Kyi
dianggap sebagai cara pemerintah junta untuk tetap menahan Suu Kyi
menjelang pemilihan yang dijadwalkan tahun depan.
Wartawan dan diplomat diizinkan duduk di dalam ruang sidang pada
Selasa ini. Ini merupakan sidang kedua di mana peristiwa langka
mengizinkan wartawan dan diplomat hadir di persidangan Suu Kyi terjadi.
Dalam sidan hari ini, Suu Kyi akan memberi kesaksian. (AP)

Uni Eropa Kecam Pelanggaran


HAM di Afrika
BRUSSEL: Menjelang digelarnya KTT Uni Eropa-Afrika di Lissabon Presiden
Komisi Eropa Jos Manuel Barroso, mengritik tajam pelanggaran hak asasi

dan rezim otoriter di benua hitam tersebut. Barroso mengatakan, ia tidak


dapat menerima, para bekas pejuang kemerdekaan bagi negaranya dari
kolonialisme, sekarang justru menghambat kebebasan sesama warga.
Barroso secara tidak langsung menunjuk kepada Presiden Zimbabwe
Robert Mugabe. Dalam waktu bersamaan presiden Komisi Eropa itu juga
menyerukan kemitraan yang sejajar antara Eropa dan Afrika. Hubungan
donor dan penerima bantuan harus diakhiri. KTT yang akan dibuka Jumat
(07/12) malam itu akan dihadiri kepala negara dan kepala pemerintahan
27 anggota Uni Eropa dan 53 negara di Afrika. Agenda utama
pembahasan adalah masalah perdamaian dan keamanan, migrasi,
perdagangan serta perubahan iklim.

PERANG IRAK DENGAN AS


kasus perang Irak dengan Amerika ini telah terjadi kurang lebih selama empat
tahun dan PBB pun belum mengambil
keputusan yang paling tepat untuk menyelesaikan kasus ini sehingga telah
banyak pelanggaran pelanggaran HAM yang telah terjadi pada peristiwa ini.

Reaksi Presiden Amerika Serikat, George Walker Bush, terhadap serangan


telak teroris langsung ke jantung ekonomi AS (Gedung World Trade
Center) dan jantung pertahanan AS (Gedung Pentagon), menimbulkan
efek domino yang mengubah peta politik dunia kontemporer. Para analis
politik mengajukan sejumlah argumentasi yang mencoba
menggambarkan pergeseran-pergeseran dalam dinamika hubungan
internasional negara-negara di dunia. Para pemimpin dunia sibuk
melakukan negosiasi-negosiasi politik tingkat dunia untuk menjaga
stabilitas negaranya sambil tetap menjaga keseimbangan kepentingankepentingan politik luar negeri. Tidak hanya itu, para pemimpin agama
dan para teolog pun merespons situasi dunia dengan mencoba
membangun refleksi-refleksi teologis untuk memberi makna pada
perubahan global yang terjadi, agar dengannya umat beragama di seluruh
dunia tidak terpecah-belah dalam arena konfrontasi politik dunia.
Upaya mencermati situasi dan dinamika politik dunia pasca-9/11 dengan
segenap dampaknya, memang membutuhkan tingkat kejelian yang tinggi.
Kendati secara umum dilihat sebagai suatu peristiwa politis, namun
peristiwa 9/11 sarat dengan muatan konflik ideologis, yang dalam hal ini
juga menyeret masalah agama ke dalam arena politik. Itulah yang
membuat kajian terhadap situasi politik dunia kontemporer pasca-9/11
menjadi suatu upaya ilmiah yang kompleks, sulit dipilah-pilah secara
konseptual sehingga dilihat sebagai produk akademis yang bebas-nilai.
Akan tetapi, sebagian besar analisis dan peneliti pada akhirnya menyadari
bahwa pemilahan konseptual yang bebas-nilai juga tidak realistis
meskipun tetap diperlukan dan dikategorisasikan secara seimbang.

Buku ini dapat dilihat sebagai salah satu upaya membedah realitas
kompleks politik luar negeri AS pasca-9/11 serta dampaknya bagi
hubungan internasional. Dalam kapasitasnya sebagai seorang pendeta,
alih-alih memisahkan masalah 9/11 dari agama, Richard Daulay malah
mencoba menelusuri sampai sejauh mana pertimbangan-pertimbangan
teologis memengaruhi produk kebijakan Presiden George W. Bush. Dua
ideologi utama yang dicermati dalam buku ini adalah neokonservatisme
dan fundamentalisme Kristen. Kedua ideologi inilah yang menjadi pusat
perhatian Daulay, dengan mencoba melihat korelasi kedua kekuatan ini
dalam berbagai kebijakan luar negeri AS.
Kajian hubungan antara neokonservatisme dan fundamentalisme Kristen
memang dilihat aneh. Demikian pandangan Rizal Mallarangeng dalam
kata pengantar buku ini. Kaum neokonservatif awalnya dimotori oleh
kaum intelektual New York, Yahudi sekuler, migran dari ajaran Stalin dan
kaum kiri lainnya (misalnya: Irving Kristol). Di pihak lain, kaum
fundamentalis Kristen yang pasti tidak akan nyaman secara personal
berkawan dengan tokoh-tokoh intelektual sekuler seperti Irving Kristol.
Namun, Mallarangeng pun menyadari bahwa dalam politik banyak hal
dapat terjadi karena pertautan kepentingan. Dengan pendasaran pada
pandangan Unger, Daulay rupanya juga menerima bahwa kepentingan
di sini bukan hanya kepentingan politik tetapi juga kepentingan teologis.
Menurut Unger, fundamentalisme Kristen dengan teologi
premilenialismenya dan neokonservatisme dengan ideology demokrasi
imperialismenya sama-sama bertemu dalam kepentingan Israel.
Keduanya menghadapi common enemy, yakni Irak; dan common mission,
yakni Israel (hlm. 64).
Berdasarkan hasil kajiannya, Daulay sendiri mengakui bahwa Bush sedang
mempraktikkan agamanisasi politik, yakni menempatkan politik dalam
domain agama. Praktik ini mengacu pada pandangan politik Bush yang
dikenal sebagai Doktrin Bush, dalam pidato kenegaraannya di hadapan
Kongres pada 20 September 2001. Ditinjau dari segi retorika dan
kebijakan-kebijakannya pasca 9/11, Bush memang sangat intensif
menggunakan ungkapan-ungkapan yang sarat dengan ide-ide teokrasi
dan fundamentalisme Kristen di Amerika. Menurut Daulay, dalam batas
tertentu, Bush sedang melakukan politik luar negeri yang dijiwai oleh
prinsip-prinsip teokrasi, bahwa perang melawan terror itu adalah perintah
Tuhan, dan bahwa Bush ditempatkan Tuhan di Gedung Putih untuk
memimpin perang melawan terror demi menghancurkan kerajaan setan:
Irak, Iran, dan Korea Utara.

Meskipun buku ini merupakan hasil kajian Hubungan Internasional dengan


focus pada politik luar negeri AS pasca 9/11, tetapi Daulay melihat ada
relevansi yang signifikan dengan perkembangan kehidupan agama-agama
di dunia, khususnya di Indonesia. Menurut Daulay, tugas agama-agama
adalah melakukan politik agama, bukan politisasi agama (hlm. 131).
Politik agama adalah politik kenabian bukan politik partisan. Politik agama
adalah politik moral yang tugasnya adalah menjaga moral dalam
masyarakat. Politik kenabian atau gerakan moral agama adalah
perjuangan untuk menegakkan keadilan dalam masyarakat. Tetapi
kecenderungan yang terjadi sekarang di Indonesia adalah politisasi agama
(hlm. 133). Politisasi agama sangat berpotensi menciptakan polarisasi dan
perpecahan serta disintegrasi.
Buku ini patut dibaca oleh setiap orang yang gelisah dengan fenomena
politik nasional dan internasional saat ini. Tidak hanya itu, buku ini juga
mengajak setiap umat beragama untuk tidak bersikap apatis terhadap
politik, tetapi terlibat aktif dalam kehidupan politik dengan pendasaranpendasaran keyakinan (iman dan ideologi) yang positif dan konstruktif.
Tujuan utama dari semua itu sudah jelas: terciptanya suatu tatanan
masyarakat dunia yang damai dan sejahtera dalam semangat keadilan
bagi setiap manusia. Pada titik keadilan itulah agama berkepentingan
menjalankan tugas politik kenabiannya.
KASUS GAZA
Israel lagi-lagi membangkang perintah PBB agar rejim Zionis itu
melakukan penyelidikan independen atas dugaan kejahatan perang yang
dilakukan militer Israel dalam agresi brutalnya ke Gaza bulan Januari
2008. Agresi tersebut menyebabkan 1.400 warga Palestina di Gaza,
kebanyakan warga sipil, tewas. Dalam agresi itu, Israel juga menyerang
kantor perwakilan PBB, rumah-rumah sakit, sekolah, berbagai fasilitas
umum bahwa menembak wartawan yang sedang menjalankan tugas
jurnalistiknya.
Menteri Penerangan dan Diaspora Israel, Yuli Edelstein usai bertemu
dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon di New York mengatakan bahwa Israel
tidak berniat membentuk komisi verifikasi. Pernyataan Edelstein
mengisyaratkan penolakan Israel atas rekomendasi laporan Richard
Goldstone-ketua tim penyelidik PBB atas serangan Israel ke Gaza tahun
2008-yang memerintahkan agar Israel dan Hamas melakukan
penyelidikan independen atas pelanggaran hak asasi manusia dan
kejahatan perang yang terjadi saat agresi itu. Keduanya diberi waktu
enam bulan untuk melakukan penyelidikan.

Pihak Hamas sudah menyatakan kesediaannya melaksanakan


rekomendasi tersebut. Tapi Israel, sejak awal menolak laporan Goldstone
yang menyebut Israel telah melakukan kejahatan perang dalam agresinya
ke Gaza. Israel bahkan menyebut laporan Goldstone anti-Semit.
Surat kabar Israel Haaretz melaporkan bahwa Israel kemungkinan hanya
akan melakukan penyelidikan, tapi terbatas pada penyelidikan internal di
kemiliteran Israel serta mencari celah untuk membantah salah satu
dakwaan Goldstone bahwa Israel mengobarkan perang untuk menghukum
warga sipil Gaza. Tapi seorang sumber dari kalangan pejabat senior Israel
mengatakan bahwa belum ada keputusan apakah penyelidikan itu akan
dilakukan atau tidak.
"Pembahasan sedang dilakukan, tapi belum ada keputusan apapun
dengan alasan taktis," kata pejabat yang tidak mau diungkap jati dirinya
itu.
Dua hari lagi, Israel harus menyerahkan jawaban resminya atas tuduhan
kejahatan perang yang tercantum dalam laporan hasil investigasi tim
PBB. Tapi pernyataan Edelstein sepertinya sudah menunjukkan jawaban
seperti apa yang akan diberikan Israel.

************

Penutup
Assalamualaikum Wr. Wb
Kami selaku redaksi yang menyusun artikel ini tak pernah lepas
untuk mengucapkan terima kasih kepada bapa guru yang telah
membimbing kami dalam proses penyelesaian artikel ini hingga tuntas
dan kepada para pembaca sekalian yang telah membaca artikel ini.
Serta tak lupa kami pun tak henti-hentinya mengucapkan
permintaan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam artikel ini terdapat
kesalahan ejaan ataupun kurangnya kelengkapan dari artikel-artikel yang
telah kami sajikan. Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk
memuaskan para pembaca dengan berita / informasi yang telah kami
berikan.
Kami berharap semoga artikel ini dapat memberikan manfaat dan
penambahan wawasan bagi para pembaca sekalian.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Hormat kami,

Annida dan Julianita

DAFTAR PUSTAKA
http://imadekariada.blogspot.com/2008/08/sejara
h-hak-asasi-manusia.html
http://emperordeva.wordpress.com/about/sejarah
-hak-asasi-manusia/
http://organisasi.org/pengertian_macam_dan_jeni
s_hak_asasi_manusia_ham_yang_berlaku_umum_g
lobal_pelajaran_ilmu_ppkn_pmp_indonesia
http://gurupkn.wordpress.com/2008/02/22/penge
rtian-pengertian-hak-asasi-manusia/

http://www.gudangmateri.com/2011/01/definisiham-hak-asasi-manusia.html
http://daniiskandarmanajemen.blogspot.com/201
1/03/pengertian-hak-asasi-manusia-danmacam.html
http://erieltala.blogspot.com/2011/03/hakekathak-asasi-manusia.html
http://www.komnasham.go.id/profil/landasanhukum
http://polowijoyo.files.wordpress.com/2009/09/ha
munit2.pdf
http://syaldi.web.id/2007/03/memahamipelanggaran-hak-asasi-manusia-ham/
http://katabuku.wordpress.com/2009/04/17/ameri
ka-vs-irak/

http://id.answers.yahoo.com/

http://www.dwworld.de/dw/article/0,,2992651,00.html

http://dunia.vivanews.com/news/read/60789junta_militer_tadinya_bersiap_melepas_suu_kyi

http://myartikel.wordpress.com/2007/07/14/pelan
ggaran-ham-amerika-serikat/

http://www.scribd.com/doc/18371455/KasusPelanggaran-Ham-Internasional

http://id.wikipedia.org/wiki/
www.fica.org/hr/ambon/idAmbonCivilWar.html

Anda mungkin juga menyukai