Anda di halaman 1dari 19

Judul: Viskositas Sebagai Fungsi Suhu

Praktikum ke: 2
Hari Tanggal praktikum: Kamis, 1 oktober 2015
Tujuan:
1.Menentukan viskositas cairan dengan metode oswald
2.mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas cairan.
Dasar Teori
Viskositas suatu zat cairan murni atau larutan merupakan indeks
hambatan aliran cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju
aliran cairan, yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan
salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk
cairan maupun gas (Bird, 1993).
Viskositas adalah indeks hambatan aliran cairan. Viskositas dapat
diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk
silinder. Viskositas ini juga disebut sebagai kekentalan suatu zat. Jumlah
volume cairan yang mengalir melalui pipa per satuan waktu.
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperature, maka
viskositas cairan justru akan menurun jika temperature dinaikkan.
Fluiditas dari suatu cairan yang merupakan kelebihan dari viskositas akan
meningkat dengan makin tingginya temperature (Bird,1993).
Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan
oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan
gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan
sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada
ukuran viscometer) dipipet kedalam viscometer. Cairan kemudian dihisap
melalui labu pengukur dari viscometer sampai permukaan cairan lebih
tinggi daripada batas a. cairan kemudian dibiarkan turun ketika
permukaan cairan turun melewati batas a, stopwatch mulai dinyalakan
dan ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch dimatikan. Jadi
waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b dapat
ditentukan. Tekanan merupakan perbedaan antara kedua ujung pipa U
dan besarnya disesuaikan sebanding dengan berat jenis cairan
(Respati,1981).

Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda
memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan
sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang
menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu
fluida saling gesek-menggesek ketika fluida fluida tersebut mengalir. Pada
zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik
menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas
disebabkan oleh tumbukan antara molekul (Bird, 1993).
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya
air. Sebaliknya, fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir,
contohnya minyak goreng, oli, madu, dan lain-lain. Hal ini bias dibuktikan
dengan menuangkan air dan minyak goreng diatas lanyai yang
permukaannya miring. Pasti hasilnya air lebih cepat mengalir dari pada
minya goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung
pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair
tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng ikan di dapur, minyak goreng
yang awalnya kental, berubah menjadi lebih cair ketika dipanaskan.
Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas
tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada
fluida rill (rill = nyata). Fluida rill / nyata adalah fluida yang kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari, seperti air sirup, oli, asap knalpot, dan
lainnya. Fluida rill berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya
tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang
digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida
ideal ini yang kita pakai dalam pokok bahasan fluida dinamis) (Bird, 1993).
Fluida adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan
kecil untuk zat cair. Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan
dengan garis tengah molukel itu. Molekul-molekul itu tidak terikat pada
suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain. Jadi
kecepatan fluida atau massanya kecapatan volume tidak mempunyai
makna yang tepat sebab jumlah molekul yang menempati volume
tertentu terus menerus berubah (while, 1988).

Fluida dapat digolongkan kedalam cairan atau gas. Perbedaanperbedaan utama antara cair dan gas adalah :
a.

Cairan praktis tidak kompersible, sedangkan gas kompersible dan

seringkali harus diperlakukan demikian.


b.

Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-

permukaan bebas, sedangkan agar dengan massa tertentu mengembang


sampai mengisi seluruh bagian wadah tempatnya (While, 1988).
Piknometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa
jenis atau densitas dari fluida. Berbagai macam fluida yang diukur massa
jenisnya, biasanya dalam praktikum yang diukur adalah massa jenis oli,
minyak goreng, dan lain-lain. Piknometer itu terdiri dari 3 bagian, yaitu
tutup pikno, lubang, gelas atau tabung ukur. Cara menghitung massa
fluida yaitu dengan mengurangkan massa pikno berisi fluida dengan
massa pikno kosong. Kemudian di dapat data massa dan volume fluida,
sehingga tinggal menentukan nilai cho/massa jenis () fluida dengan
persamaan = cho () = m/v (Whille, 1988).
Faktor faktor yang mempengaruhi viskositas adalah tekanan,
temperatur, adanya zat lain, ukuran dan berat molekul, ikatan. Pengaruh
viskositas tehadap tekanan yaitu viskositas cairan naik dengan naiknya
tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangakan viskositas akan
naik dengan turunnya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul
molekulnya memperoleh energi. Molekul molekul cairan bergerak
sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian
viskositas cairan akan turun dengan kenaikan tempertatur. Adanya bahan
tambahan seperti bahan suspensi meningkatkan viskositas air dan
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Viskositas juga akan naik
jika ikatan rangkap semakin banyak. Viskositas air naik dengan adanya
ikatan hidrogen (Bird, 1994).
Akuades (H2O)
Akuades merupakan larutan tidak berwarna, titik didih 1000c, titik leleh
00. Akuades merupakan pelarut yang sangat baik, konstanta dielektriknya

paling tinggi, netral, komposisi kalornya lebih tinggi dibandingkan cairan


lain. Temperatur stabil pada titik beku, serta melarutakan banyak elektrolit
dan daerah kestabilan redoksnya sangat luas (kusuma, 1983).
Aseton (CH3COCH3)
Aseton merupakan senyawa atsiri yang mudah terbakar dan tidak
berwarna, memiliki rapatan sebesa 0,79. Titik lebur -95,4 0C, titik ddih
56,2 0C. Aseton adalah keton yang paling sederhana yang dapat
bercampur dengan air. Senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan
sebagai bahan mentah pembuatan plastik. Dianjurkan menggunakan
masker dan sarung tangan dalam pemakaiannya karena baunya yang
menyengit dapat mengganggu pernapasan. (Daintith, 1994).

Etanol (C2H5OH)
Etanol adalah senyawa dengan formula (C2H5OH). Etanol berwujud cair,
tidak berwarna, larut dicampir dalam air, eter, kloroform dan aseton.
Etanol digunakan sebagai bahan bakar dan pelarut organik, produk yang
komersial mengandung sekitar 95,96% etanol (Basri, 2003).
Kloroform ( CHCl3)
Nama sistematiknya adalah triklorometana. Zat cair yang tidak berwarna,
berbau harum dan beracun. Larut dalam alkohol,benzena dan air. Memiliki
titik leleh -65,3 0C, titik didih 61 0C. Kloroform merupakan arsenik yang
ampuh tetapi dapat merusak hati. Cara penangannya adalah dianjurkan
memakai masker dan sarung tangan dalam pemakaian kloroform karena
kloroform berbau tajam yang dapat merusak hati (Basri, 2003: Daintith,
1994).
Alat dan Bahan
1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ball filler, botol
semprot 500 ml 1 buah, erlenmeyer 50 ml 1 buah, gelas beaker 5 buah,
klem oswald 1 buah, piknometer 25 ml 1 buah, pipet ukur 10 ml 2 buah,
stopwatch 1 set, termometer termostat 1 set, viskometer oswald dan
termostat.
2. Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah alkohol,
aquades, aseton, kloroform dan toluena.
Cara Kerja
1. menentukan rapat massa larutan
Piknometer dibersihkan kemudian ditimbang berat pikno kosong.
Larutan yg akan di uji ditambahkan kedalamnya lalu ditimbang beratnya,
hasil penimbangan dicatat.
2. menentukan viskositas larutan
Viskometer oswald dibersihkan. Viskometer di pasang di statif
secara vertikal. Sejumlah larutan tertentu dipipet sebanyak 15mL. Pada
salah satu lubang yg paling kecil dipasang filler. Larutan dipipet sampai
melebihi btas atas. Stopwatch disiapkan, ketika filler dilepas dan melalui
batas atas, stopwatch dinyalakan. Hentikan stopwatch ketika melewati
batas bawah. Catat waktu yang di butuhkan untuk melewati batas bawah.
Prosedur diulang untuk larutan aseton, kloroform, toluen, air, dan alkohol.
Hasil pengamatan
Wpikno kosong 25 mL = 19,27 gr
Data literatur massa jenis dan viskositas
Suhu

Massa jenis ()

Viskositas

(C)
30
35
40
45

(g/mL)
0,99646
0,99410
0,99220
0,99020

() (kg/ms)
0,8010
0,7295
0,6580
0,6055

1. tabel data pengamatan


Penimbangan

Wpiknometer + Campuran pada suhu (C)


30
35
40

45

Wpikno+air
Wpikno+tolue

45,27
40,91

45,23
40,84

45,18
40,75

45,12
40,55

na
Wpikno+aseto

39,98

39,95

39,92

39,84

n
Wpikno+alkoh

41,52

41,43

41,41

41,35

ol
Wpikno+klorof

57,24

57,21

57,16

57,11

orm
2.tabel kecepatan larutan mengalir
Sampel

Wpiknometer
30
0,92 s
0,92 s
0,75 s
0,66 s
0,50 s

Air
Toluena
Aseton
Alkohol
kloroform

+ Campuran pada suhu (C)


35
40
0,87 s
0,79 s
0,98 s
1,00 s
0,62 s
0,59 s
0,64 s
0,65 s
0,48 s
0,49 s

Perhitungan
1. Vpikno pada suhu 30, 35, 40, dan 45
Vpikno X 0 C=

(Wpikno+ air ) Wpikno kosong


X C

Vpikno 300 C=

( 45,27 g )19,27 g
26 g
=
=26,0924 mL
gr
gr
0,99646
0,99646
mL
mL

Vpikno 350 C=

( 45,23 g )19,27 g
25,96 g
=
=26,1141 mL
gr
gr
0,99410
0,99410
mL
mL

Vpikno 40 0 C=

( 45,18 g )19,27 g
25,61 g
=
=26,1137mL
gr
gr
0,99220
0,99220
mL
mL

Vpikno 45 0 C=

( 45,12 g )19,27 g
25,85 g
=
=26,1058 mL
gr
gr
0,99020
0,99020
mL
mL

2.Menentukan massa jenis () larutan

45
0,72 s
1,10 s
0,52 s
0,62 s
0,47 s

larutan=

( Wpikno+larutan )Wpikno kosong


Vpikno larutan

a. Larutan Toluena
30 C=

( 40,91 g ) 19,27 g
21,64 g
g
=
=0,8294
26,0924 mL
26,0924 mL
mL

350 C=

( 40,84 g )19,27 g
21,57 g
g
=
=0,8250
26,1141 mL
26,1141 mL
mL

40 C=

( 40,75 g )19,27 g
21,48 g
g
=
=0,8226
26,1137 mL
26,1127 mL
mL

45 0 C=

( 40,55 g )19,27 g
21,28 g
g
=
=0,8151
26,1058 mL
26,1058 mL
mL

b. Larutan aseton
30 C=

( 39,98 g )19,27 g
20,71 g
g
=
=0,7937
26,0924 mL
26,0924 mL
mL

350 C=

( 39, 95 g )19,27 g
20,68 g
g
=
=0,7919
26,1141 mL
26,1141 mL
mL

40 C=

( 39,92 g ) 19,27 g
20,65 g
g
=
=0,7908
26,1137 mL
26,1127 mL
mL

45 0 C=

( 39,84 g )19,27 g
20,57 g
g
=
=0,7879
26,1058 mL
26,1058 mL
mL

c. Larutan alkohol
30 C=

( 41,52 g ) 19,27 g
22,25 g
g
=
=0,8527
26,0924 mL
26,0924 mL
mL

350 C=

( 41,43 g )19,27 g
22,16 g
g
=
=0,8486
26,1141 mL
26,1141 mL
mL

40 C=

( 41,41 g )19,27 g
22,14 g
g
=
=0,8476
26,1137 mL
26,1127 mL
mL

45 0 C=

( 41,35 g )19,27 g
22,08 g
g
=
=0,8458
26,1058 mL
26,1058 mL
mL

d. Larutan Kloroform

300 C=

( 57,24 g ) 19,27 g
37,97 g
g
=
=1,4552
26,0924 mL
26,0924 mL
mL

35 C=

( 57,21 g )19,27 g
37,94 g
g
=
=1,4529
26,1141 mL
26,1141 mL
mL

40 0 C=

( 57,16 g )19,27 g
37,89 g
g
=
=1,4510
26,1137 mL
26,1127 mL
mL

45 C=

( 57,11 g )19,27 g
37,84 g
g
=
=1,4495
26,1058 mL
26,1058mL
mL

3. Menetukan Viskositas () larutan


=

t.
t .

a. Larutan Toluena
gr
kg
mL
kg 0,7548 0,6046 kg
kg
pada 30 =0,8010
=0,8010
=
=0,6595
ms
gr
ms 0,9167 0,9167 ms
ms
0,92 s .0,99646
mL
0,91 s .0,8294

gr
kg
mL
kg 0,8095 0,5905 kg
kg
pada 35 =0,7295
=0,7295
=
=0,6828
ms
gr
ms 0,8649 0,8649 ms
ms
0,87 s .0,99410
mL
0,98 s .0,8260

kg
pada 40 =0,6580
ms

gr
mL
kg 0,8226 0,5413 kg
kg
=0,6580
=
=0,6906
gr
ms 0,7838 0,7838 ms
ms
0,79 s .0,99220
mL
1,00 s .0,8226

gr
kg
mL
kg 0,8966 0,5429 kg
kg
pada 45 =0,6055
=0,6055
=
=0,7615
ms
gr
ms 0,7129 0,7129 ms
ms
0,72 s .0,99020
mL
1,10 s . 0,8151

b. Larutan aseton

gr
kg
mL
kg 0,5953 0,4768 kg
kg
pada 30 =0,8010
=0,8010
=
=0,5202
ms
gr
ms 0,9167 0,9167 ms
ms
0,92 s .0,99646
mL
0,75 s .0,7937

gr
kg
mL
kg 0,4910 0,3582 kg
kg
pada 35 =0,7295
=0,7295
=
=0,4142
ms
gr
ms 0,8649 0,8649 ms
ms
0,87 s .0,99410
mL
0,62 s . 0,7919

kg
pada 40 =0,6580
ms

gr
mL
kg 0,4666 0,3070 kg
kg
=0,6580
=
=0,3912
gr
ms 0,7838 0,7838 ms
ms
0,79 s .0,99220
mL
0,59 s .0,7908

gr
kg
mL
kg 0,4097 0,2481 kg
kg
pada 45 =0,6055
=0,6055
=
=0,3480
ms
gr
ms 0,7129 0,7129 ms
ms
0,72 s .0,99020
mL
0,52 s . 0,7879

c.larutan alkohol
gr
kg
mL
kg 0,6395 0,5123 kg
kg
pada 30 =0,8010
=0,8010
=
=0,5588
ms
gr
ms 0,9167 0,9167 ms
ms
0,92 s .0,99646
mL
0,75 s .0,8527

gr
kg
mL
kg 0,5261 0,3838 kg
kg
pada 35 =0,7295
=0,7295
=
=0,4438
ms
gr
ms 0,8649 0,8649 ms
ms
0,87 s .0,99410
mL
0,62 s . 0,8486

kg
pada 40 =0,6580
ms

gr
mL
kg 0,5002 0,3291 kg
kg
=0,6580
=
=0,4199
gr
ms 0,7838 0,7838 ms
ms
0,79 s .0,99220
mL
0,59 s .0,8478

gr
kg
mL
kg 0,4398 0,2663 kg
kg
pada 45 =0,6055
=0,6055
=
=0,3736
ms
gr
ms 0,7129 0,7129 ms
ms
0,72 s .0,99020
mL
0,52 s .0,8458

d. larutan kloroform

gr
kg
mL
kg 0,7276 0,5828 kg
kg
pada 30 =0,8010
=0,8010
=
=0,6358
ms
gr
ms 0,9167 0,9167 ms
ms
0,92 s .0,99646
mL
0,50 s .1,4552

gr
kg
mL
kg 0,6974 0,5087 kg
kg
pada 35 =0,7295
=0,7295
=
=0,5882
ms
gr
ms 0,8649 0,8649 ms
ms
0,87 s .0,99410
mL
0,48 s .1,4529

kg
pada 40 =0,6580
ms

gr
mL
kg 0,7110 0,4678 kg
kg
=0,6580
=
=0,5969
gr
ms 0,7838 0,7838 ms
ms
0,79 s .0,99220
mL
0,49 s .1,4510

gr
kg
mL
kg 0,6813 0,4125 kg
kg
pada 45 =0,6055
=0,6055
=
=0,5786
ms
gr
ms 0,7129 0,7129 ms
ms
0,72 s .0,99020
mL
0,47 s . 1,4495

Tabel Pengamatan
1. Tabel massa jenis ()
Suh
u (T)
30C
35C
40C
45C

(g/mL)
air

toluena

aseton

alkohol

Klorofor

0,99646
0,99410
0,99220
0,99020

0,8294
0,8260
0,8226
0,8151

0,7937
0,7919
0,7908
0,7879

0,8527
0,8486
0,8478
0,8458

m
1,4552
1,4529
1,4510
1,4495

2. Tabel viskositas ()
Suhu (T)
30C
35C
40C
45C

(kg/ms)
Air
0,8010
0,7295
0,6580
0,6055

Toluena
0,6595
0,6828
0,6906
0,7615

Aseton
0,5202
0,4142
0,3912
0,3480

alkohol
0,5588
0,4438
0,4199
0,3736

Kloroform
0,6358
0,5882
0,5969
0,5786

3.Tabel grafik hubungan antara log terhadap 1/T


T

1/T

30C
35C
40C
45C

0,0333
0,0286
0,0250
0,0222

Log
Toluena
-0,1808
-0,1657
-0,1608
-0,1183

aseton
-0,2838
-0,3828
-0,4076
-0,4584

alkohol
-0,2527
-0,3528
-0,3769
-0,4276

Grafik hubungan Log terhadap 1/T pada Toluen


0
Grafik hubungan Log terhadap 1/T pada Toluen
-0.05
-0.1

log

f(x) = 0.02x - 0.2


-0.15 hubungan
Linear (Grafik
Log terhadap 1/T pada Toluen )
R = 0.86
-0.2
1/T

Y=0,019x-0,204
=-0,204
Log A=-0,204
A=0,8155
Ambang aliran (E)
m=

E
R

-E= m . R
-E=0,019 . -0,204
E=3,876x10-3

kloroform
-0,1967
-0,2305
-0,2241
-0,2376

Grafik hubungan Log terhadap 1/T pada Aseton


0
Grafik hubungan Log terhadap 1/T pada Aseton
-0.1
-0.2

Log

-0.3

f(x) = - 0.05x - 0.25


Linear (Grafik
-0.4 hubungan
R = 0.93Log terhadap 1/T pada Aseton)
-0.5
1/T

y= -0,054x - 0,246
=-0,246
Log A=-0,246
A=0,7819
Ambang aliran (E)
m=

E
R

-E= m . R
-E=-0,054 . -0,246
E=-0,0133

Grafik hubungan Log terhadap 1/T pada Alkohol


0
Grafik hubungan Log terhadap 1/T pada Alkohol
-0.1
-0.2

Log

-0.3

f(x) = - 0.07x - 0.2


R = 0.97Log terhadap 1/T pada Alkohol)
Linear (Grafik
-0.4 hubungan
-0.5
1/T

y= -0,067x - 0,199
=-0,199

Log A=-0,199
A=0,8195
Ambang aliran (E)
m=

E
R

-E= m . R
-E=-0,067 . -0,199
E=-0,0133

Grafik hubungan Log terhadap 1/T pada Kloroform


0
Grafik hubungan Log terhadap 1/T pada Kloroform
-0.05
-0.1

Log

-0.15
Linear (Grafik
-0.2 hubungan Log terhadap 1/T pada Kloroform)
f(x) = - 0.01x - 0.19
-0.25 R = 0.7
1/T

y= -0,011x - 0,193
=-0,193
Log A=-0,193
A=0,8245
Ambang aliran (E)
m=

E
R

-E= m . R
-E=-0,011 . -0,193
E=-2,123x10-3

4. tabel grafik hubungan antara 1/ dan 1/


T
Toluen

1/
Aseto Alkoh

Klorofor

30C

a
1,2057

n
1,259

ol
1,172

35C

1,2107

9
1,262

40C

1,2157
1,2268

45C

Toluen

1/
Aseto Alkoh

Klorofor

m
0,6872

a
1,5163

n
1,922

ol
1,789

m
1,5728

7
1,178

0,6883

1,4646

3
2,414

6
2,253

1,7001

8
1,264

4
1,179

0,6892

1,4480

3
2,556

3
2,381

1,6753

5
1,269

5
1,182

1,3132

2
2,873

5
2,676

1,7283

0,6899

grafik hubungan antara 1/ dan 1/ Toluena

1/

1.55
1.5
1.45
1.4
1.35
1.3
1.25
1.2

f(x) = - 0.06x + 1.59


R = 0.87
grafik hubungan antara
1/ dan 1/ Toluena
Linear (grafik hubungan
antara 1/ dan 1/
Toluena)

1/

y = -0,062x + 1,592
y=b ; c=m
b=1,592 ; c=-0,062

grafik hubungan antara 1/ dan 1/ aseton


3.5
3
2.5

f(x) = 0.3x + 1.69


R = 0.95

1/

grafik hubungan antara


1/ dan 1/ aseton
Linear (grafik hubungan
antara 1/ dan 1/ aseton)

1.5
1
0.5
0
1.2598999999999994

1.2645

1/

y = 0,299x + 1,692
y=b ; c=m
b=1,692 ; c=0,299

grafik hubungan antara 1/ dan 1/ alkohol


3
2.5
2

f(x) = 0.28x + 1.58


R = 0.95
grafik hubungan antara
1/ dan 1/ alkohol

1.5

1/

Linear (grafik hubungan


antara 1/ dan 1/ alkohol)

1
0.5
0
1.1727000000000001
1/

y = 0,279x + 1,577
y=b ; c=m
b=1,577 ; c=0,279

1.1795

grafik hubungan antara 1/ dan 1/ kloroform

1/

1.75
1.7
1.65
1.6
1.55
1.5
1.45

f(x) = 0.04x + 1.56


R = 0.71
grafik hubungan antara
1/ dan 1/ kloroform
Linear (grafik hubungan
antara 1/ dan 1/
kloroform)

1/

y = 0,044x + 1,558
y=b ; c=m
b=1,558 ; c=0,044
Pembahasan
Viskositas merupakan suatu ukuran yang menentukan kekentalan suatu
cairan. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan dengan
kecepatan aliran cairan,semkin tinggi viskositas maka semakin kental dan
semakin susah mengalir cairan tersebut.
Langkah pertama adalah penimbangan larutan tiap larutan untuk
menentukan massa jenis dengan menggunakan piknometer. Pengukuran
massa jenis digunakan piknometer sebagai media alat ukurnya. Pikno
yang digunakan memiliki volume 25 mL. Pertama pastikan piknometer
dalam keadaan bersih dan kering, karena akan dilakukan proses
penimbangan. Jika terdapat zat pengotor atau piknometer dalam keadaan
basah dapata dipastikan bahwa pengukuran berat piknometer pun kurang
akurat. Stelah pikno ditimbang dalam keadaan kosong, larutan yg akan
diukur massa jenisnya dimasukkan dalam piknometer hingga volumenya
pas. Setelah mendapat data massa dan volume larutannya, kita dapat

menentukan nilai rho/masssa jenis

() fluida dengan persamaan: rho ()

= m/V=(massa pikno+isi) (massa pikno kosong) / volume.


Kemudian prosedur selanjutnya penentuan viskositas menggunakan
viskometer oswald. Viskometer dipasang sedemikian rupa dan pastikan
viskometer terendam oleh air dalam termostat. Larutan yg akan diuji
adalah toluena, aseton, alkohol, dan kloroform. Kemudian larutan
dimasukkan kedalam viskometer lalu set suhu pada termostat dengan
variasi (30,35,40,45C). Ketika penyedotan larutan menuju batas atas,
usahakan tidak ada gelembung yg terbentuk karena akan mengganggu
proses perhitungan waktu yg dibuthkan larutan untuk menuju batas
bawah. Ketika filler dilepas larutan akan mengalir kebawah. Ini disebabkan
oleh gaya gravitasi bumi yg memaksa larutan untuk mengalir kebawah.
Ketika larutan melewati batas stopwatch dinyalakan untuk mengukur
seberapa lama waktu yg dbutuhkan untuk melewati batas bawah.
Kemudian setelah didapat data untuk setiap perhitungan, dilakukan
analisis hasil pengamatan dan juga perhitungan unutk menentukan massa
jenis dan viskositas larutan.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan didapat hasil:
1. Tabel massa jenis ()
Suh
u (T)

(g/mL)
air

toluena

aseton

alkohol

30C 0,99646 0,8294


0,7937
0,8527
35C 0,99410 0,8260
0,7919
0,8486
40C 0,99220 0,8226
0,7908
0,8478
45C 0,99020 0,8151
0,7879
0,8458
Berdasarkan data tabel diatas massa jenis dapat

Klorofor
m
1,4552
1,4529
1,4510
1,4495
dipengaruhi oleh suhu ini

ditandai dengan berkurangnya massajenis seiring meningktanya suhu.


Massajenis yg paling tinggi adalah kloroform bila dibandingkan dengan
larutan lain.
2. Tabel viskositas ()
Suhu (T)
30C
35C
40C

(kg/ms)
air
0,8010
0,7295
0,6580

Toluena
0,6595
0,6828
0,6906

Aseton
0,5202
0,4142
0,3912

Alkohol
0,5588
0,4438
0,4199

Kloroform
0,6358
0,5882
0,5969

45C

0,6055

0,7615

0,3480

0,3736

0,5786

Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah


satunya suhu. viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik
maka viskositas akan turun dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan
karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat
apabila suhu ditingkatkan dan menurunkan kekentalannya. Ini dibuktikan
dengan tabel diatas bahwa kecenderungannya viskositas tiap larutan akan
turun seiring bertambahya suhu. Akan tetapi pada larutan toluena terjadi
kenaikan seiring kenaikan suhu. Kemungkinan yg dapat diprediksi adalah
kesalahan praktikan dalam pengukuran waktu. Konsentrasi larutan,
viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula,
karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang
terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut,
gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi
pula. Berat molekul solute, viskositas berbanding lurus dengan berat
molukel solute, karena dengan adanya solute yang berat akan
menghambat atau memberi beban yang berat pada cairan sehingga
menaikkan viskositasnya. Tekanan, akan bertambah jika nilai dari
viskositas itu bertambah. Semakin tinggi tekanan maka semakin besar
viskositas suatu zat cair.
Kemudian perhitungan E dari grafik yg dihasilkan dari percobaan. Untuk
toluena didapat E=3,876x10-3 , aseton E=-0,0133, alkohol E=-0,0133,
dan kloroform E=-2,123x10-3 .
tabel grafik hubungan antara 1/ dan 1/
T

1/

1/

Tolue

Aset

Alkoh

Klorofo

Toluen

30

na
1,205

on
1,25

ol
1,172

rm
0,6872

99

35

1,210

1,26

1,178

0,6883

28

Aseton

Alkohol

Klorofo

a
1,5163 1,9223

1,7896

rm
1,5728

1,4646 2,4143

2,2533

1,7001

40

1,215

1,26

1,179

45

45

1,226

1,26

1,182

91

0,6892

1,4480 2,5562

2,3815

1,6753

0,6899

1,3132 2,8736

2,6767

1,7283

Berdasarkan grafik yg didapat dari tabel diatas kecenderungan nya turun,


kecuali pada toluena. Ini mungkin disebabkan oleh pengukuranyg kurang
akurat.
Kesimpulan
Berdasrkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. menentukan viskositas dengan metode oswald dibutuhkan ketelitian yg
tinggi.
2. viskositas dipengaruhi oleh suhu, semakin suhu naik maka viskositas
semakin kecil.
Daftar pustaka
Atkins, p.w, 1997, Kimia Fisika. Erlangga, Jakarta.
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia
Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga
Sudiarti, tety. 2015. Penuntun praktikum kimia fisika II. Bandung: UIN
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai