Anda di halaman 1dari 19

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekentalan adalah sifat dari suatu zar cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang
menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (visikositas) dinyatakan dengan suatu
bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair. Suatu zat cair memiliki kemampuan
tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukan kedalammya mendapat gaya tahanan yang
diakibatkan peristiwa gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai
contoh, apabila kita memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut
mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola
kecil tersebut pada saat tertentu akan mengalami sejumlah perlambatan hingga mencapai gerak
lurus beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang dimiliki
zat cair sehingga kecepatan bola berubah. mula-mula akan mengalami percepatan yang
dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat kekentalan cairan maka besar percepatannya akan
semakin berkurang dan akhirnya nol. Kecepatan bola tetap pada saat itu dan disebut kecepatan
terminal. Hambatan-hambatan dinamakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibat viskositas zat
cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastis terhadap kecepatan batu.
Beberapa cairan dapat mengalir lebih mudah dari yang lain. Sifat tersebut merupakan
karakteristik bagi cairan untuk melawan aliran yang dinamakan viskositas. Cairan mempunyai
gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas. Viskositas gas bertambah dengan
naiknya temperatur, sedangkan viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur. Koefisien
viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik
dengan naiknya tekanan.

1.2 Tujuan Praktikum


1.2.1 Mengamati angka kekentalan relatif suatu zat cair dengan cara menggunakan air sebagai
pembanding
1.2.2 Menentukan tenaga pengaktifan zat cair
1.2.3 Membanding angka kental zat cair dengan kedua metode
1.3 Tinjauan Pustaka
1.3.1 MSDS
a. Aseton
Aseton atau propanon (dimetil keton/metal keton/beta-ketopropana) yang memiliki rumus
struktur CH3COCH3 merupakan senyawa keton paling sederhana dan larut dalam berbagai
perbandingan dengan air. Senyawa ini berupa liquid tidak berwarna dan baunya manis dan
rasanya pahit. Aseton merupakan pelarut penting untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan
senyawa kimia lain. Aseton dapat ditemukan alami pada tubuh manusia dalam kandungan kecil.
Aseton memiliki berat molekul 58 g/mol. Titik didih aseton adalah 82,5oC (180,5oF) dan titik
lelehnya adalah -88,5oC (-127,3oF). Aseton memiliki suhu kritis pada 235oC (445oF). Tekanan
uap pada aseton adalah 4,4 kPa (@20oC). Massa jenis uap aseton 2,07 dan pH 1% dalam air.
Aseton mudah larut dalam air dingin, air panas, metanol, oktanol, aseton, larut dalam garam, larut
dalam benzena. Bentuk molekul dari aseton adalah trigonal planar pada C=O, momen dipolnya
sebesar 2,9 Db. Dianjurkan menggunakan masker dan sarubg tangan dalam pemakaiannya karena
baunya yang menyengit dapat mengganggu pernapasan (Anonim, 2014).
b. Alkohol
Alkohol atau dikenal dengan etanol adalah senyawa liquid yang tidak berwarna, berbau
seperti campuran aseton dan etanol, mudah menguap pada suhu rendah serta mudah terbakar
pada suhu tinggi. Alkohol memiliki rumus C2H5OH. Kerapatan alkahol adalah 0,79 g/cm3 pH 1%
dalam air . Titik didih alkohol yaitu pada suhu 78oC (351 K). Alkohol dapat bercampur dengan
air dan pelarut organik. Alkohol mudah larut dalam air, metanol, dietil eter, n-oktanol, aseton,
larutan garam, dan benzena. . Dalam kimia, alkohol adalah istilah yang umum utntuk senyawa
organic apapun yang memiliki gugus hidroksil ( -OH ) yang terikat pada atom karbon, dan gugus
itu sendiri terikat pada atom hydrogen / karbon yang lain (Anonim, 2014).
c. Air
Air (Dihidrogen monoksida/ Oksidan/ Asam Hidroksilik/ Hidrogen hidroksida) merupakan
jenis senyawa liquid yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada keadaan standard.
Air memiliki rumus molekul H2O dan bentuk molekulnya heksagonal. Massa molar senyawa ini
adalah 18 g/mol. Densitas air adalah 1 g/mL. Titik leleh air adalah 0oC (273 K) dan titik didihnya
yaitu 100oC (373 K) (Anonim, 2014).
1.3.2 Dasar Teori
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir, dimana makin tinggi kekentalan maka makin besar hambatannya. Kekentalan
didefenisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu
permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara
permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Viskositas suatu
cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan (Bird, 1993).
Koefisien kekentalan zat cair adalah sifat daya tahan zat cair terhadap aliran cairan.
Koefisien kekentalan zat cair dihitung dengan membandingkan waktu yang digunakan zat cair
tersebut untuk mengalir dan massa jenis (kerapatan) zat cair tersebut dengan nilai koefisien
kekentalan zat cair lain yang telah diketahui. Viskositas pada zat cair maupun gas, dan pada
intinya merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang berisikan fluida pada waktu lapisan-
lapisan tersebut bergerak satu melewati yang lainnya. Pada zat , viskositas terutama disebabkan
oleh gaya kohesi antara molekul. Pada viskositas muncul dari tumbukan oleh molekul (Sukardjo,
2004).
Hukum hess merupakan dasar viskometer bola jatuh. Viskometer ini terdiri dari gelas
silinder dengan cairan yang akan diteliti dan dimasukan dalam termosfat. Faktor- faktor yang
mempengaruhi viskositas antara lain :
1. Ukuran molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan
minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas
juga tinggi. Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
2. Gaya tarik intra molekul
Viskositas air naik dengan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada
trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.
3. Suhu
Semakin tinngi suhu maka semakin rendah nilai viskositasnya. Hal ini disebabkan gaya-gaya
kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya
temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Oleh
karena itu semakin tinggi suhu maka cairan semakin encer, karena kerapatan komponen
penyusun zat cair semakin renggang. Suatu viskositas akan menjadi lebih tinggi jika suhu
mengalami penurunan karena pada saat suhu dinaikkan maka partikel-partikel penyusun zat
tersebut bergerak secara acak sehingga kekentalan akan mengalami penurunan, dan jika suhu
mengalami penurunan akan terjadi kenaikan viskositas karena partikel-partikel penyusun
senyawa tersebut tidak mengalami gerakan sehingga gaya gesek yang bekerja juga semakin
besar.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan. Salah satu faktor
kekentalan (viskositas) suatu cairan adalah suhu. Menurut teori lubang, terdapat kekosongan
dalam suatu cairan, dan molekul bergerak secara continue kedalam kekosongan ini. Sehingga
kekosongan akan bergerak keliling. Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi
karena ada energi yang harus dimiliki suatu molekul agar dapat bergerak kedalam kekosongan
itu. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang tinggi, dan dengan demikian
cairan lebih mudah mengalir pada suhu yang tinggi. Selain itu kerapatan zat cair semakin
renggang dengan bertambahnya suhu, sehingga tingkat kekentalannya berkurang.
5. Waktu
Semakin besar nilai kekentalan suatu zat cair waktu yang dipakai untuk mengalir semakin
lama artinya semakin rendah suhu suatu zat cair maka waktu yang dibutuhkan untuk mengalir
semakin lama, begitu pula sebaliknya.
(Atkins, 2006).
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk
silinder, cara ini dapat digunakan untuk cairan maupun gas. Harga kekentalan mutlak sukar untuk
ditentukan, dalam prakteknya yang dicari adalah kekentalan relatifnya yaitu perbandinganantara
kekentalan zat itu dengan kekentalan zat cair lainnya (biasanya sebagai pembanding digunakan
air) (Sukardjo, 2004).
Penetapan ini dapat dilakukan dengan viskosimeter oswald. Sejumlah zat cair dimasukan
dalam viskometer yang dilakukan dalam termostat. Cairan ini dihisap dengan pompa kedalam
bola B, hingga permukaan cairan dibawah a. Cairan dibiarkan mengalir kebawah dan waktu yang
diperlukan untuk mengalir dari a ke b dicatat dengan stopwatch. Percobaan diulangi dengan
cairan pembanding setelah dibersihkan. Dengan ini dapat ditentukan t1 dan t2. Pada Ostwald yang
diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa
kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri, jadi waktu yang dibutuhkan
oleh cairan untuk melalui batas a dan b dapat diukur menggunakan stopwatch
(Respati,1981).
Viskositas dapat juga ditentukan dengan cara hoppler, berdasarkan hukum stokes. Hukum
Stokes berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair. Benda bulat (bola) dengan jari-jari
(r) dan massa jenis (i) yang jatuh karena gaya grafitasi melalui fluida dengan massa jenis ()
fluida akan mempunyai gaya grafitasi sebesar:
6rv = (3/4) r3 (-i)g
(Bird, 1993).
Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besar. Tetapi dalam
medium ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda bertambah besar. Sistem yang
mencapai kesetimbangan (Vmaks), besarnya kecepatan benda jatuh tetap. Persamaan Navier-
Stokes adalah serangkaian persamaan yang menjelaskan pergerakan dari suatu fluida seperti
cairan dan gas. Persamaan-persamaan ini menyatakan bahwa perubahan dalam momentum
(percepatan) partikel-partikel fluida bergantung hanya kepada gaya viskos internal (mirip dengan
gaya friksi) dan gaya viskos tekanan eksternal yang bekerja pada fluida. Oleh karena itu,
persamaan Navier-Stokes menjelaskan kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja pada fluida
(Sukardjo, 2004).
Sebagai sifat sistem, pengaruh temperatur terhadap viskositas dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut :
ln = ln a + E/RT
dengan E adalah tenaga pengaktifan aliran yang harganya dapat ditentukan dengan membuat
grafik ln terhadap 1/T. Viskositas ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi akan
jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya) dengan kecepatan yang
semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan tercapai bila
gravitasi sama dengan frictional resistance medium (Atkins, 2006).
Pengaruh dari kekentalan terhadap energi pengaktifan suatu aliran adalah semakin tinggi
tingkat kekentalan suatu zat cair maka energi pengaktifan akan semakin kecil sehingga akan
memperlambat aliran dari zat tersebut, tetapi jika semakin rendah kekentalan suatu zat cair maka
energi pengaktifannya semakin besar dan akan mempercepat aliran (Sukardjo, 2004).
BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
- Viskometer Ostwald
- Piknometer bertermometer 1
- Ball pipet
- Pipet tetes
- Neraca analitik
- Beaker glass
- Pembakar spirtus
- Corong Gelas
- Stopwatch
2.1.2 Bahan
- Air
- Aseton
- Alkohol
- Zat X
- Korek Api

2.2 Skema Kerja


2.2.1 Cara Ostwald

Air

- ditentukan kerapatannya dengan piknometer


- diisi kedalam piknometer dengan volume lebih tinggi dari tanda paling atas
(saat itu stopwatch dihidupkan), demikian pula setelah tanda paling bawah
(stopwatch dimatikan) sehingga waktu alir dapat ditentukan
- diulangi 3 kali untuk zat lain yaitu alkohol, aseton dan zat X
Hasil
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
a. Piknometer

Alat Massa 1 Massa 2 Massa 3 Massa Rata-


(g) (g) (g) rata (g)
Piknometer + tutup +
26,3 26,3 26,3 26,3
termometer

Suhu Massa 1 Massa 2 Massa 3 Massa Rata-rata


Bahan
(oC) (g) (g) (g) (g)
Air + Piknometer 30,05 35,4 35,4 35,4 35,4
27 33,4 33,4 33,4 33,4
Alkohol + Piknometer 33 33,4 33,4 33,4 33,4
38 33,3 33,3 33,3 33,3
27 34,0 34,0 34,0 34,0
Aseton + Piknometer 33 33,9 33,9 33,9 33,9
38 33,4 33,4 33,4 33,4
27 35,2 35,2 35,2 35,2
Zat X + Piknometer 33 35,2 35,2 35,2 35,2
38 35,2 35,2 35,2 35,2

b. Viskometer
Suhu Waktu 1 Waktu 2 Waktu Rata-rata
Bahan
(oC) (s) (s) (s)
Air 30,05 25,1 25,3 25,2
27 34,2 34,2 34,2
Alkohol 33 41,5 41,3 41,4
38 40,4 40,6 40,5
27 14,3 14,1 14,2
Aseton 33 14,4 14,7 14,5
38 14,0 13,8 13,9
27 32,1 32,7 32,4
Zat X 33 31,7 31,6 31,6
38 30,0 29,9 29,9

Suhu (T) Massa Jenis () Harga Energi Pengaktifan Zat


Bahan
(oC) (g/mL) Kekentalan () Cair (E) (kJ/mol K)
27 0,71 0,90
Alkohol 33 0,71 1,09 11,8
38 0,70 1,05
27 0,77 0,40
Aseton 33 0,76 0,41 7,13
38 0,71 0,38
27 0,89 1,06
Zat X 33 0,89 1,04 5,34
38 0,89 0,99

3.2 Pembahasan
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir, dimana makin tinggi kekentalan maka makin besar hambatannya. Kekentalan
didefenisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu
permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara
permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya.
Pada percobaan ini pertama-tama dilakukan pengukuran massa jenismasing-masing zat yaitu
aquades, alkohol, aseton dan zat X dengan suhu 27oC, 33oC, dan 60oC. Percobaan ini dilakukan
dengan menimbang massa piknometer kosong. Selanjutnya pengisian bahan percobaan kedalam
piknometer. Saat pengisian ke dalam piknometer tidak boleh terdapat gelembung karena akan
mempengaruhi hasil penimbangan. Piknometer diisi hingga batas kemudian ditimbang massanya
sebanyak 3 kali pada masing-masing suhu yang telah ditentukan. Massa yang diperoleh
digunakan untuk mencari massa jenis zat cair pada masing-masing suhu. Dari hasil diketahui
bahwa suhu berbanding terbalik dengan massa jenis zat. Semakin tinggi suhu maka semakin kecil
massa jenis zat-nya. Hal ini disebabkan karena ketika suhu mengingkat, molekul pada zat cair
akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam zat cair
akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil. Namun dilihat pada kasuszat X dan pada
bahan alkohol pada suhu 27 dan 33oC, massa jenisnya memperoleh hasil yang sama. Hal ini
dikarenakan adanya Humas error pada saat penimbangan. Zat ditimbang dalam keadaan suhunya
turun bahkan dapat pula ditimbang pada suhu yang sama sehingga massa yang diperoleh juga
sama. Volume yang digunakan untuk pengukuran massa jenis adalh volume total piknometer
yaitu 10 mL.
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk
silinder, cara ini dapat digunakan untuk cairan maupun gas. Harga kekentalan mutlak sukar untuk
ditentukan, dalam prakteknya yang dicari adalah kekentalan relatifnya yaitu perbanding antara
kekentalan zat itu dengan kekentalan zat cair lainnya (biasanya sebagai pembanding digunakan
air).
Salah satu cara untuk menentukan harga kekentalan ialah menggunakan metode Ostwald
dimana prinsip kerjanya berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu untuk
mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Alat
yang digunakan untuk mengukur viskositas disebut viskometer. Pada metode Ostwald ini jika air
dipakai sebagai pembanding, mula-mula air dimasukkan melaui tabung A kemudian dihisap agar
masuk ke tabung B tepat sampai batas a kemudian dilepaskan dan siapkan stopwatch sebagai
pengukur waktu.
Percobaan selanjutnya penentuan harga kekentalan zat cair dengan menggunakan
viskometer. Percobaan viskositas cairan ini bertujuan untuk mengetahui kekentalan zat cair
dengan metode ostwalt dan untuk menyelidiki pengaruh suhu terhadap kekentalan zat cair.
Prinsipnya adalah membandingkan viskositas fluida dengan cairan pembanding, disini yang
bertindak sebagai cairan pembanding adalah akuades. Alasan digunakan akuades karena
viskositas akuades sudah ada standar satuannya.
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan bahan ke dalam viskometer dengan
mengusahakan agar tidak ada gelembung dalam viskometer kemudian diukur waktu yang
digunakan untuk turunnya permukaan air setelah ball pipet dilepas. Hal ini bertujuan agar aliran
laminar tidak terganggu oleh adanya gelembung yang akan mengakibatkan waktu yang diperoleh
tidak sesuai dengan waktu yang seharusnya.
Gaya yang menyebabkan zat alir tersebut mengalir adalah adanya gaya gesek antar lapisan
material, sehingga viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir.
semakin kental suatu cairan, maka semakin besar kekuatan yang diperlukan supaya cairan
tersebut dapat mengalir dengan laju tertentu. Gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan
akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Sehingga ketika pada suhu tinggi zat
alir tersebut mengalir lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah.
Koefisien kekentalan zat cair adalah sifat daya tahan zat cair terhadap aliran cairan.
Koefisien kekentalan zat cair dihitung dengan membandingkan waktu yang digunakan zat cair
tersebut untuk mengalir dan massa jenis (kerapatan) zat cair tersebut dengan nilai koefisien
kekentalan zat cair lain yang telah diketahui. Harga kekentalan juga berbanding terbalik dengan
suhu. Semakin tinggi suhunya maka semakin kecil nilai kekentalannya sehingga gaya gesek antar
materialnya semakin kecil, semakin kecil gaya material maka semakin cepat waktu yang
dibutuhkan suatu zat alir untuk mengalir. Namun karena adanya Human error, beberapa data
yang diperoleh salah karena justru nilainya sebanding dengan suhu.
Adapula fakor-faktor yang mempengaruhi harga viskositas suatu zat cair yaitu sebagai
berikut:
1. Suhu
Semakin tinggi suhu maka semakin rendah nilai viskositasnya. Hal ini disebabkan gaya-gaya
kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya
temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Oleh
karena itu semakin tinggi suhu maka cairan semakin encer, karena kerapatan komponen
penyusun zat cair semakin renggang. Suatu viskositas akan menjadi lebih tinggi jika suhu
mengalami penurunan karena pada saat suhu di naikkan maka partikel-partikel penyusun zat
tersebut bergerak secara acak sehingga kekentalan akan mengalami penurunan, dan jika suhu
mengalami penurunan akan terjadi kenaikan viskositas karena partikel-partikel penyusun
senyawa tersebut tidak mengalami gerakan sehingga gaya gesek yang bekerja juga semakin
besar.
2. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan. Salah satu faktor
kekentalan (viskositas) suatu cairan adalah suhu. Menurut teori lubang, terdapat kekosongan
dalam suatu cairan, dan molekul bergerak secara continue kedalam kekosongan ini. Sehingga
kekosongan akan bergerak keliling. Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi
karena ada energi yang harus dimilikii suatu molekul agar dapat bergerak kedalam kekosongan
itu. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang tinggi, dan dengan demikian
cairan lebih mudah mengalir pada suhu yang tinggi. Selain itu kerapatan zat cair semakin
renggang dengan bertambahnya suhu, sehingga tingkat kekentalannya berkurang.
Energi pengaktifan merupakan sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Svante Arrhenius,
yang didefinisikan sebagai energi yang harus dilampaui agar reaksi kimia dapat terjadi. Energi
aktivasi bisa juga diartikan sebagai energi minimum yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu
dapat terjadi. Energi aktivasi sebuah reaksi biasanya dilambangkan sebagai Ea, dengan satuan
kilo joule per mol.
Pengaruh dari kekentalan terhadap energi pengaktifan suatu aliran adalah semakin tinggi
tingkat kekentalan suatu zat cair maka energi pengaktifan akan semakin kecil sehingga akan
memperlambat aliran dari zat tersebut, tetapi jika semakin rendah kekentalan suatu zat cair maka
energi pengaktifannya semakin besar dan akan mempercepat aliran. Dari persamaan garis yang
diperoleh dari grafik dapat diketahui energi pengaktifan untuk ketiga zat adalah 11,7 kJ/mol
(alkohol) ; 3,01 kJ/mol (aseton) ; 4,69 kJ/mol (zat X). Hal ini menunjukkan alkohol yang
mempunyai energi pengaktifan lebih besar dibanding kedua zat lainnya. Namun didapatkan hasil
energi pengaktifan pada alkohol yang berbeda jauh dari zat alir lainnya. Hal itu disebabkan oleh
kesalahan pada praktikan ketika melakukan pengamatan ataupun perhitungannya. Sehingga
didapatkan hasil yang kurang sesuai.

Tenaga Pengaktifan Alkohol


0.1

0.05

0
ln

0.0032 0.00322 0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334


Series1
-0.05 Linear (Series1)
y = -1412.8x + 4.6186
R = 0.7451
-0.1

-0.15
1/T (K)
Tenaga Pengaktifan Aseton
-0.88
0.0032 0.00322 0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334
-0.89

-0.9

-0.91

-0.92
ln

-0.93 y = 362.39x - 2.1105 Series1


R = 0.2921
-0.94 Linear (Series1)

-0.95

-0.96

-0.97

-0.98
1/T (K)

Tenaga Pengaktifan Zat X


0.07
y = 564.22x - 1.8131
0.06 R = 0.8897

0.05

0.04

0.03
ln

Series1
0.02
Linear (Series1)
0.01

0
0.0032 0.00322 0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334
-0.01

-0.02
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kekentalan adalah sifat dari suatu zar cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Koefisien kekentalan zat cair
dihitung dengan membandingkan waktu yang digunakan zat cair tersebut untuk mengalir dan
massa jenis (kerapatan) zat cair tersebut dengan nilai koefisien kekentalan zat cair lain yang telah
diketahui. Massa jenis yang diperoleh dari hasil percobaan adalah untuk air adalah 0,91 g/mL;
untuk alkohol pada suhu 27 dan 33oC adalah 0,71 g/mL, pada suhu 38oC adalah 0,70 g/mL; untuk
aseton pada suhu 27oC adalah 0,77 g/mL, pada suhu 33oC adalah 0,76 g/mL, pada suhu 38oC
adalah 0,71 g/mL; untuk zat X pada suhu 27, 33, dan 38oC nilainya sama yaitu 0,89 g/mL. Harga
kekentalan zat cair untuk alkohol pada suhu 27oC adalah 1,06, pada suhu 33oC adalah 1,28, pada
suhu 38oC adalah 1,24; untuk aseton pada suhu 27 dan 33oC adalah 0,48, pada suhu 38oC adalah
0,43; untuk zat X pada suhu 27oC adalah 1,26, pada suhu 33oC adalah 1,23, pada suhu 38oC
adalah 1,16. Energi pengaktifan zat cair untuk alkohol adalah 11,7 kJ/mol K, untuk aseton adalah
3,01 kJ/mol K, untuk zat X adalah 4,69 kJ/mol K.
4.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya agar praktikan lebih cermat dalam melakukan
percobaan agar tidak terjadi penyimpangan data yang terlalu jauh.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Acetone.


http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 [diakses pada tanggal 05 April
2014].

Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Alcohol.


https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923955 [diakses pada tanggal 05 April
2014].

Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Water.


http://www.sciencestuff.com/msds/C1498.html [diakses pada tanggal 05 April 2014].

Atkins, P.W. 2006. Physical Chemistry. Oxford : Oxford University Press.

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sukardjo, Prof. 2004. Kimia Fisika. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Respati. H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.


LAMPIRAN PERHITUNGAN

Massa Jenis ()
1. Air
a. Massa pikno kosong + tutup + termometer = 26,3 g
b. Massa Pikno + air = 35,4 g
c. Massa air = 35,4 26,3 g = 9,1 g
9,1
air = = 10 = 0,91 g/mL

2. Alkohol
27oC

a. Massa pikno kosong + tutup + termometer = 26,3 g


b. Massa Pikno + alkohol = 33,4 g
c. Massa Alkohol = 33,4 26,3 g = 7,1 g
7,1
alkohol = = 10 = 0,71 g/mL

33oC

a. Massa pikno kosong + tutup + termometer = 26,3 g


b. Massa Pikno + alkohol = 33,4 g
c. Massa Alkohol = 33,4 26,3 g = 7,1 g
7,1
alkohol = = 10 = 0,71 g/mL

38oC

a. Massa pikno kosong + tutup + termometer = 26,3 g


b. Massa Pikno + alkohol = 33,3 g
c. Massa Alkohol = 33,3 26,3 g = 7,0 g
7,0
alkohol = = 10 = 0,70 g/mL

3. Aseton
27oC

a. Massa pikno kosong + tutup + termometer = 26,3 g


b. Massa Pikno + aseton = 34,0 g
c. Massa Aseton = 34,0 26,3 g = 7,7 g
7,7
aseton = = 10 = 0,77 g/mL

33oC

a. Massa pikno kosong + tutup + termometer = 26,3 g


b. Massa Pikno + aseton = 33,9 g
c. Massa Aseton = 33,9 26,3 g = 7,6 g
7,6
aseton = = 10 = 0,76 g/mL

38oC

a. Massa pikno kosong + tutup + termometer = 26,3 g


b. Massa Pikno + aseton = 33,4 g
c. Massa Aseton = 33,4 26,3 g = 7,1 g
7,1
aseton = = 10 = 0,71 g/mL

d. Zat X
27oC

a. Massa pikno kosong + tutup + termometer = 26,3 g


b. Massa Pikno + Zat X = 35,2 g
c. Massa Zat X = 35,2 26,3 g = 8,9 g
8,9
zat X = = 10 = 0,89 g/mL

33oC

a. Massa pikno kosong + tutup + termometer = 26,3 g


b. Massa Pikno + Zat X = 35,2 g
c. Massa Zat X = 35,2 26,3 g = 8,9 g
8,9
zat X = = 10 = 0,89 g/mL

38oC

a. Massa pikno kosong + tutup + termometer = 26,3 g


b. Massa Pikno + Zat X = 35,2 g
c. Massa Zat X = 35,2 26,3 g = 8,9 g
8,9
zat X = = 10 = 0,89 g/mL

Harga Kekentalan ()
1. Alkohol
27oC
34,2 0,71/
alkohol = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 0.90

33oC
41,4 0,71/
alkohol = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 1,09

38oC
40,5 0,70/
alkohol = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 1,05

2. Aseton
27oC
14,2 0,77/
aseton = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 0,40

33oC
14,5 0,76/
aseton = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 0,41

38oC
13,9 0,71/
aseton = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 0,38

3. Zat X
27oC
32,4 0,89/
Zat X = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 1,06

33oC
31,6 0,89/
Zat X = = = x 0,85 = 1,04
25,2 0,91/

38oC
29,9 0,89/
Zat X = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 0,99

Tenaga Pengaktifan Zat Cair
1. Alkohol

Tenaga Pengaktifan Alkohol


0.1

0.05

0
ln

0.0032 0.00322 0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334 Series1


-0.05
Linear (Series1)
y = -1412.8x + 4.6186
-0.1 R = 0.7451

-0.15

1/T (K)
y = mx + c
y = -1412x + 4,618

m=

E = mR
E = -1412 x 8,314 J/mol K
E = 11739,4 J/mol K = 11,7 kJ/mol K
2. Aseton

Tenaga Pengaktifan Aseton


-0.88
-0.890.0032 0.00322 0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334
-0.9
-0.91
-0.92
ln

-0.93 y = 362.39x - 2.1105 Series1


-0.94 R = 0.2921
Linear (Series1)
-0.95
-0.96
-0.97
-0.98
1/T (K)
y = mx + c
y = 362,3x 2,110

m=

E = mR
E = 362,3 x 8,314 J/mol K
E = 3012,2 J/mol K = 3,01 kJ/mol K
3. Zat X

Tenaga Pengaktifan Zat X


0.07
y = 564.22x - 1.8131
0.06 R = 0.8897

0.05

0.04

0.03
ln

Series1
0.02
Linear (Series1)
0.01

0
0.0032 0.00322 0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334
-0.01

-0.02
1/T (K)
y = mx + c
y = 564,2 1,813

m=

E = mR
E = 564,2 x 8,314 J/mol K
E = 4690,76 J/mol K = 4,69 kJ/mol K

Anda mungkin juga menyukai