PENDAHULUAN
Air
3.1 Hasil
a. Piknometer
b. Viskometer
Suhu Waktu 1 Waktu 2 Waktu Rata-rata
Bahan
(oC) (s) (s) (s)
Air 30,05 25,1 25,3 25,2
27 34,2 34,2 34,2
Alkohol 33 41,5 41,3 41,4
38 40,4 40,6 40,5
27 14,3 14,1 14,2
Aseton 33 14,4 14,7 14,5
38 14,0 13,8 13,9
27 32,1 32,7 32,4
Zat X 33 31,7 31,6 31,6
38 30,0 29,9 29,9
3.2 Pembahasan
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir, dimana makin tinggi kekentalan maka makin besar hambatannya. Kekentalan
didefenisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu
permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara
permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya.
Pada percobaan ini pertama-tama dilakukan pengukuran massa jenismasing-masing zat yaitu
aquades, alkohol, aseton dan zat X dengan suhu 27oC, 33oC, dan 60oC. Percobaan ini dilakukan
dengan menimbang massa piknometer kosong. Selanjutnya pengisian bahan percobaan kedalam
piknometer. Saat pengisian ke dalam piknometer tidak boleh terdapat gelembung karena akan
mempengaruhi hasil penimbangan. Piknometer diisi hingga batas kemudian ditimbang massanya
sebanyak 3 kali pada masing-masing suhu yang telah ditentukan. Massa yang diperoleh
digunakan untuk mencari massa jenis zat cair pada masing-masing suhu. Dari hasil diketahui
bahwa suhu berbanding terbalik dengan massa jenis zat. Semakin tinggi suhu maka semakin kecil
massa jenis zat-nya. Hal ini disebabkan karena ketika suhu mengingkat, molekul pada zat cair
akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam zat cair
akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil. Namun dilihat pada kasuszat X dan pada
bahan alkohol pada suhu 27 dan 33oC, massa jenisnya memperoleh hasil yang sama. Hal ini
dikarenakan adanya Humas error pada saat penimbangan. Zat ditimbang dalam keadaan suhunya
turun bahkan dapat pula ditimbang pada suhu yang sama sehingga massa yang diperoleh juga
sama. Volume yang digunakan untuk pengukuran massa jenis adalh volume total piknometer
yaitu 10 mL.
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk
silinder, cara ini dapat digunakan untuk cairan maupun gas. Harga kekentalan mutlak sukar untuk
ditentukan, dalam prakteknya yang dicari adalah kekentalan relatifnya yaitu perbanding antara
kekentalan zat itu dengan kekentalan zat cair lainnya (biasanya sebagai pembanding digunakan
air).
Salah satu cara untuk menentukan harga kekentalan ialah menggunakan metode Ostwald
dimana prinsip kerjanya berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu untuk
mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Alat
yang digunakan untuk mengukur viskositas disebut viskometer. Pada metode Ostwald ini jika air
dipakai sebagai pembanding, mula-mula air dimasukkan melaui tabung A kemudian dihisap agar
masuk ke tabung B tepat sampai batas a kemudian dilepaskan dan siapkan stopwatch sebagai
pengukur waktu.
Percobaan selanjutnya penentuan harga kekentalan zat cair dengan menggunakan
viskometer. Percobaan viskositas cairan ini bertujuan untuk mengetahui kekentalan zat cair
dengan metode ostwalt dan untuk menyelidiki pengaruh suhu terhadap kekentalan zat cair.
Prinsipnya adalah membandingkan viskositas fluida dengan cairan pembanding, disini yang
bertindak sebagai cairan pembanding adalah akuades. Alasan digunakan akuades karena
viskositas akuades sudah ada standar satuannya.
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan bahan ke dalam viskometer dengan
mengusahakan agar tidak ada gelembung dalam viskometer kemudian diukur waktu yang
digunakan untuk turunnya permukaan air setelah ball pipet dilepas. Hal ini bertujuan agar aliran
laminar tidak terganggu oleh adanya gelembung yang akan mengakibatkan waktu yang diperoleh
tidak sesuai dengan waktu yang seharusnya.
Gaya yang menyebabkan zat alir tersebut mengalir adalah adanya gaya gesek antar lapisan
material, sehingga viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir.
semakin kental suatu cairan, maka semakin besar kekuatan yang diperlukan supaya cairan
tersebut dapat mengalir dengan laju tertentu. Gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan
akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Sehingga ketika pada suhu tinggi zat
alir tersebut mengalir lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah.
Koefisien kekentalan zat cair adalah sifat daya tahan zat cair terhadap aliran cairan.
Koefisien kekentalan zat cair dihitung dengan membandingkan waktu yang digunakan zat cair
tersebut untuk mengalir dan massa jenis (kerapatan) zat cair tersebut dengan nilai koefisien
kekentalan zat cair lain yang telah diketahui. Harga kekentalan juga berbanding terbalik dengan
suhu. Semakin tinggi suhunya maka semakin kecil nilai kekentalannya sehingga gaya gesek antar
materialnya semakin kecil, semakin kecil gaya material maka semakin cepat waktu yang
dibutuhkan suatu zat alir untuk mengalir. Namun karena adanya Human error, beberapa data
yang diperoleh salah karena justru nilainya sebanding dengan suhu.
Adapula fakor-faktor yang mempengaruhi harga viskositas suatu zat cair yaitu sebagai
berikut:
1. Suhu
Semakin tinggi suhu maka semakin rendah nilai viskositasnya. Hal ini disebabkan gaya-gaya
kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya
temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Oleh
karena itu semakin tinggi suhu maka cairan semakin encer, karena kerapatan komponen
penyusun zat cair semakin renggang. Suatu viskositas akan menjadi lebih tinggi jika suhu
mengalami penurunan karena pada saat suhu di naikkan maka partikel-partikel penyusun zat
tersebut bergerak secara acak sehingga kekentalan akan mengalami penurunan, dan jika suhu
mengalami penurunan akan terjadi kenaikan viskositas karena partikel-partikel penyusun
senyawa tersebut tidak mengalami gerakan sehingga gaya gesek yang bekerja juga semakin
besar.
2. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan. Salah satu faktor
kekentalan (viskositas) suatu cairan adalah suhu. Menurut teori lubang, terdapat kekosongan
dalam suatu cairan, dan molekul bergerak secara continue kedalam kekosongan ini. Sehingga
kekosongan akan bergerak keliling. Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi
karena ada energi yang harus dimilikii suatu molekul agar dapat bergerak kedalam kekosongan
itu. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang tinggi, dan dengan demikian
cairan lebih mudah mengalir pada suhu yang tinggi. Selain itu kerapatan zat cair semakin
renggang dengan bertambahnya suhu, sehingga tingkat kekentalannya berkurang.
Energi pengaktifan merupakan sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Svante Arrhenius,
yang didefinisikan sebagai energi yang harus dilampaui agar reaksi kimia dapat terjadi. Energi
aktivasi bisa juga diartikan sebagai energi minimum yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu
dapat terjadi. Energi aktivasi sebuah reaksi biasanya dilambangkan sebagai Ea, dengan satuan
kilo joule per mol.
Pengaruh dari kekentalan terhadap energi pengaktifan suatu aliran adalah semakin tinggi
tingkat kekentalan suatu zat cair maka energi pengaktifan akan semakin kecil sehingga akan
memperlambat aliran dari zat tersebut, tetapi jika semakin rendah kekentalan suatu zat cair maka
energi pengaktifannya semakin besar dan akan mempercepat aliran. Dari persamaan garis yang
diperoleh dari grafik dapat diketahui energi pengaktifan untuk ketiga zat adalah 11,7 kJ/mol
(alkohol) ; 3,01 kJ/mol (aseton) ; 4,69 kJ/mol (zat X). Hal ini menunjukkan alkohol yang
mempunyai energi pengaktifan lebih besar dibanding kedua zat lainnya. Namun didapatkan hasil
energi pengaktifan pada alkohol yang berbeda jauh dari zat alir lainnya. Hal itu disebabkan oleh
kesalahan pada praktikan ketika melakukan pengamatan ataupun perhitungannya. Sehingga
didapatkan hasil yang kurang sesuai.
0.05
0
ln
-0.15
1/T (K)
Tenaga Pengaktifan Aseton
-0.88
0.0032 0.00322 0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334
-0.89
-0.9
-0.91
-0.92
ln
-0.95
-0.96
-0.97
-0.98
1/T (K)
0.05
0.04
0.03
ln
Series1
0.02
Linear (Series1)
0.01
0
0.0032 0.00322 0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334
-0.01
-0.02
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kekentalan adalah sifat dari suatu zar cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Koefisien kekentalan zat cair
dihitung dengan membandingkan waktu yang digunakan zat cair tersebut untuk mengalir dan
massa jenis (kerapatan) zat cair tersebut dengan nilai koefisien kekentalan zat cair lain yang telah
diketahui. Massa jenis yang diperoleh dari hasil percobaan adalah untuk air adalah 0,91 g/mL;
untuk alkohol pada suhu 27 dan 33oC adalah 0,71 g/mL, pada suhu 38oC adalah 0,70 g/mL; untuk
aseton pada suhu 27oC adalah 0,77 g/mL, pada suhu 33oC adalah 0,76 g/mL, pada suhu 38oC
adalah 0,71 g/mL; untuk zat X pada suhu 27, 33, dan 38oC nilainya sama yaitu 0,89 g/mL. Harga
kekentalan zat cair untuk alkohol pada suhu 27oC adalah 1,06, pada suhu 33oC adalah 1,28, pada
suhu 38oC adalah 1,24; untuk aseton pada suhu 27 dan 33oC adalah 0,48, pada suhu 38oC adalah
0,43; untuk zat X pada suhu 27oC adalah 1,26, pada suhu 33oC adalah 1,23, pada suhu 38oC
adalah 1,16. Energi pengaktifan zat cair untuk alkohol adalah 11,7 kJ/mol K, untuk aseton adalah
3,01 kJ/mol K, untuk zat X adalah 4,69 kJ/mol K.
4.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya agar praktikan lebih cermat dalam melakukan
percobaan agar tidak terjadi penyimpangan data yang terlalu jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Massa Jenis ()
1. Air
a. Massa pikno kosong + tutup + termometer = 26,3 g
b. Massa Pikno + air = 35,4 g
c. Massa air = 35,4 26,3 g = 9,1 g
9,1
air = = 10 = 0,91 g/mL
2. Alkohol
27oC
33oC
38oC
3. Aseton
27oC
33oC
38oC
d. Zat X
27oC
33oC
38oC
33oC
41,4 0,71/
alkohol = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 1,09
38oC
40,5 0,70/
alkohol = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 1,05
2. Aseton
27oC
14,2 0,77/
aseton = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 0,40
33oC
14,5 0,76/
aseton = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 0,41
38oC
13,9 0,71/
aseton = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 0,38
3. Zat X
27oC
32,4 0,89/
Zat X = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 1,06
33oC
31,6 0,89/
Zat X = = = x 0,85 = 1,04
25,2 0,91/
38oC
29,9 0,89/
Zat X = = = 25,2 0,91/ x 0,85 = 0,99
Tenaga Pengaktifan Zat Cair
1. Alkohol
0.05
0
ln
-0.15
1/T (K)
y = mx + c
y = -1412x + 4,618
m=
E = mR
E = -1412 x 8,314 J/mol K
E = 11739,4 J/mol K = 11,7 kJ/mol K
2. Aseton
E = mR
E = 362,3 x 8,314 J/mol K
E = 3012,2 J/mol K = 3,01 kJ/mol K
3. Zat X
0.05
0.04
0.03
ln
Series1
0.02
Linear (Series1)
0.01
0
0.0032 0.00322 0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334
-0.01
-0.02
1/T (K)
y = mx + c
y = 564,2 1,813
m=
E = mR
E = 564,2 x 8,314 J/mol K
E = 4690,76 J/mol K = 4,69 kJ/mol K