Efek CGM
Efek CGM
Oleh :
Nama : Sadar Prihandana
NPM : 1006748873
I.
Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan keadaan dimana berkurangnya sekresi
insulin oleh sel-sel beta Langerhans, sehingga kadar glukosa darah meningkat
(Guyton & Hall, 2001). Di Indonesia, penderita DM semakin tahun semakin
meningkat. Secara epidemiologi diperkirakan bahwa prevalensi penderita DM
tahun 2030 di Indonesia mencapai 21,3 juta orang, dan hasil dari Riskesdas
tahun 2007 menunjukkan bahwa penyebab kematian akibat DM di daerah
perkotaan menduduki peringkat ke-2 (14,7%) dan di pedesaan menduduki
peringkat ke-6 (5,8%) (Depkes RI, 2009).
Penderita DM banyak yang berada di usia produktif, hal tersebut berarti
membutuhkan manajemen pengendalian diabetes seumur hidup, dan salah
satunya adalah mengontrol kadar glukosa darah. Tidak mungkin bila pasien
setiap minggu datang ke layanan kesehatan untuk mengecek kadar glukosa
darah, sehingga tanggung jawab penderita terhadap dirinya pun semakin berat
untuk dapat mengecek kadar glukosa darah secara mandiri (Meetoo, 2011)
Alat yang sekarang tersedia untuk melakukan monitor kadar glukosa darah pun
sederhana dan dapat dilakukan oleh orang biasa, dengan menusukkan jarum ke
jari dan kemudian diperiksa, paling sedikit satu hari 2 kali. Sekarang ini
terdapat alat yang mampu mengukur kadar glukosa pasien secara terus menerus
dan hanya satu kali ditusukkan di bawah kulit, lebih sedikit nyeri dibandingkan
alat sebelumnya.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang alat monitor kadar
glukosa darah secara kontinu, keuntungan penggunaan serta mendiskusikan
peran perawat dalam melakukan edukasi kepada pasien terkait penggunaan dan
hasil dari alat tersebut.
Gambar I
CGM dengan sensor di subkutan perut
Gambar 2
CGM dengan sensor dan monitor
Cara kerja CGM adalah pertama CGM mempunyai sadapan kecil yang disebut
sensor dan sensor tersebut dimasukkan tepat di bawah kulit perut.
Pemasangan sensor tersebut cepat dan tidak menimbulkan nyeri. Kemudian
dipasang plester untuk menahan sensor tersebut. Sensor akan mengukur kadar
glukosa jaringan setiap 10 detik dan akan mengirimkan data tersebut melalui
wirelles ke alat penerima mirip telepon seluler yang disebut monitor.
Monitor tersebut melekat pada ikat pinggang pasien dan mudah dibawa
kemanapun. Alat tersebut akan mencatat nilai glukosa harian rata-rata selama 5
menit hingga 72 jam.
Kalibrasi sensor biasanya digunakan stik glukosa diambil pada waktu yang
berbeda. Pada saat sensor dipakai, biasanya pasien akan mencatat dalam buku
harian jam berapa insulin dimasukkan, kapan berolahraga, jam berapa pasien
makan. Setelah itu dimasukan ke monitor untuk menandai aktivitas tersebut.
Setelah 3 hari, sensor diambil, kemudian hasilnya diupload ke komputer yang
akan dijadikan data dasar oleh tim kesehatan untuk mengambil keputusan
terkait rencana manajemen diabetes. Informasi tersebut disajikan dalam bentuk
grafik/diagram yang dapat menggambarkan pola fluktuasi glukosa.
Penggunaan CGM tidak dimaksudkan untuk penggunaan pemantauan jangka
panjang dan bukan sebagai pengganti monitor glukosa darah standar (vena
pungsi). Penggunaan CGM dimaksudkan untuk menilai trend kadar glukosa
darah dan dapat membantu tim kesehatan untuk membuat perencanaan yang
tepat untuk pasien. Tren tersebut tidak dapat dilihat oleh test HbA1c dan
dengan pengukuran stik glukosa. Keunggulan lain CGM adalah dapat
mendeteksi episode hipoglikemia yang terjadi pada malam hari, dapat
mengevaluasi diet serta aktivitas pasien yang dapat mempengaruhi kadar
glukosa darah dalam kurun waktu 72 jam.
III. Keefektifan CGM
Di beberapa negara, telah banyak dilakukan penelitian terkait dengan
efektivitas penggunaan CGM. Penelitian yang dilakukan oleh Cemeroglu dkk
(2010) tentang manfaat yang diperoleh dari penggunaan CGM pada pasien
pediatrik dengan DM tipe I, didapatkan hasil bahwa manfaat yang paling
dirasakan adalah dapat mencegah hipoglikemia (88%), diikuti dengan
penurunan hipoglikemia terkait kecemasan (83%), kemudahan dalam
pengelolaan diabetes (85%), peningkatan kemampuan mengontrol DM (80%),
peningkatan kualitas hidup (78%), serta kemudahan dalam perawatan diabetes
(78%).
Pasien anak dengan DM tipe I, kadar glukosa darah masih belum dapat
diprediksikan, dan hipoglikemia belum terlacak. Dengan adanya CGM
dan kemampuan
makanan,
manajemen
penyakit,
indentifikasi
hipoglikemia,
penentuan dosis insulin yang tepat dan apa yang harus dilakukan bila tidak
memenuhi target.
V. Kesimpulan dan rekomendasi
Perkembangan tekhnologi bidang kesehatan semakin memudahkan pasienpasien kronis dalam pengelolaan penyakitnya. Dengan adanya CGM tersbut,
pasien sangat terbantu dalam pengelolaan DM dan bahkan semakin
meningkatkan motivasi dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Selain itu
CGM juga menurunkan risiko hipoglikemia pada pasien dengan terapi insulin.
Perawat, harus mampu mengikuti perkembangan tekhnologi tersebut, sehingga
mampu memberikan pelayanan keperawatan yang paling baik kepada pasien,
mampu memberikan penggunaan tekhnologi yang efektif dan efisien bagi
pasien.
Guyton, Arthur. C., & Hall. John., E. (2001). Human Physiology and Deseases
Mechanism, (3th Ed). Terjemahan oleh Petrus Adrianto, 2001). Jakarta. Penerbit
EGC.
Lemon, P, & Burke, K (2002). Medical Surgical Nursing : Critical thinking in client
care. (2th Ed). Prenince Hall. New Jersey
Price, S., & Wilson, L., M. (2002). Pathophysiology. Clinical Concepts of Disease
Processes. St Louis: Mosby Year Book. Inc.
Seibel, J. (2010). Continous blood glucose monitoring. Diunduh tanggal 1 November
2011 dari http://diabetes.webmd.com/continuous-glucose-monitoring
Huang, E.S, O'Grady, M, Basu, A, Winn, A, John, P, Lee, J, Meltzer,D, Kollman, C
Laffel, L, Tamborlane W, Weinzimer, S, Wysocki, T, (2010). The CostEffectiveness of Continuous Glucose Monitoring in Type 1 Diabetes. Diunduh
tanggal 1 November 2011
dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2875436/?tool=pubmed
Lehwalt, D. (2011). Effective blood glucose management patient with diabetes recovering
from TB. Diunduh tanggal 1 November 2011.
Dari http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/
Hassal, S, Williams, C.B, (2010). Blood glucose monitoring in critically ill patient..
Diunduh tanggal 1 November 2011.
Dari http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/