Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN

KE BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG BANDUNG


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Reproduksi Hewan

Disusun Oleh :
Risa Widyasti
140410080031

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS

MATEMATIKA DAN

ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS
JATINANGOR
2011

ALAM
PADJADJARAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi sapi potong selama tahun 2005, hingga saat ini mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, namun belum mampu memenuhi kebutuhan
daging sapi. Faktor penghambat yang diduga sebagai penyebab rendahnya
produktivitas ternak di Indonesia adalah manajemen pemeliharaan yang belum
optimal, yang ditandai dengan sistem pemeliharaan bersifat ekstensif (tradisional),
usaha sambilan (non agribusiness oriented) dan tidak memperhatikan input

produksi. Selain itu, sistem pemuliaan dan seleksi yang tidak terarah sehingga
mengakibatkan kinerja ternak sangat beragam. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut dapat dilakukan melalui penerapan teknologi inseminasi buatan (IB).
Teknologi ini digunakan untuk peningkatan produksi dan perbaikan mutu genetik
ternak serta sebagai alat dalam pelaksanaan kebijakan pemuliaan secara nasional.
IB diterapkan di Indonesia sejak tahun 1953 pada ternak sapi perah,
kemudian pada sapi potong dan kerbau. Walaupun hasilnya sampai saat ini sudah
dirasakan oleh masyarakat yang ditandai dengan tingginya harga jual dari ternak
hasil IB, namun demikian pelaksanaannya di lapangan belum optimal sehingga
hasilnya (tingkat kelahiran) dari tahun ke tahun berfluktuasi. Tingkat kelahiran
hasil IB pada sapi potong dan kerbau berfluktuasi setiap tahunnya.
Pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya
penerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan
populasi dan mutu genetik ternak. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul
ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan para peternak.
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan IB s/d tahun 2009, pencapaian sasaran
IB belum sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, perlu upaya guna memperbaiki
kinerja pelayanan IB yang diatur dalam Pedoman IB pada Ternak Sapi. Upayaupaya yang perlu dilakukan untuk percepatan peningkatan populasi melalui
penyerentakan birahi dan pemanfaatkan bioteknologi reproduksi lain selain IB,
yaitu dengan optimalisasi reproduksi ternak betina untuk kelahiran ganda
menggunakan kombinasi IB dan Transfer Embrio (TE) dalam satu masa
kebuntingan.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kunjungan ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Reproduksi Hewan dengan mempelajari cara pembuatan semen
beku ternak unggul di Laboratorium Balai Inseminasi Buatan Lembang, Bandung.
1.3 Waktu dan Lokasi
Kunjungan ini dilakukan pada tanggal 30 Mei 2011 pukul 08.30-11.00 di
Balai Inseminasi Buatan Lembang, Bandung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan adalah suatu proses dimana sperma dimasukkan ke
dalam vagina dengan alat bantu yang biasa dilakukan pada hewan ternak (contoh
sapi unggul yang berada jauh dari suatu peternakan diambil spermanya untuk
membuahi sapi betina betina tersebut).
Yang dimaksud dengan Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah
suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang
telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan
ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat
khusus yang disebut insemination gun.
2.2 Sejarah Perkembangan Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan (IB) pada hewan peliharaan telah lama dilakukan
sejak berabad-abad yang lampau. Seorang pangeran arab yang sedang berperang
pada abad ke-14 dan dalam keadaan tersebut kuda tunggangannya sedang
mengalami birahi. Kemudian dengan akar cerdinya, sang pangeran dengan
menggunakan suatu tampon kapas, sang pangeran mencuri semen dalam vagina
seekor kuda musuhnya yang baru saja dikawinkan dengan pejantan yang dikenal

cepat larinya.Tampon tersebut kemudian dimasukan ke dalam vagina kuda


betinanya sendiri yang sedang birahi. Alhasil ternyata kuda betina tersebut
menjadi bunting dan lahirlah kuda baru yang dikenal tampan dan cepat larinya.
Inilah kisa awal tentang IB, dan setelah itu tidak lagi ditemukan catatan mengenai
pelaksanaan IB atau penelitian ke arah pengunaan teknik tersebut.
Tiga abad kemudian, barulah ada pengamatan kembali tentang
reproduksi. Tepatnya pada tahun 1677, Anthony van Leeuwenhoek sarjana
Belanda penemu mikroskop dan muridnya Johan amm merupakan orang pertama
yang melihat sel kelamin jantan dengan mikroskop buatannya sendiri. Mereka
menyebut sel kelamin jantan yang tak terhitung jumlahnya tersebut animalcules
atau animalculae yang berarti jasad renik yang mempunyai daya gerak maju
progresif. Di kemudian hari sel kelamin jantan tersebut dikenal dengan
spermatozoatozoa. Pada tahun berikutnya, 1678, seorang dokter dan anatomi
Belanda, Reijnier (Regner) de Graaf, menemukan folikel pada ovarium kelinci.
Penelitian ilmiah pertama dalam bidang inseminasi buatan pada hewan
piarann dialkukan oleh ahli fisiologi dan anatomi terkenal Italia, yaitu Lazzaro
Spallanzani pada tahun 1780. Dia berhasil menginseminasi amphibia, yang
kemudian memutuskan untuk melakukan percobaan pada anjing. Anjing yang
dipelihara di rumahnya setelah muncul tanda-tanda birahi dilakukan inseminasi
dengan semen yang dideposisikan langsung ke dalam uterus dengan sebuah spuit
lancip. Enam puluh hari setelah inseminasi, induk anjing tersebut melahirkan anak
tiga yang kesemuanya mirip dengan induk dan jantan uang dipakai semennya.
Dua tahun kemudian (1782) penelitian spallanzani tersebut diulangi oleh P. Rossi
dengan hasil yang memuaskan. Semua percobaan ini membuktikan bahwa
kebuntingan dapat terjadi dengan mengunakan inseminasi dan menghasilkan
keturunan normal.
Spallanzani juga membuktikan bahwa daya membuahi semen terletak
pada spermatozoatozoa, bukan pada cairan semen. Dia membuktikannya dengan
menyaring semen yang baru ditampung. Cairan yang tertinggal diatas filter
mempunyai daya fertilisasi tinggi. Peneliti yang sama pada tahun 1803,
menyumbangkan pengetahuannya mengenai pengaruh pendinginan terhadap
perpanjangan hidup spermatozoatozoa. Dia mengamati bahwa semen kuda yang

dibekukan dalam salju atau hawa dimusim dingin tidak selamanya membunuh
spermatozoatozoa tetapi mempertahankannya dalam keadaaan tidak bergerak
sampai dikenai panas dan setelah itu tetap bergerak selama tujuh setengah jam.
Hasil penemuannya mengilhami peneliti lain untuk lebih mengadakan penelitian
yang mendalam terhadap sel-sel kelamin dan fisiologi pembuahan. Dengan jasa
yang ditanamkannya kemudian masyarakat memberikan gelar kehormatan kepada
dia sebagai Bapak Inseminasi.
Perkenalan pertama IB pada peternakan kuda di Eropa, dilakukan oleh
seorang dokter hewan Perancis, Repiquet (1890). Dia menasehatkan pemakaian
teknik tersebut sebagai suatu cara untuk mengatasi kemajiran. Hasil yang
diperoleh masih kurang memuaskan, masih banyak dilakukan penelitian untuk
mengatasinya, salah satu usaha mengatasi kegagalan itu, Prof. Hoffman dari
Stuttgart, Jerman, menganjurkan agar dilakukan IB setelah perkawinan alam.
Caranya vagina kuda yang telah dikawinkan dikuakkan dan dengan spuit diambil
semennya. Semen dicampur dengan susu sapi dan kembali diinsemiasikan pada
uterus hewan tersebut. Namun diakui cara ini kurang praktis untuk dilaksanakan.
Pada tahun 1902, Sand dan Stribold dari Denmark, berhasil memperoleh
empat konsepsi dari delapan kuda betina yang di IB. Mereka menganjurkan IB
sebagai suatu cara yang ekonomis dalam pengunaan dan penyebaran semen dari
kuda jantan yang berharga dan memajukan peternakan pada umumnya.
Penanganan IB secara serius dilakukan di Rusia, sebagai usaha untuk
memajukan peternakan. Peneliti dan pelopor terkemuka dalam bidang IB di Rusia
adalah Elia I. Ivannoff. Tahun 1899 ia diminta Direktur Peternakan Kuda
Kerjaaan Rusia, untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan pemakaian IB.
Dan dilah orang pertama yang berhasil melakukan IB pada sapi dan domba.
Hasil spektakuler dan sukses terbesar yang diperoleh adalah di AskaniyaNova (1912) yang berhasil menghasilkan 31 konsepesi yang 39 kuda yang di IB,
sedang dengan perkawinan alam hanya diperoleh 10 konsepsi dari 23 kuda yang
di IB. Tahun 1914, Geuseppe amantea Guru Besar fisiologi manusia di Roma,
banyak mengadakan penelitian tentang spermatozoatologi, dengan hewan
percobaan anjing, burung merpati dan ayam. Kemudian dia berhasil membuat
vagina buatan pertama untuk anjing. Berdasar penemuan ini banyak peneliti lain

membuat vagina buatan untuk sapi, kuda dan domba. Tahun 1926, Roemelle
membuat yang pertama kali membuat vagina buatan untuk sapi, dan orang
pertama yang membuat vagina buatan untuk domba dan kambing adalah Fred F.
Mckenzie (Amerika Serikat) pada tahun 1931. Pada tahun 1938 Prof. Enos J.
Perry mendirikan koperasi IB pertama di Amerika Serikat yang terletak di New
Jersey.
Kemajuan pesat dibidang IB, sangat dipercepat dengan adanya penemuan
teknologi pembekuan semen sapi yang disposori oleh C. Polge, A.U. Smith dan
A.S. Parkes dari Inggris pada tahun 1949. Mereka berhasil menyimpan semen
untuk waktu panjang dengan membekukan sampai -79 0C dengan mengunakan
CO2 pada (dry ice) sebagai pembeku dan gliserol sebagai pengawet. Pembekuan
ini disempurnakan lagi, dengan dipergunakannya nitrogen cair sebagai bahan
pembeku, yang menghasilkan daya simpan yang lebih lama dan lebih praktis,
dengan suhu penyimpanan -169 C.
2.3 Tujuan, Keuntungan dan Kerugian Inseminasi Buatan
a)
b)

Tujuan Inseminasi Buatan, yaitu:


Memperbaiki mutu genetika ternak;
Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang

c)

dibutuhkan sehingga mengurangi biaya ;


Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam

d)
e)

jangka waktu yang lebih lama;


Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.

a)
b)
c)
d)

Keuntungan Inseminasi Buatan, yaitu:


Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam

e)

jangka waktu yang lama;


Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun

f)

pejantan telah mati;


Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena

g)

fisik pejantan terlalu besar;


Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang
ditularkan dengan hubungan kelamin.

a)

Kerugian Inseminasi Buatan, yaitu:


Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat

b)

maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan;


Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang
digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan

c)

diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil;


Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku

d)

dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama;


Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila
pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui
suatu progeny test).

2.4 Balai Inseminasi Buatan Lembang


2.4.1 Sejarah
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dibangun tahun 1975 dan
diresmikan oleh Menteri Pertanian RI dan Wakil Perdana Menteri Selandia Baru
pada tanggal 3 April 1976. Sebagai BIB pertama di Indonesia, diberi mandat
Pemerintah untuk memproduksi semen beku ternak sapi perah dan sapi potong,
dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di
Indonesia agar tidak selalu tergantung pada semen beku impor. Dalam
perkembangan BIB Lembang sejak berdiri sampai dengan sekarang telah
diproduksi semen beku benih unggul lebih dari 22 juta dosis yang telah
disebarkan ke daerah-daerah pelaksana inseminasi buatan di Indonesia.
2.4.2 Visi dan Misi
Visi dari Balai Inseminasi Buatan Lembang adalah Balai Inseminasi
Buatan Lembang menjadi produsen semen beku ternak unggul untuk memenuhi
kebutuhan inseminasi buatan secara tepat jenis, tepat waktu dan tepat jumlah, siap
bersaing dalam era globalisasi 2010.
Dengan berdasarkan visi tersebut, BIB Lembang menjalankan misimisinya yaitu:
1. Memproduksi semen beku benih unggul dari berbagai jenis ternak (sapi
potong, sapi perah, kambing dan Domba), baik ternak lokal yang teruji
maupun ternak unggul eks impor.

2. Menyediakan bibit ternak sapi (pejantan/bull) untuk memenuhi kebutuhan


BIB Nasional dan Daerah.
3. Melaksanakan distribusi dan pemasaran semen beku benih unggul dan
bibit ternak, sesuai permintaan daerah.
4. Meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari penjualan
semen beku/bibit ternak dan hasil kerjasama dengan pihak ketiga.
5. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM), Peternak,
Tenaga teknis IB, (lnseminator, Petuugas Handling Semen, PKB dll).
6. Meningkatkan dan mengembangkan kemamampuan personil balai dalam
penyerapan teknologi mutakhir melalui dan pelatihan baik di dalam
maupun di luar negeri.
7. Melestarikan dan memanfaatkan Sumberdaya Manusia (SDM) lokal
berupa ternak pejantan unggul melalui seleksi, uji performans dan uji
zuriat/uji progeny.
8. Mendorong terciptanya peluang dan kesempatan kerja dari pelaksanaan
kegiatan inseminasi buatan serta pelayanan inseminasi buatan.
9. Melakukan pengembangan teknik dan metoda inseminasi buatan serta
pelayanan inseminasi buatan.
10. Meningkatan kesejahteraan masyarakat petani peternak melalui pembinaan
agribisnis peternakan dan ketahanan pangan asal hewan.
11. Melakukan promosi untuk pengembangan pasar lokal, nasional dan
regional serta berupaya menembus pasar global (ekspor).
2.4.3 Tugas Pokok
Melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku benih unggul ternak
serta pengembangan Inseminasi Buatan.
2.4.4 Fungsi
Fungsi dari Balai Inseminasi Buatan Lembang Bandung antara lain:
a. Pemeliharaan ternak unggul.
b. Pengujian keturunan dan fertilitas pejantan unggul.
c. Produksi dan penyimpanan semen beku. Pencatatan dan pemantauan
d.
e.
f.
g.
h.

penggunaan semen beku serta pengawasan mutu semen.


Pengembangan teknik produksi semen beku benih unggul.
Pemberian saran teknik produksi semen beku benih unggul.
Pemberian pelayanan teknik kegiatan pemeliharaan ternak.
Pemberian pelayanan teknik kegiatan produksi semen beku.
Pemberian informasi dan dokumentasi hasil kegiatan Inseminasi Buatan.

i. Distribusi dan Pemasaran semen beku unggul.


j. Proses Produksi Semen Beku.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Proses Pengambilan Semen Beku
Proses pengambilan semen beku pejantan unggul, yaitu:
1. Persiapan sapi pejantan
2. Persiapan vagina buatan
3. Penampunagn semen sapi pejantan
4. Pemeriksaan mikroskopis
5. Pengenceran dengan gliserolisasi
6. Filling and sealing
7. Penurunan suhu
8. Pembekuan semen
9. Penyimpanan dan pendistribusian semen beku
3.1.2 Teknik Inseminasi Buatan
Teknik inseminasi buatan, yaitu:
1. Penyiapan sapi betina yang sedang estrus/birahi
2. Penyiapan inseminasi gun
3. Pengambilan straw dari kontainer
4. Perendaman straw di air hangat
5. Straw dimasukan ke inseminasi gun
6. Inseminasikan ke sapi betina
7. Pemeriksaan kehamilan
3.2 Pembahasan

3.2.1 Kemajuan Teknologi


Teknologi modern pada zaman sekarang telah mampu mengatasi masalah
kemandulan dan menghasilkan bibit-bibit unggul (bagi hewan ternak), khususnya
dalam bidang bioteknologi. Hal tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan
melalui inseminasi buatan. Dari hasil kemajuan bioteknologi tersbut, sekarang
telah tersedia inseminasi buatan, fertilisasi atau pembuatan in vitro dan rahim
kontrak.
Kemajuan bioteknologi tersebut apabila diterapkan pada dunia hewan,
maka akan mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi manusia. Namun, jika
kemajuan bioteknologi diaplikasikan pada manusia, maka akan menghasilkan
dampak yang positif dan dampak yang negatif. Dampak positif dapat diambil dari
orang-orang yang telah menikah, tetapi tidak bisa mempunyai anak, maka agar
keinginan untuk mempunyai anak dapat terwujud, maka dapat dilakukan dengan
melalui bayi tabung atau rahim kontrak. Sedangkan dampak negatifnya yaitu
dapat menimbulkan kekacauan dalam sistem keturunan manusia.
3.2.2 Cara Mereproduksi Semen Beku
Reproduksi semen beku hanya dapat dilakukan di Balai Inseminasi Buatan
(BIB). Tahapan-tahapan dalam memproduksi semen beku diantaranya, yaitu:
1. Mempersiapkan sapi pejantan yang akan diinseminasi yang umurnya 15
18 bulan, tingginya 123 cm dan beratnya minimal 350 kg.
2. Persiapan vagina buatan yang suhunya mencapai 420C, vagina buatan ini
harus licin, karena itu gunakan vaseline agar licin seperti vagina yang asli
3. Penampungan semen sapi pejantan, sapi pejantan dan spai betina disatukan
kemudian sapi-sapi itu akan melakukan fisin (pemanasan sebelum kawin),
bila penis jantan telah kelihatan merah, tegang dan kencang, maka penis
langsung dimasukan ke vagina buatan.
4. Kemudian sperma dalam vagina buatan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa.
Bila sperma berwarna hijau, ada kotoran yang terdorong
Bila sperma berwarna merah, segar, venis teriritasi
Bila sperma berwarna cokelat, venis ada yang luka
Bila sperma berwarna krem susu bening, maka itulah sperma yang
bagus
5. Penentuan konsentrasi semen segar.
6. Proses pengenceran sperma.

7. Proses filling dan sealing, memasukan sperma ke dalam ministrow isi I


strow 0,25 CC.
8. Proses pembekuan
3.2.3 Pejantan di Balai Inseminasi Buatan Lembang
Pejantan yang ada di BIB Lembang terdiri atas sapi perah, sapi potong,
kambing perah, kambing potong, dan domba. Sapi perah yaitu Friesian Holstein
sedangkan sapi potong terdiri dari sapi Simmental, sapi Brahman, sapi Angus,
sapi Limousin, sapi Angus, sapi Brangus, sapi Ongole. Kambing perah terdapat
kambing Etawa. Untuk kambing potong terdapat Boehr dan kambing PE, untuk
domba terdapat domba Garut.
3.2.3.1 Sapi Potong
Ongole
Mempunyai ciri-ciri warna kulit putih
kelabu, berpunuk kecil, tinggi dan
ramping, bercincin mata hitam sekitar
mata, moncong, rambut ekor dan kuku
berwarna hitan, gelambir dari bawah
mandibula sampai dada, pada kaki
sering tampak lingkaran warna gelap,
pita yang mengelilingi bagian diatas kuku, kepala terangkat, dahi cembung,
tanduk pendek. Keunggulan sapi ini dalah tahan terhadap panas, karena
permikaan kulit luas dengan adanya gelambir yang besar, berkaki kuat dan
lurus, daya tahan untuk kerja sangat baik, mampu adaptasi terhadap kualitas
pakan yang jelek.
Brahman
Mempunyai ciri-ciri warna kulit putih atau keabu-abuan, berpunuk dan
gelambir, bentuk tubuh kekar, kompak dan berotot. Cocok terhadap daerah
yang beriklim panas dan bercurah hujan tinggi. Keunggulan sapi ini adalah
tidak mempunyai masalah dalam melahirkan, penyakit mata dan terhadap
footroot, tahan terhadap parasit internal (cacing) dan parasit eksternal (caplak),
penyakit kembung perut.

Simmental
Mempunyai ciri-ciri muka putih dan
badan berwarna merah bata, brisket,
perut, kaki dan bulu ekor pada
umumnya berwarna putih, bentuk
tubuh yang kekar dan berotot.
Keunggulan
sapi
ini
adalah
pertumbuhan

cepat

dengan

pertambahan berat badan harian 0,91,2 kg, berat badan jantan (2tahun) 800-900 kg, berat jantan dewasa 10001200 kg, berat badan betina 700-800 kg, karkas tinggi dengan sedikit lemak,
dual porpose (daging dan susu), ada di daerah Indonesia, berkembang baik
hampir di seluruh daerah di Indonesia.

Limossin
Mempunyai ciri-ciri warna coklat
muda, kuning agak kelabu (biege),
kisaran merah gelap dan hitam,
badan kompak dan padat, cocok
pada daerah dengan curah hujan
tinggi, cocok di daerah dengan

iklim sedang.
Keunggulannya adalah pertumbuhan cepat dengan pertambahan berat badan
harian 1-1,4 kg, umur 2 tahun 800-900 kg, dewasa 1000-1100 kg, kualitas
daging baik, dikenal dan disukai peternak.

Brangus
Mempunyai

ciri-ciri kulit hitam

seluruhnya, berpunuk ukuran kecil.


Biasanya tidak bertanduk.

Keunggulannya toleran terhadap lingkungan tropis, tahan terhadap parasit luar


dan dalam tubuh. Mampu adaptasi terhadap kualitas pakan yang jelek,
pertambahan berat badan 0,7-0,9 kg, persentase daging 2-4% lebih daripada
karkas bangsa sapi lain.

Angus
Mempunyai ciri-ciri warna kulit
hitam, leher pendek, bentuk tubuh
kekar, kompak dan berotot.
Keunggulannya adalah tubuh
besar dan kompak, pertumbuhan
badan sangat cepat, berat badan
dewasa jantan dapat mencapai

lebih dari 1100 kg, adaptable terhadap pakan dan lingkungan tropis.
3.2.3.2 Sapi Perah
Frisian Holstein
Mempunyai ciri-ciri berat betina
682 kg dan jantan 1000 kg,
warna putih dan hitam (Frisian
Holstein) atau merah dengan
putih (Hungarian), berat lahir 43
kg dan persentase lemak susu
3,65%. Berasal dari provinsi
Belanda Utara dan provinsi Friesland Barat.
3.2.3.3 Kambing Pedaging
Boehr
Mempunyai ciri-ciri berbadan putih dan
coklat/merah dari kepala ke leher,
perfomans baik, mantap, kaki pendek,
tegap, berisi serta bagian paha belakang
tegap dan berotot. Kambing pejantan

mencapai berat badan 110-135 kg, kambing betina mencapai berat badan 93100 kg. Berasal dari Afrika Selatan.
3.2.3.4 Kambing Penghasil Susu
Peranakan Ettawah
Pejantan kambing PE berasal dari Kaligesing, Purwerejo, Jawa Tengah.
Sekarang telah diproduksi semen bekunya di
BIB Lembang. Untuk memenuhi kebutuhan
inseminasi buatan di daerah P. Jawa. Induk
kambing PE dapat menghasilkan susu
sekitar 2-3 liter/hari.

Saanen
Kambing

Saenen

Saenen, Swiss.

Baik

berasal

dari

kambing

jantan

maupun betinanya tidak memliki tanduk.


Warna

bulunya

putih

pucat. Hidung, telinga dan

atau

krem

kambingnya

berwarna belang hitam. Dahinya lebar,


sedangkan telinganya berukuran sedang dan tegak. Kambing ini merupakan
jenis kambing penghasil susu (Anonim2, 2011).

3.2.3.5 Domba
Domba Garut
Merupakan plasma nutfah domba Indonesia yang berasal dari daerah Cibuluh,
Cikandang dan Cikeris di Kec. Cikajang serta
Kec. Wanaraja Kab. Garut jawa Barat.
Mempunyai ciri-ciri bagian muka dan badan
termasuk dominan hitam pada tubuh secara
keseluruhan, kombinasi dengan bentuk kuping
yang rumpung dengan ukuran dibawah 4 cm
atau ngadaun hiris. Bentuk ekor segitiga yang
lebar pada pangkal ekor dan mengecil kearah ujung.

Domba Texel
Domba Texel mempunyai ciri khas yang
mudah dibedakan dari domba jenis lain
yaitu: Mempunyai bulu wol yang keriting
halus berbentuk spiral berwarna putih yang
menyelimuti

bagian tubuhnya

kecuali

perut bagian bawah, keempat kaki dan


kepala. Postur tubuh tinggi besar dan
panjang dengan leher panjang dan ekor kecil (Benny, 2010).

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat, yaitu:
1. Balai Inseminasi Buatan merupakan lembaga nasional yang memproduksi
semen beku ternak unggul untuk memenuhi kebutuhan inseminasi buatan
secara tepat jenis, tepat waktu dan tepat jumlah skala nasional.
2. Inseminasi Buatan adalah salah satu bentuk bioteknologi dalam bidang
reproduksi ternak yang dimana mengawinkan ternak betina tanpa perlu seekor
pejantan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Inseminasi Buatan. http://www.scribd.com/doc/13984305/in
seminasi -buatan. Diakses Tanggal 15 Juni 2011.
Anonim .
2008.
Inseminasi
Pada
Sapi.
http://www.anakciremai.
1

com/2008/07/makalah-biologi-tentang-inseminasi-pada.html.

Diakses

Tanggal 15 juni 2011.


Rahadi, S. 2011. Sejarah dan Manfaat Inseminasi Buatan. http://ilmuternak.
wordpress.com/materikuliah/reproduksi-ternak/sejarah-dan-manfaatinseminasi-buatan/. Diakses Tanggal 15 Juni 2011.
Salisbury, G.W dan N.L. Vandemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
Buatan Pada Sapi. Diterjemahkan R. Djanuar. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: Penerbit
Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai