Anda di halaman 1dari 18

IODIMETRI-IODOMETRI

By: Yosua Maranatha Sihotang, M.Si., Apt.

Iodometri dan iodimetri melibatkan redoks.


Metode analisis dengan reaksi reduksi-oksidasi (redoks) adalah analisis yang
terdiri dari perubahan valensi dari bahan-bahan yang bereaksi.
Reaktan yang mengalami kehilangan elektron dalam reaksi redoks adalah
bahan pereduksi.
Fe2+ Fe3+ + e
2I- I2 + 2e
Oksidator adalah reaktan yang menerima elektron dalam reaksi redoks.

Proses titrasi

dengan menggunakan larutan iodium (I2) dapat


dibedakan menjadi 2 yaitu: IODIMETRI & IODOMETRI
Iodimetri
Larutan standar yang digunakan iodium (I2)
I2 + 2e- 2I2 Penambahan larutan kanji diawal dikarenakan kanji tidak akan mengadsorbsi I2
dalam larutan.
Zat yang dititrasi dalam metode ini adalah reduktor yang cukup kuat dititrasi
langsung dengan larutan iodium.
Kelebihan iodin dititrasi kembali dengan tiosulfat
Reduktor + I2 2INa2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6

Iodometri
Titrasi menggunakan larutan standar Na2S2O3 sebagai pentiter.
Indikator amilum ditambahkan pada saat titrasi mendekati titik ekivalen
karena amilum dapat membentuk kompleks yang stabil dengan I2 sehingga I2
tidak dapat bereaksi dengan Na2S2O3
Oksidator + KI berlebih I2 + 2eI2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
Cara iodometri untuk menentukan zat oksidator, misal H2O2.
Oksidator + larutan KI dan asam sehingga terbentuk iodium yang kemudian dititrasi
dengan Na2S2O3
H2O2 + KI + HCl I2 + KCl + 2H2O

Perbedaan Iodometri dan Iodimetri

IODOMETRI
Termasuk reduktometri
Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3)
sebagai standar
Penambahan indikator kanji saat
mendekati titik akhir titrasi
Sampel analit bersifat oksidator
Titrasi dalam suasana asam
Titran sbg reduktor

IODIMETRI
Termasuk dalam oksidimetri
Larutan I2 sebagai larutan standar
bertindak sebagai oksidator
Penambahan indikator kanji saat
awal
Sampel analit bersifat Reduktor
Titrasi dalam suasana netral / sedikit
basa
Titran sebagai oksidator

Titrasi oksidimetri adalah titrasi terhadap larutan zat pereduksi (reduktor)


dengan larutan standar zat pengoksidasi (oksidator).
Titrasi reduksimetri adalah titrasi terhadap larutan zat pengoksidasi (oksidator)
dengan larutan standar zat pereduksi (reduktor).

Iodimetri

adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan


menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu
Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan
larutan baku Iodium (I2). Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.
Iodimetri metode residual (titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan
larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar
Natrium Bisulfit.

Iodimetri

adalah suatu metode analisis kuantitatif volumetri berdasarkan redoks


dimana senyawa dan pereaksinya bereaksi langsung (direct titration).
Titran mengoksidasi titrat, maka metode ini termasuk oksidimetri dan
menggunakan penambahan indikator kanji diawal titrasi.
Dalam redoks harus ada oksidator reduktor. Bila suatu unsur bertambah biloksnya
(melepas elektron), maka harus ada unsur yang biloksnya berkurang (menangkap
elektron).
Analit dioksidasi oleh I2 sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida,
I2 + 2e- 2II2 bertindak sebagai oksidator.

Yang dihitung adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau


terbentuk dari hasil reaksi.

Pembuatan larutan iodida


I2 hanya sedikit larut dalam air, tetapi mudah larut dalam larutan yang
mengandung ion iodida.
I2 + I- I3- .
Iodida (atau dalam larutan) mudah menguap dan sukar larut dalam air.
Penambahan KI meningkatkan kelarutan dan menurunkan penguapan iodida

Titrasi iodometri
Titrasi iodometri digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial oksidasi yang lebih besar daripada iodium-iodida atau senyawa-senyawa
yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O.
Sampel bersifat oksidator mengoksidasi Kalium iodida (KI) dalam suasana asam
[Sampel oksidator direduksi KI berlebihan], menghasilkan I2 (yang setara dengan
oksidator) selanjutnya dititrasi dengan larutan standar reduktor, Na2S2O3. Banyaknya
volume Na2S2O3 yang digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang dihasilkan
dan setara dengan banyaknya sampel.
pH larutan dijaga < 8 karena dalam lingkungan yang alkalis I2 bereaksi dengan -OH
membentuk iodida dan hipoyodit dan selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang
akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, reaksi berjalan tidak kuantitatif.
Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang
mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida.

Iodometri,
Contoh:
Penentuan kadar klorin (Cl2) dalam pemutih
Cl2 + 2I- 2Cl- + I2.
Klorin mengoksidasi iodida untuk menghasilkan iodium. Selanjutnya iodium yang
dibebaskan dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 menurut reaksi:
Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2NaI
Sedangkan iodimetri:
Reduktor + I2 2INa2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6.

Oksidator kuat + ion iodida misalnya KI berlebihan dalam suasana asam atau netral,
maka jumlah zat reduktor yang mengalami oksidasi (I2) secara kuantitatif dapat
ditentukan. Dalam hal ini, jumlah I2 yang dilepaskan (yang setara dengan zat
oksidator) dititrasi dengan larutan standar reduktor, Na2S2O3. Beberapa contoh reaksi
yang terjadi adalah:

I2 dapat membentuk kompleks berwarna biru terhadap amilum. Bila indikator


amilum digunakan dalam titrasi ini, maka titik ekuivalen ditandai dengan
hilangnya warna biru dari larutan.
Indikator amilum sebaiknya ditambahkan sesaat sebelum titik ekivalen terjadi,
yaitu ketika larutan yang dititrasi telah berubah menjadi kuning jerami. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan titrasi, sebab kompleks iod amilum
tidak larut secara sempurna dalam pelarut air.

Hal-hal yang harus diperhatikan :

a. Pada umumnya, oksidasi langsung dengan iod (Iodimetri) dilakukan


untuk bahan-bahan dengan potensial oksidasi yang lebih rendah dari Iod, dan
sebaliknya.

b. Oksidasi oleh oksigen atmosfer

pada reaksi oksidasi KI dalam


medium asam kuat, dapat menghasilkan nilai titer yang salah sehingga
menyebabkan kesalahan estimasi/perkiraan.

c. Iodometri tidak pernah dilakukan dalam medium basa karena


reaksi antara Iod (I2) dengan hidroksida akan menghasilkan ion hipoiodit dan
iodat akan akan menjadi 2I-. Dimana 2 mol I- akan mengoksidasi parsial
tiosulfat menjadi bentuk oksidasi yang lebih tinggi seperti SO42-.

Beberapa kekurangan :
Peniternya mudah terurai oleh cahaya
Saat titrasi dikhawatirkan kehilanga iod
Dalam keadaan asam larutan iod dapat dioksidasi udara.

Larutan baku dan baku primer/sekunder :


a. Larutan baku Iodium yang dibakukan dengan Arsen trioksida sebagai baku
primer atau dibakukan dengan larutan baku natrium tiosulfat sebagai baku
sekunder.
b. Larutan baku natrium tiosulfat yang dibakukan dengan Kalium bikromat sebagai
baku primer atau dibakukan dengan larutan baku Iodium sebagai baku
sekunder.
c. Larutan baku Kalium Bromat yang dibakukan dengan larutan baku natrium
tiosulfat sebagai baku sekunder. (dipakai untuk penetapan kadar secara
iodometri yang melibatkan substitusi bromine dengan iod, misalnya penetapan
kadar tiroid)
d. Larutan baku kalium Iodat yang dibakukan dengan larutan baku natrium
tiosulfat. ( dipakai untuk penetapan kadar secara iodometri dimana kalium iodat
bertindak sebahan bahan pengoksidasi, hasil reaksi membebaskan iod yang
kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat, misalnya penetapan
kadar Kalium iodide)

Latihan !!
Buatlah prosedur pembuatan larutan berikut ini.
300 ml Iodium 0,1N
(BM I2 = 253,8; BE = 1 2 )
200 ml Natrium tiosulfat 0,1 N (BM Na2S2O3 = 248,17; BE = 1 2)
100 ml Kalium iodat 0,1 N (BM KIO3 = 214,02; BE = 1 6)
200 ml NaOH 0,1N (BM = 40; BE = 1)
200 ml H2SO4 10%, dibuat dari H2SO4 pekat (C = 96%)

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai