Naskah Drama Lilimut
Naskah Drama Lilimut
Pfffffffffffff!!!
Mangkok di tangan Lumilumut terlepas. Dengan terbatukbatuk ia berusaha memuntahkan obat yang diminumnya.
Karim A:
(Gaya pidato)
Jangan khawatir! Sebab bukan saya yang meramu obat
itu. Saya membelinya di apotik dekat terminal.
Lumilumut:
Oooh, maaf, kita pe kira kwa.
Karim A:
(Masih gaya pidato)
Tidak apa-apa. Itu juga obat kadaluarsa yang saya beli
setengah harga.
Lumilumut:
Hoeeekkk!!
(Memasukkan jarinya sedalam mungkin ke dalam
kerongkongannya, memaksa diri memuntahkan sisa-sisa
obat yang terlanjur ditelan)
Karim A:
(Berpose narsis)
Saya memang tabib yang hebat. HUAHAHAHAHA!!!
Lumilumut:
Eh, kalu boleh tau, om yang da tolong pa kita kong bawa
kamari?
Trotoar:
Nyanda perlu. Waktu kita ganti ngana pe baju kita so
pegang-pegang pa ngana. Anggap jo lunas.
Lumulumut:
Ih.. macico!
Tiba-tiba terdengar suara tawa. Seorang perwira Kerajaan
Utara bernama Opo masuk.
Opo:
Hahahahaha
Trotoar:
Sapa ngoni? Mo ba apa dimana deng sapa?
Opo:
Aku adalah
(menari berkeliling gaya opera)
Ooooo pooooo!!!
Dan aku adalah panglima dari Kerajaan Utara.
Kami mencari seorang gadis bernama Lumilumut. Kami
tahu dia berada di sini.
Trotoar:
Nyanda ada nama Lumilumut di sini!
Lumilumut:
Kita! Kita pe nama Lumilumut. Kyapa da perlu apa?
Karim A:
Iiiiihh pa bodok daaang.
Opo:
Anak buah! Seret wanita itu kemari!
Trotoar:
Anak buah sapa ini? Ngana da maso cuma sandiri.
Opo:
Oh, io kote, lupa.
Lumut! Kau harus ikut untuk menjadi istriku!
Trotoar:
(Menghadang)
Tunggu!
Dia bukan Lumilumut!
Namanya adalah Wawu!
Opo:
Nga pe kira torang biongo? Napa Wawu sana da bakar
ikang di pante.
Minggir! Atau kau akan menjadi mayat!
Trotoar:
Baiklah!
Silahkan. Ayo jangan sungkan-sungkan, anggap saja
rumah sendiri.
(mempersilahkan para tentara (Opo sendiri) untuk
menangkap Lumilumut)
Lumilumut:
Ih, ih ih bagimana le ini. Masa ngana se biar dorang mo
loku pa kita.
Trotoar:
Kalau begitu kau harus melangkahi mayatku!
Opo:
Rupanya kau punya nyali juga anak muda.
Sebutkan account Facebookmu biar aku tahu siapa yang
kubunuh!
Trotoar:
Cih, aku tak sudi menerima permintaan pertemanan
dengan orang seperti kau!
Opo:
Rupanya kau memang sudah bosan hidup! Bersiaplah
menerima kematianmu!
(bersiap bertempur)
Trotoar:
Tunggu!
Opo:
Ada apa?
Trotoar:
Update status dulu di FB hehehe.
Trotoar:
Tidak akan pernah!
Opo:
Kalau begitu matilah!
Hiaaat
(Opo menyerang Trotoar)
Trotoar:
Tunggu!
Opo:
Ih, bagimana le ini dari tadi tunggu-tunggu trus!
Trotoar:
Kita kan pemeran utama, nda mungkin mo main adegan
berbahaya.
(berteriak memanggil pemeran pengganti)
Pemeran pengantiiiii
(Pemeran pengganti masuk dan mengambil posisi
tempur)
Opo:
Ah, so ruci komang ini. Masa ngana pake pemeran
pengganti kita nda?
Trotoar:
(menghibur Opo)
So bagitu po. Itu no depe beda antara jadi barol deng jadi
musuh.
Opo:
Sudah! Ayo selesaikan pertarungan ini!
(Adegan laga)
(Setelah pertarungan sengit, Opo berhasil menjatuhkan
Pemeran Pengganti dan menodongnya)
Opo:
Sekarang pergilah ke neraka!
(bersiap membunuh pemeran pengganti)
Trotoar:
Tunggu!
Opo:
No skarang mo tunggu apa le komaling?
Trotoar:
Sabar kan so abis adegan laga, jadi somo kita ulang
yang main.
(Trotoar menggantikan posisi pemeran pengganti)
Opo:
Sekarang pergilah kau ke neraka!
(bersiap membunuh Trotoar)
Trotoar:
Tunggu!
Opo:
(berhenti, berkacak pinggang dengan sangat kesal,
menarik napas panjang, geleng-geleng kepala)
So sesat komaling ini, so sesat.
(menenangkan dirinya)
Kyapa komang skarang? Bilang jo.
Trotoar:
Bagini, kita kan pemeran utama ni cirita. Kalu kita mati
berarti tamat dang ni cirita.
Opo:
Hi, kong bagimana dang?
Trotoar:
Yaaaa, berarti musti ngana yg mati. Nimbole kita.
Opo:
Ha? Memang musti bagitu so?
Trotoar:
Yah, so bagitu di naskah, mo bagimana lei.
Opo:
(pasrah)
No mana-mana jo dang.
Oh Trotoar
Trotoar:
Oh Lumut
(Dialog diulang-ulang selama Trotoar dan Lumilumut
saling mendekat)
Trotoar:
Oh Lumut ada yang ingin aku katakan padamu
Lumilumut:
Katakanlah wahai Trotoar pahlawanku katakanlah
Trotoar:
Sebenarnya aku
Lumilumut:
Katakanlah Katakan jangan ragu
Trotoar:
Sebenarnya aku mencintai.
Lumilumut:
Oh aku juga mencintaimu
(bergerak memeluk Trotoar)
Trotoar:
(menghindar dari pelukan Lumilumut)
Karim!
Mati dia?
Trotoar:
Io
Karim:
Yah noh, rusak cirita.
Trotoar:
Adoh, kong bagimana dang ini?
Biar besae, mar cuma dia satu-satunya parampuang di
tanah ini.
(Berteriak sambil menghadap langit)
Kong bagimana torang mo membangun peradaban
daaaaaaang!
NARRATOR:
Demikianlah akhir dari cerita ini. Trotoar hidup berdua
dengan Karim sampai saatnya Toar dan Lumimuut datang
ke tanah ini dan membangun peradaban Minahasa.