Anda di halaman 1dari 115

616.

98

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya, sehingga Buku Petunjuk Teknis Penvelenggaraan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular di Puskesmasdapat diselesaikan.
Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi masalah kesehatan yang cukup
memprihatinkan dengan angka kesakitan dan kematian yang semakin meningkat.
Penderita PTM maupun kegawatdaruratan PTM, umumnya terlambat datang ke
pelayanan kesehatan dan sudah pada tahap lanjut atau sudah disertai komplikasi
penyakit.
Untuk mendekatkan akses pelayanan penyakit tidak menular, puskesmas
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan melalui revitalisasi Puskesmas
harus mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan penyakit tidak menular
secara komprehensif mulai dari prornotif preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
meliputi kegiatan promosi kesehatan, deteksi dini, tindak lanjut dini, respon cepat
kegawat daruratan PTM dan pengobatan PTM sampai dengan rehabilitatif /
paliatif.
Puskesmas dengan pelavanan penyakit tidak menular memberikan pelay
anan terhadap Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Diabetes Mellitus dan
Penyakit Metabolik, Kanker, Penyakit Kronis dan penyakit degeneratif lainnya
ditambah dengan gangguan akibat kecelakan dan tindak kekerasan beserta faktor
risikonya lainnya secara terintegrasi.
Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular di puskesmas dapat menjadi acuan bagi puskesmas maupun pihak lain
yang berkepentingan. Diharapkan terwujud puskesmas yang mampu melak
sanakan program pengendalian PTM dan mampu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang efisien, efektif, merata, bermutu, terjangkau, dan memenuhi
kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya, serta dapat mengintegrasikan program
pencegahan primer, sekunder, dan tersier melalui pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan, didukung dengan sistem rujukan kesehatan yang memadai.
Buku petunjuk teknis ini merupakan bagian dari Buku Pedoman Pengem
bangan Pelavanan Penyakit Tidak Menuiar di puskesmas, meliputi penatalaksa
naan faktor risiko secara terintegrasi di fasilitas pelayanan dasar yang mengadap

tasi dari protokol

PEN (Package Essensial Non Communicable

Diseases interven

tion in Primary Health Care) dari WHO yang telah mengalami penyesuaian dengan
situasi dan kondisi di Indonesia serta memperhatikan
( PDPI, PERKENI, PERKI, HOG I, POGI, kedokteran
Pada kesempatan
setinggitingginya
pengetahuan

masukan dari berbagai pihak

komunitas, dan lintas program)

ini kami mengucapkan

terima

kasih dan penghargaan

kepada semua pihak yang telah memberikan

yang dimilikinya

dalam penyusunan

konstribusi

ilmu

buku ini serta semangat dan

kerja sama yang menguntungkan.

Semoga buku petunjuk teknis ini dapat berman

faat dalam upaya pengendalian

penyakit

dapat menurunkan
Jakarta, Mei 2012
Direktur PPTM

~~

..

Dr. Ekowati RahaJeng,SKM, M.Kes


NIP 196006101982022001

ii

tidak menular

di Indonesia,

angka kesakitan dan kematian penyakit tidak menular.

sehingga

DAFTAR lSI
KATAPENGANTAR
OAFTARlSI

Halaman
..
iii

Bab I

PENDAHUlUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Sasaran
1.4 Kebijakan operasional

1
1
4
4
4

Bab"

UPAYAPELAYANANPTM 01 PUSKESMAS
2. 1 Upaya prornotif
2.2 Upaya skrining dan deteksi dini
2. 2. 1 Skrining / Uji Tapis
2. 2. 2 Deteksi Dini
2. 3 Upaya penatalaksanaan PTM
2. 3. 1 Pengendalian faktor risiko PTM terintegrasi
2.3. 2 Tatalaksana
2. 3. 3 Respon cepat kegawatdaruratan PTM
2. 5 Sistem rujukan PPTM
2.6 Rehabilitasi PTM dan Pelayanan Paliatif

5
6
12
12
16
19
19
20
53
66
66

Bab III SARANADAN PRASARANA


3.1 Sumber daya manusia
3.2 Peralatan medis untuk Pelayanan PTM
3.3 Obat esensial PTM

69
69
70
70

Bab IV SISTEMPENCATATANDAN PELAPORANPPTM


73
4.1 Pencatatan
4.2 Pelaporan .

73
73

Bab V

PENUTUP

74

DAFTARPUSTAKA
TIM PENYUSUN
LAMPIRAN

75
77
80

iii

DAFTAR AlUR
1. Alur-l. Pengendalian PTM mulai dari Posbindu PTM,

Puskesmas, dan Rumah Sakit


2.

Alur-2. Konseling berhenti merokok

11

3.

Alur-3.a Skrining kanker Ieher rahim ..

14

4.

Alur-3.b Skrining kanker payudara ..

15

6.

Alur-4. Deteksi dini Diabetes dan Penyakit Jantung -Pembuluh Darah..... 16

7.

Alur-S. Deteksi dini PPOKdan Asma

17

8.

Alur-6. Pemeriksaan Faktor Resiko Kecelakaan

18

9.

Alur-7. Tatalaksana hipertensi dan diabetes terintegrasi pencegahan

24

serangan jantung, stroke, dan ginjal yang terintegrasi dengan


hipertensi, diabetes dan rokok sebagai faktor risiko sebagai
pendekatanawal ( entery point)
10. Alur-8. Keluhan/tanda dan gejala yang diduga menderita kanker............. 27
11. Alur-9. Sesak nafas/batuk

31

12. Alur-l0. Pembengkakan tungkai

32

13. Alur-11. Penurunan berat badan

33

14. Alur-12. Gagaljantung kronik

35

15. Alur-13. Tatalaksana asma terkontrol dan tidak terkontrol

39

16. Alur-14. Tatalaksana PPOKstabil

42

17. Alur-15. Alur Pengelolaan DM Tipe-2 Tanpa Dekompensasi

44

18. Alur-16 a. Pengendalian kanker anak pada leukemia

45

19. Alur-16 b. Pengendalian kanker anak pada Retinoblastoma

46

20. Alur-16 c. Pengendalian kanker anak pada Osteosarkoma

47

21. Alur-16 d. Pengendalian kanker anak pad a Neuroblastoma

48

22. Alur-16 e. Pengendalian kanker anak pada Limfoma Malignum

49

23. Alur-16 f. Systemic Lupus Eritematous (SLE)

50

24. Alur-16 g. Rujukan Systemic Lupus Eritematous (SLE)

51

iv

25. Alur-16 h. Thalasemia

51

26. Alur-17a. Penanganan eksaserbasi asma/PPOK

54

27. Alur-17b. Penanganan asma eksaserbasi

56

28. Alur-17c. Serangan PPOK eksaserbasi

57

29. Alur-18. Kemungkinan

diagnosis berdasarkan

30. Alur-19. Tidak sadar atau seml-tidak

keluhan nyeri dada

sadar

59
60

31. Alur-20. Transient Ischemic Attack ( TIA ) dan stroke

61

32. Alur-21. Sindroma koroner akut

62

33. Alur-22. Tatalaksana trauma ( KKL, jatuh,tenggelam


34. Alur-23. Upaya rehabilitanf perawatan

dan terbakar

kaki diabetes untukpenderita

63
67

OM non ulkus
35. Alur-24. Pelayanan dan rujukan kasus di puskesmas ...... ......... .......... ...... 68

DAFTAR GAMBAR
1. Gambar-l. Distribusi penyebab kematian dunia

3. Gambar-2. Distribusi penyebab kematian akibat PTM

3. Gambar-3. KIEdan Konseling Kesehatan

4. Gambar-4. Pengendalian Faktor risiko terintegrasi

5. Gambar-5. Merokok merupakan faktor risiko bersama terhadap PTM

19
21

DAFTAR TABEL
1. Tabell Gejala Kanker Tertentu yang prognosisnya baik jika dilakukan ...... 28
deteksi dini
2. Tabel 2 Angina Stabil, Riwayat Infark Miokard

34

3. Tabel 3 Nasehat kepada Pasien Asma dan Keluarganya

34

DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Pencatatan dan Pelaporan

80

2. Lampiran 2 Pendekatan Faktor Resiko dan Gejala Penyakit

83

Tidak Menular

vi

BABI

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia pada saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari penva
kit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Prevalensi beberapa
PTM utama meningkat, sementara penyakit menular masih tinggi, lebih
diperparah lagi oleh munculnya penyakit baru dan penyakit lama yang
muncul kembali.
Gambar 1. dikutip dari Global Atlas on Cardiovascular Diseases Preven
tion and Control2011. PTM mengakibatkan 36juta kematian di dunia antara
lain: penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) 48% (17,3 [uta),
kanker 21% (7,5 juta), penyakit saluran pernapasan kronis 12% (4,3 [uta),
penyakit diabetes melitus 3% (1 juta)
Gambar 2. dikutip dari Global Atlas on Cardiovascular Diseases Preven
tion and Control 2011 Hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di negara
negara berpenghasilan rendah dan sedang. Sekitar 17 juta kematian akibat
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh
darah perifer), 3 juta diantaranya terjadi pada usia dibawah 60 tahun.

Pen.,.~\.itKardiOYlKUlar
31"

MIA la!n1'lya

33"

.---..

PTMt..a:nnya

16"

~tw!-t~'S

DIt~,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
V',

me!itus

3"

Pen~ \it K.rdiovlKu!.ar

48%

Gambar 1:

Gambar2 :

Distribusi penyebab kematiandi


dunia

DistribusLpenyebabkematian akibat PTM

Menurut

berbagai

penelitian

epidemiologi,

masalah penanganan

PTM

dan faktor risikonya justru terjadi pada masyarakat golongan sosial ekonomi
rendah. Kematian akibat PTM di negara-negara maju terus menurun,

seba

liknya di negaranegara berkembang justru meningkat.


Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa

10 besar penyebab kematian di Indonesia, enam diantaranya tergolong PTM.


Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi 15,4%, disusul Tuberkulosis
7,5%, hipertensi 6,8%, cedera 6,5%, perinatal 6,0%, diabetes melitus 5,7%,
tumor 5,7%, penyakit hati 5,2%, penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit
saluran nafas bawah 5,1%.
Riskesdas2007 juga menyebutkan bahwa, prevalensi hipertensi umur >18
tahun di Indonesia mencapai 31,7%, namun hanya 23,9% kasus saja yang
terdiagnosis/minum obat. Prevalensi diabetes mellitus adalah 5,7%, sudah
terdiagnosis 1,5%, sedangkan 4,2% baru terdiagnosis saat penelitian
dilaku kan.

Penyaklt Maternal,
Perinalal dan
M,lnulnsi 28 %
Gamba,

3.

Menurut Data WHO 2011, prediksi kcmungkin<ln


kemanan
tahun 2030 Indonesia,
Penyaldt
K. rdrovaskular 30%. kanker 13 %, penya"it
respiraSt 7" , drabetes 3%. PTM lalnnya 10%
Cedera 9% dab Penyak,t Menul.r, maternal,
perin~tal, dan malnutrisi 28%.
DIabetes
3%

Gan88uan
Pern.pasan

".

Sejalan dengan perkembangan perekonomian dan layanan kesehatan di


Indonesia, terjadi pula perubahan demografis -struktur umur penduduk
Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua (ageing
population). Perubahan ini ikut berperan terhadap pergeseran pola penyakit
(transisi epidemiologi), penyakit menular cenderung menurun sedangkan
PTM cenderung meningkat. Untuk menghadapi perubahan pola penyakit ini,
diperlukan perubahan strategi pelayanan kesehatan.

WHO memperkirakan bahwa 90% penyakit diabetes tipe-2, 80% penyakit


kardioserebrovaskular dan 33% penyakit kanker sebenarnya dapat dicegah
dengan mengkonsumsi tinggi serat, olahraga cukup dan tidak merokok.
Maka, upaya prevensi dan promosi harus digalakkan dan diupayakan dapat
menjangkau seluruh golongan sosial ekonomi, termasuk golongan sosial
ekonomi rendah.
Dewasa ini, pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang sangat
terbebani oleh peningkatan kebutuhan terhadap penanganan penyakit
jantung, stroke, kanker, diabetes, dan penyakit paru kronik. Upaya penarnba
han fasilitas di rumah sakit tersier yang disertai pengadaan alat-alat canggih
memakan sebagian besar anggaran kesehatan, padahal fasilitas semacam itu
hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil saja dad masyarakat. Akibatnya
upaya prornosi, preventif dan deteksi dini terhadap mereka yang mempunyai
faktor risiko PTM, tidak terlaksana.
Langkah-Iangkah yang dijalankan dalam Pengendalian PTM mencakup :
tujuan dan penetapan target nasional, penilaian hasil penanganan PTM,
memperluas jaringan kemitraan, dan melakukan pendekatan "kesehatan
dalam berbagai kebija:kan", memperkuat sistem kesehatan dan pelayanan
kesehatan di tingkat primer seperti pelayanan di Pusat Kesehatan Masyara
kat (Puskesmas), serta membentuk kapasitas nasional maupun institusional
yang mampu melaksanakan program pengendalian PTM.
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan perlu direvital
isasi, agar mampu memberikan kontribusi besar dalam upaya pengendalian
PTM. Dibutuhkan komitmen yang tinggi dari semua pihak untuk meningkat
kan kualitas pelayanan puskesmas. Jejaring yang efektif dan efisien perlu
diciptakan, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia hendaknya dittng
katkan, tersedianya standar pelayanan minimum (SPM) yang komprehensif
(holistik) dan sarana/prasarana diagnostik, serta pengobatan sesuai dengan
standar pengobatan di Puskesmas,juga didukung oleh sistem informasi yang
memadai.
Puskesmas mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai : 1) pusat peng
gerak pembangunan berwawasan kesehatan, 2) pusat pemberdayaan
masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, 3) pusat pelay
anan kesehatan primer.
Dari penjelasan fungsi puskesmas ini, jelaslah bahwa puskesmas bukan
saja berperan menjalankan teknis medls, tetapi juga mengorganisasikan
modal sosial yang ada di masyarakat, agar terlibat dalam penyelenggaraan
kesehatan secara mandiri, sehingga pelayanan yang dilaksanakan oleh pusk
esmas dapat memberikan hasil yang lebih baik karena mampu menjangkau
masyarakat luas dengan biaya lebih rendah.
3

Kombinasi antara teknologi mengelola PTM yang sudah tersedia dengan


personil yang terlatih dan sistem rujukan yang terorganisir, memungkinkan
kebanyakan kasus PTM dapat ditangani dan dikelola di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar.
Berdasarkan hal tersebut perlu disusun petunjuk teknis PPTM sebagai
acuan dalam Penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
1.2

Tujuan
Tujuan Umum :
Memberikan
Petunjuk Teknis dalam Pelayanan Pengendahian PTIv1 yang
dilaksanakan secara berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, KabupatenjKota
dan Puskesmas, serta jajarannya.
Tujuan Khusus :
Dengan adanya Buku Petunjuk Teknis ini, diharapkan :
1. Terselenggaranya Pelayanan PTM di Puskesmas secara efektif dan efisien.
2. Terkendalinya faktor risiko dan PTM di masyarakat

1.3

Sasaran
1) Dinas Kesehatan Propinsi
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/
3) Puskesmas dan jaringannya

1.4

Kota

Kebijakan Operasional
1)

Mengembangkan dan memperkuat kegiatan pencegahan dan penanggu


langan faktor risiko PTM berbasis masyarakat.
2) Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini (skrining) faktor
risiko PTM
3) Meningkatkan tata kelola pelayanan PTM sesuai standar.
4) Meningkatkan monitoring pelaksanaan kegiatan pengendalian PTM.
5) Meningkatkan dan memperkuat manajernen, pemerataan, dan kualitas
peralatan deteksi dini faktor risiko PTM dengan merencanakan, menye
diakan dan memanfaatkannya secara optimal.
6) Meningkatkan
peran masyarakat dalam melakukan KIE yang benar
tentang faktor risiko PTM
7) Meningkatkan
advokasi dan sosialisasi (kepada carnat, lurah/kepala
desa, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan, Lembaga keta
hanan masyarakat desa/dewan
kelurahan, Lembaga sosial masyarakat)
pengendalian PTM
8) Memperkuat surveilans PPTM
9) . Mengembangkan dan memperkuat sistem informasi pengendalian PTM
10) Merencanakan dan menyepakati pembiayaan pengendalian PTM
11) Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja pengendalian PTM

BAB II
UPAYA PELAYANAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR 01 PUSKESMAS
Puskesmas sebagai penanggung jawab upaya kesehatan terdepan mempu
nyai tiga fungsi yaitu 1) sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan
kesehatan, 2) Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat, 3) Pusat pelayanan
kesehatan strata pertama. Dalam rangka penyelenggaraan pengendalian PTM,
puskesmas melakukan upaya pencegahan penyakit
sekunder dan tertier.

melalui kegiatan primer,

Pencegahan Primer adalah segala kegiatan yang dapat menghentikan atau


mengurangi faktor risiko kejadian penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi.
Pencegahan primer dapat dilaksanakan di puskesmas, melalui berbagai upaya
meliputi: promosi PTM untuk meningkatkan kesadaran serta edukasi untuk menin
gkatkan pengetahuan masyarakat dalam pengendalian PTM. Promosi PTM dapat
dilaksanakan melalui berbagai upaya, contohnya : kampanye pengendalian PTM
pada hari-hari besar PTM (Hari Kanker Sedunia, Hari Tanpa Tembakau Sedunia,
Hari Diabetes Sedunia, Pekan Keselematan di Jalan, dan lain-lain).
Upaya meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan masyara
kat untuk melaksanakan upaya pencegahan primer dengan cara melindungi
dirinya dari risiko PTM contohnya: pemakaian alat pelindung diri (pemakaian helm
berstandar SNI untuk mengurangi fatalitas cedera kepala saat terjadi benturan),
pemakaian sarung tangan saat melakukan pemeriksaan darah. pemberian obat
suntikan, dan pelaksanaan skrining IVA. (Inpeksi Visual' dengan menggunakan
Asam asetat).
Kesadaran dalam pemakaian alat pelindung diri melalui pelayanan
kesehatan primer, utamanya menekankan upaya-upaya pencegahan agar
masyarakat tidak jatuh sakit dan masyarakat yang sehat dapat memelihara
kesehatan dan kebugarannya secara optimal. Puskesmas wajib memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan serta dalam penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas.
Pencegahan Sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk
menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan
dini agar penyakit tersebut tidak menjadi parah. Pencegahan sekunder dapat
dilaksanakan melalui skrining fuji tapis dan deteksi dini

Pencegahan Tersier adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertah


ankan kualitas hidup penderita
yaitu dengan cara rehabilitatif
yang dilaksanakan

yang telah mengalami penyakit yang cukup berat


dan paliatif. Pencegahan tertier

pada penderita

sesegera mungkin

merupakan

agar terhindar

upaya

dari kom

plikasi yang lebih lanjut untuk meningkatkan

kualitas hidup dan memperpanjang

lama ketahanan

dapat dilaksanakan

hidup.

Pencegahan tertier

melalui

tindak

lanjut dini dan tata laksana kasus termasuk penanganan respon cepat menjadi hal
yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit tidak menular dapat
tercegah dengan baik.
Tatalaksana kasus dan respon cepat terhadap
harus dapat
kesehatan
keberhasilan

dilakukan

oleh

dasar. Penanganan
setiap

pelayanan

kesehatan dasar terhadap

setiap

petugas

kondisi kegawatan

kesehatan

di fasilitas

pelayanan
tolak ukur

pra rujukan

yang memadai

menjadi

kesehatan

yang diberikan

di fasilitas

kasus yang memerlukan

PTM

penanganan

layanan

lebih lanjut

di

rumah sakit.
Pengendalian PTM difokuskan terhadap faktor risiko PTM, jika sudah
men derita PTM maka akan sulit disembuhkan dengan sempurna, bahkan dapat
men imbulkan kecacatan dan kematian. Disamping itu, PTM memerlukan
perawatan dan pengobatan yang memakan waktu cukup lama dengan biaya
yang tidak sedikit.
2.1 Upaya Prornotif
Upaya promosi kesehatan dipuskesmas dilakukan agar masyarakat mampu
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),upaya promosi kesehatan dilaku
kan melalui sosialisasi, penyuluhan, komunikasi, diseminasi-informasi dan
edukasi, dengan menggunakan media prornosi, seminar/workshop dan meli
batkan pemuka rnasvarakat, keluarga dan dunia usaha. Promosi kesehatan
juga ditujukan dalam rangka menciptakan lingkungan yang kondusif seperti
adanya kawasan tanpa rokok (KTR),sarana umum untuk melakukan aktivitas
fisik, olahraga dan untuk mencegah gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan dilakukan promosi peningkatan perilaku sehat di jalan melalui
penggunaan helm, penggunaan sabuk pengaman, dan lain-lain.
Pengendalian faktor risiko PTM dilakukan melalui gaya hidup sehat seperti
tidak merokok, cukup aktivitas fisik, diet sehat (gizi seimbang, rendah garam,
gula, lemak), tidak mengkonsumsi alkohol serta dapat mengelola stres.

Promosi

kesehatan

mengajak

masyarakat

untuk jargon

"CEROIK" menuju

masa muda sehat dan hari tua nikmat tanpa PTM, yang secara harfiah adalah:

Cek kesehatan secara berkala

Enyahkan asap rokok

Rajin aktifitas fisik

Diet sehat dengan kalori seimbang

Istirahat yang cukup

Kelola stres

Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan masyarakat di komunitas melalui


posbindu PTM, UKBM, Posdaya, Poslansia, dan Pos lainnya dimana

masvara kat berkontribusi dalam peningkatan kesehatan melalui


pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat
dan berpartisipasi secara total dalarn pencegahan dan penanganan
kegawatdaruratan yang sederhana. Oiharapkan masyarakat dapat merubah
perilakunya untuk men capai hidup sehat.
Pengembangan
Desa Siaga merupakan
revitalisasi
Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Oesa (PKMD) sebagai pendekatan edukatif yang perlu
dihidupkan kembali, dipertahankan, dan ditingkatkan.
Posbindu PTM adalah kegiatan pembinaan terpadu untuk mengendalikan
faktor risiko PTM dan merupakan bentuk kemandirian masyarakat dalam
mendeteksi dan memonitor faktor risiko PTM secara rutin. Petugas puskes
mas melakukan pengawasan melalui kegiatan monitoring program.
Pembinaan kegiatan Posbindu PTM, dapat dilakukan melalui kemitraan
organisasi profesi (PPNI, IAKMI" IDI, IBI, Forum Kota Sehat, dan lain-lain).
Selain sebagai pembina dan pengawas dalam penyelenggaraan Posbindu
PTM, Puskesmasjuga menjadi tempat rujukan untuk kasus yang memerlukan
penanganan atau tindak lanjut selain dokter keluarga dan klinik swasta.
Dalam hal kasus sudah ditangani dan sudah mendapat pengobatan, pus
kesmas dapat mengajurkan agar kasus dimonitor melalui kegiatan posbindu
PTM, selanjutnya secara berkala tetap kontrol ke Puskemas untuk mendapat
kan pengobatan dan penanganan medis lainnya jika diperlukan. Berikut alur
penyembuhan.

Alur-1

PENGENDALIAN PTM MULAI DARI POSBINDU


PTM, PUSKESMAS, DAN RUMAH SAKIT
............-.a:tMl_,....

HasH
wawncara dan

pemeriksaan

POSBINDU

PTM

'"f8falttftt'mllmtl~ttU~

FR PTM:
- Hipertensi
- Dislipidemia
Hiperglikemia
-Obesitas
- dan lain-lain

PENY AKIT TIDAK


MENULAR:
- PJPD

DIAGNOSIS:
- Pemeriksaan

-+ - Pemeriksaan

r+

Penunjang

- Stok
- Diabetes Melitus
- Kanker
- PPOK dan Asma
- Gakce dan tisan
- dan lain-lain

PUSKESMAS

TATALAKSANA DINI
-Respon cepat
-Pengobatan dini

KONSELING : CERDIK
RUJUKAN:
RUMAH SAKIT

- Cek kesehatan secara berkala


- Enyahkan asap rokok
- Rajin aktifitas fisik
- Diet sehat dengan kalori seimbang
-Istirahat yang cukup
- Kelola stress

1
KIE

Puskesmas sebagai pembina Posbindu dan rujukan Posbindu, berperan


memberikan penanganan penyakit serta memberikan pendidikan kesehatan
dan konseling. Pendidikan kesehatan dan konseling ini merupakan tatalak
sana dini untuk pengendalian faktor risiko maupun pengendalian penyakit di
posbindu maupun di puskemas.
Berikut ini adalah panduan dalam memberikan pendidikan kesehatan
maupun konseling kepada masyarakat untuk pencegahan PTM dengan
melakukan pengendalian faktor risiko (Iihat Gambar-2)

Gambar 3 - KIE dan Konseling Kesehatan

Mendorong samoa masyarakat untuk mau memeriksakan

diri untuk melakukan deteksi dini

khususnya bagi yang be(isiko tinggi PTM.


Manfaatkan pelayanan kesehatan terdekat, dengal) atau tanpa keluhan.

ENYAHKAN ASAP ROKOK


Mendorong semua bukan perokok untuk tidak mulai merokok
Menganjurkan sem ua perokok u ntuk berhenti merokok da n me mba ntu upaya merek
a untuk berhenti m erokok
Masyarakat yang menggunakan bentuk lain dari tembakau harus di sarankan untuk berhenti
DIET SEHAT DENGAN KALOR'! SEIMBANG

1. Perhatikan konsunsi garam (natrium klorida) dengan cara: membatasi sampai < 5 gram (lsendok
the) per hari, kuran~ garam saat memasak, dan membatasi makanan olahan dan cepat saji
2. Konsumsi buah -buahan dan sayuran : 5 porsi (400 -500 gram I buah buahan dan sayuran per
hari (satu porsi setara dengan 1 buah jeruk, apel,mangga I pisang atau 3 sendok makan sayuran
dimasak
3. Hindari makanan berlemak dengan cars: membatasi daging berlemak, lemak susu dan minyak
goreng 2 sendok makan perharij, ganti minyak sawit menjadi minyak kelapa dengan zaitun,
kedelai,jagung, minyak bunga matahari dan gantidaging lainnya dengan avam (tanpa kulit)
4. Konsumsi Ikan: Makan ikan sedikitnya 3 kali per minggu, utamakan ikan berminyak sepern
tuna,makarel, salmon, dan kurangi kons umsi gula, dengan anjuran konsumsi gula tidak melebihi
dela'pansendok teh per hari

LAKUKAN AKTIVITAS FISIK SECARA TERATUR

Tingkatkan aktivitas fisik secara progresif untuk mencapai tingkat moderat (seperti jalan
cepat), sedikitnya 30 menit per-han ( lima hari dalam seminggu)
Kontrol berat badan dan hindari kelebihan berat badan dengan mengurangi makanan
berkalori tinggi dan melakukanak tivitas fisik yang cukup

BERHENTI MINUM AlKOHOl


- Pantangalkohol harus dipertahankan :
Orang seharusnya tidak disarankan untuk mulai mengkonsumsi alkohol untuk alasan
kesehatan.

KElOLA STRES

Berpikir positif, tidur yang cukup, tertawa, berolah raga, meditasi, dengarkan rnusik,
libatkan indera tubuh, lakukan pemijatan, miliki sikap mental pemenang, bangun
hubungan positif, seleksi yangkita baea,dengardanlihat, mendekatkan diri pada sangp
encipta

PATUH TERHADAP PENGOBATAN

- Bila pasien diberi resep obat, maka ajarkan: cara rninum obat di rumah,
jelaskan perbedaan antara obat-obatan yang harus diminum untuk jangka
paniang (misalnya obat Hipertensi) dan pemakaian jangka pendek
menghilangkan gejala (misalnya pelega untuk mengatasi mengi) menjelaskan
efek samping obat, konsultasikan ke Dokter jika ada keluhan setelah minum
obat.
_ Jelaskancara kerja tiap-tiap obat, jelaskan dosis yang digunakan untuk
tiap obat dan berapa kali minum sehari, bungkus masing-masing tablet dan
berikan label.
- Memastikan pemahaman pasien sebelum meniggalkan tempat pengambilan obat.
Jelaskanpentingnya untuk menjaga kecukupan obat-obatan.
- Minum obat secara teratur seperti yang disarankan.

10

Sehubungan dengan pengendalian faktor risiko merokok, alur berikut digu


nakan sebagai pendidikan kesehatan dan konseling untuk berhenti merokok
(lihat Alur-2)
Alur 2 Konseling Berhenti Merokok

A1. Ask
(tanyakan)

[ Apakahandarnerokok?

YA

A2. Advice
(na.sihatkan)

B-?[

merokoi

IngatJcan kembali banwa


meningkatkanrisikopenyakitjantung

Nasihatkan untuk berhenti rnerokok dengan memberikan pandangan yang jernih,


kuat dan individualistis.

NTembakau meningkatkan fisiko serangan jantung, stroke, kanker paru, penyakit

respirasi. Berhenti merokok merupakan hal terpenting yang perlu anda lakukan untuk
melindungi
jantung dan kesehatan anda, stop merokok sekarang. "
'-

A3:ASSESS

Apakaihanda ingin berhenti


merokok sekarang?

(kajian)

I
Bantu

mempersiapkan

Va

rencana

berhenti

merokok:

A4: ASSIST
(memberika
n dukunqan)

.
-

A5:
ben semangat
ARRANGE
(MGngatur)

Tetapkan tanggal berhenri


Informasikan kepada keluarga
teman

dan

Meminta dukungan mereka


Buang jauh-jauh rokok

ternbakau

Singkirkan benda-benda

Tidak

~
M enyediakan Informasi
kesehatan tentang
bahaya merokok dan
mernberiken leafletleaflet terkait kepada
pasien

artikel yang

menimbulkan keinginan merokok


Mengetur kunjungan tindak lanjut

Pada tindak lanjut kynjl,lngan


.
Ucapkanselamatsuksesbernentimerokokdan

Jika pasisn karnbuh marokok, pertimbangkantindak lanjut lebih


intensifdan dukungandad keluarga

rd~alnya . kunjungan follow up kedua dianjurkan da/am bulan yang same, kemudian setiap bulan
sesudahnya se/ama empat bulan dal) eva/uasi setelah satu tahun. Jika tidak memungkinkan,lakukan
konse/ing setisp ka/i pasien da/ang unluk pemeriksaan tekanan darah

11

2.2

Upaya Penapisan dan Deteksi Dini


Dalarn perjalanan penyakit tidak menular selain faktor risiko perilaku,
faktor risiko antara dapat dikendalikan karena itu perlu dilakukan deteksi dini
dan diintervensi secara dini agar tidak berlanjut menjadi fase akhir terjadinya
penyakit TM yang akan memberikan beban biaya kesehatan sangat mahal.
Faktor risiko PTM ada yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat di modifi
kasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu riwayat penyakit dalam
keluarga, kelahiran prematur, usia, dan jenis kelamin. Faktor risko yang dapat
dimodifikasi antara lain adalah : kurang aktivitas fisik, pola makan yang tidak
sehat dan seimbang, gaya hidup tidak sehat {merokok, mengkonsumsi alko
hoi, kurang sayur dan buah, berat badan lebih, dan obesitas (obesitas umum
dan obesitas sentral), stres, dislipidemia (metabolism lemak yang abnormal),
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi), dan perilaku yang berkaitan dengan
kecelakaan dan cedera, seperti perilaku berlalu lintas yang tidak benar. Sema
kin dini penyakit tidak menular ditemukan akan sernakin baik dalam penata
laksanaannya dan mengurangi terjadinya komplikasi yang bersifat fatal.
Upaya Skrining/uji tapis dan deteksi dini.
Faktor resiko PTM tersebut diatas dideteksi dengan upaya perapisan dan
deteksi dini Upaya Skrining/uji tapis dan deteksi dini dapat dilaksanakan di
masyarakat secara massal, di luar gedung maupun di gedung puskesmas
yang dapat dilaksanakan secara terintegrasi.

2.Z.1. Skrining/Uji Tapis


Uji tapis/screening adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu
populasi untuk mendeteksi faktor risiko atau penyakit pada individu
dengan atau tanpa tanda dan gejala, dan yang sudah menderita PTM
Skrining fuji tapis bukan untuk diagnosis tetapi untuk menjaring dan
rnenemukan apakah yang bersangkutan memiliki faktor risiko PTM
atau sudah menderita PTM. Pada saat skrining luji tapis ditemukan
faktor risiko PTM atau PTM maka perlu ditindaklanjuti yang cepat dan
pengobatan yang tepat.
Pelayanan skrining luji tapis PTM di Puskesmas dilaksanakan dengan
dua cara :
1) Pelayanan aktif
Dilaksanakan melaui penyaringan massal (mass screening) saat
kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak seperti seminar/ work
shop, peringatan hari-hari besar nasional, keagamaan, dan lain-lain.
12

2) Pelayanan

pas if

Skrining dapat dilaksanakan secara terintergrasi misalnya melakukan


pemeriksaan Tinggi Badan, B erat Badan, Tekanan Darah, Lingkaran
Perut, Index Masa Tubuh, disertai pemeriksaan Gula Darah Sewaktu
-waktu, kolesterol, albuminurin , IVA dan terintegrasi dengan program
lain (misalnya pemeriksaan Tekanan Oarah, Gula Darah Sewaktu dan
dalam pemeriksaan darah rutin untuk ibu hamil saat ANC(Ante Nata I
Care); pemeriksaan IVA sadari dan CBEbersama pad a ibu yang
berusia
30-50 tahun dengan kontrol KB, dan pemeriksaan mata pada pende
rita OM)
Puskesmas dan jajarannya sebagai ujung tombak pelayanan dasar di
komunitas, juga dapat melakukan skrining kepada masyarakat berisiko, yaitu
perempuan umur 30 -SOtahun dan dapat dilakukan pemeriksaan dan tatalak
sana pada sekali kunjungan yang disebut Single Visite Approac ( SVA) (Iihat
Alur-3)

13

Alur 3a Uji tapis / Screening Kanker leher rahim

Mengajak ibu - ibu usia 30-50 tahun untuk melakukan penapisan kanker leher rahim

Tingkat Komunitas
Tingkat

Yankes

Melakukan konseling. ttg kanker leher rahim, faktor risiko dan pencegahanova

Prime'r/Sekunder

lbu

memilih

dirujuk
1tahun

L.,m,

yang akan datang

6 Bulan pertama
Langsung
Krioterapi

Evaluasi
-Apakab sudah bisa
melakukan hubungan seksual
-lesi sudah sembuh

Kembali setela h satu bulan pasea krioterapi

1-

L_K_e_m_ba_el_oi

_a_m_b_u_13_n_p_3s_c_a_k_r_io_t_e_ra_p_i_

lesi prakanker
Acetowbite (.) atau

.. 6 bulan ke-l

-6 bulanke-II
IVA

(-J

f-.

Ulangi setelah lima tahun bila tidak ada keluhan


Ket:
lesi > 75% meluas ke dinding vagina atau leblh dan 2mm
dari diameter k(ioprob atau kedtrn saturan diluar jangkauan
krioprobc
6 bulan I: 6 bulan pasca krio

pertama

6 bulallil ; 6 bulall oasca kriQ kedu


a

14

Skrining kanker payudara dapat juga dilakukan secara terintegrasi dengan


leher rahim pada kelompok umur yang sarna, dengan menggunakan alur di
bawah ini (Iihat Alur-3b)

ALUR 3b Skrinlng Kanker Payudara

Mengajak ibu - ibu dalam kelompok usia ~O-50lahun uniuk melakukan penapisan kanker payudara

Tingkat Komunitas

Tingkat Vankes Primer


Ajarkan SADARI
Ada benjolan / kelainan lai nnya ?

Lakukan

caE (Clinical Breast Examination)

Ada benjolan / kelainan Iainnva ?

Tlngkat Yankes Sekunder

Radiolog

Dokter Bedah Umum I Onkologi

Keterangan:
RS yang betum memlliki fasilitas mammografi. cukup dllakukan USG olen Radiolog

15

2.2.2. Deteksi Dini


Melalui kegiatan deteksi dini faktor risiko PTM diharapkan dapat
dilakukan penanganannya sesegera mungkin, sehingga prevalensi
faktor risiko, angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat PTM
dapat diturunkan serendah mungkin. Deteksi dini faktor risiko PTM
dapat mencegah dampak yang memiliki konsekuensi sosial dan
ekonomi, karena untuk pengobatan PTM perlu waktu yang lama dan
dengan biaya mahal, misalnya miokard infark, stroke, gagal ginjal,
amputasi, dan gangguan penglihatan, PPOKderaiat berat.
Deteksi dini PTM dilakukan terhadap faktor risiko dan dengan men
genali tanda dan gejala, seperti pada :
a. Penyakit Kanker, dapat dilaksanakan pada beberapa jenis kanker,
dengan cara yang lebih mudah dan dapat dilakukan oleh petugas
kesehatan di tingkat dasar sekalipun, yaitu: pada kanker leher rahim
menggunakan metode IVA (Inspeksi Visual dengan menggunakan
Asam asetat), kanker payudara (mengajarkan SADARI (PerikSA
payuDAra sendiRI) dan melaksanakan metode CBE=Clinical Breast
Examination), dan menggunakan senter atau pemeriksaan fundus
kepi untuk mendeteksi Retinoblastoma
b. Penyakit Jantung, dengan tanda utamanya adalah adanya keluhan
sakit dada yang khas disertai peningkatan enzim-enzim jantung
seperti CPK-CKMBtroponin, bila positif jelas terjadi suatu penyum
batan koroner.
c. Penyakit jantung-pembuluh
darah dan DM (melalui pemeriksaan
kadar kolesterol dan gula darah), Obesitas (melalui pemeriksaan
IMT, dan lingkar perut).
Deteksi dini diabetes dan penyakit jantung-pembuluh darah dapat
dilaksanakan secara terintegrasi dengan mengikuti alur di bawah ini
(Lihat Alur-4)
Alur 4 Deteksldlni Diabetesdan PenvakitJantungPembuluhDarah

-.--..-~

RIWAYAT FAKTOR RISIKO:


-

Apa kah ustaova > 40 Tahun

Rlwayat keluarga menderlla DM

Pemah melahir1<anl>ayi dengan BB > 4 k9

Kehamilan den.gank.adar 9ula darah linggi

Riwayat lahir dengan BB < 2.5 kg

Beret badan Iqbih (IMT > Z3 kglm2)

Kurangnya aktivitas (lsi!<

Hipertens.i(> 140/90 mmHg)

Oisllpldemla (HOL < 35 mgldL dan atau trigtiserida


>

16

250 mgldL)

Diet tak sehat (unhealthydiet) dengan Iinggi gula.

Ung91 garam. dan rendah serat, mora kok.


Perokok aktif rnaupun pasl!

PENGUKURA,., FR OM
Berat Badan
'lingg i Badan
Indek.s Massa Tubuh
LinglearPerut
Tekanan Oarah

PEMERIKSAAN
Kadal Glukosa darah sewaktu
Kadar Glukosa darah IVuasa
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Kadar lipid darah
EKG

d. PPOK dengan tanda utama adanya keluhan batuk/sesak, untuk


PPOK usia diatas 40 tahun dengan riwayat merokok disertai gang
guan pernapasan berupa batuk kronik yang berulang dan bersifat
progresif disertai perubahan warna sputum, asrna dengan tanda
utama sesak disertai mengi, gejala episodik, dengan riwayat alergi .
PPOKdan Asma
dapat dideteksi dengan pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE)
menggunakan peak flow rate meter dan dilanjutkan dengan pemer
iksaan spirom et rio
e. Hipotiroid (melalui pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone
(TSH) pada Wanita Usia Subur, Wanita hamil, dan Neonatus)
f. Osteoporosis, adanya faktor risiko riwayat patah tulang secara tiba
-tiba karena trauma ringan atau tanpa trauma, tubuh makin pendek
dan bongkok, skrining dengan tes 1menit
g. Gagal Ginjal Kronik
h. Thalasemia dengan adanya riwayat thalasemia dalam keluarga,
sering anemia tanpa perdarahan, pemeriksaan darah tepi ditemu
kan anemia mikro
i. Systemic Lupus Eritematous (SlE) dengan periksa Lupus sendiri
"SALURI"
Deteksi dini PPOKdan asma secara terintegrasi dapat juga dilakukan
di ouskesmas dan [ajarannva dengan memperhatikan alur di bawah
ini (Lihat Alur-6)
Alur 5 Deteksi dlnl PPOKdan Asma

Subjek Perokok /
Mantan Perokok
Deng"n Usia = 35 tahun

Oatang dengan infeks;


Pcrnapasan akut / berulang

Mcmpunyai : 1
Gejala pernapasan

Jika Ada

Fasilitas
Pemeriksaan APE

Pemeriksaan Spirometri
dan Uji bronkoc!ilator jlk3
ada obstruksl sal. Napas

17

Catatan :
Perokok adalah subjek yang telah merokok minimal 100 batang
rokok dan sampai dengan penilaian dilakukan masih merokok.
Mantan perokok adalah perokok yang telah berhenti merokok mini
mal satu bulan sebelum penilaian dilakukan.
j. Faktor risiko kecelakaan pacta pengemudi (melalui pemeriksaan
tekanan darah, kadar gula darah, alkohol, amphetamin) dan tindak
kekerasan dalarn rurnah tangga (melalui pengenalan cedera tidak
wajar yang mengarah pada kekerasan dan pembuatan visum).
Berikut diberikan contoh alur pemeriksaan faktor risiko kecelakaan
pada pengemudi dimana pelaksanaannya melibatkan lintas sektor
terkait yaitu perhubungan dan kepolisian.
Berikut diberikan contoh alur pemeriksaan sektor risiko kecelakaan
pada pengemudi dim ana pelaksanaanya melibatkan lintas sektor
terkait yaitu Perhubungan dan kepolisian .
Pada pengendalian faktor risiko kecelakaan dan tindak kekerasan
di jalan raya dengan menggunakan alur di bawah ini (Lihat Alur-7)

Alur 6 Pemeriksaan Faktor Risiko Kpcelakaan

Perhubungan

A
R
M
A

Polisi

(jI

Kesehatan

--~
~

KendaraanJBus

0
A

1Pt

~"iNg)

Pengemudi

Kelengkapan
adminislrasi
(SIM, STNK)

...

Pemulihan
kondisi
a.Pendaftaran
pasien
b.Pemeriksaan
(Tekanan carat, gula Pemberian
darah, alkohol dan obat
amfelamin)
c.Pencatatan

Puskesmas atau Pos

18

Rekomendasi:
1. Layak
2. Layak
dengan

catatan

3. Tidak layak

Kegiatan pemeriksaan deteksi dini faktor risiko PTM, dapat dilak


sanakan dengan cara aktif (memberikan pelayanan kesehatan sedekat
mungkin ke masvarakat melalui kegiatan di luar gedung joutreach
activities) dan secara pasif (dengan melakukan kegiatan deteksi dini
pada Masyarakat Khususj Kelompok Khusus bahkan pada suatu event
atau kegiatan tertentu dimana berkumpul banyak orang seperti rapat
kerja, seminar, workshop, rnenunggu kunjungan masyarakat ke pusk
esrnas.
2.3. Upaya Penatalaksanaan Pengendatian PTM
2.3.1 Pengendalian faktor risiko PTM terintegrasi
Faktor risiko umum 'common risk faktor' yaitu pola konsumsi makanan
yang tidak sehat (tinggi gula dan garam, tinggi lemak, dan rendah
serat), kurangnya aktivitas fisik (tidak cukup dan tidak teratur), mero
kok dan konsumsi alkohol, jika tidak dicegah dapat memicu timbulnya
faktor risiko antara yaitu hipertensi, dislipidemia, kadar gula darah
tinggi, dan kegemukanjobesitas. Jika faktor risiko dapat diketahui
lebih dini, maka intervensi yang tepat dapat dilakukan sehingga PTM
dapat dicegah atau paling tidak mengurangi komplikasi penyakit. Beri
kut adalah gambaran faktor risiko penyakit dan kemungkinan penyakit
tidak menular yang mungkin terjadi berdasa rkan faktor risiko tersebut.
(Lihat Gambar-2) .
Gambar-4 Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular secara
terintegrasi
GAMBAR 4

PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO TERINTEGRASI


PENYAKITJANTUNG
DAN PEMBULUH DARAH

KANKER

DIABETES

KURANG

AKTIVITAS

FISIK

PENYAKIT PERNAFASAN
KRONIK

OSTEOPOROSIS

GAKTI

19

Oalam menentukan diagnosis dan selanjutnya untuk tatalaksana


penyakit tidak menular berdasarkan faktor risiko utarna ditambah
dengan keterangan mengenai keluhan dan gejala yang ada, sebagai
pengendalian faktor risiko teritegrasi.

l.3.2. Tatalaksana
Tatalaksana pengobatan dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilan
dasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi
pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan risiko sekecil mung
kin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengo
batan yang rasional.
wataupun pengendalian PTM lebih difokuskan pada faktor risiko
perilaku dan penyakit antara, namun fase akhir penyakit tetap menjadi
perhatian. Tatalaksana penderita PTM (kuratif-rehabilitatif)
yang efek
tif dan efisien, yCing didukung kecukupan obat, ketenagaan,

sarana/prasarana. sistem rujukan, jaminan pembiayaan dan regulasi


memadai, untuk menjamin akses penderita PTM dan faktor risiko
terhadap tatalaksana pengobatan baik di tingkat pelayanan kesehatan
primer, sekunder maupun tertier.
Pengobatan yang tepat, cepat, efektif dan rasional dilakukan untuk
PTM beserta faktor risikonya, yaitu Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah, Diabetes Mellitus dan Penyakit Metabolik, Kanker dan Penyakit
Kronis dan penyakit degeneratif lainnya ditambah dengan gangguan
cedera dan tindak kekerasan.
Tatalaksana PTM di puskesmas dapat dilaksanakan secara terinte
grasi mulai saat ditemukan faktor rislko sampai pada penatalaksa
naannva. merokok sebagai suatu faktor risiko bersama PTM dapat
menyebabkan PTM, maka jika pasien dengan riwayat merokok/bekas
perokok datang ke puskesmas dengan gejala pernapasan (Asma,
PPOKJcuriga kanker paru) maka dokter juga harus memikirkan
kemungkinan-kemungkinan apakah pasien tersebut juga memiliki
penyakit jantung/kardiovaskular atau metabolik (OM) atau kemungki
nan PTM yang lainnya. Demikian pula jika datang dengan riwavat
merokok dengan gejala sering makan, sering minum, sering kencing,
gemuk karena penyakit metabolik maka dokter juga harus memikirkan
apakah pasien juga memilikf kemungkinan PTM lainnya seperti penya
kit jantung.

20

Gambar 5. Merokok Merupakan Faktor Risiko


Bersama terhadap PTM

BATUK
KRONIS
5ESAK

HIPEIHENSI
SESAK
NYERI DADA
HIPERKOLESTEROL
SAKIT KEPALA

OBESITAS
SERING MAKAN
SERING MINUM
SERING

GANGGUAN
PERNAPASAN

GANGGUAN
JANTUNG OAN
PEMBULUH DARAH

ANGINA,
INFARK

MIOCARD

GANGGUAN
METABOLIK

I'<ENCING

2.3.2.1 Tatalaksana Hipertensi dan Diabetes Terpadu


Alur tatalaksana hipertensi dan diabetes terintegrasi dipergunakan
pada kondisi berikut : Usia> 40 tahun , perokok, obesitas, hipertensi,
diabetes, riwayat penyakit Kardiovaskuler prernatur pada orang tua/
saudara kandung, riwayat diabetes atau penyakit ginjal pada orang
tua/ saudara kandung .
Tatalaksana hipertensi dan diabetes dapat dilaksanakan secara
terintegrasi dengan memperhatil<an Alur-7 Tatalaksana hipertensi
dan diabetes terintegrasi pencegahan serangan jantung, strok dan
ginjal yang terintegrasi dengan hipertensi, diabetes dan rokok
sebagai faktor risiko sebagai pendekatan awal (entry point)

21

Untuk menilai risiko penyakit jantung dan pembuluh darah digu


nakan Carta prediksi faktor risiko. carta ini memprediksi seseorang
untuk berisiko menderita penyakit jantung dan pembuluh darah 10
tahun kemudian berdasarkan umur, jenis kelamin, tekanan darah.
merokok, total cholesterol dan ada tidaknya Diabetes Mellitus. Carta
ini dapat digunakan di Indonesia menggunakan carta sub regional B
(SEARB} seperti dibawah ini ;
Nama :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
Umur:
tahun

SUBYEK DENGAN DIABETES MELLITUS


Male

Age

(year)

Female

Non Smoker

Smoker

r::~
IL-..!l

70

Non Smoker

Smoker

SAP

(mg)
180

.Dl:.1 '

G
.. '

160

140
120

180
160

140
120
180
160
140

120

180
160
140
120

4
4

5 6

7 8

5 6 7 8

456
Cholesterol (mmoJ)

KESETARAAN KADAR CHOLESTEROL


mmolfL DEN~N

mg/dL

TINGKAT RISIKO MENURUT WARNA:

4 mmol/L:154.7 mgJdL

Hijau

5 mmoIlL:193.3 mg/dL

Kuning

6 mmollL: 232 mg/dL

Orange

7 mmollL: 270.7 mg/dL

Merah

<30%,

8 mmolfL:309,4 mg/dL

Merah tua

<10%
10% sId <20%,
20%

sid

30%

I> 40%

22

Nama :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

Umur:

tahun

SUBYEK TANPA DIABETES MELITUS


,J

Umur
Tahun

Perempuan

Laki - Laki

Bukan Perokok

Perokok

I
Bukan Perokok

" I,',

m
Perokok

l~:~

4567845678

KESET ARAAN KADAR


CHOLESTEROL mmol/L DENGAN

140
120

TINGKAT RISIKO MENURUT WARNA:

mg/dL

CI

Hijau

5 mmo1/L:193,3 mg/dL

6 mmollL: 232 mg/dL

8 mmol/L:309,4mg/dL

III 20% sId <30%,


I 30% sId <40%,
Merah
Merah tua I > 40%

4 mmo1JL:154,7mg/dL

7 mmol/L: 270,7 mg/dL

Kuning

<10%
10% sId <20%,

Orange

23

Penilaian berdasarkan tingkat risiko ini dilanjutkan dengan talaksana


yang harus dilakukan sesuai dengan ringkat, lihat alur 7 di bawah ini:
Alur-7
Tatalaksana hipertensi dan diabetes terintegrasi pencegahan seran
gan jantung, strok dan ginjal yang terintegrasi dengan hipertensi,
diabetes dan rokok sebagai faktor risiko sebagai pendekatan awal
(enterypoint)

Langkah 1.Tanyakan tentang :


Diketahui penyakit [antunq, strok, TIA, diabetes, penyakit ginjat

U
N
J
U
N
G

A
N

Nyeri dada carvateu sesak saat aktifitas, nyeri I tungkai saat


[atan
Obat-obatan yang dlminwm pasien
Merokok saat lni (ya/tldak)
Konsumsi alkohol (yalticlak)
Pekerjaan (duduk Sa)8 atau banyak gerak)
Berolah raga teramr minimal 30 menit senan 5 han
dalam seminggu (ya/lidak)

Langkah 2.Lakukan penilaian :

E
R

T
A
M
A

24

Usia> 40 tahun, Perokok,


Obesilas', Hipertensi, Diabetes,

Riwayat Penyakil Kardiovaskuler


prematurepadaorangtua/saudara
kandungd, an Riwayatdiabetes
ataupenyakitginjalpadaorangtua

Lingkar perur
saudarakandung
Palpasi nadi perller
Auskultasi jantung dan paru
Tekanan darah
Gula daran puasa dan sewaklu ( DM puasa ~ 126 mgldl) atau sewaklu? (200 mgfdl
Proteinuria
Llpid darah (bila dimungkinkar.)
Test sensasi (rasa) pada tungkai dan nadi dorsalis pedis/tibialis pada DM

Langkah 3. Kriteria rujukan untuk ssmua kunjungan :


p

GUNAKAN ALUR INI PAD A


KONOISI:

Tekanan darah systole?. 140 atau diastole?. 90 mmHg pada subyek usia c 40 tanun
(unwk menyingkirkan hipertensi sekunder)
Diketahui menderita hipertensi. strok, TIA, OM. penyakit ginjal ( untuk penilaian bila mana diperlukan )
Angina pektoris, klaucllkaslo
Perburukan gagal jantung
Kenaikan lekanan darah ;> 140190 mmHg ( pada OM> 130{80 mmHg) meskipun
mendapat terapi dengan 2-30bat
Proteinuria
Bila penderita terapi 8-12 minggu kadar HbA1c >7%
OM dengan il'lfeksl berat dan/atau luka di kaki

suoan

OM yang baru saja mengalami perburukan penglihalan atau lidak dilakukan pemeriksaao mala
dalam 2 tahun terakhlr.
Gunakan usia. jenis kelamin. status merokok. tekanan darah sislol, diabetes
(kadar kolesl~rol darah bila ada)
Bila usia 50-59 tahun pilih kolom kelompok usia 50, bila 60-69 tahun pilih kolom kelompok usia 60 dst;
untuk usia c 40 tahun pilih kolom 40 tahun

I Langkah 4.Tetapkan risiko


-------

r--+

-_._----------------,

transien/TIA, penyakit cerebrovaskuler atau penyakit vaskuler


perifer), bila stabll hendaknya terus minum obat yang sudah
diresepkan dan dianggap mempunyai risiko > 30%. Semua
subyek

Perlu konsultasi diet, aktifitas fisik, berhenti

merokok

(alur

konseling faktor risiko PTM)

Langkah 5.
Obati
sebagaimana 1----310
Tercantum
disamping:

Bila risiko < 10% check kembali dalam waktu 12 bulan

Bila risiko 10 - < 20% check kembali tiap 3 bulan hingga target

untuk

dinilai

kembali

risiko

2,3,4.

Bila risiko 20% - < 30% :

Ikuti kriteria rujukan


untuk semua
kunjungan (sesuai
langkah-3)

Bila risiko masih tetap > 30%

Tatalaksana
sebagai berikut

Setelah 3 - 6 bulan intervensi obat-obatan pada kunjungan pertarna,


lajutkan ketingkatberikutnya

Lanjutkan seperti langkah 4 dan check ulang tiap 3 bulan

Jangan tambahkan garam di meja makan dan hindari makanan asin, makanan cepat saji,
makanan kaleng dan burnbu penyedap makanan
Ukur kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin anda secara teratur

Bila anda dalam terapi

diabetes

yang dapat mengakibatkan hipoglikernik, bawalah selalu

gula atau gula-gula, Bila memungkinkan periksakan mata teratur setiap tahun

tercapai, selanjutnya tiap 6-9 bulan

Jangan berjalan tanpa alas kaki atau kaos kaki, cuci kaki dengan air hangat dan jaga agar
r--.-------

------------------_,

Risiko 20 - < 30% :

selalu kering terutama di sela-sela jari kaki


Jangan potong atau bubuhi bah an kimia pada callus atau corns

Perlu konsultasi diet, aktifitas fisik, berhenti merokok (alur

> 130/80 mmHg) pertimbangkan salah satu obat dosis rendah :

Hydrochlorthiazide

25-50 rng perhari,

Enalapril

perhari
check teratur nap 3-6 bulan.

dokter anda

Obat hipoglikemik oral (metformin,

sulfonilurea, glinid}, Titrasi metformin hingga kadar gula

mencapai target yang diingin kan (dosis maksimal 2 g/hari)

5-20 mg

perhari, Atenolol 50-100 mg perhari atau Amlodipine 5-10 mg

Periksa kaki anda setiap hari dan bila bermasalah atau ada luka segera temui

Langkah tambahan : Bila dengan diet diabetes kadar gula puasa tetap di atas normal, berikan

Tekanan darah menetap > 140/90 mmHg (pada DM dengan TD

bulan

NASIHAT KHUSUS BAGI PENDERITA DIABETES

konseling faktor risiko PTM)

12

Ulangi langkah

Risiko < 20% :


-

tiap

dengan kadar kolesterol total> 320 mg/dl harus diberikan nasihat


pola hidup sehat dan terapi statin

ulang

Check

kardiovaskuler Konsultasi diet, aktifitas fisik, berhenti rnerokok

(penyakit jantung coroner, infark miokard, serangan iskemik


~

Bila risiko < 20% :

Semua subvek dengan tekanan darah >160/100 mmHg harus


diberikan obat anti hipertensi
Semuapasien dengandiagnosisdiabetes dan penyakit
kardiovaskuler

,-----------------------------------------,

~rdi~~aSkUler bagi yang tidak dirujuk

Nasehatkan cara memelihara kaki: Check teratur tiap 3 bulan, bila sarana tersedia, berikan

Rujuk untuk pemeriksaan mata setiap dua tahun

statin bagi subyek usia> 40 tahun meskipun risiko kardiovaskuler rendah


L_

Risiko > 30% :


Perlukonsultasidiet, aktifitas fisik, berhenti merokok (alur konseling)
Tekanan darah menetap = 130/90 mmHg harus diberikan salah
satu dosis rendah obat : thiazide, ACEinhibitor beta-blocker atau
calcium channel blocker, PerlukonsuItasidiet, aktifitas fisik, berhenti
merokok (alur konselingFRPTM))
Tekanan darah nrenetap = 130/80 mmHg : pertimbangkan salah
satu
obat dosis rendah : Hydrochlorthiazide 25-50 mg perhari atau,
Enalapril 5-20 mg perhari atau, Atenolol 50-100 mg perhari atau
Amlodipine 5-10 mg perhari, Berikan golongan statin (Check teratur
tiap 3 bulan)

2.3.1.2 Tatalaksana berdasarkan gejala dan Tanda


Gambaran gejala dan tanda yang muncul dapat menjadi dasar
dalam menentukan kemungkinan diagnosis suatu penyakit penyakit,
khususnya pada penyakit kanker seringnya tanpa geja!a, bila sudah timbul
gejala kemungkinan sudah menderita stadium lanjut, untuk itu sangat
diperlukan pengetahuan yang benar terhadap dokter umum yang ada di
puskesmas untuk mengerti tanda dan gejala,dapat dilihat seperti
dibawah ini (Lihat Alur-8)

25

Alur 8. KELUHAN/TANDA dan GEJALA


TERTENTU:
KONSUUASIINDIVIDU

YANG DIDUGA MENDERITA KANKER

KE PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

Batuk kronik, berdarah sedikil, nyeri dada, sesak nafas, bendungan di leher, riwayal merokok
aklif atau pasif (curiga kanker paru)
Benjolan di payudara, retraksi kulit, puling susu mengeluarkan cairan f darah, payudara membesar
sebelah (curiga kanker payudara)
Keputihan,pendarahan per-vaginam: pasca coital, antar-menstruasi, pasca-menopause, nyen perut
bagian bawah'(curiga kanker leher rahim)
Perubahan kebiasaan buang air besar, perdarahan reklum (kanker kolorektal)
Kesulitan dalam buang air kecil, pancaran seni tidak beraturan. rasa ingin buang air kecil
terus rnenerusJ anyang-anyang (kanker prostat)

Menilai kemungkinan Kanker

Nilai keluhan dan gejala: riwayat, intensitas, durasi, perkembangannya


Diagnosis banding: menyingkirkan infeksi

* (klamidia, gonokokus),

ulkus genetalia*

Mengidentifikasi faktor-faktor risiko kanker dan co-morbiditas / penyakit penverta


kelompok usia, pengguna tembakau, dan lain-lain

Pemeriksaan klinis berfokus pada area yang bermasalah (misalnya payudara teraba nodul,
leher rahim : Lesi putlh , limbul ulserasi pada mulut rahim)

DIPERKIRAKAN OAPAT DlTANGANI 01

DIDUGA KUAT KANKER

PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

Rujuk seqera ke Pelayanan


Kesehatan SekunderlRS

Obati bila memungkinkan Anjurkan kontrol

Saat Kontrol : Evaluasi keluhan/gejala, lakukan


pemeriksaan klinis

Rujuk ke tingkat Pelayanan Kesehatan Sekunder


bila keluhanfgejala menetap atau memburuk

26

PERLU DIINGAT BAHWA:

Jenis Kanker ya ng geja lanya muncul hanya pada tahap lanjut dan tidak mem baik/prognosisnya buruk:
- Lambung (penurunan berar badan, disfagia, dispepsia, nyeri perut, cepat kenyang,
pencernaan terganggu, keasaman dan bersendawa, diare, berulang, sembelit, anemia
defisiensizat besi)
Paru (batuk kronis > 3minggu, dispnea, pneumonia berulang, hemoptisis, suara serak, nyeri dada)
Esofagus (disfagia)
Kantong erncedu/saturanernpedu (ikterik)
Ovarium (sa kit perut, distensi, penurunan berat badan, asites)
Hati (hipoglikemia, pendarahanintraperitoneal, mengangkatserumalfa - fetoprotein - diagnosis
banding: kan ker ovarium dan testis - asites, hepatomagali)
SSP /glioblastoma ( sakit kepala, kejang, muntah pagi dini hari, epilepsi )

Untuk mengetahui gejala dan tanda pada kanker tertentu dapat


merujuk pada Tabel 1 di bawah ini
Tabel1
GEJALA KANKER TERTENTU YANG PROGNOSISNYA BAlK JIKA DILAKUKAN
OETEKSI DINI
Tanyakan A : Dipahami oleh paslen

Kemungkinan
Kanker di

Dilakukan oleh
Doktor

Non Doktor

Organ

A : Baluk darah kronis dan sesak

Paru

napas
B : Sesak napas, Benjolan di
leher
danlalau bendungan di leher,

Jika memungkinkan

Rujukke

lakukan Pemeriksaan

Pelayanan

Rontgen Thorax,

Kesehatan

Rujuk ke Pelayanan

sekunder

Kesehatan sekunder

pembesaran kelenjar getah bening


di lsher
A: Perubahan bentuk dan ukuran

Payudara

pada perabaan payudara.

Rujuk ke Pelayanan

Rujuk ke

Kesehatan sekunder

Pelayanan

Singkirkan

Rujuk ke dokter

A, B : Benjotan atau penebalan pada


Kesehatan payudara atau ketiak,
sekunder
- Puting! kulit retraksi. put1ingkeluar
cairan,kulit payudara seperti eksim
- Benjolan di aksila
A: Pendarahan per-vaginam
(postcoital. intermenstrual, post
infeksi msnopausa)

Cervix

ke mungkinan

27

(Sambungan Tabel1)

A : Mual, pembesaran di peru!

Ovarium

A,B : Benjolan di perut

USG, Rujuk ke

Rujuk ke

Pelayanan Kesehatan

Pelayanan

sekunder

Kesehatan
sekunder

A: Pendarahan per-vaginam (post

Endometrium

menopause bleeding}

Singkirkan
kemungkinan infeksi,
curetage

A: Diare persisten dan/atau

Rujuk ke dokter

Colorectal

Adakah anemia

I
Rujuk ke dokter

defisiensi zat besi,

konstipasi, perubahan kebiasaan


buang air besar, obstruksi -

Singkirkan infeksi dan

pendarahan per-rektum. berat badan

haemorrhoid FOBT

turun drastis.
A, B : - Persistent Keratosis (bibir)

- Berhenti merokok

Rujuk ke

atau mengunyah

PeJayanan

tembakau

Kesehatan

mulutllidan > 3 mrnggu

-Rujuk bila menetap > 2

sekunder

- Mulut bau, gigi goyang

minggu

Oral

- Benjolan di leher
- Ulkus atau daging tumbuh di

B: Bercah merah atau putih di mulut


A: Baluk persstea alau suara parau
>3 minggu

Laring
Nasofaring
-Rujuk ke Pelayanan

A,B: - Kelulian pada satu sisi telinga,

Kesehatan

disfagia. otalgia,palsi pada saraf

sekunder

Cranial, epistaxis, obstruksi nasal,


Rujuk ke Pelayanan

Rujuk ke

ungu

Kesehatan

Pelayanan

B:a infilirasl di kulit

sekunder

Kesehatan

A,B: Lesi kulil dengan wama merah-

28

Kaposi sarcoma

sekunder

A, B: Tumbuh tahi lalal baru atau

Kulit

membesar dan yang sudah ada


Pendarahan, perubahan warna dan
bentuk dari 1ahilalat yang ada
(asymmetrical), tahi lalat dengan
berbagai wama mengalami inflamasi
atau tepinya berwarna merah
(aluran A, B ,e,D)

. keratosis persisten atau luka kulit


yang tak sembuhsembuh
Prostat

A,B: Sering kencing, pancaran seni

Pemenksaan

tak beraturan,rasa inginkencing

RektaVAnus

terus, rasa ingin kencingtapi sulit I

mulai.

Rujuk ke dokter

A,B : Bintik putih oi pupil, convergent

I
Retinoblastoma,

I
Rujuk ke Pelayanan

strabismuspadaanakanakh,ilangnya

Rujuk ke
Kesehatan

Pelayanan visus, penonjolan bola mata.

sekunder
Kesehatan sekunder

A,B : Pembengkakan pada satu testis

Testis

Rujuk ke Pelayanan

Rujuk ke

Kesehatan

Pelayanan

sekunder

Kesehatan
sekunder

A,B : Kencing berdarah, lidak nyen,


strangury

Kandung

Singkirkan infeksi

Rujuk ke dokter

kencing

Terdapat beberapa penyakit pada paru yang menimbulkan gejala


yang sama, seperti sesak dan batuk sehingga membutuhkan pemer
iksaan lanjutan, alur di bawah ini (Iihat Alur-9) dapat membantu
untuk men diagnosis suatu penyakit.

29

Alur 9 Sesak Napas I Batuk

Buat Dugaan Diagnosis Berdasarkan Halhal Berikut :

:Beratnya sesak napas(saat beijalan, naik tangga, berbicara atau saat istirahat),
BercakJ batuk berdarah, nyen dada, riwayat TB/asmaiPPOK, gagal jantung. merokok
(ya/tidak).

TANYAKAN

Jika sesak na~as ringan dan


sedal1g dengan :

Jika sesak napas berat Isesak saat


istirahat atau saat be~alan) den9an :

CU.r Iga

atau kanker paru-

'

TBC

paru jika:
-Mengi alau dada rasa berni,
dahak banyak
-Frekuensi napas 20-30 kali
-Riwayat kekambuhan
Gejala kronis

Frekuensi napas >30per menn


'Gelisah
Menggunakan 0101 banlu napas (oto!
leher, otot peru!)
'APE<50%
'Saturasi 02 (oximetry<90%)

,I,}

APE >80%

APE

50-80%

Asm~IPPOK

Asma

IPPOK

eksaserbasi

ringan

eksaserbasi
sedang

-Mengi
ada/tidak
sama sekali
(silent chest),

-Suhu > 38C


denganltanpa nyen
-dahak belwama

ronki kering

l
Alur tatalaksana

AsmaJPl>OK

AsmafPPOK
eksaserbasi
berat

Baluk> 2minggu atau sering,alau


Ada riwayalTB alau
penurunan berat badan tanpa
alasan jelas
menderita HIVaiau
, Nyeri dada saat bemapas
Batuk darah

t
Edema
kedua
lungkai
(pitting
oedem)#

~I

Infeksi saluran
napas bagian bawah
Sesuai alur
latalaksana infeksi
saluran napas

Pemeriksaan lanjutan
unluk TB atau Kanker
pau

Foto thorax dall


sputum BTA
Kemungkinan
Gagal jantung
Sesuai alur
gagal jantung

Jika T61
Sesuai
tatalaksana TB

30

Bila ditemukan edema pada kedua tungkai (pitting oedem), maka


dokter umum di puskesmas perlu memikirkan beberapa kemung
kinan penyakit yang diduga oleh penderita, untuk memudahkan
beberapa kemungkinan penyakit dapat dilihat pada alur di bawah ini
(Lihat alur-10)
ALUR 10
PEMBENGKAKAN TUNGKAI
'W4iWi

Ibu hamilatau
setelahmelahirkan

penyakitjantung,
Peminum alkohol,

cy

Sesak,
orthopnea,

TANYAKAN
,

PERIKSA

OIDUGA

!
TEST

TERAPI

1
RUJUK

OM, hipertensi

danlataudengan

~
pandangankabur

Edema keduatungkai

Edema keduatungl<ai

Edema keduatungkai

Ronkhl basah halus,


Tekanan darah
meningkat,
Takhikardia,CVP
meningkat, Bising
jantung

Ikterik, CVP
meningkal, perut
membuncit,
Ascites,
hepalomegali

Wajah ben9kak,CVP
meningkat. Ronkhi
basah di basal paru,
peningkatanTD,
pucal, infeksi kulit

GagalJantung

Gagal Hati

1
1

!
1

1
1

Gagal Ginjal

AIbumin dalam Urin ~bumin dalamUrin


Albumin dalam Urine
Serum creatinin
Serum crealinin
Serum crealinin
Oikamemungkinkan) Uika memungkinkan) Oikamemungkinkan)

Satasikonsumsi
garam

keluhanpusing,

Batasi konsumsi
garam dan air

Batasi konsumsi
garam

Edema keduatungkai

Hipertensi, Paru,
Pemeriksaan
pelvis,
Ukuran uterus

Pre - ekfampsi

Albumin dalam
Urin

Elevasikan tungkai,
stocking, Batasi

Furose
mide40

-80

mg
ACEdosisrendah

konsumsi garam
Furosemide 40-80 mg,
ACE dosis rencah

RUJUK RS UNTUK KONFIRMASI DIAGNOSIS

31

Bila ditemukan

terjadi penurunan

berat badan pada penderita

> 10%

dari berat badan sebelurnnva dan hal ini terjadi secara berturut-turut
dalam enam bulan terakhir,
memikirkan

maka dokter umum di puskesmas perlu

kearah diagnosis penyakit

tidak menular

dengan mern

bandingkan dengan diagnosis penyakit lainnya, seperti pada Alur 11


di bawah ini
ALUR 11
PENURUNAN BERAT BADAN

-~----------------------Tanyakan riwayat penyakit


kronik

TANYAKAN

.1

:' 1
PERIKSA

Nafsu makan buruk

Batuk
Sp{Jtum berdarah
Berkeringat malam

Demamtak
jelas

DIDUGA

1
TEST

I'"

Haus berlebihan

Penyebabnya

TIdak ada rasa nyen


Pembengkakan kelenjar

1
Tremor
Takillardja

,II
\

TUBERKULOSIS

KANKER_jl

HIVIAIDS

THYROTOXICOSI

TERAPI

Gula Darah

RUJUK
\It

'

32

RlIJUK RUMAH SAKll' UNTUK KONFIRMASI DIAGNOSIS (Subyek del'lgan dialleles lebih mudah
'_
terjangkitTB)~, "" },,",.
"
"
"

2.3.1.3 Tatalaksana Berdasarkan PenyakitTatalaksana penyakit jantung,


membutuhkan penanganan yang cepat dan akurat dengan mern
perhatikan tabel 2 di bawah ini :
TABEL 2
ANGINA STABIL, RIWAYAT INFARK MIOKARD

ANGINA STABIL

~------------------------------~

Lakukan konseling dan edukasi kesehatan


Berikan Isosorbid Dinitrat Smg sublingual untuk mengatasi nyeri dada Gika tidak ada kontraindikasi)
Aspirin (yang dapat laruVsoluble)80160 mg per hari
Atenolol 50 - 100 mglhari atau Bisoprolol 5 mg/hari. terapi Hni pertama untuk mengalasi gejala Oika tidak
ada konlraindikasi}
Jika pasien intoleran terhadapreseptor bfockeratau tidak dapat dikontrol dengan blocker, tatalaksana
dengall Cachannef Blockers (contoh : Amlodipin 5-10mglhari)
Berikan Simvastann 10-40 mgfhsri

RIWAYAT INFARK MIOKARD


Lakukan

konseling dan edukasi kesellatan

Berikan Aspirin (yang dapat larutlsoluble) 75-150 mg per hari

Penghambat(reseptorblockerj setidaknya selama 1 lahun (AtenoloISO-100


5 mglhari) ijika tidak ada kontraindikasi)

mglhari alau Bisoprolol

ACE-inhibilorjika gagal janlung atau infark luas (conloh: EnalapriI10-20mglhati)


Simvastatin 10-40mgfhari
lsosorbid Dinitrat 5 mg sublingval untuk mengatasi nyeri dada ijika tidak ada kontraindikasi)

PASlEN YANG MEMILIKI RIWAYAT INFARK MIOKARO (OALAM 30 HARI) HARUS OILAKUKAN
FOLLOW-UP SETIAP 142 MINGGU
KRITERIA RUJUKA~ UNTUK PASIEN OENGAN ANGINA STABIL DAN RIWAYAT INFARK MIOKARO
- Nyeri yang persisten sehingga membatasi aktivitas sehari -hari pada pasien angina stabil atau riwayat infark
miokard
- Ny-eri angina pads pasien dengan riwaya! inlark miokard
Gagal jantung
Aritmia
- Tidak tersedianya pemeriksaan lanjutan unluk menilai faktor risiko

PERHATIAN/KONTRAI NDIKASI

Aspirin: riwayat tuk~k larnbunq, pencaranan serebrt, alergi dan trauma mayor
Penghambat reseptor : asma, penyakit paru obstruktif kr~nik, gagal jantung, blok janlung
atau bradikardia (nadi<20ximenit)

Penghambat pompa kalsiu m (ca-channel blockers) : gaga I jantung


Penghambat pompa angiotensin (ace-i) : alergi, hamil, intoleransi terhadap batuk

33

Pada kasus gagal jantung kronik, seorang dr.umum di


puskesmas harus cermat dalam melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik dengan memperhatikan alur 12 di bawah ini.
ALUR 12
GAGAL JANTUNG KRONIK

T ANYAKAN TENT ANG


Seringnya olahraga
Sesak nafas
Riwayal penyakil jantung
Merokok
Obat-obatan yang digunakan

.-

PEMERIKSAAN
TO. denyut dan ritme jantung
Edema (pergelangan kaki. sacrum. asites)
Fre kuensi nafas, ronkhi
Pembesaran, konsislensi lunak hepar
Murmur jantung. bunyi ke3 janlung

INVESTIGASI AWAL JIKA MEMUNGKINKAN :


Darah rutin

Ureum-krealin in,
-

EKG,
Rolgen Thorax Uika memungkinkan)

RUJrUK RS SECEPAT MUNGKIN, IUNTUK DILAKUKAN :


EKG, ronlgen dada, Echokardiogram atau natriuretic peptide darah (pilih salah satu)

--

Tes darah: Hb, hilung darah lengkap, Gula Darah Puasa, Na+, K+. urea. Cr.
glikosa. liroid, lipid. enzim hati.
A~bumin urine
Tidak Gaga.1Jantung
Cari penyebab lain dari gejala
klinis

Gagal Jantung
Lakukan Tatalaksana

TATALAKSANA
NILAI KElEB!HAN CAIRAN: RESEPKAN DIURETIK JIKA TERDAPAT KELEBI'HAN

CAIRAN:
~

Tiazide dirasa cukup unluk latalaksana kelebihan cairan (contoh : Hydrochlortiazide


(HeT) 25-50mg)
Pada kasus yang lebih berat. gunakan Furosemide (awal 40 mg. dosis pemeliharaan
2040mg)
Selanjutnya kombinasi diuretic furosemide dan tiazide
Tambahan pengobatan (misal : Spironolakton 25200 mglhari) hanya pada pasien
tertentu
Lakukan Protokol 3 dan 4 untuk konseling dan edukasi Icesehatan (hindari
jumlah garam yang oanyak dalam makanan)

Rujuk RS Ike tilllgkat berikutnya untuk :ACE:inhibitor (eek ele'ktrolit dan fungsi ,giojal)
-blocker (seleksi dosis)

34

Pada pasien asma yang harus diperhatikan dengan teliti adalah


anamnesis
tentang keluhan penyakit, pemeriksaan fisis, riwayat pemakaian
obat, dan menilai kontrol asma dengan jelas apakah dia termasuk
asma yang terkontrol, terkontrol sebagian atau tidak terkontrol,
dengan memperhatikan alur 13 di bawah ini
TATALAKSANAASMA
Tujuan tatalaksana asma adalah asma terkontrol. Yang disebut
asma terkontrol adalah kondisi asma dalam keadaan baik yaitu dalam
beberapa waktu terakhir tidak ada/minimal
gejala, kebutuhan
pelega, tidak ada asma malam, eksaserbasi serta tidak ada keterba
tasan aktifitas. Untuk memudahkan penilaian digunakan instrument
asma kontrol test (ACT) yang dilakukan setiap 2-4 minggu.
Penilaian kondisi kontrol asma:
Minta pasien menjawab setiap pertanyaan (no. 1 s.d 5) dengan
seJujurnya dan Iingkari nilai sesuai jawaban pasien serta tuliskan nilai
tersebut di kotak yang tersedia di ujung kanan.
Jumlahkan nilainya sehingga mendapatkan nilai total.

35
,

1. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering asma anda mengganggu anda untuk
melak

ukan pekerjaan sehari-hari

di kantor, di sekolah atau di rumah

?
Nilai

Selalu

Sering

Kadang

Jarang

Tidak

(1)

(2)

kadang

(4)

pernah

(3)

(5 )

2. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering anda mengalami sesak napas ?


>1 I han

(1)

1 xl hari
(2)

3. Dalam 4 minggu terakhir

3-6

xl

1-2 xl

mgg

mgg

pernah

(3)

(4)

(5)

seberapa

sering gejala asma (bengek,

sesak napas, nyeri dada atau rasa tertekan

= 4 xl

2-3xl

mgg

mgg

(1)

(2)

1 xl mgg
(3)

batuk-batuk,

di dada) menyebabkan

bangun di malam hari atau lebih awal dari biasanya

Tidak

anda

ter

1-2 xl

Tidak

bin

pernah

(4)

(5)

4. Dalam 4 minggu terakhir seberapa sering menggunakan obat pel ega inhalasi ?
Tidak

hari

mgg

mgg

pernah

(2)

(3)

(4)

(5)

hari

anda, dalam 4 minggu terakhir bagaimana kondisi asma anda ?


Tidak

terkontrol

sarna
sekali (1)

36

=lxl

1-2 x]

(1)
5. Menurut

2-3xl

= 3xl

Kurang

Cukup

terkontrol

terkontrol

(2)

(3)

Terkontrol

Terkontrol

balk

Total!

(4)

sangat
naik (S)

Penilaian Asma kontrol dengan Asthma Control Test(ACT)

Interpretasi Hasil ACT


Nilai/skor

Artinya

Apa yang harus

Strategi pelaksanaan

dilakukan

s 19

Tidak

Tingkatkan

terkontrol

tahapan

pengobatan yang digunakan

pengobatan

cara menggunakan obat inhalasi

sampai

kepatuhan

mencapai

pengontrol

terkontrol

kendala bila ada Penyakit penyerta

Cari faktor penyebabtidak terkontrol:

Upayakan

menggunakan

mencapai

obat

terkontrol

dengan menqatasi masalahdi atas


Tingkatkan tahapan pengobatan
20-24

Terkontrol

Upayakan

Sebagian

mencapai
terkontrol

Idem strategi di atas


total

atau paling tidak

Teruskan penggunaan pelega dan


evaluasi setelah 3 bulan.

pertahankan
tetap terkontrol

25

Terkontrol

Pertahankan

Pertahankan pengobatan sampai

total

kondisi ini agar

kondisi stabil; Kemudian turunkan

tetap stabil

pengobatan
dengan

secara

tetap

bertahap

mempertahankan

kondisi terkontrol.

Dokter umum di Puskesmas Pelayanan PTM, harus melakukan


penilaian kontrol asrnakepada pasien yang menderita asma agar
dapat melakukan tatalaksana yang sesuai dengan memperhatikan
Alur 13 di bawah ini:

37

Alur: 13 Tatalaksana Asma terkontrol dan tidak terkontrol

Nilai kontrol terhadap ASMA dengan ACT

Tanyakan:

Tatalaksana

I Tenkontrol (ACT 20-25) I


Dalam pengobatan saar ini:
Lanjutkan kortikosteroid inhalasi
sebagai pengontrol (budesonid)
dengan dosis sesual yang digunakan
Gunaxan bronxooilator sebagai pelega
(Salbutamol), JllCA PERLU
Nilai setelah 3 bulan

Tidak terkontrol (ACT< 19)

Koreksi tekhnik pemakaian inhaler dan


pastikan kepatuhan pasien terhadap

pengobatan

Selum

mendapatlcan

pengontrol :
Komkosleroid inhalasi
dosis rendah (budesonid
2x 200 ug)
Bronkodilator
(Salbutamol)J JIKA PERlU
Nilai setelah 3 bulan

!
Sudah mendapatkan pengontrol :
Tingkatkan dosis kortikosteroid
inh"Iasi (buclesonid) sesuai
tah~pan pengoba tan,bila
mungkin gunakan kombinasi
inhalasl kortikosteroid dan
agonis ~2 kerja lama
Bronkodllator (Salbutamol), JIKA

PERLU

Jika ada efak sampmg yang berarti

Inginmengurangiatau

Jikadiagnosisragu-ragu

menghentikankortikosteroidin

Jika Kortikosteroid inhalasi sudah mencapal 2x 400 ugJhari dan


belum terkontrol RUJUK

halasi
(pengontrol)

Dokter umum di puskesmas pelayanan PTM, wajib memberikan


edukasi tentang asma, penanganan asrna, dan bagaimana menggu
nakan obat pel ega dan pengontrol, serta bagaimana menilai control
asma dengan memperhatikan Tabel -3 di bawah ini :

38

Tabel- 3

NASEHAT KEPADA PASIEN ASMA DAN


KELUARGANYA

WAKTU
BERKUNJUNG
Kunj,ungan

awal

BAHAN EOUKASI
Apa itu asrna

Diagnosis asma

DEMONSTRASI

Penggunaan obat
inhalasilspacer:

Identifikasi dan mengontrol pencetus

Memonitor kondisi asma

Dua tipe pengobatan asma

sendiri berdasarkan gejala

(pengontrol & pelega)

dan kebutuhan obat pelega

Tujuan pengobatan

Kunjungan

tdentifikasl & mengontrol pencetus

Penderita menunjukkan cara

pertama

Penilaian kontrol

menggunakanobat inbalasi/

asma(denganACT)

spacer, koreksi oleh dokter

(Hrst fol/ow-up) Pengobatanyang


digunakan (bagaimana

bila perlu Monitor asma &


tindakan apa yang dapat

& kapan, adakah masalahdengan

dilakukan (idem di atas)

pengobatan tsb.)
Penangananseranganasma di
rumah

Kunjungan
dua

(second

ldentifikasi & mengontrol pencetus


Penilaiankontrol asrna (denganACT)

Penanganan serangan asma di rumah

Penderita rnenuniukkan ke

cara menggunakan obat


inhalasi & koreksi bila

perlu
tollow-up)

Pengobatan Monitor asma (gejala &


pemeriksaan APE)

Demonstrasi pengukuran
APE dengan peak flow

meter (oleh penderita/

dokter)

39

(Sambungan Tabel - 3)

Setiap

Strategi mengontrol. pencetus

Obat inhalasi

kunjungan

Penilaian kontrol asma (dengan ACT)

Pengukuran APE dengan

berikut

PengobatanMonitoring asma

Peakflow meter

(gejala & pemeriksaan APE)

Nasehat untuk pasien dan keluarga untuk menghindari kekambuhan/eksaserbasi


Hindari faktor pencetus
Bers!hkan rumah dan serangga (ketika pasien tidak berada di rumah)
Gunakan sarung banta I dan guling denganbahan sintetik
Singkirkan karpet dari rumah, terutama kamar tidur
Jemur kasur, bantal, dan guling dibawah matabarl
Membersihkan rumah tanpa memicu banyak debu :
Tebar sedikit air sebelum menyapu, Bersihkan perabotan dengan lap lembab,
Bersihkan kipas angin, Hindari menyimpan buku, mainan, baju, sepatu, dan lain-lain
yang mengakumulasi debu dikamar tidur

Ajari bagaimana menggunakan inhalasl pada asrna


Ajari dan oek cara penggunaan obat inhalasi: inhalasi dosis terukur (IOT)/
metered-doseinhaler (MDI) dan dry powder inhaler {DPI) Gunakan inhalasi melalui

mulut, kecuali pasien tidak dapat mentoleransi atau sesak.napas,


Pada kasus seperti itu, gunakan masker sebagai perantara inhalasL

40

Pada pasien dengan

PPOK

yang stabil perlu dilakukan tatalaksana

sesuai dengan tanda dan gejala, derajat PPOK,spirometri dengan


memperhatikan alur 14 ini:
Alur 14
TATALAKSANA PPOK STABIL

EDUKASI

SEMUA

Berhenti merokok

DERAJAT

Hindari faktor pencetus

Derajat I:

Gejala batuk kronik YEP l/KVP < 70%

Bronkodilator

PPOK Ringan

dan produksi sputum VEP1 80 % prediksi

(SABA,

ada tetapi tidak senng. Dengan atau tanpa gejala

cepat, Santin) bila perlu

keqa

singkat

Antikolinergik

kerja

Pada derajat ini pasien


sering tidak menyadari
bahwa fungsi

paru

mulai menurun

Derajatll:

Gejala sesak mulai VEPt/KVP < 70%

1. Pengobatan reguler dengan

PPOK Sedang dirasakan saat aktivitas 50 % < VEPt< 80 % bronkodilator ke~a lama
dan kadang ditemukan prediksi,

Agonis -2 keria (LABA)

gejala

Antikolinergik ke~a lama

batuk

dan Dengan atau tanpa gejala

produksi sputum. Pada

(LAMA)

derajat ini biasanya

Simptomatik (SABA)

pasien
memeriksakan

mulai

2. Rehabilitasi paru (edukasi, nutrisi,


latihan, dukungan psikososial)

kesehatannya

41

(Sambungan Alur 14)


Gejala

Derajat III:
PPOK6erat

sesak

berat,

lebih

penurunan

aktivitas.

rasa

dan

lelah

serangan

VEP,/KVP
30

70%
VEP,

1. Pengobatan
50

%.

-2 kerja lama LA8A)

prediksi dengan atau tanpa

Agonis

ge;ala

Anti kolinergik kerja lama


(LAMA)

sering dan berdarnpak

pada

atau tebih bronkodllalor:

semasm

eksaserbasi

reguler dengan

Simptomatik

kualitas hidup

Kortikosteroid inhafasi bila

paslen

sering eksaserbasi berulang,


dan mem.berikan (aspens klinis
2. Rehabililasi paru (edukasi. nutrisi.
latihan . psikososial)

Derajat IV;

Gejala

di

PPOK Sangat

ditambah

tanda-tanda

Berat

gagal napas atau gagal


jantung

atas

kanan

dan

Vt;,P, IKVP < 70%


VEP, < 30

1. Pengobatan reguter dengan 1

prediksi

atau lebih bronkcdtlator:

atau gagal napas atau

Agonis

gagal jantung kanan

(LABA)

ketergantungan
oksigen.

Pada

-2 karja lama

Anlikolinergik kerja lama


derajat

(LAMA)

ini kulitas hidup pasien

Pengobatan komplikasi

memburok

[ika

Kortikosteroid lnhalasi bila

dapat

memberikan respons klinis

dan

eksaserbasi
mengancam jiwa

atau eksaserbasl berulang


PDE-4 inhibitor

2.

Rehabilitasi (edukasi.

nutnsi,

Latihan , pslkososlal)
3. Terapi oksigen jangks ,panjang
bila gagal napas kronik
4. Ventilasi mekanis noninvasif
5. Pertimbangkan

terapi intervensi

untuk mengurangi hiperinnasi paru

?
Nasehat untuk pasien PPOKdan keluarga
Rokok dan polusi udara di dalam dan luar ruang adalah resiko mayor untuk PPOK
Hal

pennng untuk penderita PPOK harus berhenti rnerokok dan menghindari debu,

asap rokok, dan asap apapun


Kondisikan asap dari proses memasak dapat keluar rnelalui jendela atau pintu
Memasak dengan menggunakan kayu atau karbon dilakukan di luar rumah
Gunakan masker untuk proteksi pernafasan atau pada area yang berdebu dan polusi

4Z

Pada penderita

DM tipe-2, tes hemoglobin

juga sebagai gikhohemoglobin,

terglikosilasi,

atau hemoglobin

yang disebut

glikosilasi (disingkat

AieL merupakan

cara yang digunakan untuk menilai efek


perubahan terapi 8-19 minggu sebelumnya. Tes ini tidak dapat digu
nakan untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek. Pemeriksaan
Al C dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan, minimal 2 kali dalam seta
hun, seperti pada Alur-15.
sebagai

AlUR 15
ALUR PENGELOlAAN OM TlPE 2 TANPA OEKOMPENSASI

Algoritmen Penqelolaan OM tipe 2 Tanpa Oekompensasi

['--

D_M1

,){'--

Ta_h_a_p _.I

,J ('--

_,J [._

Ta_h_a_p-_II

Ta_h_3_p_-I_II_---'

GHS

GHS.
+
Monoterapi

GHS
+

Kombinasi 20HO

Catalan;
1. Gejala-gaya hid up sehat
2. Oinyatakan gagal bila
terapi selama 23 bulan

GHS
+

pada nap tahap tidak


mencapa i target terapi
HbA 1 c<7%
3. Sila tidak ada pemeriksaan
HbAlc dapat dipergunakan
pemeriks.aan
glukosa
darah
Rat.a-Z hasll perneriksaan
bsberapa
kali gluko~a
darah
sehari
yang
dikonversikan ke HbAlc.
menurut kriteria ADA,

Kombinasi 2 OHO
+
Basal Insulin

Jalur pilihan alternative, bila :


Tidak terdapat insulin
- Diabetisi betul-betul
menolak insulin
Kendali glukosa belum
optimal

2010

GHS
+

Kombinasi 3 OHO

Rujuk

'----'

Ket: OHO-+Obat yang Hipsotrik Oral


GHS -Gaya
Hidup Sehat

43

Selain 4 (empat)penyakit tidak menularseperti jantung dan pembu


luh darah, DM, Kanker pada orang dewasa, dan penyakit kronis pada
orang dewasa, Program pengendalian penyakit tidak menular juga
melaksanakan pengembangan kepada pengendalian penyakit kanker
pada anak, Thalasemia, dan SLE dengan memperhatikan Alur 16a
sampai dengan 16h, seperti di bawah ini

Alur 16 a

-- - - - - - - - - - _ . _ .
PE

NG

END

AL

IAN

KA

NK

ER

..,...

AN

AK

PA

DA L

EU

KEMI A

ANAMNESIS
Pucat} Demam tanpa sebab yang jelas} Perdara~an kulit, Nyeri tulang, Lesu, berat badan turun

PEMERIKSAAN filSIS
Pucat} Epitaksis/petekie/ekimosis, Pembesaran keleniar getah bening, Hepatomegali, Splenomegali

PEMERIKSAAN PENUNJANG
-

PUSKESMAS
Darah rutin dan hitung jenis
(perhalikan kadar haemoglobin
dan trombosil yang rendah,

RS Tipe C dan B

RS Tipe A

- Darah rutin dan hitung

. Darah rutin dan hitung jenis

kadar leukosit yang rendah atau meningkat > 100.000/~1, ada


tidaknya sel blast, dan hitung
jenis limfositer) 2 dari 3 kel darah lepi

jenis
Folo toraks AP dan
lateral
Aspirasi sumsum
tulang
Pungsi lumbal
Sitokimia sumsum
tulang

. Foto toraks AP dan lateral


- Aspirasi sum sum lulang
- Pungsi lumbal
- Sitokimia sumsum tulang
- Imunofenoliping Silogenetik

44

Alur 1Gb

PENGENDALIAN KANKER ANAK PADA RE~I~BLASTOMA

ANAMNESIS
1.
2.

Tampak bintik putih pada bagian hitam bola mata


Tampak mata seperti mata kucing

PEMERIKSAAN FISIS (pemeriksaan bola mala ekstemal, segmen anterior, dan funduskopi)

Leukokoriafwhite pupil, cars eye


Mata juling (strabismus)
Proptosis/bola mata menonjol : Tanda stadium lanjut!!
Red reflex fundus (.)

1
PEMERIKSMN PENUNJANG
RS Tipe C dan 8
Darah lengkap
CT-scan
Aspirasi sumsum tulang
Pungsi lumbal

RS Tipe A
Darah lengkap
Biopsihistopatologi
CTscan/MRI
USG mata
Aspirasi sum sum tulang
Pungsi lumbal

45

Alur 16c

J,",,""'iI!t(f'M'

PENGENDALIAN

_.

""""

.....

rnmuI

.,J.'"'"

KANKER ANAK PADA OSTEOSARCOMA

ANAMNESIS
Nyeri tulang, lebih terasa malam hari atau setelah beraktifitas
Pembengkakan, kemerahan dan teraba hangat pada daerah dimana terasa nyeri tulang
Terjadi gejala patah tulang setelah aktifitas rutin bahkan tanpa trauma
Gerakan terbatas pada bag ian yang terkena kanker
Nyeri tulang belakang yang persisten
Gejala lain adalah demam, cepat lelah, berat badan turun dan pucat.

PEMERIKSAAN FISIS
Pembengkakan pada tulang, lebih hangat, peningkatan vaskularisasi di kulit,
Gerakan terbatas,
Pembesaran getah bening,.
Sesak nafas bila metastase ke paru

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PUSKESMAS
Foto tulang yang
terkena, ada kelainan
rujuk

RS Tipe C dan B
- Darah rutin, Laju Endap
Darah (LED)
- Laktat dehidrogenase

(LDH) dan alkali fosfatase

Foto tulang yang terkena


dan toraks (metastasis)

B iopsi-histopatologi

- CT-scantulang

RS Tipe A
Darah rutin, LED
Laktat dehidrogenase
dan alkali fosfatase
Foto tulang yang terkena
dan toraks (metastase)
Biopsih istopatologi
CT-scan tulang

46

Alur 16 d

PENGENDALIAN KANKER ANAK PADA NEUROB


LASTOMA

ANAMNESIS
Benjolan di perut
Kebiruan di sekitar mata
,r

PEMERIKSAAN FISIS
Teraba benjolan di perut
Proptosis
Perdarahan di sekitar mata (hematoma periorbita)

I
I

PEMERIKSAAN PENUNJANG
,).

RS Tipe C dan 8
Darah rutin
Fungsi hati, fungsi ginjal, feritin,
LDH" aspirasi sumsum tulang
USG abdomen atau CT
Scan abdomen
Siopsi

RS Tipe A
Darah rutin
Fungsi hati, fungsi ginjal, Vannyl Mandelic
Acid (VMA)j feritin, LDH, aspirasi sumsum
tulang
USG abdomen atau CTScan abdomen
Biopsi
Metaiodobenzylguanidine (MIBG)
Baca ulang
hasil PA & CT -SCAN
l

i
I

,.

47

PENGENDALIAN

Alur 16 e
KANKER ANAK PAD A lIMFOMA MALIGNUM

ANAMNESIS
Benjo~an (>2cm) tanpa rasa nyeri dan cepat membesar, Sesak nafas, Demam,
Keringat malam, Lemah, lesu, dan nafsu makan berkurang

PEMERIKSAAN FISIS
-

Pembengkakan kelenjar getah bening yang sulit digerakkan di leher (spesifik:

supraklavikula], ketiak, pangkal paha, tanpa rasa nyeri.


-

Pembengkakan kelenjar tunggal atau multiple pada 1 atau beberapa tempat

Gejala sesak nafas dan sindrom vena cava superior yang disebabkan desakan masse
di rongga dada/mediastinum

Obstruksi saluran pencernaan (pada limfoma di abdominal)

Sistemik: demam, keringat malam, lemah, lesu nafsu makan berkurang (berat
1

badan turun secara progresif)


PEMERIKSAANPENUNJANG
RS Tipe C dan B
Darah rutin, LDH, Foto toreks,
Foto abdomen 1 biopsi
Aspirasi sumsum tulang
USGabdomen

CT-Scan
Patologi anatomi

RS Tipe A
Darah rutin, LDH
Foto: toraks dan abdomen
Biop$i
Aspirasi sumsum tulang
USG abdomen

CTScan
Patologi anatomi
lmunohistokirnia

MR!
48

Alur 16 f
Systemic Lupus Eritematous
Alur deteksi dini pada pasien SLE dapat dilakukan

(SLE)
dengan mengingat 11 kriteria

berupa pertanyaan. yang terangkum di dalam SALURI (Periksa Lupus Sendiri):

1. Apakah Persendian anda sering terasa sa kit. nyeri atau bengkak lebih dari tiga
bulan?
2. Apakah jari tangan dan atau jari kaki pucat, kaku atau tidak nyaman di saat dingin?

3. Apakah anda pernah menderita sariawan lebih dari dua minggu?


4. Apakah anda mengalami

kelainan darah seperti : anemia, leukositopenia,

atau

trombositopenia?

5. Pernahkah pada waja'h anda terdapat ruarn kemerahan berbentuk kupu-kupu yang
sayapnya meiintang dari pipi ke pipi?

6. Apakah anda sering demam diatas 38 C dengan sebab yang tidak jelas?
7. Apakah anda pernah mengalami nyeri dada selama beberapa hari sa at
menarik nafas?

8. Apakah anda sering merasa sangat lelah dan sangat Iemas, bahkan setelah cukup
beristirahat?
9. Apakah kulit anda hipersensitif terhadap sinar matahari?

10. Apakah terdapat protein pada pemeriksaan urine and a?


11. Pernahkah anda mengalami serangan atau kejang?

ALUR RUJUKAN SLE


Terdapat empat tugas utama sebagai dokter umum di puskesmas. yaitu :
WasPClda terhadap kemungkinan penyakit SLE diantara pasien yang dirawat dan
melakukan rujukan diagnosis
2 . Melakukan tatalaksana serta pemantauan

penyakit SLE ringan dan kondisinya

stabil (pasien SLE tanpa keterlibatan organ vital dan atau terdapat komorbiditas)

49

Mengetahui saat tepat untuk melakukan rujukan ke ahli reumatik


pada kasus SLE.Melakukan kerjasama dalam pengobatan dan
pemantauan aktivitas penyakit pasien SLEderajat berat, merujuk ke
alur, di bawah ini:
Alur 16 9
Rujukan systemic Lupus Erltematous
(SLE)

OOKTER UMUM
PUSAT PEL. KES
PRIMER

c:============::::;:::::=-(

Reumatologis/lnternist
-

Penegakan diagnosis
Kajian Aktivitas dan
derajat penyakit
Perencanaan
pengobatan
Pemantauan aktivitas
penyakit secara teratur
/terprogram

KECURIGAAN SLE

SLE derajat ringan

SLE dengan

komplikasi!aktivitas
meningkat

SLE
Derajat
sedang
dan berat
SLE yang mengancam
jiwa

Alur 16 h Thalasemia
PEMERIKSAANFISIS:

ANAMNESIS
Adanya riwayat Ihalasemia
dalam keluarga, riwayat
anemia
berulang
lanpa
pendarahan

----+

..

Pucat
Infeksi berulang
Jantung berdebar-debar
Tidak nafsu makan
Ikterus
Benluk muka mongoloid
Terdapat gangguan pertvmbuhan
PerlJl
membesar
karena
hepatomegali
Isplenomegali

PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Skrining
anemia
mikrositik
hipokrom

~
Rujuk ke RS

so

Orang tua dengan


Thalassaemia Traitj
bawaan

Orang tua dengan


Thalassaemia Trait/
bawaan

,
Thalassaemia
Trait/bawaan

Darah
Normal

Thalassaemia
Mayor

Thalassaemia
Trait/bawaan

Hindari perkawinan sesama pembawa sifat thalasemia

51

Pengendalian
Thalessemia

Faktor Risiko Thalassaemia


diartikan

mengakibatkan

sebagai sekumpulan

berkurang

assaemia

yang sehat,

yang menderita

yang

faktor risiko dapat dimulai dari

thalessaemia

maka untuk

thalassaemia,

bawa sifat thalassaemia,

genetik

atau tidak ada sama sekali sintesis satu

atau lebih rantai globin. Pengendalian


seseorang yang memiliki

gangguan

berikut

trait/bawaan,

mencegah

hindarilah

pernbawa Thal

terjadinya

perkawinan

keturunan

sesama pern

adalah kernungkinan-kemungkinan

yang dapat terjadi jika terjadi tali perkawinan:


- Jika pasangan anda merniltki darah normal maka tidak mungkin

anak-anak anda akan menderita Thalassaemia Mayor


- Jika anda dan pasangan anda memiliki Thalassaemia Traitjbawaan
maka dalarn setiap kehamilan terdapat kemungkinan satu diban
ding empat, bahwa anak anda akan menderita Thalassaemia Mayor
2.3.2. Respon Cepat Kegawatdaruratan PTM
Tindak lanjut dini, tata laksana kasus, dan respon cepat terhadap
kondisi kegawatan penyakit tidak menular harus dapat dilak.,u.... k,._ ~n
oleh
setiap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan 'Sar.
Penanganan rujukan yang memadai menjadi tolak ukur keberhasi
Ian setiap
pelayanan kesehatan yang diberikan di fasilitas layanan kesehatan
dasar terhadap kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut di
rurnah sakit.
Pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali, menilai, dan
memberikan pertolongan pertama atau mengelolaan pada keadaan
darurat PTM harus dapat dilakukan oleh petugas kesehatan di puskes
mas, yang meliputi (1) sesak napas, (2) nyeri dada, (3) penurunan
kesadaran, dan (4) trauma.
1) KEGAWATDARURATAN SESAK NAPAS
PPOIKeksaserbasi dengan gejala: Sesak yang bertambah, produksi
sputurn/dahak yang bertambah, perubahan warna sputum (kuning,
kehijauan atau purulen)
Asma eksaserbasi dengan gejala: meningkatnya gejala (sesak napas,
batuk, mengi, rasa berat di dada,kombinasi gejala terse but, APE
menurun)

52

BEDAKAN ANTARA ASMA DAN PPOK

Kegawatdaruratan sesak napas ditemukan pada PPOK eksaserbasi,


dan Asma eksaserbasi. Bila diagnosis kedua penyakit tersebut masih
ragu dapat menggunakan alur 17-a. Jika sudah dapat dipastikan seran

gan Asma eksaserbasi dapat menggunakan aim i7-b, dan jika PPOK
eksaserbasi dapat menggunakan alur 17-c, seperti di bawah
Alur 17a penanganan eksaserbasi asma/ PPOK

----------------~--------------------------/
Eksaserbasi Ringan

Kondisi:
meogi atau
terasa berat,
banyak

dada
dahal<

Frekuensi napas 20
30xlmenit
Riwayat kekambuhan
Gejala kranis
APE >80%

Ber~kan:

Eksaserbasi Sedang
Kondisi:
rnengi atau dada te rasa berat,
dahak banyak
Frekuensi napas 2.030xjmenit,
menggunakan otot
bantu

Neb ullsasi 2,5 ug


atau altematif lOT
dengan spacer 400
ug
Jlka. suhu > 38
danlatau sputum
yang
purulen
berlkan erltromlsln
atau amoksilin

Kondisi;
Sesak napas berat (sesak saat istiranat atau
saat berjalan)
Frekuensi napas: >30 per menit

napas

Gelisah

Riwayat kekambu nan

Meriggunakan otot bantu napas (otot leher &


perut)

Geiala kronis
APE SO 80%

02 kanula hldung
Salbutamol
Inhalasi
dapat
diu lang setiap 20
menlt (3x dalam 1
jam)

Eksaserbasi Berat

13erikan;
02 kan ula hidung 3-4
IHer/menit monitor saturasi )
90%
Salbutamol nebullsasl 2,Sug
dapat diulang setiap 2.0 menlt
(3 x dal'am seiam], Dapat
dikombinasi
dengan
Illra.tro!)ium brornida inhalasi
solution 1020 tetes/ satu kali
nebulisasl

Berikan
kortikosterobd
sistemik : iriJeksl [iv] 1
mg/kg BB metilprednisolon
atau
analognya
dexamethasone 510mg/
kali
pemberlan,
prednisone oral 1mg/kg88,
selama Shari
Jika suhu >38 dan/atau
sputum yang purulen: berikan
antibiotik
(erythromycin,
amoksilin dengan
asam klavulanat)
Nilai ulang respon terhadap
pengobatan dalam 1 jam

APE: < 50%


Saturasi Oksigen < 90%
Berikan:
Berikan oksigen 4liter/menit (30%)
melalui nasal kanul, dan dimonitor
sampai dengan sat 02 diatas 90%
Pasang infuse (iv line)
Salbutamol 2,5 ug kombinasi dengan
lpratroplum Bromida lnhalasl solution
1020 tetes dapat diu lang setiap 20 menit
(3 x dalam sejam)
Ji ka temperatur > 38 Cd an/atau
sputum yang purulen : 8erikan
Eritromisin (2.50500 mg/6jam) atau Amoksisilin dengan
asam klavulanat (Z50S00mg/8jam)
Nilai ulang respon terhadap pengobatan
dalam sejam
RUJUK

53

(Sambungan alur 17 a)

RESPON BAlK

RESPON BURUK

1 jam setelah
pasien:
- Stabil

kondisl

penanganan,

Tidak sesak
APE

perbaikan,

frekuensi

berkurang (normal:

nafas

<20xjmenit)

Kondisi pasien stabil

Pasien diperbolehkan pulang dengan


terapi: Pasnkan pasien menggunakan
Salbutamol
,metilprednisolon
prednisone
selama

oral

oral

lima-tujuh

Nilai respon terhadap pengobatan

20-30

2mg/kali
mg/hari,

mg.

sekali/hari,

40
hari,

mukolitik

perlu, antibiotik jika ada infeksi


ulang dalam seminggu

bila

Nilai

Rcspon Buruk : Jika APE menurun, atau kesadaran


menurun (bingun9fgelisah). atau sesak Mfas yang
mernberat : RUJUK segera
Tidak
ada respon
: setelah pengobalan
awal
(salbutamol inhalasi 3x dalam sejam. kortikosteroid
dengan Salbutamol
RUJUK
Sambi! menunggu transport Ke tempat rujukan:
Pasang infus (iv line)
Pasang oksigen (30% masker atau .4 titer/menit nasal
kanul) untuk menjaga saturasi :>90% jika memungkinkan
Lanjulkan salbulamol inhalasi 3x dalam 1jam
Berikan amlnofilin bolus (56 mg/kg
Slav setengah
dosis jika 12 jam sebelumnya menggunakan
aminofilin).dilanjulkan dengan aminofilin drip (0.5-0.7
mg/kgbbljam
AIltibiotik (golongan kuinolon respirasi) amoksilin dengan
asarn klavvlanal atau of!oxacin atau levolloxacin

aa

FOLLOW UP SETELAH SEMINGGU :


Nflai gejala (sesak nafas dan mengi) dan tanda (frekuensi nafas. pemeriksaan paru, dan pulse
ox/melty)
Jlka TIDAl< ada perubahan, tatataxsana seba.gal eksaserbasl sedanglberat (Iihat di alas).
Jika tidak ada respon terhadap pengobalan. RUJUK.
Jika respon baik, lanjutkan pengobatan jangka panjang dan follow-up (gunakan alur)
NASEHAT UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
Rokok dan polusi udara di dalam dan luar ruang adalah risiko mayor untuk PPOK
Hal penling untuk penderita PPOK harus bd'iperhalil<an adalah: bementi merokok. menghindari
debu. asap rokok, dan asap apapun
Kondisikan asap dari proses memasak dapat ketuar melalui jendela atau pintu
Memasak dengan menggunakan kayu atau karbon dilakukan di luar rumah
Jika memungkinkan. ban.gun oven dalam dapur dari batu bata dan terdapal cerobong asap yang
menghantarkan asap keluar
Gunakan masker untuk proteksi pernafasan atau pada area yang berdebu dan potusr
NASE'HAT UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
Rokok dan polusi udara di dalam dan luar ruang adalah risiko mayor untuk PPOK
Hal panting untul< panderita PPOK harus bdiperhallkan adalah: bementi msrokok, menghindari
debu. asap rokoK. dan asap apapun
Kondisikan asap dari proses memasak dapat keluar melalui jendela atau pintu
Memasak dengan menggunakan kayu atau karbon dilakukan di luar rumah
Jika memungkinkan. bangun oven dalam dapur dan batu bata dan terdapat cerobong asap yang
menghantarkan asap keluar
Gunakan masker untuk proteksi pernafasan atau pada area yang berdebu dan polusl

S4

Alur 17 - b Penanganan

Jika diagnosis Asma eksaserbasi


gejala:

Asma Eksaserbasi

sudah ditegakkan, dengan

batuk,sesak, mengi, dada terasa berat yang bertambah

Penilaian awal
Riwayat
denyut

dan

pemeriksaan

jantung.

frekuensi

fisis
napas)

(auskultasi.

otot

bantu

dan bila mungkin

napas,

faal paru (APE

atau VEP1, seturasi 02). perneriksaan lain atas indikas!

Se,angan

Asma

Ringan

II

II

Serangan Asma Sedang/ Berat

Serangan As rna Mengancam Jiwa

~
P!i!ngQbak1n ~wal
Oksigenasi deng an kanul nasal
Inhalasi agonis beta-z keria sing kat (nebulisasl), seuap
20 me nil dalam satu jam) atau agonis oota2 injeksi
(Terbutalin
0.5 ml subkutan
atau Adrenarin 111000 0.3 ml
subxutan)
Kor~kosteroid sistemik :
sarangan asma berat
Tidak ada raspon de n9an pengobatan bronkodilator
Dalam kortikosteroid oral
Tidak ada respons segera dengan eengobatan
brollkodilator d alam ~ortikosteroid oral

P~nilalan Ulang w~lah 1 i~m


Pem.hsis. saturasi O~dengan pulsoxyrnetri

J
balk dan

Respons

1ill..ru
stabll dalam

60

me-nit
Pern.fists normal
APE> 71m
prediksi/ nil.i
t.rbaik
Saturasi
Q,
9<()l6

,l.

Resoons baik

>

...
Pulang
Pengobatan di lanjutkan
dengan inhalasi agonis
be,a2
Mernbut uhkar.
kortikosteroid
oral
EduKasipenoerita
M~rnakai obat yang
b@nar
Ikoti rencana
pengcbatan selanjutnya

ResQQnstidak semQurna
Risiko !ioUi

RUJUK RUMAH SAKIT

+
ResQ2ns
dim es

buruk dalam

Pern.fisls : .gejala
riogan -s.daog
APE> SO*.'etapi <

Risikolinggi dtstres
Pern.filil : bem,
gelisah dan

70%

kHadaran
menurun
APE < 30S

Saturasi 0: tida"
perbalkan

Pulang

Bita APE> 60% prediksi I terbaik .

...
Dirawat
Inhalosi agonis beta2
antil<ollne'gik
Korti~ostcroidststerntk
AminofHin drip
Te",pi oks.gen
pertimbangkankanul
naS3'
Pantau APE. Sat 0,. Nadi

RUJUKRS

...

Perbaikan

Tetap

berikan

pengcbatan

oral

atau inhalasi

ss

Alur 17-c Serangan PPOK Eksaserbasi

TATALAKSANA

PPOK eksaserbasi dengan gejala : Sesak yang bertambah, produksi


sputum/dahak yang bertambah,perubahan warna sputum(kuning,
kehijauan atau purulen)

Eksaserbasi IRingan Eksaserbasi Sedang (jika terdapat 2


(terdapat 1 geiala dari 3 gejala diatas)
disertai keluhan lain
Dapat diberikan obat sistemik (injeksi)
mis demam)
kemudian dilanjutkan dengan oral
Dapat diberikan:
- Salbutamol nebulisasi 2,5ug dapat
Salbutamol
diulang setiap 20 menit (3 x dalam
inhalasi
dapat
sejam), Dapat dikombinasi dengan
diulanq setiap 20
ipratropium bromida inhalasi solution
menit (3x dalam 1
10-20 tetes/ satu kali nebulisasi
J

jam)

Nebulisasi 2,5 ug
alau alternalif lOT -

Berikan kortikosteroid sistemik :


dengan spacer 400
injeksi (iv) 1 mg/kgBBJhari
ug
metilprednisolon atau analognya
dexamethasone
S-10mg! kali
Mukolitik bila perlu
pemberian,m etilpredsinolon
0 ral
2440mg/hari,
prednisone oral
Jika temperatur >
Img/kgBB, selama 5 hari
38 C dan/atau
- Jika suhu >38 dan/atau sputum
sputum
yang
yang puru len: berikan antibiotik
purulen : Berikan
(erythromycin, amoksilin dengan
Eritromisin atau
asarn klavulanat)
Amoksisilin
- Nilai ulang respon terhadap
pengobatan dam 1 jam
dengan
asam
klavulanat

56

Eksaserbasi Berat (memiliki 3


gejala diatas)
- Pasang infus (iv line)
- Jika sesak nafas be rat dan
pulse
oximetry
rendah
90%),

- Kombinasi
Ipratropium
Bromida solution 1020 tetes
inhalasi
atau
2ml
ipratropiu m
solution+
salbutamol 2,5 ug untuk
nebulisasi, dapat diu lang
setiap 20 menit selama 1
jam)
- Kortikosteroid injeksi
- Jika temperatur > 38 C
dan/atau
sputum
yang
purulen : Berikan Eritromisin
(250-S00 mg/6jam)
atau
Amoksisilin dengan asam
klavulanat (250- SOOmg/8jam)
-

RUJUK RS

lanjutan alur 17c

Nilai respon terhadap pengobatan

Respon baik
APE meningkat, frekuensj nafas
berkurang (normal: <20xfmenit)
Diperbolehkan pulang : nilai
ulang dalam 1minggu

Respon Buruk: Jika APEmenurun, atsu turun

kesadaran, atau sesak nafas yang memberat :


RUJUK segera
Tidak ada respon : setelah 2 jam dalam
pengobatan dengan Salbutamol
Sambil menunggu

transport

RUJUK
ke tempat

Pastikan pasien menggunakan

ruiukan;

Salbutamol inhaler di rumah :

Pasang oksigen (30% masker at au 204

perintahkan 2 puff, setiap 4


jam, untuk sessk nafas atau
mengi
Resepkan prednisone oral 40 mg,
lx/hari, selama 7 hari

liter/menit nasal prongs) untuk menjaga


saturasi >90% jika memungkinkan
lanjutkan Salbutamol, nebulisasi jika
memungkinkan (1-2 ml Salbutamol, setiap 20
menit atau kontinyu, jika terjadi distress
pernafasan berat)

Folfow up setelah 1 minggu ;


Nilai gejala (sesak natas, mengi) dan tanda (frekuensi nafas, pemeriksaan paru, pulse oximetry)
Jika TIDAKada perubahan, tatalaksana sebagai eksaserbasi sedangfberat (Iihat di atas). Jika
tidak ada respon terhadap pengobatan, RUJUK.
Jika respon baik, lanjutkan pengobatan jangka panjang dan/ollow-up (gunakan alur)

57

2) NYERI DADA
Alur 18

I Tanyakan

Kemungkinan diagnosis berdasarkan keluhan nyeri dada

Sifat nyeri: lokasi, menjalar, berat, kapan mulai dirasakan, berapa lama, apakah
berhubungan dengan aktifilas, apa gejala yang mengikuti (mual, muntah,
berkeringat, palpitasi, pusing)

j_

Gambaran angina stabil kronik


Sakit di daerah pusat atau
retrosternal
Saat aktivitas, menghilang saat
istirahat
Rasasesak, berat Waktu < 10
menit dapat menjalar ke leher;
rahang,
tangan atau perut bagian atas
Manifestasi angina bisa bukan merupakan nyeri dada, namun
dapat berupa manifestasi yang berbeda (sesak napas) : pada
wanita, orang tua, dan pasien diabetes.

Gambaran bukan karena


nyeri akibat jantung:Lokasi
sakit dapat ditunjuk dan
berubah
dengan
perubahan posisi tubuh

KEMUNGKINAN
PENYEBABNYA:

Pleuritis, Pericarditis,
Tromboemboli paru,
Gastritis Akut, Serangan,
herpes, zooster, panik
dan lainlain.

I Tanyaka~ I RIWAYAT PENYAKIT


Pernah mengalami sakit seperti ini, dan diagnosis (jika diketahui)
Ookumen penyakit jantung, atau diagnosis medis
Riwayat serangan jantung sebelumnya, OM, Tekanan darah tinggi dan merokok

Riwayat keluarga: Penyakit jantung prematur 55 tahun pada pria; <65 tahun pada
wanita), diabetes atau strok.

6
TanganV
Rujuk ke RS
dengan
fasilrlas

58

Tekanan darah, Nadi : bradikardi, takikardi, tidak teratur, Gagal jantung : S3, gallop
EKG Oikamemungkinkan)

Infark Miokard

elevasi

Akut dengan 8T

Infark Miokard Akut


tanpa ST elevasi

Angina

Pektoris

TidakSiabil

ALUR 19 TIDAK SADAR ATAU SEMI TIDAK-SAOAR (LANJUTAN)

Tindakan 4. Tatalaksana sesuai di bawah ini

Trauma dengan TD sistolik<90


Mulai Infus i.1JNaCI0,9% dan rujuk ke RS

Konvulsi/kejang
Jika konvulsi/kejang pada kehamilan, berikan Magnesium Sulfat (MgS04) i.v,
selama 5-15 menit. Jika tidak berikan Diazepam 10 mg i.v atau rektal,
rujuk ke RS(kecuali diketahui Epilepsi)
Suspek anafilaksis dengan TO sistolik <90

Posisikan secara supine dan masukkan alat bantu jalan nafas


Berikan adrenalin i.m (paha sarnping) 0.Q1 mg/kg, dosis maksimal 0.5 mg
Berikan NaCI 0_9% i.v (20 ml/kgBB, ulangi hingga totalSOmljkgBB selama
jam pertama)

it:

Jika tidak ada respon, ulangi adrenalin setiap 5 menit

Hidrokortison i.v lOO-30Dmg


Gula Darah <sO mg/dl

Keton urin +3 dan/atau Glukosa darah

Jikadapat minum, berikan satu sendok makan 20-30


g glukosa dicampur dengan air,

atau 1 gelas jus

buah, madu, minuman bergula. Jikatidak ada


respon selama
15 menit, ulangi
Jika tidak sadar/tidak dapat rninum, berikan SO ml
50% glukosa i.v. Rujuk ke RSjika tidak ada respon
selama 10 menit (Sebelum dirujuk jika fasiJitas
tersedia, dapat dilakukan pemasangan infus
dextrose sambil dilakukan pemantauan

GS secara

ketat (tiap jam). Jika respons baik juga sebaiknya


tetap dirujuk) ke RS terdekat untuk
pemantauan ketat krn hipoglikemia bisa
berulang
Suspek keracunan herbesida/pestisida

Jika agen diketahui,

masukkan antidot jika

tersedia sebelum rujuk ke RS


Paralisis

Jaga jalan nafas, ruiuk ke RS

250 mg/dl
Rehidrasi dengan NaCI 0.9% 500 ml - 1 liter
selama 1 jam, sambil di rujuk ke RS
Demam > 38 C dan/atau kaku kuduk
Protokol untuk meningitis/malaria
Gigitan

ular

Antivenom jika tersedia, rujuk ke RS

59

ALUR 20 TRANSLENT ISCHEMIC ATTACK (TIA) DAN STROKE

Gunakan alur berikut jika pasien mengalami secara tiba-tiba :


- Kelemahan atau kehilangan sensori pada satu sisi tubuh atau
anggota gerak
- Kesulitan berbicara atau pemahaman
- Gangguan penglihatan
- Saki! kepala hebat atau yang tidak biasa
- Gangguan keseimbangan

- Kapan hal itu terjadi? Sedang berada dimana? Apa yang


sedang dilakukan?
- Apakah mengalami kelemahan atau basal?
- Oapatkah berbicara seperti biasa?
- Apakah dapat melihat seperti biasa?
- Apakah mengalami sakit kepala?
- Apakah gejala masih terasa, atau sudah menghilang?
- Apakah pernah TIA atau stroke sebelumnya?
- Apakah ada riwayat Hipertensi, Diabetes, Penyakit Jantung?
- Apakah merokok? Jika tidak, apakah sebelumnya pernah
merokok?
- Apakah mengkonsumsi alkohol?
- Apakah ada diagnosis lain?
- Apakah pernah ada riwayat Jatuh atau trauma sebelumnya?

----+

Jika pasien memiliki


defisit neurologi yang
persisten >24 jam

RUJUK segera ke level


berikutnya

Tatalaksana:
Jika defisit naurologi hilang selama 24 jam
~

- Aspirin (dosis pertama:300-500 mg,


kemudian 75-150mg per hari)

- Antihipertensif jika TD 140/95 mm Hg atau


-

lebih
Simvastatio (10-40 mg per hari)

Rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut :


Untuk CT Scan, Ultrasound untuk
ateri karotis EGG dan pemeriksaan
jantung jika dibutuhkan

60

Tin~a~an:
Barin~Kan~asien,~eriK~atanda vita" ~eKaligusailaKuKananamnesasin~Katla~ang ivline

Tinaakan : Tatalak~ana :

~eri~anO~si~enL~liter per menit aen~anna~alKanul


As~irin tanpa ~alut~ula (~i~unyan)1@ - j~~m~, oeriKansece~atn~a
l~o~orDiaeainitrate (I~DN)~uDlin~ual) m~ aa~at diulan~i 1-j Kaliselamaselan~waKtu W menit
(ji.KandaK aaa Kontra~naiKasi misalnya ni~otensi)
UntuK nyeri oa~a nebat ~an~ belum teratasi oengan ooat ooat oi atas, beriKan Mor~nine ). W
m~ 1M atau IV (jiKa teraapat apoteKer)

la~u~a~nemeriK~aa~n~Gcan emim tro~oninatau (KM~,

nnaa~an Ruju ~eR~setepat

mungKin

61

4. TRAUMA
Pada klien yang mengalami trauma, baik kecelakaan lalu lintas,
jatun, tenggelam, danterbakar memerlukan tatalaksana
/llu,

Zl

TATALAKSANA TRAUMA (KLL. JATUH. TENGGELAM. DAN TERBAKAR)

Kasus Codora: Jatuh. KLL. tldak s.adar


Porhatikan

Lnkukan rosusltasl

Lakukan

Penllalan

Pastlkan kOtldisi SCkllar ~da" tidak membahayakan

penolong. korban. dan org lain

Aman: yaltidak

PGnoiong harus menggunakanAPD

0: Dengar

1'' ' ' )

sarung langan. poJam;>ung. kaca mata pellndung

berikutnya.

~rtJndak

biJa tidak. pangs,I

b,13keadaan tetah aman

No.Up yan9 dapat


dihubungi

bantuan

Jumlah korban

Apa yang

(reaksi)

Goya ngkan bahunya dengan lembul

dGngan cukup keras

------i

Penksa I Cck Nadi KAROnS(potu,gas kesehatan

...

TIDAKAOA

lakukan

tsrjadi.

tidak sadar. jatuh.Kll

Aman: yaltidak

PanS91paslen

nomor

darIJrat:,....~sampaika
n Lokast korean

Pashkan tida1l ada lagl korban

R: Response

A=AJrway
(Jalan natas)

Hubungi

ke langkah

sesuai dongan kooois> bahaya tertentu

MonU01 reaks, ko rban

C=Circulation

Bola va: I;)njutkan

bGrupa: masker.

KOMPRESI JANTUNG WAR

30:2. Evaluasi sotlap 5 aktiva bila


tidak respon RJP dilanjutkan.
Adrenalin 1mQ iv
PGlnat1kan kesadaran.
Pernapasan dan J)8rdarahan hebat

Bila ya: tanjutk.an


ke langkah
benlrutnya.
t>ila tidale panggil
bantuan

Dlbutuhkan
..

arnbulans.perlolongan
segera

...
VA
Berlkan 1 kali
napas buatan
soua p,
detik

s.-a

IMembu.'<.adan membeba$kanI"!an naru chon loftj.:lw tshws


(, ka (UI1()8 ada 1)3:ah llhno 1ehGrJ
Mcmenksa dan pasuxan jalan nates dari bondCl aslng
Jlk.a leraengar suara
s6J)8rti berkumur
(gunlln9) maka
kemungkinan
terdapatcalran _
bersihkan latan natas

Amali gerakan naik turun dado (look)


Bo:Breathing
Dengan suara natas (IiSlen)
Rasakan aoanva aliran udara (feet)

Waklu penilaian ~ 5
d stlk svaluasi setiap
1 menU

ftttout.
8~J

~Ias.,cI.tlentti.;a'fl

l Co I

.. o /". .....

_ IN '

n~ln ib'tUJA
n>e<f4dmr!

~'''~I~n
KOfb.n{~>J+"
Din-y~,~ynmtnlnua1

Oithd~\t~r

62

Keterangan Pemberian:

A. Kompresi Jantung luar


1. Posisikan pasien / korban ditempat yang keras dan rata.
2. Posisi penolong berlutut pada samping kiri atau kanan korban .
3. Posisi kedua telapak tangan berada pada tulang dada pasien /
korban, lengan lurus.
4. Lakukan penekanan pada tulang dada, lakukan dengan cepar
dan kuat, jangan ragu - ragu.
5. Lakukan penekanan sebanyak 30 kali.
6. Setelah 30 kali, buka jalan nafas, beri nafas buatan, dengan cara
dengakkan kepala pasien / korean, tutup hidung dengan jari,
hembuskan nafas kuat - kuat ke dalam mulut korban sebanyak
2 kali.
7. Bila belum ada tanda - tanda kesadaran atau perbaikan dari
pasien / korban, lanjutkan kompresi jantung luar.
8. Hal ini terus menerus dilakukan sampai lima siklus.
9. Setelah lima siklus, periksa kembali denyut nadi jantung.
10. Bila ada denyut nadi leher, hentikan kompresi.
11. Bila tidak ada denyut nadi leher, lanjutkan siklus kompresi dan
pemberian nafas buatan dengan perbandngan 30 : 2.
12. Siklus ini terus menerus dilakukan sampai datang penolong yang
lebih ahli atau syarat - syarat lain.

63

B. Pembebasan [alan napas :

Tehnik chin lift adatah meletakkan dua jari dibawah dagu kemudian hati
-

PI'()!)!;
.:a1r';11!

,]inc~

hati angkat ke atas hingga rahang bawah terangkat kedepan.selama

(:~ t

tindakan ini perhatikan leMr jangan sampai menengadah berlebihan.

nstlll1ter

Tehnik chin lift adalah meletakkan dua jan dibawah dagu kemudian hati -

hati

angkat

kedepan.selama

ke

atas

tindakan

hingga
ini

rahang

perhatikan

bawah

leher

terangkat

jangan

sampai

menengadah berlebihan.

Tehnil<Jaw trust doronglah sudut rahanq bawah ke depan hingga rahang


bawah terdorong ke depan.

Pemberian napas :
Kelingking penolong disudut rahang bawah

[ari tengah dan jari manis

didagu dan mengangkat ke atas telunjuk dan ibu jari memegang face
mask agar hidung dan mulut pasien / korban tertutup dengan rapat (
C - E posisi ).

Tahap Penilaian :
Kasuskegawatdaruratan jantung dan trauma,
Circulation - Airway - Breathing

Kasus asfiksia, misalnya karena tenggelam


karena terbakar,
Airway - Breathing - Circula.tion

dan kegawatan

nafas

Selanjutnya dilakukan penatalaksanaan dan rujukan berdasarkan


hasil yang ditemukan. Demikian juga pada kunjungan kedua penilaian
terus dilakukan untuk ditindak lanjuti sebagaimana hasil yang dlternu
kan dan dilakukan rencana penatalaksanaan lebih lanjut serta dilaku
kan intervensi pada pasien maupun keluarga.

64

2.5 Sistem Rujukan PPTM


Mekanisme rujukan kasus secara timbalbalik.
1. Posbindu PTM, Kader Kesehatan, dan UKBM lainnya, dapat
membantu pasien untuk menunjukkan dan atau mengantarkan
nya menuju fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat serta
mampu memberikan layanan sesuai kebutuhannya.
2. Demikian pula institusi kesehatan, mulai dari Puskesmas Pem
bantu, Poskesdes/Bidan di desa, dan puskesmas, sebagai insti
tusi pelayanan kesehatan dasar terdekat di masyarakat, dapat
merujuk pasien dengan kondisi "sakit cukup berat dan atau
kegawatdaruratan rnedik", langsung ke institusi pelayanan
kesehatan terdekat yang mampu mengatasi masalahnya secara
tepat, misalnya ke Puskesmas PTM yang sudah dapat difungsi
kan sebagai pusat rujukan-antara, atau pusat rujukan medik
spesialistik terbatas dan bila dipandang perlu dapat langsung ke
RSrujukan medik terdekat sebagaimana disebutkan diatas, bila
memungkinkan.
3. Pada kondisi Puskesmasyang tidak mampu memberi layanan
rujukan medis pada kasus dengan kondisi sakit cukup berat dan
atau kegawat-daruratan medik, maka pasien harus secepatnya
dirujuk ke rumah sakit rujukan medik spesialistik terdekat. Dari
pasien yang dlrujuk ke fasilitas pelayanan rujukan medik
spesialistik/spesialistik terbatas, umpan balik hasil layanan
dikirim kembali kepada pengirimnya agar penyelenggaraan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh di seluruh wilayah
Kabupaten/Kota berjalan dengan baik.
4. Umpan balik hasil pelayanan dan saran-saran tindak-Ianjutnya,
disampaikan kepada puskesmas atau institusi pelayanan
kesehatan yang mengirim semula, yang dipastikan dapat
menindak-Ianjuti saran yang diberikannya, agar pelayanan dapat
diselesaikan.
Pelayanan pengendalian penyakit tidak menular dan rujukan
kasus, dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari posbindu PTM,
Puskesmas,PuskesmasPTM, sampai ke Rumah sakit, sebagai ruju
kan, lihat alur 23

65

Alur 23 Pelayanan dan rujukan kasus di puskesmas

Rujukan masyarakat

Perorangan

~\

RUjllkan Puskesmaslain
yang belum
mengembangkan
PelayananPTM

Rujukan Posbindu

I
Puskesmaspengembangan
pelayanan PTM

PemeriksaanFisik
dan Penunjang

.>: ~

_,.-------...

Kasusdapat ditangani di Puskesmas

Kasusdapat ditangani dgn


tuntunan dari RS
rujukan

KasusTdk dpt ditaRujukan


Barik

ngani di Puskesmas

Ke
PPTM

~
Tindakan/Yankes
SesuaiSOP& Bimbing
an Kemandirian Klg

Tindakan/Yankes SesuaisPa,
dgn Bimbingan dari RS Rujukan
Terdekat, melalui Komunikasi
Radio-medik,TIp, atau e-Heaith

Monev hasHTindakanl
Yankes di Puskesmas

Belum Sembuh, dirujuk


ke RSRUjukan/TPKB
Perkesmas

66

Pasiensernbuh, Pulang,
lanjutkan Rawat [alan,
follow-up

Dirujuk ke R5 Rujukan
Terdekat yang mempunyai
Iasititas memadai sesuai
dengan Kebutuhan ITPKB
Spesialis yg datang ke
Puskesmas

~
Hasil tindakan I
Yankes di RS baik,
Pasiendikembalikan
ke Puskesmas

"'\

2.6 Upaya rehabilitatif


Rehabilitasi PTM bertujuan untuk meminimalkan komplikasi
melalui pengobatan yang tepat serta meningkatkan kualitas hidup
dan lama ketahanan hidup pad a penderita. Rehabilitasi dilak
sanakan pada penderita
pasca stroke (survivor),
pasca
cedera/kecelakaan (penyandang cacat}, DM dengan Kaki Diabetes
(diabetesi), Kanker (survivor) dan lain-lain. Rehabiltasi dilakukan
dengan perawatan kasus PTM melalui kunjungan rumah (home
care) dengan tenaga terlatih dalam rehabilitasi medik. Kegiatan
paliatif antara lain meliputi penatalaksanaan nyeri.
Keluhan ftsik lain, asuhan keperawatan, dukungan psikolog, soslal
cultural dan spiritual, persiapan dan selama masa dukacita
(breavement). Keluhan utama pasien stadium lanjut yang paling
sering adalah nyeri. Nyeri hebat dan tidak mampu lagi diobati
dengan obat standar, Pengobatan di maksud, dapat secara medika
mentosa/obat-obatan khusus termasuk morphin ataupun tinda
kan operasi. Terapi paliatif bisa dilakukan di rumah sakit atau di
rumah penderita (home care). Terapi paliatif dan bebas nyeri
adalah suatu kesatuan, dengan tujuan agartercapai kualitas hidup
yang baik, secara pribadi maupun sebagai komunitas sosial.
Tindakan yang dilakukan pada terapi paliatif sama dengan terapi
utama, modalitas terapinya meliputi operasi, kemoterapi,
radioterapi atau salah satu atau kombinasi ketiganya. Misalnya,
dilakukan operasi untuk mengeluarkan cairan di perut sehingga
pasien tidak sesak, operasi atau radioterapi untuk mengurangi
besarnya tumor atau kanker supaya tidak menekan saraf sehingga
keluhan nyeri berkurang, dan lain-lain.
Salah satu upaya rehabilitatif
untuk penderita OM adalah
perawatan kaki Diabetes, seperti yang tergambar dalam Alur-24,
di bawah ini

67

Alur 24
UPAYA REHABILITATIF PERAWATAN KAKI
DIABETES UNTUK PENDEF{ITA OM NON ULKUS

ANAMNESIS

Identifikasi faktor risiko kaki diabetik (kalus, liMa pedis, deformitas jari, fisura, dan lain-lain
Riwayat pernakaian alas kaki dan kaos kaki sehari-hari

PEMERIKSAANFISIS(ISCHEMIK)
Pemeriksaan ftsis umum
Kelainan arteriosklerotik
. Aritmia

I
SEPATU

Pemakaian
alas kaki yg
sesuai

I
DEFORMITAS
Deformitas jari
- Pes cavus
Charcot foot
Hallus vagus
Hallus rigidus

LESI KULIT

Kalus,korn
-Oeformitas kuku
-Tinea pedis
-Fisura, lepuh

-Ederna, bengkak

NEUROPATI
-Refleks tendon achiles
-Persepsi vibrasi
-Persepsi tekanan
- MCV, gelombang-~
-SCV
-CVak

Evaluasi kaki berisiko

Risiko
Tinggi

Perawatan kaki
Perawatan kaki non-ulkus
Edukasi perawatan kaki
Edukasi dan pembuatan
alas kaki yang sesuai

68

Risiko
Rendah

Inspeksi
kakijenam bulan

KELAJNAN VASCULAR
Pulsasi arteri
pedis
AB(P)

BAB III

SARANA DAN PRASARANA


Untuk terlaksananya

upaya pengendalian

kan pentahapan

penerapan

anggaran/biaya,

metode!SPO,

Sesuai dengan

target

pengendalian
Kabupaten/Kota
sanakan
sumber

kriteria,

baik menyangkut

peralatan

yang telah

PTM di puskesmas, sewajarnya


sumber

daya (tenaga,

medis), obat essensial PTM.

ditetapkan

pad a pedoman

pengembangan

PTM di Puskesmas bahwa pada tahun 2014 terdapat


memiliki

di puskesmas

satu puskesmas
perawatan

dava, sarana-prasarana

diperlu

pelayanan

maupun

yang dimiliki.

PTM yang dapat

non perawatan,
Adapun

minimal

tergantung

standar

satu
dilak
pad a

yang ditetapkan

dimiliki oleh puskesrnas untuk pelayanan PTM adalah:

3.1 Sumber Oaya Manusia


Untuk dapat melaksanakan

pelayanan PTM terintegrasi

lukan sumber daya manusia yang kompeten,


1 (satu) orang dokter umum, terlatih

di puskesmas diper

terdiri dari

PTM terintegrasi,

Practical approach to

Lung Health (PAL), ACLS, GELS.


1 (satu) orang perawat, terlatih
1 (satu) orang Bidan, terlatih

BTCLS,GELS,

GELS,

1 (satu) orang sarjana kesehatan masyarakat, terlatih surveilans


1 (satu) orang ahli gizi (minimal

D3)

1 (satu) orang penata kesehatan lingkungan


1 (satu) orang fungsional

penyuluh kesehatan masyarakat

1 (satu) orang apoteker


Serta tenaga pendukung

sesuai dengan kebutuhan

Upaya pelayanan PTM terintegrasi

puskesrnas

di puskesmas sebaiknya dilaksanakan

dalam satuan kerja tim dinamis, yang mendapatkan

pelatihan yang terpro

gram, melalui pelatihan formal maupun non formal.

69

3.2. Peralatan medis untuk pelayanan PTM


Beberapa contoh peralatan dasar tersedia dalam jumlahnya cukup, antara
lain:
- Sarana penyuluhan PTM untuk berhenti merokok, gizi sehat, aktivitas fisik
yang terdiri dari media cetak (flipchart, lembar batik), media elektronika
(CD, kaset,sound system, monitor), media wawancara tatap muka (diskusi
kelompok terarah, wawancara dan bermain peran/roleplay r konseling)
- Sarana deteksi dini : Tensimeter merkuri, alat pengukur: TB, BB, LP}
stetoskop, EKG, Rontgen paru, peak flow meter, IVA kit, glukometer, tes
albumin urin, tes cholesterol, amphetamine test, alcohol test
- Sarana penatalaksanaan kegawatdaruratan PTM: tabung oksigen, tabung
N20/C02, monitor 4 parameter (TD, nadi, EKG,pulseoxymetri), nebulizer,
trauma kit, spirometri, defibrillator, resusitasi kit, cryo-gun.
- Sarana pendukung seperti kreatinin, keton urine, dan troponin test,
Thiroid Check, HbA1C, CKMB (Creatine kinase Miyocardial Band), Mioglo
bin.
Standar pemeliharaan alat dengan melakukan kalibrasi dengan teratur dan
pembuangan limbah medis sesuai standar internasional untuk Alat suntik
disposible dan sampah medis lainnya.
3.3. Obat essensial PTM
Aminofilin

Melformin

Hydrocortisone (injection)

Amoxycillin

Sulfon ilurea (glibenclamide,

Salbutamol injectable

Amoxicillin + as.klavulanat

Glimepirid.Glikazid.

Insulin basal (NPH. Glargine.

Adriamin

Glikuidon)

Detemir)
Promethazine injection

Adriamycin

Sta lin(lovastalin/simvaslalin)

Aspirin

Hydrochlorothiazide

Bisoprolol

Isosorbide dinitrate

Budesonid

Enalapril

Burnazine

eCB (nifedipine R.

Beclometasone inhaler

70

amlodipine)

Glucose injectable solution


Sodium chloride infusion
Sulfas Atropin
Povidon lodi ne
Dexamethaso
Efedrin

Cyclophospamide

Glukosa Injeksi

Erythromycin

Cotri moxazole

Metotrexate

Furosemide

Captopril

Tamoxifen

Ibuprofen

Codein Tablet

'Phenoxymethyl penicillin

Methilprednisolon

Doksisiklin

Paracetamol

Metronidazole

Ipratropium bromide
Ipratropium

bromide

Preduison
+

Salbutamol
Tiotropium
Salbutamol tablet

Salbutamol inhaler

Beberapa daftar obat kemoterapi yang sering dipakai oleh orang dengan
kanker harus diketahui oleh dokter yang bertugas di puskesmas pelayanan

PTM, mengenal efek samping obat seperti dibawah ini:

AC (Adriamin, Cyclophospamide)
CAF (Cyclophospamide,Adriamycin,S
CEF (Cyciophospamide,Epiburicin,S

Benzathine benzylpenicillin

(inject)

Fluoro Uracil)
FluoroUracil)

CMF(Cydophospamide,Metrotrexate,5Fluoro

Uraci I) Epirubicin

Fluoro Uracil
Morphine

(injection

dan Oral)

MTX
Obat essensial ini harus ada di puskesmas sehubungan dengan pengenda
lian PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Dalam hal lama pemberian
obat, karena PTM membutuhkan pengobatan dalam waktu lama, maka obat
obatan diberikan paling sedikit untuk waktu 1(satu) bulan sebagaimana pedo
man masing-masing penyakit dan jika tidak ada keluhan lain yang mendesak
dan perlu penanganan lebih lanjut. Dalam hal perhitungan dan manajemen
obat di puskesmas dapat dilihat pedoman dan petunjuk teknis yang ada
terkait pengadaan dan manajemen obat di puskesmas.

71

BAS IV

SISTEM PENCATATAN DAN PElAPORAN

PPTM

4.1. Pencat.atan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan pengendalian PTM menjadi
bagian penting dari pencatatan di puskesmas dan jajarannya, dengan penam
bahan kolom untuk beberapa format pencatatan yang diperlukan seperti
jumlah skrining maupun deteksi dini, jumlah kasus yang ditangani, jumlah
pasien yang dirujuk, secara detail mengenai pencatatan dapat merujuk pada
pedoman pengendalian yang tersedia. Disarankan untuk tidak membuat
format baru, mengingat bahwa format pencatatan kegiatan puskesmas untuk
data penyusunan profil kesehatan Kabupaten/Kota, masih tetap dibuat pusk
esmas.
Laporan kegiatan puskesmas, merupakan bagian dari laporan kegiatan pela
yanan puskesmas secara keseluruhan. Hasil evaluasi/penilaian kinerja pela
yanan puskesmas akan menjadi bagian dari hasil kinerja pelayanan
puskesmas induknya. Bersama dengan hasil kinerja pelayanan lainnya, akan
menjadi hasil kinerja puskesmas. Pengiriman laporan dan urnpan-balik analisis
hasil evaluasi kinerja pelayanan di setiap fasilitas pelayanan PTM akan
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
4.2. Pelaporan
Pelaporan pengendalian PTM di Puskesmas disesuaikan dengan format
pelaporan yang ada di Puskesmas setempat. Bila memungkinkan dalam
pengembangannya dapat ditambahkan jenis penyakit PTM lainnya.
Pencatatan penyakit tidak menular di puskesmas untuk pencatatan berdasar
kan individu maupun kasus digunakan rekam medis atau catatan klinis (Lihat
lampiran-2).

72

BABV
PENUTUP
Petunjuk teknis penyelenggaraan Pengendalian Penyakit tidak menular di
puskesmas merupakan upaya dalam mengakomodasi berbagai perkembangan di
bidang kesehatan maupun sektor lain yang berdampak pada derajat kesehatan.
Dukungan yang optimal dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta,
maupun LSM, organisasi profesi, akademisi, sangat dibutuhkan pada penerapan
kebijakan pengendalian penyakit tidak menular di Puskesmas
Buku Petunjuk teknis penyelenggaraan Pengendalian Penyakit tidak menu
lar di puskesmas ssbagai acuan bagi Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, Oinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Puskesmas, dalam mengembangkan kebijakan
operasional dan penyelenggaraan puskesmas, disesuaikan dengan kondisi dan
situasi daerah.
Pengendalian PTM secara terintegrasi merupakan kunci keberhasilan
dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular di puskesmas PTM.

73

DAFTAR PUSTAKA
1. Asaria P,Chisholm 0 Mathers C, Ezzati M, Beaglehole R, 2007. Chronic
disease prevention:

Health effects and financial costs of strategies to reduce

salt intake and control tobacco use. Lancet, 370:2044-2053.


2.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehat an Departemen

Kesehatan

Republik Indonesia, 2008. Riset kesehatan Dasar2007.


3.

Cecchini M, Sassi F.lauer JA, Lee Y'GGuajardo -Barron V, Chisholm 0 (2010).


Tackling of unhealthy diets, physical inactivity, and obesity: health effects and
cost-effectiveness.

4.

Lancet, 376:1775-84.

Depkes RI, 2011. Revitalisasi Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.


Revisi Kepmenkes, Direktorat

5.

Bina Upaya Kesehatan Dasar, Jakarta.

Dr. Djoko Maryono DSPD, DSPJ,FASE,2009. Mitos dan Fakta Seputar


Penyakit Jantung, PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta

6.

Depkes RI, 2009. Pedoman Tatalaksana penyakit Kanker di Komunitas,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta,

7.

Depkes RI, 2008. Pedoman Penanganan Evakuasi Medik, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

8.

Depkes RI, 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif


(PPOK), Departemen

9.

Kronik

Kesehatan RI, Jakarta.

Depkes RI, 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

10. Depkes RI, 2008. Pedoman Pengendalian Osteoporosis,

Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.


11. Depkes RI, 2009. Renstra Kemenkes Tahun 2010 -2014, Pengendalian PTM,
Departemen

Kesehatan RI, Jakarta,

12. Depkes RI, 2008. Rencana Program Nasional Pencegahan dan


Penanggulangan PTM tahun 2010-2014.
13. Depkes RI, 2010. Rencana operasional promosi kesehatan dalam
pengendalianpenyakittidakmenular,

Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

14. Depkes RI, 2012. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan,


Oeparternen Kesehatan RI, Jakarta,

74

15. Ginsberg GM, Lauer JA, Johns B, Sepulveda C, 2009. Screening, prevention,
and treatment

'Ofcervical cancer: a global generalized cost -effectiveness

analysis, 27:6060-79.
16. Johns S, Baltussen R, Adam T, Hutubessy R, 2003. Programme
ecenomic evaluation 'Of health interventien.

cost in the

Cost effectiveness and Resource

allocation" :1.
17. Mason W.Freeman, M.D dan Christine Junge, 2008. Associate Professor The
Harvard Medical Scheel. Lewering Your Cholesterol, PT.BhuanaIImu Populer,
Jakarta.
18. Mendis S, Lindhelm LH, Anderson SGet a/., 2011. Total cardiovascular risk
approach to improve efficiency of cardiovascular prevention in resource
constrained settings. Journal of Clinical Epidemiology;Apr 27.
19. Murray Cj,Lauer JA, Hutubessy RC,Niessen L, Temijima N, Redgers A, Lawes
CM, EvansDB, 2003. Effectiveness and costs of interventions to lower systolic
blood pressure and cholesterol: a global and regional analysis en reduction of
cardiovascular disease risk. Lancet,361:717-2S
20. Ministry of Health, 2008. National list of essential medicines, Jakarta, The
Republic of Indonesia.
21. WHO, 2010. ~ackage 'Of Essential Non Cemmunicable Disease intervention
fer Primary Healt Care in Lew resouese settings, Ge neva, Wold Health
Organization
22. WHO, 2008. 2008 -2013 Action Plan for the WHO Global Strategy fer the
Prevention and Control of Noncommunicable Diseases.Geneva,World Health
Organization.
23. Willett WC, Koplan JK, Nugent R, Dusenbury C, Puska P,Gaz iano TA, 2006.
Prevention 'Ofchronic disease by means 'Of diet and lifestyle changes, In:
Jamison 0, Breman J, Measham A, Alleyne G.vans D.Jha P,Mills A,
Musgrove.Disease Control Priorities in Developing Countries (Second Edition),
New York, Oxford University Press.

75

TIM PENYUSUN
- Ditjen PPdan PL Kementerian Kesehatan R.I
- Ditjen Bina Yanmedik Kementerian Kesehatan R.I
Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes
Siti Sundari, MPH, Dsc
drg. Ratih Ariningrum, Mkes
dr. Fatum Basalama, MKM Dr.
Sony Warauw, SKM.M.Kes
Sumarsihan, SKM, M.Epid
Titi sari Renowati, SKM, MScPH
dr. Lily Banokah, M.Epid
dr. Dwisangka
FX. Budiyono, SKM. M.Kes
Margaretha, SKM. M.Kes
dr. Farina Andayani, M.Sc
dr. Esti Widiastuti MScPH
dr Aris Hamzah
Robert Saragih, SKM.
M.Epid dr. Sylviana, M.Sc.
dr. Chita Septiawati, MKM
Veronica Tarigan, SKM.M. Kes
dr. Yeni Afrina
dr. Tristiyenny Pubianturi, M.Kes
dr. Novi Indriastuti
dr. Prihandriyo Sri Hijranti
dr. Fristika Mildya
dr. Meilina Farikha
dr. Frides Susanty
dr. Sorta Rosniulu, M.sc.
Siti Aisyah, 5si
Mugi Wahid, SKM
dr. Tiersa Vera Junita
dr. Uswatun Hasanah

76

Yuli Hernita, Amd. Kep


dr. Rezavitawanti
dr. Mauliate

DC Gultom

dr. Hernani Ojahrir (WHO-Representative

to Indonesia)

dr. Daru Ameli Apt. MM (Oit Bina Yanfar)


dr. Yetty M.P Silitonga (Dit Bina Gizi Kemenkes)
dr. EM Yunir, SpPD, KEMD (PERKENI)
dr. Dianiati SpP (K) (Kepala Departemen

Pulmonologi

RS

Persahabatan/PDPI)
Prof. Faisal Yunus (RS. Persahabatan)
dr. Nella Abdullah (RS.Fatmawati)
dr. Herbert SpKj (Oir. Kes. Jiwa)
Yudiawati (Sudinkes Jakarta Pusat)
Tinexcelly MS, SKM, MKM (Dit BUKO, OJ Kemkes)
dr. Daniel P.L.Tobing, SpJP (K), FIHA, FICA (PERKI)
dr. Dafsah A. Juzar, Sp. JP (PERKI)
dr. Dara Amelia, Apt, MM (Dit Bina Kefarmasian dan Alkes)
dr. Astrid W. Sulistomo,

MPH, SpOK (FKUI)

dr. Herbert.5, 5pKJ (Kasie Bina Pencegahan dan Penanggulangan


masalah NAPZA, Rokok, Alkohol)
dr. Yetty M.P. Silitonga (Oit Bina Gizi Klinik)
drg. Yudiawati (Sud in Kesehatan Jakarta Pusat)
drg. Syayadi, M. Kes (Pusat Promosi Kesehatan)

77

~
~
~

(II
Qj
Q,

>-

8.

"C
(II
C
I1l

VI

.. .. ......

"

(II

'iii
0
c

en
(II

-" iii

:::; en
e

;:

IV

I-

;v
;v
u

C
Q)

0-

C:

'0.
E
I1l
...J

'e

zen
<~~...J

I-<en<~
~:;UJ(!)w~

:x

~w:::><
~Q.t-zz00

iii
.0
0

alt3i:5~O::O::

en

u;
z
e

0
(ii

'"

~
0

'0

'c;;

VI

(II

.0

Qj

Q)

en

'"

1=

en

:Q~

2
a.
(II

:;2
(II

~(ij

VI
::l
VI

>e
Q)

o,

.9
IV

'c;;

'c

.0

'"

VI
::l

C.

-"

'E

::l
...J

iii

en
Qj

(II

-"
en

Q)

Q)

(Q

a. a.
VI
0 -c -c
a. a.

c3 ~

(Q

E'E~

~~-o
: .. c
: en ,91

VI

Q)

.)
Q)

co
E
<f)

(II

VI

.0

.s!

Q)

en
IV

iii

.J:::

I-

-"

'c

'c
U

'E
Q)

's,

.2

iii

:5
.0

0>
C'O

...J
...J

~ o ~

(f)

(II

IV
Q)

(Q

0>
0>

~ ~
I- ~
Q)

Q)

U l-

::::> ~

: ~ 0.
1::::>:

::~

~=;~
:::>

E
:::>

Q.
~

ro

VI

'iii
0

<i en
>- :c
"' iiien
~...,
(II

en
c

(II

I-

"'E"

.:c

Q)

(/)

u;

"as"
0>

(.)

<.!)

:5 C

::l

. .. ,
C'O

~ :;

-e

co

,~

""

z-

""

'c

:cC 'O

Q )

,:>t;

~
1
1

.. .

. ..
.J:::

::l

(.)

::l

~
~

en

.. ..

>

-c

..

<

-e

(Q

"5 s

(Q

:;2

CD

~ ~

::E

i!:

Q)

>

ro

en
~

sa

Q)

Qj

Qj

>-

(Q

Q.

t;

...

"" ""

"e" c:::>

s
'c;;

.;,,:.
0

c:

a.

u ..5

(Q

S
C

...,

(Q

...
0

c: :::>
(I)
c
,~

(Q

(ij
't:

-t=

Q)

Q)

E""

:::>

o_z"'a<.ll~i!l

a. o

Q)

IV

iii

o
en

0>

(Q

ro

.;,,:.
C 'O

a.

c.

"0

..5 ~ ~ii5

~
i:i)

'c;;

en
:::>

0:
Q)

...J

79

(3

-"

Q)

c
's,

c.

,~

't"::

Z (1)(1)'<:

C'O

i=

UJ

ii5

.:.:

:::>

(f)

E
=>

I-

'0,

...

....

'~ "

" ' B"

~ -.'".,' ~ ~
:'g" :g :g c:

I--

~ ~ ',"... '>"- ':>". '""'" ~


c :>
B "~'"~" ;g"" :'g" e:

:.!:

"'"

~
~
F-

..><:

~ ~ ~

ee
>-

'>"-

ll!.

:..::

-'"

~ ~

-g

-8 :'g"
<0

:.!:
S

.,.,

_,..

.g i -E

-'"

.><

.><

:.:

>< :

~ ~ ~ ~ ~ ~

:g

""

.g

-""

.><

. ..

".g"

on

~ ~ ~ ~ ~ ~ :..::
..,.
e c -e-'" -""
~ .g
:g
~ ~ .g :g
~
.~

-:
B

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
.g ~ ~ ::g~;g : onc:

-'"

...

~!

~ ~ ~~

',"_
..,.
r

""
:B ~

.....

1:g~ :'g" ;B
-'""

oX

~ ~ ~ ~ ~ ~

...

:B

~ ~

~ ~
..,.

-'"

...;g

-'"

..

.><

e e-""

:g

:g

~ ~ ~
I
I

>'"
-

:..::
-> <

:g :g ':i5"

ee

~ ~ ~

B ~ :8

:B

><:

ee

:g

I--

'>"'>"<:

:'g"

;g : g

..,.

.><

<':'

to

.><

~
I--

~
o n

.i

....
:B

.><

'9
:..::

<0

~ e, ~

~ ~ ~

~
'>"-

<:

<0

:g

" "

,_
><:

.><

0;>

;:>

', "_

:..:

c:
C>

""
."=
:B
e,,e_,
~ '",,_, >
'."... ~
oX oX

r-

<,_
'0

-e"e"

:g

,.,

:x::

c:

'"I

>-

::>

:..::

~ ~ "'"" c:
~ ~ ~ :s 15 :s
~

~ ~ ~ ~ ~ ~

I
1~
- . .

c:

=
~ ~

c-

!
.><
0

:>

s::>

~ s

C!. C ! .

S?

4>

~ ~l

::>

'8

,g
~ ~

:s~ ,

~Ii

.!9

<0

.It !t
~
:5
s;

l:"

J1
~ ~~

= ~

~~=;o::"~~

f f I ~i

Ii g>

i 11
1 I]
to

..Iii

-2

....
c:

~
~
~ ~'"
~
u ..

.~

:..::

Si

c:

c:

'S

~ :5 ~

II

u;

~
I
= ~ '"=

j t :[

c:

.9/ .i!1
0

.;:;;

'"

"c
:::>

'0

j1
~ 5::l

< '0

< . .)~'C'

(l.:":

....

0::

~
~ lSi

ffi

r: r: ~

=-- ~ ~

s:.. ~

\.;>

::>
\.;>

~
0::

~
1-'

'"

19
0..

><:0

<=
80

c:

'?i5
s:
(/)

~C'Cl

'en
C'Cl
~

E
Q)
E

s:::

~
1l

: :

.:JS
'

....

,
,
,
,

s:::
C1l
.:.::

:::J

'(j)

,......,

cu

s:::
cu

0>
C'Cl

I
I

c:
C'Cl
.:.::

"'5

..0
Q)

.e
~
c:
s:::

ro
' .....J
c.o

~
CU
E

'iii

(/)

is

..!.!!

:.c

-e--'

.c

1l

C'Cl

I;:

C1l
Q.

s:::
s:::
C1l
'0,

c:

...
..c
:::J

'S
.S: ..0
~C'Cl 'i5
en
c:

0>

ro

a.
:::l

...!..

~
0

0
u..

~
ro
0>

..0

c:
ro
I-

C'Cl
.Q

0>

s:::
C'Cl

>.

VI
:::J
(/)

:::J

x:

..><:

.!:!1

co
.....

Q)

o,

81

....--

o
...J

:J:

~
-

'

-c
...J
=>

:E

-c
a

e/)
e/)

0::
f0-

e/)

(/)

>

--

lJJ

i=

i
:

1_-----,

Ii:

ro

ro

"0

--

0)

"0

r o

(6

w
0...

Q)

a.

Q)

rtlCoo

ro

::>

:"'
g"

0..

.><:

ro

:E

...J
....,

"iii

Q)

Q)

"0

c:-'"

o
~

~
~

u..

~
w
a
z
U.J
0...

o
:::c::

:::c::

0::

'"
C/I

::>

c:

ro

CI)

'"

:.>< "!'"

s:

ro

Q)

CI)

.J::J

~
ro

ro

ro

"0
tel
"0

:;

U)

0c: E
Q)

0=
0=

::>

c:

Q)
_

.>C

Q.ctl

(6

~;-:::

CI)

CI)

Q)

-'"

ro

::>
ro

ro

C.
Q)

:;c:

Q)

1:

ro

.J::J

Q)
D

ro

CI)

Co

.0

I
SIS3NII\J'VN'V

..x:

Q
)

e
e

c: l}l
ro ~

r
o
Q
)

Q)

E E

U)

J:!

0::

~
'v'1'Vr38 N'V8N3Q
O>ilS3C1 ClOl.>fv=l

en

-c

82

Anda mungkin juga menyukai