Anda di halaman 1dari 2

Contoh Kasus Pengaruh Penerapan IFRS Terhadap Pajak Suatu Perusahaan.

PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) adalah standar yang digunakan


untuk pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman
akuntan untuk membuat laporan keuangan. PSAK hanya berlaku di Indonesia.
IFRS (International Financial Reporting Standard) merupakan pedoman
penyusunan laporaan keuangan yang diterima secara global. Sejarah
terbentuknya pun cukup panjang dari terbentuknya IASC/IAFC, IASB, hingga
menjadi IFRS seperti sekarang ini. Jika sebuah negara menggunakan IFRS, berarti
negara tersebut telah mengadopsi sistem pelaporan keuangan yang berlaku
secara global sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti tentang laporan
keuangan perusahaan di negara tersebut berasal.
Salah satu perbedaan yang paling menonjol antara PSAK dengan IFRS adalah
perbedaan tentang metode pencatatan laporan keuangan dimana pada Konsep
Dasar Akuntansi Keuangan mengenal istilah Hystorical Cost yang artinya dimana
pada sebuah pembelian sebuah asset maka akan dicatat sebesar harga
perolehan yang kita keluarkan pada saat membeli asset tersebut. Sedangkan
dalam IFRS tidak dikenal Hystorical Cost/Harga Perolehan ini, dalam IFRS hanya
dikenal Fair Value/Nilai saat ini. Perbedaan ini nantinya akan sangat berpengaruh
terhadap laporan keuangan suatu perusahaan yang ujungnya akan berdampak
pada pembayaran pajak perusahaan tersebut.
Contoh kasus, PT. Surya Pratama adalah perusahaan dibidang furniture yang
berdiri sejak tahun 1991, perusahaan ini sebelumnya hanya perusahaan bertaraf
nasional yang semakin lama semakin maju dan hingga sekarang memiliki
pencapaian omset hingga milyaran rupiah, suatu ketika perusahaan ini ingin
mengembangkan jangkauan usahanya hingga tingkat internasional. Sebelumnya
perusahaan ini menggunakan PSAK sebagai standar dalam pembuatan laporan
keuangannya tetapi ketika perusahaan ini ingin Go Internasional maka mau tidak
mau perusahaan ini harus mengubah standar keuangannya dengan
menggunakan IFRS karena IFRS standar laporan keuangan yang berlaku
diseluruh dunia.
Ketika masih menganut PSAK maka PT. Surya Pratama mencatat pembelian
aktiva tetap dalam hal ini contohnya Tanah sebesar harga perolehan saat
membeli tahun 1991 sebesar Rp 5000/meter. Ketika perusahaan ini berniat untuk
Go Internasional maka standar pembuatan laporan keuangannya pun harus
diubah menjadi IFRS, karena dalam IFRS tidak diakui adanya hystorical cost
maka nilai asset tanah PT. Surya Pratama dicatat sebesar nilai/harga tanah saat
ini yaitu Rp 5.000.000/meter.
Perubahan metode pencatatan ini akan sangat berpengaruh kepada pembayaran
PBB (pajak bumi dan bangunan). Dengan menggunakan IFRS maka otomatis
pembayaran PBB akan meningkat secara drastis.
Inilah konsekuensi yang harus dipikirkan matang-matang oleh PT. Surya Pratama
ketika menginginkan usahanya bertaraf Internasional. Dengan kemungkinan

pencapaian usaha yang lebih luas maka biaya yang harus dikeluarkan oleh PT.
Surya Pratama pun menjadi meningkat.
http://koperasidiindonesia.blogspot.co.id/2012/03/contoh-kasus-pengaruhpenerapan-ifrs.html

Anda mungkin juga menyukai