MUSKULOSKELETAL
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
DI RUANG BEDAH F RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. SOETOMO SURABAYA
PERIODE TANGGAL : 8 APRIL 2002 S/D 12 APRIL 2002
________________________________________
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
________________________________________
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, sendi, otot dan jaringan konektif yang
berhubungan (kartilago, tendon dan ligamen).
SISTEM RANGKA
Dipelihara oleh Sistem Haversian yaitu sistem yang berupa rongga yang di
tengahnya terdapat pembuluh darah.
Terjadi proses pembentukan jaringan tulang baru dan reabsorpsi jaringan
tulang yang telah rusak.
FUNGSI TULANG
1. Menyokong memberikan bentuk
2. Melindungi organ vital.
3. Membantu pergerakan.
4. Memproduksi sel darah merah pada sumsum.
5. Penyimpanan garam mineral.
PEMBAGIAN TULANG
1. Tulang axial ( tulang pada kepala dan badan)
Seperti : tl. tengkorak, tl. vertebrae, tl. rusuk dan sternum.
2. Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki)
Seperti : extremitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan),
extremitas bawah (pelvis, femur, patela, tibia, fibula, telapak kaki)
HISTOLOGI TULANG
Ada 2 tipe tulang : a. Kompaktum kuat, tebal, padat.
b. Kankellous lebih kopong, renggang
Di antara lapisan tersebut terdapat ruang kecil lacuna
Cairan yang mengisi Osteocyte
Osteocyte adalah sel pembentuk tulang.
Osteoblast (sel pembentuk) dan osteoclast (reabsorbsi tulang).
Suplai darah pada tulang didapat dari arteriole sepanjang kanal Haversin.
Tulang juga dipersyarafi oleh syaraf-syaraf.
KLASIFIKASI TULANG BERDASARKAN BENTUKNYA
1. Tulang panjang (tl. humerus, radius), mengandung epifisis, kartilago artikular,
diafisis, periosteum dan rongga medular.
Epifisis : Terletak di pangkal tulang panjang. Pada bagian ini otot berhubungan
dengan tulang dan membuat sendi menjadi stabil.
Kartilage artikular : Membungkus pangkal tulang panjang dan membuat
permukaan tulang panjang menjadi halus.
Diafisis
: Bagian tulang panjang yang utama memberikan struktural pada
tubuh.
Metafisis
: Bagian tulang yang mengembang di antara epifisis dan diafisis.
Periosteum
: Jaringan konektif fibrosa yang membungkus tulang.
R. medular
: Terletak di tengah-tengah diafisis.
2. Tulang pendek seperti karpal, tarsal
3. Tulang pipih, melindungi organ tubuh dan sebagai tempat melekatnya otot.
4. Tulang sesamoid, bentuknya kecil, melingkar, berhubungan dengan sendi dan
melindungi tendon, seperti patela.
SISTEM ARTIKULAR
Artikulasi/persendian : hubungan antara dua tulang atau lebih.
Namun tidak semua persendian dapat melakukan pergerakan :
1) Synarthrosis :
- Sendi yang tidak dapat melakukan pergerakan sama sekali
2) Amphiarthrosis :
- Sendi dengan pergerakan sedikit/terbatas, seperti tl. simphisis pubis
3) Diarthrosis ( Sendi Sinovial )
- Sendi dapat bergerak bebas.
- Sendi ini mengandung :
a. Rongga artikular (ruang dengan membran sinovial, memproduksi cairan sinovial
untuk melicinkan sendi)
b. Ligamen
c. Kartilago
- Sendi ini dapat melakukan gerakan :
JENIS FRAKTUR
a. Menurut jumlah garis fraktur :
Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)
b. Menurut luas garis fraktur :
Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada
perubahan bentuk tulang)
c. Menurut bentuk fragmen :
Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
I. Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan,
luka <1 cm.
II. Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.
III. Luka besar sampai 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler,
kontaminasi besar.
Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)
TANDA KLASIK FRAKTUR
1. Nyeri
2. Deformitas
3. Krepitasi
4. Bengkak
5. Peningkatan temperatur lokal
6. Pergerakan abnormal
7. Ecchymosis
8. Kehilangan fungsi
9. Kemungkinan lain.
PATOFISIOLOGI
Fraktur
Perdarahan
Kerusakan jaringan di ujung tulang
Dini:
Cedera arteri
Cedera kulit dan jaringan
Cedera partement syndrom.
3.
Lanjut :
Stffnes (kaku sendi)
Degenerasi sendi
o
o
o
o
TATA LAKSANA
1. Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).
2.
3.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Riwayat perjalanan penyakit.
2. Riwayat pengobatan sebelumnya.
3. Pertolongan pertama yang dilakukan
4.
Pemeriksaan fisik :
Identifikasi fraktur
Inspeksi
Palpasi (bengkak, krepitasi, nadi, dingin)
5.
Pemeriksaan diagnostik :
Laboratorium (HCt, Hb, Leukosit, LED)
R
CT-Scan
o
o
o
o
o
Cara PQRST :
Provikatif (penyebab)
Quality (bagaimana rasanya, kelihatannya)
Region/radiation (dimana dan apakah menyebar)
Severity (apakah mengganggu aktivitas sehari-hari)
Timing (kapan mulainya)
PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. X-ray dan radiography
2. Arthrogram (mendiagnosa trauma pada kapsul di persendian atau ligamen).
Anestesi lokal sebelum dimasukkan cairan kontras/udara ke daerah yang akan
diperiksa.
3. Lamnograph (untuk mengetahui lokasi yang mengalami destruksi atau
mengevaluasi bone graf).
4. Scanograph (mengetahui panjang dari tulang panjang, sering dilakukan pada
anak-anak sebelum operasi epifisis).
5. Bone scanning (cairan radioisotop dimasukkan melalui vena, sering dilakukan
pada tumor ganas, osteomyelitis dan fraktur).
6. MRI
7. Arthroscopy (tindakan peneropongan di daerah sendi)
8. Arthrocentesis (metode pengambilan cairan sinovial)
MASALAH-MASALAH YANG UMUM TERJADI
1. Gangguan dalam melakukan ambulasi.
Berdampak luas pada aspek psikososial klien.
Klien membutuhkan imobilisasi menyebabkan spasme otot dan kekakuan
sendi
Perlu dilakukan ROM untuk menguragi komplikasi :
- Kaki (fleksi, inverse, eversi, rotasi)
- Pinggul (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi)
- Lutut (ekstensi)
- Jari-jari kaki (ektensi, fleksi)
2.
3. Spasme otot
Spasme otot (kram/kontraksi otot involunter)
Spasme otot dapat disebabkan iskemi jaringan dan hipoksia.
Tindakan keperawatan :
a. Rubah posisi
b. Letakkan guling kecil di bawah pergelangan kaki dan lutut
c. Berikan ruangan yang cukup hangat
d. Hindari pemberian obat sedasi berat dapat menurunkan aktivitas pergerakan
selama tidur
e. Beri latihan aktif dan pasif sesuai program
INTERVENSI
1. Istirahat
Istirahat adalah intervensi utama
Membantu proses penyembuhan dan meminimalkan inflamasi, pembengkakan
dan nyeri.
Pemasangan bidai/gips.
2. Kompres hangat
Rendam air hangat/kantung karet hangat
Diikuti dengan latihan pergerakan/pemijatan
o
o
o
o
3.
Kompres dingin
Metoda tidak langsung seperti cold pack
Dampak fisiologis adalah vasokonstriksi dan penerunan metabolic
Membantu mengontrol perdarahan dan pembengkakan karena trauma
Nyeri dapat berkurang, dapat menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot
Harus hati-hati, dapat menyebabkan jaringan kulit nekrosis
Tidak sampai > 30 menit.
TRAKSI
________________________________________
PRINSIP PEMASANGAN TRAKSI
1. Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik.
2. Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat
agar reduksi dapat dipertahankan.
3. Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus.
4. Traksi dapat bergerak bebas melalui katrol.
5. Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai.
6.
o
o
Indikasi :
Untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum dioperasi
Digunakan pada anak.
o
o
o
o
Komplikasi :
Perban elastis dapat mengganggu sirkulasi
Timbul alergi kulit
Dapat timbul ulserasi akibat tekanan pada maleolus
Pada lansia, traksi yang berlebihan dapat merusak kulit yang rapuh.
2. Traksi Russells
Modifikasi dari traksi Bucks
Digunakan untuk fraktur lutut
Digunakan pada orang dewasa
o
o
o
Komplikasi :
Perlu bedrest decubitus, pneumoni
Penderita bergerak, beban turun traksi tidak adekuat
Infeksi
3. Cervical traksi
Digunakan pada fraktur cervical, maxillaries, clavicula
Beban 4-6 pounds
o
o
o
Komplikasi :
Dapat terjadi gangguan integritas kulit
Alergi
Klien tidak nyaman dan melelahkan
4. Pelvic traksi
Digunakan pada dislokasi dan fraktur pelvis, fraktur tulang belakang
DETEKSI DINI KOMPLIKASI
Yang mungkin terjadi pada fraktur
1. Emboli paru, gejala :
o Nyeri dada
o Dispnea
o Nadi cepat dan lemah
2. Emboli lemak ss. Tulang dan kerusakan jaringan
system pernapasan
Gips yang ideal adalah dapat membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.
Penggunaan gips sesudah operasi lebih memungkinkan klien untuk mobilisasi
dari pada pasien ditraksi.
YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PEMASANGAN GIPS
1. Gips yang pas tidak akan menyebabkan perlukaan
2. Gips patah tidak bisa digunakan
3. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
4. Sebelum pemasangan perlu dicatat apabila ada luka
5. Untuk mencegah masalah pada gips :
Jangan merusak atau menekan gips
Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips/menggaruk.
Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.
WINDOWS
Dilakukan untuk :
1. Memeriksa luka
2. Membuka jahitan
3. Memeriksa adanya penekanan
4. Membuang/mengangkat benda asing
5. mengurangi penekanan.
PEMBUKAAN
1. Dibuat garis terlebih dahulu
2. Mata gergaji hanya memotong benda yang keras
3. Pemotongan dihentikan bila pasien merasa kepanasan
4. Selama pemotongan, mata gergaji ditekan dengan lembut
5. Pada saat memotong, anggota ekstremitas harus disangga.
6. Cuci dan keringkan, beri pelembab
7. Ajarkan aktivitas bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC.
Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume II
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.