Terdapat 3 pasangan kelenjar saliva mayor yang mensekresi air liur : Kelenjar
parotid, submandibular, dan kelenjar sublingua.
600-1,000 minor salivary glands terdapat hamper di semua bagian cavitas oral
dan orofaring, berkontribusi menghasilkan sebagian kecil air liur.
Parotid Gland
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang terbesar, terletak di region
preaurikula dan berada dalam jaringan subkutis. Kelenjar ini memproduksi sekret
yang sebagian besar berasal dari sel-sel asini. Kelenjar parotis terbagi oleh nervus
fasialis menjadi kelenjar supraneural dan kelenjar infraneural. Kelenjar
supraneural ukurannya lebih besar daripada kelenjar infraneural. Kelenjar parotis
terletak pada daerah triangular yang selain kelenjar parotis, terdapat pula
pembuluh darah, saraf, serta kelenjar limfatik. Produk dari kelenjar saliva
disalurkan melalui duktus Stensen yang keluar dari sebelah anterior kelenjar
parotis, yaitu sekitar 1,5 cm di bawah zigoma. Duktus ini memiliki panjang
sekitar 4-6 cm dan berjalan ke anterior menyilang muskulus maseter, berputar ke
medial dan menembus muskulus businator dan berakhir dalam rongga mulut di
seberang molar kedua atas. Duktus ini berjalan bersama dengan nervus fasialis
cabang bukal.
Submandibular gland
Kelenjar submandibula merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah kelenjar
parotis. Kelenjar ini menghasilkan sekret mukoid maupun serosa, berada di
segitiga submandibula yang pada bagian anterior dan posterior dibentuk oleh
muskulus digastrikus dan inferior oleh mandibula. Kelenjar ini berada di medial
dan inferior ramus mandibula dan berada di sekeliling muskulus milohioid,
membentuk huruf C serta membentuk lobus superfisial dan profunda.
Lobus superfisial kelenjar submandibula berada di ruang sublingual lateral. Lobus
profunda berada di sebelah inferior muskulus milohioid dan merupakan bagian
yang terbesar dari kelenjar. Kelenjar ini dilapisi oleh fasia leher dalam bagian
superfisial. Sekret dialirkan melalui duktus Wharton yang keluar dari permukaan
medial kelenjar dan berjalan di antara muskulus milohioid. Dan muskulus
hioglosus menuju muskulus genioglosus. Duktus ini memiliki panjang kurang
lebih 5 cm, berjalan bersama dengan nervus hipoglosus di sebelah
Sublingual gland
Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva mayor yang paling kecil. Kelenjar
ini berada di dalam mukosa di dasar mulut, dan terdiri dari sel-sel asini yang
mensekresi mukus. Kelenjar ini berbatasan dengan mandibula dan muskulus
genioglosus di bagian lateral, sedangkan di bagian inferior dibatasi oleh
muskulus milohioid. Drainase dari duktus ini keluar dari beberapa duktus kecil
yang disebut the ducts of rivinnus.
Kandung empedu adalah sebuah kantung berbentuk seperti buah pir, yang terletak
pada permukaan inferior dari hati pada garis yang memisahkan lobus kanan dan
kiri, yang disebut dengan fossa kandung empedu. Ukuran kandung empedu pada
orang dewasa adalah 7cm hingga 10 cm dengan kapasitas lebih kurang 30mL.
Kandung empedu menempel pada hati oleh jaringan ikat longgar , yang
mengandung vena dan saluran limfatik yang menghubungkan kandung empedu
dengan hati. Kandung empedu dibagi menjadi empat area anatomi: fundus,
korpus, infundibulum, dan kolum (Avunduk, 2002).
Saluran biliaris dimulai dari kanalikulus hepatosit, yang kemudian menuju ke
duktus biliaris. Duktus yang besar bergabung dengan duktus hepatikus kanan dan
kiri, yang akan bermuara ke duktus hepatikus komunis di porta hepatis.
Ketika duktus sistika dari kandung empedu bergabung dengan duktus hepatikus
komunis, maka terbentuklah duktus biliaris komunis. Duktus biliaris komunis
secara umum memiliki panjang 8 cm dan diameter 0.5-0.9 cm, melewati
duodenum menuju pangkal pankreas, dan kemudian menuju ampula Vateri
(Avunduk, 2002).
Suplai darah ke kandung empedu biasanya berasal dari arteri sistika yang berasal
dari arteri hepatikus kanan. Asal arteri sistika dapat bervariasi pada tiap tiap
orang, namun 95 % berasal dari arteri hepatik kanan (Debas, 2004).
Aliran vena pada kandung empedu biasanya melalui hubungan antara vena vena
kecil. Vena-vena ini melalui permukaan kandung empedu langsung ke hati dan
bergabung dengan vena kolateral dari saluran empedu bersama dan akhirnya
menuju vena portal. Aliran limfatik dari kandung empedu menyerupai aliran
venanya. Cairan limfa mengalir dari kandung empedu ke hati dan menuju duktus
sistika dan masuk ke sebuah nodus atau sekelompok nodus. Dari nodus ini cairan
limfa pada akhinya akan masuk ke nodus pada vena portal. Kandung empedu
diinervasi oleh cabang dari saraf simpatetik dan parasimpatetik, yang melewati
pleksus seliaka. Saraf preganglionik simpatetik berasal dari T8 dan T9. Saraf
postganglionik simpatetik berasal dari pleksus seliaka dan berjalan bersama
dengan arteri hepatik dan vena portal menuju kandung empedu. Saraf
parasimpatetik berasal dari cabang nervus vagus (Welling & Simeone, 2009).
illuminator ditengah alat ini ada saluran untuk masuk kateter untuk memasukkan
media kontras.
Kaset dan film
Apron
Gonad shield
Kateter
Media kontras
Obat dan peralatan emergensi
PERSIAPAN PASIEN
Tanyakan apakah pasien hamil atau tidak.
Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat asma atau tidak.
Pasien diminta menginformasikan tentang obat-obatan yang dikonsumsi.
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan 1-2 hari sebelumnya.
Pasien puasa 5-6 jam sebelum pemeriksaan dimulai.
Bila diperlukan, pasien dapat diberikan antibiotik.
Penandatanganan informed consent.
Plain foto abdomen.
Premidikasi ameltocaine lozenge 30 mg.
Media kontras : untuk panceatic duct diberikan angiografin 65% atau sejenisnya
dan untuk billiary duct diberikan Conray 280 atau sejenisnya.
TEKNIK RADIOGRAFI
Pasien miring disisi kiri pada meja pemeriksaan.
Endoskop dimasukan melalui mulut kedalam oesophagus selanjutnya melewati
gaster melalui duodenum.
Endoskopi diposisikan pada bagian tengah duodenum dan papilla vateri.
Poly kateter diisi media kontras (berada dipertengahan endoskopi).
Biasanya pancreatic duct diisi media kontras selanjutnya billiary duct.
Dibuat spot foto dipandu dengan fluoroscopy.
Contraindications
kecendrungan perdarahan
ascites
Procedure
Preprocedural evaluation
Sebelum memulai prosedur, perlu dilakukannya evaluasi dari beberapa
pemeriksaan radiologis yang pernah dilakukan sebelumnya, untuk menilai apakah
perlu dilakukannya prosedur invasive ini. Hal lain yang perlu diperiksa ialah
pemeriksaan fungsi hepar, pemeriksaan darah lengkap, profil koagulasi, apabila
hasil pemeriksaan dari beberapa tes tersebut menunjukkan hasil yang abnormal,
maka perlu dilakukan usaha pengoreksian sebelum dilakukannya prosedur PTC.
Positioning / room set up
Prosedur biasanya dilakukan dengan anestesi local dengan atau tanpa sedasi,
tergantung dari tingkat kooperasi pasien dan perkiraan lamanya prosedur serta
seberapa invasifnya prosedur yang dilakukan.
Sebuah kanula IV harus terpasang untuk mempermudah akses ke pembuluh darah
selama dilakukannya prosedur. Diberikannya antibiotic spekrum luas sebelum
dilakukannya prosedur juga dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi
post prosedur PTC.
Peralatan
connecting tube
Technique
Titik dimasukkannya jarum biasanya ditentukan dengan menggunakan bantuan
penunjuk dari USG. Fluoroscopy secara langsung masih sering digunakan.
Sebuah jarum yang memiliki dua bagian, (sekitar 15 cm) 22 G dimasukkan
dengan bantuan penunjuk dari ultrasound kedalam salah satu duktus perifer,
setelah melepas stylet jarum, dapat terlihat adanya refluks cairan empedu pada
ujung jarum atau dapat dilakukan injeksi sedikit kontras untuk mengonfirmasi
telah terpunksinya duktus dalam fluoroskopi. Setelah ditemukan posisi jarum
yang diinginkan, disuntukkan kontras secukupnya sehingga kontras dapat
mengisis saluran duktus biliaris dan menghasilkan visualisasi duktus biliaris
sehingga dapat diidentifikasikan keadaan patologi apa yang terjadi pada duktus
biliaris.
Postprocedural care
Apabila tidak ada tanda-tanda komplikasi terjadi, maka tidak ada perawatan postprosedur yang khusus, kecuali perlunya pemantauan kardiovaskular pasien.
Complications
peritonitis bilier
perdarahan
cholangitis
T-tube cholangiograms
Merupakan
prosedur
pemeriksaan
dengan
fluoroskopi
dilakukan
untuk
pancreas divisum
choledocholithiasis
biliary strictures
chronic pancreatitis
Prinsip Fisika
Tehnik pemeriksaan ini memanfaatkan adanya cairan pada duktus biliaris dan
pankreatikus sebagai agen kontras denagn menghasulkan gambaran menggunakan
heavily T2 weighted sequences. Karen struktur yang terisi cairan dalam abdomen
memiliki waktu relaksasi T2 yang panjang dibandingkan dengan struktur jaringan
lunak sekitarnya, struktur ini akan tampak hyperintense dibandingkan dengan
jaringan sekitarnya, dan jaringan dalam sekuensi heavily T2 weighted dapat
dengan mudah dibedakan.
Technique and protocols
Tidak ada kontras yang diadministrasikan ke dalam tubuh.
Pasien dianjurkan berpuasa Selma 4 jam sebelum pemeriksaan dilakykan dan
diharuskan mengurangi sekresi gastroduodenal, mengurangi motilitas untuk
menyingkirkan artefak berupa gerakan dan memperjelas distensi kandung
empedu. MRCP dilakukan dalam sistem MRI dnegan kekuatan 1.5-T atau
diatasnya. Menggunakan sebuah phased-array body coil.
Semua protokol akan menghasilkan sekuensi T2 weighted. Sekuensi yang paling
umum didapatkan ialah :
functional MRCP
produk natural seperti jus anans yang kaya akan manganese dan
dapat memperpendek waktu relaksasi T2.
CT cholangiography
Merupakan sebuah tehnik pencitraan duktus biliaris menggunakan kontras yang
diekskresikan sistema hepatobiliaris. Merupakan sebuah metode yang dapat
menggambarkan anatomi sistem hepatobilier dengan baik.
Indications
Merupakan pemeriksaan lini ke 2 (setelah ultrasound) dalam menginvestigasi
kelainan dengan manifestasi berupa rasa sakit pada kuadran kanan atas,
obstructive LFTs, etc. dapat juga digunakan dalam keadaan post operasi (e.g. post
cholecystectomy) dimana dicurigai adanya kebocoran cairan empedu.
Technique
CT cholangiography dapat dilakukan dengan kontras yang dimasukkan secara IV
ataupun oral keduanya dilakukan dengan kontras positif.
Agents
Temuan
choledocholithiasis
biliary stricture
Kontraindikasi
Dapatkan panjang total daru kandung empedu dari vena porta ke fundus
(7-10cm) dan gambaran transverse (3cm) pada representative levels. Ukur
keteblan kandung mepedu (hingga 3mm) perpendicular dari dinding.
Lihat apakah ada gambaran batu ataupun dilatasi duktus.
Dapatkan panjang penuh dari common bile duct (CBD) atau sebanyak
mungkin, dan ukur diameter CBD (Normal hingga 6mm hingga usia 60
tahun dan meningkat 1 mm tiap bertambah usia 1 tahun).
Gambar 14. Gambaran USG Hepatitis Akut :Starry Sky Pattern pada
hepatitis akut
Kista koledokal
Dilatasi kongenital pada duktus biliaris ekstrahepatik.
Klasifikasi Todani :
Tipe V : tidak terlihat pada bagian kiri yaitu Caroli disease.
Tipe I adalah kista koledokal sejati dengan dilatasi fokal pada duktus
ekstrahepatik. Yang paling sering (90-95%)
Tipe IV adalah kista koledikal sejati dengan dilatasi seluruh duktus ekstrahepatik
dengan pengembangan pada bagian duktus intrahepatik.
Tipe II dan III sangat jarang dan didebatkan sebagai kista koledokal palsu
Tipe II adalah adanya divertikulum pada duktus ekstrahepatik dan tidak terkait
anomali pancreatico-biliary junction.
Tipe III adalah koledokokel, dilatasi pada bagian distal duktus biliaris.
Tanda utamanya adalah striktur tetapi pada awal penyakit sulit dideteksi, selain itu
juga ditemukan fibrosis
Kolangiokarsinoma
Bismuth-Corlette type I tumor with abrupt stricture and shouldering below the
confluens
Bismuth-Corlette type II tumor with extention into the origin of the right and left
hepatic duct.
Koledokolithiasis
Pada MRCP terdapat filling defect pada sistem bilier