Anda di halaman 1dari 4

Penanggulangan Sampah Plastik di Indonesia

Tugas Mata Kuliah Inovasi dan Kreatifitas Lokal


Deasy Eka Dwivany
1306444352

Hampir setiap orang pasti tidak akan terlepas dari yang namanya bahan plastik dalam
aktivitasnya sehari-hari. Plastik telah menjadi komponen penting dalam kehidupan modern saat
ini dan peranannya telah menggantikan kayu dan logam mengingat kelebihan yang dimilikinya
antara lain ringan dan kuat, tahan terhadap korosi, transparan dan mudah diwarnai, serta sifat
insulasinya yang cukup baik. Sifat-sifat bahan plastik inilah yang membuatnya sulit tergantikan
dengan bahan lainnya untuk berbagai aplikasi khususnya dalam kehidupan sehari-hari mulai dari
kemasan makanan, alat-alat rumah tangga, mainan anak, elektronik sampai dengan komponen
otomotif. Peningkatan penggunaan bahan plastik ini mengakibatkan peningkatan produksi
sampah plastik dari tahun ke tahun.
Bahan plastik sangat sulit terurai dalam tanah, membutuhkan waktu bertahun-tahun dan
ini akan menimbulkan permasalahan tersendiri dalam penanganannya. Pembuangan di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah bukanlah solusi yang cukup bijak dalam pengelolaan sampah
plastik ini. Peranan para pemulung dalam mengurangi timbunan sampah plastik patut mendapat
apresiasi meskipun ini tidak bisa menghilangkan seratus persen sampah plastik yang ada. Perlu
adanya manajemen sampah plastik mulai dari lingkungan terkecil yaitu rumah tangga hingga
skala besar meliputi kawasan kota yang dikelola oleh pemerintah kota atau daerah setempat.
Disini penulis mencoba menyelesaikan masalah tersebut dengan menerapkan teknik Six
Thinking Hats. Six Thinking Hats atau Enam Topi Berpikir diciptakan oleh Dr. Edward de
Bono. Premis yang digunakannya adalah bahwa otak manusia berpikir dalam beberapa cara
berbeda yang dapat diidentifikasi, dan dapat dengan mudah digunakan kapan saja, sehingga
dapat disusun sebuah cara terstruktur untuk mengembangkan strategi dalam berpikir dan
menyelesaikan sebuah masalah.

Contoh penerapan:
Produksi sampah plastik di Indonesia menduduki peringkat kedua penghasil sampah
domestik yaitu sebesar 5,4 juta ton per tahun. "Berdasarkan data statistik persampahan domestik
Indonesia, jumlah sampah plastik tersebut merupakan 14 persen dari total produksi sampah di
Indonesia," kata Ketua Umum "Indonesia Solid Waste Association" (InSWA), Sri Bebassari, di
Jakarta. Sementara berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta mencapai lebih dari 6.000 ton per
hari dan sekitar 13 persen dari jumlah tersebut berupa sampah plastik. Dari seluruh sampah yang
ada, 57 persen ditemukan di pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46 ribu sampah plastik
mengapung di setiap mil persegi samudera bahkan kedalaman sampah plastik di Samudera
Pasifik sudah mencapai hampir 100 meter (ANTARA News).

Pertama dimulai dengan white hat atau topi putih yang bersifat netral bukan argument
atau usul. Fokus topi putih yaitu pada informasi yang ada ,untuk melihat masalah dan
menganalisis data yang dimiliki.. Informasi bisa berupa fakta dan data yang sifatnya
netral dan objektif. Ingat, hanya informasi. Just the facts, not opinion or interpretation.
Semakin banyak informasi yang dikumpulkan, peta persoalan akan menjadi semakin jelas
dengan sendirinya. Dari permasalahan diatas, didapatkan informasi bahwa terdapat
masalah yang serius mengenai sampah plastik di Indonesia sekarang ini. Sampah plastik
tersebut sampai mengotori laut dan dapat mengganggu kesehatan manusia dan merusak
ekologi lingkungan.
Lalu dilihat dengan menggunakan red hat atau topi merah yang artinya memandang
persoalan dari sudut pandang emosi dan perasaan, baik yang positif maupun negatif
fears, likes, dislikes, loves, and hates, etc., tanpa alasan atau logika apapun. Melihat
masalah sampah plastik tersebut menggunakan topi merah berarti dengan menggunakan
perasaan yang dirasakan ketika mengetahui informasi atau permasalahan tersebut, seperti
masyarakat yang berpikir bahwa kondisi menumpuknya sampah plastik tidaklah baik,
masyarakat merasa tidak nyaman, dan khawatir adanya penyebaran penyakit yang terjadi
disekitarnya.
Selain itu dilihat pula dengan menggunakan black hat atau topi hitam. Topi hitam berarti
melihat masalah secara hati-hati, menganalisa semua sisi negatif suatu persoalan,

mencari semua faktor resiko, bahaya, kesulitan, dan kelemahan suatu ide. Dalam masalah
sampah ini salah satu faktor penyebabnya mungkin dikarenakan budaya masyarakat yang
suka membuang sampah sembarangan dan tidak memilah sampah organik dan anorganik,
atau faktor lainnya seperti pemerintah yang mungkin terlihat kurang perhatian
menghadapi masalah sampah tersebut.
Jika menggunakan yellow hat atau topi kuning, artinya melihat dengan pandangan
optimis atau berfikir positif yang akan membantu untuk melihat semua keuntungan dari
keputusan dan nilai di dalamnya. Dengan adanya masalah sampah plastik ini, masyarakat
seharusnya sadar bahwa membuang sampah sembarangan dapat berdampak buruk bagi
mereka sendiri dan orang lain. Masyarakat harus mulai mengurangi menggunakan plastik
dengan cara-cara sederhana seperti membawa kantung belanjaan sendiri dari rumah untuk
membungkus dan membawa belanjaan yang dibeli di pasar maupun super market.
Dengan menggunakan green hat atau topi hijau, berarti melihat sesuatu dengan kacamata
kreativitas. Topi hijau ini dapat mengembangkan solusi kreatifitas sebuah masalah.
Penerapannya yaitu dengan mengumpulkan dan mengolah sampah plastik menjadi suatu
produk barang jadi, yang dapat dijual dan menghasilkan keuntungan untuk pengrajin juga
untuk masyarakat lainnya.
Dan yang terakhir menggunakan blue hat atau topi biru. Topi biru adalah pandangan
menyeluruh yang mengontrol proses. Seperti pemerintah yang mengontrol atau
mengawasi pelaksanaan regulasi sampah atau mengelola manajemen sampah yang baik.
Enam Topi Berpikir ini adalah teknik yang baik untuk melihat dampak dari keputusan
melalui beberapa sudut pandang yang berbeda. Hal ini memungkinkan emosi dan pemikiran
skeptis dibawa ke dalam sebuah proses membuat keputusan secara rasional. Hal ini membuka
banyak kesempatan kreativitas dalam proses pengambilan keputusan. Teknik ini juga membantu,
misalnya, orang-orang pesimis untuk melihat dari sudut pandang positif dan kreatif. Proses
perencanaan yang dikembangkan dengan teknik ini akan lebih sehat dan lebih tahan daripada
biasanya. Hal ini juga dapat membantu untuk menghindari kesalahan umum yang mungkin
terjadi, dan dapat dijadikan pegangan untuk mengambil tindakan setelah berkomitmen dalam
proses tersebut.

Referensi

Antara

News.

2014.

http://www.antaranews.com/berita/417287/produksi-sampah-plastik-

indonesia-54-juta-ton-per-tahun

De Bono, Edward. 1993. Teach Your Child How to Think. Diterjemahkan oleh: Ida Sitompul dan
Fahmy Yamani. Bandung: Penerbit Kaifa. Dikutip dari
https://books.google.co.id/books?
id=ARGFGTHqGlYC&pg=PT103&dq=6+topi+berpikir&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwikpfvXi
9zLAhWN1I4KHRlbBS4Q6AEIGjAA#v=onepage&q=6%20topi%20berpikir&f=false

Syamsiro, M. 2013. Mengenal Sampah Plastik dan Penanganannya. Banten. Dikutip dari
http://www.olahsampah.com/index.php/manajemen-sampah/36-mengenal-sampah-plastik-danpenanganannya
Wu, Kevin. 2012. Six Thinking Hats: Teknik Mengambil Keputusan dari Semua Sudut Pandang.
Dikutip

dari

http://www.marketing.co.id/six-thinking-hats-teknik-mengambil-keputusan-dari-

semua-sudut-pandang/

Anda mungkin juga menyukai