PENDAHULUAN
sedikit sekali diketahui oleh bangsa ini. Padahal, tak dapat dipungkiri, Kerajaan
Bungku juga merupakan mata rantai dari perjalanan panjang sejarah bangsa ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bentuk adalah suatu perwujudan dari organisasi ruang yang merupakan hasil
dari suatu proses pemikiran. Proses ini didasarkan atas pertimbangan fungsi
dan usaha pernyataan diri atau ekspresi (Hugo Haring).
Wujud dari penyelesaian akhir dari konstruksi yang pengertiannya sama (Mies
van der rohe).
Suatu keseluruhan dari fungsi-fungsi yang bekerja secara bersamaan, yang
hasilnya merupakan susunan benda (Benyamin Handler).
Hasil dipenuhinya syarat-syarat kokoh guna dan indah (Vitruvius).
Wujud yaitu sisi luar karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu bentuk tertentu.
Wujud juga merupakan aspek utama dimana bentuk-bentuk dapat diidentifikasikan
dan dikategorikan. Disamping wujud, bentuk memiliki ciri visual:
Posisi, letak dari sebuah bentuk adalah relatif terhadap lingkungannya atau
lingkungan visual dimana bentuk tersebut terlihat. Orientasi, arah dari sebuah
bentuk relatif terhadap bidang dasar, arah mata angin, bentuk-bentuk
benda-benda lain, atau terhadap seseorang yang melihatnya.
Inersia Visual, merupakan tingkat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk.
Inersia suatu bentuk tergantung kepada geometri dan orientasinya relatif
terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi dan garis pandang manusia.
2) Tekanan/Pusat Perhatian
Dimensi
Oposisi adalah pertemuan garis pada susut siku-siku, misalnya dalam
daun pintu,lemari, dsb. Transisi merupakan perubahan pada garis-garis
lengkung. Radial adalah irama yang beradiasi pada sentral axis (sumbu
sentral). Progresif, Irama progresif dibentuk oleh perubahan yang teratur,
sedemikian rupa sehingga bentuk mirip dengan yang lain. Jarak yang satu
dengan yang lain hampir sama. Dengan demikian tumbuh irama progresif
karena menunjukkan gerak/ perubahan progresif. Irama naik, turun, naik turun
dan sebaliknya. Tidak ada bentuk dan jarak yang sama yang diulang.
Jenis-Jenis Irama :
1. Irama Statis.
- Didapat
dengan
cara
garis,pengulangan dimensi.
pengulangan
bentuk,
pengulangan
2. Irama Dinamis.
Didapat dengan cara :
- Pengulangan bentuk/garis dengan perletakan yang berbeda
- Pengulangan bentuk/garis dengan jarak yang berbeda
- Pengulangan bentuk/garis dengan dimensi yang berbeda
3. Irama Terbuka dan Tidak Menentu.
Didapat dengan cara pengulangan bentuk/garisdengan jarak yang sama
tanpa permulaan atau pengakhiran.
4. Irama Tertutup dan Tertentu.
Didapat dengan cara :
- Merubah bentuk unit paling akhir
- Merubah ukuran/dimensi unit paling akhir
- Kombinasi kedua-duanya
- Menambahkan secara menyolok suatu elemen diakhir irama
4) Skala (Scale)
Skala adalah sistem pengukuran (alat pengukur) yang menyenangkan,
dapat dalam satuan cm, inchi atau apa saja dari unit-unit yang akan diukur.
Gambar skala adalah dimensi yang dipakai untuk gambar sebagai
perbandingan. Jadi ukuran dalam gambar, menyatakan ukuran sebenarnya dari
bangunan. Dalam arsitektur yang dimaksud dengan skala adalah hubungan
a:b=c:d
(a,b,c,d = ukuran tinggi, lebar, dan kedalaman dari suatu unsur-unsur atau massa
keseluruhan bangunan). Kepekaan perbandingan dari sang pencipta. Masalah
proporsi sangat penting sekali, apapun yang menjadi perwatakan suatu komposisi
visual, mutu penampakannya akan ditentukan sekali oleh kepekaan terhadap
perbandingan.
Konsep proporsi yang diterapkan menurut pemikiran timur didasari pada ukuran
tubuh manusia.
6) Urutan/sequence
Dalam suatu karya arsitektur yang baik terdapat:
-
Urut-urutan ini saling berkaitan secara logis dan terorganisir dengan baik.
7) Kesatuan/Unity
Adalah keterpaduan, yang berarti tersusunnya beberapa unsur menjadi
satu kesatuan yang utuh dan serasi. Cara membentuk kesatuan adalah dengan
penerapan tema desain. Ide yang dominan akan membentuk kekuatan dalam
desain tersebut. Unsur-unsur rupa yang dipilih disusun dengan/untuk
mendukung tema.
Tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan yang utuh dan serasi
Keterpaduan dari yang paling sederhana sampai ke yang rumit
Keterpaduan bentuk-bentuk geometris
10
rumah sakit atau fasilitas militer. Bangunan bangunan inilah yang disebut dikenal
dengan bangunan kolonial.Arsitektur kolonial lebih banyak mengadopsi gaya neoklasik, yakni gaya yang berorientasi pada gaya arsitektur klasik Yunani dan Romawi.
Ciri menonjol terletak pada bentuk dasar bangunan dengan trap-trap tangga naik
(cripedoma). Kolom-kolom dorik, ionik dan corinthian dengan berbagai bentuk
ornamen pada kapitalnya. Bentuk pedimen, yakni bentuk segi tiga berisi relief mitos
Yunani atau Romawi di atas deretan kolom. Bentuk-bentuk tympanum (konstruksi
dinding berbentuk segi tiga atau setengah lingkaran) diletakkan di atas pintu dan
jendela berfungsi sebagai hiasan. Arsitektur klonial Belanda adalah gaya desain yang
cukup popular di Netherland tahun 1624-1820. Ciri-cirinya yakni facade simetris,
material dari batu bata atau kayu tanpa pelapis, entrance mempunyai dua daun pintu,
pintu masuk terletak di samping bangunan, denah simetris, jendela besar berbingkai
kayu, terdapat dormer (bukaan pada atap) Wardani.
Arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya
Barat dan Timur. Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan
diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia, pada masa sebelum
kemerdekaan. Arsitektur yang hadir pada awal masa setelah kemerdekaan sedikit
banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial disamping itu juga adanya pengaruh dari
keinginan para arsitek untuk berbeda dari arsitektur kolonial yang sudah ada.
11
memodifikasi bangunan mereka dengan bentuk-bentuk yang lebih tepat dan dapat
meningkatkan kenyamanan di dalam bangunan.
Elemen arsitektur kolonial
Pengaruh budaya barat terlihat pada pilar-pilar besar, mengingatkan kita pada
bentuk arsitektur klasik Yunani dan Romawi. Pintu termasuk terletak tepat ditengah,
diapit dengan jendela-jendela besar pada kedua sisinya. Bangunan bergaya kolonial
adalah manifestasi dari nilai-nilai budaya yang ditampilkan bentuk atap, dinding,
pintu, dan jendela serta bentuk ornamen dengan kualitas tinggi sebagai elemen
penghias gedung. Elemen-elemen pendukung wajah bangunan menurut Krier (2001),
antara lain adalah sebagai berikut:
Atap
Jenis atap ada bermacam-macam. Jenis yang sering dijumpai saat ini
adalah atap datar yang terbuat dari beton cor dan atap miring berbentuk
perisai ataupun pelana. Secara umum, atap adalah ruang yang tidak jelas,
yang paling sering dikorbankan untuk tujuan eksploitasi volume bangunan.
12
Jendela
Jendela dapat membuat orang yang berada di luar bangunan dapat
membayangkan keindahan ruangan-ruangan dibaliknya, begitu pula
sebaliknya.
13
14
Istana raja bungku atau yang sekarang lebih di kenal sebagai rumah dinas raja
bungku merupakan tempat pelantikan raja-raja bungku. Bentuk dan penampilan dari
rumah raja bungku merupakan bukti dari sejarah kesewenangan pemerintah belanda
yang memaksa menduduki beberapa kerajaan di sulawesi tengah sehingga bentuk
rumah raja di daerah sekitar nya pun masih sama, selayaknya rumah Raja Mori di
daerah wilayah Kolonedale dan Banggai.
15
Istana
Raja
Mori
di
Kolonodale
tympanu
m
16
Masjid Tua Bungku merupakan bagian dari sejarah perkembangan islam di tanah
Bungku, lama sebelum kedatangan Belanda. Mulanya, ketika seorang musafir dari
tanah Johor semenanjung Malaya ( Malaysia-red) Syaikh Maulana Ibrahim Sampai di
tanah Bungku sekitar tahun 1470-an, dalam pengembaraannya menyebarkan Islam,
takdir kemudian mempertemukan nya dengan dua tokoh kerajaan Bungku, di puncak
bukit Fafon Sandengaa. Dari sinilah, mereka kemudian bersepakat untuk
menyebarkan Agama Islam di tanah Bungku. Penyebaran Islam dikemudian hari
menjadi mudah, Sangiang Kinambuka (Raja Bungku) menerima dakwah ini dan
menjadi pemeluk Islam yang taat, dan di ikuti oleh masyarakatnya yang berdiam di
sekitar benteng kerajaan serta merta memeluk Islam.
Bentuk bangunan masjid melambangkan nilai-nilai Islam yang kental.
Diantaranya menara yang berdiri 25 meter dari permukaan tanah, dikenal sebagai
menara alif yang berarti tauhid (keesaan) Allah, sumber sejarah menceritakan dulunya
menara alif ini terpasang simbol bulan bintang.
Atapnya yang bersusun lima memilki makna Rukun Islam. Luas bangunan
mencapai 20x13 meter, masjid ini mampu menampung seratus lebih jamaah. Konon,
tegel (lantai) yang digunakan saat itu dikirim dari singapura, dindingnya terbuat dari
beton terdiri dari susunan batu kapur,yang direkatkan dengan menggunakan putih
telur dan getah kayu waru dan bahan-bahan lainnya. Disebelah situs ini juga terdapat
peninggalan sejarah lainnya yaitu Situs Rumah Raja, dan Makam Raja Bungku
3.4 Bentuk Bangunan
17
Sekilas bangunan ini mengikuti arsitektur masjid yang populer di masa itu,
mirip model dengan Mesjid Tua Demak dan masjid tua jepara pada abad ke 17.
Bentuk bangunan menyerupai bangunan khas orang cina yaitu kelenteng. Hal itu
disebabkan, penduduk asli bungku berasal dari Indocina, menurut hasil wawancara
dari narasumber setempat. Atapnya yang bersusun lima memilki makna Rukun Islam.
Gambar Mesjid tua Jepara dilukis oleh seorang pelaut Belanda yang kebetulan
melintas di kota Jepara pada abad ke 17. Bangunannya berlantai 5, dengan atap yang
bersusun 5 juga. Bentuk dari mesjid mengingatkan kita pada bentuk pagoda yang
banyak terdapat di Tiongkok. Diperkirakan mesjid ini didirkan oleh Ratu Kalinyamat,
yang menurut banyak sumber (Budiman, 1979, Qurtuby, 2003) ada hubungannya
dengan Cina Muslim yang menyebarkan agama Islam mahzab Hanafi di P.Jawa
18
Mesjid Demak
Mesjid Demak merupakan salah satu mesjid yang terpentng dan tertua di Jawa
(1479). Mesjid Demak didirikan pada masa kerajaan Demak yang diperintah oleh R.
Patah pada abad ke 15. Hampir semua sumber historiografi lokal menyebutkan bahwa
R. Patah atau Panembahan Jinbun (dalam bahasa Cina dialek Yunan berarti orang
kuat) adalah seorang Cina Muslim. Perbedaannya hanya terletak pada identifikasi
genealogi R. Patah. Pendapat ini kemudian diperkuat oleh banyak sejarawan antara
lain seperti: H.J. de Graaf & Pigeaud (1985:42-43), Denys Lombard (1994, 1996:44),
Budiman (1979:16) dan Sumanto al Qurtuby (2003:39-40, 214). Tentang bentuk atap
yang bersusun dari mesjid Jawa Kuno (termasuk mesjid Demak) sudah lama menjadi
perdebatan.
Menurut Pijper (1947) dan Stutterheim (1948) menunjuk atap bertingkat
seperti pada arsitektur Bali yang didasari atas kosmologi Hindu, sebagai ide dasar
dari bentuk atap bersusun di arsitektur Jawa.
Menurut Graaf (2004) dan Lombard (1996), menganggap adanya pengaruh
Cina (atap pagoda) yang kuat pada mesjid-mesjid kuno Jawa, mengingat pada abad
ke 15 dan 16 adalah jaman dimana para pedagang Cina Islam merupakan pedagang
yang dominan dan banyak yang menetap di pantai Utara Jawa sambil menyebarkan
keagamaannya.
19
Atap mesjid menjadi pusat perhatian, dan Kesatuan dapat terlihat dari
perpaduan antara bentuk atap yang geomertis yang terletak dalam satu
bangunan.
Irama pada masjid tua bungku terlihat dari bentuk atap yang berulang. Jenis
irama pada masjid tua adalah irama dinamis dan tertentu. karena pengulangan
bentuk atap mengalami perubahan dengan jarak dan dimensi yang berbeda
pada setiap tingkatan atapnya, serta perubahan bentuk di akhir pengulangan.
20
Mesjid Tua bungku menggunakan skala normal, terlihat dari tinggi pintu,
jendela dan ventilasi masjid.
21
Tempat
imam
Tempat
sholat
Serambi
Konon, tegel (lantai 30 x 30 cm) yang digunakan saat itu dikirim dari singapura,
dindingnya terbuat dari beton terdiri dari susunan batu kapur,yang direkatkan dengan
menggunakan putih telur dan getah kayu waru dan bahan-bahan lainnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
22
Orang Indo Cina Muslim pada awal abad ke 15 sudah banyak terdapat di kota
Bungku, Kabupaten Morowali utara, Provinsi Sulawesi tengah Sebagian besar
berasal dari suku Konghu (asal Guangdong) secara turun menurun berprofesi sebagai
pedagang dan tukang yang sangat ahli dalam pengerjaan kayu dan batu. Dalam
kesempatan ini, Jasa pertukangan kayu dan batu dari suku Konghu (asal Guangdong)
ini terus digunakan oleh orang-orang Belanda dalam membangun gedung-gedung
kolonial di seluruh Hindia Belanda. Sebagai contoh misalnya bangunan Gedung
Sate yang terkenal sebagai bangunan monumental yang terindah di Indonesia, juga
memakai jasa keahlian tukang-tukang kayu dan batu orang suku Kwang Tung ini
untuk pekerjaan kayu dan ukiran dari batunya. Selain itu tercatat bahwa daerahdaerah pesisir terdahulu, seperti Demak, Kudus, Jepara, hingga kota Bungku sendiri
tercatat bahwa kerajinan ukiran kayu bertahan sampai abad ke 20.
Mesjid tua Bungku sendiri merupakan bangunan yang bersejarah, bentuk
arsitektur mesjid tua bungku dipengaruhi oleh bentukan mesjid yang popular pada
masa itu, seperti mesjid tua Jepara, mesjid Demak dan lainnya yang merupakan
campur tangan dari arsitektur Cina. Sehingga, dapat di simpulkan bahwa Suku
cinalah yang membawa perubahan bentuk dari segi arsitektur, secara tidak langsung
terhadap mesjid tua bungku.
Rumah raja Bungku sendiri merupakan peninggalan colonial yang
memadukan antara budaya Barat dan Timur. Bentuk dan penampilan dari rumah raja
bungku itu sendiri merupakan bukti dari sejarah kesewenangan pemerintah belanda
yang memaksa menduduki beberapa kerajaan di sulawesi tengah sehingga bentuk
rumah raja di daerah sekitar nya pun masih sama, selayaknya rumah Raja Mori di
daerah wilayah Kolonedale dan Banggai.
23