Chapter II
Chapter II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan lengkap dapat didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang dimaksudkan
untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya
dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Protesa tersebut terdiri dari
gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis protesa. Basis protesa memperoleh dukungan
melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut dibawahnya.
Meskipun basis protesa individual dapat dibuat dari logam atau campuran
logam, kebanyakan basis protesa dibuat menggunakan polimer. Polimer tersebut dipilih
berdasarkan keberadaannya, kestabilan dimensi, karakteristik penanganan, warna, dan
kekompakan dengan jaringan mulut. Selain itu harus dapat juga memperbaiki ketepatan
dan kestabilan dimensi dari protesa gigi lengkap. (Kenneth, 2003)
Gigi tiruan lepasan dibuat untuk mereka yang memerlukan gigi pengganti gigi
yang hilang/ompong sebagian maupun seluruh gigi dalam mulut. Bahan pembuat gigi
dapat dari Valplast yaitu bahan yang lentur dan kuat untuk estetika, dari bahan metal
untuk gigi rahang bawah yang ditujukan untuk kekuatan fungsi kunyah dan yang
ekonomis yaitu dari bahan akrilik. Pembuatan gigi palsu lepasan bisa disesuaikan
dengan kebutuhan tiap pasien sehingga memberikan solusi yang optimal.
Didalam kedokteran gigi istilah gigi tiruan/ dental prothetis meliputi :
Gigi tiruan sebagian lepasan/partial denture
Gigi tiruan cekat/Fixed denture
Gigi tiruan lengkap/Full denture
Contoh dari gigi tiruan lepasan dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
10
CH2=CCOCH2CH2CH2SiOCH 3
CH3 OCH3
Gambar 2.3 Ikatan kimia bahan pengikat resin akrilik polimerisasi panas 3methacryloxypropyltrimethoxysilane.
2.3.3 Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi molekul
yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat terjadi karena panas, cahaya,
oksigen, dan zat kimia. Resin akrilik dapat berpolimerisasi oleh karena panas atau
cahaya.
Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah
selesai. Polimerisasi pada suhu tinggi menghasilkan berat jenis yang lebih rendah
daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu rendah. Ada dua tipe atau jenis
dari
polimerisasi,
yaitu
polimerisasi
adisi
serta
polimerisasi
kondensasi.
11
Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih panjang, maka disebut
polimerisasi adisi. Tipe ini banyak dipakai pada kedokteran gigi, misal: resin akrilik
Bila molekul yang berlainan bergabung dan membentuk molekul ketiga yang
sama sekali berbeda pada keadaan awal, disebut polimerisasi kondensasi
2.3.4 Komposisi
Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari :
1. Polimer:
a. Poli(metil metakrilat)
b. Initiator: berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida
c. Pigmen: merkuri sulfit, cadmium sulfit, cadmium selenit, ferric oxide.
d. Plasticizer: dibutil pthalat
e. Opacifiers: zinc atau titanium oxide
f. Serat sintetis/organik : serat nilon atau serat akrilik
g. Partikel inorganik, seperti serat kaca, zirkonium silikat.
2. Monomer:
a. Metil metakrilat
b. Stabilizer terdapat sekitar 0.003 0.1% metil ether hydroquinone untuk mencegah
terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.
c. Plasticizer: dibutil pthalat
Universitas Sumatera Utara
12
d. Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent) seperti etilen glikol
dimetakrilat (EGDMA). Bahan ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer
yang memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut.
a. Berat molekul
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang tinggi yaitu
500.000 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat molekul polimer
ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah berpolimerisasi dengan
benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan lainnya oleh gaya Van der Waals
dan ikatan antar rantai molekul. Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai
ikatan rantai molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar
dibandingkan polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.
b. Monomer sisa
Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada suhu yang
terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa lebih tinggi.
Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan mulut,
inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik resin akrilik yang
dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer yang menyebabkan
resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya menurun. Pada akrilik yang telah
berpolimerisasi secara benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%.
Proses kuring yang kuat pada temperatur tinggi sangat direkomendasikan untuk
mengurangi ketidaknyamanan pasien yang diketahui memiliki riwayat alergi terhadap
MMA (Metil Metakrilat).
c. Porositas
Porositas dapat memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan resin
akrilik. Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi tiruan yaitu
Universitas Sumatera Utara
13
d. Absorbsi air
Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada lingkungan yang
basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69% mg/cm2. Absorbsi air oleh resin
akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat diabsorbsi pada permukaan
polimer yang padat dan beberapa lagi dapat menempati posisi di antara rantai polimer.
Hal inilah yang menyebabkan rantai polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat
akrilik sebesar 1% yang disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi
linear sebesar 0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya
kontraksi.
e. Retak
Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena adanya tekanan
tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul polimer.
Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik, stress akibat perbedaan
ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing (retak kecil) dapat
memperlemah gigi tiruan.
f. Ketepatan dimensional
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik adalah
ekspansi mould sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin akrilik, kontraksi
sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan hilangnya stress yang
terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.
g. Kestabilan dimensional
Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin akrilik. Absorbsi air
dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin akrilik dapat terjadi
Universitas Sumatera Utara
14
hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini sangat kecil dan
secara klinis tidak bermakna.
porselen,
khususnya
apabila
permukaan
kontak
dikasarkan,
seringkali
menyebabkan keausan nyata pada email atau permukaan emas gigi lawannya. Oleh
Universitas Sumatera Utara
15
karena itu, elemen gigi porselen tidak boleh berantagonis dengan permukaan tersebut,
dan bila digunakan, elemen gigi porselen harus dipoles secara berkala untuk
mengurangi kerusakan pengikisan.
Sebagai catatan, elemen gigi resin dapat berikatan kimia dengan resin basis
protesa yang biasa digunakan. Elemen gigi porselen tidak membentuk ikatan kimia
dengan resin basis protesa, maka harus ditahan dengan cara lain seperti undercut
mekanik dan silanisasi. (Martanto, 1982).
=
dengan
(2.1)
(2.2)
16
dengan
E = energi (J)
b = lebar batang uji (mm)
d = tebal batang uji (mm)
1 . 2
(2.3)
F = Beban (kgf)
4. Porositas (Porosity)
Porositas dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga yang
ada. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0% sampai 90%
tergantung dari jenis dan aplikasinya. (ASTM C 373)
Porositas terjadi akibat penguapan monomer yang tidak bereaksi serta polimer
berberat molekul rendah bila temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih
bahan tersebut. Hal ini mengakibatkan timbulnya gelembung permukaan dan
dibawah permukaan yang dapat mempengaruhi sifat dan kebersihan gigi tiruan.
Porositas juga dapat berasal dari pengadukan yang tidak tepat antara komponen
bubuk dan cairan dan karena tekanan yang tidak cukup saat polimerisasi. (Craig RG,
2000).
=
( )
dengan
100%
(2.4)
: P = porositas (%)
m0 = massa awal sampel setelah dikeringkan (g)
mb = massa setelah direbus dalam air (g)
mg = massa digantung dalam air (g)
mk = massa kawat penggantung sampel (g)
Universitas Sumatera Utara
17
5. Densitas (density)
Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material atau sering didefinisikan
sebagai perbandingan antara massa dengan volume (MM. Ristic, 1979).
Resin akrilik memiliki massa jenis yaitu sekitar 0,9975 g/cm3 (ISO 1183). Hal ini
disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon,
oksigen dan hidrogen.
(Polat TN, 2003)
dengan
(2.5)
: = densitas (g/cm3)
m = massa sampel (gr)
V = volume sampel (cm3)
dengan
(2.6)
7. Stabilitas warna
Stabilitas warna adalah kemampuan suatu bahan mempertahankan warna atau
perubahan sedikit warna dari warna asalnya. Lebih sedikit perubahan yang terjadi
pada suatu bahan maka semakin baik pula stabilitas warna bahan tersebut. Warna
merupakan salah satu sifat bahan yang cukup penting. Resin akrilik polimerisasi
panas menunjukkan stabilitas warna yang baik. (Yulin Lai dkk, 2003)
Universitas Sumatera Utara
18
Gambar 2.4 Serat kaca bentuk potongan panjang yang akan dipotong menjadi serta kaca
potongan pendek.
2.5.1 Sifat Serat kaca
Setiap helai serat kaca yang terstruktur memiliki sifat kaku dan kuat dalam proses
perengangan dan saat melalui proses kompresi atau pemberian tekanan di sepanjang
sumbunya. Walaupun pada umumnya diasumsikan bahwa serat sebenarnya lemah
dibawah proses kompresi atau penekanan, sebenarnya asumsi ini lebih didasarkan oleh
rasio penampilan dari serat itu sendiri. Dalam artian; oleh karena bentuk serat tersebut
tipis dan panjang, maka serat dianggap dapat bengkok dengan mudah. Disisi lain, serat
kaca paling tidak kaku dan tidak kuat pada ketebalannya yaitu, di lintang sumbunya.
Universitas Sumatera Utara
19
Oleh karena itu, jika sekumpulan serat dapat diatur arahnya secara permanen sesuai
dengan yang diinginkan di dalam suatu material, dan jika serat-serat tersebut dapat
dicegah dari pembengkokan saat dalam tekanan, maka material tersebut akan menjadi
sangat kuat sesuai dengan arah yang diinginkan untuk diperkuat.
Lebih jauh lagi dalam pembahasan ini; dengan menumpuk lebih dari satu lapisan
serat satu diatas yang lainnya, kemudian tiap lapisannya diorientasikan dalam berbagai
arah yang berbeda sesuai dengan keinginan, faktor kekakuan dan kekuatan dari
keseluruhan material dapat dikontrol dengan lebih efisien. Dalam kasus plastik berserat
kaca, adalah bahan plastik lah yang akan menampung serat kaca yang terstruktur
tersebut sesuai dengan arah yang dipilih oleh desainer produknya. Sementara pada kasus
chopped strand mat, dasar pengaturan arahnya terletak pada 2 lempengan berbentuk dua
dimensi dengan kain tenun atau lapisan yang tanpa pengaturan arah khusus. Dengan
demikian, arah dari kekakuan dan kekuatan bahan tersebut akan dapat dikontrol dengan
lebih presisi dari dalam lempengan itu sendiri.
Komponen dari plastik berserat kaca pada dasarnya terbuat dari konstruksi
kulit tipis, kadang bagian dalamnya diisi dengan busa struktural, seperti dalam kasus
pembuatan papan selancar. Komponennya bisa juga dibuat dengan bentuk yang hampir
serampangan tetapi masih didalam batas kerumitan dan toleransi bentuk cetakan yang
digunakan untuk memproduksi kulit luar tersebut.
Serat kaca mengandung beberapa bahan kimia sebagai komposisinya yaitu :
SiO2 : 55,2 %
Al2O3 : 14,8 %
B2O3 : 7,3 %
MgO : 3,3 %
CaO : 18,7%
K2O : 0,2 %
ditambahkan pada resin akrilik dapat mempengaruhi kekuatan resin akrilik. Stipho, dkk
(1998) menyimpulkan bahwa penambahan serat kaca pada bahan basis gigi tiruan
sebesar 1% dapat meningkatkan kekuatan transversal basis gigitiruan tetapi bila
konsentrasi yang diberikan lebih dari 1% dapat melemahkan kekuatan transversal basis
gigi tiruan.
20
Pemakaian serat kaca berbentuk potongan kecil telah banyak dilakukan dalam
beberapa penelitian. Kelebihan serat kaca berbentuk potongan kecil yaitu lebih praktis
dan lebih tersebar merata pada resin akrilik (Uzun G,1999 ; Lee dkk 2001). Lee, dkk
(2007) menyatakan bahwa serat kaca berbentuk potongan kecil berukuran 3 mm yang
ditambahkan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik dapat meningkatkan kekuatan
transversal. Serat kaca berbentuk potongan kecil 2% yang ditambahkan pada bahan
basis gigi tiruan dapat meningkatkan kekuatan impak dan menurunkan kekuatan
transversal (IH Tacir dkk, 2006).
21