Anda di halaman 1dari 17

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan

Gigi tiruan lengkap dapat didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang dimaksudkan
untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya
dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Protesa tersebut terdiri dari
gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis protesa. Basis protesa memperoleh dukungan
melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut dibawahnya.
Meskipun basis protesa individual dapat dibuat dari logam atau campuran
logam, kebanyakan basis protesa dibuat menggunakan polimer. Polimer tersebut dipilih
berdasarkan keberadaannya, kestabilan dimensi, karakteristik penanganan, warna, dan
kekompakan dengan jaringan mulut. Selain itu harus dapat juga memperbaiki ketepatan
dan kestabilan dimensi dari protesa gigi lengkap. (Kenneth, 2003)
Gigi tiruan lepasan dibuat untuk mereka yang memerlukan gigi pengganti gigi
yang hilang/ompong sebagian maupun seluruh gigi dalam mulut. Bahan pembuat gigi
dapat dari Valplast yaitu bahan yang lentur dan kuat untuk estetika, dari bahan metal
untuk gigi rahang bawah yang ditujukan untuk kekuatan fungsi kunyah dan yang
ekonomis yaitu dari bahan akrilik. Pembuatan gigi palsu lepasan bisa disesuaikan
dengan kebutuhan tiap pasien sehingga memberikan solusi yang optimal.
Didalam kedokteran gigi istilah gigi tiruan/ dental prothetis meliputi :
Gigi tiruan sebagian lepasan/partial denture
Gigi tiruan cekat/Fixed denture
Gigi tiruan lengkap/Full denture
Contoh dari gigi tiruan lepasan dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Gigi Tiruan Lepasan

2.2 Basis Protesa


Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa dibuat dengan
menggunakan resin poli(metal metakrilat). Resin-resin tersebut merupakan plastik
lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metal metakrilat
multipel. Poli(metal metakrilat) murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat.
Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai untuk
mendapatkan warna dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik tetap stabil di
bawah kondisi mulut yang normal; dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk
aplikasi kedokteran gigi.
Satu keuntungan poli(metal metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah
relatif mudah pengerjaannya. Bahan basis protesa poli(metal metakrilat) biasanya
dikemas dalam sistem bubuk-cairan. Cairan mengandung metal metakrilat tidak
terpolimer dan bubuk mengandung resin poli(metal metakrilat) pra-polimerisasi dalam
bentuk butir-butir kecil. Bila cairan dan bubuk diaduk dengan proporsi yang tepat,
diperoleh massa yang dapat dibentuk. Kemudian bahan dimasukkan ke dalam mould
(rongga cetakan) dari bentuk yang diinginkan serta dipolimerisasi. Setelah proses
polimerisasi selesai, hasil protesa dikeluarkan dan dipersiapkan untuk dipasangkan pada
pasien.
Universitas Sumatera Utara

2.3 Elemen Gigi Resin Akrilik


Lebih dari 60% elemen gigi tiruan yang sudah jadi yang dijual di Amerika Serikat
dibuat dari resin akrilik atau resin vinil akrilik. Seperti diduga, kebanyakan elemen gigi
tiruan resin memiliki basis dengan susunan linier poli(metal metakrilat).
Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak
diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok
cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik
dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Resin akrilik adalah jenis resin
termoplastik, di mana merupakan senyawa kompon non metalik yang dibuat secara
sintesis dari bahan-bahan organik. Resin akrilik dapat dibentuk selama masih dalam
keadaan plastis, dan mengeras apabila dipanaskan. Pengerasan terjadi oleh karena
adanya reaksi polimerisasi adisi antara polimer dan monomer.
Akrilik berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam.
Bahan ini berasal dari Asam Acrolain atau gliserin aldehida. Secara kimia dinamakan
polymetil metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan
ini disediakan untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer) monometil metakrilat
dan biasanya bahan ini di kemas dalam bentuk bubuk (polimer) polimetil metakrilat.
Penggunaan resin akrilik ini biasa dipakai sebagai bahan denture base, landasan
pesawat orthodontik (orthodontik base), basis gigi tiruan, pembuatan anasir gigi tiruan
(artificial teeth) dan sebagai bahan restorasi untuk mengganti gigi yang rusak.
Resin akrilik adalah resin termoplastis, merupakan persenyawaan kompon non
metalik yang dibuat secara sintetis dari bahan-bahan organik. Resin ini dapat dibentuk
selama masih dalam keadaan plastis dan mengeras apabila dipanaskan karena tejadi
reaksi polimerisasi adisi antara polimer dan monomer. Berdasarkan polimerisasinya,
resin akrilik dibedakan menjadi tiga, yaitu Heat Cured Acrylic, Self Cured Acrylic dan
Light Cured Acrylic Resin, yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah Heat Cured
Acrylic atau Resin Akrilik Polimerisasi panas.

Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas


Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin jenis poli(metil) metakrilat yang
polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi
bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pemanasan air atau iradiasi
gelombang mikro. Resin akrilik polimerisasi panas dengan pemanasan air dilakukan
dengan dua cara, yaitu pemanasan air menggunakan kompor atau waterbath. Contoh
resin akrilik dapat dilihat pada Gambar di bawah ini :

Gambar 2.2. Resin Akrilik

Syarat-syarat yang dibutuhkan resin akrilik, yaitu:


a. Tidak toxis dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang tipis.
d. Mempunyai limit proporsionalitas yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidak
mudah mengalami perubahan bentuk yang permanen.
e. Mempunyai kekuatan impak tinggi, sehingga tidak mudah patah atau pecah jika
terbentur atau terjatuh.
f. Mempunyai fatigue strength (ketahanan) yang tinggi, sehingga akrilik dapat dipakai
sebagai bahan restorasi yang tahan lama.
g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.
h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah di pigmen.
Warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur.
i. Radio-Opacity, memungkinkan bahan untuk dideteksi dengan sinar-X apabila tertelan.
j. Mudah direparasi jika patah.
Universitas Sumatera Utara

10

k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.


l. Mudah dibersihkan.
2.3.2 Struktur Resin Akrilik
2.3.2.1 Partikel bahan pengisi
Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan
meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit,
berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat
mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor
penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah
bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya dan kekerasan.
2.3.2.2 Bahan Pengikat
Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin matriks.
Adapun kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan fisik resin, dan untuk
menstabilkan hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini akan berkurang ketika
komposit menyerap air dari penetrasi bahan pengisi resin. Bahan pengikat yang paling
sering digunakan adalah organosilanes (3-metoksi-profil-trimetoksi silane).
O OCH 3

CH2=CCOCH2CH2CH2SiOCH 3

CH3 OCH3
Gambar 2.3 Ikatan kimia bahan pengikat resin akrilik polimerisasi panas 3methacryloxypropyltrimethoxysilane.
2.3.3 Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi molekul
yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat terjadi karena panas, cahaya,
oksigen, dan zat kimia. Resin akrilik dapat berpolimerisasi oleh karena panas atau
cahaya.
Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah
selesai. Polimerisasi pada suhu tinggi menghasilkan berat jenis yang lebih rendah
daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu rendah. Ada dua tipe atau jenis
dari

polimerisasi,

yaitu

polimerisasi

adisi

serta

polimerisasi

kondensasi.

Universitas Sumatera Utara

11

Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih panjang, maka disebut
polimerisasi adisi. Tipe ini banyak dipakai pada kedokteran gigi, misal: resin akrilik
Bila molekul yang berlainan bergabung dan membentuk molekul ketiga yang
sama sekali berbeda pada keadaan awal, disebut polimerisasi kondensasi

Polimerisasi sempurna terjadi dalam empat tahap:


a. Initiation (permulaan) : tahap pembentukan molekul monomer aktif oleh bahan
initiator benzoil peroxide yang dibantu dengan activator (zat kimia, sinar ultraviolet,atau
pemanasan).
b. Propagation (perambatan) : tahap terbentuknya rantai polimer.
c. Termination (perhentian) : tahap pembentukan polimer dimana reaksinya terhenti,
yang ditandai dengan pertukaran sebuah atom hidrogen dari satu rantai yang terbentuk
pada rantai lain.
d. Chain Transfer (transfer rantai) : proses dimana pertumbuhan rantai menjadi aktif
kembali untuk pertumbuhan selanjutnya.

2.3.4 Komposisi
Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari :

1. Polimer:
a. Poli(metil metakrilat)
b. Initiator: berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida
c. Pigmen: merkuri sulfit, cadmium sulfit, cadmium selenit, ferric oxide.
d. Plasticizer: dibutil pthalat
e. Opacifiers: zinc atau titanium oxide
f. Serat sintetis/organik : serat nilon atau serat akrilik
g. Partikel inorganik, seperti serat kaca, zirkonium silikat.

2. Monomer:
a. Metil metakrilat
b. Stabilizer terdapat sekitar 0.003 0.1% metil ether hydroquinone untuk mencegah
terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.
c. Plasticizer: dibutil pthalat
Universitas Sumatera Utara

12

d. Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent) seperti etilen glikol
dimetakrilat (EGDMA). Bahan ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer
yang memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut.

2.3.5 Sifat-Sifat Resin Akrilik Polimerisasi panas


Beberapa sifat-sifat resin akrilik polimerisasi panas adalah:

a. Berat molekul
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang tinggi yaitu
500.000 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat molekul polimer
ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah berpolimerisasi dengan
benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan lainnya oleh gaya Van der Waals
dan ikatan antar rantai molekul. Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai
ikatan rantai molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar
dibandingkan polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.

b. Monomer sisa
Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada suhu yang
terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa lebih tinggi.
Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan mulut,
inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik resin akrilik yang
dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer yang menyebabkan
resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya menurun. Pada akrilik yang telah
berpolimerisasi secara benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%.
Proses kuring yang kuat pada temperatur tinggi sangat direkomendasikan untuk
mengurangi ketidaknyamanan pasien yang diketahui memiliki riwayat alergi terhadap
MMA (Metil Metakrilat).

c. Porositas
Porositas dapat memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan resin
akrilik. Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi tiruan yaitu
Universitas Sumatera Utara

13

shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity kelihatan sebagai


gelembung yang tidak beraturan bentuk di seluruh permukaan gigi tiruan sedangkan
gaseous porosity terlihat berupa gelembung kecil halus yang uniform, biasanya terjadi
terutama pada protesa yang tebal dan di bagian yang lebih jauh dari sumber panas.

d. Absorbsi air
Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada lingkungan yang
basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69% mg/cm2. Absorbsi air oleh resin
akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat diabsorbsi pada permukaan
polimer yang padat dan beberapa lagi dapat menempati posisi di antara rantai polimer.
Hal inilah yang menyebabkan rantai polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat
akrilik sebesar 1% yang disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi
linear sebesar 0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya
kontraksi.
e. Retak
Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena adanya tekanan
tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul polimer.
Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik, stress akibat perbedaan
ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing (retak kecil) dapat
memperlemah gigi tiruan.

f. Ketepatan dimensional
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik adalah
ekspansi mould sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin akrilik, kontraksi
sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan hilangnya stress yang
terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.

g. Kestabilan dimensional
Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin akrilik. Absorbsi air
dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin akrilik dapat terjadi
Universitas Sumatera Utara

14

hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini sangat kecil dan
secara klinis tidak bermakna.

h. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik


Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa lemah adalah
baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa. Ethanol juga berfungsi
sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh karena itu,
larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk membersihkan
protesa.

Resin poli(metal metakrilat) yang digunakan dalam pembuatan elemen gigi


tiruan adalah serupa dengan yang digunakan untuk pembuatan basis protesa. Namun,
besarnya ikatan silang dalam elemen gigi tiruan adalah lebih besar dibandingkan dengan
basis protesa yang terpolimerisasi. Peningkatan ini diperoleh dengan meningkatkan
jumlah ikatan silang dalam cairan basis protesa, yaitu monomer. Polimer hasilnya
menunjukkan peningkatan stabilitas dan sifat klinis yang disempurnakan.
Penggunaan retensi mekanik merupakan cara utama untuk melekatkan elemen
gigi tiruan resin pada resin basis protesa yang diaktifkan secara kimia. Ikatan kimia juga
dapat digunakan untuk melekatkan resin ini. Cara ini menghasilkan pelunakan resin dan
mempermudah ikatan kimia selama polimerisasi basis protesa. Kekuatan ikatan yang
dihasilkan adalah serupa dengan yang diperoleh antara elemen gigi protesa dan resin
basis protesa yang diaktifkan dengan panas.
Selain elemen gigi resin, gigi tiruan juga dapat dibuat dengan menggunakan
porselen. Oleh karena itu, perbandingan antara elemen gigi resin diuraikan pula untuk
kelengkapan. Elemen gigi resin menunjukkan ketahanan yang lebih besar terhadap
fraktur dibandingkan elemen gigi porselen . Akibatnya kecenderungan gigi resin untuk
fraktur atau gumpil bila ada benturan kecil, seperti bila protesa jatuh. Selain itu elemen
gigi resin lebih mudah disesuaikan dan menunjukkan ketahanan terhadap perubahan
termal yang lebih besar. Sebagai perbandingan, elemen gigi porselen menunjukkan
kestabilan dimensi yang lebih baik dan ketahanan aus yang tinggi. Sayangnya, elemen
gigi

porselen,

khususnya

apabila

permukaan

kontak

dikasarkan,

seringkali

menyebabkan keausan nyata pada email atau permukaan emas gigi lawannya. Oleh
Universitas Sumatera Utara

15

karena itu, elemen gigi porselen tidak boleh berantagonis dengan permukaan tersebut,
dan bila digunakan, elemen gigi porselen harus dipoles secara berkala untuk
mengurangi kerusakan pengikisan.
Sebagai catatan, elemen gigi resin dapat berikatan kimia dengan resin basis
protesa yang biasa digunakan. Elemen gigi porselen tidak membentuk ikatan kimia
dengan resin basis protesa, maka harus ditahan dengan cara lain seperti undercut
mekanik dan silanisasi. (Martanto, 1982).

2.4 Karakterisasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas


Beberapa karakterisasi resin akrilik, antara lain:
1. Kekuatan Tarik (Tensile Strength)
Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas berdasarkan ASTM D 638.
adalah 55 MPa. Kekuatan tensil yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan
utama resin akrilik. (Polyzois GL, 1996)

=
dengan

(2.1)

= kekuatan tarik (MPa)

F = gaya / beban (N)


l = lebar batang uji (mm)
t = tebal batang uji (mm)

2. Kekuatan Impak (Impact strength)


Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 kg/cm3. Resin akrilik
memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila terjatuh ke permukaan yang
keras, maka akan terjadi fraktur. (El Sheikh AM, 2006)
Kekuatan impak =

(2.2)

Universitas Sumatera Utara

16

dengan

E = energi (J)
b = lebar batang uji (mm)
d = tebal batang uji (mm)

3. Kekerasan (Hardness Vickers)


Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15 kg/mm2
(ASTM E18 20). Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif
lunak dan mengakibatkan resin akrilik cenderung menipis. (Norman E, 1999)
HV = 1,854
dengan

1 . 2

(2.3)

F = Beban (kgf)

d1= panjang diagonal 1 (mm)

d2= panjang diagonal 2 (mm)

4. Porositas (Porosity)
Porositas dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga yang
ada. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0% sampai 90%
tergantung dari jenis dan aplikasinya. (ASTM C 373)
Porositas terjadi akibat penguapan monomer yang tidak bereaksi serta polimer
berberat molekul rendah bila temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih
bahan tersebut. Hal ini mengakibatkan timbulnya gelembung permukaan dan
dibawah permukaan yang dapat mempengaruhi sifat dan kebersihan gigi tiruan.
Porositas juga dapat berasal dari pengadukan yang tidak tepat antara komponen
bubuk dan cairan dan karena tekanan yang tidak cukup saat polimerisasi. (Craig RG,
2000).
=

( )

dengan

100%

(2.4)

: P = porositas (%)
m0 = massa awal sampel setelah dikeringkan (g)
mb = massa setelah direbus dalam air (g)
mg = massa digantung dalam air (g)
mk = massa kawat penggantung sampel (g)
Universitas Sumatera Utara

17

5. Densitas (density)
Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material atau sering didefinisikan
sebagai perbandingan antara massa dengan volume (MM. Ristic, 1979).
Resin akrilik memiliki massa jenis yaitu sekitar 0,9975 g/cm3 (ISO 1183). Hal ini
disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon,
oksigen dan hidrogen.
(Polat TN, 2003)

dengan

(2.5)
: = densitas (g/cm3)
m = massa sampel (gr)
V = volume sampel (cm3)

6. Kekuatan Tekan (Compressive strength)


Kuat tekan suatu material didefinisikan sebagai kemampuan material dalam menahan
beban atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan (failure). Resin ini memiliki
sifat strength yang khas. Compressive strengthnya adalah 75 MPa (ASTM D 638).
Secara umum bahan resin ini memiliki strength yang rendah. Efek yang
mempengaruhi kekuatan antara lain : komposisi, teknik pemprosesan, absorpsi air.
(Norman E, 1999)

dengan

(2.6)

: T = kuat tekan (MPa)


F = beban maksimum (N)
A = luas bidang permukaan (mm2)

7. Stabilitas warna
Stabilitas warna adalah kemampuan suatu bahan mempertahankan warna atau
perubahan sedikit warna dari warna asalnya. Lebih sedikit perubahan yang terjadi
pada suatu bahan maka semakin baik pula stabilitas warna bahan tersebut. Warna
merupakan salah satu sifat bahan yang cukup penting. Resin akrilik polimerisasi
panas menunjukkan stabilitas warna yang baik. (Yulin Lai dkk, 2003)
Universitas Sumatera Utara

18

2.5 Serat Kaca


Plastik berserat kaca (glass-reinforced plastic GRP), yang juga dikenal sebagai plastik
yang diperkuat oleh serat kaca (glass fiber-reinforced plastic GFRP), merupakan
suatu polimer yang diperkuat. Polimer ini terbuat dari bahan plastik yang diperkuat oleh
serat-serat halus yang terbuat dari kaca. Bahan ini juga dikenal dengan nama GFK yang
merupakan kepanjangan dari Glasfaserverstrkter Kunststoff, atau yang biasanya lebih
akrab dikenal oleh serat kaca yang digunakan dalam proses penguatannya, yang dalam
bahasa inggrisnya disebut fiberglass.
Serat kaca (fiberglass) adalah serat yang dapat ditambahkan ke dalam resin
akrilik untuk memperbaiki sifat fisis dan mekanis resin akrilik. Serat kaca dapat
beradhesi dengan matriks polimer didalam resin akrilik sehingga memiliki kekuatan
ikatan yang baik dengan resin akrilik, oleh karena itu serat kaca menjadi pilihan untuk
ditambahkan ke dalam resin akrilik sebagai bahan penguat. Serat kaca yang akan
dipakai biasanya adalah potongan panjang yang akan dipotong menjadi potongan
pendek, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.4 Serat kaca bentuk potongan panjang yang akan dipotong menjadi serta kaca
potongan pendek.
2.5.1 Sifat Serat kaca
Setiap helai serat kaca yang terstruktur memiliki sifat kaku dan kuat dalam proses
perengangan dan saat melalui proses kompresi atau pemberian tekanan di sepanjang
sumbunya. Walaupun pada umumnya diasumsikan bahwa serat sebenarnya lemah
dibawah proses kompresi atau penekanan, sebenarnya asumsi ini lebih didasarkan oleh
rasio penampilan dari serat itu sendiri. Dalam artian; oleh karena bentuk serat tersebut
tipis dan panjang, maka serat dianggap dapat bengkok dengan mudah. Disisi lain, serat
kaca paling tidak kaku dan tidak kuat pada ketebalannya yaitu, di lintang sumbunya.
Universitas Sumatera Utara

19

Oleh karena itu, jika sekumpulan serat dapat diatur arahnya secara permanen sesuai
dengan yang diinginkan di dalam suatu material, dan jika serat-serat tersebut dapat
dicegah dari pembengkokan saat dalam tekanan, maka material tersebut akan menjadi
sangat kuat sesuai dengan arah yang diinginkan untuk diperkuat.
Lebih jauh lagi dalam pembahasan ini; dengan menumpuk lebih dari satu lapisan
serat satu diatas yang lainnya, kemudian tiap lapisannya diorientasikan dalam berbagai
arah yang berbeda sesuai dengan keinginan, faktor kekakuan dan kekuatan dari
keseluruhan material dapat dikontrol dengan lebih efisien. Dalam kasus plastik berserat
kaca, adalah bahan plastik lah yang akan menampung serat kaca yang terstruktur
tersebut sesuai dengan arah yang dipilih oleh desainer produknya. Sementara pada kasus
chopped strand mat, dasar pengaturan arahnya terletak pada 2 lempengan berbentuk dua
dimensi dengan kain tenun atau lapisan yang tanpa pengaturan arah khusus. Dengan
demikian, arah dari kekakuan dan kekuatan bahan tersebut akan dapat dikontrol dengan
lebih presisi dari dalam lempengan itu sendiri.
Komponen dari plastik berserat kaca pada dasarnya terbuat dari konstruksi
kulit tipis, kadang bagian dalamnya diisi dengan busa struktural, seperti dalam kasus
pembuatan papan selancar. Komponennya bisa juga dibuat dengan bentuk yang hampir
serampangan tetapi masih didalam batas kerumitan dan toleransi bentuk cetakan yang
digunakan untuk memproduksi kulit luar tersebut.
Serat kaca mengandung beberapa bahan kimia sebagai komposisinya yaitu :

SiO2 : 55,2 %

Al2O3 : 14,8 %

B2O3 : 7,3 %

MgO : 3,3 %

CaO : 18,7%

K2O : 0,2 %

Na2O3, Fe2O3, F2: 0,3% (HM. Hyer,1998)

ditambahkan pada resin akrilik dapat mempengaruhi kekuatan resin akrilik. Stipho, dkk
(1998) menyimpulkan bahwa penambahan serat kaca pada bahan basis gigi tiruan
sebesar 1% dapat meningkatkan kekuatan transversal basis gigitiruan tetapi bila
konsentrasi yang diberikan lebih dari 1% dapat melemahkan kekuatan transversal basis
gigi tiruan.

Universitas Sumatera Utara

20

Pemakaian serat kaca berbentuk potongan kecil telah banyak dilakukan dalam
beberapa penelitian. Kelebihan serat kaca berbentuk potongan kecil yaitu lebih praktis
dan lebih tersebar merata pada resin akrilik (Uzun G,1999 ; Lee dkk 2001). Lee, dkk
(2007) menyatakan bahwa serat kaca berbentuk potongan kecil berukuran 3 mm yang
ditambahkan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik dapat meningkatkan kekuatan
transversal. Serat kaca berbentuk potongan kecil 2% yang ditambahkan pada bahan
basis gigi tiruan dapat meningkatkan kekuatan impak dan menurunkan kekuatan
transversal (IH Tacir dkk, 2006).

Penambahan serat kaca ke dalam resin akrilik dapat menimbulkan kesulitan


dalam penyatuan serat kaca ke dalam matriks polimer, tetapi masalah ini dapat diatasi
dengan mengubah viskositas campuran antara resin akrilik dan serat kaca dengan cara
merendam serat kaca yang akan digunakan ke dalam sejumlah monomer selama
beberapa menit lalu ditiriskan sehingga serat kaca lebih mudah meresap ke dalam resin
akrilik.(Soekartono , 2005 ; IH Tacir dkk, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

21

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai