Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Arus laut merupakan pergerakan massa air laut secara horizontal maupun
vertikal dari satu lokasi ke lokasi lain untuk mencapai kesetimbangan dan
terjadi secara kontinu. Gerakan massa air laut tersebut timbul akibat pengaruh
dari resultan gaya-gaya yang bekerja dan faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan gaya-gaya yang mempengaruhinya, arus laut terdiri dari : arus
geostropik, arus termohalin, arus pasang surut, arus ekman dan arus bentukan
angin.
Arus densitas merupakan arus karena adanya gradien densitas dalam arah
horizontal. Gradien ini terbentuk oleh variasi salinitas, suhu, atau kandungan
sedimen. Umunya arus gradien terjadi di estuary dimana terdapat fluks air
tawar ke arah laut. Fluks air tawar menyebabkan adanya variasi densitas
dalam arah horizontal yang akan bertambah semakin besar kearah laut.
Pemahaman mengenai arus densitas, penting karena berkaitan dengan profil
salinitas dan temperature pada estuary.
I.2. Tujuan
1.
Mahasiswa dapat memahami profil salinitas dan Temperatur terhadap
2.

kedalaman di Estuari
Mahasiswa dapat memahami profil distribusi kecepatan arus terhadap

kedalaman di Estuari
I.3. Manfaat
1. Mengetahui profil salinitas dan temperatur pada estuary
2. Mengetahui profil distribusi kecepatan arus pada estuary

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Arus Densitas


Arus densitas merupakan arus yang timbul akibat adanya gradien densitas
dalam arah horizontal. Gradien densitas horizontal terbentuk oleh variasi salinitas,
suhu atau kandungan sedimen. Arus densitas ini umumnya terjadi didaerah pantai
dan estuari dimana terdapat fluks air tawar ke arah laut. Fluks air tawar ini akan
mengakibatkan adanya variasi atau gradien densitas dalam arah horizontal yang
bertambah besar ke arah laut (Poerbandono,2005).
Gradien densitas horizontal ini mengakibatkan gradien tekanan horizonal
yang akhirnya menimbulkan arus densitas. Didalam arus densitas di estuari terjadi
keseimbangan antara gradien tekanan dan gesekan internal (gesekan viskos),
sementara didalam arus densitas di daerah pantai terjadi keseimbangan antara
gradien tekanan, gesekan internal, dan gaya coriolis atau hanya keseimbangan
antara

gradien

tekanan

dan

coriolis

(gesekan

internal

diabaikan)

(Poerbandono,2005).
2.2.

Salinitas
Salinitas menurut Nybakken (1992) adalah garam-garam terlarut dalam satu

kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan perseribu. Selanjutnya dinyatakan
bahwa dalam air laut terlarut macam-macam garam terutama NaCl, selain itu
terdapat pula garam-garam magnesium, kalium dan sebagainya (Nontji, 1993).
Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua zat padat yang
terlarut dalam 1 kilo gram air laut. Peranan pengukuran salinitas pada air laut atau
manfaatnya adalah dapat digunakan untuk mengetahui percampuran air sungai
dan air laut, percampuran antar air laut. Selain itu dapat juga berguna untuk
mengetahui alisan massa air, studi ekologi laut dan sebagai data dasar menghitung
besaran lainnya (Arief, 1984).
2.3.

Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur

proses fisiologis dan penyebaran organisme laut (Nybakken, 1992; Tait and
Dipper 1998). Suhu perairan bervariasi secara horizontal sesuai dengan garis
lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman perairan (Lobban and
Harrison, 1997).

Suhu air permukaan perairan di Indonesia umumnya berkisar antara 28 31


0C. Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti curah
hujan, penguapan, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya
matahari. Oleh karena itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pola arus
musiman (Nontji, 1993).
2.4.

Distribusi Densitas terhadap Kedalaman


Kedalaman suatu perairan berhubungan erat dengan produktivitas, suhu

vertikal, penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara


(Hutabarat dan Evans, 2008). Secara umum menurut Purwandana (2013), densitas
massa air akan meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman. Dalam
kondisi tidak adanya gangguan, massa air yang memiliki densitas rendah akan
selalu berada di atas massa air yang berdensitas tinggi.
Fluida dikatakan tidak stabil apabila terjadi kecenderungan pergerakan
atau perubahan posisi massa air secara vertikal dari kedudukan awalnya tanpa
kembali lagi ke posisi awalnya. Jika fluida tidak memberikan hambatan
secara berarti terhadap gerakan secara vertikal maka fluida dikatakan tetap netral.
Fluida akan dikatakan stabil jika fluida tersebut memberikan perlawanan gerak
secara vertikal (Pond dan Pickard, 1983 dalam Purwandana, 2013).
2.5. Klasifikasi Estuari Berdasarkan Distribusi Densitas
Perbedaan pada profil hidrologis perairan, seperti dalam pembagian berikut
(Rositasari dan Rahayu, 1994):
1.
Profil hidrografis berlapis (Highly stratified).
Profil perairan ini disebabkan karena terdapatnya dominasi aliran sungai
dibandingkan dengan pasang-surut, sebagaimana yang biasa terjadi di muara.
2.
Profil hidrografis teraduk sebagian (Partially mixed).
Pada profil seperti ini, input air tawar dan pasang-surut lebih seimbang
pengaruhnya. Media pengadukkan yang bekerja secara dominan pada tipe
perairan ini adalah efek pasang-surut yang berlangsung secara periodik. Profil
salinitas secara vertikal lebih tergradasi karena terdapatnya pengadukan secara
vertikal yang kemudian membentuk pola pelapisan yang kompleks pada masa air.
3.
Profil hidrografis tercampur sempurna (Vertically homogenous estuary).
Tipe estuari ini didominasi oleh efek pasang-surut yang kuat. Air cenderung
teraduk dengan sangat baik mulai dan permukaan hingga dasar perairan.
Kandungan salinitas relatif tinggi, hampir mendekati salinitas air laut. Variasi
utama yang terjadi pada tipe estuari ini lebih banyak terdapat secara horizontal

dan pada secara vertikal. Estuari yang memiliki pasir penghalang (bar-built
estuary) atau estuari yang tidak memiliki sungai besar merupakan contoh dan tipe
perairan

III.

MATERI DAN METODE

3.1 Materi
Hari / tanggal
Waktu
Tempat

: Rabu, 23 Maret 2016


: 15.30-17.45 WIB
: Ruangan B 301 Gedung B Lantai 3. Fakultas Perikanan
dan Ilmu. Kelautan. Universitas Diponegoro.

3.2. Metode
3.2.1. Perhitungan Kecepatan Arus dengan Berbagai Nilai P
1. Sebelum menghitung kecepatan arus Longshore kita melakukan
hitungan awal, antara lain :
a. Panjang Gelombang di laut dalam
gT2
Lo = 2
b. Tinggi gelombang pecah
b=

Hb
Ho

L
b=0,5 o
Ho

1 /5

( )

H b=

Hb
H
Ho o

c. Kedalaman pantai saat gelombang pecah


D b=

Hb
0,8

d. Jarak antara pantai ke posisi gelombang pecah


Xb=

Db
M

2. Kemudian kita menghitung parameter arus Longshore sebagai berikut


:
a.

=
b.

c.

Ho
Do

K=

1
3k2
1+(
)
8

A=

1
5
(1 P)
2

d.

P1=

3
9 1
+
+
4
16 p

e.

P 2=

3
9 1

+
4
16 p

P2 1
f. B 1= P1 P2 A
P1 1
g. B 2= P 1P2 A

1
2

1
2

h.

m
=0,58
Cd

32
5

()
k

1 2
f
2

B1

(( )
1
2

P1

1
+ A
2

3. Kemudian menghitung kecepatan arus Longshore di Breaker


1

V o=

5 2 m
k
g H b sin 2
32 C d

4. Kecepatan arus Longshore di daerah x


x=x x b
V =B1 x P + A x Jika 0< x <1
1

V =B1 x P Jika1< x <2


2

5. Kecepatan arus Longshore di Midsurf Zone berdasarkan rumus :


a. Putman
V =0,58 g H b sin2 b
b. Komar dan Ehman
V =0,49 g H b sin 2 b
c. Shore Protection Manual
V =20,7 m g H b sin 2 b
3.2.2. Perhitungan Variasi Nilai Sudut Datang Gelombang
1. Menghitung v0 dengan variasi
v0 =

5
m
x 2
k
g H b sin 2
32
Cd

2. Mencari nilai v

berdasarkan variasi

v =V v 0
P1

V =B1 x + A x Jika 0< x <1


V =B2 x P Jika 1< x <2
2

3. Kecepatan arus Longshore di Midsurf Zone berdasarkan variasi

Vm 1=0,58 g H b sin 2 b
Vm 2=0,49 g H b sin 2 b
Vm 3=20,7 m g H b sin 2 b
3.2.3. Perhitungan Variasi Nilai Tinggi Gelombang di Laut Dalam
1. Perhitungan dilakukan untuk nilai H0, 0.5H0, dan 2H0. Sebelum
melakukan perhitungan lebih lanjut, ada perhitungan awal sebagai
berikut.
a.

Hb
H0

- Pada

H0

Hb
L
=0,5 0
H0
H0

-Pada 0,5 H 0
Hb
L0 2
=0,5
H0
0,5 H 0
Pada 2 H 0
Hb
L
=0,5 0
H0
2 H0

2. Menghitung nilai
H b=

Hb

Hb
H
H0 0
3. Menghitung nilai
D b=
4. Menghitung nilai

Db
Hb
0,8
Xb

Xb=

Db
m

5. Menghitung nilai v 0 dengan variasi nilai


v0 =

H0

5
k B2 g H b sin2 2
32

6. Mengghitung nilai v dalam variasi

H0

v =V v 0
V =B1 x P + A x Jika 0< x <1
1

V =B2 x P Jika 1< x <2


2

7. Menghitung kecepatan arus Longshore di Midsurf Zone berdasarkan


variasi

H0
Vm 1=0,58 g H b sin 2 b
Vm 2=0,49 g H b sin 2 b

Vm 3=20,7 m g H b sin 2 b

IV.

HASIL

IV.1.

Data Suhu, Salinitas dan Arus pada setiap stasiun

IV.2.

Profil Variasi Temperatur terhadap Kedalaman

IV.3.

Profil Variasi Salinitas terhadap Kedalaman

IV.4.

Profil Kecepatan Arus Total terhadap Kedalaman

IV.5.

Grafik Temperatur terhadap Kedalaman untuk Tmax pada Berbagai

Stasiun

V.

PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh arus densitas di daerah dekat sungai


Arus densitas pada area dekat sungai diakibatkan oleh debit sungai yang
terbentuk di wilayah estuari. Pada wilayah ini, terjadi pengenceran air laut
oleh air sungai. Aliran air dari hulu sungai membentuk gradien densitas
secara horizontal yang bertambah besar seiring dengan arah menuju laut.
Dengan adanya gradien ini terjadi sirkulasi di estuari dimana air tawar
mengalir di bagian atas dan dan air asin mengalir di bagian bawah.
Berdasarkan grafik salinitas terhadap kedalaman, pada daerah dekat sungai,

gradien salinitas semakin dalam semakin tajam hingga pada kedalaman


tertentu.
5.2. Pengaruh arus densitas di tengah estuari
Arus densitas yang terjadi di estuari terjadi karena adanya gradien salinitas
yang besar karena adanya pertemuan air tawar dari sungai dan air asin dari
laut. Percampuran tersebut mengakibatkan terbentuknya gradien tekanan
secara horizontal sehingga terbentuk arus densitas. Gradien salinitas ini
menimbulkan sirkulasi estuari dimana air tawar yang berasal dari sungai
bergerak di lapisan permukaan dan air asin dari laut bergerak di lapisan
dalam.
5.3. Pengaruh arus densitas di daerah dekat laut
Pada perairan dekat pantai, densitas dapat lebih besar karena suhu air di
perairan pantai lebih rendah daripada di daerah dekat laut. Muka air di dekat
pantai lebih rendah daripada di dekat laut. Karena kondisi tersebut, terbentuk
slope muka air ke arah pantai. Dengan adanya keseimbangan gradien tekanan,
terbentuk arus yang sejajar garis pantai. Ketika gradien tekanan terganggu,
maka terjadi gerakan massa air yang hangat dan ringan dari daerah dekat laut
menuju pantai.

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Profil salinitas dan temperatur terhadap kedalaman di daerah estuari adalah
temperatur akan berkurang dengan semakin dalam perairan dan salinitas
akan meningkat. Sedangkan salinita pada daerah estuari akan semakin
bertambah karena dekat dengan laut.
2. Profil distribusi kecepatan arus terhadap kedalaman di estuari pada daerah
yang dekat dengan sungai dimana densitas akan berbeda jauh dengan
daerah di laut maka arus densitasnya akan lebih besar dibanding yang
dekat dengan laut maupun yang berada di tengah estuari.
6.2 Saran
1. Diharapkan untuk kedepannya laporan 2 modul jangan dijadikan 1 waktu
pengumpulan sangat memberatkan praktikan dan praktikan juga butuh
istirahat.

2. Semoga kedepannya rumus yang diberikan sudah benar dan tidak diubahubah lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, Dharma. 1984. Pengukuran Salinitas Air Laut dan Peranannya dalam Ilmu
Kelautan. Oseana. Volume IX(1). LIPI. Jakarta.
Hutabarat, S dan S.M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Lobban, C.S. and P.J. Harrison. 1997. Seaweed Ecology and Physiology.
Cambridge University Press. Cambridge.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. Nybakken, J.W.
1992. Biologi Laut,Sesuatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Poerbandono dan E. Djunasjah. 2005. Survei Hidrogafi. Refika Aditama.
Bandung.
Purwandana, Adi. 2013. Kajian Percampuran Vertikal Massa Air dan Manfaatya.
Oseana, XXXVIII(3): 09 22.
Rositasari, Ricky dan Rahayu, Sri Kusdi. 1994. Sifat- sifat Estuari dan
Pengelolaannya. Oseana, Volume XIX, Nomor 3 : 21-31. ISSN 0216-1877.

Anda mungkin juga menyukai