Anda di halaman 1dari 13

PEMODELAN HIDRODINAMIKA ARUS PASANG SURUT TELUK

AMBON LUAR

PROPOSAL

OLEH

STELLA L. TOBING

NIM: 201364047

Program Studi Ilmu Kelautan

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Pattimura

Ambon

Desember

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teluk Ambon berada pada posisi 128°-129° BT dan 3°-3°45’ LS merupakan


salah satu teluk yang memiliki peranan penting di wilayah bagian timur. Teluk yang
memiliki topografi yang unik karena hanya memiliki satu celah atau jalur sempit,
dan tidak terlalu dalam, namun berhadapan langsung dengan perairan dalam Laut
Banda yang memiliki dinamika oseanografi yang khas (Sugama dkk, 2014)

Ditinjau dari morfologinya, Teluk Ambon terbagi menjadi dua wilayah


teluk yang berbeda karakteristiknya yakni Teluk Ambon bagian luar dan Teluk
Ambon bagian dalam. Dua wilayah ini dipisahkan oleh suatu ambang dengan
kedalaman 12,8 m dan lebar 7,8 m sehingga membentuk karakteristik yang berbeda
antara Teluk Ambon bagian dalam dan Teluk Ambon bagian luar.

Pada Teluk Ambon bagian luar yang berhadapan langsung dengan perairan
Laut Banda, akan menerima pengaruh lebih besar dibandingkan dengan teluk
bagian dalam, sehingga arus yang berada pada teluk bagian luar akan lebih deras
daripada teluk bagian dalam. Selain itu keberadaan ambang juga menjadi
penghalang pertukaran massa air antara kedua teluk ini.

Pada perairan Maluku terdapat tiga jenis arus yaitu arus angin, arus dinamis
dan arus pasut. Perairan Maluku memiliki sifat pasang surut campuran harian ganda
dengan tunggang air maksimum bervariasi antara 21-27 dm (Suwartana, 1985).
Untuk melihat arus pasut pada perairan ini maka dilakukan simulasi hidrodinamika
dua dimensi di perairan Teluk Ambon Luar.
1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan simulasi model hidrodinamika


2-D horisiontal di wilayah kajian dengan hasil keluaran model berupa peta
dinamika arus pasut di perairan Teluk Ambon Luar.

1.3. Pembatasan Masalah

Area kajian berada di perairan Teluk Ambon Luar, dengan asumsi yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah di wilayah kajian tidak dipengaruhi gaya Coriolis, debit
aliran sungai, serta tingkat evaporasi dan presipitasi.

1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai arus


pasang surut pada perairan Teluk Ambon Luar, yang dapat digunakan instansi
terkait untuk pengembangan pembagkit tenaga listrik, pelayaran dan penagkapan
ikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gaya Pasang Surut


Pemahaman mendasar mengenai karakteristik pasang surut adalah gaya
pembangkit pasut bersifat global dimana hanya massa air pada samudera dan lautan
luas yang mengalami fenomena gaya pasang surut. Tunggang pasut yang besar
umumnya dikorelasikan dengan arus pasut yang kuat dan arus pasut di perairan
pantai selalu lebih besar dari arus pasut di lepas pantai. Di beberapa lokasi, arus
pasut bahkan bisa menjadi kuat ketika tunggang pasutnya kecil. Hal ini terjadi
ketika penyempitan mencegah aliran bebas dari gelombang pasut dan menekan
massa air itu melewati celah yang sempit. Ketika pasut menjalar menuju perairan
dangkal, bentuk gelombang tersebut didistorsi dari bentuk sinusoidalnya.
Dalam pendangkalan di perairan pantai, bentuk amplitudo gelombang
menjadi proporsi signifikan terhadap kedalaman perairan, puncak amplitudo
terbentuk dan tunggang pasut semakin bertambah. Pada waktu yang sama, gaya
gesek dasar menghilangkan energi pasut, memperlambat lembah, serta mengurangi
tunggang pasutnya.
Pasut di laut terbuka biasanya memiliki amplitudo yang lebih kecil
dibandingkan dengan yang ada di pesisir ataupun teluk akibat fenomena refleksi
dan resonansi. Akan tetapi, dapat dinyatakan bahwa ketika gelombang menjalar
menuju perairan dangkal dan mengalami pendangkalan, hal itu akan menyebabkan
kecepatan gelombang berkurang dan energi yang ada di antar puncak gelombang
terkompresi mengurangi panjang gelombang. Melalui fenomena tersebut, tinggi
gelombang dan kekuatan aliran akan terus bertambah seiring penjalarannya menuju
pantai.

2.2. Arus Pasang Surut


Menurut Hadi dan Radjawane (2009), dinamika arus pasut dapat dipelajari
dari persamaan hidrodinamika 2D. Persamaan Hidrodinamika 2D yang dirata-
ratakan terhadap kedalaman didasari dari persamaan gerak dan persamaan
kontinuitas. Persamaan gerak 2D dari hidrodinamika pasang surut dirumuskan
sebagai berikut:

𝜕ū 𝜕ū 𝜕ū 𝜕𝜂 𝜏𝑠𝑥 − 𝜏𝑏𝑥
+ ū 𝜕𝑥 + ῡ 𝜕𝑦 = −𝑔 + (1.1)
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜌(𝑑+𝜂)
𝜕ῡ 𝜕ῡ 𝜕ῡ 𝜕𝜂 𝜏𝑠𝑦 − 𝜏𝑏𝑦
+ ū 𝜕𝑥 + ῡ 𝜕𝑦 = −𝑔 + (1.2)
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜌(𝑑+𝜂)

Dimana:
ū,ῡ : Kecepatan rata-rata terhadap kedalaman pada arah x dan y
(m/detik)
g : Percepatan gravitasi bumi (9,8 m/detik²)
η : Elevasi air laut (m)
d : Kedalaman perairan tetap (m)
𝜌 : Densitas air laut (kg/m³)
𝜏𝑠𝑥 , 𝜏𝑏𝑥 : Stess gesekan permukaan arah x dan y (kg/m detik²)
𝜏𝑠𝑦 , 𝜏𝑏𝑦 : Sterss gesekan dasar arah x dan y (kg/m detik²)

Dan persamaan kontinuitas 2D adalah:

𝜕 𝜕 𝜕𝜂
[(𝑑 + 𝜂)ū] + [(𝑑 + 𝜂)ῡ] + =0 (1.3)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑡

Dimana:
1 𝜂
ū= ∫−𝑑 𝑢 𝑑𝑧 (1.4)
𝑑+𝜂
1 𝜂
ῡ = 𝑑+𝜂 ∫𝑑 𝑣 𝑑𝑧 (1.5)

𝜏𝑠𝑥 dan 𝜏𝑠𝑦 adalah stress gesekan angin di permukaan dalam arah x dan y sedangkan
𝜏𝑏𝑥 dan 𝜏𝑏𝑦 adalah stress gesekan dasar dalam arah x dan y. Persamaan ini hanya
mempertimbangkan arus pasut dalam perhitungan dan mengabaikan gaya gesek
angin. Selanjutnya, hanya gerak arus pasut yang dipengaruhi oleh gesekan dasar
dan dinyatakan dengan hubungan:
𝜏𝑏𝑥 = 𝑘𝜌 |𝑈𝑏 |𝑢𝑏 (1.6)
𝜏𝑏𝑦 = 𝑘𝜌|𝑈𝑏 |𝑣𝑏 (1.7)

Dimana:

|𝑈𝑏 | = √𝑢𝑏 + 𝑣𝑏 (1.8)

k : Koefisien gesekan dasar


|𝑈𝑏 | : Magnitudo kecepatan arus di dasar (m/detik)
𝑢𝑏 : Kecepatan arus dasar komponen timur (m/detik)
𝑣𝑏 : Kecepatan arus dasar komponen utara (m/detik)

Persamaan (2.1) dan (2.2) adalah persamaan yang non-linier karena mengandung
suku-suku non-linier seperti suku konvektif dan suku gesekan dasar:

𝜕ū 𝑑ū 𝜕ῡ 𝜕ῡ
1. Suku Konvektif :ū , ῡ 𝜕𝑦 , ū 𝜕𝑥 , ῡ 𝜕𝑦
𝜕𝑥

2. Suku gesekan dasar : 𝜏𝑏𝑥 , 𝜏𝑏𝑦

Elevasi muka air (η) dalam persamaan (1.4) dan (1.5) diabaikan dikarenakan
nilainya jauh lebih kecil daripada kedalaman perairan tetap (d). Dengan
mengabaikan elevasi muka air, faktor Coriolis, suku-suku konvektif, dan
melinierkan suku gesekan dasar pada persamaaan gerak dan persamaan momentum
dinamika arus pasut, maka persamaan hidrodinamika 2D yang dirata-ratakan
terhadap kedalaman dapat dinyatakan:

Persamaan gerak:
𝜕ū 𝜕𝜂 𝑘ū
= −𝑔 𝜕𝑥 − (1.9)
𝜕𝑡 𝑑
𝜕ῡ 𝜕𝜂 𝑘ῡ
= −𝑔 𝜕𝑦 − (1.10)
𝜕𝑡 𝑑

Persamaan kontinuitas:
𝜕 𝜕 𝜕𝜂
(𝑑 ū) + (𝑑 ῡ) + =0 (1.11)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑡
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan diperairan Teluk Ambon Luar pada musim timur
(Desember, Januari, dan Februari) dengan satu titik validasi.

3.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak
MIKE 21 Flow Model untuk mensimulasikan data arus pasang surut yang melalui
pendekatan numerik divisualisasikan dalam bentuk nilai, grafik, ataupun model
dinamika arus laut di suatu perairan. Untuk mengeluarkan hasil simulasi di daerah
kajian, beberapa parameter dalam perairan tersebut digunakan sebagai nilai
masukan dalam model seperti data batimetri, angin, pasang surut, dan koordinat
garis pantai.

3.3. Modul hidrodinamika


Modul hidrodinamika menghitung distribusi serta resultan aliran air melalui
pendekatan numerik yang diturunkan ke dalam element triangular. Hasil kalkulasi
dari dinamika air laut mengikuti variasi terhadap gaya pembangkit dan kondisi
batas. Hal ini ditetapkan dalam persamaan numerik hidrodinamika dengan metode
beda hingga.
3.3.1. Persamaan Hidrodinamika
Persamaan pembangun pada modul hidrodinamika di dasari pada solusi
numerik dari persamaan Navier-Stokes. Persamaan 2-dimensi yang merupakan
integrasi antara persamaan kontinuitas dan momentum horizontal terintegrasi
terhadap kedalaman dalam panduan MIKE 21 Flow Model FM Scientific
Documentation (2012) yang telah disederhanakan dan dinyatakan sebagai berikut:
Persamaan kontinuitas:

𝛿ℎ 𝛿ℎū 𝛿ℎῡ
+ + =0 (2.1)
𝛿𝑡 𝛿𝑥 𝛿𝑦

Keterangan:
ū,ῡ : Kecepatan pada arah x dan y yang dirata-ratakan terhadap kedalaman
(m/detik)
h : Kedalaman perairan total (m); h = η + d
η : Elevasi muka air laut (m)
d : kedalaman perairan tetap (m)

Pada persamaan pembangun kontinuitas lokal bagian kiri, suku pertama


menunjukan suku percepatan lokal, sedangkan suku kedua dan ketiga menunjukan
percepatan konvektif. Besar kedalaman total (h) merupakan penjumlahan antara
elevasi muka air laut (η) dengan kedalaman perairan tenang (d).
Persamaan momentum horisontal pada sumbu-x dan sumbu-y:
Sumbu-x:
𝛿ℎū 𝛿ℎū² 𝛿ℎῡū 𝛿𝜂 𝜏𝑠𝑥 𝜏𝑏𝑥 𝛿 𝛿
+ + = −𝑔ℎ 𝛿𝑥 + − + 𝛿𝑥 (ℎ𝑇𝑥𝑥 ) + 𝛿𝑦 (ℎ𝑇𝑥𝑦 ) (2.2)
𝛿𝑡 𝛿𝑥 𝛿𝑦 𝜌0 𝜌0

Sumbu-y:
𝛿ℎῡ 𝛿ℎῡ² 𝛿ℎūῡ 𝛿𝜂 𝜏𝑠𝑦 𝜏𝑏𝑦 𝛿 𝛿
+ + = −𝑔ℎ 𝛿𝑦 + − + 𝛿𝑥 (ℎ𝑇𝑥𝑦 ) + 𝛿𝑦 (ℎ𝑇𝑦𝑦 ) (2.3)
𝛿𝑡 𝛿𝑦 𝛿𝑥 𝜌0 𝜌0
Keterangan:
𝜌0 : Densitas air laut (1025 kg/m³)
𝜏𝑠𝑥 ,𝜏𝑠𝑦 : Gesekan di lapisan permukaan laut arah x dan y (kg/m
detik²)
𝜏𝑏𝑥 , 𝜏𝑏𝑦 : Gesekan di lapisan dasar laut arah x dan y (kg/m detik²)
𝑇𝑥𝑥 , 𝑇𝑥𝑦 , 𝑇𝑥𝑦 , 𝑇𝑦𝑦 : Stress viskos horizontal (kg/m detik²)

Pada persamaan momentum horisontal bagian kiri, suku pertama


menunjukan suku percepatan lokal, suku kedua dan ketiga menunjukan percepatan
konvektif. Pada bagian kanan, suku pertama menunjukan pengaruh gradien
tekanan akibat perbedaan elevasi, suku kedua menunjukan pengaruh gaya gesek di
lapisan permukaan laut, suku ketiga menunjukan gaya gesek di lapisan dasar, suku
keempat dan kelima menunjukan komponen stres viscous horizontal.

3.3.2. Data Model


Dalam simulasi model numerik menggunakan MIKE21 Flow Model FM,
ada beberapa parameter oseanografi dan meteorologi yang dibutuhkan baik sebagai
data masukan maupun data yang akan digunakan dalam verifikasi yaitu data angin,
pasut dan arus laut.

3.3.3. Data Batimetri


Data batimetri diperoleh dari General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO)
yang merupakan sekumpulan set data batimetri yang dikeluarkan oleh asosiasi
internasional oseanografi Intergovernmental Oceanographic Comission yang
diakuisisi melalui interpolasi data survei pengukuran lapangan dan data satelit.
Resolusi data batimetri sebesar 5’

3.3.4. Data Elevasi Pasang Surut


Data elevasi pasang surut diperoleh dari satelit altimetri
TOPEX/POSEIDON dengan resolusi 1° x 1°.
3.3.5. Data Angin
Nilai masukan kecepatan dan arah angin lapangan didapatkan dari data yang
dikeluarkan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA)
melalui set data yang dipublikasikan dalam OGIMET (Valor, 2015).

Keempat parameter tersebut akan diverifikasi, dengan melakukan


pengukuran langsung pada lokasi penelitian selama 2 minggu.

3.4. Nilai Awal dan Syarat Batas Model


Nilai awal yang digunakan adalah nol untul elevasi dan juga kecepatan arus
pada arah utara-selatan dan barat-timur η(0) = u(0) = v(0) = 0. Hal ini memberikan
anggapan bahwa kondisi awal perairan Teluk Ambon Luar dianggap tenang tanpa
ada elevasi dan arus yang bergerak pada waktu t = 0. Nilai elevasi air laut (pasang
surut) yang berubah secara spasial dan temporal dimasukan dalam syarat batas
terbuka. Angin yang berhembus di daerah perairan diasumsikan tidak mengalami
perubahan secara spasial namun berubah secara temporal. Gaya angin dan pasang
surut yang merupakan penggerak utama pembangkitan arus di wilayah perairan.
Diagram Alur Kerja Pemodelan Hidrodinamika
BAB IV
JADWAL PENELITIAN
No. Kegiatan Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan
Data
2 Memasukan
Data
3 Simulasi Model
4 Verifikasi
Model
5 Pengulangan
Bila Data Tidak
Sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, A., S., Koropitan A., F., dan Nurjaya W. (2014) Pemodelan Hidrodinamika Arus
Pasang Surut Teluk Mayalibit Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat, Depik,
3 (2): 146-156
Cahyana C. (2005) Model Hidrodinamika Laut, Buletin Limbah, vol. 9, no. 2
Emery W. J. and Thomson R. E. Data Analysis Methods in Physical Oceanography (second
and revised edition). Amsterdam: Elsevier.
Erlania, Nyoman I., dan Rasidi (2014) Indeks Biologi Fitoplankton Sebagai Indikator
Kondisi Perairan Pada Lokasi Budidaya di Teluk Ambon Dalam Provinsi Maluku,
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur
Hadi, S., dan Radjawane, I., 2009, Arus Laut, Mata kuliah Arus Laut, Program Studi
Oseanografi, ITB
Loupatty G. (2013) Karakteristik Energi Gelombang dan Arus Perairan di Provinsi Maluku,
Jurnal Barekeng, vol. 7, no. 1: 19-22.
Maulana D. J. dan Khomsin (2013) Studi Analisa Pergerakan Arus Laut Permukaan dengan
Menggunakan Data Satelit Altimetri Jason-2 Periode 2009-2012 (Studi Kasus:
Perairan Indonesia), Jurnal Teknik Pomits,vol. 10, no. 10
Nihoul J. C. J (Ed). 1979. Marine Forecasting: Predictability and Modelling in Ocean
Hydrodynamics. Amsterdam: Elsevier
Nihoul J. C. J. and Jamart B. M (Eds). 1987. Three-Dimensional Models of Marine and
Estuarine Dynamics. Amsterdam: Elsevier
Ramming H. G. and Kowalik Z. 1980. Numerical Modelling of Marine Hydrodynamics:
Applications to Dynamic Physical Processes. Amsterdam: Elsevier.
Stewart R. H. 2008. Introduction to Physical Oceanography. Texas: Department of
Oceanography.
Supiyati (2005) Model Hidrodinamika Pasang Surut di Perairan Pulau Baai Bengkulu,
Jurnal Gradien, vol. 1, no. 2: 51-55
Suwartana, A. (1985) Sumberdaya Laut Perairan Maluku dan Masalah Pengembanganya,
LON-LIPI Lembaga Oseanografi Nasional
Valor, B., 2015, OGIMET, Daily Summaries Station 966330, Spanish Meteorogical
Institute, Madrid

Anda mungkin juga menyukai