Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
Oklusi arteri retina sentralis dapat disebabkan oleh radang arteri, trombus,
emboli, spasme pembuluh darah akibat terlambatnya pengaliran darah, Giant Cell
Arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Tempat
tersumbatnya arteri retina sentralis biasanya didaerah lamina kribosa. Slain arteri
retinta sentralis penyumbatan dapat terjadi pada cabang-cabang arteri retina. 1
Pasien dengan sumbtana arteri retina sentralis sering mengeluhkan adanya
riwayat penurunan penglihatan hebat yang tidak nyeri yang terjadi dalam periode
beberapa detik, atau penurunan penglihatan yang sementara.1,2 Penurunan visus
yang mendadak biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit emboli.1
Penyumbatan arteri retina sentralis akan memperlihatkan gambaran retina
yang pucat kecuali fovea yang tetap bewarna merah. Gambaran ini disebut cherry
red spot. 1,3 Bercak merah cherry adalah pigemen koroid dan epitel pigmen retina
yang dilihat melalui retina foveola yang sangat tipis dan kontras dengan retina
perifoveola yang lebih tebal dan transluen.2
Secara klinis, kekeruhan retina menghilang dalam empat sampai enam
minggu meninggalkan sebuah diskus optikus yang pucat sebagai temuan utama.
Pada pasien berusia lanjut, giant cell arthritis harus disingkirkan dan bila
ditemukan oklusi oklusi arteri retina sentralis oleh karena giant cell arthritis perlu
segera diterapi dengan kortikosteroid dosis tinggi.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata
Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima
rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina. Dengan perantaraan serabut-serabut
nervus optikus, rangsangan ini diteruskan ke pusat penglihatan pada otak, untuk
ditafsirkan. Bola mata terletak di dalam rongga orbita. Rongga orbita merupakan
rongga dilindungi oleh tulang-tulang yang kokoh. Otot-otot bola mata masingmasing bola mata mempunyai 6 (enam) buah otot yang berfungsi menggerakkan
kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik. Anatomi organ
penglihatan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu 1

(Weller, 2005)
Gambar 2.1 Anatomi mata kanan (dilihat dari atas)
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa anatomi mata diklasifikasikan berdasarkan letak, yaitu
organ mata bagian luar dan bagian dalam . Organ mata bagian dalam meliputi lensa,
kornea, sklera, iris, pupil, uvea, retina, vitreus body, nervus optikus (n.II). Sedangkan
organ mata bagian luar meliputi palpebra superior, palpebra inferior, eye lid, bulu mata,
dan alis mata yang berfungsi menahan keringat agar tidak memasuki mata (Weller, 2005).

2.1.1 Adneksa Mata


Merupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari:
1.) Alis Mata
Alis mata adalah lipatan penebalan kulit yang ditutupi
rambut. Lipatan kulit tersebut ditunjang oleh serat-serat otot di
bawahnya. Glabela adalah prominentia tanpa rambut di antara alis 1
2.) Kelopak Mata
Kelopak mata atau palpebra berfungsi melindungi mata dan
berkedip serta untuk melicinkan dan membasahi mata. Palpebra
merupakan bagian penutup mata yang berguna untuk melindungi
bola mata terhadap trauma, sinar matahari, dan pengeringan bola
mata 3.
3.)Sistem Saluran Air Mata (Lakrimal)

(Wagner, 2006)
Gambar 2.2. Anatomi Sistem Lakrimalis
Gambar 2.2 di atas adalah anatomi dari aparatus lakrimalis yang meliputi
kelenjar lakrimal di palpebra, punktum lakrimal superior, punktum lakrimal
inferior, fundus, sakus lakrimal, duktus nasolacrimal. Sedangkan panah

berwarna merah menjelaskan bahwa arah dari aliran air mata yang berasal dari
lacrimal gland untuk membasahi bola mata. Setelah cukup membasahi bola
mata, air mata akan memasuki sakus lakrimal melalui punktum lakrimal inferior
dan superior. Kemudian diteruskan ke duktus nasolacrimal maupun ke inferior
konka 1,3

Menghasilkan cairan air mata, dimana terletak pada pinggir


luar dari alis mata. Aparatus lakrimalis dibagi menjadi dua bagian
yaitu sistem sekresi dan sistem ekskresi air mata 14
2.1.2 Bola Mata
1.) Konjungtiva
Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu
konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbaris. Fungsi dari
konjungtiva

adalah

memproduksi

air

mata,

menyediakan

kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan


melindungi mata dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang
berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah 15

(Lang, 2006).
Gambar 2.3 Anatomi Konjungtiva
Gambar 2.3 menjelaskan bahwa konjungtiva bersambungan dengan kulit pada
tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel di limbus.
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat
ke posterior (pada forniks superior dan inferior ) serta membungkus jaringan
menjadi konjungtiva bulbaris (Voughan, 2009)

2.) Kornea
Kornea rata-rata mempunyai tebal 550 m, diameter
horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Secara
histologis, lapisan sel kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu lapisan
epitel, lapisan bowman, stroma, membran descemet, dan lapisan
endotel. Kornea mendapat nutrisi dari pembuluh-pembuluh darah
limbus, humor aqueous, dan air mata. Saraf-saraf sensorik kornea
didapat dari cabang pertama (ophthalmichus) dan nervus cranialis
trigeminus 1
3.) Tractus Uvealis
Tractus uvealis terdiri dari iris, corpus siliaris dan koroid.
Bagian ini merupakan lapisan vascular tengah mata dan dilindungi
oleh kornea dan sklera. Struktur ini ikut memvaskularisasi daerah
retina 1
a.. Iris
Iris berpangkal pada badan siliar dan memisahkan bilik
mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan depan iris
warnanya sangat bervariasi dan memiliki lekukan-lekukan kecil
terutama sekitar pupil yang disebut kripte. Pupil merupakan lubang
di tengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk
1

b. Korpus siliaris
Korpus siliaris berfungsi sebagai pembentuk aqueous
humour. Memiliki panjang 6 mm, berbentuk segitiga pada pangkal
potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior
koroid ke pangkal iris. Terdiri dari 2 bagian yaitu anterior pars
plicata (2 mm) dan posterior pars plana (4mm)

16

. Processus

ciliares berasal dari pars plicata. Ada dua lapisan epitel siliaris
yaitu lapisan berpigmen dan tanpa pigmen. Processus ciliares dan
epitel siliaris berfungsi sebagai pembentuk akuos humor. Muskulus
siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkular, dan
radial. Fungsi serat sirkular untuk mengerutkan dan relaksasi seratserat zonula. Sedangkan serat longitudinal menyisip ke dalam
anyaman trabekula untuk mempengaruhi besar porinya 1
c. Koroid
Koroid adalah suatu membran yang berwarna coklat tua
yang terletak di antara sklera dan retina. Koroid terbentang dari
orra serata sampai ke papil saraf optik. Koroid kaya dengan
pembuluh darah dan berfungsi untuk memberi nutrisi retina.
Semakin dalam letak pembuluh-pembuluh darah di dalam koroid
maka semakin besar lumen pembuluh-pembuluh darah tersebut 1

(Voughan, 2009)
Gambar 2.4 Potongan melintang koroid
Gambar 2.4 di atas menjelaskan bahwa koroid sangat
berbatasan dekat dengan sklera dan membrane Bruch.
Koroid memiliki pembuluh darah besar maupun kecil
untuk mencukupi suplai nutrisinya 1.

4.) Lensa
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan
transparan. Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya masuk ke
mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki kekuatan sebesar
10-20 dioptri tergantung dari kuat lemahnya akomodasi. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior.
Lensa tidak memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan
ikat. Lensa dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula yang
berada di antara lensa dan badan siliar. Serat zonula ini, yang bersal
dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang mengelilingi lensa
secara sirkular

17

5.) Humor Akuos


Cairan akuos diproduksi oleh badan silier, yaitu pada
prosesus siliaris dan epitel siliaris. Komposisi humor akuos terdiri
dari konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi
sedangkan protein, urea dan glukosa yang lebih rendah. Akuos
humor berjalan dari COP ke COA, kemudian melewati trabekulum
untuk menuju kanal schlemm, kemudian ke kanal kolektor,
akhirnya ke sistem vena episklera untuk kembali ke jantung1.
6.) Bilik Mata
Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara
kornea perifer dan pangkal iris. Ciri-ciri anatomi utama sudut ini
adalah garis Schwalbe, anyaman trabekula (yang terletak di atas
kanal Schlemm), dan taji sklera (sclera spur).Garis Schwalbe
menandai berakhirnya endotel kornea. Struktur ini merupakan tepi
membrane descment dan terdiri dari suatu jaringan atau pinggiran
yang sempit dimana bagian dalam kornea bertemu dengan sklera,
dengan jari-jari kelengkungan yang berbeda. Dapat terlihat seperti
sebuah garis atau pembukitan berwarna putih dan berbatasan
dengan bagian anterior anyaman trabekula 1
Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan
melintang, dengan dasar yang mengarah ke korpus siliar. Anyaman
ini tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan

elastic yang membentuk suatu filter dengan pori yang semakin


mengecil ketika mendekati kanal schlemm. Bagian dalam anyaman
ini, yang menghadap ke bilik mata depan dikenal sebagai anyaman
uvea. Bagian luar yang berada dekat kanal Schlemm disebut
anyaman korneoskleral. Kanal sclemm merupakan kapiler yang
mengelilingi kornea. Terdapat hubungan langsung antara trabekula
dan kanal schlemm. Dari kanal sclemm, keluar saluran kolektor
20-30 buah yang menuju ke pleksus vena di dalam jaringan sklera
dan episklera dan vena siliaris anterior di badan siliar 1.
7.) Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan
avascular yang membentuk dua pertiga volume dan berat mata.
Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina, dan
diskus optikus. Vitreus mengandung air sekitar 99% sedangkan sisa
1% meliputi 2 komponen yaitu kolagen dan asam hialuronat yang
bertugas memberi bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus
karena kemampuannya mengikat banyak air 3
8.) Retina
Retina

adalah

selembar

tipis

jaringan

saraf

yang

semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam duaper


tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan
hampir sama jauhnya dengan korpus siliaris dan berakhir ditepi ora
serata. Pada orang dewasa, ora serata berada sekitar 6,5 mm di

belakang garis schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di


belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik
bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga
bertumbuk dengan membrana bruch, koroid, dan sklera.1
Gambar Retina

10

Gambar Histology Lapisan Retina10


Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut :1,2,3
1. Membrana limitans interna, merupakan lapisan paling dalam. Membran
hialin antara retina dan badan kaca.
2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion
yang berjalan menuju ke N. Optikus. Didalam lapisa-lapisan ini
terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
3. Lapisan sel ganglion, merupakan suatu lapisan sel saraf
bercabang.
4. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan
sambungan sel ganglion dalam sel amakrin dan sel bipolar.
5. Lapisan nukleus dalam, merupakan badan sel bipolar, amakrin
dan sel horizontal. Lapisan ini mendapat metabolisme dari arteri
retina sentral.
6. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungansambungan sel bipolar dan sel horozontal dengan fotoreseptor.
7. Lapisan nukleus luar, yang merupakan susunan lapis nukleus sel
kerucut dan batang. Ketiga lapis diatas avaskuler dan mendapat
metabolisme dari kapiler koroid
8. Membrana limitans eksterna, yang merupakan membran ilusi.
9. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas
sel batang yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.
10.

Epitelium pigmen retina. merupakan bagian perbatasan

antara retina dengan koroid.

11

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serata dan 0,23


mm pada kutub posterior. Di tengah-tengah retina posterior
terdapat macula berdiameter 5,5 6 mm, yang secara klinis
dinyatakan sebagai daerah yang dibatasi oleh cabang-cabang
pembuluh darah retina temporal. Makula lutea secara anatomis
didefinisikan

sebagai

daerah

berdiameter

mm

yang

mengandung pigmen luteal kuning xantofil. Definisi alternatif


secara histologis adalah bagian retina yang lapisan ganglionnya
mempunyai lebih dari 1 lapis sel.1,2
Fovea yang berdiameter 1,5 mm ini merupakan zona
avaskular retina pada angiografi fluoresens. Secara histologis,
fovea ditandai sebagai daerah yang mengalami penipisan lapisan
inti luar tanpa disertai lapisan parenkim lain. Hal ini terjadi
karena akson-akson sel fotoreseptor berjalan miring (lapisan
serabut Henle) dan lapisan-lapisan retina yang yang lebih dekat
dengan permukaan-dalam retina lepas secara sentrifugal.
Ditengah makula, sekitar 4 mm disebelah lateral diskus
optikus, terdapat foveola yang berdiameter 0,25 mm, yang
secara klinis tampak jelas dengan oftalmoskop sebagai cekungan
yang menimbulkan pantuan khusus. Foveola merupakan bagian
retina yang paling tipis (0,25 mm) dan hanya mengandung
fotoreseptor kerucut. Gambaran histologis fovea dan foveola ini
memungkinkan

diskriminasi

visual yang

tajam;

foveola

memberikan ketajaman visual yang optimal. Ruang ekstraselular


retina yang normalnya kosong cenderung paling besar di
makula.
Retina menerima sumber darah dari dua sumber :
khoriokapilaria yang berada tepat di luar membrana Brunch,
yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan

12

pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan


epitel pigmen retina; serta cabang-cabang dari arteria sentralis
retina, yang mendarahi dua pertiga sebelah dalam. Fovea
sepenuhnya diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah terkena
kerusakan yang tak dapat diperbaiki kalau terkena ablasi.
Pembuluh darah retina mempunyai lapisan endotel yang tidak
berlobang, yang membentuk sawar-darah retina. Lapisan endotel
pembuluh khoroid dapat ditembus. Sawar darah sebelah luar
terletak setinggi lapisan pigmen retina. 1
2.1.3 Inervasi dan vaskularisasi Retina
N.Opticus meninggalkan retina kira-kira 3 mm mendial dari makula lutea
melalui diskus nervi optici. Discus nervus optici agak cekung pada bagian
tengahnya, yaitu merupakan tempat n.opticus ditembus oleh a.centralis retina.
Pada discus nervi optoci tidak terdapat sel-sel batang dan kerucut, sehingga tidak
peka terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada pemeriksaan
oftalmoskop, discus nervi optici tampak berwarna merah muda pucat, jauh lebih
pucat dari area retina di sekitarnya.4
Suplai darah bernutrisi untuk lapisan dalam retina berasal dari arteri retina
sentralis, yang memasuki bola mata melalui pusat saraf optic dan selanjutnya
mempercabangkan diri untuk menyuplai seluruh permukaan dalam retina. Jadi,
lapisan dalam retina mempunyai suplai darah sendiri yang terlepas dari struktur
lain pada mata.
Namun, lapisan terluar retina melekat pada koroid, yang juga merupakan
jaringan yang kaya pembuluh darah di antara retina dan sclera. Juga, lapisan luar
retina, terutama segmen luar sel batang dan kerucut, sangat bergantung terutama
pada difusi pembuluh darah koroid untuk nutrisinya, terutama untuk oksigen.
Pemasok arteri utama ke orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri
oftalmika, cabang besar pertama dari bagian intrakranial arteri karotis interna.
13

Cabang ini berjalan di bawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis
optikus menuju orbita. Cabang intraorbital pertama adalah arteri retina sentralis,
yang memasuki nervus optikus sekitar 8-15 mm di belakang bola mata. Pembuluh
darah retina keluar pada papil N.II, membentuk gambaran percabangan yang
berbeda-beda pada setiap individu.
Fisiologi Retina5,6
Retina adalah jaringan mata yang paling kompleks. Sel-sel batang dan
kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi
impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus
dan akhirnya ke korteks penglihatan.
Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan
untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea
sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel
ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang
paling panjang.
Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang
sama, dan diperlukan system pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan
seperti itu adalah makula digunakan terutama untuk penglihatan sentral dan warna
(penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri
dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam
(skotopik).
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler
pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang
mencetuskan proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung
rhodopsin, yang merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif. Rhodopsin
merupakan suatu glikolipid membran yang separuh terbenam di lempeng
membran lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor.
Penglihatan skotopik diperantarai oleh fotoreseptor sel batang. Pada bentuk
penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam-macam nuansa abu-abu, tetapi
warna ini tidak dapat dibedakan. Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh

14

fotoreseptor kerucut, senja oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan
penglihatan malam oleh fotoreseptor batang.
Benda mamantulkan cahaya cahaya masuk ke mata melalui pupil
pangaturan jumlah cahaya oleh pupil melalui m.sphincter pupil (yang
mengkonstriksikan pupil dalam keadaan cahaya terang) dan m.dilator pupil (yang
melebarkan pupil dalam keadaan kekurangan cahaya) difokuskan oleh lensa
(bikonveks) konvergensi cahaya bayangan jatuh di retina (bayangan terbalik)
ditangkap oleh fotoreseptor, sel batang (berfungsi untuk penglihatan hitam
putih) dan sel kerucut (berfungsi untuk penglihatan warna) penjalaran impuls
melalui serabut saraf n.optikus dihantarkan ke korteks optik di otak persepsi
melihat.
Ada tiga tahap proses penglihatan :
1. Cahaya yang masuk akan di fokuskan oleh lensa ke retina.
2. Fotoreseptor di retina mentranduksikan energi elektomagnetik (cahaya)
menjadi potensial listrik.
3. Proses penghantaran sinyal listrik melalui jalur N.Opticus.
2.2 Oklusi Arteri Retina
Oklusi Arteri Retina adalah infark pada retina karena oklusi pada sebuah
arteri pada bagian lamina cribrosa atau oklusi cabang arteri retina. 7 Oklusi arteri
retina, merupakan kasus kegawatdaruratan dan keterlambatan penanganan akan
mengakibatkan kebutaan yang permanen. Arteri pada retina membawa darah yang
kaya oksigen untuk retina. Jika terjadi penyumbatan pada arteri utama atau pada
cabang kecil, sel pada retina akan berangsur-angsur dimulai dengan kekurangan
oksigen.
Umumnya penderita laki-laki lebih tinggi dari pada wanita. Kebanyakan
penderita berusia sekitar 60 tahun, namun pada beberapa kasus dijumpai

15

mengenai penderita yang lebih muda hingga usia 30 tahun. Umumnya insiden
pada kelompok usia yang berbeda disebabkan penyebab yang berbeda pula.
Oklusi arteri retina kejadiannya kurang bila dibandingkan dengan oklusi
vena.7
Oklusi arteri retina berdasarkan anatomi dibagi menjadi : Oklusi arteri retina
sentral dan oklusi arteri retina cabang.1,3,8

Oklusi Arteri Retina Sentral


2.3 Definisi
Suatu keadaan karena penurunan aliran darah ke arteri retina sentral yang
menyebabkan iskemia pada retina.8
2.4 Etiologi
Tempat tersumbatnya arteri retina sentral biasanya di daerah lamina krobrosa.
Penyumbatan arteri retina sentral dapat disebabkan oleh :
1. Emboli merupakan penyebab penyumbatan arteri retina sentral yang
paling sering. Emboli dapat berasal dari perkapuran yang berasal dari
penyaklit emboli jantung, nodus-nodus reuma, carotid plaque atau emboli
endokarditis.3,7 Akan tetapi, pada 10-25% kasus emboli tidak berperan
dalam penyebab terjadinya penyakit ini.8
Type embolus7
Kalsium emboli

Sumber embolus
Ateromaotus plak

dari

arteri

Kolesterol emboli

karotid atau katup jantung


Ateromatous plak dari

arteri

Trombosit-fibrin emboli (gray)

karotiid
Pada atrial fibtilasi, IMA, atau

karena operasi jantung


Mixoma emboli
Myxoma atrial (pada pasien muda)
Bakteri atau mikotik emboli (roth Pada endocarditis dan spaticemia.
spot)

16

2. Radang arteri
3. Spasme pembuluh darah, akibat terlambatnya pengaliran darah. Penyebab
spasme pembuluh darah antara lain pada migren, overdosis obat,
keracunan alkohol, tembakau, kina atau timah hitam.
4. Akibat lambatnya pengaliran darah. Perlambatan aliran pembuluh darah
retina terjadi pada peninggian tekanan intraokular, stenosis aorta atau arteri
karotis.
5. Giant cell arthritis
6. Kelainan hiperkoagulasi
7. Penyakit kolagen
8. Sifilis
9. Trauma
10. Kongenital anomali pada arteri retina sentral.8
2.5 Epidemiologi
Oklusi arteri retina terjadi lebih sedikit dibandingkan dengan oklusi vena.
Data pada studi di Amerika, menunjukkan bahwa oklusi arteri retina sentral
(Central Retinal Artery Occlusion / CRAO) ditemukan tiap 1:10.000.8 Biasanya
hanya mengenai satu mata, namun pada 1-2% penderita ditemukan ganguan mata
bilateral.8 Mata kanan dan kiri memiliki kesempatan terkena yang sama. 8 Oklusi
arteri retina sentral (CRAO) terjadi pada 58% pasien dengan obstruksi arteri
retina.
Oklusi arteri sentral terdapat pada usia tua atau usia pertengahan, 3 rata-rata
terjadi pada umur 60 tahun.8 Laki-laki lebih sering terkena daripada perempuan
2:1.8
2.6 Patogenesis dan Patofisiologi
Pada umumnya, oklusi arteri retina terjadi karena emboli. Emboli biasanya
berasal dari trombus pembuluh darah dari aliran pusat yang terlepas kemudian
masuk ke dalam sistem sirkulasi dan berhenti pada pembuluh darah dengan lumen
yang lebih kecil. Etiologi trombosis adalah kompleks dan bersifat multifaktorial.

17

Konsep trombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada tahun


1856 dengan diajukamya uraian patofisiologi yang terkenal sebagai Triad of
Virchow, yaitu terdiri:
1. Kondisi dinding pembuluh darah (endotel).
2. Aliran darah yang melambat/ statis.
3. Komponen yang terdapat dalam darah sendiri berupa peningkatan
Koagulabilitas.
Arteri dan vena retina sentral berjalan bersama-sama pada jalur keluar dari
nervus optikus dan melewati pembukaan lamina kribrosa yang sempit. Karena
tempat yang sempit tersebut mengakibatkan hanya ada keterbatasan tempat bila
terjadi displacement. Jadi, anatomi yang seperti ini merupakan predisposisi
terbentuknya trombus pada arteri retina sentral dengan berbagai faktor, di
antaranya perlambatan aliran darah, perubahan pada dinding pembuluh darah, dan
perubahan dari darah itu sendiri.
Selain itu, perubahan arterioskelerotik pada arteri retina sentral mengubah
struktur arteri menjadi kaku dan mengenai atau bergeser dengan vena sentral yang
lunak, hal ini menyebabkan terjadinya disturbansi hemodinamik, kerusakan
endotelial, dan pembentukan trombus. Mekanisme ini menjelaskan adanya
hubungan antara penyakit arteri dengan CRVO, tapi hubungan tersebut masih
belum bisa dibuktikan secara konsisten.
Oklusi pada arteri menyebabkan iskemia dari bagian yang diperdarahinya.
Iskemia dari lapisan dalam retina menyebabkan terjadinya edema intraselular
sebagai akibat dari kerusakan selular dan nekrosis. Edema intraselular ini terlihat
dalam pemeriksaan funduskopi sebagai gambaran putih keabu-abuan pada
permukaan retina. Cherry red spot pada macula yang diakibatkan oleh obstruksi
dari aliran darah ke retina dari arteri retina, menyebabkab pucat dan tetap
menyuplai darah ke coroid dari arteri ciliari, yang berakibat sinar berwarna merah
pada bagian retina yaitu macula.
Suplai darah ke retina berasal dari arteri optalmika, cabang pertama dari
arteri carotis internal, arteri tersebut menyuplai mata melalui arteri retina central
dan arteri siliar. Arteri retina sentral dan cabang menjadi segmen-segmen yang

18

lebih kecil keluar dari disk optic. Arteri silia memasok choroid dan bagian
anterior melalui otot-otot rektus (rektus otot masing-masing memiliki dua arteri
silia kecuali rektus lateral, yang memiliki salah satu). Variasi anatomis antara
cabang-cabang arteri posterior pendek cilioretinal silia, menyediakan pasokan
tambahan untuk bagian dari makula retina. arteri Cilioretinal terjadi pada sekitar
14% dari populasi.9
Terdapat tiga tipe emboli: 10
1. Emboli fibrin-platelet biasanya berasal dari penyakit arteri karotis
2. Emboli kolesterol biasanya berasal dari penyakit karotis
3. Emboli kalsifikasi berasal dari penyakit katup jantung

Tipe-Tipe Emboli
2.7 Manifestasi Klinis
1. Keluhan penglihatan kabur yang hilang timbul (amaurosis fugaks) tidak
disertai rasa sakit atau nyeri dan gelap menetap.3

19

2. Penurunan visus yang mendadak biasanya disebabkan oleh penyakitpenyakit emboli. Penurunan visus berupa serangan-serangan berulang dapat
disebabkan oleh penyakit-penyakit spasme pembuluh atau emboli yang
berjalan.3 Visus berkisar antara menghitung jari dan persepsi cahaya pada
90% mata pada saat pemeriksaan awal.1
3. Penyumbatan arteri retina sentral akan menyebabkan keluhan penglihatan
mata tiba-tiba gelap tanpa terlihatnya kelainan pada mata luar.3
4. Reaksi pupil menjadi lemah dengan pupil anisokoria.3 Defek pupil aferen
dapat muncul dalam beberapa detik setelah sumbatan arteri retina, yang
mendahului timbulnya kelainan fundus selama satu jam.1
5. Pada pemeriksaan fundoskopi akan terlihat seluruh retina berwarna pucat
akibat edema dan gangguan nutrisi retina.3
6. Terdapat bentuk gambaran sosis pada arteri retina akibat pengisian arteri
yang tidak merata. Sesudah beberapa jam retina akan tampak pucat, keruh
keabu-abuan yang disebabkan edema lapisan dalam retina dan lapisan sel
ganglion. Pada keadaan ini akan terlihat gambaran merah cheri atau cherry
red spot pada makula lutea, yang dapat dilihat secara oftalmoskopis. 1,3 Hal
ini disebabkan karena tidak adanya lapisan ganglion di makula, sehingga
makula mempertahankan warna aslinya. Cherry adalah pigmen koroid dan
epitel pigmen retina yang dilihat melalui retina foveola yang sangat tipis dan
berkontras dengan retina perifoveola yang lebih tebal dan translusen. 3 Lama
kelamaan papil menjadi pucat dan batasnya kabur.
Duapuluh lima persen mata dengan sumbatan arteri retina sentralis
memiliki arteri-arteri silioretina yang tidak mengenai makula dan dapat
mempertahankan sebagian ketajaman penglihatan sentral. Secara klinis,
kekeruhan retina menghilang dalam 4-6 minggu, meninggalkan sebuah
diskus optikus pucat sebagai temuan okular utama. 1
2.8 Diagnosis
Pada awalnya fundus dapat tampak normal. Jika obstruksi terjadi setinggi
retina sentral dan bukan pada cabang arteri retina, defek pupil aferen hampir
semuanya terjadi dalam hitungan detik setelah oklusi. Jika obstruksi awal tidak

20

diatasi, retina mengalami pembengkakan berkabut diikuti dengan memutihnya


retina. Bila terjadi pemutihan cherry-red spot dapat ditemukan pada fovea.1

Cherry Red Spot Pada Makula Lutea


2.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Electroretinography
Pada pemeriksaan ini oklusi arteri retina sentral akan menampakkan
penurunan hilangnya b-wave dengan a-wave yang lengkap. Lapang pandang
menunjukkan sebagian sisa bagian temporal dari penglihatan perifer.8
2. Collor doppler
Collor doppler adalah salah satu bentuk ultrasonografi yang bisa
menolong menentukan karakteristik aliran darah pada sirkulasi retrobulbar.
Pada akut oklusi arteri retina sentral menunjukkan penurunan atau hilangnya
kecepatan aliran darah pada arteri retina sentral, umumnya dengan aliran
normal pada oftalmikus dan cabang koroidal. Color Doppler Imaging bisa
digunakan untuk mendeteksi kalsifikasi emboli pada lamina cribrosa dan juga
bisa digunakan untuk memonitor perubahan aliran darah yang dipicu oleh
karena suatu terapi.8
2.10 Penatalaksanaan
Adapun tujuan pengobatan :8
1. Peningkatan Oksigenasi retina.
2. Peningkatan aliran darah arteri retina.
3. Memperbaiki oklusi arteri.

21

4. Mencegah hipoxia retiana.


Saat ini tidak terdapat pengobatan yang memuaskan untuk memperbaiki
penglihatan pada pasien dengan sumbatan arteri retina sentralis. Karena kerusakan
retina ireversibel ternyata terjadi setelah 90 menit sumbatan total arteri retina
sentralis pada model primata subhuman, hanya tersedia sedikit waktu untuk
memulai terapi. Dapat dilakukan parasentesis kamera anterior untuk menurunkan
tekanan intraokular, dan dilaporkan penggunaan inhalasi campuran oksigenkarbon dioksida1 (95% O2 dan 5% CO2)8 untuk menginduksi vasodilatasi retina
dan meningkatkan PO2 di permukaan retina.1 Vasodilator pemberian bersama
antikoagulan dan diberikan steroid bila diduga terdapatnya peradangan maka akan
diberikan steroid.3 Antikoagulan sistemik biasanya tidak diberikan. Dapat juga
dengan memberikan isosorbid dinitrat sublingual.
Pengobatan dini dapat dengan menurunkan tekanan bola mata dengan
mengurut bola mata dan asetazolamid. Pasien dengan oklusi arteri retina sentral
harus sevepatnya diberikan O2. Mengontrol faktor risiko yang ada pada pasien.
Konsul ke dokter spesialis mata untuk terapi selanjutnya secepat mungkin.3
2.11 Komplikasi
Penyulit yang dapat timbul adalah glaukoma neovaskular, tergantung pada
letak dan lamanya terjadi oklusi maka kadang-kadang visus dapat kembali normal
tetapi lapang pandangan menjadi kecil.3
2.12 Prognosis
Pemulihan penglihatan sempurna terjadi pada amaurosis fugax, namun
oklusi arteri yang lebih lama menyebabkan kehilangan penglihatan berat yang
tidak dapat pulih.11
Prognosis untuk oklusi vaskular retina bervariasi tergantung pada lokasi dan
keparahan penyumbatan, dan kondisi yang mendasarinya. Individu dapat sembuh
sepenuhnya tanpa intervensi apapun, atau mungkin mengalami kehilangan
penglihatan permanen parsial atau kebutaan juga dapat terjadi. Jika intervensi
tertunda, oklusi arteri retina hampir selalu menyebabkan hilangnya seluruh
22

penglihatan di bidang visual sentral (oklusi arteri sentral), atau sebagian dari
bidang visual perifer (oklusi cabang arteri).
Biasanya hanya sekitar 10% dari individu yang memiliki oklusi pembuluh
darah retina mendapat manfaat yang signifikan dari pengobatan, bahkan ketika
diberikan segera. Pengobatan yang tertunda dianggap tidak efektif, meskipun ada
kasus yang terjadi pemulihan spontan bahkan setelah beberapa hari kehilangan
penglihatan.
Individu juga berada pada risiko terjadinya glaukoma di mata yang terkena
karena pertumbuhan berlebih dari pembuluh darah baru di retina atau iris. Jika
tekanan darah tinggi (hipertensi) atau peningkatan tekanan mata (glaukoma) tidak
terkontrol, individu terus berada pada risiko komplikasi oklusi vena retina seperti
ablasio retina atau gangguan terkait lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
23

1.

Vaugan daniel, Taylor asbury, Paul riordan-eva; Alih bahasa Jan Tamboyang,

Braham U Pendit; Editor, Y. Joko suyono. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta:


Widya Medika.2010.hal 12-14, 185-186, 193-194, 313-314.
2.

Ilyas S, Maliangkay, Taim, Raman, Simartama, Widodo, Ilmu urai faal mata.

Dalam: Ilmu penyakit mata. Edisi 2. Jakarta: Sagung seto; 2005. Hal 8-9
3.

Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI, 2011. hal 190-192.


4.

Snell, R. Anatomi Klinik Snell Edisi 6. Jakarta: EGC.2006. Hal 781.

5.

Irfanuddin. Fisiologi. Palembang;Fakultas Kedokteran UNSRI.2008

6.

Guyton. Buku Ajar Fisiologi Edisi 11. Jakarta: EGC. 2008

7.

Lang.Ophthalmology 2nd ed Retina arterial occlusion and retinal vein

occlusion. 2006. Hal 331-333


8.

Yanoff & Dukker. Ophthalmology 3rd ed. Retina areterial and vein occlusion.

Mosby: An Imprint Of Elsevier.2008.hal 1-22 chapter 6.16


9.

Neil Jain, MD, Staff Physician, Yale University School of Medicine,

Department of Surgery, Section of Emergency Medicine. Retinal Artery Occlusion


(online).emedicine;2015

(diakses

April

2016).

Diunduh

dari

URL:

http://emedicine.medscape.com/article/799119-overview
10. Sudoyo,dkk. Ilmu Ajar Penyakit Dalam. Jakarta:Interna Publishing:2009
11. Matoba Y Alice, et al. Retina vessel occlusions (online). San Fransisco.
American Academy of Ophtalmology; 2011 (diakses 2 April 2016). Diunduh dari
URL :http://harvardatoz.demo.staywellsolutionsonline.com/71,AZ_d0394
12. American Academy of Ophtalmology. Retina and Vitreus Section 12. San
Francisco, 2008.
13. James, Bruce. Lecture Notes : Oftalmologi, edisi kesembilan. Jakarta :
Erlangga, 2005. hal 138-139.
14. Wagner, Peter., Lang, Gerhard K. 2006. Lacrimal System. In: Gerhard K.
Lang. A Pocket Textbook Atlas. Ed.2. Thieme Stuttgart. New York. Pp 49-51.
15. Sihota, Ramanjit., Tandon, Radhika, 2007. Diseases of the Conjunctiva. In:
Sihota, Ramanjit and Tandon, Radhika, eds. Parsons Diseases of the Eye
20th ed. Elsevier. India. Pp 155-6.

24

16. Lubis, Rodiah Rahmawaty. 2009. Aqueous Humor. Medan. FK USU:


Departemen Ilmu Kesehatan Mata. Pp 1-23. diakses tanggal 2 April 2016
< http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3443/1/09E01859.pdf >.
17. Khurana A.K. 2007. Comprehensive Ophthalmology, 4th edn. New Age
International Limited Publisher. New Delhi.
18.

25

Anda mungkin juga menyukai