Anda di halaman 1dari 54

KEPERAWATAN ANAK 1

2B

D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2010
A.KONSEP KEPERAWATAN ANAK
PERSPEKTIF PERAWATAN ANAK

1. Definisi anak
Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2009, definisi anak pada
Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan seorang anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan.
Anak merupakan seorang yang berusia kurang dari 18 tahun
dalam

masa

tumbuh

kembang

dengan

kebutuhan

khusus

baik

kebutuhan fisik, psikologi, sosial dan spiritual.


(Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.
Jakarta : Salemba Medika.)
2. KESEHATAN ANAK

Kesehatan merupakan fenomena kompleks ( WHO )

Indikator :

Mortalitas

Morbiditas

PENTING

Kelompok usia risti terhadap gangguan/penyakit tertentu

Kemajuan pengobatan dan pencegahan

Bidang khusus konseling kesehatan

BEBERAPA FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN KESEHATAN ANAK


Masalah-masalah kesehatan

Penyakit infeksi

Undernutrition

Kecelakaan dan keracunan

Penyakit menahun

Penyakit yang memerlukan tindakan operasi

Masalah yang sering terjadi pada setiap tingkat perkembangan

Perkembangan IPTEK Kesehatan


a. Sehat 2010
Untuk

memberikan

gambaran

yang

jelas

tentang

pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010, bagi setiap indikator telah


ditetapkan target yang akan di capai di tahun 2010. Target
tersebut meliputi derajat kesehatan yang harus dicapai, keadaan
lingkungan, perilaku masyarakat, akses dan mutu pelayanan

kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan


kontribusi lintas sektor terkait.
Tahun 2010 diharapkan mayoritas penduduk Indonesia
berada pada kondisi sehat dalam konteks kesehatan pada
umumnya baik lahir maupun batin, dan kedua adalah di tahun
2010 nanti Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi sebuah
negara yang sehat dan kuat sehingga dapat melindungi dan
mensejahterakan seluruh penduduknya, namun para perawat di
Indonesia tetap dapat berperan sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki walau apapun persepsinya.
Prof. Tjandra mencanangkan imunisasi yang dilaksanakan
di 5 provinsi pulau Jawa ini mencakup 46 kabupaten/kota dan
2.083 desa. Imunisasi yang diberikan meliputi BCG, Polio, DPT/HB
dan Campak.
Kegiatan Akselerasi Imunisasi ini berupa:

Drop Out Follow Up (DOFU) yaitu melengkapi imunisasi bagi


sasaran yang belum lengkap status imunisasi dasarnya.

Sweeping yaitu melakukan imunisasi dengan mendatangi dan


memobilisasi sasaran yang belum pernah mendapatkan
imunisasi dasar.

(http://forumindonesiasehat.blogspot.com/2009/11/menkescanangkan-akselerasi-imunisasi.html)

Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010


Adalah

perilak

pro

aktif

untuk

memelihara

dan

meningkatkan kesehatan dan mencegah resio terjadinya penyakit,


melindungi diri dari ancaman peyakit serta berpartisipasi aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat
b. ANGKA MORTALITAS DAN MORBIDITAS
Morbidity Morbidility
Yaitu angka kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya
daya tahan tubuh bayi dan anak balita.

Morbidility dipengaruhi oleh :

Status gizi

Jaminan pelayanan kesehatan anak

Perlindungan kesehatan anak

Faktor sosial ekonomi

Pendidikan ibu

Mortality
Yaitu angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak ( WHO,2002 ) karena
merupakan cerminan status kesehatan anak saat ini.
Faktor penyebab diantaranya :

Penyakit infeksi

Kekurangan gizi

Penyakit lain yan sebenarnya dapat dicegah dengan


imunisasi

Trauma persalinan

Kelainan bawaan

Kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan


pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
( WHO,2002 )
Ukuran mortalitas yang paling umum adalah angka
kematian kasar ( AKK ). Angka kematian kasar
dipengaruhi oleh komposisi penduduk menurut umur.
Untuk kondisi Indonesia dengan struktur umur penduduk
relatif muda, angka kematian kasar banyak dipengaruhi
oleh tingkat kematian anak, terutama yang berumur
dibawah 1 tahun. Angka Kematian Kasar ialah jumlah
kematian pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk pada pertengahan tahun tersebut.

Secara ideal, studi mortalitas dilaksanakan berdasarkan data yang


diperoleh secara langsung dari penduduk, yaitu melalui catatancatatan kematian yang ada di badan badan pengelola kesehatan
atau badan pemerintah.

Angka kematian Bayi dan Anak, khususnya bayi merupakan


indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat
kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir
sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat tinggal orang
tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial
ekonomi orang tua si bayi.
Angka

kematian

bayi

dan

anak

disamping

berguna

untuk

memantau dan mengevaluasi keberhasilan program di bidang


kesehatan,

juga dapat digunakan sebagai pengukur situasi

demografi dan sebagai masukan dalam perhitungan proyeksi


penduduk. Selain itu, angka kematian bayi juga dipakai untuk
mengidentifikasi kelompok penduduk yang mempunyai resiko
kematian tinggi.
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4
tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama
pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka Kematian Anak tidak
termasuk kematian bayi.
Rumus

Dimana:
Jumlah kematian Anak

(1-4)th

=Banyaknya kematian anak

berusia 1-4 th (yang belum tepat berusia 5 tahun) pada satu


tahun tertentu di daerah tertentu.
Jumlah Penduduk

(1-4) th

=jumlah penduduk berusia 1-4 th

pada pertengahan tahun tertentu didaerah tertentu


K = Konstanta, umumnya 1000.
11 juta balita dunia meninggal/tahun karena infeksi
54% berkaitan dengan kurang gizi ( WHO, 2002)
AKB : 35/000 KH

Angka kurang gizi (Depkes, 2004)


1989 : 37,%

2000 : 24,7%

2001 : 26,1%

2002 : 27,3%

2003 : 27,5%
BBLR : 350.000 bayi / tahun
Proporsi Penyakit penyebab kematian bayi hasil :
Penyakit system pernafasan

29,5 %

Gangguan perinatal

29,3 %

Diare

13,9 %

Penyakit sistem syaraf

5,5 %

Tetanus

3,68%

Infeksi dan parasit lain

3,5 %

3. KEPERAWATAN ANAK
Falsafah
Tujuan Utama :
Mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan serta tingkat
kesehatan yang dapat dicapai oleh setiap anak dalam sistem
keluarga
KUNCI FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK
- FAMILY CENTERED CARE

Keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan individu


mendukung,

menghargai

dan

meningkatkan

kekuatan

dan

kompetensi dalam memberikan asuhan terhadap anak (Johson,


1989).

Konsep dasar Family Center Care

Enabling: melibatkan keluarga

Empowering : pengambil keputusan

- ATRAUMATIC CARE

Tujuan utama : DO NO HARM yaitu :

Mencegah/mengurangi anak berpisah dari orang tua

Perlindungan

Mencegah/mengurangi trauma fisik dan nyeri

- PRIMARY NURSING

Mendukung pelaksanaan askep anak

Menjadikan asuhan yang konsisten dan berfokus pada keluarga


sebagai komponen integral pada perencanaan dan pelaksanaan.

- CASE MANAGEMENT

Sistem pemberian asuhan yang seimbang antara biaya dan

kualitas.

LINGKUNG
AN

ANAK

KELUARG
A

KEPERAWAT
AN

KESEHATAN

- MODEL KONSEPTUAL / PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK2)


ANAK

Masa anak-anak : Bayi Remaja

Makhluk bio-psiko-sosio-kultural-spiritual

Masing-masing anak : Unik

Bukan miniatur dewasa

Memiliki kebutuhan khusus sesuai dengan tahap perkembangan

- HAK-HAK ANAK ( DEKLARASI PBB)

Bebas dari diskriminasi

Berkembang secara fisik dan mental

Mempunyai nama dan bangsa

Mendapat gizi, rumah, rekreasi dan yankes yang cukup

Mendapat perawatan khusus jika mengalami cacat

Menerima cinta, pengertian dan keamanan

Menerima pendidikan dan mengembangkan kemampuannya

Yang pertama mendapat pertolongan ketika ada bencana

Dilindungi dari pengabaian, kekejaman dan eksploitasi

Dididik dalam semangat persahabatan di tengah masyarakat.

- MODEL KONSEPTUAL / PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK3)


KELUARGA

Family/keluarga sebagai sistem

Orang tua bertanggung jawab terhadap anak

Keluarga memiliki tipe yang berbeda,sehingga pola asuh beda

Anak adalah bagian dari keluarga

- LINGKUNGAN

Adalah semua kondisi yang berada di sekitar anak dan keluarga


yang

selalu

berinteraksi

dan

akan

mempengaruhi

system

tersebut.
MODEL KONSEPTUAL / PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK
KESEHATAN

Merupakan kondisi yang utuh dan dinamis dari individu baik fisik,
mental, sosial, spiritual sehingga dapat beradaptasi dengan
lingkungan secara baik

KEPERAWATAN

Merupakan bagian integral dari system kesehatan yang bertujuan


memberikan bantuan keperawatan kepada pasien menggunakan
metode proses keperawatan.

Proses Keperawatan

Proses berfikir ilmiah

Kerangka kerja praktek

Identifikasi dan menyelesaikan suatu masalah

Tahap : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan,


Pelaksanaan, Evaluasi

STANDAR KEPERAWATAN ANAK

Membantu anak & klg mencapai & mempertahankan tingkat


kesehatan yg optimal

Membantu klg mencapai & mempertahankan keseimbangan


antara kebutuhan pertumbuhan personal anggota klg & fungsi
optimal dari klg

Melakukan intervensi pada anak & klg yg mempunyai resiko


terserang penyakit

Meningkatkan kondisi lingkungan agar terbebas dari bahaya


sehingga dapat tumbuh & berkembang secara optimal

STANDAR KEPERAWATAN ANAK2)

Menanggulangi perubahan status kesehatan & terjadinya


pergeseran perkembangan yg optimal

Memberikan intervensi & terapi yg sesuai utk tetap mampu


melangsungkan hidup & sembuh dari penyakit

Membantu klien & keluarga memahami, mengatasi situasi


traumatik selama sakit.

PRINSIP PERAWATAN ANAK


o

Perawat tidak boleh mengabaikan ketrampilan & pengetahuan


orang tua anak

Perawat tidak boleh mengabaikan kepercayaan anak

Perawat harus selalu memperhatikan keadaan kesehatan


mental, spiritual dan fisiknya sendiri

Perawat juga tidak boleh mengabaikan kemampuannya sendiri


untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik

Peran perawat

Pemberi Perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan
anak, sebagai perawat anak, pemberian pelayanan keperawatan dapat
dilakukan dengan memnuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan
asah, asih dan asuh.

Sebagai Advocat Keluarga


Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak, perawat
juga mampu sebagai advocate keluarga, sebagai pembela keluarga
dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien.

Pencegah Penyakit
Merupakan

bagian

dari

bentuk

pelayanan

keperawatan

sehingga setiap dalam melakukan asuhan keperawatan perawat harus


selalu

mengutamakan

tindakan

pencegahan

terhadap

timbulnya

masalah baru sebagai dampak dari penyakit atau masalah yang


diderita.

Pendidikan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak, perawat
harus mampu berperan sebagai pendidik sebab beberapa pesan dan
cara mengubah perilaku pada anak/keluarga harus selalu dilakukan
dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan. Melalui

pendidikan ini diupayakan anak tidak lagi mengalami gangguan yang


sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat.

Konseling
Merupakan

upaya

perawat

dalam

melaksanakan

peranannya

dengan memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah


yang dialami oleh anak maupun keluarga. Berbagai masalah tersebut
diharapkan mampu diatasi dengan cepat dan diharapkan pula tidak
terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga maupun anak itu sendiri.
Konseling

ini

dapat

memberikan

kemandirian

keluarga

dalam

mengatasi masalah kesehatan.

Kolaborasi
Merupakan tindakan kerjasama dalam menentukan tindakan yang
akan dilaksanakan oleh perawat dengan tim kesehatan lain. Pelayanan
keperawatan anak tidak dapat dilaksanakan secara mandiri oleh tim
perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli
giszi, psikologi dll, mengingat anak merupakan individu yang komleks
yang membutuhkan perhatian dalam perkembangan.

Pengambilan Keputusan Etik


Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai peran yang
sangat penting sebab perawat selalu berhubungan dengan anak
kurang lebih 24 jam selalu di samping anak, maka peran pengambil
keputusan etik dilakukan oleh perawat, seperti akan melakukan
tindakan pelayanan keperawatan.

Peneliti
Peran ini sangat penting yang harus dimiliki oleh semua perawat
anak.

Sebagai

peneliti

perawat

harus

melakukan

kajian-kajian

keperawatan anak yang dapat dikembangkan untuk perkembangan


tekhnologi keperawatan. Peran sebagai peneliti dapat dilakukan dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan anak.(Wong, D. L, 1995).

Trend keperawatan anak


Menurut tinjauan konsep atau teori adaptasi dari S.C.Roy

Dibagi beberapa model yaitu :


1. Input -> Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari
internal individu.Roy mengidentifikasikan input sebagai suatu
stimulus.Stimulus adalah suatu unit informasi,kejadian atau energi dari
lingkungan
2. Proses -> Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk
menjelaskan proses kendali dari individu sebagai suatu sistem
adaptasi.Roy menekankan ilmu keperawatan yang unik untuk
mengendalikan mekanisme.mekanisme tsb dinamakan :
a. Subsistem regulator terdiri dari sistem komponen input,proses
internal dan output.Stimulus input berasal dari dalam atau luar
individu.Perantara sistem regulator dinamakan kimiawi, saraf atau
endokrin.
b. Sistem Cognator berasal dari faktor internal dan eksternal.perilaku
output subsistem regulato.proses dapat menjadi umpan balik bagi
stimulus subsistem cognator.Proses kendali cognator berhubungan
dengan fungsi otak yang tinggi terhadap persepsi atau proses
informasi,pengam bilan keputusan dan emosi
3. Efektor -> Proses internal yang terjadi pada individu sebai sistem
adaptasi didefinisikan oleh Roy sebagai sistem 4 efektor :
* Fisiologis (fisik) -> mengidentifikasikan pola adaptivitas atau ketidak
efektifan respon sehat dan sakit.
* Konsep diri (psikis) -> mendidentifikasikan pola nilai,kepercayaan dan
emosi yang berhubungan dengan ide mengenai diri sendiri.perhatian
ditujukan kepada kenyataan dari keadaaan diri sendiri dalam hal
fisik,individual dan moral etik.
* Fungsi peran (sosial ) -> mengidentifikasikan pola interaksi sosial
seseorang berkaitan dengan orang lain sebagai akibat dari peran
ganda.

* Saling ketergantungan (spiritual) -> mengidentifikasikan pola nilainilai manusia,kehangatan,cinta dan rasa memiliki.proses tsb terjadi
melalui hubungan interpersonal dengan individu maupun kelompok
4. Output -> dimana perawat mampu mengidentifikasikan adaptivutas
atau invektifitas dari respon atau sakit.
Stimulus/interfensi keperawatan atau kinerja perawat -> Meningkatkan
respon adaptasi berkaitan dengan 3 jenis respon adaptasi :
@. Stimulus Fokal adalah suatu respon yang diberikan sccrs langsung
terhadap ancaman/input yang masuk
@. Stimulus contextual adalh semua stimulus lain bagi seseorang baik
bersifat internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan
dapat di observasi,diukur dan disampaikan secara subjektif oleh
individu tsb.
@. Stimulus residual adalah karakteristik atau riwayat dari seseorang
yang ada dan timbul sesuai dengan situasi,tetapi sulit diukur scra
objektif
Lingkup praktik keperawatan anak merupakan batasan asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien anak dari usia 28 hari sampai
18 tahunatau usia bayi baru lahir sampai 12 tahun.(Gartinah,DKK
1999).
Dalam

memberikan

asuhan

keperawatan

pada

anak

harus

berdasarkan kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan untuk tumbuh


kembang seperti asuh,asih dan asah.(Sularyo,1993)
a. Kebutuhan asuh
Merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan seperti kebutuhan nutrisi
atau gizi,kebutuhan pemberian tindakan keperawatan umtuk
meningkatkan dan mencegah terhadap penyakit,kebutuhan
lingkungan sehat,jasmani,pakaian,dan rekreasi.
b. Kebutuhan asih
Kebutuhan pemberian

kasih

sayang

pada

anak

atau

memperbaiki psikologi anak dan terciptanya basic trust (rasa


percaya yang kuat).

c. Kebutuhan asah
Kebutuhan untukmencapai pertumbuhan dan perkembangan
secara

optimal

sesuai

dengan

usia

kembang.pemenuhan

kebutuhan

asah

perkembangan

sejak

sehingga

anak

dini

akn

tumbuh

memperbaiki
perkembangan

psikososial,kecerdasan ,kemandirian dan kreativitas pada anak


akan sesuai dengan harapan atau usia pertumbuhan dan
perkembangan.

Pergeseran pelayanan kesehatan utama


Pengobatan penyakit Promosi kesehatan Pengembangan peran
Biaya perawatan di RS meningkat.
Perlu pengembangan model pelayanan keperawatan di rumah dan di

PHC.
Perkembangan IPTEK akan mempengaruhi peran perawat anak
Perubahan Demografi
Semakin meningkatnya jumlah penduduk (anak) pelaksanaan askep

anak semakin meningkat khususnya kualitas asuhan yang diberikan.


Perawat anak harus selalu berupaya mengembangkan diri melalui
pendidikan berlanjut.

B.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN KESEHATAN


ANAK
1. Sosial budaya
Pengaruh budaya uga dapat menentukan

status kesehatan anak

dimana terdapat keterkaitan secara langsung antara budaya dengan


pengetahuan. Budaya dimasyarakat dapat juga mengalami penurunan
kesehatan anak, misalnya terdapat beberapa budaya di masyarakat yang
dianggap

baik

oleh

masyarakat

padahal

budaya

tersebut

justru

menurunkan kesehatan anak. Sebagai contoh anak yang badannya padas


akan dibawa ke dukun dengan kyakinan terjadi kesurupan atau kemasukan
alam ghaib, Anak pasca operasi dilarang makan daging ayam karena
daging ayam dianggap menambah nyeri yang ada pada luka operasi, biasa
memberikan pisang pada bayi lahir dengan anggapan anak cepet besar
dan berkembang atau anak tidak boleh makan daging dan telur cacingan.
Berbagai contoh budaya yang ada pada masyarakat tersebut sangat besar
mempengaruhi derajat kesehatan anak, mengingat anak dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan yang tentunya membutuhkan perbaikan
gizi atau nutrisi yang cukup.

2. Ekonomi
Pengaruh ekonomi bagi kesehatan anak sangatlah besar.

Dalam

kondisi ekonomi yang cukup maka anak dapat terpenuhi asupan nutrisinya.
Orang tua cenderung memberikan banyak makanan yang bergizi pada
anaknya. Namun di kondisi ekonomi yang kurang, orang tua cenderung
memberikan asupan nutrisi yang asal anak kenyang tidak memperhatikan
kandungan gizi karena kondisi keuangannya masih kurang. Kondisi
ekonomi yang kurang juga kesadaran untuk memeriksakan kesehatan ke
pelayanan kesehatan anak sangatlah minim karena mengingat biaya yang
mahal. Obat-obatnya juga lebih dominan obat tradisional.
3. Herediter
Faktor Herediter merupakan factor yang dapat diturunkan sebagai
dasar dalam mencapai kesehatan anak yang baik. Faktor herediter meliputi
bawaan, Janis kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini ditentukan dengan
intensitas, kecepatan dalam pembelahan sel telur , tingkat sensitifitas
jaringan

terhadap

rangsangan,

usia

puberitas

dan

berhentinya

pertumbuhan tulang. Peningkatan kesehatan anak laki-laki yang baru lahir


cenderung lebih cepat dari perempuan bertahan sampai usia tertentu.
4. Nilai dan kepercayaan
Review profesional anak dan kebutuhan keluarga yang dilakukan
ketika

pertama

kali

mencari

layanan

dari pengasuh. Penilaian

anak

mencakup tinjauan terhadap kesehatan fisik dan mental, kecerdasan,


kinerja sekolah, situasi keluarga, dan perilaku dalam masyarakat. Penilaian
mengidentifikasi
para pengasuh dan

kekuatan
keluarga

anak

dan

memutuskan

keluarga. Bersama-sama,
jenis

pengobatan

dan

mendukung, jika ada, yang dibutuhkan.


C.

PENGARUH KELUARGA PADA PENINGKATAN KESEHATAN ANAK


1. Definisi keluarga
Menurut Depkes dalam Effendy (1998)
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang kumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah atap dalam keadaan saling ketergantungan.
(http://bdv.Bidvertiser.com/bidvertiser.dbm?
pid=298266&bid=76&bid=731578&RD=18&plRef.V=http
%definisi.pengertian.Blogspot.com/2010)
Menurut Duvall dan Logan (1986)

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,


kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta
sosial dari tiap anggota keluarga.
Menurut Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.
Menurut Logans (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
Menurut Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks
dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang
masing-masing mempunyai sebagaimana individu.
Menurut Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan

perkawinan,

kelahiran

dan

adopsi

yang

bertujuan

untuk

menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan


fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka salaing berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Menurut Johnsons (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang
terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional
dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.

Menurut Spradley dan Allender (1996)


Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai
ikatan emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan
tugas
Kesimpulan:
1. Terdiri dari

atau

lebih

individu

yang

diikat

oleh

hubungan

perkawinan/adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka
tetap memperrhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik.
4. Mempunyai tujuan; (a) menciptakan dan mempertahankan budaya, (b)
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2. Fungsi dan struktur keluarga
ELEMEN KUNCI FAMILY-CENTERED CARE

Mengenal bahwa keluarga bersifat menetap pada kehidupan anak,


sedangkan personil dan sistem pelayanan berfluktuasi

Memfasilitasi kolaborasi orang tua dan perawat pada semua tingkat


asuhan

Menghormati keanekaragaman ras, budaya, dan sosio ekonomi dalam


keluarga

Mengenali kekuatan keluarga dan perorangan serta menghormati


perbedaan

Mendorong dan memfasilitasi dukungan keluarga dan jaringan kerja

Mengerti dan memasukkan kebutuhan perkembangan bayi, anak,


remaja dan keluarga dalam sistem asuhan.

Menerapkan sistem asuhan yang dpt dilaksanakan secara fleksibel

a. Fungsi Keluarga Friedmann (1986)

Merawat fisik anak

Mendidik anak untuk menyesuaikan dengan kultur

Bertanggung

jawab

terhadap

kesejahteraan

anak

secara

psikologis/emosional.
1. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan

fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari


seluruh

anggota

keluarga.

Tiap

anggota

keluarga

saling

mempertahankan iklim positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan


dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.
Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi
afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep
diri positif
Komponen

yang

perlu

dipenuhi

oleh

keluarga

dalam

melaksanakan fungsi afektif adalah:


Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih
sayang dan dukungan dari anggota yang lain.
Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga
serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi
afektif akan tercapai.
Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
Fungsi

afektif

merupakan

sumber

energi

yang

menentukan

kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau


masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga
tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial (Friedmann, 1986).
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat

individu

untuk

belajar

besosialisasi.

Keberhasilan

perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi


atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam
sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar normanorma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi
keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi


kebutuhan

seluruh

anggota

keluarga

seperti

memenuhi

kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.


5. Fungsi perawatan kesehatan
Untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan

keluarga.

Kesanggupan

keluarga

melaksanakan

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan


keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan
tugas

kesehatan

keluarga

berarti

sanggup

menyelesaikan

masalah kesehatan.
Tugas kesehatan keluarga:
Mengenal masalah kesehatan
Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan masyarakat.
b. Struktur Keluarga
a.

Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak, saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah.

b.

Patrilokal
Adalah

keluarga

sepasang

suami

istri

yang

diikat

perkawina yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.


c.

Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ibu.

d.

Matrilokal
Adalah

keluarga

sepasang

suami

istri

yang

diikat

perkawinan yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.


e.

Keluarga Kawinan
Adalah

hubungan

suami

istri

sebagai

dasar

bagi

pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang

menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan


suami atau istri.
Menurut friedmann sruktur keluaga terdiri atas sbb
1. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga berfungsi :
a. Bersifat terbuka dan jujur
b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga
c. Berpikiran positif
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk sbb
a. Karakteristik pengirim :
Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat
Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
Selalu meminta dan menerima umpan balik
b. Karakteristik penerima :
Siap mendengarkan
Memberikan umpan balik
Melakukan validasi
2. Stuktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi social yang diberikan .
Status atau posisi adalah posisi individu dalam masyarakat missal
sebgai suami,instri,anak dll
3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau actual ) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain kearah positif.
Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :
a) Legitimate power
b) Referent power
c) Reward power
d) Coercive power
e) Affective power
4. Nilai nilai keluarga
Nilai merupakan suatu system sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak mempersatukan anggota kelurga dalam satu
budaya.nilai

keluarga

merupakan

perkembangan norma dan peraturan.


Norma adalah pola perilaku yang

suatu
baik

berdasarkan system nilai dalam keluarga.

pedoman

menurut

bagi

masyarakat

Budaya adalah kumpulan pola perilaku yang dapat dipelajari


,dibagi,ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
1. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi: (1) bersifat terbuka dan jujur,
(2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif, (4)
tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk:
A. Karakteristik pengirim
Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat
Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
Selalu meminta dan menerima umpan balik
B. Karakteristik penerima
Siap mendengarkan
Memberikan umpan balik
Melakukan validasi
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami,
istri, anak, dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat
dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa
anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah ke
mana atau malah berdiam diri di rumah.
3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perrilaku
orang lain kea rah positif.
Ada beberapa macam tipe sturktur kekuatan:
Legitimasi power
Referent power
Reward power
Coercive power
Affective power
4. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya.

Nilai

keluarga

juga

merupakan

perkembangan norma dan peraturan.


Norma adalah pola perilaku yang

baik,

suatu

pedoman

menurut

bagi

masyarakat

berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.


Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

3. Peran dan hubungan keluarga


PERAN KELUARGA DALAM KEPERAWATAN ANAK
- Peran dan hubungan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan

pola

perilaku

dari

keluarga,

kelompok

dan

masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai


berikut

1. Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai

anggota

dari

kelompok

sosialnya,

serta

sebagai

anggota

masyarakat dari lingkungannya


2. Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi biologis :
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis :
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi :

a. Membina sosialisasi pada anak


b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga4. Fungsi ekonomi :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa
yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan :
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
4.

Orang tua tunggal


Keluarga dengan orang tua tunggal (single parent)
Keluarga dengan single parent merupakan kelopok

yang

sangat

beraneka ragam terdiri dari ayah atau ibu dengan anak-anaknya. Pada
sebagian besar keluarga dengan orang tua tunggal, ibu mkerupakan
orang tua yang bertanggung jawab bagi anak-anaknya dan sejumlah
besar dari mereka adalah wanita yang diceraikan atau ditinggalkan
suaminya.
Pengaruh anak yang ditinggalkan orang tuannya dapat bervariasi,
seperti depresi yang menetap, gangguan perilaku, kepribadian anti
sosial, kegagalan dalam proses pendidikan. Pada tahun 1976, Biro Anakanak Nasional menerbitkan hasil survei dari suatu penelitian bahwa
ketidakberuntungan anak yang dibesarkan dengan single parent lebih
disebabkan karena kemiskinan dan akumulasi masalah yang timbul
karenanya.Tahun 1974 melaporkan sejumlah komentar dan anjuran
termasuk
suaminya.

perhatian

khusus

bagi

wanita

yang

ditinggalkan

oleh

Missal tidak ber-ayah karena kematian, perceraian, tugas militer, tugas


pekerjaan, penjara, dll. Efek utama adalah kesulitan pembentukan
identitas seksual.
Anak wanita tergantung pada ibu dan cems berhubungan laki-laki

semasa remaja
Anak laki-laki cenderung tdak agresif mempunyai masalah sosial

/emosi dan pola kognitifnya mirip anak wanita


5. KELUARGA PERCERAIAN
Pengaruh perceraian pada anak-anak
a. Jenis
kelamin
anak-anak,umur,jangka

waktu

sejak

perceraian,hubungan keluarga setelah percerain,dan factor-faktor


social ekonomi ( Bray,etal 1999 )
b. Biasanya lebih sulit untuk anak laki-laki daripada perempuan setelah
percerain,terutama penjagaan ibu tinggal sendirian
c. Anak-anak dibawah 3 tahun mengalami kemunduran dalam tingkah
laku (ngompol ),
Umur 4-6 tahun mengalami kemuduran tingkah laku yang merengekrengekdan menempel terus pada orang tuanya,
Umur 6-10 tahun sedih, kecewa dan merasa bertanggung jawab
terhadap perceraian.
Umur 12-18 tahun beraksi dengan cara marah,kebencian dan
permusuhan.
d. Membutuhkan 2 tahun untuk penyesuaian dan kestabilan kembali.
D.

PERAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN ANAK

Aktivitas

bermain

merupakan

salah

satu

stimulus

bagi

perkembangan anak secara optimal.Sekarang ini,banyak sekali dijual


bermacam-macam alat permainan.apabila orang tua tidak selektif
dankurang memahami fungsinya,alat permainan yang dibelinya
tidak dapat berfungsi secra efektif.

Alat permainan pada anak hendaknya disesuaikan dengan jenis


kelamin dan usia anak sehingga dapat merangsang erkembangan
anak secara optimal.Jenis permainan tertentu hanya cocok untuk
anak dengan usia tertentu pula.

Dalam kondisi sakit atau saat anak dirawat di rumah sakit,aktifitas


bermain ini tetap perlu dilaksanakan,namun harus disesuaikan
dengan

kondisi

anak.Saat

ini,para

tenaga

kesehatan

sudah

memahami pentingnya aktifitas bermain sehingga dibagian anak


dibeberapa rumah sakit telah disediakan sarana bermain.

Untuk itu,dalam bab ini akan dibahas mengenai pentingnya aktivitas


bermain

bagi

stimulus

perkembangan

termasuk

di

rumah

sakit,macam alat permainan yang sesuai dengan usia anak,serta


syarat-syarat alat permainan yang edukatif(APE)
PENGERTIAN STIMULASI DAN BERMAIN
Stimulasi adalah rangsanagan yang datangnya dari lingkungan diluar
individu anak (Soetjiningsih,1995).Anak yang lebih banyak mendapat
stimulasi cenderung lebih cepat berkembang.Stimulasi juga berfungsi
sebagai penguat(Reinforcemenc).Mwmberikan stimulasi yang berulang dan
turus menerus pada setiap aspek perkembangan anak berarti telah
memberikan kesempatan pada anak untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal.
Menurut Moersintowarti(2002),Stimulasi adalah perangsangan dan latihanltihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan ruang
anak.Stimulasi ini dapat dilakukun oleh orang tua,anggota keluarga,atau
orang dewasa lain disekitar anak.
Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu ASAH.Dengan
mengasah kemampuan anak secara terus menerus,kemampuan anak akan
semakin meningkat.Pemberian stimulus yang terarah akan lebih cepat
berkembang

dibandingkan

stimulus.Aktivitas

bermain

permainan,meskipun

alat

anak
tidak

yang
selalu

permainan

kurang

memperoleh

menggunakan

penting

untuk

alat-alat

merangsang

perkembangan anak.Membelai,bercanda,petak umpet dan sejenisnya yang


dilakukan oleh orang tua pada anaknya merupakan aktivitas bermain yang
menyenangkan pada masa bayi dan balita serta memberikan konstribusi
yang penting bagi perkembangan anak.
Aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang menyengangkan bagi
anak,meskipuun hal tersebut tidak menghasilkan komoditas tertentu
misalnya

keuntungan

financial(uang).Anak

perasaan

yakut,cemas,gembira,atau

perasaan

bebas

mengekspresikan

lainya,sehingga

dengan

memberikan kebebasan bermain orang tua mengetahui suasana hati anak.


Bermain merupakan bentuk infantile dari kemampuan orang dewasa untuk
menghadapi berbagai macam pengalaman dengan cara menciptakan model
situasi tertentu dan berusaha untuk menguasainya melalui eksperimen dan

perencanaan.Dengan demikian,bermain dengan anak dapat disamakan


dengan

bekerja

pada

orang

dewasa,karena

keduanya

sama-sama

melakukan suatu aktifitas.Ms,ketika dalam bermain anak mendapat peran


sebagai orang tua dan anak,maka akan ada pembagian tugas mengenai
siapa yang memerankan ibu,bapak,dan anak.
Pada masa anak-anak,kebutuhan bermain tidak bias dipisahkan dari
dunianya dan mrupakan salah satu kebutuhan dasar untuk dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal.Selain itu dengan aktifitas bermain anak
juga dapat memperoleh stimulasi mental yang merupakan cikal bakal dari
proses

belajar

pada

anak

untuk

pengembangan,kecerdasan,keterampilan,kemandirian,kreatifitas,agama,ke
pribadian,moral, dsb.
FUNGSI BERMAIN PADA ANAK
Diharapkan

dengan

mencukupi

agar

bermain,anak
dapat

akan

mendapatkan

berkembang

secra

stimulus

yang

optimal.Menurut

Wong(1995)menjelaskan bahwa bermain pada anak hendaknya mempunyai


fungsi:
1. Perkembangan sensori motor
Aktifitas sensori motor merupakan bagian dari yang berkembang paling
dominant pada masa bayi.Perkembangan sensori motor ini didukung oleh
stimulasi

visual,stimulasi

pendengaran,stimulasi

laktil(sentuhan),dan

stimulasi kinetic.Stimulus sensorik yang diberikan oleh lingkungan anak


akan direspons dengan memperlihatkan aktifitas-aktifitas motoriknya
Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap
permulaan perkembangan anak.Anak akan meningkatkan perhatianya
pada lingkungan sekitar melalui penglihatanya.Oleh karena itu,orang tua
disarankan untuk memberikan mainan warna warni pada usia tiga bulan
pertama.Stimulasi pendengaran(Stimulus auditif)adalah sangat penting
untuk

perkembangan

bahasa(verbal),terutama

pada

tahun

pertama

kehidupanya.Memberikan sentuhan(Stimulus taktil) yang mencukupi pada


anak berarti memberikan perhatian dan kasih saying yang diperlukan oleh
anak.Stimulasi semacam ini akan menimbulkan rasa aman dan percaya
diri

pada

anak

sehingga

anak

akan

lebih

responsive

dan

berkembang.Stimulasi kinetic akan membantu anak untuk mengenali


lingkungan yang berbeda.
2. Perkembangan kognitif (intelektual)
Anak belajar mengenal warna,bentuk /ukuran,tekstur dari berbagai
macam objek,ngka,dan benda.Anak belajar untuk merangkai kata,berfikir
abstrak,dan memahami hubungan ruang seperti naik,turub,di bawah,dan
terbuka.Aktifitas

bermain

juga

dapat

membantu

perkembangan

keterampilan dan mengenal dunia nyata atau fantasi.


3 Sosialisasi
Sejak awal masa anak-anak,bayi telah menunjukan ketertarikan dan
kesenangan terhadap orang lain,terutama terhadap ibu.Dengan bermain
anak akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi,belajar untuk
mengatasi

persoalan

yang

timbul,mengenal

nilai-nilai

moral

dan

etika,belajar mengenai apa yang salah dan benar,serta bertanggung


jawab terhadap sesuatu yang diperbuatnya
4. Kreatifitas
Tidak

ada

situasi

yang

lebih

menguntunkan/menyenangkan

untuk

berkreasi daripda bermain.Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba


coba ide idenya.Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang
bary dan berbeda,ia akan memindahkan kreasinya ke situasi yang lain.
5. Kesadaran diri
Dengan aktivitas bermain,anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda
dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri.Anak belajar untuk
memahami kelemahan dan kemampuannya dibandingkan dengan anak
yang lain.Anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.
6. Nilai-nilai moral
Anak belajar mengenai perilaku yang benar dan yan salah dari lingkungan
rumah

maupun

makna

pada

sekolah.Interaksi

latihan

moral

dengan

mereka.jika

kelompoknya
masuk

ke

kelompok,anak harus menaati aturan ,misalnya,kejujuran.

memberikan
dalam

suatu

7. Nilai Terapeutik
Bermain dapat mengurangi tekanan atau stress dari lingkungan.Dengan
bermain,anak dapat mengekspresikan emosi dan ketidakpuasan atas
situasi social serta rasa takutnya yang tidak dapat diekspresikan di dunia
nyata.
PRINSIP-PRINSIP DALAM AKTIVITAS BERMAIN
Pada

dasarnya,aktivitas

bermain

pada

anak

tidak

hanya

dengan

menggunakan alat permainan saja.Perhatian dan kasih saying yang


diberikan

oleh

orang

sentuhan,becanda,belaian,dan

tua

terhadap

lainya,merupakan

anaknya,seperti
aktivitas

yang

menyenagkan bagi anak,terutama pada tahun pertama kehidupanya.


Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar aktivitas bermain bias menjadi stimulus yang efektif
sebagaimana berikut ini.
1. Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup,sehingga anak memerlukan
nutrisi yang memadai.Asupan(intake)yang kurang dapat menurunkan
gairah anak.Anak yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang
bervariasi,baik bermain aktif maupun bermain pasif,untuk menghindari
rasa

bosan

atau

jenuh.Pada

anak

yang

sakit,keinginan

bermain

umumnya menurun karena energi yang ada digunakan untuk mengatasi


penyakitnya. Aktivitas bermain anak yang sakit yang bias dilakukan
adalah

nermain

pasif,mis,dengan

nonton

tv,mendengar

musik,menggambar.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus
yang

diberikan

dapat

optimal.Selain

itu,anak

akan

mempunyai

kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.


3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak.Orang tua hendaknya memperhatikan hal

ini,sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan


benar.Yang perlu diperhatikan adalah bahwa alat permainan tersebut
harus aman dan mempunyai unsure edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain
Aktivitas

bermain

dapat dilakukan

dimana saja,di

ruang tamu,di

halaman,bahkan di ruang tidur.Diperlukan satu ruangan atau tempat


kusus untuk bermain bila memungkinkan,dimana ruangan tersebut
sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan mainanya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dengan mencoba coba sendiri,meniru temantemanya,atau diberitahu oleh orang tuanya.Cara yang terakhir adalah
yang

terbaik

karena

anak

lebih

terarah

dan

lebih

berkembang

pengetahuanya dalam menggunakan alat permainan trsebut.Orang tua


yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan yang
diberikan umumnya membuat hubunganya dengan anak cenderung
menjadi kurang hangat.
6. Teman bermain
Dalam

bermain,

anakmemerlukan

teman,bias

teman

sebaya,saudara,atau orang tuanya.Ada saat-saat tertentu di mana anak


bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain
yang dilakukan bersama dengan orang tuanya akan mengakrabkan
hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan pada orang tua untuk
mengetahui

setiap

kelainan

yang

dialami

oleh

anaknya.Teman

diperlukan untuknmengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak


dalam memahami perbedaan.
ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)
APE

adalah

perkembangan

alat

anak,

permainan

disesuaikan

yang
dengan

dapat
usianya

mengoptimalkan
dan

tingkat

perkembangannya serta berguna untuk :

Pengembangan aspek fisik yaitu n kegiatan yang dapat menunjang atau


merangsang pertumbuhan fisik anak.

Pengembangan

bahasa,

dengan

melatih

berbicara,

menggunakan

kalimat yang benar.

Pengembangan aspek kongitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,


bentik, warna dan lain-lain

Pengembangan aspek social khususnya dalam hubungannya dengan


interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat

APE tidak harus yang bagus dan dibeli ditoko, tetapi buatan sendiri atau alat
permainan tradisionalpun dapat digolongkan APE asalkan memenuhi syarat
sebagai berikut :
1. Aman
2. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak
3. Disainnya harus jelas
4. APE harus mempunyai fungsi untuk mengembangkan berbagai aspek
pengembangan

anak,

seperti

motorik,

bahasa,

kecerdasan

dan

sosialisasi.
5. Harus dapat dimainkan dengan berbagai fariasi tetapi jangan terlalu sulit
sehingga membuat anak frustasiatau terlalu mudah sehingga membuat
anak cepat bosan
6. Walaupun

sederhana

harus

tetap

menarik

baik

warna

maupun

bentuknya bila bersuara suaranya harus jelas


7. APE harus mudah diterima oleh semua kebudayaan kerena bentuknya
sangat umum
8. APE harus tidak mudah rusak
Kesalahan didalam memilih alat permainan
1. Orang tua memberikan sekaligus banyak macam alat permainan.
2. Banyak orang tua membeli alat permainan yang mereka pikir indah dan
menarik
3. Banyak orang tua membayar terlalu mahal untuk alat permainan
4. Alat permainan yang terlalu lengkap atau sempurna, sehingga sedikit
peluang bagi anak untuk melakukan eksplorasi dan konstruksi
5. Alat permainan tidak sesuai dengan umur anak, anak terlalu tua atau
muda terhadap alat permainannya.
6. Memberikan terlau banyak alat permainan dengan tipe yang sama

7. Banyak orang tua yang tidak meneliti keamanan dari alat permainan
yang dibelinya

Cara menolong anak untuk bermain


1. Bermain/ alat permainan harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
Contoh :

anak yang berumur 0-3 bulan paling sesuai bila diberikan alat

permainan yang digantung ditempat tidurnya

Anak yang sudah terampil berlari akan senang bila diberikan

alat permainan berupa bola


2. Agar kemampuan bermain anak berkembang, orang tua harus sabar.
Perhatikan kemampuan dan minat anak, janganlah orang tua menuntut
anak diluar kemampuan
3. Ulangilah suatu cara bermain, sehingga anak benar-benar terampil
sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih mejemuk
4. Orang tua selalu menjadi model bagi anak-anaknya
5. Sebelum anak mengajar anak bermain dengan menggunakan alat
permainan, pelajarilah lebih dulu cara dan tujuan bermain dari alat
permainan tersebut
6. Hentikan kegiatan bermain sebelum anak atau orang tua mulai bosan
7. Jangan memaksa anak bermain bila si anak tidak ingin bermain
8. Alat permainan untuk anak tidak selalu yang baru
9. Melalui bermain bersama, orang tua dan anak akan saling mengenal
satu sama lain dan makin mengenal dirinya masing-masing
E.

PEMELIHARAAN KESEHATAN ANAK


a. Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan

proses

pertumbuhan

dan

perkembangan.

Nutrisi

menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama masa


pertumbyhan. Dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan
untuk

pertumbuhan

dan

perkembangan

seperti

protein,karbohidrat,lemak,mineral,vitamin,dan air. Apabila kebutuhan


nutrisi seseorang tidak atau kurang terpenuhi, maka dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya

b. Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah
suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi.
Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya
menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi
penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang
diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin
timbul.
Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang
serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC).
BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak
dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap
difteri, pertusis dan tetanus .
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan
dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang
dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus.Vaksin DT dibuat
untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak
perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima
imunisasi difteri dan tetanus.
Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat
digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan
penyakit tetanus.

Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada


saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan.
Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL.
Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat
penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.
Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomielitis.

Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan

pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa


menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk
menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak (tampek).

Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis

pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa
dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan
campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza
tipe b.
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
c. Sex education
Masa ini dibagi dalam usia toddler, prasekolah dan sekolah.
Perkembangan seksual pada masa ini diawali secara biologis/fisik,
sedangkan perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
I.

Tahap Oedipal/phalik terjadi pada umur 3-5 tahun, kepuasan anak


terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba. Merasakan
kenikmatan dari beberapa daerah erogennya. Anak juga mulai
menyukai lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya
daripada ayahnya, sebaliknya anak perempuan lebih suka pada

ayahnya. Anak mulai dapat mengidentifikasi jenis kelaminnya


dirinya,

apakah

laki-laki/perempuan.

Belajar

melalui

interaksi

dengan figur orang tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai


jenis kelaminnya.
II.

Tahap Laten, terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai
terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan
langsung pada tuntutan sosial, seperti suka hubungan dengan
kelompoknya atau teman sebaya, dorongan libido mulai mereda.
Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal
seksual yang melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca
atau berfantasi.

d. Anticipatory guidance
Sampai saat ini belum ada referensi yang menjelaskan mengenai
pengertian yang jelas dari petunjuk antisipasi yang berasal dari bahasa
inggris yaitu antisipatory guidance. Anticipatory berarti lebih dahulu dan
guidance berarti petunjuk. Jadi petunjuk antisipasi bisa diartikan
petunjuk-petunjuk yag perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua
dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana,
sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.
Petunjuk Antisipasi Pada Masa Bayi
Bimbingan terhadap orang tua pada tahun pertama kelahiran dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

Usia 6 (enam) bulan pertama


1.

Memahami adanya proses penyesuaian antara orang tua dengan


bayinya, terutama pada ibu yang membutuhkan bimbingan /
asuhan pada masa setelah melahirkan

2.

Membantu orang tua untuk memahami bayinya sebagai individu


yang mempunyai kebutuhan dan untuk memahami bagaimana
bayi mengekspresikan apa yang diinginkan melalui tangisan

3.

Menentramkan orang tua

bahwa bayinya tidak akan menjadi

manja dengan adanya perhatian yang penuh selama 4-6 bulan


pertama
4.

Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal kebutuhan bayi


dan orang tuanya

5.

Membantu orang tua untuk mmemahami kebutuhan bayi


terhadap stimulasi lingkungan

6.

Menyokong kesenangan orang tua dalam melihat pertumbuhan


dan perkembangan bayinya, yaitu dengan bersahabat dan
mengamati respons sosial anak, misalnya, dengan imunisasi

7.

Menyiapkan orang tua untuk mengenalkan dan memberikan

makanan padat

1.

Usia 6 (enam) bulan kedua


Menyiapkan orang tua aakan ad anya ketakutan bayi terhadap orang
yang belum dikenal (stranger anxiety)

2. Menganjurkan orang tua untuk mengizinkan anaknya dekat dengan


ayah dan ibunya serta menghindarkan perpisahan yang terlalu lama
dengan anak tersebut
3. Membimbing orang tua untuk mengetahui disiplin sehubungan
dengan semakin meningkatnya mobilitas (pergerakan) si bayi
4. menganjurkan untuk menggunakan suara yang negatif dan kontak
mata daripada hukuman badan sebagai suatu disiplin. Apabila tidak
berhasil, gunakan 1 pukulan pada kaki atau tanganya.
5. Menganjurkan orang tua untuk memberikan lebih banyak perhatian
ketika bayinya berkelakuan baik daripada ketika ia menangis
6. Mengajarkan mengenai pencegahan kecelakaan karena keterampilan
motorik dan rasa ingin tahu bayi sudah meningkat.
7. Menganjurkan orang tua untuk meninggalkan bayinya beberapa saat
dengan pengganti ibu menyusui
8. Mendiskusikan mengenai kesiapan untuk penyapihan
9. Menggali perasaan orang tua sehubungan dengan pola tidur bayinya.

Petunjuk Antisipasi Pada Masa Balita


Pada usia balita atau masa prasekolah awal, ada dua masalah penting
yang terjadi, yaitu latihan pipis/buang air besar (toilet training) dan
persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry). Oleh karena itu,
sebelum membahas mengenai petunjuk bimbingan yang diperlukan, akan
dijelaskan lebih dahulu mengenai toilet training dan s ubling rivalry agar
dapat membantu orang tua memahami permasalahan anaknya mengenai
fungsi eliminasi.

Toilet Training
Suatu tugas yang besar pada usia balita adalah toilet training atau
pendidikan menjadi ceria/bersih. Kontrol volunter dari spingter ani dan

urethra dicapai pada waktu anak dapat berjalan dan biasanya terjadi
antara usia 18-24 bulan.
Tanggung jawab perawat adalah menolong orang tua guna
mengidentifikasikan kesiapan anaknya untuk toilet training.
Persaingan dengan Saudara Kandung
Adalah perasaan caemburu dan benci yang biasanya dialami oleh
seorang anak terhadap kahadiran/kelahiran saudara kandungnya.
Perasaan tersebut timbul bukan karena benci thd saudara barunya,
tetapi lebih pada situasi/kondisi.anak harus berpisah dengan ibu sejak
dini (semasa kehamilan ibu).
Anak perlu dilibatkan dalam perawatan adik barunya, misalnya
mengambilakan baju, popok, susu, dll. Hal tsb bisa dialihkan dengan
cara memberikan mainan, seperti boneka yang dapat diperlakukan
seperti bayi.
Petunjuk Bimbingan
Memahami masa prasekolah awal (masa balita) adalah dasar
keberhasilan dalam merawat anak. Petugas kesehatan yang bertugas di
bagian anak mempunyai tugas untuk membimbing atau membantu
orang tua melalui suatu pertemuan yang membahas mengenai tugas
dan kebutuhan-kebutuhan pada usia balita.
Bimbingan atau bantuan yang nyata, seperti melakukan kunjungan
rumah atau menyediakan waktu dan sarana (telpon) untuk konsultasi,
merupakan salah satu bentuk asuhan yang perlu dilakukan.
Bimbinagn kepada orang tua selama usia balita (awal masa kanakkanak) dikelompokkan berdasarkan kelompok usia sbb :

Umur 12-18 bulan


1. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan
tingkah laku dari balita, terutama negativistik dan ritualisme.
Negavistik adl perilaku yang bertentangan dengan kebiasaan.
2. Mengkaji kebiasaan makan sekarang dan menganjurkan
penyapihan dari botol secara bertahap, serta meningkatkan
pemasukan makanan padat.

3. Menyediakan makanan kecil/selingan diantara 2 waktu makan


dengan rasa yang disukai, serta adanya jadwal waktu makan
yang rutin.
4. Mengkaji pola tidur malam, terutama kebiasaanminum malam
memakai botol yang merupakan penyebab utama gigi berlubang
dan perilaku menunda yang memperlambatv jam tidur.
5. Menyiapkan orang tua untuk mencegah bahaya yang potensial
terjadi dirumah, seperti kecelakaan kendaraan bermotor dan
bahaya/kecelakaan jatuh. Berikan saran yang sesuai untuk
pengamanan dirumah.
6. Mendiskusikan kebutuhan akan adanya ketentuanketentuan/aturan-aturan yang disertai dengan disiplin yang lambat
dan cara-cara untuk mengatasi negativistic dan tempertrantum,
serta menekan pada keuntungan yang positif dari disiplin yang
tepat atau sesuai.
7. Mendiskusikan mainan baru yang dapat mengembangkan motorik
halus, motorik kasar, fine motor, bahasa, pengetahuan, dan
keterampilan sosial.
Umur 18-24 bulan
1. Menekankan pentingnya persahabatan teman sebaya dalam
bermai..
2. Menggali kebutuhan untuk menyiapkan kehadiran saudara
kandung / adiknya dan menekankan pentingnya kesiapan anak
terhadap kehadiran bayi baru.
3. Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap gigi dan tipe
kebersihan dirumah, serta kebiasaan makan yang merupakan
factor penyebab gigi berlubang dan menyarankan pentingnya
penambaha fluoride untuk memperkuat pertumbuhan tulang.
4. Mendiskusikan metode disiplin yang ada dan keaktifanya serta
menggali perasaan orang tua mengenai negativistic anaknya
dengan menekankan bahwa negativistic adalah aspek penting dari
perkembangan selfrkurangnya negavistik, assertions (penonjolan
atau tuntutan diri) dan independency, dan bukan merupakan
tanda kemanjaan.

5. Mendiskusikan tanda-tanda kesiapan untuk toilete training dan


menekankan pentinganya menunggu kesiapan fisik dan psikologi
anak.
6. Mendiskusikan berkembangnya rasa takut, seperti yang timbul
katika adav kegelapan atau suara keras, dan kebiasaan seperti
membawa selimut atau mengisap jari. Menekankan bahwa hal ini
normal dan merupakan perilaku yang bersifat sementara.
7. Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi ketika
anak mengalami stress.
8. Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah sesaat dengan mudah
dari orang tuanya dibawah asuhan keluarga.
9. Memberikan kesempatan kepada orang tua untuk
mengekspresikan perasaan lelah, frustasi, dan jengkel dalam
merawat anak usia balita.
10.Menunjukkan harapan akan adanya perubahan pada anak ditahun
mendatang, seperti lingkup perhatian anak yang semakin luas dan
berkurangnya negavistik, serta adanya perahatian untuk
menyenangkan orang lain.
Usia 24-36 bulan
1.

Mendiskusikan pentingnya kebutuhan anak untuk meniru dan


dilibatkan dalam kegiatan.

2.

Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan dalam toilet training,


terutama dengan harapan-harapan dan sikap yang realistis dalam
menghadapi keadaan-keadaan, seperti mengompol atau BAB di
celana.

3.

Menekan keunikan dari proses berpikir balita, terutama melalui


bahasa yang ia gunakan, pemahamanya terhadap waktu, dan
ketidakmampuanya untuk melihat kejadian dari persepektif yang
lain.

4.

Menekankan disiplin dengan tetap terstruktur secara benar dan


nyata, ajukan alas an yang rasional, serta hindari kebingungan
dan salah pengertian.

5.

Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau pusat penitipan


anak pada siang hari (play group).

Petunjuk Bimbingan pada Masa Prasekolah Akhir (3-5 tahun)


Pada masa ini, petunjuk bimbingan tetap diperlukan walaupun
kesulitanya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Sebelumnya pencegahan kecelakaan dipusatkan
pada pengamatan lingkungan terdekat, dan kurang menekan
pada alasan-alasanya.sekarang, proteksi pagar dan penutup stop
kontak disertai dengan penjelasan secara verbalvdengan alas an
yang tepat dan tepat dimengerti.
Masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah baik bagi
orang tua maupun anak. Oleh karena itu, orang tua memerlukan
bantuan dan melakukan penyesuaian terhadap perubahan ini,
terutama pada ibu yang tinggal dirumah/tidak bekerja. Ketika,
anak mulai masuk taman kanak-kanak maka ibu mulai
menumbuhkan kegiatan-kegiatan diluar keluarga, seperti
keterlibatanya dalam masyarakat atau mengembangkan karier.
Bimbingan anakterhadap orang tua pada masa ini dapat dilakukan
pada anak umur 3,4,5 tahun.

Umur 3 Tahun
1. Meningkatkan orang tua untuk meningkatkan minat anak
terhadap hubungan yang luas.
2. Menganjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke taman
kanak-kanak.
3. Menekankan pentingnya batas-batas/tata cara/peraturanperaturan.
4. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi tingkah laku yang
berlebihan sehingga dapat menurunkan tension/ketegangan.
5. Menganjurkan orang tua untuk menawarkan pada anaaknya
alternative-alternatif pilihan ketika anak dalam keadaan bimbang.
6. Memberikan gambaran mengenai perubahan pada usia 3,5 tahun
ketika anak berkurang koordinasi motorik dan sensorinya.
7. Menyiapkan orang tua untuk mengekspetasi tuntutan-tuntutan
akan perhatian ekstra vdari anak, yang merupakan refleksi dari
emosi tidak aman dan ketakutan akan kehilangan cinta.

8. Mengingatkan pada orang tua bahwa keseimbangan pada usia 3


tahun akan berubah ke tingkah laku agresif di luar batas pada
usia 4 tahun.
9. Mengantisipasi selera makan yang menjadi tetap dengan
pemilihan makanan yang lebih luas.
Umur 4 Tahun
1. Menyiapkan orang tua terhadap perilaku yang agresif, termasuk
aktivitas motorik dan bahasa yang mengejutkan.
2. Menyiapkan orang tua untuk menghadapi perlawanan anak
terhadap kekuasaan orang tua.
3. Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak.
4. Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama,
seperti penempatan anak pada taman kanak-kanak selama
setengah hari.
5. Menyiapkan orang tua untuk menghadapi meningkatnya rasa
ingin tahu sexual pada anak.
6. Menekankan pentingnya batas-batas yang realistis dari tingkah
laku.
7. Mendiskusikan disiplin.
8. Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan imajinasi di usia 4
tahun, dimana anak mengikuti kata hatinya dalam ketinggian
bicaranya (bedakan dengan kebohongan) dan kemahiran anak
dalam permainan yang membutuhkan imajinasi.
9. Menyarankan pelajaran berenang.
10.Menjelaskan perasaan-perasaan Oedipus dan reaksi-reaksinya.
Anak laki-laki biasanya lebih dekat dengan ibunya dan anak
perempuan dengan ayahnya. Oleh karena itu, anak perlu
dibiasakan tidur terpisah dengan orang tuanya.
11.Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak
dan menganjurkan mereka agar tidak lupa untuk membangunkan
anak dari mimpi yang menakutkan.
Umur 5 Tahun

1. Memberikan latihan bahwa usia 5 tahun merupakan periode


yang relative lebih tenang dibandingkan dengan masa
sebelumnya.
2. Menyiapkan dan membantu anak-anak untuk memasuki
lingkungan sekolah.
3. Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum masuk sekolah.

Usia Sekolah
Bimbingan pada orang tua pada usia sekolah.
1. Usia 6 tahun
a. Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan mendorong anak
berinteraksi dengan temannya.
b. Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik
sepeda.
c. Siapkan orang tua akan peningkatan inters keluar rumah.
d. Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak akan
privacy dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
2. Usia 7 10 tahun
a. Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
b. Interes beraktivitas di luar rumah.
c. Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita memasuki
prapubertas.
3. Usia 11 12 tahun
a. Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan
tubuh

saat

pubertas.

b. Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.


c. Sex education yang adekuat dan informasi yang akurat.
e. Pencegahan kecelakaan
Kecelakaan merupakan kejadian yang dapat menyebabkan kematian
pada

anak.

Kepribadian adalah factor pendukung terjadinya kecelakaan.


Orang tua bertanggungjawab terhadap kebutuhan anak, menyadari
karakteristik perilaku yang menimbulkan kecelakaan waspada terhadap
factor-faktor lingkungan yang mengancam keamanan anak.
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kecelakaan

Jenis kelamin biasanya lebih banyak pada laki-laki karena lebih aktif di
rumah.
Usia pada kemampuan fisik dan kognitif, semakin besar akan semakin
tahu

mana

yang

bahaya.

Lingkungan
Adanya penjaga atau pengasuh.
Pencegahan Terhadap Kecelakaan ;
1. Masa Bayi
Jenis kecelakaan : Aspirasi benda, jatuh, luka baker, keracunan, kurang
O2.
Pencegahan
a. Aspirasi : bedak, kancing, permen (hati-hati).
b. Kurang O2 : plastic, sarung bantal.
c. Jatuh : tempat tidur ditutup, pengaman (restraint), tidak pakai kursi
tinggi.
d. Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai.
e. Keracunan : simpan bahan toxic dilemari.
2. Masa Toddler
Jenis kecelakaan :
a. Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.
b. Tenggelam.
c. Keracunan atau terbakar.
d. Tertabrak karena lari mengejar bola/balon.
e. Aspirasi dan asfiksia.
Pencegahan :
a. Awasi jika dekat sumber air.
b. Ajarkan berenang.
c. Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika.
d. Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
e. Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
f. Cek air mandi sebelum dipakai.
g. Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman.
h. mudah ditarik.Jangan biarkan kabel listrik menggantung
i. Hindari makan ikan yang ada tulang dan makan permen yang keras.
j. Awasi pada saat memanjat, lari, lompat karena sense of balance.

3. Pra Sekolah
Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari potensial bahaya :
obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya main di jalan,
lari mengambil bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahan ada 2 cara ;
1. Mengontrol lingkungan.
2. Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya.
a. Jauhkan korek api dari jangkauan.
b. Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial dapat
membahayakan anak.
c. Mendidik anak :
- Cara menyeberang jalan.
- Arti rambu-rambu lalulintas.
- peran orang tua = perlu belajar mengontrol lingkungan.Cara
mengendarai sepeda yang aman
4. Usia Sekolah
a. Anak sudah berpikir sebelum bertindak.
b. Aktif dalam kegiatan : mengendarai sepeda, mendaki gunung,
berenang.
Perawat mengajarkan keamanan :
a. Aturan lalu-lintas bagi pengendara sepeda.
b. Aturan yang aman dalam berenang
c. Mengawasi pada saat anak menggunakan alat berbahaya : gergaji,
alat listrik.
d. Mengajarkan agar tidak menggunakan alat yang bisa
meledak/terbakar.
5. Remaja
Penggunaan kendaraan bermotor bila jatuh dapat : fraktur, luka pada
kepala.
Kecelakaan karena olah raga.
a. Perlu petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor sebelumnya
ada negosiasi antara orang tua dengan remaja.
b. Menggunakan alat pengaman yang sesuai.
c. Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan olah raga .

Rasa penasaran anak yang tak terkendali dapat mengancam


keselamatan anak. Jadi sebagai orang tua kita harus menjaga keamanan
anak dimanapun berada. Seperti contohnya ketika anak berada di
rumah, hal yang perlu dilakukan :

Lindungi anak dari kebakaran, listrik dan luka bakar.

Contoh : Lindungi di bagian depan/mengelilingi alat-alat yang panas, tempat


kebakaran/tungku perapian.

Perlindungan anak terhadap barang-barang beracun.

Lindungi anak dari jatuh.


Contoh : Pagar pegangan sebaiknya ada disemua jalan dan tangga.

Lindungi anak dari cidera tubuh.

Contoh : Jauhkan pecahan kaca, papan pengikir kuku dan alat-alat lain yang
berbahaya bagi anak
Cara Pencegahan :
a. Pemahaman tingkat perkembangan dan tingkahlaku anak.
b. Kualitas asuhan meningkat.
c. Lingkungan aman.
f. DDST
Menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih, terdapat 4
aspek perkembangan anak balita, yaitu :
1. Kepribadian/tingkah laku social (personal social), yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungan.
2. Motorik halus (fine motor adaptive), yaitu aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan
gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil,
memerlukan koordinasi yang cermat, serta tidak memerlukan banyak
tenaga,

misalnya,

memasukkan

manik-manik

kedalam

botol,

menempel dan menggunting.


3. Motorik kasar ( gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar bagian
tubuh, karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga
memerlukan cukup tenaga, misalnya, berjalan dan berlari.

4. Bahas

(language),

kemampuan
perintah,

aspek

yang

berhubungan

dengan

untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti

dan

kemampuan

yaitu

berbicara

bahasa

secara

bersifat

spontan.

pasif,

Pada

sehingga

masa

pernyataan

bayi,
akan

perasaan atau keinginan dilakukan melalui tangisan dan gerakan.


Semakin bertambahnya usia, akan menggunakan bahasa aktif, yang
dengan berbicara.
Aspek-aspek

perkembangan

tersebut

merupakan

modifikasi

dari

test/skrining perkembangan yang dikemukakan oleh Frankerburg, yang


dikenal dengan Danver Developmental Screening Test (DDST), yaitu
salah satu test atau metode skrining yang sering digunakan untuk
menilai perkembangan anak usia 1 bulan sampai 6 tahun.
DDST merupakan salah satu tes psikomotorik yang sering digunakan di
klinik/rumah sakit bagian tumbuh kembang anak. Saat ini jenis DDST
yang digunakan adalah DDST II yang merupakaan revisi dari DDST.
Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) melakukan modifikasi terhadap
DDST II ini agar lebih mudah sehingga dapat digunakan di lapangan,
yaitu berupa Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita
(1996)sebagaimana yang telah disinggung pada awal bab ini.
Berdasarkan buku Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang yang disusun
oleh Departemen Kesehatan tersebut, tes perkembangan yang dapat
dilakukan adalahKuesioner Pra Skrining Perkembangan, Kuesioner
Perilaku Anak Pra Sekolah, Tes Daya Lihat dan Tes Kesehatan Mata serta
Tes daya dengar anak. Berikut ini akan dijelaskan mengenai masingmasing tes.
1. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
KPSP mer4upakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan
pada orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan
skrining pendahuluan untuk perkembangan anak usia 3 bulan sampai
6 tahun.
Pertanyaan dalam KPSP dikelompokkan sesuai usia anak saat
dilakukan pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan dan
seterusnya sampai 5-6 tahun.

Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai.


1.

Apabila jawabanya ya berjumlah 9-10, berarti anak tersebut


normal (perkembangan baik).

2.

Apabila jawaban ya kurang dari sembilan mK perlu diteliti lebih


lanjut mengenai:
Apakah vara menghitung usia dan kelompok pertanyaanya

sudah sesuai.
Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan.
Apabila ada kesalahan, maka pemeriksaan harus diulang.
3.

Apabila setelah diteliti, jawabanya ya berjumlah 7-8, berarti


hasilnya adalah meragukan dan perlu diperiksa ulang 1
minggu kemudian.

4.

Apabila jawaban ya berjumlah 6 atau kurang, berarti hasilnya


kurang atau positif untuk perlu dirujuk guna pemeriksaan lebih
lanjut.

2. Kuesioner Perilaku Anak Pra Sekolah (KPAP)


KPAP adalah sekumpulan perilaku yang digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi

secara

dini

kelainan-kelainan

perilaku

pada

anak

pprasekolah (usia 3-6 tahun). Kuesioner ini berisi30nnperilaku yang


perlu ditanyakan satu per satu pada orang tua.
Setiap perilaku perlu ditanyakan apakah sering terdapat, kadangkadang terdapat, atau tidak terdapat. Apabila jawabah yang yang
diperoleh adalah sering tyerdapat, maka jawaban tersebut diberi
nilai 2,kadang-kadang terdapat diberi nilai 1, dan tidak terdapat
diberi nilai 0. apabila jumlah nilai seluruhnya kurang dari sebelas,
maka anak perlu dirujuk, sedangkan jika nilai 11 atau lebih maka
anak tidak perlu dirujuk. Pengisian kuesioner dapat dilakukan oleh
petugas dilapangan, kader, guru atau orang tua anak itu sendiri.
3. Tes Daya Lihat dan Tes Kesehatan Anak Pra Sekolah
Tes ini merupakan alat untuk untuk memeriksa ketajaman daya lihat
serta kelainan mata pada anak berusia 3-6 tahun.
Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan kesehatan
matanya. Yang perlu ditanyakan dan diperiksakan adalah :
1)

Keluhan seperti mata gatal, panas, pengelihatan kabur atau


pusing

2)

Perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu


dekat, atau sering mengedip-kedipkan mata.

3)

Kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan


keluar air.
Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak,
maka anak tersebut perlu dirujuk.

4. Tes Daya Dengar Anak (TDD)


Tanpa pendengaran yang baik, anak tidak dapat belajar berbicara
atau mengikuti pelajaran disekolah dengan baik.
Tes daya dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan
dengan usia anak, yaitu kelompok usia 0-6 bulan, lebih dari 6 bulan,
lebih dari 9 bulan, lebih dari 12 bulan, lebih dari 24 bulan, lebih dari
36 bulan. Setiap pertanyaan perlu dijawab ya atau tidak . apabila
ada jawabanya adalah tidak, berarti pendengaran anak tidak normal,
sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.
F. DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK DAN KELUARGA
Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak-anak tersebut akan
mudah mengalami krisis karena:

Anak

mengalami

stress

akibat

perubahan

baik

terhadap

status

kesehatannya maupun lingkungan dalam kebiasaan sehari-hari.

Anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk


mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan.

1. Stressor hospitalisasi dan reaksi anak


a. Cemas karena perpisahan
Sebagian besar stress yang terjadi pada bayi usia pertengahan
sampai anak periode prasekolah, khususnya anak yang berumur 6
sampai 30 bulan adalah cemas karena perpisahan.
Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3 tahap, yaitu:
o

tahap protes (phase of protest)


tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit,
dan memanggil ibunya atau menggunakan perilaku agresif,
seperti

menendang,

menggigit,

memukul,

mencubit,

mencoba untuk membuat orang tuanya tetap tinggal, dan


menolak

perhatian

orang

lain.

Secara

verbal,

anak

menyerang dengan rasa marah, seperti mengatakan pergi.

Perilaku tersebut dapat berlangsung dari beberapa jam


sampai beberapa hari. Peristiwa tersebut akan berlangsung
sampai sang anak meras kelelahan.
o

Tahap putus asa (Phase of Despair)


Pada tahap ini, anak tampak tegang, tangisnya berkurang,
tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu
makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis,
dan regresi (missal: mengompol atau mengisap jari). Pada
tahap ini, kondisi anak mengkhawatirkan karena untuk
menolak untuk makan, minum, atau bergerak.

Tahap Menolak (Phase of denial)


Pada

tahap

perpisahan,

ini,

secara

mulai

tertarik

samar-samar
dengan

anak

apa

menerima

yang

ada

di

sekitarnya, dan membina hubungan dangkal dengan orang


lain. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini biasanya terjadi
setelah perpisahan yang lama dengan orang tua.
b. Kehilangan Kendali
Balita berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya.
Hal ini terlihat jelas dalam perilaku mereka dalam hal kemampuan
motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan
aktivitas

hidup

sehari-hari

(Activity

of

Daily

Living-ADL),dan

komunikasi. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan


kehilangan kebebasan pandangan egosentris dalam mengembangkan
otonominya. Hal ini akan menimbulkan regresi. Ketergantungan
merupakan karakteristik dari peran sakit. Anak akan bereaksi
terhadap ketergantungan dengan negativities, terutama anak akan
menjadi cepat marah dan agresif. Jika terjadi ketergantungan dalam
waktu yang lama (karena penyakit kronis), maka anak akan
kehilangan otonominya dan pada akhirnya akan menarik diri dari
hubungan interpersonal.
c. Luka pada Tubuh dan Rasa Sakit (Rasa Nyeri)
Konsep tentang citra tubuh(body image), khususnya pengertian
mengenai perlindungan tubuh( body boundaries), sedikit sekali
berkembang

pada

balita.

Berdasarkan

hasil

pengamatan,

bila

dilakukan pemeriksaan telinga, mulut, atau suhu pada anus akan


membuat anak sangat cemas.

Reaksi balita terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi,
namun

jumlah

variable

yang

memengaruhi

responsnya

lebih

kompleks dan bermacam-macam. Anak akan bereaksi terhadap rasa


nyeri dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi,
menggigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau melakukan
tindakan yang agresif seperti menggigit, menendang, memukul, atau
berlari keluar.
Pada

akhir

periode

balita,

anak

biasanya

sudah

mampu

mengkomunikasikan rasa nyeri yang mereka alami dan menunjukkan


lokasi

nyeri.

Namun

demikian,

kemampuan

mereka

dalam

menggambarkan bentuk dan intensitas dari nyeri belum berkembang.


2. Stressor dan reaksi keluarga dengan anak yang dirawat di rumah
sakit
Reaksi Keluarga terhadap Anak yang Sakit dan Dirawat di Rumah Sakit
a. Reaksi Orang Tua
Reaksi orang tua terhadap anaknya yang sakit dan dirawat di rumah
sakit dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain:
1.

tingkat keseriusan penyakit anak

2.

pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat di rumah


sakit

3.

prosedur pengobatan

4.

system pendukung yang tersedia

5.

kekuatan ego individu

6.

kemampuan dalam penggunaan koping

7.

dukungan dari keluarga

8.

kebudayaan dan kepercayaan

9.

komunikasi dalam keluarga

Reaksi orang tua itu antara lain:


1.

Penolakan/ ketidakpercayaan (denial/ disbelief)


Yaitu menolak atau tidak percaya. Hal ini terjadi terutama bila
anak tiba-tiba sakit serius.

2.

Marah atau merasa bersalah atau keduanya


Setelah mengetahui bahwa anaknya sakit, reaksi orang tu
adalah marah dan menyalahkan dirinya sendiri. Mereka
merasa

tidak

merawat

anaknya

dengan

benar,

mereka

mengingat-ingat kembali mengenai hal-hal yang telah mereka


lakukan yang kemungkinan dapat mencegah anaknya agar
tidak jatuh sakit, atau mengingat kembali hal-hal yang
menyebabkan anaknya sakit. Jika dirawat di rumah sakit, otang
tua akan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat
menolong mengurangi rasa sakit yang dialami oleh anaknya.
3.

Ketakutan, cemas, dan frustasi


Ketakutan dan rasa cemas dihubungkan dengan seriusnya
penyakit dan tipe prosedur medis. Frustasi dihubungkan
dengan

kurangnya

informasi

mengenai

prosedur

dan

pengobatan, atau tidak familiar dengan peraturan rumah sakit.


4.

Depresi
Biasanya depresi ini terjadi setelah masa krisis anak berlalu.
Ibu sering mengeluh merasa lelah baik secara fisik maupun
mental. Orang tua mulai merasa khawatir terhadap anak-anak
mereka yang lain, yang dirawat oleh anggota keluarga lainnya,
oleh teman atau tetangga. Hal-hal lain yang membuat orang
tua cemas dan depresi adalah kesehatan anaknya di masamasa

yang

akan

dating,

misalnya

efek

dari

prosedur

pengobatan dan juga biaya pengobatan.


b. Reaksi Saudara Sekandung
Reaksi saudara sekandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di
rumah sakit adalah kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu,
benci, dan merasa bersalah. Orang tua sering kali mencurahkan
perhatian yang lebih besar terhadap anak yang sakit dibandingkan
dengan anak yang sehat. Hal ini akan menimbulkan perasaan
cemburu pada anak yang sehat dan anak merasa ditolak.
c. Penurunan peranan anggota keluarga
Dampak dari perpisahan terhadap peran keluarga adalah kehilangan
peran orang tua, saudara, dan anak cucu. Perhatian orang tua hanya
tertuju pada anak yang sakit. Akibatnya, saudara-saudaranya yang
lain menganggap bahwa hal tersebut adalah tidak adil. Respons
tersebut biasanya tidak disadari dan tidak disengaja. Orang tua
sering menyalahkan perilaku saudara kandung tersebut sebagai
perilaku

anti

social.

Sakit

akan

membuat

anak

kehilangan

kebersamaan mereka dengan anggota keluarga yang lain atau teman


sekelompok.
3. Strategy meminimalkan efek kecemasan dan kehilangan control
serta trauma fisik
a. Mencegah atau meminimalkan dampak dari perpisahan
1.

rooming in
rooming in berarti orang tua dan anak tinggal bersama. Jika
tidak bias sebaiknya orangtua dapat melihat anak setiap saat
untuk mempertahankan kontak/ komunikasi antara anak-orang
tua.

2.

Partisipasi orang tua


Orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak
yang sakit, terutama dalam perawatan yang bias dilakukan.
Perawat dapat memberikan kesempatan pada orang tua untuk
menyiapkan makanan anak atau memandikannya. Dalam hal ini
perawat berperan sebagai pendidik kesehatan (health educator)
bagi keluarga.

3.

Membuat ruang perawatan seperti situasi di rumah dengen


mendekorasi

dinding

memakai

poster/

kartu

bergambar

sehingga anak merasa aman jika berada di ruang tersebut.


b. Meminimalkan perasaan kehilangan kendali
Perasaan kehilangan kendali berasal dari perpisahan, pembatasan
fisik, perubahan-perubahan atas hal-hal yang bersifat rutin, dan
ketergantungan. Hal tersebut di atas tidak dapat dihindarkan.
1.

mengusahakan kebebasan bergerak


pembatasan fisik/imobilisasi pada anak untuk mempertahankan
aliran infuse dapat dicegah jika anak kooperatif. Untuk balita,
kontak

orang

tua-anak

mempunyai

arti

penting

untuk

mengurangi rasa stress akibat pembatasan. Pada tindakan yang


menimbulkan

rasa

nyeri,

orang

tua

dipersiapkan

untuk

membantu, mengamati, atau menunggu di luar ruangan.


2.

mempertahankan kegiatan rutin anak


kehilangan kegiatan rutinitas merupakan stressor bagi anak
balita dan hal ini akan meningkatkan stress akibat perpisahan.
Teknik

untuk

meminimalkan

gangguan

dalam

melakukan

kegiatan sehari-hari adalah dengan /jadwal kegiatan yang

terstruktur (time structuring) yang meliputi semua kegiatan


yang penting bagi anak, seperti prosedur tindakan, waktu
bermain dan nonton TV. Jadwal tersebut dibuat oleh perawat,
orangtua, dan anak secara bersama-sama.
3.

dorongan anak untuk independent


anak pada periode balita mulai belajar mengenal otonomi. Balita
mulai menjadi independent dan sangat menyenangi peran
barunya tersebut.

Untuk

meminimalisasi

hal

tersebut,

anak

sebaiknya

diberikan

kesempatan untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan, misalnya,


anak diberi kesempatan untuk memilih makanan atau mengatur
waktu tidur.
c. Mencegah dan meminimalkan perlukaan tubuh dan rasa sakit
Persiapan anak terhadap prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
adalah

penting

untuk

mengurangi

ketakutan.

Perawat

dapat

menjelaskan apa yang akan dilakukan, siapa yang dapat ditemui oleh
anak jika dia merasa taktut, dan seterusnya.
Memanipulasi prosedur juga dapat mengurangi ketakutan akibat
perlukaan tubuh. Misalnya, jika anak takut diukur temperaturnya
melalui anus, maka hal tersebut dapat dilakukan melalui ketiak.
Untuk mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan dengan dan tanpa
obat, misalnya dengan distraksi.

LAMPIRAN
o

Lama daya tahan ASI yang dimasukkan dalam botol


-

Suhu ruangan 6 jam

Jika disimpan di thermos yang diberi es batu bisa tahan 24


jam.

Freezer yang terpisah dari kulkas dan sering dibuka 3-4


bulan

Freezer terpisah 6 bulan

(asi.blogsome.com/category/memeras-asi
o

Cara menghangatkan ASI


ASI yang disimpan dalam botol dimasukkan ke dalam kom/
baskom yang berisi air panas.

DAFTAR PUSTAKA
Nursalam.Dr.1993.Pediatric care Plans.adisson wes:California
Mija kim.1995.Diagnosis Keperawatan,EGC:Jakarta
Soeparto pitono.1999.Diare akut.FKUI:Jakarta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta.
http://www.depkes.go.id/indonesiasehat.html
http://ilmukeperawatan.wordpress.com/2008/03/26/peran-perawat-nersmenuju-indonesia-sehat-2010/
http://langgocity.blogspot.com/2009/09/tugas-keperawatan-anak-tren-danissue.html
http://baguzvebri.wordpress.com/2009/06/03/filosofi-keperawatan-anak/

http://www.depkes.go.id/indonesiasehat.html
http://langgocity.blogspot.com/2009/09/tugas-keperawatan-anak-tren-danissue.html

Anda mungkin juga menyukai