Anda di halaman 1dari 17

Sesampainya di rumah.

Dokter Sukartono langsung mencari bloc-note


miliknya. Tetapi, ia hanya menemukan sulaman isterinya di atas meja. Karena
bloc-note tersebut tidak ketemu. Ia melempar sulaman isterinya hingga berserakan
di lantai. Dokter Sukartono sangat kesal akan sikap isterinya.
Lalu, Karno pembantunya masuk membawa tas peralatannya. Dokter
Sukartono langsung bertanya pada Karno. Tetapi, Karno hanya diam saja dan
seperti member isyarat kepada dokter mengapa member pertanyaan yang sudah
diketahui jawabannya. Dokter Sukartono hanya bias menahan amarahnya. Ia terus
memikirkan keberadaan bloc-note yang entah ada dimana. Ia juga memikirkan
Tini isterinya yang sudah melalaikan tugasnya sebagai seorang isteri dan peergi
tanpa menunggalkan pesan.
Tiba-tiba isterinya pun pulang. Saat memasuki rumah, Tini langsung
melempar bloc-note tersebut ke hadapan Sukartono. Sukartono terkejut, ia hendak
marah pada isterinya, tapi tetap ia tahan. Sukartono mengambil bloc-note tersebut
dan membacanya. Setelah membaca, ia segera menyuruh Karno untuk Abdul
menyiapkan mobil.
Ternyata isi bloc-note tersebut adalah sebuah alamat seorang pasien.
Alamat tersebut berada di daerah Babakan sebuah hotel bernomor 45 dan dengan
kamar bernomor 3. Pasien tersebut bernama nyonya Eni. Saat sampai di hotel,
dokter Sukartono langsung pergi ke kamar nomor 3 dengan pintunya yang
tertutup. Dokter Sukartono mengetuk pintu tersebut.

Keluarlah nyonya Eni dari balik pintu kamar nomor 3. Dokter Sukartono
segera masuk dan memeriksa keadaan nyonya Eni. Tetapi, saat dokter Sukartono
hendak memeriksa bagian perut nyonya Eni. Tiba-tiba tangan nyonya Eni
membuka kimono yang menutupi badannya. Dengan segera, dokter Sukartono
menutup kimono tersebut dan berkata bahwa tidak perlu dibuka. Saat memeriksa,
dokter Sukartono selalu melihat ke muka nyonya Eni. Dokter Sukartono merasa
seperti sudah pernah bertemu dengan nyonya Eni.
Saat memeriksa tadi, Sukartono tidak menemukan penyakit apapun pada
nyonya Eni. Ia berpikir mungkin nyonya Eni hanya mengalami stress. Jadi,
Sukartono hanya member nyonya Eni broom. Setelah member resep obat, dokter
Sukartono pergi dengan member kata-kata yang manis. Itulah yang gurunya selalu
bilang jika selesai memeriksa pasien.
Sewaktu sekolah di Geneeskundige Hooge School di Betawi. Sukartono
dianggap tidak bias menyelesaikan sekolah oleh teman-temannya. Karena
Sukartono sangat menyukai seni. Omongan kawan-kawannya tidak pernah ia
ambil hati. Sukartono bahkan semakin giat belajar sejak dikirimi surat oleh
saudaranya.
Sukartono pun bisa melewati ujian sekolahnya dengan lancar. Setelah
lulus, ia langsung membuka praktek. Ia terbilang sukses untuk menjadi dokter. Ia
menjadi dokter yang sangat dermawan. Setelah menjadi dokter pun jiwa seninya
tidak menghilang.bisa dilihat dari ruangan prakteknya yang dihiasi oleh jiwa
seninya.

Saat dokter Sukartono sedang bersantai di rumah sambil mendengarkan


radio. Ia memikirkan sikap Tini yang selalu marah-marah terhadap Karno dan
melalaikan tugasnya yang hanya menuliskan bloc-note untuk dirinya. Karena
bloc-note yang ia pikirkan tadi. Ia langsung teringat kalau ia telah berjanji untuk
dating kembali ke tempat nyonya Eni. Berangkatlah Sukartono sendiri tanpa
Abdul supirnya. Ia berangkat dengan mengendarai mobil.
Nyonya Eni menunggu kedatangan dokter Sukartono. Ia terlihat sangat
gelisah. Tiba-tiba dokter Sukartono datang. Nyonya Eni hanya bisa tertegun.
Tidak disangka dokter Sukartono dating. Mereka masih memikirkan kejadian
mengenai nyonya Eni dengan kimononya. Lalu nyonya Eni berkata bahwa ia
selalu meminum obatnya.
Sambil mengobrol, dokter Sukartono hendak menyalakan rokoknya. Lalu,
dengan cepat nyonya Eni mendekatkan mukanya dan menyalakan rokok dokter
Sukartono. Mereka mengobrol seperti sudah lama kenal. Dokter Sukartono pun
tidak tahu mengapa ia bias langsung membuka perasaannya pada nyonya Eni.
Walaupun baru dua kali bertemu, mereka memutuskan untuk pergi bersama ke
Priok.
Selama perjalanan, mereka berbincang-bincang sambil mengagumi
keindahan jalan. Dokter Sukartono pun hingga lupa bahwa mereka hanyalah
seorang dokter dengan pasiennya. Sampailah mereka di Priok. Mereka
memandangi pantai beberapa saat sambil mengobrol. Setelah itu mereka kembali
pulang. Dokter Sukartono mengantar nyonya Eni terlebih dahulu sampai rumah.

Dokter Sukartono merasa sangat senang. Belum pernah ia sesenang itu akhir-akhir
ini.
Keesokan harinya, Sukartono ingin datang kembali ke rumah nyonya Eni.
Saat itu, Tini sedang pergi dan tidak ingin dijemput. Akhirnya Sukartono pergi ke
rumah nyonya Eni. Sesampainya disana, ia diberi tahu bahwa nyonya Eni sudah
pindah dan meninggalkan sebuah surat yang berisi alamat baru nyonya Eni.
Dokter Sukartono tersenyum dan mulai jatuh cinta pada nyonya Eni.
Malam harinya, dokter Sukartono sengaja datang ke rumah nyonya Eni. Ia
datang bukan karena ada pasien di dekat rumah nyonya Eni. Ternyata nyonya Eni
sudah menunggu kedatangan dokter Sukartono. Mereka pun masuk ke rumah
nyonya Eni. Saat di dalam, nyonya Eni memberi rokok kesukaan dokter
Sukartono dan menyalakan api untuknya. Nyonya Eni juga menggantungkan baju
dan memberi sandal untuk Sukartono. Dokter Sukartono merasa bahagia. Karena
ia merasa telah diperhatikan oleh seorang perempuan.
Setelah menggantungkan baju dan memberikan sandal untuk Sukartono.
Nyonya Eni meletakkan kepalanya di lutut Sukartono. Lalu, Sukartono memegang
kepala nyonya Eni dan merasa pernah bertemu sebelumnya. Tetapi, mereka baru
bertemu satu kali. Walaupun baru bertemu, hati mereka sudah saling jatuh cinta.
Sukartono juga memberikan nama kepada nyonya Eni. Ia memberikan nama Yah
padanya. Tiba-tiba nyonya Eni terkejut, namun ia memperbolehkan Sukartono
memakai nama itu untuk dirinya.

Sukartono pun pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Sukartono


melihat istrinya sedang membaca di ruang tengah. Saat ditanya Kartono, Tini
hanya diam saja. Tini merasa ditelantarkan oleh Sukartono. Karena sukartono
selalu memikirkan pasien saja. Mereka sudah mulai tidak akur hingga malam itu
mereka tidur di tempat yang berbeda.
Sejak saat itu, Sukartono jadi sering datang ke rumah Yah. Ia merasa
tenang saat berada di rumah Yah dibandingkan di rumahnya sendiri. Mereka
bertingkah laku sudah seperti suami istri di rumah. Sukartono selalu bercerita apa
saja pada Yah. Kini rumah Yah sudah seperti rumahnya sendiri.
Saat itu di rumah Sukartono, sedang berkumpul panitia komite bazar.
Disana sudah ada nyonya Sutatmo, nyonya Padma, puteri Aminah, nyonya
Rusdio, dan tentunya Tini. Saat itu pula, Sukartono masuk dengan tergesa-gesa.
Akhirnya Sukartono ikut mengobrol bersama mereka. Ternyata, mereka sedang
membicarakan Sukartono yang ditunjuk sebagai juri kontes anak pada acara bazar
nanti. Saat mengobrol tadi, Aminah selalu menyindir Sukartono dan Tini yang
sedari tadi terlihat aneh. Karena hal itulah Sukartono merasa takut jika Aminah
mengetahui hubungan Yah dengan dirinya.
Setelah pembicaraan mereka selesai. Sukartono pergi ke rumah Yah lagi.
Disana, Sukartono menceritakan semua yang baru terjadi di rumahnya tadi. Saat
Sukartono bercerita, Yah selalu menaggapinya seperti seorang istri. Lalu
pembicaraan mereka berubah menjadi pembicaraan masa lalu Yah. Yah memang
dulu mempunyai masa lalu yang sangat pahit. Tapi Sukartono sudah sangat jatuh

cinta pada Yah. Sukartono menerima Yah apa adanya. Ia tidak mau mebawa masa
lalu lagi.
Tetapi, Yah sudah tidak tahan lagi. Sukartono masih belum juga mengingat
dia. Yah menangis sangat sedih. Akhirnya yah mengaku kalau dirinya adlah
Rohayah. Rohayah teman waktu kecil Sukartono dahulu. Rohayah menceritakan
semua masa lalunya. Ia bercerita bahwa dulu ia dipaksa menikah dan dibawa ke
Palembang. Kemudian ia melarikan diri ke Betawi dan bekerja sebagai wanita
penggoda dari satu kamar hotel ke kamar hotel lainnya. Tetapi, hati Sukartono
sudah bulat. Ia tidak akan melihat masa lalu Yah. Ia akan tetap bersama dengan
Yah.
Setelah pembicaraan komite bazar sudah selesai. Disaat semua anggotanya
pulang, termasuk Sukartono yang pergi ke rumah Yah lagi. Hanya nyonya Rusdio
yang tidak ikut pulang. Nyonya Rusdio memperhatikan sikap Tini dan Sukartono
yang terlihat sedang tidak baik. Nyonya Rusdio menasehati atini agar tidak
bersikap seperti itu. Ia menasehati Tini agar bersikap seperti istri yang seharusnya.
Tetapi Tini tidak terima nasehat nyonya Rusdio.
Setelah nyonya Rusdio pulang. Tini berbaring di sofa dengan membawa
buku dan dengan muka yang sedih. Ia membayangkan masa mudanya yang bebas.
Sebenarnya ia ingin menjadi sosok istri yang Sukartono inginkan. Tapi Tini masih
terlalu gengsi. Lau terdengar suara mobil dari luar rumah. Tini segera mengambil
bukunya kembali dan berpura-pura membacanya. Sukartono pun masuk. Saat
melihat Tini yang sedang membaca di sofa, ia ingin sekali keadaannya kembali

seperti dulu. Saat sedang mengenang masa lalu. Ia teringat saatnya mendengarkan
radio. Sukartono segera pergi ke ruangannya dan langsung menyalakan radio.
Diputar knop radio hingga 190. Ia mendengarkan lagu kroncong yang
dinyanyikan oleh Siti Hayati. Ia sangat menyukai suara Siti Hayati.
Setelah medengarkan radio. Sukartono memberanikan diri untuk memulai
pembicaraan dengan Tini. Tetapi saat memulai pembicaraan, mereka hanya
bertengkar. Mereka sudah tidak bisa seperti dulu lagi. Akhirnya pertengkaran
mereka berakhir malam itu. Sukartono masuk ke ruangannya. Sedangkan Tini
hanya terdiam di ruang tengah dengan perasaan yang sangat ungin menangis.
Sejak pertengkaran semalam, tidak pernah lagi terjadi pertengkaran di
rumah. Bukan karena Sukartono dan Tini telah berbaikan. Tapi karena mereka
sudah melakukan kegiatannya masing-masing tanpa saling menyapa. Walaupum
begitu, Tini secara diam-diam selalu memperhatikan sikap Tono. Begitu pun
sebaliknya, Tono juga selalu memperhatikan Tini secara diam-diam. Sebenarnya
mereka berdua masih berharap untuk berbaikan. Tapi, tidak ada yang memulainya
pertama.
Tini ingin pergi ke pertemuan komite bazar. Ia berharap Sukartono
menanyakan dia ingin pergi kemana. Tetapi, Sukartono hanya membaca buku dan
memperhatikan saja. Sesampainya Tini di tempat pertemuan, ada beberapa yang
berbicara mengenai dirinya dengan Sukartono. Walaupun begitu, Tini tidak
memperlihatkan perasaan yang sebenarnya ia rasakan. Tini malah terlihat sangat
riang gembira dan makin rajin bekerja untuk bazar nanti. Tini juga mengajukan

dirinya untuk bermain piano saat bazar nanti. Awalnya usulan dari Tini tidak
diterima oleh Tini dan beberapa orang lainnya. Tapi seperti biasa, usulan Tini
akhirnya diterima.
Sedangkan di rumah, Sukartono merasa tidak berdaya. Ia merasa ada yang
ia belum ketahui tentang Tini. Ia tidak bisa menemukan jawabannya. Ditambah
dengan pasiennya yang baru meninggal. Ingin sekali ia pergi menemui Yah untuk
mencurahkan seluruh masalahnya. Karena jika bersama Yah, hatinya bisa terbuka.
Berangkatlah Sukartono dengan menyetir mobil dan ia membawanya dengan
kecepatan tinggi ke rumah Yah.
Saat di rumah Yah. Sukartono menceritakn bahwa Mar pasiennya telah
meninggal. Mar itu pasiennya yang masih kecil. Seminggu yang lalu Mar sudah
mulai riang. Tetapi sekarang ia sudah meninggal. Sukartono merasa harapannya
hilang. Untuk menenangkan hati Tono. Yah menyetelkan gramofoon miliknya.
Tono langsung mengenali suara yang keluar dari gramofoon tersebut. Iaa berkata
bahwa sura tersebut adalah suara Siti Hayati. Namun setelah Tono amati. Ternyata
suara Siti Hayati dengan Yah sangat mirip. Tapi Yah menyangkal ucapan
Sukartono. Yah berkata bahwa itu bukan suaranya. Tono percaya pada omongan
Yah.
Saat Sukartono sedang berada di rumah Yah. Acara bazar sedang
berlangsung. Sukartono lupa akan acara itu. Banyak orang yang bingung mengapa
ia bisa lupa. Sedangkan istrinya sedang berada di bazar itu. Jika tidak ditelepon
oleh nyonya Sumarjo, mungkin Sukartono tidak akan mengingat acara bazar ini.

Di acara bazar tersebut, Sukartono menjadi juri kontes anak sehat. Sukartono
harus menilai dua puluh anak serta ibunya. Acara kontes itu selesai pukul delapan
malam dan akan dilanjutkan ke acara bazar sesungguhnya.
Tini bertugas untuk menghias tempat dan menerima tamu-tamu yang
datang. Ia sangat handal dlam hal itu. Banyak orang yang bilang bahwa Tini dan
Tono adalah pasangan yang serasi. Tono melihat Tini dengansenyum palsu yang ia
lontarkan pada tamu-tamu yang datang. Sesekali, muka Tini berubah menjadi
sedi. Tapi sesaat kemudian ia riang kembali.
Waktu Tini tampil untuk memainkan piano datang juga. Ia akan tampil
bersama Abdul Kahar yang akan memainkan biola. Mereka akan memainkan
salah satu lagu dari Beethoven. Ada beberapa orang yang mengomentari Tini. Dari
yang tidak cinta budaya sendiri, tidak pantas tampil dan masih banyak lagi. Tapi
seperti biasa, Tini tidak peduli omongan orang lain. Ia hanya ingin mengalahkan
Aminah saja. Karena Aminah sangat tidak suka dengan dirinya.
Tono mendengarkan permainan piano Tini sambil menutup matanya. Ia
mengenang masa lalunya yang bahagia bersama Tini dulu. Tetapi, Tono tidak
mengikuti acara bazar hingga selesai. Sukartono harus pergi karena dia ditelepon
bahwa ada pasien yang menunggunya. Agar tidak terlihat bahwa mereka sedang
dalam keadaan tidak baik. Sukartono pun menunggu hingga Tini selesai bermain.
Sukartono berpamitan pada nyonya Rusdio. Setelah Tini selesai tampil, Tono
mengahampiri Tini dan hanya berkata aku pergi.

Saat di rumah, Tini sangat merasa lelah. Ia langsung berbaring di sofa.


Walaupun merasa lelah, ia sangat senang melakuakan kegiatan seperti itu. Tini
merasa jengkel karena tadi ia masih mengharapkan Tono datang.hingga ia telah
menolak ajakan Abdul Kahar untuk pulang bersama. Tapi Tono memang tidak
datang kembali.akhirnya ia pulang bersama nynya Rusdio.
Sepulangnya, Tono melihat Tini yang sedang berbaring di sofa. Ia kira Tini
hanya sedang berbaring saja, ternyata Tini sedang tidur. Ia memperhatikan Tini
yang pipinya basah dan bantalnya pun basah. Ia mengira Tini habis menangis.
Hati tono bimbang. Apakah harus seperti ini. Ia harus putus hubungan dengan Tini
dan diam-diam berhubungan dengan Yah.
Lalu Tono masuk ke ruangannya. Ia mengambil biola dan memainkannya
lagi. Saat dimainkan, salah satu talinya terputus. Ia terkenang masa lalu sebelum
menjadi dokter. Tidak ada yang menghalanginya bermain biola. Sekarang
semuanya menjadi tidak terpelihara.
Setelah mengenang masa laluya. Ia pun pergi mengendarai mobilnya ke
rumah Yah. Disana Yah menunggu Tono datang. Saat Tono datang, Yah langsung
memeluk Tono. Tono menceritakan semua isi hatinya. Yah mendengarkannya
baik-baik. Malam itu Tono tidak pulang ke rumah. Ia merasa senang di rumah
Yah. Ia selalu memikirkan Yah. Rupanya Tini juga senang hidup berpisah. Ia
sangat giat bekerja di rumah piatu. Ia juga akan diutus ke Kongres Perempuan
Seumumnya do Solo.

10

Sepeninggalan Tini ke Solo. Tono selalu bermalam di rumah Yah. Yah


sangat senang, karena Tono dalam seinggu akan bermalam di rumahnya. Yah
merasa sepi jika Tono meninggalkannya. Sekarang bagi Yah sudah tidak ada
halangan lagi bagi Tono untuk datang.
Saar Tono di rumah Yah. Yah menyanyikan sebuah lagu untuknya. Saat
mendengarkannya, Tono merasa mendegarkan suara Siti Hayati. Tetapi Yah selalu
menyangkalnya. Lalu Tini bercerita bahwa ia diminta Komite Pasar Gambir untuk
menadi juri pada Kroncong Concours nanti. Yah terkejut mendengar hal itu. Yah
cemburu kalau nanti Tono suka dengan Siti Hayati setelah melihatnya. Ia takut
Tono kecewa saat melihat Siti Hayati nanti. Tono langsung berkata untuk
menolaknya. Tetapi Yah melarangnya dan menyuruh Tono untuk menerimanya.
Saat di rumah, Tono merasa sangat sepi. Tidak ada suara langkah Tini.
Tidak ada suara Tini yang selalu marah pada pembantunya. Karena itu, Tono
dengan senang mengambil tawaran Mardani untuk menginap di rumahnya. Tono
juga mendapat kabar kalau Hartono akan datang. Hartono adalah kawan lama
mereka di Malang. Tono dan Mardani pergi ke Betawi untuk bersekolah di
sekolah doter tinggi. Sedangkan Hartono pergi ke Bandung untuk menjadi
ingenieur.
Saat di Malang mereka selalu bertiga. Hingga mereka disebut orang
triumviraat. Hartono sangatlah pintar dan Sukartono berada di urutan kedua.
Sedangkan Mardani, asal naik kelas dan bisa melewati ujian saja itu sudah bagus.

11

Pada masa pergerakkan PNI di seluruh pulau Jawa. Hartono mengikuti


kegiatan partai di Bandung. Ia sangat pandai berppidato. Karena dia sibuk dengan
kegiatan partainya. Ia hingga meninggalkan kuliahnya. Ia dimarahi oleh
ayahnnya. Ia disuruh memilih untuk belajar atau mengikuti kegiatan partai.
Ia lebih memilih mengikuti kegiatan partai. Bersama tiga orang temannya,
mereka mendirikan sebuah sekolah. Hingga akhirnya ia dilarang pemerintah untuk
mengajar. Teman-temannya pun juga pergi meninggalkan Bandung. Ia hidup dlam
kekurangan selam dua bulan. Akhirnya ia meminta bantuan pada Pamannya di
Semarang. Ia juga hidup di Semarang.
Sukartono membaca kembali surat Hartono yang dahulu Hartono kirim.
Sukartono tidak tahu mengapa ia menyimpan surat tersebut. Dibaca dengan
seksama isi surat tersebut.
Hartono, Sukartono, dan Mardani, mereka berkumpul di ruang tengah.
Mereka berbincang-bincang. Mereka memang sudah lama tidak berkumpul seperti
ini. Sukartono berkata kalau kita ada niat dan usaha, kita pasti bisa melepaskan
belenggu itu. Mardani bertepuk tangan setelah mendengarkan perkataan
Sukartono. Sedangkan Hartono hanya terdiam.
Saat sendiri, Tono teringat percakapan tadi. Ia dulu berangan-angan ntuk
menjalin kasih dengan Tini. Mimpi itu terwujud. Mereka akhirnya menikah. Tapi
mimpi itu telah berakhir. Ia dan Tini sudah tidak menjadi suami dan istri lagi. Ia
sudah mempunyai mimpi baru bersama Yah.

12

Ketika Sukartono hendak ke rumah Yah. Hartono bertanya dimana istrinya


Tono. Tono berkata bahwa istrinya sedang berada di Solo. Hartono ingin sekali
bertemu dengan istri Tono. Saat Sukartono bilang bahwa istrinya dulu tinggal di
Bandung. Hartono terkejut, apalagi setelah mendengar nama Sumartini. Dahulu
saat di Bandung, Tini mempunyai nama panggilan yaitu Pop. Hartono segera
berpamitan pulang. Sukartono bingung mengapa Hartono langsung pergi lagi,
sedangkan mereka baru bertemu.
Beberapa hari kemudian, Hartono menunggu di ruang tengah rumah
Sukartono. Ia menunggu sangat lama. Lalu terdengar suara mobil dari luar rumah.
Masuklah Tini. Saat ia masuk ke ruang tengah, ia terkejut dan merasa ingin jatuh
saat melihat Hartono. Hartono juga terkejut setelah melihat Tini. Tini menganggap
Hartono telah meninggal. Tini juga tidak mengetahui kalau Hartono berteman
denga Sukartono dahulu di Malang. Tini menangis mengapa ia dipertemukan oleh
Hartono lagi. Hartono dan Tini dahulu mempunyai hubungan yang sangat dekat.
Tini juga bercerita pada Tono mengenai hal itu. Tetapi ia mengganti nama
Hartono. Lalu Tini juga bercerita pada Hartono kalau Sukartono sudah memiliki
istri lain. Hartono terkejut mendengar hal itu. Tini sudah tahu kalau Sukartono
selalu pergi ke rumah Yah. Hartono ingin sekali bisa menghibur Tini. Tapi ia tidak
bisa. Mereka berdua hanya bisa saling menyemangati diri mereka sendir untuk
berani menjalankan hidup baru. Hartono pun pergi.
Tono tidak mengetahui hal yang terjadi antara Tini dan Hartono di
rumahnya. Ia telah berangkat ke Gedung Pasar Gambir untuk menjadi juru kontes

13

kroncong. Ia akan mendengarkan sepuluh perkumpulan kroncong. Ia menunggu


pertunjukan dari Kembang Mekar karena penyanyinya adalah Siti Hayati.
Tono tadi mengajak Yah untuk datang. Tapi Yah tidak mau, Yah takut nanti
hanya mempermalukan Sukartono saja. Sudah enam perkumpulan tampil. Kini
saatnya perkumpulan Kembang Mekar tampil. Semua orang berteriak nama
Hayati. Saat mereka naik ke panggung, Tono seperti melihat bahwa yang naik ke
panggung adalah Yah. Lagu dimulai, Tono mendengarkannya. Ia menyadarinya
bahwa Siti Hayati adalah Yah. Ia jadi bimbang untuk memberi nilai. Sukartono
telah merasa dibohongi. Waktu mengaku sebagai nyonya Eni dia percaya. Saat
mengaku sebagai Siti Rohayah ia juga percaya, dan sekarang Siti Hayati.
Setelah Siti Hayati selesai bernyanyi. Sukartono sudah tidak tertarik lagi
pada tiga perkumpulan yang tersisa. Ia sudah kehilangan kepercayaannya. Siti
Hayati naik lagi ke panggung karena menang. Tapi Sukartono langsung meminta
izin untuk pulang pada juri lain dengan alasan masih ada pasien yang
menunggunya.
Sukartono sebenarnya tidak mempunyai tujuan hendak kemana. Ia hanya
berputar-putar saja dengan mobilnya. Lalu ia meminta pada Abdul untuk
bergantian. Tono mengendarai mobilnya menuju rumah Yah. Disana terlihat Yah
dengan matanya yang merah ingin menangis. Sukartono mengeluarkan semua rasa
kecewanya pada Yah. Tono sudah tidak percaya lagi pada Yah. Tapi sebenarnya
Yah tidak ingin berbohong pada Tono. Yah memang benar saying pada Tono.

14

Abdul

sedang

tidur

nyenyak

di

belakang.

Tono

sengaja

tiak

membangunkannya. Sambil menyetir mobil, Tono memikirkan Yah yang telah


membohonginya. Ia berpikir apa maksud Yah membohonginya. Yah tidak
mungkin dengan sengaja berbohong padaku.
Tono menemui pamannya Tini. Paman Mangunsucipto adalah anggota dari
Budi Utomo. Tono sangat mengagumi beliau. Tono menceritakan masalahnya
pada paman Mangunsucipto. Pamannya Tini datang dari Solo untuk
memperdamaikan mereka berdua. Tono yang tadinya mengatakan sudah tidak bisa
berdamai dengan Tini. Akhirnya ia bilang akan bersabar untuk berbaikan,
Tini masih beluum terima jika Tono mempunyai hubungan dengan
perempuan lain. Tini sebenarnya cemburu. Ia penasaran bagaimana rupa dari
perempuan itu. Tini mendengar bahwa dokter Sukartono sering pergi ke Taman
Sari.
Tini tahu pasti Abdul mengetahuinya dan menceritakannya pada Minah
pembantunya. Akhirnya Tini tahu dari Aminah bahwa Tono selalu ke rumah Siti
Hayati si penyanyi keroncong di Taman Sari.
Tini langsung datang ke rumah Yah. Yah tidak tahu siapa yang datang. Saat
meihat Yah, Tini berkata dalam hati inilah rupanya perrempuan yang disukai
Tono. Lalu Tini berkata pada Yah bahwa ia adalah istri dari dokter Sukartono.
Yah terkejut, namun ia langsung tersenyum karena bisa berkenalan dengan Tini.
Tini mengolok-olok Yah dengan kata-kata kasar seperti sedang mengobrol dengan

15

orang rendahan. Yah tahu kalau ia memang salah. Yah menerima semua hinaan
dari Tini.
Dengan sikap Yah yang seperti itu. Tini mulai meneteskan air mata. Yah
memberi tahu kalau cinta Tini kepada Tono kurang besar. Yah juga menasehati
Tini untuk menuruti kemauan Tono. Yah menyuruh Tini untuk mengubah
sikapnya dan menjadi istri sejati.
Sikap Tini sudah mulai tenang. Lalu Tini berkata akan memberikan Tono
pada Yah. Yah tidak mau seperti ini. Yah ingin Tini dan Tini berbaiakn. Tapi
keputusan Tini sudah bulat. Akhirnya mereka berjanji dan berjabat tangan.
Sekarang Tini sudah mersa tenang. Belenggu yang mengikat semangatnya selama
ini sudah terlepas.
Sesampainya di rumah, Tini langsung berkemas sambil menunggu Tono
pulang. Tono pun pulang, tini mengatakan keputusannya yang sudah bulat. Tini
akan pergi ke Surabaya besok. Tono terkejut mendengar keputusan Tini yang tibatiba itu. Tono hendak mencegah Tini untuk pergi. Akhirnya Tini menunggu surat
balasan dari Surabaya dahulu sebelum dia berangkat.
Malamnya Tono pergi menemui Yah. Ia menceritakan keputusan Tini, dan
tentang dia yang mencegah Tini untuk pergi. Yah menyadari bahwa Tono masih
mencintai istrinya. Ia merasa bersalah karena dia telah menghancurkan hubungan
mereka.
Dalam tiga hari kemudian, Tini dan Tono saling bertegur sapa. Seperti
tidak pernah terjadi pertengkaran. Tono juga sudah tidak terlihat lesu lagi. Tini
16

juga meminta pertemuan diadakan di rumah nyonya Sumarjo. Tini hendak


berpamitan pergi ke Surabaya. Banyak orang yang bertanya-tanya mengapa istri
dokter Sukartono pergi disaat mereka sudah seperti dulu lagi.
Tini berangkat menggunakan kereta api. Ia berpesan pada nyonya Rusdio
kalau Tono ia serahkan pada nyonya Rusdio, untuk menjaga nyonya Rusdio.
Kereta mulai bergerak. Tini melambaikan tangannya. Tono juga melambaikan
tangannya pada Tini. Saat kereta mulai jauh. Tini menangis di dalam kereta.
Tono merasa sangat sedih. Ia ingin sekali ke rumah Yah agar dapat
mencurahkan kesedihannya. Tapi Yah berkata ia harus datang sehari setelah Tini
berangkat. Tono tidak tahu mengapa Yah berkata seperti itu. Sukartono berpikir
bahwa semuanya hanya melintas saja. Tini harus pergi. Hartono yang baru ia
temui juga pergi lagi, paman Mangunsucipto yang memberi nasehat langsung
pergi juga.
Keesokan harinya Tono datang ke rumah Yah. Tapi barang-barang Yah
sedang diangkut ke luar. Ia bertanya pada pembantunya. Ternyata Yah sudah
pergi. Yah meninggalkan Tono. Perasaan Tono kini menjadi tambah sedih lagi.
Walaupun Yah pergi. Ia selalu memperhatiakn Tono dari kejauhan seperti
lewat radio. Sedangkan Tono, ia sudah kehilangan Tini juga kehilangan Yah. Ia
harus melanjutkan hidupnya sebagai dokter tanpa mereka.

17

Anda mungkin juga menyukai