Anda di halaman 1dari 8

PENGENDALIAN BISING PADA RUANG KANTOR

TERBUKA

MAKALAH

Oleh :
Anisah
13312021

PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah ruangan kantor memiliki banyak aktivitas yang dijalankan di dalamnya.
Percakapan melalui telepon, interaksi sosial antara karyawan, dan pertemuan tatap muka
adalah contoh-contoh aktivitas yang dijalankan. Saat ini banyak diterapkan model ruang
kantor terbuka dimana sebuah ruangan besar digunakan secara bersamaan oleh banyak
karyawan sehingga sebagian besar aktivitas kantor dilakukan di ruangan tersebut.
Desain ruang kantor terbuka memungkinkan seorang atasan dan bawahan berada dalam
satu ruangan yang sama dan juga antara satu bidang kerja perusahaan dengan bidang
yang lain berada berdekatan.
Penerapan desain ini meningkatkan kemudahan pertukaran informasi dan interaksi
antara karyawan sehingga tatap muka informal akan lebih sering terjadi daripada model
ruang kantor yang tertutup. Dengan meningkatnya interaksi ini, diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas kerja dari para karyawan sehingga menaikkan keuntungan
perusahaan.

Gambar 1. Contoh Ruang Kantor Terbuka


(Sumber : www.bloomberg.com)
Konsep ruang kantor terbuka seperti pada Gambar 1 memang dapat meningkatkan
produktivitas kerja, tapi berpotensi pula menimbulkan masalah. Interaksi yang tinggi dan
ruang kerja yang tidak dibatasi satu sama lain menimbulkan banyak distraksi, terutama
distraksi berupa bising suara. Adanya distraksi ini menyebabkan sulitnya karyawan
berkonsentrasi dan sulit mendapatkan privasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Maka,
bising harus diminimalisasi dengan melakukan pengendalian bising dan desain akustik
yang baik agar konsentrasi dan privasi bisa didapatkan dan karyawan merasa nyaman
ketika bekerja.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, masalah yang akan
dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa saja parameter yang digunakan untuk menentukan bising pada ruang kantor
terbuka?
2. Bagaimana suatu ruang kantor terbuka dinyatakan memiliki kondisi akustik yang
tidak baik?
3. Bagaimana langkah-langkah mengendalikan bising yang timbul di ruang kantor
terbuka?
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan dari ditulisnya makalah ini adalah untuk menentukan ukuran bising dan
kondisi akustik yang sesuai dengan kebutuhan pada suatu ruang kantor terbuka dan
langkah-langkah pengendalian bising untuk meminimalisasi distraksi yang timbul pada
ruang kantor terbuka.

BAB 2
PENGENDALIAN BISING PADA RUANG KANTOR TERBUKA
2.1 Bising pada Ruang Kantor Terbuka
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bell Telephone Laboratories pada tahun
1978, tipe bising yang biasa terjadi di sebuah ruang kantor terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu bising dari manusia, mesin, dan sumber luar ruang. Bising dari manusia berupa
suara dan percakapan yang terjadi antarkaryawan berpotensi mengganggu karyawan
lainnya dan kontribusi dari bising manusia ini sebesar 45%. Sedangkan bising dari mesin
terdiri dari mesin pengondisian udara (seperti AC, kipas angin), pipa AC atau air, dan
peralatan kantor (seperti komputer, printer, dan mesin fotokopi). Besar kontribusi bising
mesin adalah sebesar 25%. Dan 35% terakhir berasal dari bising sumber luar, berupa
bising lalu lintas dan aktivitas di luar ruangan.
Sebagian besar distraksi yang dialami penghuni ruanga kantor terbuka berasal dari
percakapan manusia. Dengan desain ruang kantor yang terbuka dengan sekat rendah
ataupun tanpa sekat, sesama karyawan akan sangat mudah melakukan interaksi dan
komunikasi secara langsung. Komunikasi ini dilakukan dengan tingkat kejelasan ucapan
yang cukup sehingga bisa terdengar ke karyawan lain yang tidak terlibat dalam
percakapan tersebut. Percakapan yang tidak diinginkan inilah yang disebut sebagai
bising.
2.2 Parameter Akustik pada Ruang Kantor Terbuka
ISO 3382-3:2012 Acoustics Measurement of room acoustic parameters Part 3 :
Open-plan Office menjelaskan tentang metode pengukuran parameter akustik pada
suatu ruang, khususnya ruang kantor terbuka. Berdasarkan standar ini, parameter
akustik yang diukur pada ruang kantor terbuka terdiri dari :
1. Spatial decay rate (DL) adalah laju pengurangan tingkat tekanan suara setiap
penggandaan jarak pengukuran. DL juga merupakan indikator yang
menunjukkan efektivitas absoprsi material dan partisi penyusun ruangan tersebut.
2. Distraction distance (rD) adalah jarak dari sumber suara dimana STI (Speech
Transmission Index atau indeks transmisi suara) berkurang menjadi di bawah 0,5.
Di luar jarak tersebut, seseorang akan terhindar dari distraksi sehingga
konsentrasi dan privasi akan meningkat drastis.
3. A-weighted SPL of speech in 4 meters (Lp) adalah tingkat tekanan suara berupa
percakapan terhadap jarak 4 meter dari sumber suara.
Speech Transmission Index adalah ukuran kejelasan ucapan yang diterima oleh
pendengar dari sumber suara. Parameter ini merepresentasikan kualitas ketersampaian
ucapan yang ditangkap dengan jelas oleh pendengar.
Ketiga parameter tersebut diukur agar dapat menghasilkan penilaian yang objektif
dari kondisi akustik pada ruangan kantor terbuka. Adapun standar parameter akustik
yang harus dicapai oleh suatu ruangan kantor terbuka tercantum di Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Akustik Ruang Kantor Terbuka menurut ISO 3382-3:2012


Parameter Akustik Ruangan
Kondisi
Akustik

Spatial Decay
Rate

A-weighted SPL of Speech at


4 Meters

Distraction
Distance

7 dB

48 dB

5m

Kurang
< 5 dB
Sumber : Utami S.S., 2014

> 50 dB

> 10 m

Bagus

Suatu ruang memiliki kondisi akustik yang baik jika spatial decay rate bernilai lebih
dari 7 dB sehingga semakin kecil resiko terganggunya seseorang dari bising suara yang
timbul di sekitarnya. Selain itu, SPL dengan pembebanan A pada jarak 4 meter dari
sumber suara sebaiknya sekecil mungkin dengan nilai standar kurang dari 48 dB. Dan
jarak distraksi yang baik pada suatu ruangan adalah kurang dari 5 meter. Semakin kecil
jarak distraksi, semakin sedikit area yang akan terganggu oleh bising suara sehingga
konsentrasi meningkat.

2.3 Pengendalian bising pada ruang kantor terbuka


Berdasarkan sebuah penelitian, pengendalian bising dan performansi akustik pada
ruang kantor terbuka dipengaruhi oleh absorpsi, tinggi partisi antara ruang kerja, dan
sound masking (Rindel, 2012). Absorpsi ditingkatkan untuk mengendalikan bising yang
berasal dari dalam ruangan seperti bising dari manusia dan mesin. Sedangkan
penambahan partisi sebagai bentuk insulasi suara dipakai untuk mencegah bising dari
luar ruangan. Sound masking berfungsi mengurangi bising dari percakapan sekitar yang
tidak diinginkan.
2.3.1 Penambahan Bahan Absorpsi pada Ruangan
Dari hasil pengukuran dan simulasi, didapatkan pengaruh absorpsi terhadap
parameter akustik ruangan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Simulasi
dilakukan terhadap 3 tipe kantor, kantor 1 sebagai acuan, kantor 2 dibuat sangat
reflektif dengan plafon terbuat dari bahan konkrit, sedangkan kantor 3 dipasangi
bahan absorpsi pada plafon ditambah dengan partisi setinggi 1,2 m di sekitar ruang
kerja.
Tabel 2. Hasil simulasi ketiga tipe ruang kantor terbuka

Sumber : Rindel J.H., 2012

Tabel 2 menunjukkan bahwa penambahan bahan absorpsi pada ruang kantor


mempengaruhi performansi akustik. Kantor 3 yang dipasang absorber pada plafon
menunjukkan berkurangnya nilai jarak distraksi dan SPL pada jarak 4 meter juga
bertambahnya spatial decay rate dibandingkan dengan kantor 1 dan kantor 2.
Kantor 3 sudah memiliki kondisi akustik yang baik meskipun belum memenuhi
standar ISO 3382-3:2012.
2.3.2 Penambahan Ketinggian Partisi Ruangan
Simulasi selanjutnya, dilakukan pada kantor 3 yang sudah memiliki kondisi
akustik yang baik dimodifikasi ketinggian partisinya dan dilihat pengaruhnya
terhadap ketiga parameter akustik. Ketinggian partisi yang disimulasikan adalah
1,25 m; 1,5 m; dan 1,75 m. Hasil simulasi tersebut ditunjukkan oleh Tabel 3.
Tabel 3. Hasil simulasi kantor 3 dengan ketinggian partisi yang berbeda-beda

Sumber : Rindel J.H., 2012


Dari hasil simulasi, didapatkan bahwa tinggi partisi tidak berpengaruh
terhadap SPL. Semakin tinggi suatu partisi, semakin besar spatial decay rate-nya
dan semakin kecil jarak distraksinya meski tidak terlalu signifikan.
2.3.3 Penambahan Sound Masking
Sound masking adalah suatu metode pengendalian bising dengan menaikkan
background noise yang stabil secara terkontrol untuk mengurangi speech
intelligibility (kejelasan ucapan) dari percakapan sekitar yang tidak diinginkan tanpa
menghasilkan sumber bising yang baru. Simulasi dilakukan dengan tingkat
background noise yang berbeda-beda dan hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Simulasi Kantor 3 dengan Berbagai Tingkat Background Noise

Sumber : Rindel J.H., 2012


Simulasi menunjukkan bahwa tingkat background noise yang optimal untuk
melakukan sound masking adalah 45 dB dan mengurangi jarak distraksi secara
signifikan. Background noise yang melebihi 45 dB tidaklah efektif diterapkan karena
akan memberikan nilai negatif terhadap jarak distraksi.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Ruang kantor terbuka memerlukan pengendalian bising yang efektif agar para
karyawan dapat berkonsentrasi dan mendapat privasi yang cukup untuk melaksanakan
kerjanya sehingga produktivitas kerja meningkat. Berdasarkan ISO 3382-3:2012
mengenai pengukuran parameter akustik pada ruang kantor terbuka, parameter akustik
yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik akustik pada suatu ruang kantor
terbuka terdiri dari spatial decay rate, jarak distraksi, dan SPL pembebanan A pada jarak
4 meter. Kombinasi ketiga parameter ini akan menunjukkan seberapa besar bising yang
akan dirasakan oleh penghuni ruangan dan seberapa jauh jarak yang dimiliki oleh
penghuni dimana ia tidak terganggu oleh bising. Kondisi akustik yang baik pada sebuah
ruang kantor terbuka ditunjukkan dengan tingginya spatial decay rate (lebih dari 7 dB),
rendahnya SPL (kurang dari 48 dB) dan kecilnya jarak distraksi (kurang dari 5 m).
Pengendalian bising yang dapat dilakukan pada ruang kantor terbuka terdiri dari tiga
cara, yaitu: 1) penambahan bahan absorpsi suara, 2) penambahan partisi ruangan yang
tinggi, dan 3) penambahan sound masking. Berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui
bahwa peningkatan absorpsi ruangan dapat memperbaiki ketiga parameter tersebut.
Penambahan ketinggian partisi dapat memperbesar spatial decay rate dan penerapan
sound masking yang efektif memperkecil jarak distraksi secara signifikan sehinggan area
dimana penghuni dapat berkonsentrasi menjadi lebih besar. Ketiga bentuk pengendalian
ini harus diterapkan secara efektif menyesuaikan kondisi ruangan dan memperhatikan
kebutuhan pengendalian bising yang spesifik di ruangan tersebut.
3.2 Saran
Saran yang dapat diajukan untuk penulisan makalah selanjutnya mengenai
pengendalian bising pada ruang kantor terbuka, yaitu :
1. Menjelaskan lebih lanjut mengenai metode pengukuran yang dilakukan untuk
menentukan kondisi akustik pada ruang kantor terbuka
2. Menjelaskan penerapan pengendalian bising secara teknis agar dapat
diaplikasikan secara nyata pada ruangan kantor
3. Melakukan studi kasus pada suatu ruang kantor terbuka mengenai pengendalian
bising berdasakan kondisi akustiknya

Daftar Pustaka
Rindel J.H., Prediction of acoustical parameters for open plan offices according to ISO
3382-3, The Journal of The Acoustical Society of America, April 2012.
Vellenga S., Hngens T., Defining the Acoustic Environment of (semi-)open Plan
Offices : Acoustic Measurement leading to Activity Based Design for retrofit Buildings,
presented at EuroNoise 2015, Maastricht, The Netherlands, 2015.
Utami S.S., Rochmadi N.A., Sarwono R.S.J., Acoustical Study on the Impact of Sound
Absorptions, Distances of Workstations, and Height of Partitions in Open Plan Offices,
presented at 5th ICMNS, Bandung, Indonesia, 2014.
Hongisto V., Effect of Sound Masking on Workers A Case Study in A Landscaped
Office, presented at 9th International Congress of Noise as a Public Health Problem
(ICBEN), Foxwood, 2008.

Anda mungkin juga menyukai