Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyakit mata yang sangat dikenal masyarakat saat ini.
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrakhies, Inggris cataract dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Mungkin sekali karena pasien katarak seakanakan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya. 1
Berdasarkan usia terjadinya, katarak dapat dibedakan menjadi 3, yaitu
katarak kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis. katarak kongenital adalah
katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun. katarak juvenile adalah
katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun. Sedangkan katarak senil merupakan
katarak setelah usia 50 tahun1
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak
pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50%
untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70%
untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.1
Katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria. Pada
penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8
dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani
operasi katarak.2
Secara umum dianggap bahwa katarak hanya mengenai orang tua, padahal
katarak dapat mengenai semua umur dan pada orang tua katarak merupakan
bagian umum pada usia lanjut. Sebagian besar katarak terjadi karena proses
degeneratif atau bertambahnya usia. Didapatkan sebanyak 14% anak-anak didunia
mengalami kebutaan karena katarak. Di Asia, sebanyak 1 juta anak mengalami
kebutaan karena katarak, di negara berkembang seperti India, sebanyak 7,4%15,3% anak-anak mengalami kebutaan karena katarak. Prevalensi katarak pada
anak-anak adalah sekitar 1-15/1000 anak.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi dan Fisiologi Lensa

2.1.1

Anatomi Lensa

Lensa berasal dari lapisan ektoderm , merupakan

struktur yang transparan

berbentuk cakram bikonveks yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi
akomodasi. Lensa tidak memiliki suplai darah ( avaskular) atau inervasi setelah
perkembangan janin dan hal ini bergantung pada aqueus humor untuk memenuhi
kebutuhan metaboliknya serta membuang sisa metabolismenya. Lensa terletak
posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisinya dipertahankan oleh
zonula Zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang menyokong dan
melekatkannya pada korpus siliar (gambar 1). 3,4

Gambar 1. Lensa

Gambar 2. Struktur lensa


Lensa terdiri dari kapsula, epitelium lensa, korteks dan nucleus (gambar
2). Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir,
ukurannya sekitar 6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior serta
memiliki berat 90 mg.3,4
Pada lensa dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5 mm anteroposterior
serta memiliki berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari korteks meningkat
seiring usia. Pada saat yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah,
sehingga semakin tua usia lensa memiliki kekuatan refraksi yang semakin
bertambah. Namun, indeks refraksi semakin menurun juga seiring usia, hal ini
mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel protein yang tidak larut. Maka,
lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau miopik tergantung pada
keseimbangan faktor-faktor yang berperan.3,4
struktur lensa terdiri dari:
a) Kapsula
Kapsula lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang
transparan terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh sel-sel
epitelial. Kapsula terdiri dari substansi lensa yang dapat mengkerut selama
perubahan akomodatif.
Lapis terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan
dalam melekatnya serat-serat zonula. Kapsul lensa tertebal pada bagian
anterior dan posterior preekuatorial dan tertipis pada daerah kutub posterior
sentral di mana memiliki ketipisan sekitar 2-4 mKapsul lensa anterior lebih
3

tebal dari kapsul posterior dan terus meningkat ketebalannya selama


kehidupan.
Pinggir lateral lensa disebut ekuator , yaitu bagian yang dibentuk oleh
gabungan capsule anterior dan posterior yang merupakan insersi dari zonula.
b) Serat zonula
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari
epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat
zonula ini memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu.
Seiring usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis
anterior dan posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan
melintang dari cincin zonula
c) Epitel Lensa
Terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa. Terdiri dari sel-sel epithelial
yang mengandung banyak organel sehingga Sel-sel ini secara metabolik ia
aktif dan dapat melakukan semua aktivitas sel normal termasuk biosintesis
DNA, RNA, protein dan lipid . sehingga dapat menghasilkan ATP untuk
memenuhi kebutuhan energi dari lensa.
Sel epitel akan menggalami perubahan morfologis ketika sel-sel epitelial
memanjang membentuk sel serat lensa. yang sering disertai dengan
peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan
organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria, dan ribosom. Hilangnya
organel-organel ini sangat menguntungkan, karena cahaya dapat melalui lensa
tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel ini. Tetapi dengan hilangnya
organel maka fungsi metabolikpun akan hilang sehingga serat lensa
bergantung pada energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis

Ket :
- CZ : sentral
lensa
- PZ: preequator
- EZ : equator

Gambar 3. Penampang melintang lensa


d) Korteks dan Nukleus
Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru diletakkan,
sel-sel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja dibentuk
dengan lapisan tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian tertua dari
ini adalah nukleus fetal dan embrional yang dihasilkan selama kehidupan
embrional dan terdapat pada bagian tengah lensa. Bagian terluar dari serat
adalah yang pertama kali terbentuk dan membentuk korteks dari lensa.

2.1.2

Fisiologi Lensa

1) LENSA SEBAGAI MEDIA REFRAKSI


Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal
sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda
dari aqueous humor dan vitreous yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak
berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60
D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D
kekuatan refraksinya diberikan oleh udara dan kornea.3,4

2) AKOMODASI LENSA
5

Kemampuan mata untuk melihat jauh dan dekat dipengaruhi oleh kelenturan
lensa , kontraksi otot otot siliaris dan ketegangan zonula zinnii.3,4

Gambar 4. Akomodasi lensa

2.1.3

Metabolisme Lensa Normal

1) Transparansi lensa
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation ( Na,
K).kedua kation ini berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium
dibagian anterior lebih tinggi dibandingkan posterior sedangkan Kadar
natrium lebih tinggi di posterior. Ion K bergerak kebagian posterior dan keluar
ke humour aqueus , dan ion Na bergerak keantreior untuk menggantikan ion
K dan keluar melalui pompa aktif Na- K ATPase.
Transport aktif asam-asam amino mengambil tempat pada epitel lensa
dengan mekanisme tergantung pada gradien natrium yang dibawa oleh pompa
natrium. Aspek fisiologi terpenting dari lensa adalah mekanisme yang
mengatur keseimbangan air dan elektrolit lensa yang sangat penting untuk
menjaga kejernihan lensa. Karena kejernihan lensa sangat tergantung pada
komponen struktural dan makromolekular, gangguan dari hidrasi lensa dapat
menyebabkan

kekeruhan

lensa.

Telah

ditentukan

bahwa

gangguan

keseimbangan air dan elektrolit sering terjadi pada katarak kortikal, dimana
kadar air meningkat secara bermakna.

Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein dan
perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya usia. Korteks
lensa menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa. Sekitar 5% volume
lensa adalah air yang ditemukan diantara serat-serat lensa di ruang
ekstraselular. Konsentrasi natrium dalam lensa dipertahankan pada 20mM dan
konsentrasi kalium sekitar 120 mM.5
2) Epitelium Lensa sebagai Tempat Transport Aktif
Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K+) dan asam amino
yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya. Sebaliknya, lensa
mengandung kadar ion natrium (Na+) ion klorida (Cl-) dan air yang lebih
sedikit dari lingkungan sekitarnya.
Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil dari
kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari pompa
(Na+, K+-ATPase) yang terdapat pada membran sel dari epitelium lensa dan
setiap serat lensa. Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion
natrium keluar dari dan menarik ion kalium ke dalam. Mekanisme ini
tergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na+, K+-ATPase.
Keseimbangan ini mudah sekali terganggu oleh inhibitor spesifik ATPase
ouabain. Inhibisi dari Na+, K+-ATPase akan menyebabkan hilangnya
keseimbangan kation dan meningkatnya kadar air dalam lensa.
pada perkembangan katarak kortikal beberapa studi telah menunjukkan
bahwa terjadi penurunan aktifitas Na+, K+-ATPase, sedangkan yang lainnya
tidak menunjukkan perubahan apa pun. Dan studi-studi lain telah
memperkirakan bahwa permeabilitas membran meningkat seiring dengan
perkembangan katarak5
3) Peranan Kalsium
Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap kalsium.
Hilangnya homeostasis kalsium akan sangat mengganggu metabolisme lensa.
Peningkatan kadar kalsium dapat berakibat pada beberapa perubahan meliputi
; tertekannya metabolisme glukosa, pembentukan agregat protein dengan berat

molekul tinggi dan aktivasi protease yang destruktif, glukosa memasuki lensa
melalui sebuah proses difusi terfasilitasi yang tidak secara langsung terhubung
oleh sistem transport aktif. Hasil buangan metabolisme meninggalkan lensa
melalui difusi sederhana. Berbagai macam substansi seperti asam askorbat,
myo-inositol dan kolin memiliki mekanisme transport yang khusus pada
lensa.5

2.2

Definisi Katarak juvenil

Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.6,7
Katarak berasal dari terminologi Bangsa Yunani yaitu cataractos, yang
berarti air yang mengalir cepat. Saat air turbulen, maka air akan menjadi berbuih.
Orang Yunani pada jaman dulu juga melihat hal yang sama terjadi pada katarak
yaitu penurunan tajam penglihatan akibat akumulasi cairan turbulen. Dalam
bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh.6,7
Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada orang muda, yang
mulai terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun.
Kekeruhan lensa pada katarak juvenil pada saat masih terjadi perkembangan seratserat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut
sebagai soft cataract. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital.6,7

2.3

Etiologi

Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun


metabolik dan penyakit lainnya seperti:8,9
1. Katarak metabolik
a.) Katarak diabetika dan galaktosemik (gula)
b.) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c.) Katarak defisiensi gizi
d.) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e.) Penyakit Wilson
f.) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
2. Otot
Distrofi miotonik (umur 20-30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
a.) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia,
aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)
b.) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti
Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma)
c.) Katarak anoksik
d.) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol (MER-29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin,
busulfan, besi)
e.) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit
(sindermatik),

tulang

(disostosis

kraniofasial,

osteogenesis

inperfekta,

khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom


f.) Katarak radiasi

2.4

Gejala Klinis
9

Gejala klinis yang dapat muncul pada penderita antara lain :8,9
a.
b.
c.
d.
e.

Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)


Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
Perubahan daya lihat warna.
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat

f.
g.
h.
i.
j.

menyilaukan mata.
Lampu dan matahari sangat mengganggu.
Sering meminta ganti resep kaca mata.
Lihat ganda.
Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia).
Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui

senter tangan, kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil
berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai
kekeruhan lensa.

Pemeriksaan dengan menggunakan slit lamp tidak hanya

ditujukan untuk melihat adanya kekeruhan pada lensa, tetapi juga untuk melihat
struktur okular yang lain seperti konjungtiva, kornea, iris dan segmen anterior
lainnya.

2.5

Penatalaksanaan
Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan

jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk
melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa
penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan
kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar.4,10

2.6

Prognosis
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan

pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya

10

ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat
pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini.4

11

BAB III
KESIMPULAN

Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun. Kekeruhan
lensa pada katarak juvenil pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa
sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft
cataract. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolik dan penyakit lainnya.
Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk
melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa
penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan
kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar.
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya
ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat
pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Astarida,

Ratih.

Katarak.

Medical

session.

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/katarak/.

2009.

Available

Accessed

at:
15th

September 2010.
2. Ahmedabad. Epidemiology based etiological study of pediatric cataracts in
Western India. Indian Journal of Medical Sciences. 2005. Available at:
http://www.indianjmedsci.org/text.asp?2004/58/3/115/8281. Accessed : 17th
September 2010.
3. Guyton dan Hall. Buku ajar fisiologi, edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2002. hal: 779-825.
4. Harper, A et all. Lensa. Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2010. Hal: 169-177
5. Anonimous. Pengertian dan Definisi Katarak. Smart Click of Indonesia and
English Content: Article knowledge base, tutorial SEO service download etc.
2008.

Available

at:

excess.com/id/info/PengertiandanDefinisiKatarak.info.

http://info.gAccessed

15th

September 2010
6. Fajaru. semua tentang katarak. Fajaru universe. 2008. Available at:
http://kinton.multiply.com/reviews/item/5. Accessed : 15th September 2010
7. Anonymous. Katarak. Menuju Indonesia Sehat. 2009. Available at:
http://www.klikdokter.com/illness/detail/37. Accessed : 15th September 2010.
8. Mansyoer, Arif. Kpita Selekta kedokteran jilid I, edisi ke-3. Jakarta: Media
Aesculapius, 2007. hal: 62-63.
9. Ilyas, Sidarta. Katarak juvenil. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai
penerbit FK UI, 2010. hal: 204
10. Susila, N dkk. Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD /
RSUP Sanglah Denpasar. Denpasar: SMF Ilmu kesehatan Mata RSUP Sanglah
Denpasar, 2009.

13

Anda mungkin juga menyukai