AHMAD HAMAMI
OLEH:
BURHAN AL BAHJ
AK 39 06
1402154102
TELKOM UNIVERSITY
2015/2016
Berbisnis alat berat sejak dekade 1970- an, Achmad Hamami dan
keluarga masuk jajaran orang terkaya di Indonesia. Pria kelahiran 1931
ini menjadi tokoh sentral ditribusi traktor di Indonesia dan pertumbuhan
infrasturktur. Ia yang pernah mendapatkan pendidikan pilot angkatan
udara Belanda (Militaire Luchtvaart), menyandang predikat kolonel
muda. Hamami memutuskan untuk pensiun dini lantaran muak dengan
praktik korupsi.
Ia kemudia memilih berbisnis kecil- kecilan guna menutupi kebutuhan
hidup. Dia pernah membuka bisnis les privat yaitu les matematika. Anakanaknya bahkan ikut menopang kebutuhan keluarga dengan berjualan
es lilin. Keberuntungan ada di matanya, ketika dirinya ikut dalam proyek
infrastruktur. Kala itu, Caterpillar, perusahaan asing pemilik pabrikan
traktor dan alat berat lainnya asal California, Amerika. Mereka tertarik
menjadikan Hamami sebagai distributor.
Mereka yang memiliki cabang di Surabaya menginginkan dirinya
menjadi dealer pengganti. Perusahaan besar ini tertarik dengan latar
belakang militer serta konsistennya terhadap tindakan korupsi. Ini
membut Hamami belajar kembali tentang menejemen secara profesional
dan mengambil kuliah bisnis. Pada dekade 70- an ketika banyak
pembangunan infrastruktur dimana- mana, ia telah mendirikan PT.
Trakindo Utama dan banyak meraup untung besar.
Bisnis besar
Pada 13 April 1971, Trakindo Utama resmi menjadi agen dari produk
milik Caterpillar di Indonesia. Seiring pertumbuhan ekonomi, Trakindo
menjadi pebisnis utama di bidang pengembangan infrastruktur nasional.
Ia lalu mendirikan beberapa perusahaan pendukung. Ia mendirikan PT.
Sanggar Sarana Baja pada 1977 dan PT. Chandra Sakti Leasing pada
1995. Kemudian, Trakindo bukan hanya menjadi agen resmi tetapi mulai
menjalankan bisns lain.
Trakindo menawarkan produk milik Caterpillar, seperti produk alat berat,
diesel, dan mesin produksi gas. Perusahaan ini fokus pada penjualan
onderdil resmi, catalog produk, dan tentunya jasa perbaikan. Mereka
memastikan setiap produknya disesuaikan dengan kebutuhan pembeli.
Dengan jasa perbaikan, Trakindo memastikan produknya tidak akan
rusak atau bekerja semestinya.
Layanan Part Exchange Services (PES) akan membantu pemilik produk
mengganti bagian mesin yang telah tua dengan yang baru. Ini akan
mengurangi pengeluaran besar di perawatan bahkan pembeli tidak perlu
membeli lagi produk serupa. Pembeli akan mendapatkan layanan
perawatan ditambah penggantian mesin baru yang sama kualitasnya.
PT. Sanggar Sarana Baja fokus pada pabrikan peralatan untuk minyak
dan gas, pertambangan dan mesin generator, peralatan transportasi,
komponen bagi peralatan berat, dan jasa pengelasan dan servis mesin
dari situs resmi. PT. SSB mengakuisisi PT. Porter Rekayasa Utama,
pabrikan berbagai peralatan transportasi dan distabilkan menjadi divisi
baru (Transport Equipment Division).
Pada 2003 dan 2005, Trankindo resmi menjadi agen Catepillar no.1
untuk penjualan pelumas, serta menjadi agen produk LAKO Harvester.
salah satu agen alat berat yang paling sukses, terutama untuk merek
Caterpillar. Pada saat itu ketika bisnis seperti ini belum terlalu populer,
Achmad Hamami memilih untuk mengabaikan kenyataan itu dan
mengelola bisnisnya menjadi sebuah bisnis internasional yang sukses.
Sampai sekarang, Trakindo tetap dikenal sebagai penyuplai alat berat
paling populer di Indonesia, bahkan bertahan selama krisis moneter
pada tahun 1998.
Achmad Hamami memiliki intuisi bisnisnya sejak muda, tapi dia hanya
melakukan terobosan besar setelah menyelesaikan dinas militer dan
mulai mendirikan PT Trakindo Utama. Dengan produk-produk Caterpillar
yang terbatas untuk dijual pertama kali, bisnisnya mengalami kemajuan
dengan cepat karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun
70-an dan 80-an. Jenis-jenis produk yang dia tawarkan mulai
berkembang. Perusahaan menjual generator, suku cadang beserta
aksesori, alat berat, bahkan menawarkan layanan pengelasan dan
perbaikan.
Di luar bisnis sebagai penyuplai, dia pun memulai bisnis lain seperti PT
Mitra Solusi Telematika, yang merupakan perusahaan teknologi
informasi yang memberikan layanan manajemen informasi bagi bisnis.
Dia juga memperluas bisnis Trakindo sebagai sebuah agen resmi untuk
Bitelli, LAKO Harvester, dan Sykes Pumps.
Pilihan ini sungguh berat. Saat itu, kariernya tengah moncer. Jabatan
Wakil Direktur Operasi Departemen Pertahanan berada dalam
genggaman. Sebuah jaminan untuk menapaki hidup nyaman di masa
depan bersama sang istri, Rubiasih Soemadipradja, dan empat
anaknya.
Namun pemilik nama lengkap Achmad Hadiat Kismet Hamami ini bukan
tipe manusia serakah. Hatinya sudah muak dengan korupsi yang
mewabah di lembaganya. Sehingga dia rela menanggalkan seragam
kebesaran, juga pangkat yang mengkilap.
Hamami tak lagi peduli pada reputasi terhormat sebagai pilot jet tempur
jempolan. Atau bahkan prestasi sebagai penyandang pangkat kolonel
termuda. Sederet gelar dari pendidikan militer Belanda dan Inggris pun
turut diabaikan. Pria kelahiran Jakarta 29 Juli 1930 ini berkata: jangan
terjerembab ke pusaran korupsi laknat!
Pilihan Hamami ternyata tepat. Setelah tak jadi serdadu, dia mulai
membangun bisnis. Memelihara gurita usaha yang diawali dengan bisnis
alat berat. Roti dan kacang kami adalah alat berat, tutur putra Hamami,
Ayah saya selalu bermimpi memiliki bisnisnya sampai 100 tahun. Siapa
saja bisa memiliki bisnis keluarga, tapi hanya sedikit yang bertahan dari
generasi ke generasi, tambah Rachmat.
Menjadi pengusaha pada awalnya bukanlah merupakan citacita Achmad Hamami. Ketertarikannya ke dunia militer membawa pria
yang kini berusia 81 tahun tersebut menjadi anggota jajaran penerbang
TNI Angkatan Laut.
Awalnya, ia membuka les matematika untuk pelajar di rumahnya. Anakanaknya membantu menopang keuangan dengan berjualan es lilin.
membawa angin segar pada bisnis traktor. Order bertambah, pundipundi Trakindo pun makin tebal.
Untuk mendukung usahanya, Achmad Hamami yang berlatar belakang
militer mulai belajar mengenai dunia bisnis. Seiring dengan peningkatan
pembangunan infrastruktur di Indonesia pada tahun 1970-an, maka
keuntungan PT Trakindo Utama sebagai salah satu pendukunya pun ikut
meningkat. Bahkan Achmad Hamami mendirikan beberapa anak
perusahaan yang ditujukan untuk mendukung bisnis Trakindo Utama
nantinya seperti PT Sanggar Sarana Baja di tahun 1977 dan PT
Chandra Sakti Utama Leasing pada 1995.
Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, ketika krisis moneter
mengguncang Indonesia, PT Trakindo Utama turut merasakan
dampaknya. Ketika itu Achmad Hamami harus berada pada kondisi sulit
karena perusahaannya memiliki hutang besar hingga mencapai US$ 118
juta ditambah dengan tidak adanya bank yang bisa memberikan
pinjaman untuk menggerakkan bisnis Trakindo Utama. Ditambah lagi,
kesehatan Achmad Hamami yang ikut menurun seiring dengan
menurunnya bisnis Trakindo Utama. Achmad Hamami menderita
glaukoma dan mengalami kebutaan. Kondisi ini menjadikannya memilih
untuk menyerahkan perusahaan kepada Rachmat Mulyana atau Muki,
putra ketiganya. Meskipun demikian, Hamami masih merupakan
nahkoda di balik kebangkitan Trakindo Utama pasca krisis.
Selepas itu, tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak cuma
bisnis yang lesu, kesehatan Hamami pun menurun. Ia terserang
glaukoma dan mengalami kebutaan hingga saat ini.
Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, ketika krisis moneter
mengguncang Indonesia, PT Trakindo Utama turut merasakan
dampaknya. Ketika itu Achmad Hamami harus berada pada kondisi sulit
karena perusahaannya memiliki hutang besar hingga mencapai US$ 118
juta ditambah dengan tidak adanya bank yang bisa memberikan
pinjaman untuk menggerakkan bisnis Trakindo Utama. Ditambah lagi,
kesehatan Achmad Hamami yang ikut menurun seiring dengan
menurunnya bisnis Trakindo Utama. Achmad Hamami menderita
glaukoma dan mengalami kebutaan. Kondisi ini menjadikannya memilih
untuk menyerahkan perusahaan kepada Rachmat Mulyana atau Muki,
putra ketiganya. Meskipun demikian, Hamami masih merupakan
nahkoda di balik kebangkitan Trakindo Utama pasca krisis.Setelah itu,
tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak Cuma bisnis yang
lemah,kesehatan Hamami pun menurun . Beliau terserang glaukoma
dan mengalami kebutaan hngga saat ini.
Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, saat krisis ekonomi merebak,
Trakindo terpukul dan Hamami berusaha keras melunasi utang US$ 118
juta.
Selepas itu, tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak cuma
bisnis yang lesu, kesehatan Hamami pun menurun. Ia terserang
glaukoma
dan
mengalami
kebutaan
hingga
saat
ini.
kelima dengan kekayaan mencapai 3,4 miliar dolar AS. Ia melejit dari
sebelumnya berada di posisi 11.
Begitu pula dengan pengusaha alat berat, Achmad Hamami. Meski turun
dari posisi 10 menjadi 16, dirinya masih masuk sebagai pengusaha
sukses dengan kekayaan mencapai 1,7 miliar dolar AS.
Pemilik perusahaan batu bara Adaro Indonesia, Garibaldi Thohir, juga
masih punya taring dengan menjadi salah satu orang terkaya. Walau
harus turun dari posisi 18 menjadi 28, lelaki yang akrab dipanggil Boy
Thohir itu tercatat memiliki kekayaan 1,5 miliar dolar AS.
Sementara itu ,aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sekaligus
pemilik Bosowa Group juga masih bertengger sebagai salah satu
pengusaha sukses. Kekayaannya bahkan mencapai 820 juta dolar AS,
yang membuatnya naik menjadi orang terkaya ke 34, dari sebelumnya
35.
Pengusaha alat berat Achmad Hamami kini berada di posisi 16, turun
dari posisi 10. Dia termasuk sebagai pengusaha sukses dengan
kekayaan mencapai US$1,7 miliar, sekitar Rp 17 triliun.
Achmad Hamami adalah seorang pengusaha sukses yang berasal dari
lulusan Angkatan Udara Belanda pada 1960. Dia emilih meninggalkan
karir militernya dan kemudian memulai bisnis kecil-kecilan dengan
membuka kursus matematika di rumahnya untuk anak-anak.
Pada 1970 dia mendirikan PT Trakindo Utama untuk alat berat,
sebelumnya dia hanya menjadi agen Caterpillar. Tidak hanya itu saja,
seiring dengan berjalannya waktu, dari usahanya dalam mengelola PT
Trakindo akhirnya mendirikan sebuah anak perusahaan demi
mendukung bisnis Trakindo tersebut. Anak perusahaan tersebut
bernama PT Sanggar Sarana Baja dan PT Chandra Sakti Utama
Leasing. Kedua perusahaan tersebut dibangun pada tahun 1977 dan
1995. Karena itulah kini beliau memiliki aset kekayaan senilai US$ 1,7
miliar.
.
Achmad Hamami merupakan seorang mantan pilot pesawat jet. Ia
sempat menjadi kolonel termuda di jajaran militer Indonesia. Ia
mengambil pensiun dini karena keadaan politik yang cukup bergejolak
kala itu akibat maraknya korupsi.
Dengan sedikit tabungan, ia mulai membuka tempat kursus/les bagi
siswa-siswa. Seorang teman keluarga membantu Achmad mendapatkan
investasi besar dari Caterpillar untuk mengembangkannya di Indonesia.
Jadilah Caterpillar Indonesia yang menjelma menjadi Trakindo Utama. Ia
juga mengambil perusahaan jasa energi PT ABM Investama.
Achmad Hamami berada pada peringkat 16 dari jajaran 40 orang
terkaya se-Indonesia. Ia memiliki kekayaan hingga US$ 1,7 miliar atau
Rp 16,1 triliun.
Achmad Hadiat Kismet (AHK) Hamami lahir pada tanggal 29 Juli 1930.
Beliau menempuh pendidikan dan meraih gelar Sarjana Ekonomi dari
Fakultas Ekonomi Universitas Krisna Dwipayana di Jakarta pada tahun
1970. Di awal karier militernya, beliau pernah menimba ilmu di Koninklijk
Ins. V/d Marine Academy di Belanda pada tahun 1950-1953, Air
Navigators School di Belanda tahun 1953-1954, kemudian melanjutkan
pendidikan penerbangan di Royal Air Force (Pilot Training and
Command & Staff Training) di Inggris pada tahun 1954-1956 dan 1963.
AHK Met Hamami menjadi Chairman Grup Tiara Marga Trakindo sejak
tahun 2001 sampai sekarang, sekaligus juga Komisaris Utama TMT
sejak tahun 2005.
Pada tahun 2001-2008, AHK Met Hamami menjabat sebagai Komisaris
Utama PT Trakindo Utama, kemudian sejak tahun 2008 sampai
sekarang berganti jabatan sebagai Komisaris di tempat yang sama.
Sebelum mendirikan PT Trakindo Utama pada tahun 1970, beliau
berkecimpung di bidang militer Angkatan Laut dengan jabatan terakhir di
tahun 1967 sebagai Wakil Direktur Operasi Departemen Hankam. Di
tahun yang sama beliau mulai meniti kariernya di dunia swasta dan
bekerja sebagai Direktur Indoconsult Associates sampai dengan tahun
1970.
Tahun 1970, beliau mendirikan perusahaan pertama dengan nama PT
Trakindo Utama yang khusus menangani pendistribusian alat-alat berat
merek Caterpillar. Beliau terus mengembangkan PT Trakindo Utama
sampai dengan tahun 2001 dengan jabatan terakhir sebagai Direktur
Utama.
Keberuntungan memang tengah hinggap di keluarga Hamami saat ini.
Berbisnis alat berat sejak dekade 1970-an, keluarga ini masuk dalam
daftar 10 orang terkaya Indonesia versi majalah ekonomi Forbes,
dengan taksiran aset US$ 2,2 miliar.
Adalah Ahmad Hamami, sang kepala keluarga, yang menjadi nakhoda
utama bisnis ini. Sebelum menjadi pengusaha, pria yang kini berusia 81
tahun itu berkarier sebagai penerbang di jajaran TNI Angkatan Laut.
Perjalanannya sebagai prajurit cukup cerah. Hamami muda bahkan
sempat mendapat pendidikan pilot di Angkatan Udara Belanda (Militaire
Luchtvaart) dan menyandang predikat kolonel termuda pada akhir 1960.
Selepas itu, tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak cuma
bisnis yang lesu, kesehatan Hamami pun menurun. Ia terserang
glaukoma dan mengalami kebutaan hingga saat ini.