Anda di halaman 1dari 41

BIOGRAFI TOKOH PEBISNIS ISLAM

AHMAD HAMAMI

OLEH:
BURHAN AL BAHJ
AK 39 06
1402154102

TELKOM UNIVERSITY
2015/2016

Awal kesuksesan dari beberapa sumber


Usia: 83 tahun
Peringkat Forbes 2013: 18
Harta kekayaan: US$ 1,5 miliar
Sumber kekayaan: Alat berat, bisnis sendiri
Status: menikah dengan 4 anak
Sebagian publik mungkin tak kenal dengan nama Achmad Hamami.
Namun jika disebutkan alat berat bermerek Catterpillar, pasti banyak
yang mengetahui. Inilah bisnis yang dijalani Hamami dengan menjadi
distributor alat berat Catterpillar.
Lewat bendera Trakindo Utama, Hamami membangun tahta
kekayaannya. Namun kini Hamami mulai melirik bisnis keuangan
dengan mengakuisisi Chandra Sakti Utama dari Standard Chartered.
Belum lama ini, Hamami juga membeli perusahaan pembiayaan kredit
kendaraan, HD Finance.
Hamami menyerahkan urusan bisnisn pada putranya, Maki, setelah
kehilangan penglihatan akibat serangan glukoma pada 1999. Hamami
sebelumnya berprofesi sebagai pilot pesawat tempur dengan pangkat
kolonel termuda di jajajaran militer Indonesia.

Berbisnis alat berat sejak dekade 1970- an, Achmad Hamami dan
keluarga masuk jajaran orang terkaya di Indonesia. Pria kelahiran 1931
ini menjadi tokoh sentral ditribusi traktor di Indonesia dan pertumbuhan
infrasturktur. Ia yang pernah mendapatkan pendidikan pilot angkatan
udara Belanda (Militaire Luchtvaart), menyandang predikat kolonel
muda. Hamami memutuskan untuk pensiun dini lantaran muak dengan
praktik korupsi.
Ia kemudia memilih berbisnis kecil- kecilan guna menutupi kebutuhan
hidup. Dia pernah membuka bisnis les privat yaitu les matematika. Anakanaknya bahkan ikut menopang kebutuhan keluarga dengan berjualan
es lilin. Keberuntungan ada di matanya, ketika dirinya ikut dalam proyek
infrastruktur. Kala itu, Caterpillar, perusahaan asing pemilik pabrikan
traktor dan alat berat lainnya asal California, Amerika. Mereka tertarik
menjadikan Hamami sebagai distributor.
Mereka yang memiliki cabang di Surabaya menginginkan dirinya
menjadi dealer pengganti. Perusahaan besar ini tertarik dengan latar
belakang militer serta konsistennya terhadap tindakan korupsi. Ini
membut Hamami belajar kembali tentang menejemen secara profesional
dan mengambil kuliah bisnis. Pada dekade 70- an ketika banyak
pembangunan infrastruktur dimana- mana, ia telah mendirikan PT.
Trakindo Utama dan banyak meraup untung besar.

Bisnis besar

Pada 13 April 1971, Trakindo Utama resmi menjadi agen dari produk
milik Caterpillar di Indonesia. Seiring pertumbuhan ekonomi, Trakindo
menjadi pebisnis utama di bidang pengembangan infrastruktur nasional.
Ia lalu mendirikan beberapa perusahaan pendukung. Ia mendirikan PT.
Sanggar Sarana Baja pada 1977 dan PT. Chandra Sakti Leasing pada
1995. Kemudian, Trakindo bukan hanya menjadi agen resmi tetapi mulai
menjalankan bisns lain.
Trakindo menawarkan produk milik Caterpillar, seperti produk alat berat,
diesel, dan mesin produksi gas. Perusahaan ini fokus pada penjualan
onderdil resmi, catalog produk, dan tentunya jasa perbaikan. Mereka
memastikan setiap produknya disesuaikan dengan kebutuhan pembeli.
Dengan jasa perbaikan, Trakindo memastikan produknya tidak akan
rusak atau bekerja semestinya.
Layanan Part Exchange Services (PES) akan membantu pemilik produk
mengganti bagian mesin yang telah tua dengan yang baru. Ini akan
mengurangi pengeluaran besar di perawatan bahkan pembeli tidak perlu
membeli lagi produk serupa. Pembeli akan mendapatkan layanan
perawatan ditambah penggantian mesin baru yang sama kualitasnya.

PT. Sanggar Sarana Baja fokus pada pabrikan peralatan untuk minyak
dan gas, pertambangan dan mesin generator, peralatan transportasi,

komponen bagi peralatan berat, dan jasa pengelasan dan servis mesin
dari situs resmi. PT. SSB mengakuisisi PT. Porter Rekayasa Utama,
pabrikan berbagai peralatan transportasi dan distabilkan menjadi divisi
baru (Transport Equipment Division).

Achmad Hamami disebut- sebut miliarder baru yang masuk daftar


Forbes. Ia memiliki kekayaan $2,2 miliar, dan semuanya bukanlah
bersumber dari satu bisnis. Hamami memang dikenal sebagai pemilik
Tiara Marga Trakindo, tetapi bukan hanya itu sumber kakayaannya.
Pada 1996, ia memperkenalkan sistem disebut CAT Oil Program dan
resmi menjadi agen produk Sullair. Satu tahun kemudian, perusahaanya
resmi menjadi agen produk Baldwin dan Olympian.
Di 1999, dia mendirikan anak perusahaan PT. Mitra Solusi Telematika,
memberikan layanan dan fasilitas menejemen informasi, termasuk pusat
data recovery bisnis dan informasi. Pada tahun 2000, PT. Tiara Marga
Trakindo lahir menjadi perusahaan induk Trakindo Group. Pada tahun ini
pula, Hamami mendapatkan ijin menjadi agen resmi Sykes Pumps. Satu
tahun kemudian, Trakindo resmi menjadi agen produk Bitelli.

Pada 2003 dan 2005, Trankindo resmi menjadi agen Catepillar no.1
untuk penjualan pelumas, serta menjadi agen produk LAKO Harvester.

Pria 80 tahun ini mengaku pengusaha bukanlah cita- citanya. Ia


sekarang adalah kepala dari sebuah keluarga besar sekaligus menjadi
nahkoda bisnis utama. Selepas krisis, Trakindo dipimpin oleh putra
ketiganya, Muki, membuat perusahaan in semakin solid. Hamami
merupakan seorang ayah dari empat orang anak. Mereka adalah
Mivida Hamami, Muki Hamami, Ana Hamami dan Bari Hamami.

Achmad Hamami adalah seorang pengusaha sukses yang berasal dari


lulusan Angkatan Udara Belanda pada 1960. Dia emilih meninggalkan
karir militernya dan kemudian memulai bisnis kecil-kecilan dengan
membuka kursus matematika di rumahnya untuk anak-anak.
Pada 1970 dia mendirikan PT Trakindo Utama untuk alat berat,
sebelumnya dia hanya menjadi agen Caterpillar. Tidak hanya itu saja,
seiring dengan berjalannya waktu, dari usahanya dalam mengelola PT
Trakindo akhirnya mendirikan sebuah anak perusahaan demi
mendukung bisnis Trakindo tersebut. Anak perusahaan tersebut
bernama PT Sanggar Sarana Baja dan PT Chandra Sakti Utama
Leasing. Kedua perusahaan tersebut dibangun pada tahun 1977 dan
1995. Karena itulah kini beliau memiliki aset kekayaan senilai US$ 1,7
miliar.

PT Trakindo Utama menjadi agen alat berat yang paling terkenal di


Indonesia, dan Achmad Hamami adalah orang di balik kesuksesan itu.
Didirikan pada tahun 1971, perusahaan itu cepat berkembang menjadi

salah satu agen alat berat yang paling sukses, terutama untuk merek
Caterpillar. Pada saat itu ketika bisnis seperti ini belum terlalu populer,
Achmad Hamami memilih untuk mengabaikan kenyataan itu dan
mengelola bisnisnya menjadi sebuah bisnis internasional yang sukses.
Sampai sekarang, Trakindo tetap dikenal sebagai penyuplai alat berat
paling populer di Indonesia, bahkan bertahan selama krisis moneter
pada tahun 1998.

Bisnis Trakindo dan Penyuplai Lainnya

Achmad Hamami memiliki intuisi bisnisnya sejak muda, tapi dia hanya
melakukan terobosan besar setelah menyelesaikan dinas militer dan
mulai mendirikan PT Trakindo Utama. Dengan produk-produk Caterpillar
yang terbatas untuk dijual pertama kali, bisnisnya mengalami kemajuan
dengan cepat karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun
70-an dan 80-an. Jenis-jenis produk yang dia tawarkan mulai
berkembang. Perusahaan menjual generator, suku cadang beserta
aksesori, alat berat, bahkan menawarkan layanan pengelasan dan
perbaikan.

Selain Trakindo, dia pun mendirikan perusahaan-perusahaan sejenis


yang bertindak sebagai pendukung bisnis utamanya dengan Trakindo.
Dia mendirikan PT Sanggar Sarana Baja pada tahun 1977 dan PT
Chandra Sakti Leasing pada tahun 1995. Berbagai perusahaan
pendukung ini lebih berfokus pada suplai untuk perusahaan-perusahaan
tambang, yang juga mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia.
Perusahaan-perusahaan tersebut juga sukses seperti PT Sanggar
Sarana Baja yang bahkan berhasil mengakuisisi PT Porter Rekayasa
Utama, perusahaan serupa lainnya, dan berubah menjadi divisi baru
dalam perusahaan itu.

Di luar bisnis sebagai penyuplai, dia pun memulai bisnis lain seperti PT
Mitra Solusi Telematika, yang merupakan perusahaan teknologi
informasi yang memberikan layanan manajemen informasi bagi bisnis.
Dia juga memperluas bisnis Trakindo sebagai sebuah agen resmi untuk
Bitelli, LAKO Harvester, dan Sykes Pumps.

Berdiri Kokoh di Tengah Krisis

Achmad Hamami berhasil menjaga bisnisnya bertahan dan bahkan


memperbaikinya; setelah krisis moneter yang terkenal di Indonesia yang
membuat banyak perusahaan besar menyatakan kebangkrutan,
Achmad Hamami menjaga bisnis PT Trakindo Utama, bahkan kemudian
dikenal sebagai penyuplai Caterpillar terbaik di Indonesia pada tahun
2003 dan 2005. Dia tidak pernah merasa puas dalam satu bisnis, dan
semangat bisnis ini telah diturunkan kepada anak-anaknya. Putra
ketiganya, Muki, telah mengambil alih PT Trakindo dari ayahnya, dan
semangat Achmad Hamami sebagai pebisnis berlanjut untuk membawa
PT Trakindo sebagai salah satu perusahaan penyuplai alat berat yang
paling sukses.

Dilema itu akhirnya terpecahkan. Achmad Hamami bisa bernafas lega.


Beban berat perwira Angkatan Laut itu sirna setelah membuat sebuah
keputusan besar pada tahun 1967 itu. Dia memilih pensiun dini dari

dinas militer. Institusi kebanggaan yang tengah dirubung korupsi akut.

Pilihan ini sungguh berat. Saat itu, kariernya tengah moncer. Jabatan
Wakil Direktur Operasi Departemen Pertahanan berada dalam
genggaman. Sebuah jaminan untuk menapaki hidup nyaman di masa
depan bersama sang istri, Rubiasih Soemadipradja, dan empat
anaknya.

Namun pemilik nama lengkap Achmad Hadiat Kismet Hamami ini bukan
tipe manusia serakah. Hatinya sudah muak dengan korupsi yang
mewabah di lembaganya. Sehingga dia rela menanggalkan seragam
kebesaran, juga pangkat yang mengkilap.

Hamami tak lagi peduli pada reputasi terhormat sebagai pilot jet tempur
jempolan. Atau bahkan prestasi sebagai penyandang pangkat kolonel
termuda. Sederet gelar dari pendidikan militer Belanda dan Inggris pun
turut diabaikan. Pria kelahiran Jakarta 29 Juli 1930 ini berkata: jangan
terjerembab ke pusaran korupsi laknat!

Pilihan Hamami ternyata tepat. Setelah tak jadi serdadu, dia mulai
membangun bisnis. Memelihara gurita usaha yang diawali dengan bisnis
alat berat. Roti dan kacang kami adalah alat berat, tutur putra Hamami,

Rachmat Mulyana Hamami, sebagaimana dikutip Dream dariForbes.

Mantan penerbang TNI AL ini tak hanya piawai mengendalikan pesawat


tempur. Dia ternyata juga pandai menyetir bisnis besar. Pandangannya
jauh ke depan. Usaha ini dia racik untuk beberapa generasi. Turuntemurun, hingga anak-cucu.

Ayah saya selalu bermimpi memiliki bisnisnya sampai 100 tahun. Siapa
saja bisa memiliki bisnis keluarga, tapi hanya sedikit yang bertahan dari
generasi ke generasi, tambah Rachmat.

Usaha inilah yang mengantarkan bapak empat anak ini ke deretan


orang terkaya di Indonesia. Tahun 2014, Majalah Forbes menempatkan
Achmad Hamami pada peringkat 28 sebagai taipan terkaya Tanah Air.
Kekayaannya mencapai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 15 triliun.
***

Tapi perjuangan menuju orang terkaya bukan perkara mudah. Ekonomi


keluarga Hamami sedikit goyah setelah memutuskan pensiun dini. Uang
di tabungan terkuras. Mau tak mau dia harus membuka usaha. Les

matematika di rumah pun dia buka. Demi mengepulkan asap dapur,


anak-anak Hamami turut bergerak, berjualan es lilin keliling Kwitang.

Mengetahui kondisi ini, Soemitro Djojohadikoesoemo, yang kala itu


menjabat sebagai menteri, menawari Hamami bekerja di Indoconsult
Associates atau yang sekarang disebut Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM). Tawaran itu disampaikan melalui sang mertua, Mamoen
Soemadipraja. Soemitro dan Mamoen merupakan dekan di Universitas
Indonesia, sekaligus mitra bermain tenis.

Dari situlah Hamami menjalin jaringan luas di kalangan bisnis. Dia


bekerja di Indoconsult sampai 1970. Dia kemudian keluar dan
mendirikan perusahaan pertamanya, PT Trakindo Utama, pada 23
Desember tahun yang sama. Basis perusahaan pun dibangun di
Cilandak, Jakarta Selatan.

Angin keberuntungan mulai menerpa Hamami. Produsen alat berat asal


Amerika Serikat, Caterpillar, tengah merajuk dengan distributor mereka
di Surabaya. Rekanan di Kota Pahlawan itu dianggap tak maksimal

mempromosikan produk Caterpillar.

Hamami pun melihat peluang ini. Hamami memang sudah berhubungan


lama dengan Caterpillar sejak bekerja di Indoconsult. Karena peluang
itulah, dia perdalam ilmu manajemen. Mengambil kelas malam di
Universitas Dwipayana. Siang bekerja, Hamami belajar manajemen
hingga larut malam. Gelar sarjana ekonomi diraih pada 1970.

Kerja keras itu akhirnya terbayar. Caterpillar kepincut. Perusahaan


Paman Sam ini tertarik dengan latar belakang Hamami sebagai mantan
tentara dengan reputasi bersih. Kerja sama pun terjalin. Akhirnya
Trakindo resmi menjadi partner Caterpillar sejak 13 April 1971.

Booming pembangunan di Indonesia sejak dekade 1970-an semakin


melambungkan bisnis Hamami. Tak hanya bidang konstruksi, alat-alat
berat Trakindo juga laris dipesan perusahaan tambang. PT Freeport
Indonesia menjadi salah satu klien besarnya.

Berkembang pesat, Hamami pun membangun anak-anak usaha untuk


menopang Trakindo. Pada 1977 PT Sanggar Sarana Baja berdiri untuk
layanan perancangan dan fabrikasi pasar industri peralatan berat. Tahun
1982, PT Natra Raya dibentuk untuk bisnis manufaktur dan perakitan
alat berat Caterpillar. Sejak itu, anak-anak usaha lainnya terus lahir.

Namun di ujung dekade 1990-an, badai menerjang bisnis Hamami.


Trakindo terpuruk saat Indonesia dihajar krisis ekonomi 1998. Hutang
perusahaan menumpuk hingga US$ 118 juta. Masa-masa berat
merundung. Selain terlilit utang, kesehatan Hamami semakin
memburuk. Pada 1999, dia terserang glaukoma, yang membuatnya
buta.

Tekanan krisis ekonomi semakin memperburuk kesehatannya. Di tengah


kondisi sakit, Hamami nekat terbang ke Singapura. Mencari pinjaman
bank guna membayar utang. Namun gagal.

Keluarga Hamami terpaksa membayar utang itu dengan menguras


tabungan keluarga. Tapi kabar baiknya, sejak itu pula Trakindo terbebas
dari jeratan rente.

Hamami mencoba bangkit. Pada 16 Agustus 2000, PT Tiara Marga


Trakindo (TMT) berdiri. Perusahaan ini menjadi induk Grup Trakindo.
Hamami memimpin TMT sejak 2001 hingga sekarang.

Kini, di bawah TMT, bernaung sejumlah anak perusahaan yang


dikendalikan putra putri Hamami. PT ABM Investama Tbk., perusahaan
bidang energi, dikendalikan Rachmat Mulyana Hamami; PT Trakindo
dikelola Bari Hamami; PT Mahadana Dasha Utama (MahaDasha)
dipegang Mivida Hamami.

Anak perusahaan lain adalah PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL


finance) dan PT Radana Bhaskara Finance, Tbk. Sementara, anak
perempuan Hamami, Anna Solana Hamami yang menjadi dokter gigi,
mengemban jabatan komisaris di TMT.

Dengan anak-anak perusahaan itu, keluarga Hamami melebarkan


cengkraman bisnisnya. Tahun ini, setelah memperkuat penetrasi
perseroan di segmen ritel dengan mengelola dua merek restoran
waralaba internasional, Carl's Jr. dan Wingstop, keluarga Hamami
membuka usaha supermarket LOKA.

Supermarket itu diluncurkan melalui PT Mega Mahadana Hadiya


(Mahadya), unit usaha PT Mahadana Dasha Utama.

Kini, usia Hamami sudah 84 tahun, namun masih aktif berkecimpung di


perusahaan. Hamami yang dulu lihai mengendalikan jet tempur di
angkasa, kini menjelma sebagai nahkoda bisnis handal.

Menjadi kaya, bagi Hamami, bukanlah dosa. Tapi bagaimana usaha


menjadi kaya itu dibangun dari kejujuran dan kerja keras. Bukan hasil
korupsi. Lewat perjalanan waktu, Hamami membuktikan bahwa dia bisa.
Menjadi kaya tanpa korupsi.

Menjadi pengusaha pada awalnya bukanlah merupakan citacita Achmad Hamami. Ketertarikannya ke dunia militer membawa pria
yang kini berusia 81 tahun tersebut menjadi anggota jajaran penerbang
TNI Angkatan Laut.

Di saat muda, Hamami sempat menempuh pendidikan militer sebagai di


Angkatan Udara Belanda dan bahkan berhasil lulus sebagai kolonel
termuda pada akhir tahun 1960. Kondisi tempat kerjanya yang marak
dengan korupsi membuatnya memutuskan untuk keluar sebagai
anggota militer dan memulai bisnis kecil-kecilan di rumahnya dengan
membuka kursus matematika bagi anak-anak.

Awalnya, ia membuka les matematika untuk pelajar di rumahnya. Anakanaknya membantu menopang keuangan dengan berjualan es lilin.

Dewi fortuna hinggap kala seorang kerabat mengajaknya terlibat dalam


penggarapan proyek infrastruktur. Saat itulah Hamami berkenalan
dengan manajemen Caterpillar, pabrikan traktor dan alat berat lain yang
berbasis di California, Amerika Serikat.

Caterpillar, yang sebelumnya memiliki agen penjualan di Surabaya,


melirik Hamami sebagai dealer pengganti lantaran tertarik dengan latar
belakang militer dan reputasinya yang bersih. Ia lantas mulai belajar
manajemen secara profesional dan mengambil kuliah bisnis.
Sebagaimana dilansir dari Forbes.com mengenai Profil Achmad
Hamami, kesuksesan bisnis Hamami berawal pada tahun 1970 ketika
mendirikan PT Trakindo Utama. Reputasi Hamami yang bersih ketika
berkarier di dunia militer membuat perusahaan alat berat asal Amerika
Serikat, Caterpillar melirik perusahaannya sebagai distributor resmi
Caterpillar di Indonesia. Pada 13 April 1971, Trakindo Utama milik
Achmad Hamami akhirnya resmi menjadi agen Caterpillar.

Maraknya pembangunan infrastruktur pada pertengahan dekade 70-an

membawa angin segar pada bisnis traktor. Order bertambah, pundipundi Trakindo pun makin tebal.
Untuk mendukung usahanya, Achmad Hamami yang berlatar belakang
militer mulai belajar mengenai dunia bisnis. Seiring dengan peningkatan
pembangunan infrastruktur di Indonesia pada tahun 1970-an, maka
keuntungan PT Trakindo Utama sebagai salah satu pendukunya pun ikut
meningkat. Bahkan Achmad Hamami mendirikan beberapa anak
perusahaan yang ditujukan untuk mendukung bisnis Trakindo Utama
nantinya seperti PT Sanggar Sarana Baja di tahun 1977 dan PT
Chandra Sakti Utama Leasing pada 1995.

Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, ketika krisis moneter
mengguncang Indonesia, PT Trakindo Utama turut merasakan
dampaknya. Ketika itu Achmad Hamami harus berada pada kondisi sulit
karena perusahaannya memiliki hutang besar hingga mencapai US$ 118
juta ditambah dengan tidak adanya bank yang bisa memberikan
pinjaman untuk menggerakkan bisnis Trakindo Utama. Ditambah lagi,
kesehatan Achmad Hamami yang ikut menurun seiring dengan
menurunnya bisnis Trakindo Utama. Achmad Hamami menderita
glaukoma dan mengalami kebutaan. Kondisi ini menjadikannya memilih
untuk menyerahkan perusahaan kepada Rachmat Mulyana atau Muki,
putra ketiganya. Meskipun demikian, Hamami masih merupakan
nahkoda di balik kebangkitan Trakindo Utama pasca krisis.

Selepas itu, tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak cuma
bisnis yang lesu, kesehatan Hamami pun menurun. Ia terserang
glaukoma dan mengalami kebutaan hingga saat ini.

Lepas krisis, perlahan Trakindo bangkit. Di bawah komando Rachmat


Mulyana alias Muki, putra ketiga Hamami, perusahaan ini tumbuh dan
beranak-pinak. Kini, tak cuma bisnis traktor dan alat berat karena
mereka juga menggarap sektor pertambangan, pembiayaan, logistik,
hingga teknologi informasi. Hebatnya, hingga 2009, perusahaan ini
berkembang tanpa mengandalkan utang.

Kepada Forbes, Muki mengatakan tahun lalu pendapatan mereka


mencapai US$ 2 miliar dan akan tumbuh hingga US$ 3,2 miliar tahun
ini. Ditargetkan pada 2015 mereka bisa membukukan pendapatan US$
6 miliar. Toh, meski sayapnya kini melebar, ia mengatakan bisnis utama
Trakindo tetap alat berat. "Ibaratnya, alat berat menjadi roti dan mentega
bagi kami," kata dia.

Pemilik PT Trakindo Utama, Achmad Hamami, adalah salah satu orang


terkaya Indonesia dalam daftar Forbes yang memiliki kehidupan cukup
terhormat tanpa rumor. Dia tidak hanya terkenal karena perusahaannya,
yang masih menjadi penyuplai Caterpillar paling sukses di Indonesia
sekalipun menghadapi banyak persaingan, tetapi juga karena
kemampuannya untuk menjaga bisnisnya tetap bertahan ketika krisis
moneter Indonesia pada 1998 menghancurkan banyak bisnis serupa,
bahkan yang besar. Juga, dia terkenal karena mentalitas bisnis dan
kewirausahaannya, yang kemudian dia turunkan kepada anak-anaknya.

Meskipun dia telah berusia 80-an dan mengalami glaukoma, Achmad


Hamami selalu bersemangat dan ingin terus belajar. Dia pun mau
membagikan rahasia-rahasia kesuksesannya dalam banyak wawancara
bisnis; berikut beberapa di antaranya.

Berbagai Rahasia Sukses: Cara Pandang dan Kerja Keras


Sebelum memulai bisnis sendiri, Achmad Hamami dikenal sebagai pilot
pesawat jet kemudian sebagai perwira militer Angkatan Laut Indonesia,
dan dia diketahui sebagai kolonel termuda di zamannya. Kerja keras
dan disiplin merupakan dua hal yang melekat erat dalam karakternya,
yang kemudian dia aplikasikan dalam bisnis. Inilah yang menyebabkan
dia berhasil mengembangkan dan mempertahankan PT Trakindo dalam
masa-masa sulit, termasuk selama krisis keuangan. Dia pun tidak malu
untuk mulai dari bawah; setelah pensiun dari militer, dia menggunakan
uang pensiunnya untuk membuka kursus matematika bagi murid-murid
sekolah. Dia mengelola bisnis pertamanya dengan hati hingga dia
memperoleh modal yang cukup untuk mulai mendirikan PT Trakindo.

Cara pandang dan kemampuan membaca situasi juga menjadi rahasia


kesuksesannya. Achmad Hamami memang sengaja pensiun, karena dia
tidak ingin terjebak dalam ketidakstabilan politik dan militer akibat
korupsi yang merajalela. Dia juga berpikir untuk memulai PT Trakindo
karena dia tahu bisnis seperti itu belum populer di Indonesia, tetapi
memiliki potensi besar karena Indonesia perlahan-lahan bergerak ke era
kemakmuran ekonomi pada tahun 70-an dan 80-an. Keputusan masa
lalunya itu telah menempatkan dia pada posisinya sekarang.

Filosofi Hidup untuk Keluarga

Achmad Hamami mempunyai empat orang anak, dan dia menurunkan


seluruh pengetahuan bisnis, keterampilan, dan filosofi hidupnya kepada
anak-anaknya kapan pun dia bisa. Anak ketiganya, Muki, bahkan
sekarang menjalankan PT Trakindo Utama sebagai pemilik dan
pemimpin generasi kedua, dan perusahaan tetap berjalan dengan
sukses. Karakteristik militer seperti disiplin, kerja keras, cara pandang,
dan kemampuan untuk melihat bahkan peluang bisnis terkecil sekalipun
telah membuatnya tercantum dalam kalangan orang terkaya Indonesia
dan menjadi inspirasi bagi banyak pengusaha muda Indonesia di luar
sana.

Pria ini mulai aktif berbisnis pada dekade 1970-an. Dengan


mengibarkan bendera Trakindo Utama, Achmad Hamami mendapat
kepercayaan menjadi agen produk Caterpillar di Indonesia. Trakindo
menjadi pemain utama bisnis sektor alat berat, konstruksi, dan
infrastruktur di dalam negeri.

Produk Caterpillar yang didistribusikan Trakindo antara lain alat berat,


diesel, dan mesin produksi gas. Perusahaan yang berbasis diJakarta ini
fokus menjual onderdil resmi, catalog produk, dan jasa perbaikan alat
berat. Jasa perbaikan untuk memberikan jaminan pada konsumen
bahwa produk yang dijual Trakindo tidak akan rusak.

Di usianya yang kini menginjak 83 tahun, Achmad Hamami masih


sukses bertahan di jajaran miliuner dunia. Dari data yang baru dilansir
Forbes, Achmad masuk lingkaran 1.000 orang terkaya sejagat. Menurut
versi Forbes, harta kekayaan Achmad saat ini menyentuh USD 1,6
miliar.

Sebenarnya Achmad Hamami bukan orang yang dilahirkan untuk


menjadi pebisnis. Sebelum menggeluti dan fokus pada bisnis alat berat,
Achmad merupakan pilot Angkatan Laut. Bisa jadi, Achmad masuk salah
satu jajaran purnawirawan militer yang sukses berbisnis.

Hamami menempuh pendidikan militer di Angkatan Udara Belanda. Dia


berhasil lulus sebagai kolonel termuda di akhir 1960. Karena kondisi
lingkungan kerjanya, Hamami memutuskan keluar dari keanggotaannya
di militer sekaligus memulai langkah menjadi pebisnis dengan membuka
kursus matematika di rumahnya.

Kesuksesan bisnis Hamami mulai terlihat ketika mendirikan PT Trakindo


Utama. Reputasi Hamami yang bersih ketika berkarier di dunia militer
membuat perusahaan alat berat asal Amerika Serikat, Caterpillar melirik
perusahaannya sebagai distributor resmi Caterpillar di Indonesia.

Achmad Hamami adalah sosok pengusaha yang sangat sukses di dunia


bisnis alat berat . Beliau lahir pada tahun 1931, Achmad sempat
menyandang gelar pilot angkatan udara Belanda dan mendapat predikat

kolonel muda. Setelah sukses di dunia angkatan udara dia memutuskan


untuk memilih berbisnis kecil- kecilan untuk menutup kebutuhan hidup.
Binis pertama yang dia jalani yakni membuka usaha les privat yaitu les
matematika. Anak-anak beliau mendukung usahanya itu dan ikut
membantu kebutuhan keluarga dengan berjualan es lilin.

Achmad mendapat keberuntungan dengan ikutnya dirinya dalam proyek


infrastruktur,kala itu Caterpillar perusahaan asing pemilik pabrik traktor
dan alat berat asal California menjadikan hamami sebagai distributor.
Perusahaan itu melirik Hamami karena tertarik dengan latar belakang
militer dan reputasi yang bersih. Ia lantas mulai belajar manajemen
secara profesional dan mengambil kuliah bisnis.

Mengenai Profil Achmad Hamami, kesuksesan bisnis Hamami berawal


pada tahun 1970 ketika mendirikan PT Trakindo Utama. Reputasi
Hamami yang bersih ketika berkarier di dunia militer membuat
perusahaan alat berat asal Amerika Serikat, Caterpillar melirik
perusahaannya sebagai distributor resmi Caterpillar di Indonesia. Pada
13 April 1971, Trakindo Utama milik Achmad Hamami akhirnya resmi
menjadi agen Caterpillar.

Pada tahun 1971, Trakindo menjadi pebisnis utama di bidang


pengembangan infrastruktur nasional. Ia lalu mendirikan beberapa
perusahaan pendukung dengan membangun PT .Sanggar Sarana Baja
pada tahun 1977 dan PT. Chandra Sakti Leasingpada tahun 1995.
Perusahaan Trakindo ini fokus pada penjualan onderdil resmi ,catalog
produk dan juga jasa perbaikan. Mereka memastikan setiap produk
disesuaikan dengan kebutuhan pembeli, Trakindo juga memastikan
produknya tidak akan rusak.

Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, ketika krisis moneter
mengguncang Indonesia, PT Trakindo Utama turut merasakan
dampaknya. Ketika itu Achmad Hamami harus berada pada kondisi sulit
karena perusahaannya memiliki hutang besar hingga mencapai US$ 118
juta ditambah dengan tidak adanya bank yang bisa memberikan
pinjaman untuk menggerakkan bisnis Trakindo Utama. Ditambah lagi,
kesehatan Achmad Hamami yang ikut menurun seiring dengan
menurunnya bisnis Trakindo Utama. Achmad Hamami menderita
glaukoma dan mengalami kebutaan. Kondisi ini menjadikannya memilih
untuk menyerahkan perusahaan kepada Rachmat Mulyana atau Muki,
putra ketiganya. Meskipun demikian, Hamami masih merupakan
nahkoda di balik kebangkitan Trakindo Utama pasca krisis.Setelah itu,
tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak Cuma bisnis yang
lemah,kesehatan Hamami pun menurun . Beliau terserang glaukoma
dan mengalami kebutaan hngga saat ini.

Lepas masa krisis, perlahan Trakindo bangkit di bawah komando


Rachmat Mulyana alias Muki yang merupakan putra ketiga Hamami,
perusahaan ini tumbuh dan branak pinang. Kini tak cuma bisnis traktor
dan alat berat saja ,perusahaan ini juga menggarap sektor
pertambangan ,logistik hingga teknologi informasi. Hingga tahun 2009
perusahaan ini terus berkembang dan jauh lebih baik tanpa
mengandalkan utang. Forbes pun menempatkan mereka pada jajaran
perusahan-perusahan yang sukses lainnya ndenan total kekayaan yang
mereka miliki mencapai US$ 3,2 miliar.

Nama Achmad Hamami merupakan nama baru dalam daftar orang


terkaya Indonesia yang dirilis oleh Forbes. Pria yang memiliki empat
orang anak tersebut berhasil menempati posisi nomor tujuh orang
terkaya di Indonesia dengan total harta mencapai US$ 2,2 Miliar.
Memang keluarga ada di balik kisah suksesnya bahkan kini anakanaknya; Mivida, Muki, Ana dan Bari lah yang menjalankan
bisnisnya. Menjadi pengusaha pada awalnya bukanlah merupakan citacita Achmad Hamami. Ketertarikannya ke dunia militer membawa pria
yang kini berusia 81 tahun tersebut menjadi anggota jajaran penerbang
TNI Angkatan Laut.

Di saat muda, Hamami sempat menempuh pendidikan militer sebagai di


Angkatan Udara Belanda dan bahkan berhasil lulus sebagai kolonel
termuda pada akhir tahun 1960. Kondisi tempat kerjanya yang marak
dengan korupsi membuatnya memutuskan untuk keluar sebagai
anggota militer dan memulai bisnis kecil-kecilan di rumahnya dengan
membuka kursus matematika bagi anak-anak. Sebagaimana dilansir
dari Forbes.com mengenai Profil Achmad Hamami, kesuksesan bisnis
Hamami berawal pada tahun 1970 ketika mendirikan PT Trakindo
Utama. Reputasi Hamami yang bersih ketika berkarier di dunia militer
membuat perusahaan alat berat asal Amerika Serikat, Caterpillar melirik
perusahaannya sebagai distributor resmi Caterpillar di Indonesia. Pada

13 April 1971, Trakindo Utama milik Achmad Hamami akhirnya resmi


menjadi agen Caterpillar.

Untuk mendukung usahanya, Achmad Hamami yang berlatar belakang


militer mulai belajar mengenai dunia bisnis. Seiring dengan peningkatan
pembangunan infrastruktur di Indonesia pada tahun 1970-an, maka
keuntungan PT Trakindo Utama sebagai salah satu pendukunya pun ikut
meningkat. Bahkan Achmad Hamami mendirikan beberapa anak
perusahaan yang ditujukan untuk mendukung bisnis Trakindo Utama
nantinya seperti PT Sanggar Sarana Baja di tahun 1977 dan PT
Chandra Sakti Utama Leasing pada 1995.

Ketika krisis moneter mengguncang Indonesia, PT Trakindo Utama turut


merasakan dampaknya. Ketika itu Achmad Hamami harus berada pada
kondisi sulit karena perusahaannya memiliki hutang besar hingga
mencapai US$ 118 juta ditambah dengan tidak adanya bank yang bisa
memberikan pinjaman untuk menggerakkan bisnis Trakindo Utama.
Ditambah lagi, kesehatan Achmad Hamami yang ikut menurun seiring
dengan menurunnya bisnis Trakindo Utama. Achmad Hamami
menderita glaukoma dan mengalami kebutaan. Kondisi ini
menjadikannya memilih untuk menyerahkan perusahaan kepada
Rachmat Mulyana atau Muki, putra ketiganya. Meskipun demikian,
Hamami masih merupakan nahkoda di balik kebangkitan Trakindo
Utama pasca krisis.

Ahmad Hamami - memang tengah hinggap di keluarga Hamami saat


ini. Berbisnis alat berat sejak dekade 1970-an, keluarga ini masuk dalam
daftar 10 orang terkaya Indonesia versi majalah ekonomi Forbes,
dengan
taksiran
aset
US$
2,2
miliar.

Adalah Ahmad Hamami, sang kepala keluarga, yang menjadi nakhoda


utama bisnis ini. Sebelum menjadi pengusaha, pria yang kini berusia 81
tahun itu berkarier sebagai penerbang di jajaran TNI Angkatan Laut.

Perjalanannya sebagai prajurit cukup cerah. Hamami muda bahkan


sempat mendapat pendidikan pilot di Angkatan Udara Belanda (Militaire
Luchtvaart) dan menyandang predikat kolonel termuda pada akhir 1960.

Sayang, karier militernya lantas terhenti. Seperti dikutip dari Forbes.com,


Hamami pensiun dini lantaran muak dengan wabah korupsi yang ada di
tempat kerjanya saat itu. Setelah pensiun, Hamami memulai bisnis kecilkecilan.

Awalnya, ia membuka les matematika untuk pelajar di rumahnya.


Anak-anaknya membantu menopang keuangan dengan berjualan
es lilin.

Dewi fortuna hinggap kala seorang kerabat mengajaknya terlibat dalam


penggarapan proyek infrastruktur. Saat itulah Hamami berkenalan
dengan manajemen Caterpillar, pabrikan traktor dan alat berat lain yang
berbasis
di
California,
Amerika
Serikat.

Caterpillar, yang sebelumnya memiliki agen penjualan di Surabaya,


melirik Hamami sebagai dealer pengganti lantaran tertarik dengan latar
belakang militer dan reputasinya yang bersih. Ia lantas mulai belajar
manajemen secara profesional dan mengambil kuliah bisnis.

Maraknya pembangunan infrastruktur pada pertengahan dekade 70-an


membawa angin segar pada bisnis traktor. Order bertambah, pundipundi
Trakindo
pun
makin
tebal.

Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, saat krisis ekonomi merebak,
Trakindo terpukul dan Hamami berusaha keras melunasi utang US$ 118
juta.

Selepas itu, tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak cuma
bisnis yang lesu, kesehatan Hamami pun menurun. Ia terserang
glaukoma
dan
mengalami
kebutaan
hingga
saat
ini.

Lepas krisis, perlahan Trakindo bangkit. Di bawah komando Rachmat


Mulyana alias Muki, putra ketiga Hamami, perusahaan ini tumbuh dan
beranak-pinak. Kini, tak cuma bisnis traktor dan alat berat karena
mereka juga menggarap sektor pertambangan, pembiayaan, logistik,
hingga teknologi informasi. Hebatnya, hingga 2009, perusahaan ini
berkembang
tanpa
mengandalkan
utang.

Kepada Forbes, Muki mengatakan tahun lalu pendapatan mereka


mencapai US$ 2 miliar dan akan tumbuh hingga US$ 3,2 miliar tahun
ini. Ditargetkan pada 2015 mereka bisa membukukan pendapatan US$
6 miliar. Toh, meski sayapnya kini melebar, ia mengatakan bisnis utama
Trakindo tetap alat berat. "Ibaratnya, alat berat menjadi roti dan mentega
bagi kami," kata dia.

Sejumlah pengusaha muslim masuk sebagai 40 orang terkaya di


Indonesia. Beberapa tokoh di antaranya adalah pengusaha Chairul
Tanjung, Achmad Hamami, Garibaldi Thohir, dan Aksa Mahmud.
Pemilik usaha CT Corp, Chairul Tanjung, misalnya berada di posisi

kelima dengan kekayaan mencapai 3,4 miliar dolar AS. Ia melejit dari
sebelumnya berada di posisi 11.
Begitu pula dengan pengusaha alat berat, Achmad Hamami. Meski turun
dari posisi 10 menjadi 16, dirinya masih masuk sebagai pengusaha
sukses dengan kekayaan mencapai 1,7 miliar dolar AS.
Pemilik perusahaan batu bara Adaro Indonesia, Garibaldi Thohir, juga
masih punya taring dengan menjadi salah satu orang terkaya. Walau
harus turun dari posisi 18 menjadi 28, lelaki yang akrab dipanggil Boy
Thohir itu tercatat memiliki kekayaan 1,5 miliar dolar AS.
Sementara itu ,aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sekaligus
pemilik Bosowa Group juga masih bertengger sebagai salah satu
pengusaha sukses. Kekayaannya bahkan mencapai 820 juta dolar AS,
yang membuatnya naik menjadi orang terkaya ke 34, dari sebelumnya
35.

Menurut pemimpin Grup Saratoga, Sandiaga Uno, para pengusaha


muslim yang masuk dalam 40 orang kaya Indonesia itu merupakan
inspirasi bagi pengusaha muda seperti dirinya. "Insya allah menjadi
inspirasi," katanya, Ahad (2/12).

Dikatakannya muslim adalah mayoritas di Tanah Air. "Harusnya dapat


mencetak entrepreneur-entrepreneur tangguh," tegasnya.
Pengamat ekonomi Islam, Gunawan Yasni, menilai para pengusaha
muslim ini telah menjalankan mujahadah, yaitu kesungguhan dalam
berprofesi sebagai pengusaha. "Predikat di majalah Forbes itu salah
satu buah mujahadah mereka," tegasnya. Namun, ia tak menampik
dominasi pengusaha muslim masih amat kurang dibanding pengusaha
nonmuslim.

Pak Amet, panggilan Achmad Hamami, cukup dikenal sebagai pendiri


perusahaan dealer alat berat Caterpillar yaitu PT. Trakindo Utama, yang
adalah mantan perwira militer angkatan laut Indonesia. Kerja keras dan
sikap disiplin yang dibawanya dari militer, diterapkannya dalam bisnis
hal tersebut sangat berhasil mengembangkan dan mempertahankan
bisnisnya, tak heran jika krisis moneter pada tahun 1998 dapat
dilewatinya dengan baik, meski dengan perjuangan yang juga tak
mudah. Salah satu strateginya adalah dengan membangun sebanyak
mungkin anak perusahaan yang dapat mensupport bisnis utamanya,
sehingga pergerakan uang hanya di lingkup internalnyaberkembang
dalam kantung sendiri.
Kini beliau berusia 80-an tahun dan mengalami glukoma, namun hal itu
tak menyurutkan semangatnya. Beliau masih ke kantor, masih
senantiasa membagikan rahasia-rahasia suksesnya kepada banyak
orang baik lewat media online maupun offline, termasuk lewat
buku make it happen tentangnya. Hal yang cukup mengagumkan, beliau
mampu menurunkan ilmu bisnis serta usahanya kepada keempat
anaknya, tanpa terkecuali.

Pengusaha alat berat Achmad Hamami kini berada di posisi 16, turun
dari posisi 10. Dia termasuk sebagai pengusaha sukses dengan
kekayaan mencapai US$1,7 miliar, sekitar Rp 17 triliun.
Achmad Hamami adalah seorang pengusaha sukses yang berasal dari
lulusan Angkatan Udara Belanda pada 1960. Dia emilih meninggalkan
karir militernya dan kemudian memulai bisnis kecil-kecilan dengan
membuka kursus matematika di rumahnya untuk anak-anak.
Pada 1970 dia mendirikan PT Trakindo Utama untuk alat berat,
sebelumnya dia hanya menjadi agen Caterpillar. Tidak hanya itu saja,
seiring dengan berjalannya waktu, dari usahanya dalam mengelola PT
Trakindo akhirnya mendirikan sebuah anak perusahaan demi
mendukung bisnis Trakindo tersebut. Anak perusahaan tersebut
bernama PT Sanggar Sarana Baja dan PT Chandra Sakti Utama
Leasing. Kedua perusahaan tersebut dibangun pada tahun 1977 dan
1995. Karena itulah kini beliau memiliki aset kekayaan senilai US$ 1,7
miliar.

Majalah Forbes kembali merilis daftar 40 orang terkaya Indonesia. Total


kekayaan dari 40 miliarder itu mencapai US$85,1 miliar atau setara
Rp765,9 triliun atau naik 19 persen dibanding tahun lalu yang mencapai
US$71 miliar.
Achmad Hamami, adalah miliarder baru dengan kekayaan US$2,2 miliar
dan berada di posisi 10 atau paling tinggi dibanding pendatang baru
lainnya.
Ia merupakan pemilik dari Tiara Marga Trakindo, distributor alat berat,
Caterpillar di Indonesia sejak 1971.

Ternyata, seperti dikutip dari situs resmis trakindo.co.id, kekayaannya


bukan hanya berasal dari bisnis alat-alat berat semata. Koceknya juga
diraih dari bisnis pertambangan, industri teknologi dan informasi, sampai
penjualan minyak pelumas atau oli.

.
Achmad Hamami merupakan seorang mantan pilot pesawat jet. Ia
sempat menjadi kolonel termuda di jajaran militer Indonesia. Ia
mengambil pensiun dini karena keadaan politik yang cukup bergejolak
kala itu akibat maraknya korupsi.
Dengan sedikit tabungan, ia mulai membuka tempat kursus/les bagi
siswa-siswa. Seorang teman keluarga membantu Achmad mendapatkan
investasi besar dari Caterpillar untuk mengembangkannya di Indonesia.
Jadilah Caterpillar Indonesia yang menjelma menjadi Trakindo Utama. Ia
juga mengambil perusahaan jasa energi PT ABM Investama.
Achmad Hamami berada pada peringkat 16 dari jajaran 40 orang
terkaya se-Indonesia. Ia memiliki kekayaan hingga US$ 1,7 miliar atau
Rp 16,1 triliun.

Achmad Hadiat Kismet (AHK) Hamami lahir pada tanggal 29 Juli 1930.
Beliau menempuh pendidikan dan meraih gelar Sarjana Ekonomi dari
Fakultas Ekonomi Universitas Krisna Dwipayana di Jakarta pada tahun
1970. Di awal karier militernya, beliau pernah menimba ilmu di Koninklijk
Ins. V/d Marine Academy di Belanda pada tahun 1950-1953, Air
Navigators School di Belanda tahun 1953-1954, kemudian melanjutkan
pendidikan penerbangan di Royal Air Force (Pilot Training and
Command & Staff Training) di Inggris pada tahun 1954-1956 dan 1963.

AHK Met Hamami menjadi Chairman Grup Tiara Marga Trakindo sejak
tahun 2001 sampai sekarang, sekaligus juga Komisaris Utama TMT
sejak tahun 2005.
Pada tahun 2001-2008, AHK Met Hamami menjabat sebagai Komisaris
Utama PT Trakindo Utama, kemudian sejak tahun 2008 sampai
sekarang berganti jabatan sebagai Komisaris di tempat yang sama.
Sebelum mendirikan PT Trakindo Utama pada tahun 1970, beliau
berkecimpung di bidang militer Angkatan Laut dengan jabatan terakhir di
tahun 1967 sebagai Wakil Direktur Operasi Departemen Hankam. Di
tahun yang sama beliau mulai meniti kariernya di dunia swasta dan
bekerja sebagai Direktur Indoconsult Associates sampai dengan tahun
1970.
Tahun 1970, beliau mendirikan perusahaan pertama dengan nama PT
Trakindo Utama yang khusus menangani pendistribusian alat-alat berat
merek Caterpillar. Beliau terus mengembangkan PT Trakindo Utama
sampai dengan tahun 2001 dengan jabatan terakhir sebagai Direktur
Utama.
Keberuntungan memang tengah hinggap di keluarga Hamami saat ini.
Berbisnis alat berat sejak dekade 1970-an, keluarga ini masuk dalam
daftar 10 orang terkaya Indonesia versi majalah ekonomi Forbes,
dengan taksiran aset US$ 2,2 miliar.
Adalah Ahmad Hamami, sang kepala keluarga, yang menjadi nakhoda
utama bisnis ini. Sebelum menjadi pengusaha, pria yang kini berusia 81
tahun itu berkarier sebagai penerbang di jajaran TNI Angkatan Laut.
Perjalanannya sebagai prajurit cukup cerah. Hamami muda bahkan
sempat mendapat pendidikan pilot di Angkatan Udara Belanda (Militaire
Luchtvaart) dan menyandang predikat kolonel termuda pada akhir 1960.

Sayang, karier militernya lantas terhenti. Seperti dikutip


dari Forbes.com,Hamami pensiun dini lantaran muak dengan wabah
korupsi yang ada di tempat kerjanya saat itu. Setelah pensiun, Hamami
memulai bisnis kecil-kecilan. Awalnya, ia membuka les matematika
untuk pelajar di rumahnya. Anak-anaknya membantu menopang
keuangan dengan berjualan es lilin.
Dewi fortuna hinggap kala seorang kerabat mengajaknya terlibat dalam
penggarapan proyek infrastruktur. Saat itulah Hamami berkenalan
dengan manajemen Caterpillar, pabrikan traktor dan alat berat lain yang
berbasis di California, Amerika Serikat.
Caterpillar, yang sebelumnya memiliki agen penjualan di Surabaya,
melirik Hamami sebagai dealer pengganti lantaran tertarik dengan latar
belakang militer dan reputasinya yang bersih. Ia lantas mulai belajar
manajemen secara profesional dan mengambil kuliah bisnis.
Maraknya pembangunan infrastruktur pada pertengahan dekade 70-an
membawa angin segar pada bisnis traktor. Order bertambah, pundipundi Trakindo pun makin tebal.
Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, saat krisis ekonomi merebak,
Trakindo terpukul dan Hamami berusaha keras melunasi utang US$ 118
juta.

Selepas itu, tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak cuma
bisnis yang lesu, kesehatan Hamami pun menurun. Ia terserang
glaukoma dan mengalami kebutaan hingga saat ini.

Lepas krisis, perlahan Trakindo bangkit. Di bawah komando Rachmat


Mulyana alias Muki, putra ketiga Hamami, perusahaan ini tumbuh dan
beranak-pinak. Kini, tak cuma bisnis traktor dan alat berat karena
mereka juga menggarap sektor pertambangan, pembiayaan, logistik,
hingga teknologi informasi. Hebatnya, hingga 2009, perusahaan ini
berkembang tanpa mengandalkan utang.
Kepada Forbes, Muki mengatakan tahun lalu pendapatan mereka
mencapai US$ 2 miliar dan akan tumbuh hingga US$ 3,2 miliar tahun
ini. Ditargetkan pada 2015 mereka bisa membukukan pendapatan US$
6 miliar. Toh, meski sayapnya kini melebar, ia mengatakan bisnis utama
Trakindo tetap alat berat. "Ibaratnya, alat berat menjadi roti dan mentega
bagi kami," kata dia
Pantas saja banyak investment bankingmenyerbu Indonesia. Jumlah orang kaya
baru di negeri ini terus bermunculan. Majalah Forbes misalnya, kembali merilis 40
nama orang super tajir Indonesia tahun 2011.
Dari deretan 40 nama itu, terselip tujuh orang terkaya baru, yang tidak ada di tahun
lalu. Mereka adalah Achmad Hamami, Djoko Susanto, Samin Tan, Soegiarto
Adikoesoemo, Kuncoro Wibowo, Muhammad Aksa Mahmud dan Handojo Santosa.

Achmad Hamami adalah pemilik PT Tiara Marga Trakindo, distributor Caterpillar di


Indonesia sejak 1971. Berumur 81 tahun, Met -panggilan gaulnya langsung melejit di
peringkat 10 dengan kekayaan 2,2 miliar dollar AS atau Rp 20,24 triliun dengan kurs
Rp 9.200 per dollar AS.
Di peringkat 25 ada Djoko Susanto dengan kekayaan 1,04 miliardollar AS. Pria 61
tahun ini memiliki Alfamart, Alfamidi, dan Lawson. "Saya cuma bisa bilang, Forbes
keliru, masa saya berada di atas Ical (Aburizal Bakrie)," katanya, kepada KONTAN.
Djoko mengaku tak pernah dikonfirmasi. Oleh karena itu, dia berharap publik tidak
langsung percaya. Apalagi, menurut dia, Forbes tidak melakukan riset akurat.
Samin Tan, pemilik perusahaan batubara Borneo Lumbung Energi dan Renaissance
Capital. Dengan kekayaan 940 juta dollar AS, Samin, menurut Forbes telah
membantu permasalahan utang Bakrie dengan membeli 50 persen saham Bumi Plc
di Bursa London. Dia ada di peringkat 28.
Soegiarto Adikoesoemo adalah pemilik AKR Corporindo. Tahun lalu, dia menjual
Sorini, produsen sorbitol dan petromikia ke Cargill senilai 247 juta dollar AS.
Soegiarto juga memiliki perusahaan properti, AKRLand Development yang
mengoperasikan hotel di Bali dan Manado.
Kuncoro Wibowo memiliki Ace Hardware dengan kekayaan 730 juta dollar AS.
Sedangkan Aksa Mahmud, pemilik Grup Bosowa memiliki kekayaan berlimpah
setelah menjual 23 persen saham di Nusantara Infrastruktur ke Peter Sondakh. Dia
juga tengah membangun pabrik semen kedua di Maros, Sulawesi Selatan dan
memiliki lahan padi 100.000 hektare di Papua.
Lalu Handojo Santosa merupakan pewaris Ometraco Group, yang berubah jadi
Japfa Comfeed. Japfa, produsen pakan ternak terbesar kedua di Indonesia dengan
pertumbuhan penjualan 21 persen dalam lima tahun terakhi

Berikut, rekam jejak bisnis Achmad Hamami:

1970, A.H.K. Hamami mendirikan PT Trakindo Utama pada 23


Desember

1971, Trakindo resmi menjadi agen tunggal Caterpillar di Indonesia pada


13 April

1977, Trakindo mendirikan anak perusahaan, PT Sanggar Sarana Baja,


untuk memberikan layanan perancangan dan fabrikasi untuk pasar
industri peralatan berat

1982, PT Natra Raya berdiri sebagai perusahaan patungan antara


Caterpillar Inc. dan Trakindo yang bergerak di bidang manufaktur dan
perakitan alat berat Caterpillar

1993, divisi mining Trakindo dibentuk untuk mendukung industri


pertambangan Indonesia dengan layanan dan peralatan kelas dunia

1995, Trakindo mendirikan anak perusahaan, PT Chandra Sakti Utama


Leasing, untuk memberikan layanan pembiayaan pembelian peralatan
Caterpillar

1996, Trakindo memperkenalkan CAT Oil Program dan Trakindo resmi


menjadi agen produk Sullair

1997, Trakindo mendirikan anak perusahaan, PT Cipta Kridatama, untuk


memberikan layanan kontrak dan sewa bagi industri pertambangan.
Pada tahun yang sama, Trakindo mendirikan anak perusahaan, PT
Cipta Krida Bahari, untuk memberikan layanan jasa logistik

1998, Trakindo resmi menjadi agen produk Baldwin dan Olympian

1999, Trakindo mendirikan anak perusahaan, PT Mitra Solusi


Telematika, yang memberikan fasilitas dan layanan manajemen
teknologi informasi, termasuk pusat data recovery bisnis dan informasi

2000, PT Tiara Marga Trakindo berdiri pada 16 Agustus sebagai


perusahaan induk Grup Trakindo. Trakindo pada tahun itu, resmi
menjadi agen produk Sykes Pumps

2001, Trakindo resmi menjadi agen produk Bitelli

2002, CAT Rental Store pertama dibuka

2003, Trakindo menjadi penyalur Caterpillar No. 1 di dunia untuk


penjualan pelumas Caterpillar dalam CAT Oil Program

2005, Trakindo resmi menjadi agen produk LAKO Harvester

Anda mungkin juga menyukai