Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
meninggal,
tetapi
tidak
memiliki
bukti
yang
cukup
untuk
II.1.2. Epidemiologi
Insiden stroke bervariasi di berbagai negara di Eropa, diperkirakan
terdapat 100 200 kasus stroke baru per 10.000 penduduk per tahun
(Hacke dkk, 2003). Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000
insiden stroke per tahun, yang menyebabkan lebih dari 160.000 kematian
per tahun, dengan 4,8 juta penderita stroke yang bertahan hidup
(Goldstein dkk, 2006).
Meskipun dapat mengenai semua usia, insiden stroke meningkat
dengan bertambahnya usia dan terjadi lebih banyak pada wanita usia
yang lebih muda. Perbandingan insidens pria dan wanita pada umur 55
11
II.1.4. Klasifikasi
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas
patologi anatomi (lesi), stadium dan lokasi (sistem pembuluh darah)
(Misbach, 2011).
I.
II.
Berdasarkan stadium :
1. TIA
2. Stroke in evolution
3. Completed stroke
III.
II.1.5. Patofisiologi
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan
perdarahan subaraknoid. Insiden perdarahan intrakranial kurang lebih
20% adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah
perdarahan subaraknoid dan perdarahan intraserebral (Caplan, 2000).
Perdarahan
intraserebral
biasanya
timbul
karena
pecahnya
II.1.6. Penanganan
Stroke perdarahan dikaitkan dengan tingkat kematian yang tinggi
dan morbiditas yang berat. Pengobatan pilihan masih kontroversial,
mengingat bahwa data dari beberapa uji klinis belum memberikan bukti
yang meyakinkan untuk mendukung efektivitas surgical clot removal. Oleh
karena itu, penanganan dilakukan terutama terhadap edema serebri
sebagai target potensial untuk terapi intervensi pada penderita stroke
hemoragik (Thiex dkk, 2007).
Beberapa hal yang berperan besar untuk menjaga agar TIK tidak
meninggi pada stroke, antara lain (Misbach, 2011) :
1. Mengatur posisi kepala lebih tinggi 15 300 dengan tujuan
memperbaiki venous return.
2. Mengusahakan tekanan darah yang optimal.
Tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan edema
serebral,
sebaliknya
tekanan
darah
terlalu
rendah
akan
gelisah,
nyeri
dan
demam
akan
menyebabkan
terjadi kerusakan jaringan otak dan edema. Hal ini pada akhirnya
akan mengakibatkan peninggian TIK.
4. Koreksi kelainan metabolik dan elektrolit.
Hiponatremia akan menyebabkan penurunan osmolalitas plasma
sehingga akan terjadi edema sitotoksik sedangkan hipernatremia
akan menyebabkan lisisnya sel-sel neuron.
5. Mengatasi hipoksia.
Kekurangan oksigen akan menyebabkan terjadinya metabolisme
anaerob, sehingga akan terjadi metabolisme tidak lengkap yang
menghasilkan asam laktat sebagai sisa metabolisme. Peninggian
asam laktat di otak akan menyebabkan terjadinya asidosis laktat
dan selanjutnya menyebabkan edema otak dan peninggian TIK.
6. Menghindari beberapa hal yang menyebabkan peninggian tekanan
abdominal seperti batuk, mengedan dan penyedotan lendir
pernafasan yang berlebihan.
7. Pemberian larutan manitol 20 25% dengan dosis 0,75 1 mg /
kgBB bolus, diikuti 0,25 0,5 mg / kgBB setiap 3 5 jam
tergantung pada respon klinis. Komplikasi penggunaan manitol
adalah hipotensi, hipokalemia, gangguan fungsi ginjal karena
hiperosmolaritas, gangguan jantung kongestif dan hemolisis.
terapi dalam
yang berpotensi
II.2. MANITOL
II.2.1. Farmakologi
Manitol adalah polialkohol nonmetabolik C-6 dengan berat molekul
182, dan merupakan agen diuretik tertua serta paling banyak digunakan
sebagai osmotik. Selain menjadi agen hiperosmotik, manitol juga telah
terbukti sebagai scavenger efektif radikal hidroksil bebas dalam berbagai
sistem biologis termasuk ekstraselular (Better dkk, 1997).
II.2.2. Farmakokinetik
Manitol harus diberikan secara parenteral karena pemberian secara
oral tidak diserap. Manitol didistribusikan hampir seluruhnya dalam cairan
ekstraseluler, dan hanya sedikit yang masuk ke dalam sel. Sebagai
sisanya
secara
bebas
disaring
oleh
glomerulus
dan
cairan
ekstraselular
dan
menyebabkan
terjadinya
II.2.3. Farmakodinamik
Diuretik osmotik terutama bekerja pada tubulus proksimal dan pars
desendens
lengkung
Henle.
Melalui
efek
osmotik,
diuretik
juga
II.2.4. Dosis
Manitol biasanya diberikan dalam larutan 20% dalam dosis bolus,
dibandingkan sebagai infus kontinyu. Tekanan intrakranial akan menurun
dalam 5 10 menit. Efek maksimum terjadi dalam waktu sekitar 60 menit
dan total efek dapat berlangsung 3 4 jam. Pemberian bolus
meminimalkan hemokonsentrasi dan memperpanjang efek. Bolus 0,25
0,5 g / kg (diberikan selama 10 20 menit) dapat digunakan dan diulang
tergantung pada respon. Dosis 0,25 g / kg tampaknya seefektif dosis 1 g /
kg dalam mengurangi TIK tetapi tidak memiliki lama efek yang sama
(Reilly, 1997).
Indikasi manitol
Menurunkan peningkatan tekanan intrakranial
Menjaga fungsi ginjal perioperasi pada pasien rencana operasi jantung
dan pasien jaundice
Diuresis dan mengurangi resiko gagal ginjal akut setelah transplantasi
ginjal
Menjaga fungsi ginjal pada rhabdomyolysis akibat trauma dan
compartment syndrome
Persiapan kolon sebelum operasi kolorektal, kolonoskopi,dan
enema barium
Meningkatkan ekskresi zat toksik pada urin
Tabel 2. Kegunaan medis manitol
Dikutip dari : Shawkat, H., Westwood, M., Mortimer, A.2012. Mannitol : a review
of its clinical uses. Contin Educ Anaesth Crit Care Pain. 12:82-85.
serta
dengan
mengurangi
volume
darah
melalui
meningkatkan
sirkulasi
dengan
mengurangi
tekanan
jaundice
dan
rhabdomyolysis.
Namun,
studi-studi
urea dan gliserol, yang tidak lagi digunakan secara klinis (Castillo dkk,
2009).
metabolik,
dan
ketidakseimbangan
elektrolit,
termasuk
yang
paling
umum
dari
terapi
manitol
adalah
reabsorpsi
Na+
sehingga
mengurangi
ATP,
yang
dapat
Nefrotoksisitas manitol
1.
2.
3.
4.
Data are from Gadallah et al, Am J Med Sci 309:219-222, 1995 (case
report and review; N=10). Used with permission.
Tabel 4. Nefrotoksisitas manitol
Dikutip dari : Visweswaran, P., Massin, E.K., Dubose, T.D. 1997. MannitolInduced Acute Renal Failure. J Am Soc Nephrol. 8:1028-1033.
Manitol 20%
Dorman dkk, 1990: Melaporkan 8 kasus GGA
diinduksi manitol. Oliguria terjadi dalam waktu 3,5+1,1
(rata-rata+SD) hari setelah menerima dosis manitol
harian 189+64g dan total 626+270g, selama >3,5+1,5
hari. Puncak serum kreatinin 5,7+2,7 mg/dL. Puncak
osmolal gap 74+39 mOsm/kgH2O. Dijumpai sel epitel
tubular mengandung vakuola dalam sedimen urin.
Manitol 20%
Fungsi Ginjal
Hari 0 dan Hari 3
GFR
Kreatinin
Ureum
Osmolalitas
Output
Elektrolit
Serum
Serum
Serum
Urin
Serum