DASAR-DASAR ILMU
TANAMAN MAKANAN TERNAK
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelasakan tentang difinisi,
kedudukan tanaman makanan ternak dalam usaha peternakan dan factor-faktor yang
mempengaruhi produksi padang rumput.
Tujuan Instrusional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat :
1. menjelaskan beberapa factor yang memepengaruhi produksi suatu padang rumput
2. menjelaskan defenisi tentang ilmu makanan ternak
3. menjelaskan kedudukan ilmu makanan ternak dalam usaha peternakan
4. menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi produksi padang rumput
5. menjelaskan tujuan mempelajari landasan agrostologi
6. membedakan dan mengelompokan tanaman makan ternak yang bersal hijauan dan
yang berasal dari butiran
7. menjelaskan bahan makanan ternak yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan
dan bahan makanan tambahan
Produktivitas ternak potong, perah dan ternak kerja di daerah tropis dan daerah
sub tropis sangat berbeda hal ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain Sifat genetic
dan pengelolaan peternakan yang kurang sempurna.
Ditinjau dari segi teknik pemeliharaan ternak maka daerah sub tropis dan daerah
tropis sangat berbeda untuk daerah tropis sistem pemeliharaan biasanya Extensif dan
daerah sub tropis biasanya sistem pemeliharaan Intensif. Peternakan intensif bertumpu
pada tanah yang minim sehingga tanah yang digunakan harus dirawat baik baik agar
kesuburan tanah tetap terjamin sehingga produksi Hijauan Makanan Ternak (HMT)
dapat mencukupi kebutuhan ternak baik untuk hidup maupun untuk
berproduksi.Sedangkan untuk peternakan Extensif , tanah yang digunakan tidak terawat
baik, makanan ternak yang tersedia berupa rumput alam dan jauh dari memenuhi
persyaratan untuk makanan ternak yang baik. Untuk itu dalam perencanaan
pengembangan HMT di Timor LoroSae diperlukan suatu tinjauan yang komprehensif
tentang situasi daerah dengan suatu analisa yang tajam dan tepat mengenai potensi dan
masalah-masalah yang dihadapi serta prospek di masa yang akan datanng.
Difinisi:
Ilmu makanan ternak ialah suatu ilmu yang mempelajari segala aspek tentang
sifat tananaman makanan ternak yang erat hubungannya dengan keadaan tanah, iklim dan
tujuan peternakan.
1
Tujuan
Tujuan kita mempelajari ilmu makanan ternak adalah: untuk mengetahui cara
membudidayakan tanaman makanan ternak.
Sebelum kita membicarakan mengenai tanaman makanan ternak, kita tinjau terlebih
dahulu kedudukan tanaman di dalam suatu usaha peternakan. Seperti yang kita ketahui
bahwa makanan ternak berasal dari 3 sumber yaitu :
1. Bahan makanan ternak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, dapat berupa :
a. Hijauan/daun-daunan : - rumput-rumputan
- leguminosa
- hasil sisa pertanian, seperti jerami,daun ubi jalar
dan sebagainya
- daun-daunan tanaman pohon, seperti daun
nangka dan sebagainya.
b.Butir-butiran
c.Umbi-umbian
d. Hasil ikutan pabrik
Energi dari
Sinar matahari
Suhu
PRODUKSI
HIJAUAN
Distribusi Musiman
Tekanan
Pengembalaan
Pengaruh-2 ternak
perengutan
penginjakan
cyclus hara
Konsumsi
Sistem tatalaksana
Termasuk pengawetan
Kwalitas hijauan
Yang dimakan
PRODUKSI TERNAK
Skema di atas jelas menunjukan bahwa iklim adalah dominan terhadap produksi hijauan,
sedangkan factor ternak dan pengelolaan pada rumput akan banyak mempengaruhi
produsi hijauan yang akan dimakan, dimana factor ternak disini ditekan kepada jumlah
yternak per satuan luas tanah. Pada akhirnya produksi ternak dicerminkan oleh produksi
daging, susu atau wool. Pada dasarnya hal ini sangat tergantung pada jenis ternak itu
sendiri yang secara genetic telah memiliki kemampuan untuk berproduksi sesuai dengan
sifatnya dan kualitas hijauan yang diberikan kepadanya.
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan dan Jelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas suatu
padang rumput !(dijelaskan dalam bentuk skema)
2. Jelaskan difinisi dan tujuan mempelajari ilmu makanan ternak (landasan
agrostologi !
3. Sebutkan bahan makanan ternak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan
bahan makanan tambahan
BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
DAN HASIL SUATU PADANG RUMPUT
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengatasi factor faktor yang
mempengruhi hasil suatu padang rumput.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. menjelaskan tentang factor-faktor yang mempengaruhi pertubuhan tanaman pada
padang rumput
2. mengerti dan menjelaskan factor iklim,tanah, species dan tatalaksana padang
pengembalaan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padang rumput.
3. mengerti dan menjelaskan perbedaan antara tanaman C3 dan C4
4. menjelaskan factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi padang
rumput.
Produktivitas suatu padang rumput merupakan fungsi fakto factor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman pada padang rumput tersebut.
Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
A).Faktor-faktor Iklim, yang terdiri dari :
1.Radiasi
2. Panjang hari
3. Suhu
4. Curah Hujan
B). Faktor-faktor Tanah yang terdiri dari :
1. Unsur hara untuk tanaman
2. Keadaan Phisik Tanah
3. Keadaan Air Tanah
C).Species yang terdapat dalam padang rumput :
1. Adaptasi terhadap lingkungan
2. Potensi genetic untuk berproduksi
D) Tata Laksana Padang Rumput
A. FAKTOR FAKTOR IKLIM
A.Radiasi
Total radiasi cenderung berkurang dengan bertambahnya latitude ( posisi tempat pada
lintang utara/selatan). Disamping itu, radiasi yang diterima di daerah tropik pada
umumnya lebih rendah dari pada daerah intermediate latitude.
4
Di daaerah tropic kehadiran awan tebal umumnya kontinyuteutama selama musim angin,
biasanya terjadi di samudra India dan asai selatan. Hal ini akan mengurangi total
radiasi.Demikian pula kadar air (kelembaban udara) yang tinggi pada atmosfir akan
mengurangi tingkat radiasi. Radiasi matahari dapat diperkirakan melalui pencatatan
langsung radiasi yang diterima, atau secara tidak langsung melalui pengukuran lamanya
sinar matahari atau lama terdapatnya awan.
Di daerah tropic seperti Timor leste, makan suhu, kelembaban dan unsuur hara mungkin
optimal untuk pertumbuhan tanaman tetapi hasilnya mungkin terbatas oleh radiasi
matahari terutama selama musim hujan.
Radiasi dan photosyntesa (assimilasi)
Seluruh bahan kering tanaman berasal dari proses assimilasi yang telah kita kenal dengan
persamaan reaksi umum sebagai berikut :
CO2 + H2O Sinar matahari (CH2O)n +O2
Chloropyl
Pada umumnya, kapasitas assimilasi rumput-rumput tropika lebih tinggi dari pada
rumput-rumput daerah temperate (sedang) dan species-species dicotyledoneae, termasuk
leguminose tropika. Rata-rata jumlah assimilasi bersih(net assimilasi) rumput-rumput
tropika kira-kira dua kali atau lebih besar dari pada leguminosa tropik pada kondisi yang
sama.
Perbedaan kapasitas photosintese ini mempunyai hubungan dengan jumlah perbedaan
penting dalam anatomi dan lintasan biokimia (biochemical pathway) assimilasi carbon.
Species-species lain dari : cyperus, amarantus, atriplex dan portulaca.
TANAMAN C3, C4 DAN PERTUMBUHANNYA
Berdasarkan daerah hidupnya, anatomis dan sifat fisiologisnya dikenal dua
kelompok besar rumput-rumputan, yaitu Panicoid (C4) adalah rumput-rumputan di
daerah tropika dan sub tropika, sedangkan Festucoid (C3) adalah rumput-rumputan di
daerah temperate.Rumput-rumputan C4 mengikuti siklus asam dikarbosilat dalam proes
photosintesanya dan memiliki derajat tumbuh lebih baik dari pada leguminose yang
mengikuti siklus asam phosphogliserat C3 dalam proses photosintesanya. Monteith
(1978) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman C4 = 50 54 gram BK m -2 hari -1 .
Perbedaan produktivitas antara rumput tropika dan temperate tersebut disebabkan oleh
perbedaan iklim lingkungan hidupnya.Dapat diharapakan pertumbuhan rumput lebih
besar karena besarnya inyensitas dan waktu penyinaran. Hal yang menarik untuk
dipelajari oleh ahli agronomi, bahwa di daerah tropika adalah penampilan rumput C4 dan
leguminosa C3 yang sama-sama hidup di daerah tropika.
Temperatur optimun untuk berlangsungnya photosintesa dengan siklus Kalvin (tanaman
C3 ) berkisar antara 15 20 derajat celcius dengan intensitas sinar antara 50.000 60.000
lux sebgaimana umumnya terjadi di daerah tropika.
Efisiensi yang tinggi tanaman C4 hanya dapat dicapai pada temperatur tinggi, intensitas
matahari tinggi dan kebutuhan CO2 antara 50 70 mg /dm2 /jam, sedangkan kisaran
kebutuhan CO2 untuk tanaman C3 adalah antara 20 30 mg/dm2/jam.
Tanaman C3 dan C4 memiliki perbedaan proses photosintesa yang erat hubungannya
dengan perbedaan anataomi daun dari kedua macam tanaman tersebut. Mesophil daun
rumput-rumputan mengandung sel kecil yang relatif uniform dan berisi kloroplast serta
5
satu atau dua lapisan sel yang lebih besar yang dikenal sebagai bundle cell melingkari
alur lebih kecil yang kesemuanya disebut dengan sel konduktif. Pada tanaman C 4 sel-sel
tersebut lebih tebal dan mengandung pula sejumlah besar kloroplast yang terkadang
terbentuk linear atau berupa granula. Sel semacam itu dikenal dengan sel tipe Kranz.
Suatu perbandingan pertumbuhan relatif (RW) 8 jenis rumput dan leguminosa dapat
dilihat pada tabel 1, kedua jenis tanaman tumbuh pada kondisi temperatur 30C .
Dijumpai bahwa rata-rata Rw untuk rumput-rumputan C4 = 0,486/g/hari (antara 0,4o7
0,550). Sedangkan rata-rataRw untuk leguminosa C3 = 0,323 antara 0,307 0,363 ).
Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan derajat net asimilasi (Ea) sedangkan leaf area
ratio (ratio daun luasan tanah) dapat dikatakan sama. Nilai Ea sangat tinggi pada rumput
rumputan, yaitu 26,6 g /m-2 hari -1, sedangkan leguminosa 18,3gr m-2 hari -1.
Tabel : 2.1.Derajat pertumbuhan rumput-rumputan dan leguminosa (Lud Low dan Wilsin
1970)
Species
Derajat Pertumhuan Derajat
Relatif (g -1 hari -1)
pertumbuhan
assimilasi (g m-2
hari -2)
Rumput-Rumputan
Brachiaria ruziziensis Cv. Kennedy
0,460
29.9
Cenchrus Ciliaris Cv biliela
0.499
27,5
Milinis minutiflora
0.453
25.3
Panicum coloratum
0.510
27.2
Panicum maximun
0.555
30.6
Panicum Maximun Cv.hamil
0.545
25.7
Pennisetum americanum Cv Katharine
0.458
21.9
Sorghum almum Cv Crooble
0.407
27.7
Rata-rata
0.486
26.6
Leguminosa
Calopogonium moconoides
Centrosema pubescens
Lotonis bainesii Cv miles
Macroptilium atropurperium Cv. Siratro
Pueraria phoscoloides
Stylosantes humilis
Vigna luteola Cv. Dalrymple
Rata-rata
0.309
0.311
0.361
0.363
0.313
0.309
0.323
0.323
16.0
14.4
25.7
17.6
16.7
22.2
18.0
18.3
Tabel : 2.2. Ciri-ciri rumput daerah tropika (C 4) dibandingkan dengan ciri-ciri rumput
daerah temperate (C3) (Dirven,1977)
Jenis yang terpenting
Bentuk
Kemampuan berassosiasi
Anakan per m2
Keperluan untuk berbunga
Tropis
Andropogon
Chlorideae
Paniceae
Kasar,tinggi banyak
batang
(ternyata
konsumsi
lebih
selekti)
Sulit
5 7000
Hari pendek atau
dipercepat
dengan
hari pendek
Temperate
Agostideae
Festuceae
Hordeae
Halus,
kurang
batang
Lebih mudah
5700 3200
Hari
panjang
irrespective
preceding
vernalization
Pertumbuhan batang
Kontinyu
Synchroon dengan
(stem elongation)
berbunga,
jarang
lain
Perkembangbiakan( Propogasi)
Biji atau vegetasi
Biji
Temperatur optimal untuk pertumbuhan 30 - 35C
Sekitar 20C
Photosintesa neto dan respirasi
50 -70 mg
20 -30 mg
CO2 dm-2 jam-1
CO2 dm -2 jam-1
Sistem photosintesa
C4
C3
Imbangan photosintesa dan respirasi
2x
dari
rumput- Separo dari rumput
rumput temperate
tropis
Polyscacharida
Pati
Fruktosa
Daya Cerna Bahan Organic (DCBO) 60 -70
70-80
hijau muda
Siklus Kelvin
Pengamatan moderm terhadap photosintesa banyak dikerjakan oleh Melvin
Calvin beserta kawan-kawan di Universitas California. Pengamatan tersebut
menggunakan ganggang hijau clorella pada suatu medium mengandung CO 2 dengan
karbon radioaktif C 14. Diketemkan bahwa C radioaktif berubah menjadi melekul
glukosa setelah 30 menit sejak mdimulainya photosintesa. Untuk menentukan jawaban
terhadap tahapan perubahan material dasar CO2 dan air hingga terbentuknya glukosa
dalam kondisi lingkungan yang gelap sehingga reaksi yang deketemukan disebut dengan
Dark Reaction. Sebagai contoh, setelah 5 detik maka C radioaktif dijumpai dalam
7
kurang dari minimun kritis panjang harinya. Dalam kelompok tersebut diatas
terdapat kategori lagi, sebagai contoh :
- strict L-D plants, yaitu tanaman yang tidak akan berbunga apabila panjang
hari kurang dari masa kritisnya.
- Facultative L-D plants, yaitu tanaman yang pembungaannya dapat
dirangsang dengan penambahan panjang hari melalui penyinaran buatan,
tetapi tanaman-tanaman tersebut akhirnya berbunga bahkan pada hari yang
pendek. Contoh: Glicine max.(kedelai)
Perlu diketahui bahwa banyak species tanaman makanan ternak tropika berada
dalam keadaan berbunga induktif (ada calon bunga, tetapi tidak mau mekar)
sepanjang tahun.
C.Suhu
Secara umum suhu mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang meliputi:
pertumbuhan, bakal bunga, pertumbuhan dan diferensiasi bunga
majemuk(inflorescense), pemasakan bunga, pertumbuhan tumpang sari,
pembentukan dan pemasakan biji. Problema dalam menentukan suhu optimun
untuk species species tanaman adalah suhu itu sendiri, yang umumnya bersamasama dengan faktor-faktor lingkungan lainnya secara kontinyu berubah, disebut
sebagai dynamic faktor.
Pada tanaman makanan ternak ternyata pengaruh suhu terhadap pembentukan
bakal bunga sangat complex dan berubah-ubah. Misalnya suhu tinggi pada malam
hari dapat mencegah pembungaan misalnya : stylosantes humillis tidak akan
benbunga pada suhu malam hari 28C dan siang suhu hari 25C.
Suhu tertinggi dimana tanaman akan berhenti tumbuh dinamakan suhu maximum.
Hal ini mungkin berhubungan dengan hambatan photosintesa dan laju respirasi
yang tinggi sehingga photosintesa neto mendekati nol. Sehingga dikenal kisaran
suhu lethal limit, yaitu kisaran suhu tertinggi dimana kerusakan biokimia
secara irresversible akan mengawali kematian tanaman. Sedangkan suhu
manimum adalah skala suhu rendah yang menghambat pertumbuhan sehingga
pertumbuhan tanaman itu terhenti. Meskipun demikian beberapa species dapat
tetap melakukan proses photosinthesa pada suhu yang mendekati 0C dan
beberapa species dapat bertahan pada suhu beku. Species padang rumput tropika
tidak dapat tolerans terhadap suhu rendah. Kebanyakan species tropika tidak
dapat bertahan terhadap serangan sumbu beku (frost), dan pada suhu udara 0C
akan menyebabkan kematian daun dan batang. Perkecualian pengaruh suhu beku
ini hanyala terhadap species latononis bainesii dan hasil seleksi setaria anceps
yang dikumpulkan dari dataran Kenya.
Suhu optimum untuk rumput-rumput tropika berada dalam kisaran antara 34 38C. Sedangkan bagi tanaman leguminosa tropika suhu optimunnya adalah
sekitar 30C. Sebagai gambaran maka pada gambar berikut ini merupakan
pengaruh suhu terhadap pertumbuhan padang rumput tropika dan temperate.
Pertumbuhan
rumput tropika
34 - 48C
-
15 - 20C
30C
rumput dan
-leguminosa
temperate
-
leguminosa
tropika
10
20
30
40
Suhu
produksi ternak. Unsur hara yang termasuk dalam trace element yang dibutuhkan oleh
ternak dalam jumlah yang cukup banyak adalah Na dan Mg untuk menjaga kesehatan dan
produksi ternak tersebut. Dua unsure ini terdapat dalam jumlah yang banyak dalam tanah.
Difisiensi cobalt dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ternak yang
digenbalakan di padang rumput tersebut.
Dari unsure hara yang digolongkan sebagai mayor element unsure Nitrogen
memegan peranan yang penting terhadap pertumbuhan dan nilai gizi tanaman, karena
unsure Nitrogen merupakan komponen penyusun protein tanaman.
Unsur hara yang cukup adalah hal yang penting untuk produksi bahan kering yang
tinggi suatu padang rumput dan menjaga kualitas padang rumput. Difiiensi Nitrogen
dalam tanah dapat dikoreksi melalui pemberian pupuk dengan biaya yang relatif rendah.
Akan tetapi untuk menjaga produksi maksimal pemberian unsur nitrogen dosis tinggi
memerlukan tambahan biaya produksi.Secara umum unsur nitrogen diperlukan untuk
mengertak pertumbuhan tanaman dalam fase vegetative, sedangkan phospor berpengaruh
terhadap pembentukan biji. Unsur kalium berperan dalam hal perkembangan akar
tanaman. Adapun sumber-sumber nitrogen untuk produksi padang rumput adalah :
1. Nitrogen Tanah
Nitrogen dalam tanah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik yang telah
ada akibat proses yang terjadi pada waktu yang lalu.
2. Nitrogen hasil fiksasi oleh bintil-bintil akar leguminosa
3. Nitrogen yang berasal dari bahan tiruan (buatan pabrik seperti pupuk
Nitrogen)
4. Nitrogen yang berasal dari kotoran hewan, sisa-sisa hasil pertanian dan
sebagainya
5. Sumber-sumber lain, ganggang biru hijau, komponen nitrogen air hujan.
B.2. Sumber-Sumber N Untuk Produksi Padang Rumput
Fiksasi N oleh organisma yang hidup pada bagian rhizosphere akar rumputrumputan tropika memiliki potensi meningkatkan produksi dan kualitas hijauan,
disamping meningkatkan simpanan N tanah. Hubungan antara paspalum notatum
dan azotobacter vpaspali mendapat pengamatan yang intensif di Brazil seperti
dilaporkan oleh Day, neves dan Dobereiner (1975) dimana aktifitas organisma
tersebut menunjukkan aktivitas yang tinggi pada masa pertumbuhan.
Penemuan tentang fiksasi N pada akar rumput tropis memberikan implikasi
penting tentang ekonomi N pada rumput tropika. Organisme spirilum lipoferum
ditemukan berkonsentrasi pada cortex sel akar digitaria decumbens. Organisme
ini cenderum berasosiasi dengan rumput-rumputan C4 yang menghasilkan asam
malat sebagi hasil utama photosintesa. Spirilum lipoferum menggunakan asam
malat sebagai sumber energinya. Derajat fiksasi N lebih dari 1 kg N/ha/hari
pernah diperoleh pada species Digitaria di lapangan (Schank, Day dan De Lucas,
1977).
B.3. Peranan Nitrogen Dalam Produksi Padang Rumput
Karena pada umumnya tanah tidak mengandung cukup N tersedia untuk
menghasilkan produksi rumput yang tinggi maka suplai N merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan. Tanah mengandung sejumlah besar N yang
12
13
24
12
20
10
16
jumlah nudule
12
4
berat tanaman
2
0
20
40
60
80
14
100
% Kritis Phospor
0.20
0.22
0,25
0,24
0,16
0,17
15
16
17
makaa level Ca dan Mg yang lebih tinggi akan dibutuhkan dalam ransum
makanannya.
Keadaan Fisik Tanah
Keadaan fisik tanah akan sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman
makanan ternak. Kesuburan fisis erat hubungannya dengan tekstur dan struktur
tanah. Tanah yang dikenhendaki adalah tanah yang gembur, cukup mengandung
udara dan air, sehingga memungkingkan pertumbuhan secara sempurna. Namun
demikian kesuburan fisis yang baik belum menjamin pertumbuhan yang optimal,
harus diimbangi dengan kesuburan kimia seperti yang telah dibahas di muka.
Kesuburan fisis dapat dipertahankan dengan menjaga agar tanah tetap gembur dan
bilamana perlu menambahkan bahan-bahan organik untuk mempertinggi
kandungan air dalam tanah.
Tekstur dan Struktur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan fraksi air, debu dan liat dalamsuatu
massa tanah. Pada tanah-tanah pasir penyususnnya yang terbesar adalah fraksi air,
sebaliknya pada suatu tanah lain kandungan fraksi liat, debu dan pasir mungkin
berada dalam keadaan yang sama banyaknya. Berdasarkan kandungan fraksi
pasir, debu dan liat terdapat 12 tekstur tanah seperti pada tabel berikut :
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Tekstur Tanah
Pasir
Pasir Berempung
Lempung
Lempung Berpasir
Lempung Berdebu
Lempung Berliat
Lempung Liat Berpasir
Lempung Liat Berdebu
Debu
Liat
Liat Berpasir
Liat Berdebu
Tanda
S
PP
L
O
A
E
M
B
U
C
G
D
Udara Tanah
Udara tanah menempati ruang pori-pori macro antara agregat-agregat tanah.
Udara tanah ini dibutuhkan bagi pernafasan tanaman melalui kegiatan jasad renik
tanah.Akar tanaman memerlukan oksigen untuk pernapasan, pengambilan hara
dan air. Jasad hidup memerlukan oksigen untuk proses penguraian bahan organik
dalam tanah. Bakteri-bakteri rhizobium juga memerlukan udara yang cukup bagi
aktifitasnya agar proses pengikatan nitrogen dari atmosphere dapat berjalan
lancar.
Pada dasarnya susunan udara tanah mengandung oksigen lebih sedikit dari karbon
dioksida. Hal ini terjadi akibat adanya pemakaian oksigen yang terus-menerus
oleh sistem perakaran tanaman serta microba tanah. Karbon dioksida sebaliknya
dihasilkan terus menerus dari hasil pernafasan akar dan hasil penguraian bahan
organik tanah.
Aerasi tanah adalah keadaan peredaran udara dalam tanah. Aerasi tanah baik
harus dalam keadaan cukup dan selalu diperbaharui. Sedangkan CO2 terkumpul
selalu dapat dibuang.
Tujuan pengolahan tanah sebenarnya disamping untuk memperoleh struktur yang
baik, juga memperbaiki tata udara (areasi) tanah agar diperoleh kedaan
lingkungan pertumbuhan bagi tanaman sebaik-baiknya.
Air Tanah
Air di dalam tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi semua prosesproses di dalam tanah baik yang bersifat fisika, kimia dan biologis. Dalam
pembentukan tanah, peranan air tanah adalah sebagai pelarut yang mempercepat
reaksi dalam pelapukan batuan. Air yang terdapat didalam tanah semuanya
berasal dari atmosphere, air hujan, embum atau salju , serta air yang merupakan
upaya manusia melalui pengairan atau penyiraman langsung.
Sesuai dengan fungsinya maka air dalam hubungannya dengan pertumbuhan
tanaman adalah sangat besar sekali. Keadaan yang terlampau basah atau kering
menggangu pertumbuhan tanaman.
Pada keadaan yang terlampau kerin gmaka air dipegang oleh tanah sedemikian
teguh sehingga tanaman tidak dapat mengambilnya pada tekanan sekitar 15 atm.
Sedangkan pada keadaan yang terlampau basah air ditahan oleh tanah dengan
tekanan 1/3 atm. Air yang tersediaq bagi tanaman adalah air yang berada pada
tekanan 1/3 -15 atm, atau berada pada titik kapasitas lapan dan titik layu
permanen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah air yang tersedia bagi tanaman adalah :
1. Tegangan Air dan Tanah
Faktor-faktor seperti tekstur, struktur dan bahan organik tanahakan
mempengarui tegangan air serta mempengaruhi jumlah air yang
tersedia. Tanah-tanah dengan kadar bahan organik yang tinggi
biasanya nilai kapasitas air yang tersedia lebih besar.
2. Kadar Garam
20
Contoh :
- Crotalaria juncea
- Crotalaria anagyroides
- Tephrosia candida
3. Sebagai pohon pelindung
Contoh:
- Leucaena leucocephalata ( lamtoro)
- Erytrhrina Lithospera (dadap)
- Sesbania glandifora (turi)
- Acasia decurrenes
- Gliricidia
Pupuk buatan atau pupuk organik adalah pupuk-pupuk yang dibuat dalam pabrik.
Pupuk-pupuk ini dapat digolongkan berdasarkan jenis serta kandungan haranya.
Pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara disebut dengan pupuk
majemuk atau pupuk kompos sedangkan pupuk yang mengandung hanya satu
jenis unsur hara disebut dengan pupuk tunggal.
Berikut disampaikan beberapa cara pemupukan yang dikenal :
1. Disebar ( broadcast)
2. Pemupukan pada batas bajak ( Plow placement)
3. Dalam Jalur ( Band Placement)
4. Dalam baris ( in the row application)
5. Top dressed atau side dresssed
Cara yang terakhir umumnya digunakan untuk padang pengembalaan
atau diberikan diantara larikan .
Contoh Soal :
1. Jelaskan faktor faktor berikut yang berpengaruh terhadap padang rumput :
a. Iklim
-radiasi
-panjang hari
-suhu
-curah hujan dan totoal distribusinya
b. Faktor tanah
-Unsur hara untuk tanaman
- keadaan fisik tanah
- air tanah
2. Sebutkan dan jelaskan perbedaan anatara tanaman C3 dan C4 !
3. Jelaskan tanaman hari panjang (long day plant) dan tanaman intermidiate !
4. Sebutkan dan jelaskan pengaruh suhu terhadap pertumbuhan tanaman !
5. Apa yang dimaksud dengan lethal limit ?
6. Sebutkan dua unsur hara ensensial untuk pertumbuhan tanaman dan fungsinya !
7. Sebutkan sumber-sumber Nitrogen untuk produksi padang rumput !
8. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah air bagi tanaman !
9.Sebutkan beberapa cara pemupukan dan jelaskan !
22
BAB III
CARA CARA PENANAMAN DAN
PEMELIHARAAN TANAMAN
MAKANAN TERNAK
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini
makanan ternak dengan baik.
Ad.6. Umbi
Umbi adalah akar yang membesar dan berfungsi sebagai tempat cadangan
makanan dalam tanah.Cara pengambilan bibitnya cukup dengan memotong umbi tersebut
menjadi beberapa bagian. Contoh pada tanaman kudzu(pueraria triloba).
Catatan :
Biji yang dimaksud untuk bibit penanaman adalah benih. Yang dimaksud benih
adalah biji yang mempunyai nilai agronomi.
3.Pemeliharaan
Beberapa hari setelah penanaman harus diadakan pemeliharaan , karena baik atau
buruknya pertumbuhan serta berhasil tidaknya penanaman tergantung pada
pemeliharaannya. Usaha pemeliharaan ini dimulai dari perawatan setelah biji disebar atau
stek ditanam sampai dengan pemungutan hasil. Pada umumnya pemungutan hasil
tanaman makanan ternak itu ilakukan berulang kali sehingga hal ini berhubungan erat
dengan cara-cara pemeliharaannya.
Pemeliharaan dapat berupa :
1. Pemelihraan kacan-kacangan
2. Pemeliharaan rumput-rumputan
3. Pemeliharaan rumput dan kacang-kacangan
4. Pengairan
5. Pemupukan
6. Pemberantasan hama dan penyakit
7. Pemungutan hasil.
Ad. 1.Pemeliharaan kacang-kacangan
Pemeliharaan Kacang-kacangan setelah disebar, maka 3 -7 hari lagi akan segera
tumbuh. Bila sampai umur ini pertumbuhan benih tersebut tidak merata, artinya diantara
benih-benih yang tidak tumbuh , perlu diadakan penyulaman, dimana di tempat benih
yang tidak tumbuh ditanambenih-benih baru. Penyulaman ini jangan terlampau lama
sebab ini akan tertinggal pertumbuhannya.
Ad.2. Pemeliharaan rumput-rumputan
Umumnya cara pemeliharaan unutk tanaman rmput-rumputan hamper sama
dengan pemeliharaan tanaman kacang-kacangan. Untuk benih rumput yang telah
ditanam, biasanya jika dibangdingkan dengan benih kacang-kacangan tumbuh lebih lama
(kira-kira 7 hari sampai dengan 1 bulan baru dapat tumbuh). Disamping tanaman rumput
tumbuhnya agak lama, kebanyakan pertumbuhannyapun seringkali ditemui tidak merata.
Untuk menghindari hal ini sebaiknya benih rumput terseut disemaikan lebih dahulu di
tempat-tempat persemaian atau pot-pot.
Ad.3. Pemeliharaan rumput dan kacang-kacangan
27
28
BAB IV
PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK
Tunjuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melakukan pengawetan terhadap hijauan
makan ternak
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasisa diharapkan dapat :
1. menjelaskan difinisi tentang hay dan silase
2. dapat menjelaskan tujuan dari pengeringan hijauan makanan ternak dengan panas
matahari, panas buatan dan system fermentasi.
3. prisip pembuatan hay dan cara pembuatan hay
4. menentukan kwalitas hay yang bak
5. mengerti tentang maksud pembuatan silage
6. mengerti tentang tempat pembuatan silage
7. mengerti tentang hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan silage
8. mengerti tentang syarat syarat dalam pemilihan tempat dalam pembuuatan silo
9. mengerti tentang cara dan tujuan pembuatan silage
10. mengatahui factor faktor yang mempengaruhi kwalitas silage
11. menklasifikasikan silage yang dihasilkan
tebal atau kasar, sukar untuk dibuat hay dari pada tanaman yang bentuk batangnya
halus atau tipis, karena itu tidak semua jenis tanaman cocok untuk hay.
Prinsip Pembuatan Hay
Adapun prinsip-prinsip di dalam pembuatan hay adalah mengeringkan atau
menurunkan kadar air 15 20 % dalam waktu singkat dengan sedikit resiko penurunan
zat gizi.
Sedangkan cara-cara pembuatan Hay ada 4 macam cara yaitu :
1. Pengeringan dengan sinar matahari
2. Pengeringan dengan panas buatan ( mesin Pengering )
3. Pengeringan dengan Fermentasi
4. Pengeringan dengan aliran udara yang dipanaskan dan dengan aliran udara
yang tidak dipanaskan
Jalanya Pengeringan
Setelah hijauan makanan Ternak dipotong dari kebun rumput/lapangan
pengembalaan kemudian dikeringkan dengan cara-cara seperti tersebut diatas.
Untuk pengeringan dengan panas matahari sudah umum dilakukamn di daerah
tropis. Sedangkan pengeringan dengan panas buatan (mesin) dapat dilakukan di
daerah man saja tanpa terpancan kepada waktu. Selama periode pengeringan selsel tanaman masih mengadakan pernafasan seperti biasa seperti zat-zat pati
diubah menjadi gula yang akhirnya menjadi air dan gas asam arang ( CO 2 ). Hal
ini merupakan sebab terjadinya penurunan zat-zat gizi dari cara-cara pembuatan
hijauan kering. Baru setelah sel-sel tanaman makanan ternak itu mati karena zat
airnya menguap dengan adanya pengeringan maka proses pernapasan tanaman
akan terhenti dengan sendirinya.
Dari keterangan diatas maka yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan
hay, pengeringan harus secepat mungkin
1.1 Pengeringan dengan Panas Matahari
Pengeringan dengan panas matahari ini sudah banyak dilakukan orang, terutama
sekali di daerah tropis. Hal ini dikarewnakan pembuatan hijauan kering dengan panas
matahari memrlukan biaya yang murah sekali. Biasanya HMT yang sudah
dipanen/dipotong kadar airnya 70-80%. Setelah dikeringkan dengan panas matahari
selama beberapa jam ( 4 8 Jam) dalam waktu beberapa hari kadar airnya mencapai
5 15 % .
Waktu memanen rumput yang akan dibuat hay sebaiknya pada saat tanaman mulai
berbunga. Bila dipotong saat mulai tumbuh ( phase vegetatif) nilai gizinya lebih
tinggi tetapi hasilnya rendah/sedikit, sedangkan jumlah kadar airnya tinggi sekali,
tetapi jika dipotong setelah berbunga, kenaikan hasil tidak seimbang dengan turunnya
nilai gizi rasa enak buat ternak. Pengeringan yang cepat dengan menggunakan panas
matahari ini dapat menggurangi kehilangan zat makanan yang terlalu besar.
30
Kerusakan dan kehilangan zat makanan selanjutnya terjadi pada waktu pengangkutan
yang kurang hati-hati akan menyebabkan hay yang tersimpan itu menjamur.
Didalam pembuatan hay serta penyimpanan rata-rata kerusakan/kehilangan bahan
kering kira-kira 25% . Dan dalam keadaanm cuaca buruk kehilangan zat-zat makanan
ini dapat mencapai : 50 60%.
Pengeringan di lapangan dapat dilakukan dengan jalan menyerakan hijauan
dipelataran tempat pengeringan, serta dapat pula memakai Tri Pods atau kaki tiga,
dan juga dapat dengan rak.
Kebaikan dan keburukan pengeringan HMT dengan panas Matahari
Kebaikan:
1. Biaya yang dibutuhkan relatif murah
2. Semua orang dapat melakukannya
3. Kandungan Vitamin D dalam HMT lebih tinggi
Keburukkan
1. Hanya dapat dilakukan di daerah tropis
2. Semua proses pengeringan berjalan lama, sehingga penurunan vitamin
1.2 Pengeringan Dengan Panas Buatan
Pengeringan HMT dengan mesin pengering ini banyak dilakukan di luar negeri,
dimana cara ini memerlukan suhu yang tingginya sekitar 100 125 C. Hasil hay yang
diperoleh dengan cara ini lebih kecil terjadi kerusakan-kerusakan zat makanan baik
fisis maupun khemis. Dan dengan cara ini pula kandungan vitamin A serta vitamin E
lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemanasan/pengeringan dengan menggunakan
panas sinar matahari. Kerusakan karotene ini dapat dipperkecil. Namun demikian
pemanasan denghan mesin pengering ini dapat tidak ekonomis pembiayaannya bila
kwalitas HMT kadar gizinya terutama untuk daerah tropik.
Kebaikan dan keburukan Pengeringan dengan Mesin
Kebaikan:
1. Proses pengeringan berjalan dengan cepat dan lancar
2. Penurunan zat gizi dapat ditekan
3. Dapat dilakukan dimana saja tanpa mengingat waktu
Keburukan:
1. Memerlukan biaya yang cukup mahal
2. Kandungan vitamin D dalam hay rendah
1.3 Pengeringan Fermentasi
HMT yang dikerinkan sebentar dengan panas matahari ditumpuk dan dipadatkan
dalam gudang penyimpanan. Karena udara terdapat bebas dalam ruangan
penumpukan itu maka terjadi proses fermentasi yang akan menghasilkan panas.
Umumnya dengan cara ini nantinya akan menghasilkan hay yang berwarana
kecoklat-coklatan sebab terjadi karamelisasi. Pengeringan dengan fermentsasi harus
31
dilaksanakan dengan hati hati sebab panas fermentasi yang tidak terkontrol akan
menyebabkan kebakaran. Untuk mencegah terjadinya kebakaran ini perlu kipas angin
atau aliran udara yang cukup.
1.4 Pengeringan Dengan Aliran yang Dipanaskan
Hijauan yang akan dibuat hay dapat dicincang dan diserakkan atau ditumpuk dalam
gudang. Kemudian dengan menggunakan suatu alat tertentu dialirkan udara panas
melalui masa hijauan tersebut. Resiko kerusakan akan lebih besar apabila aliran udara
yang dialirkan tidak begitu panas. Pembuatan hay yang menggunakan cara ini
hasilnya lebih baik jika dibangdingkan dengan hay yang dipanaskan dengan matahari,
karena carotene dan kehilangan daunnya lebih sedikit.
1.5 Metode menentukan kekeringan hay yang telah dapat disimpan
1. Dengan memegan contoh hay dengan tangan. Jika contoh tersebut mudah
dipanaskan berarti hay sudah kering dan dapat disimpan.
2. Dengan menggunakan sebuah botol yang volumenya kurang lebih 0,25 liter,
kemudian hay yang telah dipotong-potong ( dengan ukurang setinggi botol )
dimasakan kedalam botol sampai padat. Bagian atas botol ditaburi 1 sendok
garam halus. Selanjutnya botol dikocok-kocok yang mana sebelum dikocok botol
ditutup rapat-rapat terlebih dahulu. Pengocokkan dilakukan kurang lebih 100 kali,
agar hay yang ada didalam botol dapat bercampur dengan garam halus. Setelah itu
botol dibalik dan diamati. Bila garam masih dlam bentuk butir-butiran ( lihat
dibagian tutup botol ) berarti hay tersebut telah kering. Bila garamnya membentuk
gumpalan yang sedikit basah maka hay belum kering benar. ( Kandungan airnya
masih 25% bahkan lebih.
1.6 Menentukan Hay yang baik
Hay yang disebut Baik bila :
1. Warnanya Hijau cerah
2. Cukup mengandung daun
3. Baunya harum
4. Teksturnya Halus dan tidak rapuh
5. Disukai ternak
6. Daya cerna tinggi
7. Bersih/bebas dari tumbuh-tumbuhan penggangu
II.Pengawetan Hijauan Makanan Dalam Bentuk Segar
2.1.Pembuatan Silase.
Kemajuan peternakan khususnya ternak pemakan rumput-rumputan (rumenansia )
perlu
Didukung oleh kemajuan pembangunan sumber sumber HMT, terutama rumput dan
kacang-kacangan karena merupakan makanan pokok yang termurah. Semua jenis ternak
tersebut agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan sempurna hanya apabila makanan
tersedia sepanjang tahun. Lebuh-lebih lagi sapi daging, karena tidak kurang dari 82%
32
kebutuhan makanannya berupa hijauan maupun yang telah diawetkan dalam bentuk
Kering (hay) atau segar (silase).
Maksud Pembuatan Silase
Difinisi : Silase adalah HMT yang disimpan dalam keadaan segar dengan kadar
air antara 60 70%, di suatu tempat yang disebut silo.
Maksud pembuatan silase adalah untuk mengawetkan, menyimpan sebgai
cadangan bahan makanan ternak yang berupa berbagai macam jenis hijauan makanan
segar.
Jadi tujuan yang penting adalah :
1. sebagai persediaan makanan yang dapat dipergunakan pada saat kekurangan HMT
segar.
2. untuk menampung kelebihan HMT
3. memanfaatkan hijauan pada saat ternak sedan mengalami pertumbuhan
4. mendayagunakan sisa hasil-hasil pertanian dan hasil ikutan pertnian lainnya.
1.
2.
3.
4.
5.
Persediaan bahan
pemelikan tempat
pebuatan silo
penutup silo
cara pengambilan silase
34
Agar tidak terjadi acidiosis perlu ditambahkan 6,5 gram CaCO3 per Kg
Silase
Pemelikan Tempat
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam hal mencari tempat untuk
pelaksanaan pembuatan silo yaitu :
1. Carilah tempat yang tidak mudah digenangi airpada waktu musin hujan
tiba,serta pilahlah tempat yang lebih tinggi dari sekitarnya
2. dipilih tempat yang tidak jauh dari ternaknya yang akan diberi silase
3. air tanah di tempat yang untuk dibuat penyimpanan harus lebih dalam dari
dasar lubang.
Pembuatan Silo
a. Ukurang silo sebaiknya sesuai dengan kebutuhannya.
b. Buat silo yang berbentuk bundar seperti sumur (pit silo), hal ini
penting untuk mengurangi kerugian
c. Ukurang yang baik:
Garis tengah : 3 5 meter
Dalam
: 1,5 meter
Silo ini cukup menyimpan lebih dari 6 ton.
d. Dinding silo
Harus kedap air dan udara. Untuk mencegah hujan berhubungan
langsung dengan tanah karena tanah banyak mengandung
mikroorganisma yang merugikan, maka perlu dilapisi dengan
plastik, ayaman banbu atua bahan lain.
e. Lamtai dasar
Hendaknya dibuat lubang untuk perembesan/penetesan air
kebawah.
2.4.4. Penutup Silo
a. Tutup dengan rapat sihingga O2 dan air tidak dapat masuk
dalam tempar penyimpanan
b. Tutup pertama diberi lembaran plastik,kemudian ditumpuk tanah
diatasnya setebal 50 cm dari permukaan tanah.
c. Supaya lebih sempurna penutupnya , maka paling atas diberi
pemberat.
2.4.5. Cara Pengambilan Silase
a. Setelah tiga minggu atau tergantung kebutuhan, maka silo dapat
dibongkar untuk
Dapat diambil silasenya
b. Ambil secukupnya untuk diberikan kepada ternak, tetapi silase
tidak boleh
Untuk mengantikan makanan hijauan seluruhnya sekaligus.
c. Cara pengambilan
Setelah pengambilan silase selesai silo harus ditutup rapat- rapat
kembali dengan baik.
35
36
37
Soal Latihan :
1.
2.
3.
4.
38
BAB V
NILAI GIZI HIJAUAN MAKANAN TERNAK
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti tentang nilai gizi
hijauan makanan ternak.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi produksi bahan kering
2. factor faktor yang mempengaruhi imbangan batang
3. factor faktor yang mempengaruhi konsumsi untuk hijauan yang
berkwalitas rendah.
Nilai suatu padang rumput di tentukan berdasarkan out put produksi ternak. Dalam hal
ini, produksi ternak merupakan fungsi produksi hijauan pada suatu padang rumput,
tekanan penggembalaan ( Stocky rate ),efisiensi pengunaan padang rumput, kualitas
hijauan padang rumput di tambah dengan berbagai factor exsternal seperti jenis ternak
dan tingkat adaptasinya,kesehatan ternak, internal dan external parasit.
Karena hijauan pada suatu padang rumput merupakan sumber makanan bagi ternak, maka
hijauan tanaman makanan ternak tersebut harus dapat mencukupi kebutuhan energi,
protein,mineral dan vitamin.
Produksi bahan kering dan segar.
Hal ini di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
Jenis rumput
Pemupukan
Interval pemotongan
Tata laksana pemeliharaan.
Pengaruh jenis rumput
Pengukuran produksi hijauan selalu di lakukan terhadap produksi bahan keringnya
didalam BK tersebut zat-zat makanan yang diperlukan ternak.
1.2. Pengaruh pemupukan
Pupuk diperlukan untuk mengganti mineral yang telah diserap oleh tanaman. Disamping
berpengaruh terhadap produksi hijauan, pemupukan berpengaruh pula terhadap zat
makanan dari pada hijauan.
1.3. Pengaruh interval waktu pemotongan
Dengan interval waktu pemotongan lebih lama maka produksi persatuan waktu juga
menigkat sampai batas tertentu.
39
Daya cerna
Kecepatan lewatnya makannan
pencernaan
Ukuran partikel makanan
Volume rumen
dalam
saluran
Komsumsi tergantung dari berbagai factor yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
factor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsic antara lain :
- Jenis ternak
- Keadaan fisiologis ternak
- Tingkat produksi ternak
Faktor ekstrinsik antara lain :
-
4. Daya cerna
Daya cerna adalah suatu hal yang untuk diketahui disamping proksimat.
Daya cerna dapat di pengaruhi oleh beberapa factor eksternal antara lain:
-
Jenis tanaman
Pupuk
Umur dan suhu.
Ad 2. Persisten
Karakter sehubungan dengan persisten, misalnya :
a.
b.
c.
d.
e.
Faktor yang perlu diperhatikan tentang kemampuan berasosiasi tersebut terdiri atas :
2. Bentuk pertumbuhan tanaman
3.
4.
5.
6.
Kemampuan berkompetisi
Musim pertumbuhan
Palatabilitas
Respons terhadap defoliasi
42
BAB VI
PEMBANGUNAN PADANG RUMPUT
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapa memahami dan mampu
melaksanakan pembangunan padang rumput dengan meperhatikan criteria-kriteria yang
ada.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. menjelaskan metode yang digunakan dalam pembangunan padang rumput.
2. Mengerti dan keterlambatan tumbuhnya benih yang ditanam
3. mengerti tujuan pembuatan pasture
4. mengerti tahap-tahap pembuatan pasture
5. mengerti tentang system defoliasi
6. mengerti tentang aspek-aspek dalam pemberian pupuk
7. mengerti tentang factor-faktor yang mepengaruhi efisiensi pemupukan
1. Pendahuluan
Metode yang digunakan untuk pembangunan pada rumput sangat luas, antara lain
tergantung pada:
1. Terjadinya vegetasi
2. Intensitasi pengembangan
3. Spesies yang akan dikembangkan
4. Macam tanah dan topografinya
Metode untuk pembersihan areal tanah akan tentukan oleh :
-
perlu, agar dihasilkan suatu padang rumput dengan tanaman yang baik dan seragam
tumbuhnya.
Benih-benih tanaman makanan ternak seringkali mengalami hambatan dalam
perkecambahannya terutama benih leguminosa. Oleh sebab itu mengatasi kelambatan
tumbuhnya, perlu diberikan suatu perlakuan mekanis (misalnya dengan jalan digosok
dengan kertas ampalas dsb), maupun dengan kimiawi (missal; dicelupkan dengan H 2SO4,
KNO3).
Tujuan utama pembuatan Pasture adalah menyediakan hijauan makanan ternak yang
bergizi tinggi, efisien dan kontinyu sepanjang tahun.
Penggeburan ( Harrwing)
Topogarfi
Sumber air
Komunikasi.
Dalam pengertian defoliasi ada dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu :
Cutting atau grazing frequensi Ulangan pemontongan atau penggembalaan yang
dilakukan terhadap tanaman makanan ternak.Semakin sering dilakukan pemontongan
atau penggembalaan maka pertumbuham kembali semakin terhambat karena tidak
memperoleh kesempatan yang cukup untuk berasimilasi.
Cutting atau grazing Intensity Tinggi rendahnya pemontongan atau perenggutan yang
diderita oleh tanaman makanan ternak.Semakin pendek bagian tanaman yang di
tinggalkan maka pertumbuhan kembali semakin terhambat karena persedian KH yang
ditinggalkan dalam tunggul semakin sedikit dan karena kesempatan melakukan asimilasi
lebih banyak berkurang.
Pada sistim cut and carrysangat perlu diperhatikan :
Periode istirahat
Frekuensi dan intensitas defoliasi yang optimim sangat bervariasi tergantung antara lain :
jenis hijauan, iklim yang berlaku serta ketegaran tanaman yang bersangkutan.
Pemupukan
Untuk memperoleh hasil pemupukan yang optimum perlu di ketahui : unsur hara tanah,
kebutuhan hara pupuk dan musim yang berlaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemupukan:
pH tanah
Tekstur tanah
Sifat tanaman
Penyiangan dan pendangiran
Pendagiran dilakukan dengan jalan melakukan penggembalaan berat terlebih dahulu,
kemudian dilakukan harrowing ringan yang dilakukan pada awal musim hujan.
Pengawetan
Pengawetan ini dapat dilakukan secara segar ( Silage) secara kering ( Hay).
Renovasi (peremajaan )
Suatu pasture yang telah tua (5-8th) mungkin akan mengalami keadaan dimana tidak
responsive lagi terhadap pengelolaan.Agar diperoleh kemampuan berproduksi seperti
semula perlu dilakukan peremajaan dan peremajaan dilakukan secara bertahap agar
ternak masih dapat memperoleh makanan sebelum tanaman baru dapat dipanen.
47
Soal Latihan :
4. Jelaskan tujuan pembuatan pasture
5. Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap pembuatan pasture
6. Sebutkan cara-cara pembuatan pasture
7. Sebutkan factor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemupukan.
48