Anda di halaman 1dari 48

BAB I

DASAR-DASAR ILMU
TANAMAN MAKANAN TERNAK
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelasakan tentang difinisi,
kedudukan tanaman makanan ternak dalam usaha peternakan dan factor-faktor yang
mempengaruhi produksi padang rumput.
Tujuan Instrusional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat :
1. menjelaskan beberapa factor yang memepengaruhi produksi suatu padang rumput
2. menjelaskan defenisi tentang ilmu makanan ternak
3. menjelaskan kedudukan ilmu makanan ternak dalam usaha peternakan
4. menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi produksi padang rumput
5. menjelaskan tujuan mempelajari landasan agrostologi
6. membedakan dan mengelompokan tanaman makan ternak yang bersal hijauan dan
yang berasal dari butiran
7. menjelaskan bahan makanan ternak yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan
dan bahan makanan tambahan
Produktivitas ternak potong, perah dan ternak kerja di daerah tropis dan daerah
sub tropis sangat berbeda hal ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain Sifat genetic
dan pengelolaan peternakan yang kurang sempurna.
Ditinjau dari segi teknik pemeliharaan ternak maka daerah sub tropis dan daerah
tropis sangat berbeda untuk daerah tropis sistem pemeliharaan biasanya Extensif dan
daerah sub tropis biasanya sistem pemeliharaan Intensif. Peternakan intensif bertumpu
pada tanah yang minim sehingga tanah yang digunakan harus dirawat baik baik agar
kesuburan tanah tetap terjamin sehingga produksi Hijauan Makanan Ternak (HMT)
dapat mencukupi kebutuhan ternak baik untuk hidup maupun untuk
berproduksi.Sedangkan untuk peternakan Extensif , tanah yang digunakan tidak terawat
baik, makanan ternak yang tersedia berupa rumput alam dan jauh dari memenuhi
persyaratan untuk makanan ternak yang baik. Untuk itu dalam perencanaan
pengembangan HMT di Timor LoroSae diperlukan suatu tinjauan yang komprehensif
tentang situasi daerah dengan suatu analisa yang tajam dan tepat mengenai potensi dan
masalah-masalah yang dihadapi serta prospek di masa yang akan datanng.
Difinisi:
Ilmu makanan ternak ialah suatu ilmu yang mempelajari segala aspek tentang
sifat tananaman makanan ternak yang erat hubungannya dengan keadaan tanah, iklim dan
tujuan peternakan.
1

Tujuan
Tujuan kita mempelajari ilmu makanan ternak adalah: untuk mengetahui cara
membudidayakan tanaman makanan ternak.
Sebelum kita membicarakan mengenai tanaman makanan ternak, kita tinjau terlebih
dahulu kedudukan tanaman di dalam suatu usaha peternakan. Seperti yang kita ketahui
bahwa makanan ternak berasal dari 3 sumber yaitu :
1. Bahan makanan ternak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, dapat berupa :
a. Hijauan/daun-daunan : - rumput-rumputan
- leguminosa
- hasil sisa pertanian, seperti jerami,daun ubi jalar
dan sebagainya
- daun-daunan tanaman pohon, seperti daun
nangka dan sebagainya.
b.Butir-butiran
c.Umbi-umbian
d. Hasil ikutan pabrik

: jagung, padi, gandum,kacang hijau dan kedelai


: ubi kayu, ubi jalar, wortel dan sebagainya.
: dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah,
bungkil kedelai dan sebagainya.
2. Bahan Makanan yang berasal dari hewan, misalnya : tepung ikan, tepung darah,
Tepung tulang dan sebagainya.
3. Bahan makanan tambahan, misalnya : vitamin, antibiotika, hormon dsb.
Ketiga sumber bahan makanan tersebut diatas dapat dikelompokan menjadi dua golongan
yaitu :
1. HMT ( rumput-rumputan, leguminosa dan daun-daunan )
2. Bahan makanan penguat ( butir-butiran, bungkil, tepung ikan dsb)
Mengenai bahan makanan penguat (Konsentrat ) dan bahan makanan tambahan, dalam
kuliah ini tidak akan dibahas lebih lanjut, akan tetapi akan dibahas dalam mata kuliah
bahan makanan ternak dan formula ransum.
4.Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi padang rumput .
Faktor-faktor yang salin berintereaksi mempengaruhi produksi pada rumput dapat
digambarkan dalam skema sebagai berikut :

Energi dari
Sinar matahari
Suhu

Kadar air yang tersedia

Species dan Cultivar

Unsur hara Tanah

Pembuatan Padang Rumput

PRODUKSI
HIJAUAN

Hama dan penyakit

Distribusi Musiman
Tekanan
Pengembalaan

Pengaruh-2 ternak
perengutan
penginjakan
cyclus hara

Konsumsi

Sistem tatalaksana
Termasuk pengawetan

Kehilanagan melalui embun


beku, mati terinjak dan
Pembusukan
PRODUKSI HIJAUAN
YANG DIMAKAN TERNAK

Klas dan Breed

Kwalitas hijauan
Yang dimakan
PRODUKSI TERNAK

Skema di atas jelas menunjukan bahwa iklim adalah dominan terhadap produksi hijauan,
sedangkan factor ternak dan pengelolaan pada rumput akan banyak mempengaruhi
produsi hijauan yang akan dimakan, dimana factor ternak disini ditekan kepada jumlah
yternak per satuan luas tanah. Pada akhirnya produksi ternak dicerminkan oleh produksi
daging, susu atau wool. Pada dasarnya hal ini sangat tergantung pada jenis ternak itu
sendiri yang secara genetic telah memiliki kemampuan untuk berproduksi sesuai dengan
sifatnya dan kualitas hijauan yang diberikan kepadanya.
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan dan Jelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas suatu
padang rumput !(dijelaskan dalam bentuk skema)
2. Jelaskan difinisi dan tujuan mempelajari ilmu makanan ternak (landasan
agrostologi !
3. Sebutkan bahan makanan ternak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan
bahan makanan tambahan

BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
DAN HASIL SUATU PADANG RUMPUT
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengatasi factor faktor yang
mempengruhi hasil suatu padang rumput.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. menjelaskan tentang factor-faktor yang mempengaruhi pertubuhan tanaman pada
padang rumput
2. mengerti dan menjelaskan factor iklim,tanah, species dan tatalaksana padang
pengembalaan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padang rumput.
3. mengerti dan menjelaskan perbedaan antara tanaman C3 dan C4
4. menjelaskan factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi padang
rumput.
Produktivitas suatu padang rumput merupakan fungsi fakto factor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman pada padang rumput tersebut.
Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
A).Faktor-faktor Iklim, yang terdiri dari :
1.Radiasi
2. Panjang hari
3. Suhu
4. Curah Hujan
B). Faktor-faktor Tanah yang terdiri dari :
1. Unsur hara untuk tanaman
2. Keadaan Phisik Tanah
3. Keadaan Air Tanah
C).Species yang terdapat dalam padang rumput :
1. Adaptasi terhadap lingkungan
2. Potensi genetic untuk berproduksi
D) Tata Laksana Padang Rumput
A. FAKTOR FAKTOR IKLIM
A.Radiasi
Total radiasi cenderung berkurang dengan bertambahnya latitude ( posisi tempat pada
lintang utara/selatan). Disamping itu, radiasi yang diterima di daerah tropik pada
umumnya lebih rendah dari pada daerah intermediate latitude.
4

Di daaerah tropic kehadiran awan tebal umumnya kontinyuteutama selama musim angin,
biasanya terjadi di samudra India dan asai selatan. Hal ini akan mengurangi total
radiasi.Demikian pula kadar air (kelembaban udara) yang tinggi pada atmosfir akan
mengurangi tingkat radiasi. Radiasi matahari dapat diperkirakan melalui pencatatan
langsung radiasi yang diterima, atau secara tidak langsung melalui pengukuran lamanya
sinar matahari atau lama terdapatnya awan.
Di daerah tropic seperti Timor leste, makan suhu, kelembaban dan unsuur hara mungkin
optimal untuk pertumbuhan tanaman tetapi hasilnya mungkin terbatas oleh radiasi
matahari terutama selama musim hujan.
Radiasi dan photosyntesa (assimilasi)
Seluruh bahan kering tanaman berasal dari proses assimilasi yang telah kita kenal dengan
persamaan reaksi umum sebagai berikut :
CO2 + H2O Sinar matahari (CH2O)n +O2
Chloropyl
Pada umumnya, kapasitas assimilasi rumput-rumput tropika lebih tinggi dari pada
rumput-rumput daerah temperate (sedang) dan species-species dicotyledoneae, termasuk
leguminose tropika. Rata-rata jumlah assimilasi bersih(net assimilasi) rumput-rumput
tropika kira-kira dua kali atau lebih besar dari pada leguminosa tropik pada kondisi yang
sama.
Perbedaan kapasitas photosintese ini mempunyai hubungan dengan jumlah perbedaan
penting dalam anatomi dan lintasan biokimia (biochemical pathway) assimilasi carbon.
Species-species lain dari : cyperus, amarantus, atriplex dan portulaca.
TANAMAN C3, C4 DAN PERTUMBUHANNYA
Berdasarkan daerah hidupnya, anatomis dan sifat fisiologisnya dikenal dua
kelompok besar rumput-rumputan, yaitu Panicoid (C4) adalah rumput-rumputan di
daerah tropika dan sub tropika, sedangkan Festucoid (C3) adalah rumput-rumputan di
daerah temperate.Rumput-rumputan C4 mengikuti siklus asam dikarbosilat dalam proes
photosintesanya dan memiliki derajat tumbuh lebih baik dari pada leguminose yang
mengikuti siklus asam phosphogliserat C3 dalam proses photosintesanya. Monteith
(1978) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman C4 = 50 54 gram BK m -2 hari -1 .
Perbedaan produktivitas antara rumput tropika dan temperate tersebut disebabkan oleh
perbedaan iklim lingkungan hidupnya.Dapat diharapakan pertumbuhan rumput lebih
besar karena besarnya inyensitas dan waktu penyinaran. Hal yang menarik untuk
dipelajari oleh ahli agronomi, bahwa di daerah tropika adalah penampilan rumput C4 dan
leguminosa C3 yang sama-sama hidup di daerah tropika.
Temperatur optimun untuk berlangsungnya photosintesa dengan siklus Kalvin (tanaman
C3 ) berkisar antara 15 20 derajat celcius dengan intensitas sinar antara 50.000 60.000
lux sebgaimana umumnya terjadi di daerah tropika.
Efisiensi yang tinggi tanaman C4 hanya dapat dicapai pada temperatur tinggi, intensitas
matahari tinggi dan kebutuhan CO2 antara 50 70 mg /dm2 /jam, sedangkan kisaran
kebutuhan CO2 untuk tanaman C3 adalah antara 20 30 mg/dm2/jam.
Tanaman C3 dan C4 memiliki perbedaan proses photosintesa yang erat hubungannya
dengan perbedaan anataomi daun dari kedua macam tanaman tersebut. Mesophil daun
rumput-rumputan mengandung sel kecil yang relatif uniform dan berisi kloroplast serta
5

satu atau dua lapisan sel yang lebih besar yang dikenal sebagai bundle cell melingkari
alur lebih kecil yang kesemuanya disebut dengan sel konduktif. Pada tanaman C 4 sel-sel
tersebut lebih tebal dan mengandung pula sejumlah besar kloroplast yang terkadang
terbentuk linear atau berupa granula. Sel semacam itu dikenal dengan sel tipe Kranz.
Suatu perbandingan pertumbuhan relatif (RW) 8 jenis rumput dan leguminosa dapat
dilihat pada tabel 1, kedua jenis tanaman tumbuh pada kondisi temperatur 30C .
Dijumpai bahwa rata-rata Rw untuk rumput-rumputan C4 = 0,486/g/hari (antara 0,4o7
0,550). Sedangkan rata-rataRw untuk leguminosa C3 = 0,323 antara 0,307 0,363 ).
Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan derajat net asimilasi (Ea) sedangkan leaf area
ratio (ratio daun luasan tanah) dapat dikatakan sama. Nilai Ea sangat tinggi pada rumput
rumputan, yaitu 26,6 g /m-2 hari -1, sedangkan leguminosa 18,3gr m-2 hari -1.

Tabel : 2.1.Derajat pertumbuhan rumput-rumputan dan leguminosa (Lud Low dan Wilsin
1970)
Species
Derajat Pertumhuan Derajat
Relatif (g -1 hari -1)
pertumbuhan
assimilasi (g m-2
hari -2)
Rumput-Rumputan
Brachiaria ruziziensis Cv. Kennedy
0,460
29.9
Cenchrus Ciliaris Cv biliela
0.499
27,5
Milinis minutiflora
0.453
25.3
Panicum coloratum
0.510
27.2
Panicum maximun
0.555
30.6
Panicum Maximun Cv.hamil
0.545
25.7
Pennisetum americanum Cv Katharine
0.458
21.9
Sorghum almum Cv Crooble
0.407
27.7
Rata-rata
0.486
26.6
Leguminosa
Calopogonium moconoides
Centrosema pubescens
Lotonis bainesii Cv miles
Macroptilium atropurperium Cv. Siratro
Pueraria phoscoloides
Stylosantes humilis
Vigna luteola Cv. Dalrymple
Rata-rata

0.309
0.311
0.361
0.363
0.313
0.309
0.323
0.323

16.0
14.4
25.7
17.6
16.7
22.2
18.0
18.3

Tabel : 2.2. Ciri-ciri rumput daerah tropika (C 4) dibandingkan dengan ciri-ciri rumput
daerah temperate (C3) (Dirven,1977)
Jenis yang terpenting
Bentuk

Kemampuan berassosiasi
Anakan per m2
Keperluan untuk berbunga

Tropis
Andropogon
Chlorideae
Paniceae
Kasar,tinggi banyak
batang
(ternyata
konsumsi
lebih
selekti)
Sulit
5 7000
Hari pendek atau
dipercepat
dengan
hari pendek

Temperate
Agostideae
Festuceae
Hordeae
Halus,
kurang
batang

Lebih mudah
5700 3200
Hari
panjang
irrespective
preceding
vernalization
Pertumbuhan batang
Kontinyu
Synchroon dengan
(stem elongation)
berbunga,
jarang
lain
Perkembangbiakan( Propogasi)
Biji atau vegetasi
Biji
Temperatur optimal untuk pertumbuhan 30 - 35C
Sekitar 20C
Photosintesa neto dan respirasi
50 -70 mg
20 -30 mg
CO2 dm-2 jam-1
CO2 dm -2 jam-1
Sistem photosintesa
C4
C3
Imbangan photosintesa dan respirasi
2x
dari
rumput- Separo dari rumput
rumput temperate
tropis
Polyscacharida
Pati
Fruktosa
Daya Cerna Bahan Organic (DCBO) 60 -70
70-80
hijau muda

Siklus Kelvin
Pengamatan moderm terhadap photosintesa banyak dikerjakan oleh Melvin
Calvin beserta kawan-kawan di Universitas California. Pengamatan tersebut
menggunakan ganggang hijau clorella pada suatu medium mengandung CO 2 dengan
karbon radioaktif C 14. Diketemkan bahwa C radioaktif berubah menjadi melekul
glukosa setelah 30 menit sejak mdimulainya photosintesa. Untuk menentukan jawaban
terhadap tahapan perubahan material dasar CO2 dan air hingga terbentuknya glukosa
dalam kondisi lingkungan yang gelap sehingga reaksi yang deketemukan disebut dengan
Dark Reaction. Sebagai contoh, setelah 5 detik maka C radioaktif dijumpai dalam
7

metabolisme antara sebagai asam phospogliserat (PGA). Beberapa detik kemudian


dijumpai dalam bentuk phosphoglicerol dehida (PGAL).
B.Panjang Hari
Pengaruh utama dari Photoperiod atau panjang periode penyinaran per hari adalah
aktivitas reproduksi tanaman meskipun tidak semua tanaman peka terhadap
perubahan photoperiod. Pengaruh panjang hari terhadap perkembangan tananam
adalah penting bagi suatu padang rumput terutama dalam hal produksi benih.
Berdasarkan reaksinya terhadap panjang hari pada pembentukan bunga, tananam
dapat digolongkan menjadi :
1. Tanaman Netral ( Bay Neutral/DN)
Tanaman yang tidak peka terhadap panjang hari penyinaran dan akan
berbunga pada kisaran panjang hari yang luas.
Contoh:
- Cenchrus ciliaris
- Deemodium canun
- Stylosanthes humata
- Eragrostis curvala
- Desmodium Canum
- Stylosanthes mucronata
2. Tanaman Hari Pendek (Short Day Plant/SD)
Tanaman yang termasuk kategori ini akan berbunga bila periode gelap
panjang, dan tidak akan berbunga pada panjang hari yang lebih lama dari pada
maksimun kritis panjang harinya. Sehingga pembungaan dapat dicegah
dengan memberikan sinar pada malam hari dengan intensitas rendah.
Contoh :
- Stylosanthes humulis
- Stylosanthes guianensis
- Chloris gayana
- Brachiaria mutica
- Melinis minutiflora
3.Tanaman Hari Panjang ( Long Day Plant/LD)
Tanaman dalam kategori ini akan berbunga apabila periode gelap pendek dan
tidak akan berbunga pada panjang hari yang lebih pendek/singkat dari pada
minimun kritis panjang harinya. Pembungaan dapat dirangsang penyinaran
terus menerus selama 24 jam.
Contoh:
-Stylosantyes guianensis cv. oxley
-Digitaria ducumbens
-Paspalum dilatatum
-Paspalum notatum
2. Tanaman Intermediate
Tanaman ini hanya akan berbunga dalam batasan panjang hari tertentu. Dan
tidak akan berbunga bila panjang hari lebih lama dari maksimun kritis atau
8

kurang dari minimun kritis panjang harinya. Dalam kelompok tersebut diatas
terdapat kategori lagi, sebagai contoh :
- strict L-D plants, yaitu tanaman yang tidak akan berbunga apabila panjang
hari kurang dari masa kritisnya.
- Facultative L-D plants, yaitu tanaman yang pembungaannya dapat
dirangsang dengan penambahan panjang hari melalui penyinaran buatan,
tetapi tanaman-tanaman tersebut akhirnya berbunga bahkan pada hari yang
pendek. Contoh: Glicine max.(kedelai)
Perlu diketahui bahwa banyak species tanaman makanan ternak tropika berada
dalam keadaan berbunga induktif (ada calon bunga, tetapi tidak mau mekar)
sepanjang tahun.
C.Suhu
Secara umum suhu mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang meliputi:
pertumbuhan, bakal bunga, pertumbuhan dan diferensiasi bunga
majemuk(inflorescense), pemasakan bunga, pertumbuhan tumpang sari,
pembentukan dan pemasakan biji. Problema dalam menentukan suhu optimun
untuk species species tanaman adalah suhu itu sendiri, yang umumnya bersamasama dengan faktor-faktor lingkungan lainnya secara kontinyu berubah, disebut
sebagai dynamic faktor.
Pada tanaman makanan ternak ternyata pengaruh suhu terhadap pembentukan
bakal bunga sangat complex dan berubah-ubah. Misalnya suhu tinggi pada malam
hari dapat mencegah pembungaan misalnya : stylosantes humillis tidak akan
benbunga pada suhu malam hari 28C dan siang suhu hari 25C.
Suhu tertinggi dimana tanaman akan berhenti tumbuh dinamakan suhu maximum.
Hal ini mungkin berhubungan dengan hambatan photosintesa dan laju respirasi
yang tinggi sehingga photosintesa neto mendekati nol. Sehingga dikenal kisaran
suhu lethal limit, yaitu kisaran suhu tertinggi dimana kerusakan biokimia
secara irresversible akan mengawali kematian tanaman. Sedangkan suhu
manimum adalah skala suhu rendah yang menghambat pertumbuhan sehingga
pertumbuhan tanaman itu terhenti. Meskipun demikian beberapa species dapat
tetap melakukan proses photosinthesa pada suhu yang mendekati 0C dan
beberapa species dapat bertahan pada suhu beku. Species padang rumput tropika
tidak dapat tolerans terhadap suhu rendah. Kebanyakan species tropika tidak
dapat bertahan terhadap serangan sumbu beku (frost), dan pada suhu udara 0C
akan menyebabkan kematian daun dan batang. Perkecualian pengaruh suhu beku
ini hanyala terhadap species latononis bainesii dan hasil seleksi setaria anceps
yang dikumpulkan dari dataran Kenya.
Suhu optimum untuk rumput-rumput tropika berada dalam kisaran antara 34 38C. Sedangkan bagi tanaman leguminosa tropika suhu optimunnya adalah
sekitar 30C. Sebagai gambaran maka pada gambar berikut ini merupakan
pengaruh suhu terhadap pertumbuhan padang rumput tropika dan temperate.

Pertumbuhan
rumput tropika

34 - 48C
-

15 - 20C

30C

rumput dan
-leguminosa
temperate
-

leguminosa
tropika

10

20

30

40

Suhu

Gambar 1: Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan species padang rumput tropika


dan temperate (Whiteman,1974)
C. 1.Pengaruh Suhu Terhadap Daya Cerna Hijauan
Disamping mempengaruhi pertumbuhan tanaman, suhu juga akan berpengaruh
terhadap kandungan serat kasar serta daya cernanya, yang pada prinsipnya sangat penting
dalam produksi ternak di suatu padang rumput. Daya cerna bahan kering (DCBK)
rumput-rumput tropika pada umumnya lebih rendah dari pada rumput-rumput daerah
temperate.
C.2. Curah Hujan Total dan Distribusinya
Keseimbangan air merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Tipe vegetasi dapat berubah secara menyolok akibat perubhan
curah hujan daerah tumbuh nya. Dengan demikian, perubahan dan bentuk vegetasi
dipengaruhi oleh curah hujan total dan distribusinya. Keseimbangan air dari suatu tempat
atau wilayah atau bahkan suatu dataran dapat dinyatakan sebagai suatu persamaan :
P=E+T+R+I
Dimana :
P = Curah Hujan
E = Pengaruh dari permukaan tanah, tanaman atau air
T = Transpirasi air yang dikeluarkan dari tanah
R = Run off
I = Infiltrasi (masuknya air dalam tanah)
Infiltrasi air tanah cedenrung melalui 3 jalan :
I=U+S+A
Dimana :
U = hilang ke bawah melalui isolasi
10

S = Kebocoran ke arah samping lapisan tanah


A = penambahan simpanan kadar air tanah
Curah hujan total terutama digunakan sebagai petunjuk daerah tersebut termasuk
daerah basah atau kering dan bukan merupakan petunjuk yang dapat digunakan sebagai
index agronomi. Dalam hal ini, distribusi hujan harian, mingguan atau rata-rata nilai
distribusi bulanan mempunya nilai yang penting. Dari distribusi curah hujan ini dapat
diketahui pola pertumbuhan dan curah hujan di suatu tempat dapat dijadikan dasar
perkiraan produksi bahan kering hijauan.
Tabel 2.3. Karekteristik dari rumput-rumput kultivasi daerah tropika dan temperate.*)
Rumput Tropika
Rumput Temperate
Tribus yang penting
-andropogoneae
-agosstideae
-chlorideae
-festuceae
-paniceae
-hordeae
Kebiasaan tumbuh
-lebih tegar, menyebabkan -helai daun lembut
selektif grazing
Kemampuan hidup bersama -sukar
-mudah bercampur
Junlah anakan/m2
- 5 7000
- 5700 32000
Kebutuhanuntuk berbuga
-hari pendek(sd)
-hari panjang
-dapat dipercepat melalui tidak
respek
pada
hari pendek
percepatan pembungaan
Perpanjangan batang
Terus menerus
Selaras dengan pembungaan
kecuali beberapa jenis
Pembiakan
-benih
atau
bagian Benih
vegetative tanaman
Suhu
optimum
untuk 30 35C
Kira-kira 20C
pertumbuhan
Lintasan karbon untuk -lintasan C4
Lintasan C3
photosintesa
Maximun photosintesa neto -50 70 mg CO2
-20 30 mg CO2
dm -2/jam
dm-2 /jam
dari individu daun
Polysaccharide
Pati
Fruktosa
Daya cerna bahan organic -60 -70
-70 80
yang muda (%)
*) dikutip dari: Dirven,1977.Beef and milk production cultivated tropical pasture. A
commparison with temperate pasture.
B.Faktor-faktor Tanah
B.1. Unsur hara untuk tanaman
Produktivitas pada rumput tergantung pula pada tersedianya unsure hara berupa
mineral dalam tanah. Sejumlah unsure mineral adalah esensial untuk pertumbuhan
tanaman-tanaman pada rumput. Unsur hara itu dapat dibagi menjadi dua yaitu : mayor
element: N, P, K, S dan Ca serta trace element : Co, Cu, Mo, dan Zn.
Trace element dibutuhkan hanya dalam jumlah yang sedikit utnuk pertumbuhan
tanaman, namun unsure-unsur tersebut sangat penting sekali untuk kesehatan dan
11

produksi ternak. Unsur hara yang termasuk dalam trace element yang dibutuhkan oleh
ternak dalam jumlah yang cukup banyak adalah Na dan Mg untuk menjaga kesehatan dan
produksi ternak tersebut. Dua unsure ini terdapat dalam jumlah yang banyak dalam tanah.
Difisiensi cobalt dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ternak yang
digenbalakan di padang rumput tersebut.
Dari unsure hara yang digolongkan sebagai mayor element unsure Nitrogen
memegan peranan yang penting terhadap pertumbuhan dan nilai gizi tanaman, karena
unsure Nitrogen merupakan komponen penyusun protein tanaman.
Unsur hara yang cukup adalah hal yang penting untuk produksi bahan kering yang
tinggi suatu padang rumput dan menjaga kualitas padang rumput. Difiiensi Nitrogen
dalam tanah dapat dikoreksi melalui pemberian pupuk dengan biaya yang relatif rendah.
Akan tetapi untuk menjaga produksi maksimal pemberian unsur nitrogen dosis tinggi
memerlukan tambahan biaya produksi.Secara umum unsur nitrogen diperlukan untuk
mengertak pertumbuhan tanaman dalam fase vegetative, sedangkan phospor berpengaruh
terhadap pembentukan biji. Unsur kalium berperan dalam hal perkembangan akar
tanaman. Adapun sumber-sumber nitrogen untuk produksi padang rumput adalah :
1. Nitrogen Tanah
Nitrogen dalam tanah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik yang telah
ada akibat proses yang terjadi pada waktu yang lalu.
2. Nitrogen hasil fiksasi oleh bintil-bintil akar leguminosa
3. Nitrogen yang berasal dari bahan tiruan (buatan pabrik seperti pupuk
Nitrogen)
4. Nitrogen yang berasal dari kotoran hewan, sisa-sisa hasil pertanian dan
sebagainya
5. Sumber-sumber lain, ganggang biru hijau, komponen nitrogen air hujan.
B.2. Sumber-Sumber N Untuk Produksi Padang Rumput
Fiksasi N oleh organisma yang hidup pada bagian rhizosphere akar rumputrumputan tropika memiliki potensi meningkatkan produksi dan kualitas hijauan,
disamping meningkatkan simpanan N tanah. Hubungan antara paspalum notatum
dan azotobacter vpaspali mendapat pengamatan yang intensif di Brazil seperti
dilaporkan oleh Day, neves dan Dobereiner (1975) dimana aktifitas organisma
tersebut menunjukkan aktivitas yang tinggi pada masa pertumbuhan.
Penemuan tentang fiksasi N pada akar rumput tropis memberikan implikasi
penting tentang ekonomi N pada rumput tropika. Organisme spirilum lipoferum
ditemukan berkonsentrasi pada cortex sel akar digitaria decumbens. Organisme
ini cenderum berasosiasi dengan rumput-rumputan C4 yang menghasilkan asam
malat sebagi hasil utama photosintesa. Spirilum lipoferum menggunakan asam
malat sebagai sumber energinya. Derajat fiksasi N lebih dari 1 kg N/ha/hari
pernah diperoleh pada species Digitaria di lapangan (Schank, Day dan De Lucas,
1977).
B.3. Peranan Nitrogen Dalam Produksi Padang Rumput
Karena pada umumnya tanah tidak mengandung cukup N tersedia untuk
menghasilkan produksi rumput yang tinggi maka suplai N merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan. Tanah mengandung sejumlah besar N yang
12

berkaitan dengan bahan-bahan organik atau mineral-mineral, tetapi hanya


beberapa kilogram saja yang dalam keadaan tersedia.
B.4. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Fiksasi Nitrogen
Apabila suatu tanaman telah terinfeksi oleh rhizobium yang efisien dan efektif,
jumlah fiksasi nitrogen akan dipengaruhi oleh :
a. Jumlah bintil akar yang terbentuk
b. Waktu yang diperlukan oleh bintil akan aktif mengikat nitrogen
c. Faktor eksternal/lingkungan yang secara langsung mempengaruhi mekanisme
pembentukan bintil akar, fiksasi nitrogen atau hilannya bintil akar dari
tanaman.
Ad. A . Jumlah Bintil Akar
Berat total bintil akar pada sistem akar adalah fungsi dari pada jumlah bintil akar
serta ukuran berat tiap bintil. Dapat dianggap bahwa jumlah bintil akar yang
terbentuk berhubungan dengan jumlah infeksi yang terjadi pada akar, tetatp
Nutman (1956) menunjukkan bahwa hal tersebut bervariasi luas tergantung pada
species tanaman. Pada Medicago Sativa hanya 5% dari akar rambutnya yang
terinfeksi terbentuk bintil akar, hal yang sama terjadi pula pada Pisum Sativum
didapati bahwa infeksi terjadi lebih banyak dari pada bintil akar yang terbentuk,
sedangkan pada Trifolium frogifarima jumlah dari pada infeksi rhizobium sangat
berkorelasi dengan jumlah bintil akar yang terbentuk. Nutman (1956) menyatakan
bahwa species tanaman yang lebih banyak memiliki akar berbentuk lateral
cenderum untuk lebih banyak membentuk bintil akar dari pada bentuk akar yang
menyebar.
Hal yang lebih penting dari pada total bintil akar tanaman adalah volume jaringan
bakteri pengikat Nitrogen. Hal ini dipengaruhi oleh tanaman inang untuk
mendapatkan kebutuhan Nitrogen, dimana kandungan Nitrogen tanaman
dipengaruhi keragaman ukuran bintil akar serta jumlahnya seperti yang tertera
pada gambar 2 berikut :

13

Jumlah bintil akar per tanaman


Pengaturan volume bintil akar berlansung melalui 2 mekanisme. Pembentukan
bintil akar secara deferensial menghanbat pembentukan bintil akar menyebabkan
pertumbuhan yang sedang pada derajat pertumbuhan bintil akar. Natman (1956)
menyatakan bahwa efek penghambat pada pembentukan bintul akar yang baru
berkaitan dengan jumlah dan aktifitas jaringan meristem bintil akar serta
perlapisan hormon pengatur pertumbuhan 1AA dari jaringan meristem. Kedua
adalah kompetisi tersedianya zat makanan dan hasil pothosintesa antara tiap bintil
akar yang mempengaruhi pertumbuhan bintil akar dan berkaitan dengan
pertumbuhan dan keterangan tanaman karena kebutuhan akan nitrogen.
Ad. B. Lamanya periode aktif pengikat Nitrogen
Jumlah Nitrogen yang diikat dipengaruhi pula oleh waktu sampai terbentuknya
volume bintil akar yang tinggi dan fiksasi nitrogen aktif berlangsung. Hak
tersebut merupakan fungsi species padang rumput baik tanman annual atau
perenial serta panjangnya musi pertumbuhan.
Pada species annual seperti Vicia Sativa, volume bintil akar meningkat sejalan
dengan meningkatnya berat tanaman sampai terbentuk plateau pendek kemudian
menurun pada saat terbentuk bunga dan biji sesuai dengan gambar 3 (Plate,
1958).Sedangkan pada leguminosa tropis perenial perubahan tersebut tidk
berhubungan secara nyata terhadap ontogeny tanaman. Pada desmodium
uncinatum terdapat pengikat berat bintil akar yang cepat dan selanjutnya menurun
sebelum berat bahan kering tanaman mencapai maksimun serta bungan belum
terbentuk.

24

12

20

10

16

jumlah nudule

12

4
berat tanaman

2
0

20

40

60

80

Gambar 3. Species temperate (vicia sativa)

14

100

Ad. C. Faktor External dan lingkungan


Berbagai faktor external berpengaruh terhadap jumlah nitrogen yang diikat pada
saat proses pembentukan bintil akar, pengarug fiksasi N serta hal-hal yang
menyebabkan sheddy atau hilangnya sebagai atau semua populasi bintil akar.
Temperatur
Pada species temeprate seperti trifolium repens derajat pengikat nitrogen
mencapai maximun pada temperatur yang berkisar antara 20 -30C
dan
megliglibe pada 5C (crofts,1969). Pada species tropika seperti G.wightii, D.
intortum, D.uncinatum, S. humilis, dan M.antropurperium pembentuk bintil akan
fiksasi nitrogen yang optimal pada temperatur 30C atau kisaran antara 18 - 36C
(gibson, 1971). Souto dan Dobereiner (1968, 1970) mendapat kebutuhan
temperatur potimun yang sama untuk glycine, purperia stylosanthes walaupun
beberapa varietas stylosanthes dan purperia dapat distimulasi oleh temperatur
tanah diatas 34C .
Kondisi kelembaban Tanah
Faktor ini mempengaruhi pembentukan bintil akar melalui vbeberapa jalan,
pertama bila biji yang telah diinakulasi ditanam pada tanah kering yang panas
maka kematian rhizobium yang tinggi dapat terjadi diikuti dengan pembentukan
bintil akar yang buruk apabila perkecambahan terjadi. Apabila tanaman
mengalami stres terhadap kelmbababn tanah dapat menyebabkan shedding dari
pada bintil akar. Kelembaban yang berlebihan atau genangan air dapat menurun
fiksasi nitrogen karena buruknya aerasi serta shedding dari pada bintil akar.
Unsur Phospor ( P ).
Leguminosa membutuhkan phospor relatif besar untuk pembentukan bintil-bintil
akar dan pengikatan nitrogen. Difisiensi P mungkin menyebabkan terbatasnya
pengikatan nitrogen sebelum menyebabkan pengaruh terhadap pertumbuhan.
Persentasi kritis phospor pada rumput pada rumput-rumputan dan leguminosa
tropika dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Persentasi kritis kandungan P pada daun beberapa rumput-rumputan
dan leguminosa Tropika.
Species
Panicum Maximun
Cloris Gayana
Paspalum dilatatum
Macroptilium atropurpureum
Centrosema pubescens
Stylosanthes humilis

% Kritis Phospor
0.20
0.22
0,25
0,24
0,16
0,17

*) Dikutip sebagian dari A. Course manual In Tropikal Pasture Science

15

Unsur-unsur phospor mempunyai peranan penting bagi banyak reaksi enzymatis,


sebagian penyusun inti sel dan sangat penting sekali dalam proses pembelahan sel
jaringan meresistem. Pemberian unsur P akan menyebabkan sistem perakaran
yang meluas sehingga penyerapan pupuk N dapat berlangsung dengan baik. Oleh
karena itu P adalah termasuk dalam unsur yang esensial bagi tanaman untuk
pertumbuhan.Phospor dibutuhkan dalam jumlah yang relatif banyak sehingga
apabila unsur ini kurang dalam tanah atau lambat tersedianya atau tidak seimbang
dengan unsur-unsur lain maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Unsur P
selalu terikat pada unsur lain, dan menjadi banyak tersedia pada pH 6 7.
Sulphur ( S ).
Difisiensi unsur S akan diawali dengan gejala serupa dengan difisiensi Nitrogen,
dalam hal ini terlihat dari kandungan protein yang rendah serta menurunnya
proses nudulasi. Difisiensi S akan mempemgaruhi pengikatan nitrogen dan hasil
produksi.
Penambahan unsur P atau S secara sendiri-sendiri dimana sebenarnya kedua
unsur tersebut difisien, maka akan menyebabkan pengaruh yang kecil terhadap
kandungan Nitrogen. Apabila P dan S ditambahkan bersama-sama maka
pengikatan yang berarti akan terjadi terhadap kandungan Nitrogen karena
meningkatnya proses fiksasi Nitrogen.
Kalium (K)
Kebutuhan unsur kalium diantaranya leguminosa tropika memiliki pertumbuhan
yang besar dalam kaitan dengan respeknya terhadap unsur tersebut. Namun
demikian, unur K dibutuhkan baik dalam level yang tinggi ataupun rendah untuk
pertumbuhan yang maksimal. Diperkirakan sekitar 80% dari kalium yang
dikonsumsi oleh ternak dikembalikan ke dalam tanah melalui kotorannya pada
sistem penggembalaan, sehingga kebutuhan unsur K akan mengikat pada jenisjenis tanah tertentu seperti tanah pasir dan sebagainya.
Calcium (Ca)
Pebgapuran sering kali merupakan kebutuhan yang essensial untuk pertumbuhan
dari leguminosa temperate. Hal ini menyebabkan dua pengaruh yaitu pertama
terhadap pH tanah dan yang kedua dalam meningkatkan nutrisi Ca. Rhizobium
mempunyai kebutuhan Ca yang sangat rendah bagi pertumbuhan tetapi tanaman
inang membutuhkan lebih banyak untuk proses nodulasi dan penarikan ion.
Micro Element (Trace Element)
Peranan micro element, pada padang rumput haruslah dipandang dari dua sisi,
yaitu :
1. Micro element yang dibuthukan untuk pertumuhan padang rumput.
2. Macro element yang dibutuhkan untuk kesehatan ternak.
Micro element yang berikut ini telah diketahui mempunyai pengaruh terhadap
produksi padang rumput.
(a).Molybdenum (Mo).

16

Leguminosa mempunyai kebutuhan yang specifik terhadap unusur Mo untuk


proses nitrifikasi dengan menggunakan Nitrogen dari atmosfer. Element ini
dibutuhkan dalam jumlah yang kecil bagi proses asimilasi Nitrat.Bakteri yang
hidup bersimbiose dengan leguminosa tidak dapat menggunakan nitrogen dari
undara apabila tidak terdapat unsur Mo. Respon utama terhadap Mo di padang
rumput terlihat jalas pada perkembangan warna daun dan pertumbuhan
leguminosa terutama sekali akan terlihat pada white clover.
Pengapuran (liming) akan meningkatkan Mo tersedia dalam tanah. Difisiensi Mo
secara normal dapat dikoreksi dengan pemberian sodium molybdate pada dosis
yang berkisar antara 70 350 gr/ha menurut tingkat difisiensinya. Frekuensi
pemberian tergantung pada kondisi lokal, tetapi dalam beberapa kasus pemberian
175 gr/ha sodium molybdate setiap 2 atau 3 tahun cukup menjaga level Mo tanah
dalam kondisi yang memuaskan.
Cooper (Cu).
Difisiensi Cu ditemukan pada beberapa negara terutama pada tanah-tanah yang
mempunyai level bahan organik tinggi. Meskipun level Cu dalam tanah mungkin
cukup memuaskan bagi kebutuhan tanaman padang rumput campuran namun
mungkin level ini masih sangat rendah kebuthan ternak. Sehingga sering kali
terlihat ternak menderita gejala difisiensi Cu, sementara padang pengembalaan
kelihatan sebgai padang yang sempurna ketegarannya. Difisiensi Cu secara
normal dapat dikoreksi dengan pemberian 5 lbs. cooper phospate (atau jumlahnya
antara dengan cooper oxida) per acre atau 6.6 kg/ha.
Pemebrian unsur Cu tergnatung pada kondisi tanahdan tingkat difisiensinya. Pada
tanh-tanah, mineral Cu dapat diberikan cukup setiap 2-3 tahun.
Sosium /Natrium ( Na.)
Sebagian besar tanah mengandung cukup unsur Na, namun demikian kadangkadang terdapat suatu masalah yang lebih daripada sekedar difisiensi terhadap
unsur ini. Tanaman padang rumput yang tumbuh pada tanah-tanah ini tidak akan
memberikan respon terhadap pemberian Na. Kejadian semacam ini disebut
Laten difisiensi. Apabila level Kalium tanah rendah, rumput rye, rumput
orchard dan white clover akan menyerap Na tanah dalam jumlah yang besar
bahkan bila level Na tanah cukup tinggi. Pemberian unsur K yang berlebihan
(berat akan menghasilkan penurunan level Na dalam hijauan, terutama dengan
pemupukan yang dilakukan pada tanah yang difisiensi unsur K.
Manganese (Mn)
Sebagian besar tanah mempuyai cadangan cukup unsur Mn untuk memenuhi
kebutuhan tanaman. Tanah diketahui bahwa pengapuran akan mengurangi level
Mn dalam tanah. Difisiensi Mn hanya terlihat pada tanah dengan pH yang tinggi.
Sebagai contoh dapat diketemukan bahwa dosis optimun Mn terhadap white
clover sekitar 25 30 ppm, dengan level difisiensi pada kisaran 10 20 ppm.
Zinc (Zn)

17

Difisiensi unsur Zn tersebar luas di Australia selatan dan seringkali berkaitan


dengan difisiensi trace element lainnya (biasanya Cu, akan tetapi kadang-kadang
Mo). Pemberian Zn So4 sebanyak 13,2 -66,0, kg/ha dapat diberikan pada tanahtanah yang mengalami difisiensi unsur Zn. Jumlah pemberian pupuk ini
disesuaikan dengan tingkat difisiensi.
Cobalt.(Co)
Unsur Co akan mempengaruhi pertumbuhan suatu padang rumput terutama
padang rumput campuran, sebab unsur Co dibutuhkan dalam proses nodulasi pada
tanaman leguminosa. Dengan adanya unsur Co yang cukup maka proses
pengikatan Nitrogen dari udara oleh bintil-bintil akar yang mengandung bakteria
rhizobium akan meningkat.
Pemberian unsur Co sebanyak 350 gr/ha/tahun, cukup untuk menjaga kesehatan
ternak sapi dan domba dari difisiensi unsur Co serta menjaga ketegaran tanaman
padang rumput.
Besi (Fe) dan Chloor (Cl)
Meskipun unsur Fe terlihat dalam jumlah yang cukup pada sebagian besar padang
rumput, namum demikian beberapa tempat ada yang mengalami difisiensi unsur
Fe. Difisiensi ini bisa terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai kandungan Mn
yang tinggi. Contoh tempat-tempat yang mengalami difisiensi unsur Fe ini adalah
beberapa daerah di hawai , New Zealand di tanah tanah humus muda.
Sementara unsur Cl masih belum diketahui, apakah beberapa padang rumput
mengalami difisiensi unsur ini. Namun demikian, pemberian unsur ini akan
meningkatkan produksi padang rumput. Kandungan Cl pada tanah-tanah daerah
humid sekitar 0,01%, sedangkan untuk tanah-tanah dengan kadar garam yang
tinggi mempunyai kandungan Cl yang lebih tinggi pula.
Macro Element: Yang dibutuhkan Untuk Kesehatan Ternak
Nicro element yang sangat penting bagi kesehatan ternak adalah Co, Cu, Fe, J dan
Mn. Mengenai seberapa jauh pengaruh unsur-unsur yang disebutkan di atas
terhadap kesehatan ternak tidak akan dibahas dalam diktat ini tetapi akan dibahas
di ilmu makanan ternak. Namun demikian yang penting diketahui adalah sering
kali kita kurang menyadari bahwa meskipun kandungan unsur-unsur micro
element tersebut dalam batas yang cukup bagi pertumbuhan tanaman, akan tetapi
kemungkinan masih berada dalam kisaran dibawah kebuthan normal bagi
kesehatan ternak dan mungkin sebaliknya.
Untuk menjamin pertumbuhan yang sehat dan produksi yang baik dari ternak
ruminansia, unsur-unsur Mg, Ca, Na dan Co menunjukkan kebutuhan yang lebih
tinggi dari kebutuhan tanaman itu sendiri dalam suatu padang rumput. Demikian
pula kebutuhan unsur Cu akan meningkat apabila unsur Mo dalam tanah tinggi
terutama bila unsur S dan kemudian Sulphate-S juga terdapat dalam level yang
tinggi pula. Pada keadaan dimana level N dan K sangat tinggi atau sangat rendah
dari unsur Na, maka hal ini akan mengurangi penyerapan unsur Mo dan mungkin
Ca dari ransum yang disajikan pada ternak. Apabila keadaan ini terjadi maka
ternak yang merumput pada suatu pada suatu padang rumput yang dipupuk K,
18

makaa level Ca dan Mg yang lebih tinggi akan dibutuhkan dalam ransum
makanannya.
Keadaan Fisik Tanah
Keadaan fisik tanah akan sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman
makanan ternak. Kesuburan fisis erat hubungannya dengan tekstur dan struktur
tanah. Tanah yang dikenhendaki adalah tanah yang gembur, cukup mengandung
udara dan air, sehingga memungkingkan pertumbuhan secara sempurna. Namun
demikian kesuburan fisis yang baik belum menjamin pertumbuhan yang optimal,
harus diimbangi dengan kesuburan kimia seperti yang telah dibahas di muka.
Kesuburan fisis dapat dipertahankan dengan menjaga agar tanah tetap gembur dan
bilamana perlu menambahkan bahan-bahan organik untuk mempertinggi
kandungan air dalam tanah.
Tekstur dan Struktur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan fraksi air, debu dan liat dalamsuatu
massa tanah. Pada tanah-tanah pasir penyususnnya yang terbesar adalah fraksi air,
sebaliknya pada suatu tanah lain kandungan fraksi liat, debu dan pasir mungkin
berada dalam keadaan yang sama banyaknya. Berdasarkan kandungan fraksi
pasir, debu dan liat terdapat 12 tekstur tanah seperti pada tabel berikut :
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Tekstur Tanah
Pasir
Pasir Berempung
Lempung
Lempung Berpasir
Lempung Berdebu
Lempung Berliat
Lempung Liat Berpasir
Lempung Liat Berdebu
Debu
Liat
Liat Berpasir
Liat Berdebu

Tanda
S
PP
L
O
A
E
M
B
U
C
G
D

Struktur tanah adalah susunan agregat-agregat primer secara alami menjadi


bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang.Struktur tanah terbentuk oleh
pengikat koloid tanah menjadi agrEgat primer. Agregat primer sering kali disebut
sebagai struktur micro, sedangkan agregat sekunder yang merupakan lapisan olah
disebut struktur macro. Struktur tanah baik adalah yang mengndung udara dan air
dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Keadaan ini dijumpai pada struktur
tanah yang mempunyai ruang pori-pori yang besar mempunyai perbandingan
yang sama antara pori-pori macro dan micro serta tahan terhadap pukulan hujan.
Sering pula dikatakan bahwa struktur yang baik adalah struktur dimana
perbandingan antara padatan, air dan udara tanah seimbang.
19

Udara Tanah
Udara tanah menempati ruang pori-pori macro antara agregat-agregat tanah.
Udara tanah ini dibutuhkan bagi pernafasan tanaman melalui kegiatan jasad renik
tanah.Akar tanaman memerlukan oksigen untuk pernapasan, pengambilan hara
dan air. Jasad hidup memerlukan oksigen untuk proses penguraian bahan organik
dalam tanah. Bakteri-bakteri rhizobium juga memerlukan udara yang cukup bagi
aktifitasnya agar proses pengikatan nitrogen dari atmosphere dapat berjalan
lancar.
Pada dasarnya susunan udara tanah mengandung oksigen lebih sedikit dari karbon
dioksida. Hal ini terjadi akibat adanya pemakaian oksigen yang terus-menerus
oleh sistem perakaran tanaman serta microba tanah. Karbon dioksida sebaliknya
dihasilkan terus menerus dari hasil pernafasan akar dan hasil penguraian bahan
organik tanah.
Aerasi tanah adalah keadaan peredaran udara dalam tanah. Aerasi tanah baik
harus dalam keadaan cukup dan selalu diperbaharui. Sedangkan CO2 terkumpul
selalu dapat dibuang.
Tujuan pengolahan tanah sebenarnya disamping untuk memperoleh struktur yang
baik, juga memperbaiki tata udara (areasi) tanah agar diperoleh kedaan
lingkungan pertumbuhan bagi tanaman sebaik-baiknya.
Air Tanah
Air di dalam tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi semua prosesproses di dalam tanah baik yang bersifat fisika, kimia dan biologis. Dalam
pembentukan tanah, peranan air tanah adalah sebagai pelarut yang mempercepat
reaksi dalam pelapukan batuan. Air yang terdapat didalam tanah semuanya
berasal dari atmosphere, air hujan, embum atau salju , serta air yang merupakan
upaya manusia melalui pengairan atau penyiraman langsung.
Sesuai dengan fungsinya maka air dalam hubungannya dengan pertumbuhan
tanaman adalah sangat besar sekali. Keadaan yang terlampau basah atau kering
menggangu pertumbuhan tanaman.
Pada keadaan yang terlampau kerin gmaka air dipegang oleh tanah sedemikian
teguh sehingga tanaman tidak dapat mengambilnya pada tekanan sekitar 15 atm.
Sedangkan pada keadaan yang terlampau basah air ditahan oleh tanah dengan
tekanan 1/3 atm. Air yang tersediaq bagi tanaman adalah air yang berada pada
tekanan 1/3 -15 atm, atau berada pada titik kapasitas lapan dan titik layu
permanen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah air yang tersedia bagi tanaman adalah :
1. Tegangan Air dan Tanah
Faktor-faktor seperti tekstur, struktur dan bahan organik tanahakan
mempengarui tegangan air serta mempengaruhi jumlah air yang
tersedia. Tanah-tanah dengan kadar bahan organik yang tinggi
biasanya nilai kapasitas air yang tersedia lebih besar.
2. Kadar Garam
20

Kadar garam yang tinggi di dalam tanah akan mempengaruhi tekanan


osmotik di dalam tanah. Dan hal ini akan menaiki titik layu. Dengan
demikian akan mengurangi jumlah air yang tersedia.
3. Kedalaman Tanah
Apabila semua faktor sama, maka tanah-tanah yang lebih dalam akan
mempunyai kapasitas menahan air lebih besar dari pada tanah-tanah
yang dangkal. Pada keadaan kapasitas lapang airtidak mempunyai
pengaruh meruakkan. Disini air mengisi ronga-ronga kapiler. Dengan
demikian rongga-rongga macro akan diisi udara. Dengan perimbangan
antara air dan udara maka pertumbuhan tanaman akan berlangsung
dengan baik.
PEMUPUKAN
Pemanenan berarti pengurasan unsur hara tanaman tertuma yang menggunakan
metode pemotongan dengan tangan (cut and cury). Saedangkan cara pemanenan
dengan cara penggembalaan akan mengembalikan sebagian unsur hara ke dalam
tanah dalam bentuk kotoran hewan dan urine.Menurut Susetyo (1978) yang
mengutip pendapat Tisdale dan Nelson (1991) setiap ton hijauan (rumput) akan
menyerap dari dalam tanah unsur-unsur N sebanyak 9 Kg; 4,5Kg P2O5 dan 18 Kg
K2O. Sedangkan kacang-kacangan adalah 36 Kg N; 9 Kg P2O5 dan 18 Kg K2O.
Dari data diatas maka produksi 100 ton rumput telah terhisap/terserap dari tanah
sebanyak 900 kg N; 450 kg P2O5 dan 1350 kg K20. Apabila dihitung ekivalent
dengan pupuk, masing-masing sebesar : 2000kg urea; 937 TSP dan 2596 kalium
Sulfat. Contoh lain yang dikemukakan oleh Kismono (1978) bahwa pada
pemanenan pertama 1 ha rumput gajah yang berkapasitas produksi 150.000 kg per
tahun diperkirakan menyebabkan pengurasan kurang lebih 315 kg P2O5; 1230 kg
K2O dan 960 kg N setiap tahun atau ekivalent dengan pupuk : 650 kg TSP; 2460
kg Z.K dan kurang lebih 2300 kg urea.
Untuk menjaga produksi hijauan yang kontinyu berarti harus ada sesuatu yang
dikembalikan lagi ke dalam tanah. Salah satu jalan adalah dengan pemupukan.
Jenis-jenis rumput makanan ternak tropika pada umumnya peka terhadap
kekurangan nitrogen., sedangkan jenis legum lebih memerlukan unsur P dan
beberapa trace element seperti : S, Mo, Co, Zn, Bo dan Cu. Di dalam pengolahan
padang rumput campuran penggunanaan pupuk bertujuan untuk mempertahankan
Legume Grass Balance yang optimun.
Pupuk hijau leguminosa adalah termasuk pupuk organik yang mempunyai
susunan hara sekitar antara : 1.5 3% N; 0,6 % P2O5 dan sekitar 4 % K2O
(dihitung dari bahan kering).
Tanaman pupuk hijauan menurut kegunaannya dapat dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu :
1. Sebagai penutup Tanah
Contoh: - Calopogonium muconoides
- Centrosema pubesens; centrosema plumeiri
- indigofera hendicaphylla
- mimosa invisa
2. Sebagai pupuk tanaman
21

Contoh :

- Crotalaria juncea
- Crotalaria anagyroides
- Tephrosia candida
3. Sebagai pohon pelindung
Contoh:
- Leucaena leucocephalata ( lamtoro)
- Erytrhrina Lithospera (dadap)
- Sesbania glandifora (turi)
- Acasia decurrenes
- Gliricidia
Pupuk buatan atau pupuk organik adalah pupuk-pupuk yang dibuat dalam pabrik.
Pupuk-pupuk ini dapat digolongkan berdasarkan jenis serta kandungan haranya.
Pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara disebut dengan pupuk
majemuk atau pupuk kompos sedangkan pupuk yang mengandung hanya satu
jenis unsur hara disebut dengan pupuk tunggal.
Berikut disampaikan beberapa cara pemupukan yang dikenal :
1. Disebar ( broadcast)
2. Pemupukan pada batas bajak ( Plow placement)
3. Dalam Jalur ( Band Placement)
4. Dalam baris ( in the row application)
5. Top dressed atau side dresssed
Cara yang terakhir umumnya digunakan untuk padang pengembalaan
atau diberikan diantara larikan .
Contoh Soal :
1. Jelaskan faktor faktor berikut yang berpengaruh terhadap padang rumput :
a. Iklim
-radiasi
-panjang hari
-suhu
-curah hujan dan totoal distribusinya
b. Faktor tanah
-Unsur hara untuk tanaman
- keadaan fisik tanah
- air tanah
2. Sebutkan dan jelaskan perbedaan anatara tanaman C3 dan C4 !
3. Jelaskan tanaman hari panjang (long day plant) dan tanaman intermidiate !
4. Sebutkan dan jelaskan pengaruh suhu terhadap pertumbuhan tanaman !
5. Apa yang dimaksud dengan lethal limit ?
6. Sebutkan dua unsur hara ensensial untuk pertumbuhan tanaman dan fungsinya !
7. Sebutkan sumber-sumber Nitrogen untuk produksi padang rumput !
8. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah air bagi tanaman !
9.Sebutkan beberapa cara pemupukan dan jelaskan !

22

BAB III
CARA CARA PENANAMAN DAN
PEMELIHARAAN TANAMAN
MAKANAN TERNAK
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini
makanan ternak dengan baik.

mahasiswa dapat menanam dan memelihara Hijauan

Tujuan instruksional Khusus


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan :
1. mengerti dengan prosedur, dan tujuan pengolahan tanah yang benar
2. mengerti cara penyediaan bibit hijauan makanan ternak yang akan ditanam
3. mengerti tentang cara penanaman bibit hijauan makanan ternak
4. dapat melakukan pemeliharaan terhadap hijauan makanan ternak baik kacangkacangan maupun rumput-rumputan
5. dapat melakukan pemupukan terhadap hijauan makan ternak
6. mengerti dan dapat melakukan pemberantasan terhadap hama dan penyakit
Cara penanaman ini secara berurutan meliputi :
1. Pengelolaan tanah
2. Penyediaan Bibit yang akan ditanam
3. Kebutuhan serta caranya menanam
1.Pengelolaan Tanah
Sebelum diadakan penanaman terlebih dahulu tanah harus diolah. Pengelolaan
tanah ini di tiap daerah berbeda beda baik mengenai waktu pengelolaan maupun caranya.
Di daerah tropik pengelolaan tanah ini biasanya dilakukan pada saat menjelang musin
penghujan. Hal ini dapat disebabkan oleh tanaman yang baru tumbuh mutlak memerlukan
air.Sedangkan daerah yang baik system irigasinya dapat dilakukan pengelolaan disetiap
waktu.
Tujuan dari Pengelolaan Tanah
1. Guna menjamin tumbuh dan perkembanagan perakaran tanaman.
2. Untuk menjamin adanya peredaran udara dan aerisasi
3. Memungkinkan banyaknya zat-zat hara yang akan diserap tanaman dari dalam
tanah
4. Guna pengendalian tanaman tanaman penggangu
5. Guna mengurangi terjadinya erosi
Pengelolaan tanah dapat dilakukan ,melalui dua tahap:
23

1. Pengelolaan tanah Tahap Pertama


2. Pengelolaan tanah Tahap Kedua
Ad. 1 Pengelolaan Tanah Tahap Pertama
Pengelolaan tanah tahap pertama ini dapat mengunakan alat singkal, bajak dan
traktor. Sumber tenaga dengan cara ini dapat dipakai tenaga manusia, hewan dan mesin.
Yang perlu dilakukan pada penggolahan tanah tahap pertama ini adalah:
a).mempersiapakan tanah untuk pertamanan
b).membersihkan tumbuhan pengganggu
c).memotong dan membalik tanah
Ad. 2 Pengelolaan Tanah Tahap Kedua
Pengelolaan tanah tahap kedua ini dapat dipakai alat garu, serta dapat
menggunakan tenaga manusia, hewan dan mesin. Pengelolaan tahap kedua ini
dimaksudkan :
a).untuk mengemburkan tanah
b).meratakan tanah
c).menghancurkan sisa-sisa tanaman penutup tanah
Cara cara pengolahan tanah ini tergantung pada jenis jenis tanah. Bila tanah agak gembur,
misalnya tanah bekas ubi jalar cukup dibajak atau dicangkul sekali saja.Pengolahan tanah
kering adalah berbeda dengan pengolahan tanah basah misalnya tanah sawah, dalam
pengolahanya sangat memerlukan air yang banyak. Tanah tersebut diolah sampai menjadi
Lumpur, dan dibawah lapisan Lumpur ini terdapat lapisan padat sehingga air di lapisan
atas tidak akan merembes ke bawah. Pembajakan dilakukan setelah tanah tersebut basah
sedalam 20 30 cm. Kurang dari 20 cm atau lebih dari 30 cm tanah tidak subur lagi.
2. Penyediaan Bibit Yang Akan Ditanam
Penentuan jenis bibit yang akan ditanam ditentukan oleh penyesuaian terhadap keadaan
tanah, keadaan iklim dan jenis tanaman yang akan dipelihara.Bila kebutuhan air
tergantung dari hujan maka diharapkan pada permulaan penanaman hujan sudah mulai
turun sedikit sedikit, karena pada periode tersebut kebutuhan air adalah mutlak
diperlukan.
Dikenal 2 macam Pertanaman
a. Pertanaman Tunggal, hanya ditanam satu jenis tanaman saja
b. Pertanaman Campuran, berbagai jenis tanaman ditanambersama-sama
baik rumput maunpun kacang-kacangan.Keuntungan dari penanaman
campuran antara rumput-rumputan dan kacang-kacangan adalah :
Kesuburan tanah akan meningkat,karena adanya peningkatan zat lemas
seperti Nitrogen oleh akar akaran, meningkatkan mutu hijauan karena
tambahan protein dan mineral dari hijauan kacang-kacangan .
Bibit t tanaman makanan ternak dapat diperoleh secara :
a. Generatif ( perkembangbiakan dengan biji)
b. Vegetatif (perkembangbiakan selain dengan biji misalnya dengan stek
atau pollen)
24

2.1.Cara Penanaman Dengan Biji


Biji yang akan ditanam perlu diberikan perlakuan yang meliputi 3 hal :
1. Perbaikan perkecambangan
2. Pemberian bakteri rhizobiun untuk merangsang pembentukan bintil-bintil akar
3. Perlakuan dengan bahan bahan kimia untuk mencegah serangan penyakit.
Cara penanaman biji tanaman makanan ternak dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Disebar
2. Dengan cara jalur atau barisan
Keuntungan dengan cara disebar:
a. Mengurangi atau mencegah erosi
b. Mengurangi biaya pengolhan
c. Membantu penyediaan hijauan untuk dimanfaatkan oleh ternak
Keuntugan cara Jalur :
a. Mengurangi kebutuhan biji
b. Lebih mudah untuk mengetahui tanaman yang lemah untuk dibuang
c. Memungkinkan pemberantasan tanaman penggaggu
d. Pemanfaatan zat hara dan air yang lebih merata
e. Kerapatan yang rendah dan jarak anatara jalur yang tepat dapat
menjamin penggunaan cahaya matahari untuk mendukung
pertumbuhan tunas.
Jumlah Kebutuhan Biji Ditentukan Oleh :
1. Jumlah biji/kg
2. kwalitas biji
3. baik/tidaknya persiapan tempat penanam
4. baik/tidaknya jenis tanah
5. resiko iklim
6. kebiasaan hidup tanaman ( tanaman menjalar/membentuk rumpun)
7. luasnya serangan rumput liar
8. jumlah hijauan yang diperlukan pada permulaan hidaup dari padang
rumput
9. jarak jalur.
2.2. Cara Penanaman Selain Dengan Biji
Keuntungan dengan cara ini:
a.Karena tananaman ini tidak dapat menghasilkan biji yang akan ditanam
atau berkecamban rendah sekali (misalnya rumut gajah)
b.Memperoleh sifat-sifat tanaman yang sama dengan induknya
c.Tumbuhnya lebih cepat dari biji.
Macam-macam bibit selain dengan biji dapat berupa :
1.Stek batang (Bibit yang diperoleh dari potongan batang)
2.Stalon (Batang tanaman yang tumbuh mendatar diatas permukaan tanah)
25

3.Pollen (sobekan rumpun)


4.Rhizome ( batang yang menjalar mendatar dibawah tanah Contoh
rumput rajah
5.Stek akar ( bibit yang diperoleh dari potongan akar)
6.Umbi (akar yang membesar dan berfungsi sebagai tempat cadangan
makanan dalam tanah.

Ad. Stek Batang


Adalah bibit yang diperoleh dari potong-potong an batang . Pada tanaman yang
kecil batangnya bibit diambil dari batang yang cukup atau telah tua. Sedangkan pada
rumput gajah sebaiknya diambil stek pada saat menjelang berbunga. Sebab pada saat ini
cadangan makanannya masih banyak. Mengenai panjang/penedeknya stek dapat
diperkirakan 2 mata tiap stek. Cara mengambil, umurnya jangan terlalu muda. Tetapi bila
kekurangan bibit yang muda dapat diambil.
Cara pemotongan stek jangan jauh dari ruas, sehingga pada waktu penenaman ke
dalam tanah, ruas mat adapat terbenam dengan baik. Karena pada ruas tersebut akan
tumbuh akar.
Ad.2. Stalon
Stalon adalah batang tanaman yang tumbuh mendatar di atas permukaan tanah.
Stalon ini dapat mengeluarkan rumpun dan akar pada buku-bukunya. Cara mengambil
bibitnya cukup dengan memotong beberapa ruas. Yang dapat ditanam dengan stalon ini
misalnya; rumput Brachiria brizantha dan rumput pangola ( Digitaria decumbens).
Ad. Pollen (sobekan rumpun)
Dengan penyobekan rumpun tanaman, orang mendapatkan sejumlah batang
berakar, misalnya rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria (setaria anceps).
Pada umumnya cara penanaman ini lebih cepat tumbuh dari pada stek batang. Sebelum
ditanaman perlu sebagian daunnya dipotong untuk mengurangi penguapan yang
berlebihan sebelum akarnya dapat berfungsi. Kebutuhan bibit pollen sama dengan
kebutuhan dengan stek.
Ad.4. Rhizoma
Rhizome adalah batang yang menjalar mendatar di bawah tanah, dimana pada tiap
buku dari rhizome ini dapat tumbuh akar, tunas yang akan segera menjadi anakkan (tiller)
dan akhirnya membentuk rumpung. Contoh rumpun yang dapat ditanam dengan rhizome
adalah rumput gajah.
Ad.5. Stek Akar
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan bagi stek akar adalah hamper sama dengan
syarat-syarat pada stek batang. Hanya disini perlu disesuaikan dengan tanamannya;
misalnya (pueraria triloba), dalam hal ini termasauk juga umbinya.
26

Ad.6. Umbi
Umbi adalah akar yang membesar dan berfungsi sebagai tempat cadangan
makanan dalam tanah.Cara pengambilan bibitnya cukup dengan memotong umbi tersebut
menjadi beberapa bagian. Contoh pada tanaman kudzu(pueraria triloba).
Catatan :
Biji yang dimaksud untuk bibit penanaman adalah benih. Yang dimaksud benih
adalah biji yang mempunyai nilai agronomi.

3.Pemeliharaan
Beberapa hari setelah penanaman harus diadakan pemeliharaan , karena baik atau
buruknya pertumbuhan serta berhasil tidaknya penanaman tergantung pada
pemeliharaannya. Usaha pemeliharaan ini dimulai dari perawatan setelah biji disebar atau
stek ditanam sampai dengan pemungutan hasil. Pada umumnya pemungutan hasil
tanaman makanan ternak itu ilakukan berulang kali sehingga hal ini berhubungan erat
dengan cara-cara pemeliharaannya.
Pemeliharaan dapat berupa :
1. Pemelihraan kacan-kacangan
2. Pemeliharaan rumput-rumputan
3. Pemeliharaan rumput dan kacang-kacangan
4. Pengairan
5. Pemupukan
6. Pemberantasan hama dan penyakit
7. Pemungutan hasil.
Ad. 1.Pemeliharaan kacang-kacangan
Pemeliharaan Kacang-kacangan setelah disebar, maka 3 -7 hari lagi akan segera
tumbuh. Bila sampai umur ini pertumbuhan benih tersebut tidak merata, artinya diantara
benih-benih yang tidak tumbuh , perlu diadakan penyulaman, dimana di tempat benih
yang tidak tumbuh ditanambenih-benih baru. Penyulaman ini jangan terlampau lama
sebab ini akan tertinggal pertumbuhannya.
Ad.2. Pemeliharaan rumput-rumputan
Umumnya cara pemeliharaan unutk tanaman rmput-rumputan hamper sama
dengan pemeliharaan tanaman kacang-kacangan. Untuk benih rumput yang telah
ditanam, biasanya jika dibangdingkan dengan benih kacang-kacangan tumbuh lebih lama
(kira-kira 7 hari sampai dengan 1 bulan baru dapat tumbuh). Disamping tanaman rumput
tumbuhnya agak lama, kebanyakan pertumbuhannyapun seringkali ditemui tidak merata.
Untuk menghindari hal ini sebaiknya benih rumput terseut disemaikan lebih dahulu di
tempat-tempat persemaian atau pot-pot.
Ad.3. Pemeliharaan rumput dan kacang-kacangan

27

Dalam pertanaman campuran yang perlu dijaga adalah imbangan antara


pertumbuhan masing-masing jenis tanaman, baik itu jenis rumput-rumputan atau kacangkacangan. Jika rumput-rumputan pertumbuhannya sudah sangat tinggi perlu segera
diadakan pemangkasan. Rumput-rumputan liar yang menyerang dibasmi.
Ad.4. Pengairan
Telah diketahui bahwa semua tanaman tentu membutuhkan air untuk
pertumbuhannya. Terlebih-lebih pemberian air pada tanamn yang baru tumbuh adalah
mutlak diperlukan. Untuk tanaman baik rumput maupun kacang-kacangan yang sudah
besar pengaruhnya terhadap produksi hijauan makanan ternak. Sedangkan jumlah
kebutuhan air sangat tergantung dari jenis tanamannya. Tanaman yang kekurangan air
hidupnya akan terhambat dan hasil produksi hijauannya akan merosot.
Ad.5. Pemupukan
Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman perlu diberikan pupuk alam ataupun
pupuk buatan. Untuk menentukan jumlah/dosis pupuk yang diberikan tergantung pada
tingkat kesuburan tanah dan jenis tanaman yang akan diusahakan.
Ad.6. Pemberantasan hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang menggangu tanaman dapat berupa : hewan, jamur,
bakteri, cacing dan virus. Kesemuanya ini dapat menyebabkan kerusakan bahkan
kematian bagi tanaman. Masing-masing jenis tanaman mempunyai ketahanan sendirisendiri terhadap penyakit. Pada rumput gajah biasanya rumpun-rumpun akarnya yang
telah tua dimakan rayap.
Pada umumnya penyakit yang menggangu tanaman makanan ternak tidak begitu
banyak, asal tanaman-tanaman tersebut ditanaman dan dipelihara dengan syarat-syarat
tanah dan iklimnya yang cukup baik walaupun demikian hama-hama yang menyerang
tanaman makanan ternak itu dapat diberantas dengan obat-obatan seperti DDT, Endrin
serta Dieldrin, agar kerusakan tanaman tidak menjalar. Dengan catatan, pemberian obatobatan tersebut jangan sampai membahayakan ternak yang dipelihara.
Ad.7. Pemungutan Hasil
Pemungutan hasil tanaman makanan ternak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan cara memotong (soiling) dan menggembalakan ternak di padang penggembalaan
(grazing).
Soal Latihan:
1.
2.
3.
4.

Sebut dan jelaskan cara penanaman secara berurutan!


Sebutkan tujuan pengolahan tanah !
Sebutkan dua tahap pengolahan tanah dan jelaskan !
Sebutkan 2 cara penanaman dengan biji hijauan makanan ternak
disertai dengan keuntungannya masing-masing !

28

BAB IV
PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK
Tunjuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melakukan pengawetan terhadap hijauan
makan ternak
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasisa diharapkan dapat :
1. menjelaskan difinisi tentang hay dan silase
2. dapat menjelaskan tujuan dari pengeringan hijauan makanan ternak dengan panas
matahari, panas buatan dan system fermentasi.
3. prisip pembuatan hay dan cara pembuatan hay
4. menentukan kwalitas hay yang bak
5. mengerti tentang maksud pembuatan silage
6. mengerti tentang tempat pembuatan silage
7. mengerti tentang hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan silage
8. mengerti tentang syarat syarat dalam pemilihan tempat dalam pembuuatan silo
9. mengerti tentang cara dan tujuan pembuatan silage
10. mengatahui factor faktor yang mempengaruhi kwalitas silage
11. menklasifikasikan silage yang dihasilkan

I. Dalam Bentuk Kering ( Hay)


Difinisi :
Hay atau hijauan kering adalah makanan ternak baik rumput-rumputan, kacangkacangan atau tanaman lainya yang sengaja dipotong sebelum tua untuk
persediaan makanan ternak pada saat sukar untuk mencari makanan.
Bila dibandinkan dengan jerami ; misalnya jerami padi, jerami jagung,jerami
kacang tanah, maka jerami ini dapat didefinisikan sebagai sisa makanan pertanian yang
telah diambil hasilnya untuk
kepntingan manusia. Ini biasanya terdiri dari batang batang pohon, rantingrantig dan daun- daunan tanaman yang telah tua.
Jadi pengiringan hijauan makanan ternak mempunyai tujuan anara lain :
1. Penyediaan makanan ternak pada saat tertentu
2. Untuk dipergunkan sebagai makanan ternak selama transportasi
( pengangkutan)
3. Sengaja untuk diperdagankan.
Dalam pengeringan hijauan makanan ternak atau membuat hay tergantung kepada
bentuk tanamannya. Pada umumnya HMT yang bentuk tubuhnya / batangnya
29

tebal atau kasar, sukar untuk dibuat hay dari pada tanaman yang bentuk batangnya
halus atau tipis, karena itu tidak semua jenis tanaman cocok untuk hay.
Prinsip Pembuatan Hay
Adapun prinsip-prinsip di dalam pembuatan hay adalah mengeringkan atau
menurunkan kadar air 15 20 % dalam waktu singkat dengan sedikit resiko penurunan
zat gizi.
Sedangkan cara-cara pembuatan Hay ada 4 macam cara yaitu :
1. Pengeringan dengan sinar matahari
2. Pengeringan dengan panas buatan ( mesin Pengering )
3. Pengeringan dengan Fermentasi
4. Pengeringan dengan aliran udara yang dipanaskan dan dengan aliran udara
yang tidak dipanaskan
Jalanya Pengeringan
Setelah hijauan makanan Ternak dipotong dari kebun rumput/lapangan
pengembalaan kemudian dikeringkan dengan cara-cara seperti tersebut diatas.
Untuk pengeringan dengan panas matahari sudah umum dilakukamn di daerah
tropis. Sedangkan pengeringan dengan panas buatan (mesin) dapat dilakukan di
daerah man saja tanpa terpancan kepada waktu. Selama periode pengeringan selsel tanaman masih mengadakan pernafasan seperti biasa seperti zat-zat pati
diubah menjadi gula yang akhirnya menjadi air dan gas asam arang ( CO 2 ). Hal
ini merupakan sebab terjadinya penurunan zat-zat gizi dari cara-cara pembuatan
hijauan kering. Baru setelah sel-sel tanaman makanan ternak itu mati karena zat
airnya menguap dengan adanya pengeringan maka proses pernapasan tanaman
akan terhenti dengan sendirinya.
Dari keterangan diatas maka yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan
hay, pengeringan harus secepat mungkin
1.1 Pengeringan dengan Panas Matahari
Pengeringan dengan panas matahari ini sudah banyak dilakukan orang, terutama
sekali di daerah tropis. Hal ini dikarewnakan pembuatan hijauan kering dengan panas
matahari memrlukan biaya yang murah sekali. Biasanya HMT yang sudah
dipanen/dipotong kadar airnya 70-80%. Setelah dikeringkan dengan panas matahari
selama beberapa jam ( 4 8 Jam) dalam waktu beberapa hari kadar airnya mencapai
5 15 % .
Waktu memanen rumput yang akan dibuat hay sebaiknya pada saat tanaman mulai
berbunga. Bila dipotong saat mulai tumbuh ( phase vegetatif) nilai gizinya lebih
tinggi tetapi hasilnya rendah/sedikit, sedangkan jumlah kadar airnya tinggi sekali,
tetapi jika dipotong setelah berbunga, kenaikan hasil tidak seimbang dengan turunnya
nilai gizi rasa enak buat ternak. Pengeringan yang cepat dengan menggunakan panas
matahari ini dapat menggurangi kehilangan zat makanan yang terlalu besar.
30

Kerusakan dan kehilangan zat makanan selanjutnya terjadi pada waktu pengangkutan
yang kurang hati-hati akan menyebabkan hay yang tersimpan itu menjamur.
Didalam pembuatan hay serta penyimpanan rata-rata kerusakan/kehilangan bahan
kering kira-kira 25% . Dan dalam keadaanm cuaca buruk kehilangan zat-zat makanan
ini dapat mencapai : 50 60%.
Pengeringan di lapangan dapat dilakukan dengan jalan menyerakan hijauan
dipelataran tempat pengeringan, serta dapat pula memakai Tri Pods atau kaki tiga,
dan juga dapat dengan rak.
Kebaikan dan keburukan pengeringan HMT dengan panas Matahari
Kebaikan:
1. Biaya yang dibutuhkan relatif murah
2. Semua orang dapat melakukannya
3. Kandungan Vitamin D dalam HMT lebih tinggi
Keburukkan
1. Hanya dapat dilakukan di daerah tropis
2. Semua proses pengeringan berjalan lama, sehingga penurunan vitamin
1.2 Pengeringan Dengan Panas Buatan
Pengeringan HMT dengan mesin pengering ini banyak dilakukan di luar negeri,
dimana cara ini memerlukan suhu yang tingginya sekitar 100 125 C. Hasil hay yang
diperoleh dengan cara ini lebih kecil terjadi kerusakan-kerusakan zat makanan baik
fisis maupun khemis. Dan dengan cara ini pula kandungan vitamin A serta vitamin E
lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemanasan/pengeringan dengan menggunakan
panas sinar matahari. Kerusakan karotene ini dapat dipperkecil. Namun demikian
pemanasan denghan mesin pengering ini dapat tidak ekonomis pembiayaannya bila
kwalitas HMT kadar gizinya terutama untuk daerah tropik.
Kebaikan dan keburukan Pengeringan dengan Mesin
Kebaikan:
1. Proses pengeringan berjalan dengan cepat dan lancar
2. Penurunan zat gizi dapat ditekan
3. Dapat dilakukan dimana saja tanpa mengingat waktu
Keburukan:
1. Memerlukan biaya yang cukup mahal
2. Kandungan vitamin D dalam hay rendah
1.3 Pengeringan Fermentasi
HMT yang dikerinkan sebentar dengan panas matahari ditumpuk dan dipadatkan
dalam gudang penyimpanan. Karena udara terdapat bebas dalam ruangan
penumpukan itu maka terjadi proses fermentasi yang akan menghasilkan panas.
Umumnya dengan cara ini nantinya akan menghasilkan hay yang berwarana
kecoklat-coklatan sebab terjadi karamelisasi. Pengeringan dengan fermentsasi harus
31

dilaksanakan dengan hati hati sebab panas fermentasi yang tidak terkontrol akan
menyebabkan kebakaran. Untuk mencegah terjadinya kebakaran ini perlu kipas angin
atau aliran udara yang cukup.
1.4 Pengeringan Dengan Aliran yang Dipanaskan
Hijauan yang akan dibuat hay dapat dicincang dan diserakkan atau ditumpuk dalam
gudang. Kemudian dengan menggunakan suatu alat tertentu dialirkan udara panas
melalui masa hijauan tersebut. Resiko kerusakan akan lebih besar apabila aliran udara
yang dialirkan tidak begitu panas. Pembuatan hay yang menggunakan cara ini
hasilnya lebih baik jika dibangdingkan dengan hay yang dipanaskan dengan matahari,
karena carotene dan kehilangan daunnya lebih sedikit.
1.5 Metode menentukan kekeringan hay yang telah dapat disimpan
1. Dengan memegan contoh hay dengan tangan. Jika contoh tersebut mudah
dipanaskan berarti hay sudah kering dan dapat disimpan.
2. Dengan menggunakan sebuah botol yang volumenya kurang lebih 0,25 liter,
kemudian hay yang telah dipotong-potong ( dengan ukurang setinggi botol )
dimasakan kedalam botol sampai padat. Bagian atas botol ditaburi 1 sendok
garam halus. Selanjutnya botol dikocok-kocok yang mana sebelum dikocok botol
ditutup rapat-rapat terlebih dahulu. Pengocokkan dilakukan kurang lebih 100 kali,
agar hay yang ada didalam botol dapat bercampur dengan garam halus. Setelah itu
botol dibalik dan diamati. Bila garam masih dlam bentuk butir-butiran ( lihat
dibagian tutup botol ) berarti hay tersebut telah kering. Bila garamnya membentuk
gumpalan yang sedikit basah maka hay belum kering benar. ( Kandungan airnya
masih 25% bahkan lebih.
1.6 Menentukan Hay yang baik
Hay yang disebut Baik bila :
1. Warnanya Hijau cerah
2. Cukup mengandung daun
3. Baunya harum
4. Teksturnya Halus dan tidak rapuh
5. Disukai ternak
6. Daya cerna tinggi
7. Bersih/bebas dari tumbuh-tumbuhan penggangu
II.Pengawetan Hijauan Makanan Dalam Bentuk Segar
2.1.Pembuatan Silase.
Kemajuan peternakan khususnya ternak pemakan rumput-rumputan (rumenansia )
perlu
Didukung oleh kemajuan pembangunan sumber sumber HMT, terutama rumput dan
kacang-kacangan karena merupakan makanan pokok yang termurah. Semua jenis ternak
tersebut agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan sempurna hanya apabila makanan
tersedia sepanjang tahun. Lebuh-lebih lagi sapi daging, karena tidak kurang dari 82%

32

kebutuhan makanannya berupa hijauan maupun yang telah diawetkan dalam bentuk
Kering (hay) atau segar (silase).
Maksud Pembuatan Silase
Difinisi : Silase adalah HMT yang disimpan dalam keadaan segar dengan kadar
air antara 60 70%, di suatu tempat yang disebut silo.
Maksud pembuatan silase adalah untuk mengawetkan, menyimpan sebgai
cadangan bahan makanan ternak yang berupa berbagai macam jenis hijauan makanan
segar.
Jadi tujuan yang penting adalah :
1. sebagai persediaan makanan yang dapat dipergunakan pada saat kekurangan HMT
segar.
2. untuk menampung kelebihan HMT
3. memanfaatkan hijauan pada saat ternak sedan mengalami pertumbuhan
4. mendayagunakan sisa hasil-hasil pertanian dan hasil ikutan pertnian lainnya.

Tempat Pembuatan Silase


Tempat pembuatan silase ini disebut silo. Yang dimaksud dengan silo adalah suatu tempat
untuk menyimpan HMT yang dibuat di atas tanah maupun di dalam tanah. Mengenai
bentuk silo ada beberapa macam antara lain :
1. Pit silo : Silo yang berbentuk sumur di dalam tanah
2. Trench silo : Silo yang menyerupai parit memanjang yang umumnya dasarnya
lebih sempit dari pada bagian atas.
3. Tower silo : Silo yang berbentuk menara, menjulang ke atas tanah. Umumnya
bagian bawah memakai pintu sedangkan diatasnya tertutup rapat.
4. Box silo : Silo yang berbentuk kotak
5. Fence silo : Silo yang hanya menggunakan sekat-sekat dari bamboo kawat dan
lain-lain biasanya merupakan tumpukan diatas tanah.
Dari berbagai bentuk silo ini, sekarang yang umum dipakai adalah pit silo, karena
mempunyai beberapa keuntungan :
a. Cara pembuatan menurut penyeledikan di Australia murah dari pada
pengawetan dengan cara lain
b. Dapat diletakan dimana saja ( dekat kandang/kebun) asal dipertimbankan
factor drainase
c. Mudah cara pengesiannya, pengambilan dan pemadatan.
d. Silase dari pit silo bebas dari kutu-kutu dan tahan api.
e. Cara pengawasan tidak banyak, setelah dipadatkan lalu ditutup dengan
sempurna
f. Mudah pemberiannya kepada ternak baik secara mekanik maupun dengan
cara ternak mengambil sendiri (self fedding)
g. Kerugian kuantitatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan bentuk silo
yang lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan silase meliputi
33

1.
2.
3.
4.
5.

Persediaan bahan
pemelikan tempat
pebuatan silo
penutup silo
cara pengambilan silase

2.4.1. Persediaan bahan silase


A).Bahan Silase/hijauan
Hijauan yang dapat dibuat silase dapat berupa :
- Hijauan rumput-rumputan dan kacang-kacangan dari pada
rumput
- Hijauan lain yang merupakan hasil sampingan pertaniann,seperti
sorghum
Jagung, kacang, gandum dan lain-lain
Silase yang baik dapat dibuat dengan kadar air 65% - 68%. Dengan jalan
melayukan rumput kacang kacangan segar dalam waktu 2 3 jam akan menghasilkan
silase yang lebih baik dari pada jika hijauan tersebut tidak dilayukan terlebih dahulu.
Pelayuan bahan silase mempunyai 3 keuntungan
1. melunakan jaringan tanaman
2. mempercepat kehidupan sel-sel tanaman dan bakterii
3. sel-sel tanaman dan bakteri menarik persediaan gula dalam tanaman kemudian
panas yang timbul dipergunakan untuk meningkatkan proses ensilase.
B). Bahan Pengawet ( Additive/ Presercative)
Untuk menpercepat proses penurunan pH di dalam silase perlu adanya bahanbahan pengawet dengan jumlah menurut kebutuhan, sehubungan dengan jumlah
kebutuhan silase maka bahan-bahan pengawet yang dibutuhkan seperti di dalam
table berikut :
Tabel: Jumlah kebutuhan berbagai jenis bahan pengawet untuk pembuatan
Silase rumput dan kacang-kacangan
Bahan pengawet
Jumlah % dari Kebutuhan (kg) per ton bahan silage
bahan silage
Rumput
Kacang-kacangan
Rumput dan kacangkacangan
Tetes
3
18-20
45-60
27-30
Dedak halus
5
50-100
Tepung Jagung
34-38
90-95
45-57
Onggok
3
Ampas sagu
3
Menir
3,5
Asam phosphate
4,5-9
6,5-9
6,5-10
75% *)
*) Lebih baik asam phosphat 75 % diencerkan 4 5 kali dari beratnya.

34

Agar tidak terjadi acidiosis perlu ditambahkan 6,5 gram CaCO3 per Kg
Silase
Pemelikan Tempat
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam hal mencari tempat untuk
pelaksanaan pembuatan silo yaitu :
1. Carilah tempat yang tidak mudah digenangi airpada waktu musin hujan
tiba,serta pilahlah tempat yang lebih tinggi dari sekitarnya
2. dipilih tempat yang tidak jauh dari ternaknya yang akan diberi silase
3. air tanah di tempat yang untuk dibuat penyimpanan harus lebih dalam dari
dasar lubang.
Pembuatan Silo
a. Ukurang silo sebaiknya sesuai dengan kebutuhannya.
b. Buat silo yang berbentuk bundar seperti sumur (pit silo), hal ini
penting untuk mengurangi kerugian
c. Ukurang yang baik:
Garis tengah : 3 5 meter
Dalam
: 1,5 meter
Silo ini cukup menyimpan lebih dari 6 ton.
d. Dinding silo
Harus kedap air dan udara. Untuk mencegah hujan berhubungan
langsung dengan tanah karena tanah banyak mengandung
mikroorganisma yang merugikan, maka perlu dilapisi dengan
plastik, ayaman banbu atua bahan lain.
e. Lamtai dasar
Hendaknya dibuat lubang untuk perembesan/penetesan air
kebawah.
2.4.4. Penutup Silo
a. Tutup dengan rapat sihingga O2 dan air tidak dapat masuk
dalam tempar penyimpanan
b. Tutup pertama diberi lembaran plastik,kemudian ditumpuk tanah
diatasnya setebal 50 cm dari permukaan tanah.
c. Supaya lebih sempurna penutupnya , maka paling atas diberi
pemberat.
2.4.5. Cara Pengambilan Silase
a. Setelah tiga minggu atau tergantung kebutuhan, maka silo dapat
dibongkar untuk
Dapat diambil silasenya
b. Ambil secukupnya untuk diberikan kepada ternak, tetapi silase
tidak boleh
Untuk mengantikan makanan hijauan seluruhnya sekaligus.
c. Cara pengambilan
Setelah pengambilan silase selesai silo harus ditutup rapat- rapat
kembali dengan baik.
35

2.4.6. Proses Ensilase


Proses yang terjadi dalam pembuatan silase dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu proses
An-aerob dan proses aerob ( ada oksigen).
Proses Aerob
Setelah hijauan masuk dan dipadatkan dalam silo yang telah tertutup rapat, maka
sel-sel tanaman
Masih hidup terus dan bernafas terus menerus. Yang dimaksudkan dengan
bernafas terus
Menerus disini adalah menggunakan oksigen (O2) dan membentuk CO2, H2O
dan panas. Panas
Yang terjadi disini jangan sampai melebihi 120 F.
Proses an-aerob
Dalam keadaan hampa udara (an-aerob) jamur tidak dapat tumbuh tetapi masih
aktif bekerja . Bakteri bakteri tersebut mendominasi fermentasi, dan akan menghasilkan
penambahan asam asam laktat yang berasal dari arbohidrat .Pembentukan asam ini
akan terus menerus berlangsung. Dengan demikian naiknya keasaman bakteri makin
terhambat kegiatannya.
Tujuan Pembuatan Silase
Tujuan dari pada pembuatan silase adalah : mencapai konsentrasi asamlaktat yang cukup
dalam silase itu, yang menghasilkan dari adanya mikroorganisma dalam hijaun yang
dipotong untuk mencegah aktivitas mikroorganisma bentuk lain sehingga dapat
mengawetkan bahan silase sampai saat yang diperlukan . Asal saja udara dan air tidak
dapat masuk ke dalam silo. Kwalitas silase ini tergantung dengan konsentrasi asam laktat
dan asam asetat yang tinggi, yang baik adalah 2%. Hal ini dapat dicapai bila pemotongan
hijauan dilakukan sebelum berbunga, atau pemberian bahan pengawet yang banyak
mengandung gula (karbohidrat).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan silase:
a. Agar dapat menghasilkan silase yang baik, perlu adanya pelayuan lebih dahulu,
terutama yang
Berkadar air tinggi agar dicapai hasil yang baik, maksimal kadar air adalah 65
68 % atau melayukan hijauan selama 2-3 jam dipanas matahari.
b. Kerugian karena banyak zat hidrat arang dan mineral yang larut dalam cairan sel
oleh air hujan
Dihindari dengan penutupan silo rapat-rapat.
c. Kerugian peragian selama konservasi bermacam-macam bakteri dan cendawan
merombak
Sebagian zat protein dan hidrat arang menjadi zat yang tidak berguana bagi
ternak, hal ini dapat diatasi dengan menciptakan pH dalam bahan silase secara
tetap.

36

d. Penekanan harus sesempurna mungkin, bila tidak menyebabkan proses


pernapasan yang
Berlebihan dan proses fermentasi yang diperpanjang sehingga penurunan zat-zat
gizi lebih besar.
Adapun kualitas Silase dapat dipengaruhi oleh 3 Faktor:
1. Faktor hijauan, meliputi : jenis, umur dan pelaksanaan terhadap hijauan
2. Faktor teknik pembuatan
3. Faktor mikroorganisma
Klasifikasi Silase.
1). Baik Sekali: -silase bersih, rasa dan bau asam
-Tidak ada sam butirat, tidak terdapat jamur
- pH sekitar 3,5 4,2
- N amoniak lebih dari 10% dari N total didalam silase
- Warna hijauan
- Tekstur jelas
2). Baik
: Bau dan rasa asam
sedikit asam butirat
pH antara 4,2 - 4,5
N amoniak 10 25 % dari N total
Warna hijau
Teksturnya kurang jelas
3). Sedan
: Bau agak tengik
- terdapat jamur
- asam butirat agak banyak
- terjadi proteolisis
- N amoniak 10 20 % dari N total
- Warna kuning
- Tekstur jelas
- PH sekitar 4,5 4,8
4). Jelek
: Bau busuk
- banyak jamur dan lendir
- banyak asam butirat
- terjadi proteolisis yang besar
- pH lebih besar dari 4,8
- N amoniak 20% dari N total
- Warna coklat hitam
- Tekstur rusak
Silase yang rusak akan menjamur, harus dibuang sama sekali, tidak boleh
diberikan kepada ternak karena dapat menyebabkan keracunan atau acidiosis pada
ternak. Keadaan demikian dapat diatasi dengan jalan mencampur garam karbonat
ke dalam silase yang akan diberikan kepada ternak.

37

Soal Latihan :
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan Hay dan Silage !


Jelaskan prinsip-prinsip pembuatan Hay!
Sebutkan 4 cara pembuatan hay
Sebutkan kebaikan dan keburukan pembuatan hay dengan panas
matahari, dengan mesin !
5. Sebutkan persyaratan hay yang baik !
6. Defenisi tentang silage !
7. Maksud dan tujuan pembuatan silage !
8. Sebutkan macam-macam silo dan jelaskan !
9. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan silage !
10. Sebutkan tiga factor yang mempengaruhi kwalitas silage !

38

BAB V
NILAI GIZI HIJAUAN MAKANAN TERNAK
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti tentang nilai gizi
hijauan makanan ternak.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi produksi bahan kering
2. factor faktor yang mempengaruhi imbangan batang
3. factor faktor yang mempengaruhi konsumsi untuk hijauan yang
berkwalitas rendah.
Nilai suatu padang rumput di tentukan berdasarkan out put produksi ternak. Dalam hal
ini, produksi ternak merupakan fungsi produksi hijauan pada suatu padang rumput,
tekanan penggembalaan ( Stocky rate ),efisiensi pengunaan padang rumput, kualitas
hijauan padang rumput di tambah dengan berbagai factor exsternal seperti jenis ternak
dan tingkat adaptasinya,kesehatan ternak, internal dan external parasit.
Karena hijauan pada suatu padang rumput merupakan sumber makanan bagi ternak, maka
hijauan tanaman makanan ternak tersebut harus dapat mencukupi kebutuhan energi,
protein,mineral dan vitamin.
Produksi bahan kering dan segar.
Hal ini di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
Jenis rumput
Pemupukan
Interval pemotongan
Tata laksana pemeliharaan.
Pengaruh jenis rumput
Pengukuran produksi hijauan selalu di lakukan terhadap produksi bahan keringnya
didalam BK tersebut zat-zat makanan yang diperlukan ternak.
1.2. Pengaruh pemupukan
Pupuk diperlukan untuk mengganti mineral yang telah diserap oleh tanaman. Disamping
berpengaruh terhadap produksi hijauan, pemupukan berpengaruh pula terhadap zat
makanan dari pada hijauan.
1.3. Pengaruh interval waktu pemotongan
Dengan interval waktu pemotongan lebih lama maka produksi persatuan waktu juga
menigkat sampai batas tertentu.

39

1.4. Pengaruh beberapa factor tata laksana pemeliharaan lain


Tingginya pemotongan rumput dari permukaan tanah juaga mempengaruhi produksi
rumput.
2. Imbangan daun atau batang
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengaruh imbangan batang antara lain: jenis,
pemupukan, umur tanaman.
2.1 Pengaruh jenis
Rumput tropis bersifat membentuk batang secara kontinyu sedangkan rumput temperate
hanya membentuk batang kalau berbunga.Rumput tropis cenderung berbunga terus
sedangkan rumput temperate hanya berbunga pada waktu tertentu sehabis hari panjang.
2.2. Pengaruh pupuk
Dengan meningkatnya dosis N kadang-kadang proporsi daun akan naik tetapi ada juga
yang melaporkan bahwa justru proporsi daun turun dengan meningkatnya dosis N.
2.3. Pengaruh umur
Semakin tua tanaman maka cenderung untuk membentuk batang dalam proses akan
berbunga.Imbangan antara daun dan batang berpengaruh pula terhadap nilai gizi hijauan
yang hubungannya dengan meningkatnya umur tanaman. Semakin tuanya umur tanaman
maka penurunan nilai gizi tanaman di sebabkan oleh dua hal,yaitu pertama di sebabkan
menurungnya kandungan protein tanaman itu sendiri, kedua karena semakin menurunnya
imbangan antara daun dan batang di mana nilai gizi batang lebih rendah daripada nilai
gizi daun.
3.Konsumsi dan seleksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi komsumsi untuk hijauan berkualitas rendah al :
-

Daya cerna
Kecepatan lewatnya makannan
pencernaan
Ukuran partikel makanan
Volume rumen

dalam

saluran

Komsumsi tergantung dari berbagai factor yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
factor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsic antara lain :
- Jenis ternak
- Keadaan fisiologis ternak
- Tingkat produksi ternak
Faktor ekstrinsik antara lain :
-

Komposisi kimiawi makanan


40

Komposisi morfologis makanan

Processing makanan (giling,pellet)


DC makanan
Makanan tambahan
Kecepatan degradasi

4. Daya cerna
Daya cerna adalah suatu hal yang untuk diketahui disamping proksimat.
Daya cerna dapat di pengaruhi oleh beberapa factor eksternal antara lain:
-

Jenis tanaman
Pupuk
Umur dan suhu.

5. Sifat yang diharapkan dari hijauan tanaman makanan ternak.


Untuk melaksanakan introduksi jenis-jenis hijauan maka di perlukan persyaratan yang
harus dipenuhi. Persyaratan tersebut meliputi :
1.
2.
3.
4.

Hijauan harus berproduksi dan berkualitas tinggi


Persisten
Memiliki kemampuan berasosiasi dengan species lain
Mudah berkembang biak.

Ad 1. Berproduksi dan berkualitas tinggi.


a.
b.
c.
d.

Menghasilkan bahan kering tinggi


Toleran terhadap stress
Periode bunga terbatas
Daya cerna, intake dan palatabilitasnya tinggi.

Ad 2. Persisten
Karakter sehubungan dengan persisten, misalnya :
a.
b.
c.
d.
e.

Kemampuan menghasilkan biji


Tahan terhadap penggembalaan
Tahan kering, dingin dan api
Tahan penyakit dan serangga insecta
Beregenarasi dari biji secara musiman

Ad 3. Memiliki kemampuan berasosiasi dengan species lain


a. Menyediakan hijauan secara kontinyu
b. Menyediakan ransum yang seimbang dalam hal energi, mineral dan
protein
c. Menyediakan kualitas yang baik dari leguminosa
d. Transfer nitrogen dari leguminosa pada rumput.
41

Faktor yang perlu diperhatikan tentang kemampuan berasosiasi tersebut terdiri atas :
2. Bentuk pertumbuhan tanaman
3.
4.
5.
6.

Kemampuan berkompetisi
Musim pertumbuhan
Palatabilitas
Respons terhadap defoliasi

Ad 4. Mudah berkembang biak


Kemampuan menghasilkan biji sangat diperlukan karena :
a. Memastikan adanya regenerasi tanaman seandanya ada kejadian alamih
yang tidak diinginkan seperti kekeringan , salju yang berlebihan, api
atau over grazing.
b. Memungkinkan untuk membuat padang rumput baru
Apabila tanaman hanya sedikit atau jelek sekali kemmpuannya menghasilkan biji
maka akan dihadapi beberapa permasalahan, di antaranya adalah :
1. Naiknya atau mahalnya biji-bijian tersebut kaerena produksinya
yang hanya sedikit
2. Kegiatan untuk seleksi dan breeding terhambat karena sedikitnya
biji yang dapat di evaluasi.
6. Daerah introduksi hijauan
Ada dua pendekatan untuk melakukan introduksi jenis-jenis hijauan dan mengenal sifatsifat tanaman antara lain:
1. Berdasarkan perbandingan iklim
2. Berdasarkan distribusi phyto geography.
Soal Latihan :
1. Jelaskan factor-factor ynag mempengaruhi produksi bahan kering
2. Jelaskan factor-factor yang mepengaruhi imbangan batang
3. Jelaskan factor-factor yang mepengaruhi konsumsi hijauan yang
berkwalitas rendah
4. Apa yang dimaksud dengan factor intrinsic dan ekstrinsink

42

BAB VI
PEMBANGUNAN PADANG RUMPUT
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapa memahami dan mampu
melaksanakan pembangunan padang rumput dengan meperhatikan criteria-kriteria yang
ada.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. menjelaskan metode yang digunakan dalam pembangunan padang rumput.
2. Mengerti dan keterlambatan tumbuhnya benih yang ditanam
3. mengerti tujuan pembuatan pasture
4. mengerti tahap-tahap pembuatan pasture
5. mengerti tentang system defoliasi
6. mengerti tentang aspek-aspek dalam pemberian pupuk
7. mengerti tentang factor-faktor yang mepengaruhi efisiensi pemupukan
1. Pendahuluan
Metode yang digunakan untuk pembangunan pada rumput sangat luas, antara lain
tergantung pada:
1. Terjadinya vegetasi
2. Intensitasi pengembangan
3. Spesies yang akan dikembangkan
4. Macam tanah dan topografinya
Metode untuk pembersihan areal tanah akan tentukan oleh :
-

Jenis dan keperluan vegetasi yang ada

Total areal yang akan dikerjakan

Pembaruan padang rumput yang terbaik umumnya terlihat melalui persiapan


penyebaran benih yang baik, yang bebas dari benih-benih tanaman pengganggu (gulma).
Oleh karena itu pengetahuan tentang benih tanaman makanan ternak sangatlah diraskan
43

perlu, agar dihasilkan suatu padang rumput dengan tanaman yang baik dan seragam
tumbuhnya.
Benih-benih tanaman makanan ternak seringkali mengalami hambatan dalam
perkecambahannya terutama benih leguminosa. Oleh sebab itu mengatasi kelambatan
tumbuhnya, perlu diberikan suatu perlakuan mekanis (misalnya dengan jalan digosok
dengan kertas ampalas dsb), maupun dengan kimiawi (missal; dicelupkan dengan H 2SO4,
KNO3).
Tujuan utama pembuatan Pasture adalah menyediakan hijauan makanan ternak yang
bergizi tinggi, efisien dan kontinyu sepanjang tahun.

Cara-Cara Pembuatan Pasture yakni :


1. Kultivasi total ( intensive)
Menggatikan sama sekali vegetasi yang telah ada dengan introduksi jenisjenis HMT unggul yangh sesuai dengan keadaan setempat dan tujuan peternakan
yang bersangkutan.
Setelah menetapkan lokasi cara cultivasi total ini pada umumnya meliputi :
-

Pembersihan areal ( land clearing )

Pembongkaran atau pembajakan ( Ploughing )

Penggeburan ( Harrwing)

Penanaman,pemupukan, dan peremajaan ( Renovasi).

2. Kultivasi Partial (semi intensive )


Cara ini tidak mengganti vegetasi rumput asli yang sudah ada melainkan
memperbaiki dengan menyisipkan jenis-jenis legum atau rumput unggul yang
sesuai dengan Compatable sering disebut pula sebagai Over sown pasture
.
3. Zero cultivation (extensive)
Merupakan cara yang paling mudah dan umum diterapkan pada padang
rumput asli. Tujuanya untuk menjaga agar kondisi padang rumput setempat
tidak mengalami kemunduran.
4. Gabungan.
44

Merupakan tiga kombinasi ketiga cara diatas pada umumnya dilakukan


dipeternakan-peternakan yang bersifat Non specialized.Sedangkan bagi
breeding stock digembalakan pada padang rumput asli dengan jalan
mengatur penggembalaan yang sebaik-baiknya ( Zero Cultivation ).
Tahap-Tahap Pembuatan Pasture
1. Pemelihan lokasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi antara lain:
-

Kesuburan tanah ( fisik, kimiawi dan hayati).

Topogarfi

Sumber air

Komunikasi.

2. Penetapan luas dan pentahapan kerja


Sesuai dengan target pemeliharaan dari tahun ke tahun.dan dapat diperkirakan
keprluan sarana dan beberapa unit ternak yang dapat di pelihara setiap tahun
sampai mencapai Sizeyang tetap.
3. Pemelihan jenis atau kultivar
Yang perlu dipertimbangkan jenis yang sesuai dengan factor lingkungan
setempat dan sistim penyajiannya yang akan dilakukan.
4. Bahan Penanaman
Mempergunakan bahan penanaman ( Biji atau benih ) yang baik berarti efisien
waktu, tenaga dan biaya serta jaminan memperoleh pertumbuhan yang
dikehendaki bila factor-faktor lain yang tidak menghambat.Bahan penanaman
yang digunakan adalah Biji, pols ( Sobekan rumpun) dan Stek ( potongan
batang ).
5. Waktu pengolahan tanah dan penanaman
Pertumbuhan awal sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh luar terutama
keadaan air dan suhu.Pada keadaan tanpa irigasi saat pengolahan tanah
ditetapkan sedemikian rupa sehingga penanaman dapat dilakukan pada awal
musim penghujan.Jarak yang terlampau lama antara akhir pengolahan dan
penanaman dapat menyebabkan tanah yang sudah diolah memadat
kembali.Keadaan tersebut sangat merugikan terutama pada saat pengolahan
tanah yang dilakukan pada akhri musim kemaru sehingga segera dapat di
tanami pada awal musim hujan.
6. Pengolahan tanah dan Penanaman
Pengolahan tanah bertujuan : Untuk mempersiapkan media tumbuh yang
optimum bagi sesuatu tanaman . Tanah yang diolah secara baik
menyangkut pengertian:
45

a. Membersihkan tanah dari tumbuh-tumbuhan pengganggu (weed)


b. Menjamin perkembangan sistim perakaran yang sempurna
c. Mempertinggi availabilitas zat-zat hara .
d. Memperbaiki aerasi dan kelembaban tanah
e. Memperhatikan kelestarian kesuburan tanah dan persediaan air.
Pembersihan ( Land Clearing ) dimaksudkan dengan membersihakan areal yang
bersangkutan terhadap pohon-pohonan, semak belukar atau alang-alang.
Pembajakan ( Ploughing ) bertujuan untuk memecah lapisan tanah menjadi
bongkah-bongkah untuk mempermudah penggemburan selanjutnya.
Penggaruan ( harrowing ) atau penggemburan bertujuan menghancurkan
bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur yang remah sekaligus membebaskan tanah
dari sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar.
Pada akhir penggemburan diharapkan hujan sudah mulai tiba.Frekuensi 3-4 hari sekali
dengan intensitas rendah merupakan saat penanaman yang paling baik.
2. Interval atau Intesitas defoliasi
Interval dan intensitas defoliasi akan mempengaruhi pertumbuhan kembali
hijauan makanan ternak yang bersangkutan.
Pertumbuhan kembali ( Regrowth) merupakan sifat fisiologis suatu
tanaman makanan ternak untuk menyembuhkan diri dan tumbuh kembali
setelah mengalami defoliasi.
Defoliasi adalah :
Pengambilan atau pemontongan bagian-bagian yang berada diatas permukaan
tanah baik oleh pemanenan dengan alat-alat atau oleh perengutan ternak.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam cara pemberian pupuk adalah :
1. Efisiesi penggunaan pupuk oleh tanaman
2. Menghindari kerusakan tanaman
3. Mudah dikerrjakan oleh petani
Beberapa cara pemupukan yang dikenal adalah :
1. Disebar ( Broadcast)
2. Pemupukan pada batas bajak (Plow-sale placement )
3. Dalam jalur ( Band placement )
4. Dalam baris ( In the row application )
5. Top dressed atau side dressed.
46

Dalam pengertian defoliasi ada dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu :
Cutting atau grazing frequensi Ulangan pemontongan atau penggembalaan yang
dilakukan terhadap tanaman makanan ternak.Semakin sering dilakukan pemontongan
atau penggembalaan maka pertumbuham kembali semakin terhambat karena tidak
memperoleh kesempatan yang cukup untuk berasimilasi.
Cutting atau grazing Intensity Tinggi rendahnya pemontongan atau perenggutan yang
diderita oleh tanaman makanan ternak.Semakin pendek bagian tanaman yang di
tinggalkan maka pertumbuhan kembali semakin terhambat karena persedian KH yang
ditinggalkan dalam tunggul semakin sedikit dan karena kesempatan melakukan asimilasi
lebih banyak berkurang.
Pada sistim cut and carrysangat perlu diperhatikan :
Periode istirahat
Frekuensi dan intensitas defoliasi yang optimim sangat bervariasi tergantung antara lain :
jenis hijauan, iklim yang berlaku serta ketegaran tanaman yang bersangkutan.
Pemupukan
Untuk memperoleh hasil pemupukan yang optimum perlu di ketahui : unsur hara tanah,
kebutuhan hara pupuk dan musim yang berlaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemupukan:
pH tanah
Tekstur tanah
Sifat tanaman
Penyiangan dan pendangiran
Pendagiran dilakukan dengan jalan melakukan penggembalaan berat terlebih dahulu,
kemudian dilakukan harrowing ringan yang dilakukan pada awal musim hujan.
Pengawetan
Pengawetan ini dapat dilakukan secara segar ( Silage) secara kering ( Hay).
Renovasi (peremajaan )
Suatu pasture yang telah tua (5-8th) mungkin akan mengalami keadaan dimana tidak
responsive lagi terhadap pengelolaan.Agar diperoleh kemampuan berproduksi seperti
semula perlu dilakukan peremajaan dan peremajaan dilakukan secara bertahap agar
ternak masih dapat memperoleh makanan sebelum tanaman baru dapat dipanen.
47

Soal Latihan :
4. Jelaskan tujuan pembuatan pasture
5. Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap pembuatan pasture
6. Sebutkan cara-cara pembuatan pasture
7. Sebutkan factor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemupukan.

48

Anda mungkin juga menyukai