Anda di halaman 1dari 6

4.

PROYEKSI STEREOGRAFIS

Bila suatu lereng terdapat pada batuan luar yang mempunyai bidang-bidang
diskontinu seperti bidang-bidang perlapisan, sesar, kekar dan lain-lain, maka
analisisnya akan berbeda dengan analisis yang diterapkan pada tanah (soil).
Dalam keadaan seperti ini, hal-hal yang sangat penting diperhatikan adalah :
1. Orientasi dari bidang-bidang diskontinu (strike dan dip).
2. Persistensi dari bidang-bidang diskontinu.
3. Harga sudut geser dalam (internal friction angle).
4. Harga kohesi pada bidang diskontinu.
5. Tekanan air pori pada bidang diskontinu.
6. Posisi dari bidang diskontinu terhadap bidang yang lain dan terhadap permukaan
lereng.
Dari data yang ditemukan di lapangan tentang keadaan-keadaan di atas maka
diambil langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pertama kali ditinjau kemungkinan terjadinya longsoran ditinjau dari segi
struktur geologi dalam bentuk bidang, baji, gulingan dengan analisis secara
stereo net.
2. Langkah kedua selanjutnya menghitung apakah daerah yang mempunyai
kemungkinan longsor ditinjau dari struktur geologi, tidak mantap atau mantap
dengan cara menentukan harga faktor keamanan.
Cara ini hanya dipakai untuk batuan yang mempunyai bidang lemah atau
diskontinuitas seperti bidang perlapisan, sesar, kekar, dsb. Untuk batuan yang
mempunyai beberapa susunan (set) kekar, maka untuk mencari arah utamanya
dipakai analisis stereo net (John, 1968; Goodman, 1964; Hendron dkk, 1977). Stereo
net juga dipakai untuk mengevaluasi kemantapan lereng dengan cara memplot sudut
lereng, sudut geser dalam dan orientasi bidang-bidang lemah.

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM)

4-1

4.1 Cara Penggambaran Struktur Batuan pada Jaring Schmidt


4.1.1 Penggambaran struktur bidang
Sebagai contoh akan digambarkan sebuah bidang dengan orientasi N 40o E/50o dan
dip direction 130o.
Tahapan penggambarannya adalah :
1. Himpitkan kertas transparan pada jaring Schmidt, kemudian tandai titik Utara
(N). Dari arah N diukur 40o ke arah E, kemudian ditandai.
2. Arah yang ditandai di atas (40o) diputar ke arah N (dihimpitkan pada N),
kemudian digambar busur pada lingkaran besar, 50o dari luar lingkaran. Kutub
bidang tersebut diperoleh dengan menggambarkan sebuah titik, 50o dari pusat
jaring (90o dari busur tadi).
3. Titik utama (N) yang sudah ditandai pada tahap 1, dikembalikan pada arah
semula sehingga bidang dengan orientasi N 40o E/50o sudah tergambar.

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.1 Cara penggambaran struktur bidang

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM)

4-2

4.1.2 Arah dan Penunjaman Perpotongan Dua Bidang


Sebagai contoh digambarkan dua bidang A dan B yang saling berpotongan dengan
orientasi N 40o E/50o dan N 160o E/30 :
1. Gambarkan kedua bidang di atas pada jaring Schmidt.
2. Arah perpotongan kedua bidang tersebut diperoleh dengan menarik garis dari
pusat jaring ke perpotongan kedua bidang di atas sampai berhimpit sumbu W-E,
kemudian ukur sudutnya dari luar lingkaran yang merupakan sudut penunjaman
perpotongan dua bidang (20,5o).

Gambar 4.2 Penggambaran arah dan penunjaman dua bidang

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM)

4-3

4.1.3 Sudut Perpotongan Dua Bidang


Sebagai contoh digambarkan dua bidang A dan D dengan kemiringan (dip) 50o dan
30o dengan arah dip 130o dan 250o :
1. Gambarkan kedua bidang dimaksud pada jaring Schmid sehingga diperoleh kutub
kedua bidang.
2. Putar kedua kutub bidang tersebut sehingga berhimpit pada satu busur lingkaran
besar. Sudut antara kutub tersebut merupakan sudut perpotongan kedua bidang di
atas.

Gambar 4.3 Sudut perpotongan dua bidang


4.1.4 Penggambaran Sudut Geser Dalam
Sudut geser dalam digambarkan sebagai sebuah lingkaran pada jaring Schmidt
dengan pusatnya berhimpit dengan pusat jaring. Besar sudut tersebut diukur
(digambarkan) dari luar jaring ke arah pusat jaring. Sebagai contoh akan
digambarkan sudut geser dalam sebesar 30o.

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM)

4-4

Gambar 4.4 Pengambaran sudut geser dalam


Syarat terbentuknya longsoran bidang :
1. Bidang luncur mempunyai arah sejajar atau

hampir

sejajar

(maks.

20o)

dengan arah lereng.


2. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari sudut geer dalam.
3. Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran.
Syarat terbentuknya longsoran baji :
1. Terdapat lebih dari satu bidang lemah yang saling berpotongan.
2. Sudut perpootngan bidang lemah harus lebih besar dari sudut geser dalam batuan
tetapi lebih kecil dari kemiringan lereng.

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM)

4-5

Gambar 4.5 Hubungan orientasi bidang diskontinu dan muka lereng

Geoteknik (Teknik Pertambangan ITM)

4-6

Anda mungkin juga menyukai