Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1

Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD)


Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. (Taufan
Nugroho, 2012 Hal 150). Menurut manuaba (2009) ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu 1
jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan
aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu
banyak.
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang
bulan, dan mempunyai konstribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada
bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu
sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
prematuritas dan RDS (Respiration Dystress Syndrome). (Taufan Nugroho, 2012
Hal 150).

2.2

Etiologi

Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas, maka usaha
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi. Faktor
yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD yaitu fisiologi selaput
amnion, inkompetensi serviks, infeksi vagina/serviks, kehamilan ganda,
polihidramnion, trauma, distensi uteri, stress maternal, stress fetal, infeksi, serviks
yang pendek, serta prosedur medis. (Eni Nur Rahmawati, 2011 Hal 128).
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
2.2.1 Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
2.2.2

Serviks yang inkompetensia


Kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
serviks uteri (akibat persalinan, curetage).

2.2.3

Tekanan

intra uteri yang meniggi atau meningkat secara berlebihan

2.2.4

(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli.


Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya

2.2.5

disertai infeksi.
Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan

2.2.6
2.2.7
a.
b.
c.
d.
2.2.8

terhadap membran bagian bawah.


Keadaan sosial ekonomi
Faktor lain:
Golongan darah
Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum
Difisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)
Beberapa faktor resiko dari KPD:

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Inkompetensi serviks (leher rahim)


Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumnya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks (leher rahim) yang pendek (< 25 mm) pada usia kehamian 23

minggu.
h. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.(Taufan Nugroho, 2012
2.3

Hal: 150-151)
Patofisiologi
2.3.1 Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
2.3.2

KPD.
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
misalnya trauma, hidramnion, gemeli. Trauma oleh beberapa ahli
disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya KPD.
Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amnionitis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai
infeksi.

2.4

Tanda-tanda KPD
Pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan ketuban
mermbes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut merembes atau menetes, dengan warna pucat
dan bergaris darah.cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran,tetapi jika duduk atau berdiri kepala janin yang sudah
terletak

dibawah

biasanya

mengganjal

atau

menyumbat

kebocoran

sementara.demam, bercak vagina yang banyak,nyeri perut, DJJ yang bertambah


cepat merupakan terjadinya infeksi. ( manuaba,2009)

2.5

Diagnosa
Diagnosis KPD ditegakkan dengan cara:
2.5.1

Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut, his belum teratur atau belum
ada, dan belum ada pengeluaran lendir dan darah.

2.5.2

Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa, akan tampak keluarnya cairan dari
vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas.

2.5.3

Pemeriksaan spekulum.
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan
dari ostium uteri externum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, undus
uteri di tekan, penderita di minta batuk, mengejang atau mengadakan
manuver valsava, atau bagian terendah di goyangkan, akan tampak keluar
cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada pornik anterior.

2.5.4

Pemeriksaan dalam
a. Didalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah tidak ada
lagi.
b. Mengenai

pemeriksaan

dalam

vagina

dengan

toucher

perlu

dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum


dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena

pada

waktu

pemeriksaan

dalam,

jadi

pemeriksaan

akan

mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vaginayang normal.


Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
c. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah
dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi
sedikit mungkin. (Taufan Nugroho, 2012 Hal 152-153)
d. Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa
(lemak putih), rambut lanugo (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi
bau.
e. USG

volume

cairan

amnion

berkurang/

oligohidramnion,

mengidentifikasi kehamilan ganda.


f. Pemantauan janin : membantu dalam mengevaluasi janin
g. Amniosintesis
(1) Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin.
(2) Terdapat infeksi genital (sistemik)
(3) Gejala chorioamnionitis. (Eni Nur Rahmawati, 2011 Hal 128)
2.6 Komplikasi/Prognosis
Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin.
2.6.1 Prognosis Ibu :
a. Infeksi dalam persalinan
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa
menyebabkan

sepsis

yang

selanjutnya

dapat

mengakibatkan

meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas.


b. Infeksi puerpuralis /masa nifas
c. partus lama
d. Perdarahan post partum
e. Meningkatkan tindakan operatif obstetri (Khususnya SC)
f. Morbiditas dan mortalitas maternal
2.6.2 Prognosis Janin :
a. Prematuritas.
b. Prolaps funiculli / penurunan tali pusat.
c. Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi).
d. Sindrom deformitas janin.

10

e. Morbiditas dan mortalitas perinatal.(Erni Nur Rahmawati, 2011 Hal


129-130)
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Konservatif:
a. Rawat di rumah sakit.
b. Beri antibiotika: bila ketuban pecah > 6 jam berupa : Ampicillin 4 x
500 mg atau Gentamycin 1 x 80 mg.
c. Umur kehamilan < 32-34 minggu: dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka
usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan
(hal ini sangat tergantung pada kemampuan perawatan bayi
premature).
e. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, tanda-tanda infeksi intrauterine).
f. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
2.7.2

kematangan paru-paru janin


Aktif
a. Kehamilan > 35 minggu: induksi oksitosin, bila gagal dilakukan secsio
cecaria.
b. Cara induksi: 1 ampl oksitosin dalam dektrose 5 %, dimulai 4
tetes/menit, tiap jam dinaikkan 4 tetes sampai maksimum 40
tetes/menit.
c. Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan seksio sesaria.
d. Bila ada tanda-tanda infeksi: antibiotik dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.(Taufan Nugroho, 2012 Hal 155)

11

Anda mungkin juga menyukai