Hospital Standards 4ed Indonesian
Hospital Standards 4ed Indonesian
ISBN : 979-23-5814-5
Percetakan: PT Gramedia (Isi di luar tanggung jawab percetakan)
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Hak cipta atas seluruh artikel, foto, dan
ilustrasi yang dimuat dalam buku ini sepenuhnya menjadi milik penerbit.
ii
Daftar Isi
Sambutan
Sambutan
Prakata
Panel Subkomite dan Pakar Joint Commission International Standards
Pendahuluan
Kebijakan dan Prosedur Joint Commission International
iv
v
vi
vii
1
9
35
37
45
63
83
109
123
135
151
159
Glosarium
Indeks
271
285
161
179
195
213
231
253
iii
Sambutan
Bermula dari keinginan beberapa rumah sakit anggota Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) untuk
memperoleh akreditasi internasional, khususnya dari Joint Commission International (JCI), namun terkendala
dengan masalah bahasa, maka muncul ide dari beberapa pihak agar buku panduan Joint Commission International,
Accreditation Standards For Hospitals diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Bagai gayung bersambut,
keinginan tersebut kebetulan senada dengan niat kuat pengurus PERSI agar seluruh rumah sakit anggota PERSI
dapat mempelajari standar akreditasi rumah sakit internasional, khususnya menurut standar JCI.
Maka sungguh kami menyambut baik terbitnya buku panduan Joint Commission International, Standar Akreditasi
Rumah Sakit edisi ke-4 dalam bahasa Indonesia ini, yang berlaku sejak Januari 2011.
Diharapkan kehadiran buku ini akan memberikan kemudahan kepada staf rumah sakit di seluruh Indonesia
untuk mengenal standar mutu dan pelayanan rumah sakit internasional. Semoga pula, dengan mengikuti standar
internasional berpedoman pada buku ini, rumah sakit di Indonesia akan semakin bergairah mengupayakan
peningkatan kualitas secara berkesinambungan, sesuai dengan yang disyaratkan dalam Undang-undang Nomor 44
Tentang Rumah Sakit.
Tak berlebihanlah kiranya bila kami berharap, dengan semakin banyak rumah sakit di negeri kita yang
menggunakan pedoman ini, di masa depan mutu pelayanan rumah sakit nasional akan setara dengan standar mutu
dunia perumahsakitan internasional. Semua itu tentu akan bermuara pada terangkatnya wibawa bangsa Indonesia
baik di tingkat regional Asia Tenggara maupun dunia.
Atas terbitnya buku ini, kami sampaikan terima kasih atas kerja sama serta partisipasi semua pihak yang terlibat,
yaitu: pihak JCI yang telah memberikan izin agar buku ini dapat diterjemahkan ke dalam versi Bahasa Indonesia,
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Indonesia, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI),
Siloam International Hospitals, dan Majalah Intisari.
Dalam rangka penyempurnaan edisi bahasa Indonesia ini, masukan dari berbagai pihak pastilah kami sambut
dengan tangan terbuka. Semoga buku pedoman ini akan bermanfaat bagi perbaikan dunia pelayanan kesehatan di
Indonesia.
iv
Sambutan
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penerjemahan buku panduan
Joint Commission International, Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi ke-4 yang berlaku sejak Januari 2011.
Buku panduan ini diterjemahkan atas inisiatif dan kerja sama dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
Indonesia, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Siloam International Hospitals dan Majalah
Intisari dari Kompas Gramedia.
Maksud dan tujuan diterjemahkannya buku panduan ini adalah agar masyarakat di lingkungan Rumah Sakit
seluruh Indonesia mengenal JCI dan bagaimana sistem standarisasi yang diterapkan oleh JCI. Dengan demikian
mereka akan dapat mengaplikasikan standarisasi JCI untuk meningkatkan mutu dan pelayanan rumah sakit di
Indonesia menjadi sejajar dengan standar pelayanan rumah sakit berskala internasional.
Ke depan diharapkan agar buku ini dapat bermanfaat bagi masyarakat rumah sakit di Indonesia untuk dapat
meningkatkan mutu dan pelayanan mereka sesuai standar pelayanan internasional menurut akreditasi JCI.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak JCI yang telah
memberikan izin agar buku ini dapat diterjemahkan ke dalam versi bahasa Indonesia, pihak KARS Indonesia
dan PERSI yang telah berpartisipasi menyumbangkan tenaga dan saran dalam penerjemahan, Majalah Intisari
sebagai penerbit, para editor, narasumber, serta seluruh pihak yang terlibat dalam penerjemahan buku ini. Kami
menyadari bahwa penerjemahan buku ini masih jauh dari sempurna, namun demikian kami memandangnya
sebagai awal yang penting dalam upaya memajukan pelayanan kesehatan di Indonesia. Masukan serta saran dari
para pembaca niscayalah akan kami sambut dengan gembira demi perbaikan.
Prakata
Joint Commission International (JCI) dengan bangga menghadirkan edisi keempat buku Standar Internasional
Rumah Sakit. JCI didirikan tahun 1998 sebagai perpanjangan tangan untuk kawasan internasional dari The Joint
Commission (United States). Setelah lebih dari 10 tahun lewat, diterbitkannya edisi baru standar ini sekali lagi
menegaskan kembali misi JCI untuk memperbaiki keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh dunia.
Pengembangan dan revisi yang dilakukan terhadap standar JCI benar-benar bersifat internasional. Proses
pengembangannya secara aktif diawasi oleh satuan tugas yang terdiri atas kumpulan para ahli dari banyak
negara, yang berada di benua-benua terpadat di seluruh dunia. Di samping itu, standar tersebut dievaluasi
oleh orang-orang di seluruh dunia melalui peninjauan lapangan berbasis internet, serta dipertimbangkan oleh
Dewan Penasehat Regional JCI di Asia Pasifik, Eropa, Timur Tengah dan para pakar lainnya dari berbagai
ranah perawatan kesehatan. Edisi baru standar rumah sakit ini digabungkan dengan standar JCI yang terkait
dengan Sertifikasi Program Rawat Jalan, Perawatan Berkelanjutan (continuum of care), Laboratorium Klinik,
Transportasi Medik, Perawatan Primer, dan Perawatan Klinik. Standar JCI merupakan dasar penetapan
akreditasi dan sertifikasi setiap fasilitas dan program perawatan kesehatan di seluruh dunia. Selain itu, standar JCI
telah digunakan untuk mengembangkan dan menetapkan program akreditasi di banyak negara. Standar ini telah
diterapkan baik oleh lembaga-lembaga masyarakat, departemen kesehatan, dan lain-lain sebagai metode untuk
mengevaluasi dan memperbaiki keselamatan serta kualitas perawatan pasien .
Edisi keempat mencerminkan perubahan dinamis yang terus terjadi di seluruh dunia di bidang perawatan
gangguan akut. Edisi ini juga merinci, Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (International Patient Safety
Goals), untuk meningkatkan efektivitas dan melakukan berbagai perubahan agar hubungan antara pengukuran
kualitas dan peningkatan mutu dapat diperkuat lewat penerapan langkah-langkah yang telah teruji menurut,
Daftar Tindakan JCI (Joint Commission International Library of Measures). Di samping itu, berbagai perubahan
berasal dari analisis peristiwa penyelamatan pasien dan akar penyebabnya. Banyak dari perubahan-perubahan ini
dipaparkan dalam Bab Pendahuluan.
Seperti halnya dengan semua Standar JCI, edisi ini memaparkan satu set standar lengkap, tujuan setiap standar,
dan faktor apa saja yang dapat diukur untuk diases kepatuhannya dengan masing-masing standar. Struktur ini
memungkinkan sidang pembaca mengetahui dan memahami persyaratan khusus yang terkandung dalam standar
ini.
Untuk informasi lebih lanjut tentang rumah sakit dan akreditasi lainnya dan program sertifikasi JCI, Sasaran
Internasional Keselamatan Pasien, dan prakarsa JCI lainnya, bantuan dalam mengembangkan program akreditasi
di negara tertentu, atau dalam mempersiapkan akreditasi, silakan menghubungi kami di
Joint Commission International Accreditation
1515 West 22nd Street, Suite 1300W
Oak Brook, IL 60523 U.S.A.
+1-630-268-7400
JCIAccreditation@jcrinc.com
JCI juga memahami bahwa standardisasi akan terus-menerus berproses dan dalam semangat itu, kami
mengharapkan berbagai masukan dan saran demi perbaikan dan peningkatan mutu standardisasi tersebut.
Karen H. Timmons
President dan CEO
Joint Commission International and Joint Commission Resources
vi
Panel
Subkomite dan Pakar
Joint Commission
International Standards
Lee Chien Earn, M.D.
Singapura
vii
Pendahuluan
Pendahuluan
Edisi keempat Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals memuat seluruh standar,
tujuan, unsur-unsur standar yang dapat diukur, kebijakan, kebijakan akreditasi dan prosedur, serta daftar istilah
kunci. Pendahuluan ini dimaksudkan untuk memaparkan topik-topik berikut:
Manfaat akreditasi
Joint Commission International (JCI) dan hubungannya dengan The Joint Commission (USA)
Inisiatif akreditasi internasional dari JCI
Asal-usul standar dan bagaimana mengorganisasikannya
Cara menggunakan panduan standar
Apa yang baru dalam panduan edisi keempat
Apabila setelah membaca buku ini muncul pertanyaan tentang standar atau proses akreditasi, silakan
menghubungi JCI. Kontak yang bisa dihubungi dapat dilihat dalam Prakata (sebelum bagian ini).
Apakah akreditasi?
Akreditasi adalah proses di mana suatu lembaga, yang terpisah dan berbeda dari organisasi pelayanan kesehatan,
biasanya nonpemerintah, melakukan asesmen terhadap organisasi pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk
menentukan apakah organisasi tersebut telah memenuhi seperangkat persyaratan (standar) yang dirancang untuk
memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan. Akreditasi biasanya bersifat sukarela. Akreditasi standar biasanya
diyakini sebagai sesuatu yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah
organisasi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien, memastikan
bahwa suatu lingkungan perawatan itu aman, dan terus bekerja untuk mengurangi risiko bagi para pasien dan
petugas kesehatan. Seluruh dunia telah memandang perlunya akreditasi sebagai cara efektif untuk mengevaluasi
mutu suatu organisasi pelayanan kesehatan, yang sekaligus juga berperan sebagai sarana manajemen.
Pendahuluan
sarana untuk mengetahui kebijakan-kebijakan akreditasi, bagaimana prosedur serta prosesnya, dan
mengenal terminologi yang digunakan dalam buku panduan/manual.
Pendahuluan
APKP.1.1.1, Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera, diberi prioritas untuk
asesmen dan pengobatan.
Ditambahkan EP 4,5 untuk lebih menekankan perlunya pasien darurat distabilkan terlebih dahulu
sebelum dipindahkan ke rumah sakit lain dengan menggunakan proses triase yang telah terbukti
berhasil.
APKP.3.3, Rekam medis pasien rawat jalan yang mendapatkan perawatan berkelanjutan
berisi rangkuman seluruh diagnosis yang signifikan, alergi obat, obat-obatan yang sedang
dikonsumsi, dan setiap prosedur pembedahan serta rawat inap di masa lalu.
Ini merupakan standar baru agar informasi rawat jalan bagi pasien-pasien yang sedang menjalani
perawatan dari berbagai klinik dapat lebih terpadu.
APKP.3.5, Rumah sakit memiliki proses untuk menindaklanjuti pasien yang pulang tanpa
izin dokter. Ini merupakan standar baru untuk membantu mengurangi risiko terhadap pasien jika
mereka meninggalkan rumah sakit ketika pengobatan belum selesai atau belum memadai sambil
membuka peluang untuk belajar dari proses tindak lanjut bagi pihak rumah sakit.
APKP.5
Standar ini telah dilepaskan dari dua standar dan kini memuat perihal semua kendaraan untuk
transportasi, apakah dimiliki dan dioperasikan oleh rumah sakit.
HPK.2, Rumah sakit mendukung hak-hak pasien dan keluarganya untuk berperan serta dalam
proses perawatan.
Diperkenalkan EP baru yang mengharuskan rumah sakit untuk menawarkan atau memfasi-
litasi pendapat kedua ketika pasien memintanya.
AP.5.3.1, Terdapat suatu proses untuk melaporkan hasil-hasil kritis suatu pengujian
laboratorium yang tepat waktu sesuai ketentuan rumah sakit.
Ini merupakan standar baru agar proses keselamatan bagi pasien yang terkait dengan pelaporan hasil
uji laboratorium kritis dapat terlaksana.
MPO.4, EP 6, Permintaan obat awal harus dibandingkan dulu dengan daftar obat-obatan
sebelum pasien mulai rawat inap.
EP
T baru ini merupakan langkah penting dalam keselamatan pengobatan dan diperlukan untuk
memfasilitasi proses rekonsiliasi pengobatan bagi setiap pasien.
PMKP.5, Rumah sakit menggunakan proses internal untuk melakukan validasi data.
Standar ini telah ditulis ulang untuk menekankan betapa besar tanggung jawab rumah sakit untuk
melakukan perbaikan bermakna dalam pengumpulan dan validasi data.
PMKP.5.1, Apabila rumah sakit mempublikasikan data atau mengunggah (posting) data
di situs jaringan publik, pemimpin rumah sakit harus memastikan bahwa data itu dapat
dipercaya.
Standar ini sekarang menyatakan bahwa ketika rumah sakit mempublikasikan data, pemimpin
rumah sakit harus lebih dulu menetapkan keandalan data tersebut baik melalui proses internal
maupun oleh pihak ketiga yang tidak terikat.
PMKP.6, Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan
mengelola kejadian sentinel.
Definisi kejadian sentinel kini meliputi penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama
orangtua yang keliru
PMKP.11, Suatu program manajemen risiko yang berkelanjutan digunakan untuk mengidentifikasi dan mengurangi Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan risiko-risiko keselamatan
lainnya pada pasien dan staf.
Standar ini secara signifikan diperluas untuk memperkenalkan kerangka kerja manajemen risiko yang
komprehensif sebagai alat untuk mengurangi kejadian yang tak dikehendaki.
PPI.7.1.1, Terdapat kebijakan dan prosedur yang mengidentifikasi proses untuk mengelola
persediaan yang sudah kadaluarsa dan menentukan persyaratan untuk penggunaan kembali
peralatan sekali-pakai, apabila diizinkan oleh undang-undang dan peraturan.
Penggunaan kembali alat sekali-pakai sebelumnya merupakan salah satu, elemen penilaian terukur,
di PPI.7.1, namun karena pentingnya dan seringnya terjadi masalah ini, telah dibuat sebagai
Standar yang terpisah.
TKKA.3.3.1, Kontrak dan perjanjian-perjanjian lainnya termasuk bagian dari program rumah
sakit untuk perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
Ketentuan baku ini memperluas persyaratan TKKA.3.3 terkait dengan tanggung jawab pemimpin
rumah sakit terhadap pembuatan kontrak dan pemantauannya.
TKKA.3.3.2, Praktisi mandiri nonkaryawan rumah sakit memiliki kredensial yang tepat untuk
layanan yang diberikan kepada pasien-pasien rumah sakit.
Standar ini secara signifikan memperluas persyaratan untuk memastikan bahwa evaluasi terhadap
semua praktisi mandiri dilaksanakan melalui proses yang teliti sesuai standar KPS bagi staf medis.
Pendahuluan
TKKA.6, Rumah sakit menyusun suatu kerangka kerja manajemen etika yang memastikan
bahwa perawatan pasien disediakan sesuai norma bisnis, keuangan, etika, dan hukum serta
melindungi pasien, dan hak-hak mereka.
Sebuah EP 3 baru menyatakan, Ketika menyusun kerangka kerja perilaku etis, pemimpin rumah
sakit mempertimbangkan norma etika nasional dan internasional. Persyaratan ini dimaksudkan
untuk memperkenalkan norma-norma internasional ke dalam pemikiran dan perdebatan tentang
etika dalam setiap organisasi pelayanan kesehatan.
12
12
12
12
12
12
12
13
13
Prasurvei
Cara mengajukan Akreditasi
Penjadwalan Survei dan Perencanaan Agenda Survei
Kebijakan tentang Keakuratan dan Kebenaran Informasi
Tujuan
Kebijakan
Kebijakan Penundaan Survei
Alasan penundaan yang diterima
Kebijakan Pembatalan
Kebijakan Struktur Biaya Akreditasi JCI
Biaya Awal dan Biaya Akreditasi Tiga Tahunan
Biaya Survei Terfokus
Biaya Penundaan
Biaya Pembatalan
Pembatalan Yang Diprakarsai Rumah Sakit
Pembatalan Yang Diprakarsai JCI
Biaya Perjalanan Survei Akreditasi atau Survei Terfokus
Jadwal Pembayaran Biaya Survei
Opsi I
Opsi II
14
14
14
15
15
15
16
16
16
16
16
17
17
17
17
17
17
17
17
18
10
18
18
19
19
19
19
19
20
20
20
21
21
21
21
21
21
22
22
22
22
22
23
23
23
24
24
24
Pascasurvei
Revisi Laporan Resmi Temuan Survei
Keputusan Akreditasi (Kaidah Keputusan)
Akreditasi Diterima atau Akreditasi Ditolak
Banding Ketika Akreditasi JCI Ditolak atau Dicabut
Pemberitahuan kepada rumah sakit tentang bidang-bidang yang tidak memenuhi
Standar JCI atau Kondisi Yang Mengancam Kehidupan
Pertimbangan terhadap Respons Rumah Sakit
Tindakan Komite Akreditasi JCI
Informasi tentang Status Akreditasi Yang Terbuka bagi Publik
Pemasangan dan Penggunaan Sertifikat Akreditasi
24
24
25
25
25
Mempertahankan Akreditasi
Persyaratan Pelaporan Antar-Survei
Tujuan
Kebijakan
Tanggung Jawab
26
26
26
26
27
25
25
25
26
26
27
27
27
28
28
28
28
28
28
29
29
29
29
29
30
30
30
30
30
30
31
31
31
32
32
32
11
Gambaran Umum
Persyaratan Umum untuk Survei
Setiap rumah sakit pelayanan kesehatan dapat mendaftar untuk diakreditasi JCI jika memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Rumah sakit tersebut saat ini beroperasi dengan izin sebagai rumah sakit penyedia layanan kesehatan di
negara yang bersangkutan.
Rumah sakit tersebut harus bersedia dan siap bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas rawatan
dan layanannya.
Rumah sakit tersebut menyediakan layanan yang ditentukan oleh standar JCI.
l
Proses survei di lokasi dan penilaian diri secara berkelanjutan dapat membantu rumah sakit mengidentifikasi
dan memperbaiki masalah serta meningkatkan kualitas layanan dan jasanya. Di samping mengevaluasi
kepatuhannya terhadap standar dan maksud dan tujuan standar JCI serta kepatuhannya terhadap Sasaran
Internasional Keselamatan Pasien, pelaku survei juga memberikan edukasi dalam rangka mendukung aktivitas
perbaikan kualitas rumah sakit.
Pemberian Akreditasi
Untuk memperoleh akreditasi, rumah sakit harus unjuk bukti bahwa seluruh standar dipatuhi dan mencapai skor
12
Perbaikan mutu
tanpa henti
angka minimal standar sebagaimana tercantum dalam amar keputusan. Rumah sakit yang Terakreditasi menerima
Laporan Resmi Temuan Survei dan sertifikat penghargaan. Laporan ini menunjukkan tingkat pemenuhan
terhadap standar JCI yang dicapai rumah sakit.
Tanggal survei
2 bulan
sebelum survei
4-6 bulan
sebelum survei
6-9 bulan
sebelum survei
12-24 bulan
sebelum survei
13
Prasurvei
Cara Mengajukan Akreditasi
Sebuah rumah sakit yang ingin diakreditasi memulai proses itu dengan melengkapi dan mengajukan aplikasi
untuk survei. Dokumen ini memberi informasi penting tentang rumah sakit, termasuk kepemilikan, demografi,
jenis dan banyaknya layanan yang diberikan baik secara langsung, berdasarkan kontrak maupun berdasarkan
pengaturan lainnya. Aplikasi untuk survei:
mendeskripsikan rumah sakit yang mencari akreditasi;
memuat seluruh catatan resmi dan laporan tentang lisensi, peraturan, atau badan pemerintah lainnya
yang relevan;
memberikan juga wewenang kepada JCI untuk mendapatkan setiap catatan dan laporan tentang
rumah sakit yang tidak dimiliki oleh rumah sakit tersebut, dan
ketika semuanya sudah lengkap dan disetujui baik oleh JCI maupun pemohon, disusunlah
persyaratan hubungan kerja antara rumah sakit dan JCI.
Rumah sakit dapat mengajukan dan memperoleh formulir secara elektronik dengan mengunduh formulir aplikasi
di http://www.jointcommissioninternational.org dan mengembalikan formulir yang telah lengkap melalui
faksimili atau e-mail ke
Joint Commission International Accreditation
Fax: +1 630.268.2996
E-mail: jciaccreditation@jcrinc.com
Rumah sakit harus menginformasikan kepada JCI jika ada perubahan informasi yang terkandung dalam aplikasi
survei dari saat permohonan diajukan hingga saat survei dilakukan.
14
Kebijakan
a) Setiap saat, rumah sakit harus memberikan informasi yang akurat dan benar selama proses akreditasi.
Ketidaktepatan informasi yang diberikan rumah sakit pemohon atau rumah sakit lain yang sudah
terakreditasi Program Akreditasi JCI, akan dianggap sebagai fabrikasi, baik secara keseluruhan maupun
sebagian.
b) Jika rumah sakit tidak akurat dalam memberikan informasi yang relevan dengan akreditasi, baik yang
disengaja maupun karena kelalaian, pemberian akreditasi akan segera dihentikan atau dalam kasus pemohon
baru, rumah sakit tidak akan memenuhi syarat untuk dievaluasi ulang selama satu tahun. Contoh fabrikasi
meliputi pengubahan draft isi dokumen, pemformatan ulang, atau menghapus isi; mengetahui adanya
informasi palsu, atau menyediakan, menyembunyikan, dan menghapus bukti selama survei.
c) Setelah rumah sakit memasukkan formulir aplikasi, Program Akreditasi JCI harus diberitahu dalam waktu
30 hari akan adanya setiap perubahan atau setidaknya 30 hari sebelum tanggal survei terjadwal, jika ada
perubahan dalam rumah sakit yang akan mengubah informasi yang dilaporkan dalam Aplikasi Survei.
d) Di antara dua survei, bila ada perubahan dalam kepemilikan, struktur rumah sakit, atau layanan, rumah sakit
harus memberitahu Program Akreditasi JCI dalam waktu 30 hari.
e) Informasi yang harus dilaporkan kepada Program Akreditasi JCI meliputi:
1) Perubahan nama rumah sakit dan/atau kepemilikan
2) Setiap perubahan informasi kontak yang diberikan oleh staf dan/atau pemimpin yang ditunjuk untuk
mengurusi Program Akreditasi JCI.
3) Setiap pergantian staf dan/atau pemimpin yang ditunjuk untuk mengurusi Program Akreditasi JCI
4) Adanya peningkatan atau penurunan jasa layanan yang signifikan
5) Adanya penambahan jenis baru layanan kesehatan atau akuisisi baru
6) Adanya penghapusan layanan kesehatan
7) Adanya perubahan bangunan fisik yang signifikan
f) Program Akreditasi JCI mensyaratkan rumah sakit menugaskan hanya karyawan purnawaktu saja yang ber
komitmen penuh di rumah sakit (bukan karyawan kontrak) dan yang paling sesuai sebagai staf utama akre
ditasi JCI untuk menjalankan seluruh komunikasi terkait dengan akreditasi. Hal ini akan membantu memastikan kesinambungan pengalihan informasi yang akurat antara Program Akreditasi JCI dan rumah sakit.
g) Program Akreditasi JCI akan membatasi sebagian besar komunikasi terkait dengan proses akreditasi hanya
dengan ketiga kontak utama akreditasi JCI yang terdaftar pada formulir aplikasi: CEO (atau yang setara),
koordinator survei akreditasi JCI, dan kontak untuk penagihan. Persyaratan komunikasi berikut akan berlaku
bagi individu yang terdaftar sebagai ketiga kontak utama tersebut:
1) Kontak utama Program Akreditasi JCI perlu membentuk mekanisme komunikasi untuk memastikan
seluruh komunikasi akreditasi JCI yang ditujukan kepada mereka ditanggapi dalam kerangka waktu
yang ditentukan.
2) Program Akreditasi JCI tidak akan menanggapi komunikasi akreditasi dari staf rumah sakit di luar
kontak akreditasi JCI. Program Akreditasi JCI akan mengacu seluruh permintaan komunikasi ke
kontak utama.
3) Rumah sakit diwajibkan menyerahkan formulir informasi kontak rumah sakit terkini dalam waktu
30 hari dari setiap perubahan kontak atau orang untuk akreditasi JCI. Bentuknya dapat diunduh dari
situs akreditasi JCI Internet dan/atau Pusat Sumberdaya Akreditasi JCI.
4) Rumah sakit terakreditasi diwajibkan menyerahkan formulir informasi penghubung rumah sakit dalam
minggu pertama setiap tahun.
Tujuan. Supaya ada pemahaman yang konsisten berkaitan dengan ekspektasi soal penyediaan informasi
15
h) Jika Program Akreditasi JCI melihat rumah sakit gagal memenuhi satu atau lebih dari tujuh persyaratan
di atas untuk kebijakan ini, rumah sakit pada awalnya akan dihubungi untuk membahas situasi dan persyarat-
an akreditasi JCI. Dalam diskusi tersebut, staf Program Akreditasi JCI akan mengingatkan para pemimpin
bahwa ketidakpatuhan terhadap kebijakan dapat menyebabkan masuknya mereka dalam kategori administratif
Berisiko Ditolak Akreditasi sebagaimana tercantum dalam kebijakan akreditasi. Jika rumah sakit terus-menerus
tidak memenuhi persyaratan, petugas akan menempatkan rumah sakit dalam kategori Ditolak Akreditasinya
dan keputusan akreditasi mereka akan ditinjau ulang oleh Komite Akreditasi untuk menentukan hasilnya.
Bencana alam atau peristiwa tak terduga lainnya yang benar-benar atau secara meluas mengganggu kegiatan
kerja;
Rumah sakit terlibat dalam pemogokan besar-besaran, tidak lagi menerima pasien, dan memindahkan pasien
ke fasilitas lain, atau
Pasien, rumah sakit, atau keduanya dipindahkan ke bangunan lain pada masa pelaksanaan survei.
JCI berhak melakukan survei di lapangan jika rumah sakit tersebut terus memberikan jasa perawatan pasien
dalam keadaan seperti itu.
Kebijakan Pembatalan
Survei dapat dibatalkan oleh salah satu pihak tanpa penalti atau ganti rugi apabila salah satu peristiwa berikut
menjadikannya tidak mungkin, ilegal, atau tidak masuk akal untuk dilanjutkan:
Takdir Tuhan
Peperangan
Terorisme
Peraturan Pemerintah
Musibah
Pemogokan
Kekacauan di masyarakat
Keadaan darurat lain yang serupa
Pembatalan karena salah satu alasan di atas harus dikomunikasikan secara tertulis dan sesegera mungkin.
Selanjutnya, JCI dapat mengikuti saran departemen terkait untuk mengevaluasi keadaan politik dan militer yang
berhubungan dengan penjadwalan survei.
Biaya Awal dan Biaya Akreditasi Tiga Tahunan. Bagi sebagian besar rumah sakit, tim survei
yang terdiri atas tiga anggota cukup untuk melakukan survei empat hari yang efisien dalam mengevaluasi secara
komprehensif. Bagi rumah sakit yang lebih besar atau lebih kecil, biaya akan disesuaikan ke atas atau ke bawah,
sesuai dengan ukuran rumah sakit. Termasuk di dalam biaya adalah
16
Biaya Survei Terfokus. Survei terfokus dilakukan ketika JCI melihat adanya masalah yang bisa menjadi
serius dalam pemenuhan standar perawatan atau keselamatan pasien atau ketika JCI memiliki alasan sah lain
untuk melakukan survei terhadap rumah sakit yang telah terakreditasi. Survei terfokus hanya meninjau standar
dan/atau persyaratan Sasaran Internasional Keselamatan Pasien yang belum terpenuhi saat survei dilakukan atau
yang dibahas saat adanya laporan mengenai kejadian tertentu. Dalam banyak kasus, survei terfokus dilaksanakan
seorang pelaku survei dalam satu hari. Namun, JCI berhak menugaskan lebih dari satu pelaku survei atau menjadwalkan lebih dari satu hari sesuai dengan jumlah standar yang harus disurvei atau pelbagai kegiatan survei.
Biaya Penundaan. Meskipun jarang terjadi, bisa saja JCI mengambil kebijakan menyetujui permintaan penundaan survei meskipun rumah sakit yang memintanya tidak memenuhi satu pun kriteria yang sudah
ditentukan sebelumnya (lihat Kebijakan Penundaan). Dalam kasus demikian, rumah sakit dapat dikenakan biaya
tambahan untuk menutup tambahan pengeluaran.
Biaya Pembatalan
Pembatalan yang Diprakarsai Rumah sakit. Jika rumah sakit membatalkan survei 30 hari atau kurang dari
sebelum hari pertama survei karena satu dan lain hal di luar yang telah ditetapkan sebelumnya (lihat Kebijakan
Pembatalan pada halaman 16), akreditasi JCI mungkin meminta pembayaran sebesar setengah biaya survei untuk
menutup biaya akreditasi yang dikeluarkan JCI.
Pembatalan yang Diprakarsai JCI. Dalam hal JCI melakukan pembatalan karena satu dan lain hal di luar
yang telah ditetapkan sebelumnya, rumah sakit tidak akan dikenakan biaya.
Biaya Perjalanan Survei Akreditasi atau Survei Terfokus. Selain biaya survei, rumah sakit
bertanggung jawab membayar seluruh biaya perjalanan surveyor. Termasuk di dalamnya transportasi (tiket pesawat,
kereta api, dan mobil) dan akomodasi yang layak, pengeluaran harian untuk makan dan biaya tak terduga. Angka
ini tidak boleh melebihi tarif yang telah ditetapkan Departemen Luar Negeri AS untuk perjalanan internasional.
Jadwal Pembayaran Biaya Survei. Biaya akreditasi JCI dapat ditagih dengan menggunakan salah
satu dari dua pilihan berikut. Rumah sakit diminta menentukan pilihan dengan memilih dan menandatangani
opsi yang diinginkan di halaman terakhir kontrak.
Opsi I. Setelah menyetujui perjanjian ini, rumah sakit akan menerima kuitansi sebesar 100% biaya survei (dalam
dolar AS) setidaknya 45 hari sebelum tanggal survei dimulai. Pembayaran ditransfer dalam 21 hari atau lebih
sebelum tanggal dimulainya survei. Di akhir survei, jika rumah sakit dinyatakan memperoleh akreditasi, sertifikat
akreditasi JCI akan dikirim langsung ke rumah sakit, disertai dengan Laporan Temuan Resmi Survei. JCI
17
kemudian akan menagih biaya pengeluaran pelaku survei untuk perjalanan dan pemeliharaan dalam waktu 30
hari setelah survei berakhir. Biaya ini dibayar segera setelah menerima tagihan.
Dengan memilih Opsi I, rumah sakit diharapkan untuk membayar biaya pelaku survei secara tepat waktu sesuai
penagihan. Jika rumah sakit tidak tepat waktu dalam membayar biaya pelaku survei, JCI akan merekomendasikan
kepada Komite Akreditasi agar sertifikat akreditasi rumah sakit dikembalikan ke JCI dan status akreditasi rumah
sakit dicabut.
ATAU
Opsi II. Biaya survei akan dibayarkan dengan dua faktur terpisah, sedangkan biaya pelaku survei yang terkait
dengan perjalanan dan pemeliharaan ditagih dengan faktur ketiga yang akan dikirim ke rumah sakit.
a) Setelah perjanjian disepakati, rumah sakit akan menerima tagihan untuk separuh pertama survei
akreditasi. Penagihan 50% dari biaya survei ini dilakukan sekitar 45 hari sebelum survei, dan transfer
pembayarannya diharapkan terlaksana dalam waktu 21 hari sebelum tanggal mulainya survei. Pembayaran
paruh pertama biaya survei akreditasi harus sudah diterima oleh Bagian Keuangan JCI setidaknya tiga
minggu sebelum survei dimulai. Jika pembayaran paruh pertama biaya survei akreditasi itu belum
diterima dalam tiga minggu sebelum tanggal survei yang ditentukan mulai, JCI mungkin menjadwal
ulang survei ke tanggal lain.
b) Begitu survei berakhir, faktur tagihan kedua untuk 50% biaya survei sisanya akan dikirimkan ke rumah
sakit. Selain itu, biaya pelaku survei terkait perjalanan dan pemeliharaan akan ditagihkan dalam waktu 30
hari setelah survei. Semua biaya dan pengeluaran harus lunas dibayar begitu tagihan diterima.
Setelah keputusan akreditasi diberikan dan JCI telah dibayar lunas untuk seluruh biaya survei, Laporan Resmi
Temuan Survei dan sertifikat akreditasi rumah sakit akan dikirimkan.
Catatan: Pembayaran penting dilakukan tepat waktu, karena kebijakan JCI menyaratkan pelunasan pembayaran satu tahap pekerjaan sebelum memulai tahap baru. Terlambatnya pelunasan setengah biaya akreditasi akan
berakibat pada menggelembungnya beban rumah sakit dengan biaya perjalanan pelaku survei yang lebih besar
karena harga tiket penerbangan cenderung lebih mahal jika dibeli mendekati tanggal kepergian.
Pembayaran lunas jatuh tempo begitu faktur JCI diterima institusi Anda. Setelah 30 hari akan dikenakan denda.
18
Pada akhir setiap survei, pelaku survei akan berunding dengan CEO rumah sakit dan para pemimpin lain dalam
rapat pimpinan. Di rapat ini, pelaku survei akan memberikan informasi awal mengenai temuan mereka. Informasi
ini masih sangat dini dan tidak perlu dianggap final sampai JCI menuntaskan tinjauan mereka.
Jika selama survei, pelaku survei menemukan kondisi yang menurut mereka bisa mengancam keselamatan
umum atau keselamatan pasien, mereka akan memberitahu Program Akreditasi JCI. JCI kemudian yang akan
mengeluarkan keputusan menolak akreditasi dan melaporkan pada pihak yang berwenang.
Menelusuri pengalaman perawatan beberapa pasien tertentu dalam menjalani seluruh proses perawatan di
rumah sakit yang bersangkutan.
Memungkinkan pelaku survei mengidentifikasi adanya masalah performa dalam satu atau lebih tahapan
proses perawatan pasien atau fase di antara dua proses.
Manajemen JCI dan personil survei bisa saja turut mengamati pelaksanaan survei akreditasi. Rumah sakit atau
JCI boleh mengusulkan satu orang atau lebih sebagai pengamat. Pihak pemohon harus mendapatkan persetujuan
tertulis dari pihak lain untuk mempermudah proses pengamatan tersebut. Persetujuan tertulis ini seharusnya
diperoleh lima hari sebelum survei. Pengamat termasuk para konsultan atau penasihat yang disewa rumah sakit
dan karyawan dari rumah sakit lain, tidak akan memiliki peran interaktif dalam proses survei. Dengan demikian,
mereka tidak bisa berperan serta dalam diskusi, wawancara, atau kegiatan lainnya yang dilakukan selama survei.
Biaya terkait dengan pengamatan ditanggung oleh pihak yang meminta.
19
20
Survei Terfokus Tindak-Lanjut. Ada kebutuhan untuk diadakannya pengamatan oleh pelaku survei, wawancara staf atau pasien, atau pengecekan fasilitas fisik untuk menginformasikan bahwa sebuah rumah sakit telah
mengambil tindakan memadai dalam mematuhi setiap standar JCI dan/atau Sasaran International Keselamatan
Pasien yang pada saat survei awal atau survei lengkap tiga tahunan dinyatakan sebagai tidak dipenuhi atau
dipenuhi sebagian.
Survei Terfokus Mencari-Sebab. Masuknya informasi mengenai adanya suatu kejadian atau rangkaian
kejadian di rumah sakit yang telah terakreditasi, yang menimbulkan salah satu situasi sebagai berikut yang cukup
signifikan:
Adanya ancaman terus-menerus dan/atau ancaman langsung terhadap kesehatan pasien/masyarakat/staf dan
keselamatan dalam rumah sakit
Untuk menginformasikan/menyelidiki kondisi apakah yang membuat rumah sakit diklasifikasikan sebagai
Berisiko Untuk Ditolak Akreditasinya, yang belum tercakup dalam survei terfokus tindak lanjut atau
kebijakan Ancaman terhadap Kesehatan dan Keselamatan (halaman. 22).
Prosedur. Prosedur Survei Terfokus Tindak-lanjut dan Survei Terfokus Mencari-sebab adalah sebagai berikut:
[1] Dalam waktu sepuluh hari menjelang berakhirnya survei awal atau survei lengkap tiga tahunan, JCI
memberitahu pemimpin rumah sakit mengenai semua persyaratan diadakannya Survei Terfokus Tindaklanjut untuk mengevaluasi kembali semua elemen penilaian yang masuk kategori tidak terpenuhi. Survei
Tindak-lanjut ini dilakukan dalam waktu 90 hari setelah Laporan Resmi Temuan Survei dikirim ke
rumah sakit. Susunan tim survei akan ditentukan kantor akreditasi berdasarkan jumlah dan jenis temuan
dan jumlah elemen penilaian yang akan dievaluasi.
[2] Begitu rumah sakit diklasifikasikan sebagai Berisiko Untuk Ditolak Akreditasinya, dalam waktu 45 hari
JCI memberitahu CEO rumah sakit tentang perlunya diadakan survei terfokus. Kemudian Direktur
Eksekutif Senior untuk akreditasi dan standar, Direktur Eksekutif untuk Program Akreditasi dan direkturdirektur yang lain akan mengevaluasi semua informasi yang relevan mengenai rumah sakit mereka. Lalu
mereka akan menyusun rekomendasi bagi Presiden Direktur dan CEO JCI atau Ketua Komite Akreditasi
mengenai tindakan apa saja yang tepat bagi rumah sakit yang masuk kategori berisiko tadi.
[3] Rekomendasi untuk diadakannya Survei Terfokus Mencari-Sebab bagi Presiden Direktur JCI dan CEO,
Direktur Eksekutif Senior untuk akreditasi dan standar, Direktur Eksekutif untuk akreditasi dan standar,
mungkin saja mendukung agar survei terfokus tersebut dilaksanakan tanpa diumumkan karena satu atau
lebih kondisi berikut ini:
l Risiko bagi kesehatan dan keselamatan pasien, masyarakat, maupun staf bersifat terus-menerus,
langsung, dan signifikan.
l Situasi risikonya paling pas bila dievaluasi di luar jadwal dan prosedur normal rumah sakit.
l Pemimpin senior rumah sakit tidak perlu hadir saat evaluasi risiko dilakukan.
l Rumah sakit memiliki potensi untuk mengatur situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga analisis
risiko secara menyeluruh menjadi sulit atau tidak mungkin.
l Pelaku survei JCI berada di wilayah yang sama dengan rumah sakit dan tak ada masalah visa atau
hambatan administratif lainnya.
[4] Jika rumah sakit dianggap berisiko karena berpotensi mengancam kesehatan dan keselamatan, Kebijakan
JCI tentang Ancaman terhadap Kesehatan dan Keselamatan pun segera diterapkan
[5] Setelah menuntaskan survei terfokus Mencari-Sebab, Direktur Eksekutif Senior untuk akreditasi dan
standar, Direktur Eksekutif program akreditasi, dan direktur-direktur lainnya akan mengevaluasi informasi
terkait tentang rumah sakit dan membuat rekomendasi kepada Presiden Direktur dan CEO JCI serta
Komite Akreditasi. Sesuai rekomendasi kemudian ditetapkan apakah rumah sakit harus diberi akreditiasi
awal, akreditasi ditolak, dibiarkan mempertahankan status akreditasi terkini atau apakah JCI harus
mencabut kembali akreditasi terkini.
[6] Laporan Survei Terfokus Tindak-lanjut Komite Akreditasi JCI akan ditinjau oleh Komite Akreditasi JCI
dalam situasi berikut:
Komite akan meninjau seluruh laporan tentang rumah sakit yang gagal memenuhi peraturan keputusan
akreditasi, staf merekomendasikan Penolakan Akreditasi, dan telah diadakan survei-terfokus yang dilakukan sebagai tindak-lanjut, mencari sebab, atau survei perluasan.
l Komite akan meninjau laporan tentang rumah sakit mana pun, yang diyakini mengandung masalah
khusus atau tidak biasa dalam soal pemenuhan persyaratan, termasuk dikategorikan sebagai rumah
sakit yang Berisiko Ditolak Akreditasinya.
l Komite meninjau laporan setiap rumah sakit yang menentang atau mempersoalkan temuan dalam
Laporan Temuan Resmi Survei. Proses Banding terhadap keputusan akreditasi harus mengikuti
kebijakan yang telah disetujui, Proses Banding terhadap Keputusan Ketika Akreditasi Ditolak atau
Dicabut JCI (lihat halaman 25).
[7] Pada pertemuan berikutnya sesuai jadwal, Komite Akreditasi JCI akan mempertimbangkan rekomendasi
staf JCI dan menentukan keputusan akhir akreditasi.
[8] Dalam waktu 60 hari setelah tuntasnya survei terfokus dan 10 hari setelah tindakan yang diambil Komite
Akreditasi, rumah sakit yang bersangkutan diberitahu tentang keputusan akreditasi. Staf akan melakukan
proses tindak lanjut yang sesuai.
l
Survei Perluasan
Kebijakan. JCI dapat melakukan survei perluasan bila dipandang perlu mengadakan evaluasi menyeluruh secara
rumah sakit karena salah satu faktor berikut:
Perubahan kepemilikan rumah sakit
Fisik bangunan atau fasilitas penunjang diubah secara signifikan; atau sedikitnya 25% layanan rumah sakit
ditawarkan di lokasi yang baru; atau di bangunan yang telah berubah secara signifikan.
Terjadi peningkatan atau penurunan jumlah layanan secara signifikan
Rumah sakit telah menambah kapasitas pemberian layanan sebesar 25% atau lebih, yang diukur dengan
jumlah pasien atau tindakan lain yang relevan.
Penambahan layanan kesehatan baru
Penghapusan salah satu layanan kesehatan
Rumah sakit telah melakukan merger atau berkonsolidasi atau memperoleh lokasi, jasa atau program yang
belum diakreditasi JCI tetapi standar JCI dapat diterapkan.
Prosedur. Rumah sakit harus memberitahu JCI setiap perubahan signifikan yang terjadi di antara survei, seperti
yang disyaratkan kebijakan JCI tentang Persyaratan Pelaporan Antar-Survei (lihat halaman 26). Informasi yang
diserahkan akan diperiksa petugas Program Akreditasi JCI untuk menentukan apakah perlu diadakan survei
akreditasi lengkap atau terfokus untuk mengevaluasi perubahan yang telah dilakukan itu.
Survei Validasi
Tujuan. Tujuan survei validasi adalah untuk mengevaluasi efektivitas proses survei JCI dalam menilai kesesuaian rumah sakit pelayanan kesehatan dengan standar internasional, sebagai bagian dari upaya perbaikan
kualitas internal JCI. Rumah sakit yang dengan sukarela menjadi objek survei validasi tidak akan dikenai biaya.
Proses. Rumah sakit yang telah meraih akreditasi JCI akan diundang sebagai relawan untuk survei validasi
segera setelah survei ulang awal atau survei tigatahunan. Survei Validasi akan dilakukan dalam waktu 60 hingga
180 hari setelah survei ulang awal atau survei tiga tahunan. Lama dan komponen survei akan meniru proses
survei awal atau survei tiga tahunan yang baru saja dilakukan rumah sakit. Para pelaku survei yang ditugaskan
melakukan survei validasi tidak memiliki informasi mengenai hasil survei tiga tahunan yang paling mutakhir itu,
dan rumah sakit diminta untuk tidak memberikan informasi tersebut dengan cara apa pun.
Keputusan akreditasi rumah sakit peserta tidak akan terpengaruh hasil temuan survei validasi sesuai dengan aturan
keputusan yang berlaku bagi survei awal atau survei ulang tiga tahunan. Namun, bila ada kondisi yang dilihat
21
selama survei ditengarai merupakan ancaman serius bagi kesehatan atau keselamatan pasien atau masyarakat,
maka Program Akreditasi JCI akan diberitahu, dan protokol JCI mengenai ancaman terhadap kesehatan dan
keselamatan akan diimplementasikan. Pada akhir survei, pelaku survei secara lisan akan melaporkan pengamatan
mereka ke pemimpin rumah sakit. Laporan tertulis tidak akan ditinggalkan di lokasi kerja.
Rumah sakit yang secara sukarela disurvei validasinya akan diminta untuk tidak membocorkan hasil survei
validasi kepada siapa pun atau rumah sakit di luar mereka. Demikian pula, JCI tidak akan mengeluarkan
informasi apa pun tentang survei ini kepada publik. Rumah sakit yang rela disurvei keabsahannya tidak akan
dikenakan biaya apa pun.
22
Dalam situasi-situasi ini, tindakan korektif dipertimbangkan jika hanya ada satu masalah yang menyebabkan
timbulnya temuan merugikan tadi dan pihak rumah sakit menunjukkan bahwa mereka:
langsung bertindak memperbaiki situasi secara tuntas;
menyiapkan analisis pencarian akar permasalahan secara kredibel dan menyeluruh;
menerapkan perubahan pada sistem untuk mencegah terulangnya kembali masalah dan
menerapkan suatu survei terfokus terjadwal untuk memverifikasi implementasi dari setiap tindakan korektif
di atas.
Kerahasiaan
tindakan korektif yang diambil rumah sakit atau bagaimana mereka bersikap ketika menghadapi
situasi membahayakan. Rumah sakit dapat memberikan informasi untuk mempertunjukkan bahwa
situasi yang mengancam kesehatan dan keselamatan tadi telah dikoreksi sebelum Komite Akreditasi
mempertimbangkan untuk mengambil keputusan Menolak Akreditasi.
JCI menjaga kerahasiaan informasi berikut yang diterima atau dikembangkan selama proses akreditasi:
Laporan Resmi Temuan Survei, kecuali rumah sakit ingin menggunakan akreditasi untuk memenuhi
persyaratan pemerintah (misalnya, untuk lisensi). JCI akan merilis informasi tambahan, sampai dengan
dan termasuk Laporan Resmi Temuan Survei kepada instansi pemerintah terkait atas seizin rumah sakit
yang terakreditasi itu.
Informasi yang diperoleh dari rumah sakit sebelum, selama, atau setelah survei akreditasi, yang digunakan
untuk menentukan kesesuaian dengan standar akreditasi tertentu.
analisis akar permasalahan rumah sakit atau rencana tindakan dalam menghadapi suatu kejadian sentinel
atau sebagai reaksi terhadap kondisi lain sebagaimana ditetapkan JCI.
Semua materi lain yang ikut berkontribusi dalam keputusan akreditasi (misalnya, catatan pelaku survei)
Analisis tertulis dari staf dan catatan notula dan agenda materi Komite Akreditasi.
Jati diri setiap individu yang melayangkan keluhan tentang rumah sakit terakreditasi, terkecuali JCI
memiliki izin khusus dari yang melayangkan keluhan atau diwajibkan oleh hukum.
JCI akan mempublikasikan:
Status Rumah sakit terakreditasi, yaitu apakah rumah sakit terakreditasi, akreditasi ditolak, atau jika
akreditasi dicabut JCI dan, jika ada yang meminta:
Jumlah keluhan yang didapat rumah sakit yang memenuhi kriteria JCI untuk ditinjau kembali.
Status rumah sakit yang tercatat di situs Web JCI sebagai Terakreditasi (dan tanggal) atau Akreditasi
Dicabut (dan tanggal). Status Akreditasi dicabut akan dipasang di situs Web JCI selama satu tahun.
Yang akan diberikan oleh JCI kepada individu yang melayangkan pengaduan yang memenuhi kriteria peninjauan
kembali:
standar apa saja berkaitan dengan pengaduan itu, yang akan ditinjau kembali;
semua standar yang disebutkan dalam Rekomendasi Perbaikan sebagai hasil tinjauan ulang, dan bila dapat
diterapkan:
setiap perubahan dalam status akreditasi rumah sakit.
Rumah sakit terakreditasi dapat memberikan informasi yang lebih rinci, sampai dan termasuk Laporan Resmi
Temuan Survei kepada siapa saja. Namun, jika rumah sakit menyebarkan informasi yang tidak akurat tentang
akreditasi, JCI berhak menjelaskan informasi yang seharusnya dianggap rahasia.
23
perlunya pengawasan tambahan untuk memastikan bahwa kualitas rumah sakit dan program keselamatan pasien
tidak terancam bahaya.
Kebijakan. Berisiko untuk ditolak akreditasinya merupakan klasifikasi administrasi yang terjadi ketika staf
Program Akreditasi JCI menentukan bahwa terdapat satu atau lebih dari kondisi-kondisi berikut ini:
[1] Adanya ancaman langsung terhadap keselamatan pasien, kesehatan masyarakat, atau keselamatan staf
dalam rumah sakit itu.
[2] Seorang individu yang tidak memiliki lisensi, terdaftar, atau bersertifikat melakukan atau telah
memberikan layanan kesehatan dalam rumah sakit yang, menurut hukum dan peraturan yang berlaku,
memerlukan lisensi, pendaftaran, atau sertifikasi dan yang menyebabkan pasien rumah sakit tersebut
berisiko mengalami akibat buruk yang serius.
[3] JCI cukup yakin bahwa rumah sakit mengajukan dokumen palsu atau informasi tidak tepat dalam upaya
meraih atau mempertahankan akreditasi, sebagaimana diprasyaratkan dalam Kebijakan tentang Ketepatan
dan Kebenaran Informasi.
[4] Jumlah standar yang tidak terpenuhi (seluruhnya atau sebagian) pada saat survei berada di atas rata-rata (tiga
atau lebih standar deviasi) untuk rumah sakit dalam program sama yang disurvei selama 24 bulan sebelumnya.
[5] Rumah sakit tidak memiliki lisensi, sertifikat, dan atau izin, seperti atau pada saat dibutuhkan, dari
undang-undang dan peraturan yang berlaku, untuk memberikan layanan kesehatan yang sedang
diupayakan akreditasinya.
[6] Rumah sakit belum memenuhi kebijakan akreditasi untuk Persyaratan Pelaporan Antar-Survei (lihat
halaman 26).
[7] Rumah sakit gagal menyampaikan Rencana Strategis Perbaikan (SIP) yang bisa diterima dalam waktu 120
hari setelah survei dilakukan.
Tanggung Jawab. Staf dan pelaku survei Program Akreditasi JCI mungkin akan menemukan kondisi-kondisi
tertentu ketika survei di lapangan, meninjau kembali laporan survei atau melakukan aktivitas tindak-lanjut
pascasurvei, atau berdasarkan pengaduan terhadap rumah sakit. Pelaku survei akan menginformasi/menyelidiki
kondisi-kondisi itu baik ketika sedang melakukan survei di lapangan atau sebagai bagian dari survei terfokus.
Rekomendasi staf Program Akreditasi JCI akan ditinjau oleh Komite Akreditasi.
Prosedur. Ketika satu atau lebih dari ketujuh kondisi di atas ditemukan, staf Program Akreditasi JCI akan
memberitahukan Direktur Eksekutif JCI, bagian akreditasi, dan/atau Direktur Eksekutif Senior, bagian akreditasi
dan standar, untuk meninjau situasinya. Berdasarkan hasil tinjauan tersebut, Presiden Direktur dan CEO JCI
mungkin perlu diberitahu, tergantung pada risiko yang teridentifikasi.
Kemudian diambil keputusan tentang langkah-langkah berikutnya, seperti misalnya meminta pihak rumah sakit
untuk memberikan klarifikasi, menjadwalkan survei terfokus tindak-lanjut, survei terfokus Mencari-Sebab, atau
kegiatan lain yang sesuai.
Ketika pelaku survei menemukan bahwa kondisi tersebut memang terbukti ada dan masalah itu memang tidak
diselesaikan, Penolakan Akreditasi akan direkomendasikan kepada Komite Akreditasi. Rumah sakit memiliki hak
untuk mengajukan banding atas keputusan ini seperti yang dijelaskan dalam kebijakan JCI tentang Keputusan
Banding ketika Akreditasi JCI Ditolak atau Dicabut (lihat halaman 25).
24
melalui surat elektronik (e-mail), dibuatnya revisi laporan yang terkait dengan temuan survei. Revisi permintaan
ini harus disertai data dan informasi yang sesuai untuk mendukung permintaan tersebut. Komite Akreditasi akan
mempertimbangkan permohonan revisi ini lalu mengambil keputusan akhir.
Rumah sakit kemudian memiliki tambahan 60 hari untuk memberikan data dan informasi yang memenuhi
syarat kepada JCI guna mendukung upaya bandingnya, secara tertulis atau melalui surat elektronik. Jika,
setelah memeriksa setiap materi yang diterima, ternyata keputusan menolak atau mencabut akreditasi itu tetap
dikukuhkan, rumah sakit atas biayanya sendiri bisa menghadap Komite Akreditasi JCI untuk mendukung upaya
bandingnya. Berikut ini garis besar prosedur peninjauan dan banding:
Pemberitahuan kepada rumah sakit tentang bidang-bidang yang tidak memenuhi Standar
JCI atau kondisi yang Mengancam Kehidupan. Jika berdasarkan hasil survei, dokumen survei, dan
materi terkait atau informasi yang diterima dari sumber mana pun, staf JCI memutuskan bahwa sesuai dengan
Kaidah Keputusan yang disetujui Komite Akreditasi JCI, ia merekomendasikan kepada Komite Akreditasi JCI
untuk menolak memberikan akreditasi atau mencabut akreditasi yang sudah ada, maka staf itu akan menjabarkan
temuan dan keputusannya tersebut. Rumah sakit kemudian mungkin akan:
a) menerima temuan dan keputusan itu atau
b) menyerahkan kepada JCI bukti dipenuhinya aturan yang sesuai dengan standar JCI pada saat survei, yang
belum tercantum dalam Laporan Resmi Temuan Survei, disertai penjelasan mengapa informasi tersebut
tidak tersedia pada saat survei atau
c) menyerahkan bukti kepada JCI bukti-bukti terkait dengan temuan adanya situasi yang Mengancam
Kehidupan.
Pertimbangan Terhadap Respons Rumah Sakit. JCI akan menilai ulang permohonan itu dan sesuai
dengan Kaidah Keputusan yang telah disetujui Komite Akreditasi JCI akan
a) merekomendasikan kepada Komite Akreditasi JCI bahwa rumah sakit dapat diakreditasi, atau
b) merekomendasikan agar rumah sakit ditolak akreditasinya
Tindakan Komite Akreditasi JCI. Komite Akreditasi JCI kemudian akan:
a) mengakreditasi rumah sakit;
b) menolak akreditasi rumah sakit;
c) menunda pertimbangannya sambil mengumpulkan informasi tambahan mengenai status kepatuhan
rumah sakit terhadap standar JCI atau mengenai situasi yang Mengancam Kehidupan; yang kemudian akan
diperiksa kembali oleh staf akreditasi JCI atau
25
d) meminta dilakukan survei ulang atau survei terfokus terhadap rumah sakit, untuk mengevaluasi hasilnya
sejauh dipandang layak oleh staf akreditasi JCI.
Jika sebuah rumah sakit menarik diri dari proses akreditasi setelah survei tuntas, Komite Akreditasi JCI akan
mengambil keputusan berdasarkan temuan lengkap survei akreditasi dan tindak lanjutnya serta tetap akan
menyampaikan keputusan tersebut kepada rumah sakit.
Informasi tentang Status Akreditasi Yang Terbuka bagi Publik
JCI berkomitmen membuat informasi yang relevan dan akurat tentang rumah sakit yang disurvei dan bersifat
terbuka untuk umum. Informasi tentang kinerja suatu rumah sakit tidak hanya membantu praktisi meningkatkan
layanan mereka, melainkan juga membantu mendidik pengguna jasa rumah sakit. Informasi tersebut juga dapat
membantu pasien dan pembayar jasa memperoleh informasi yang tepat dalam memilih jasa rumah sakit kesehatan
dan/atau praktisi.
Yang penting untuk informasi tertentu kerahasiaan tetap dijaga agar mendukung keterbukaan dalam proses
akreditasi. Keterbukaan ini mempermudah peningkatan kualitas layanan kesehatan demi kepentingan masyarakat.
Silakan mengacu pada bagian tentang kerahasiaan informasi khusus tentang masalah ini.
Pemasangan dan Penggunaan Sertifikat Akreditasi
JCI memberi setiap rumah sakit sertifikat akreditasi pada saat akreditasi awal dan pada saat pembaruan akreditasi.
Tidak ada biaya untuk sertifikat. Tambahan salinan sertifikat dapat dibeli dengan menghubungi JCI. Sertifikat
dan semua salinan tetap milik JCI. Semuanya harus dikembalikan jika:
rumah sakit diberi sertifikat baru dengan perubahan nama atau
akreditasi rumah sakit dicabut atau ditolak dengan alasan apa pun.
Rumah sakit yang diakreditasi JCI harus memberikan penjelasan yang akurat kepada masyarakat tentang
sifat dan makna penghargaan akreditasi. Oleh karena itu, rumah sakit tidak boleh salah menafsirkan status
akreditasinya atau fasilitas dan layanannya sesuai dengan penetapan akreditasi. JCI akan memasok buku panduan
yang tepat bagi setiap rumah sakit yang menerima akreditasi untuk mengumumkan penghargaan akreditasinya.
Mempertahankan Akreditasi
Secara terus-menerus selama tiga tahun masa siklus akreditasi, JCI akan terus memantau rumah sakit yang
sudah terakreditasi dan program-program yang telah disertifikasi untuk memenuhi semua Sasaran Internasional
Keselamatan Pasien (SIKP) dan standar JCI terkait.
26
menyebabkan berubahnya orang (atau orang-orang) yang ditugaskan oleh rumah sakit atau program
sebagai penghubung untuk segala komunikasi terkait akreditasi;
meneyebabkan berubahnya pimpinan rumah sakit atau program dan/atau personil yang ditunjuk sebagai
kontak utama bagi JCI;
menawarkan minimal 25% dari jasa layanannya di lokasi baru atau di fasilitas fisik/bangunan yang telah
direnovasi secara signifikan;
meningkatkan volume layanan secara signifikan, misalnya memperluas kapasitas layanan atau pemanfaatan
layanan sebesar 25% atau lebih diukur dengan jumlah tempat tidur, kunjungan pasien, jumlah peralatan,
atau tindakan lain yang relevan;
menurunkan volume layanan secara signifikan, misalnya mengurangi kapasitas layanan atau pemanfaatan
layanan sebesar 25% atau lebih diukur dengan jumlah tempat tidur, kunjungan pasien, jumlah peralatan
atau tindakan lain yang relevan;
mengembangkan tingkat layanan yang lebih intensif (misalnya, dari rawat jalan rehabilitasi jantung
menjadi rawat inap diagnostik kardiologi invasif);
merger, berkonsolidasi dengan, atau mendapatkan situs, layanan atau program tak terakreditasi yang ada
standar JCI-nya;
terdapat badan pengawas atau perizinan lokal, regional atau nasional yang telah melakukan investigasi atau
inspeksi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan atau hasil yang buruk yang menuntut perubahan
langsung dalam rumah sakit (misalnya, memerintahkan penutupan dari seluruh atau sebagian rumah sakit
atau departemen, program atau layanan yang melarang rumah sakit memberikan perawatan kepada pasien)
dan/atau
adanya lisensi dokter, registrasi, atau sertifikasi praktik perawatan kesehatan bagi pasien rumah sakit
yang dicabut, dibatalkan, diakhiri atau dibatasi pihak yang berwenang atau oleh rumah sakit tetapi yang
bersangkutan masih memberikan perawatan di rumah sakit tersebut.
Bila salah satu hal ini terjadi, rumah sakit/program harus memberitahu JCI secara tertulis tidak lebih dari 30 hari
setelah perubahan tersebut terjadi. Suatu rumah sakit/program yang tidak tepat waktu memberitahu JCI akan
perubahan ini, menurut ketentuan Kebijakan Ketepatan dan Kebenaran Informasi, akan dimasukkan dalam
kategori administratif Berisiko untuk Ditolak Akreditasi sebagaimana dinyatakan dalam kebijakan ini.
Tanggung Jawab. Departemen Standar JCI memastikan bahwa kebijakan ini akan dipublikasikan dalam
setiap manual akreditasi. Kebijakan ini tercantum di halaman depan buku manual di bawah kebijakan dan
prosedur Akreditasi JCI.
27
2) Untuk memfokuskan perhatian rumah sakit yang telah mengalami kejadian sentinel pada upaya
memahami penyebab kejadian dan mengubah sistem rumah sakit untuk mengurangi kemungkinan
terulangnya kejadian itu di waktu yang akan datang.
3) Untuk meningkatkan pengetahuan umum tentang kejadian sentinel, penyebabnya, dan strategi
pencegahannya.
4) Untuk menjaga kepercayaan publik dan pihak rumah sakit yang telah terakreditasi secara internasional
pada proses akreditasi.
Standar-standar Terkait Kejadian Sentinel. Standar terkait dengan mutu dan keselamatan dalam publikasi
ini berisi persyaratan khusus terkait dengan pengelolaan kejadian sentinel.
Definisi Kejadian Sentinel. Standar terkait dengan mutu dan keamanan di dalam publikasi ini mewajibkan
setiap rumah sakit yang telah terakreditasi untuk menetapkan peristiwa tak terduga apa saja yang signifikan dan
mungkin terjadi dan bagaimana prosesnya untuk melakukan analisis yang mendalam. Walaupun secara umum apa
yang dianggap signifikan harus konsisten dengan definisi umum kejadian sentinel menurut kebijakan ini, tetapi
rumah sakit yang telah terakreditasi berhak menentukan secara lebih spesifik definisi peristiwa tak terduga dan
hilangnya secara permanen fungsi utama. Paling tidak rumah sakit harus memasukkan peristiwa yang perlu
dikaji sebagaimana daftar berikut ini:
Kematian tidak terduga yang terjadi tak ada kaitannya dengan proses alami penyakit pasien atau kondisi
yang melatarbelakangi penyakit itu.
Hilangnya fungsi utama secara permanen tidak terkait dengan proses alami penyakit pasien atau kondisi
yang melatarbelakangi penyakit itu.
Salah lokasi, salah-prosedur, salah pasien dalam pembedahan
Penculikan anak atau anak yang dipulangkan dengan orangtua yang salah.
Respons yang diharapkan dari rumah sakit terhadap Kejadian Sentinel. Rumah sakit terakreditasi
diharapkan mengidentifikasi dan merespons secara tepat semua kejadian sentinel (sebagaimana ditetapkan rumah
sakit sesuai dengan paragraf sebelumnya) yang terjadi di rumah sakit atau yang terkait layanan yang disediakannya,
baik di fasilitasnya sendiri atau milik orang lain. Yang dimaksudkan dengan respons secara tepat itu adalah
melakukan analisis akar penyebab masalah secara kredibel, menyeluruh, dan tepat waktu; menerapkan rencana
tindakan untuk mengurangi risiko, menerapkan perbaikan tersebut, dan memantau efektivitas perbaikan tersebut.
Analisis Akar masalah. Analisis Akar Masalah merupakan proses mengidentifikasi alasan atau faktor masalah
yang menimbulkan variasi dalam performa, termasuk terjadinya atau kemungkinan terjadinya kejadian sentinel.
Analisis Akar Masalah memfokuskan terutama pada sistem dan proses, bukan pada performa individual.
Rencana Tindakan. Hasil analisis akar masalah adalah rencana tindakan yang akan dilakukan rumah sakit
dalam upaya mengurangi risiko terjadi peristiwa serupa di waktu yang akan datang. Rencana ini harus mencakup
penerapan, pengawasan, uji coba kalau cocok, kerangka waktu, dan strategi pengukuran efektivitas tindakantindakan tersebut.
Proses Survei. Ketika melakukan survei akreditasi, JCI berupaya mengevaluasi sejauh mana rumah sakit
memenuhi standar yang diterapkan; berdasarkan performa di seluruh rumah sakit tersebut selama jangka waktu
tertentu dilakukanlah penilaian (misalnya, 12 bulan sebelum survei tiga-tahunan diulang atau empat bulan
sebelum survei awal dilakukan). Jika selama melakukan aktivitas survei biasa itu ditemukan terjadinya kejadian
sentinel, pelaku survei akan mengambil langkah berikut:
Memberitahu CEO bahwa kejadian itu telah diidentifikasi.
Memberitahu CEO bahwa kejadian itu akan dilaporkan kepada Program Akreditasi JCI untuk dikaji ulang
dan ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku dalam Kebijakan Kejadian Sentinel.
28
Bagaimana JCI Mengetahui Terjadinya Kejadian Sentinel. Setiap rumah sakit didorong, namun tidak
diharuskan, melaporkan kepada JCI setiap kejadian sentinel yang memenuhi kriteria sebagai kejadian sentinel
yang patut dikaji. JCI bisa saja mengetahui terjadinya kejadian sentinel dengan cara lain, seperti lewat komunikasi
dengan pasien, anggota keluarga pasien, karyawan rumah sakit, pelaku survei, atau media.
Selama survei di lapangan, pelaku survei menilai kesesuaian rumah sakit dengan standar-standar yang terkait
dengan kejadian sentinel melalui cara sebagai berikut:
Mengkaji ulang proses rumah sakit dalam merespons kejadian sentinel.
Mewawancarai pemimpin dan staf rumah sakit tentang ekspektasi dan tanggung jawab mereka dalam
mengidentifikasi, melaporkan, dan menanggapi kejadian sentinel.
Meminta contoh analisis akar penyebab dari tahun sebelumnya untuk menilai sejauh mana proses rumah
sakit dalam menanggapi kejadian sentinel sudah memadai.
Jika diperlukan, meninjau contoh-contoh lain agar lebih lengkap menilai pemahaman dan kemampuan
rumah sakit dalam melakukan analisis akar penyebab. Dalam memilih contoh, rumah sakit bisa saja memilih
kasus yang sudah ditutup untuk mempertunjukkan bagaimana reaksi mereka terhadap kejadian sentinel.
Alasan melaporkan Kejadian Sentinel kepada JCI. Meski melaporkan sendiri kejadian sentinel tidak diharuskan
dan tanggapan, kerangka waktu maupun prosedur tinjauannya tak akan berbeda antara bila rumah sakit dengan
suka rela melaporkannya sendiri dengan JCI mengetahui adanya peristiwa itu melalui sarana lain, terdapat dua
manfaat utama bagi rumah sakit yang melaporkan sendiri kejadian sentinel:
[1] pelaporan dini membuka peluang konsultasi dengan staf Program Akreditasi JCI selama dilakukannya
penyusunan analisis akar penyebab dan rencana tindakan.
[2] Pesan yang disampaikan kepada publik bahwa rumah sakit itu telah melakukan apa pun agar kejadian
seperti itu tidak terjadi lagi akan diperkuat dengan pengakuan dan kolaborasinya dengan JCI dalam
memahami bagaimana peristiwa itu terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
berulangnya kejadian itu di kemudian hari.
Kejadian Sentinel Yang Patut Dinilai Ulang. Definisi kejadian sentinel yang patut dinilai ualang mempertimbangkan banyak macam kejadian yang berlaku bagi berbagai jenis rumah sakit perawatan kesehatan. Berbagai
kejadian ini dapat saja berlaku untuk rumah sakit tertentu. Dengan demikian, salah satu dari peristiwa berikut
mungkin berlaku di rumah sakit Anda. Kejadian sentinel berikut ini akan ditinjau JCI dan termasuk juga kejadian
apa pun yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
Kejadiannya berakibat pada kematian tak terduga yang tidak berhubungan dengan proses alami penyakit
pasien atau kondisi yang melatarbelakanginya (misalnya, bunuh diri).
Kejadian ini menyebabkan hilangnya fungsi utama secara permanen tetapi tidak terkait dengan proses alami
penyakit pasien atau kondisi yang melatarbelakanginya.
Kejadian terjadi akibat salah lokasi, salah pasien, kesalahan prosedur bedah.
Kejadiannya mengakibatkan bayi diculik atau bayi dipulangkan bersama orangtua yang salah.
Respons Wajib Terhadap Kejadian Sentinel Yang Patut Dinilai Ulang. Jika JCI mengetahui terjadinya kejadian
sentinel (baik melalui laporan suka rela pihak rumah sakit maupun yang bukan) yang memenuhi kriteria di atas
dan peristiwa terjadi di rumah sakit terakreditasi, maka rumah sakit diharapkan melakukan hal berikut:
Mempersiapkan rencana tindakan secara menyeluruh dan kredibel dalam waktu 45 hari sejak terjadinya
kejadian atau sejak diketahuinya kejadian tersebut.
Melaporkan kepada JCI analisis akar penyebab dan rencana tindakannya atau responsnya terhadap
kejadian sentinel agar bisa dievaluasi.
Penilaian Ulang Analisis Akar Masalah dan Rencana Tindakan. Analisis akar masalah dianggap dapat diterima
29
Pusat perhatiannya terletak pada sistem dan proses, bukan kinerja individu.
Analisis mencakup penyebab spesifik dalam proses perawatan klinis hingga ke penyebab umum dalam
proses rumah sakit.
Analisis berulang-ulang terus menggali lebih dalam.
Analisis mengidentifikasi perubahan yang dapat dilakukan pada sistem dan proses (baik melalui desain
ulang atau pengembangan sistem atau proses baru) yang akan mengurangi risiko terjadinya peristiwa
tersebut di kemudian hari.
Semua analisis akar masalah dan rencana tindakan dianggap dan diperlakukan sebagai rahasia oleh JCI.
Kegiatan-kegiatan tindak lanjut. Setelah JCI menetapkan bahwa rumah sakit telah melakukan analisis akar
penyebab dan menyusun rencana tindakan yang dapat diterima, JCI akan memberitahu rumah sakit bahwa analisis
akar penyebab dan rencana tindakannya dapat diterima dan akan menentukan apa kegiatan tindak-lanjut yang
cocok; misalnya laporan kemajuan secara tertulis yang sudah dikirimkan paling lambat dalam waktu empat bulan.
Implementasi Kebijakan Kejadian Sentinel. Jika sebuah rumah sakit ingin melaporkan kejadian yang
mengandung adanya unsur kejadian sentinel yang patut ditinjau JCI, mereka dapat mengirimkan laporan itu
kepada Program Akreditasi JCI melalui surat, kawat, atau faksimili. Jika JCI mengetahui adanya kejadian sentinel
yang patut ditinjau berdasarkan kebijakan kejadian sentinel yang tidak dilaporkan rumah sakit ke JCI, maka
CEO rumah sakit akan dihubungi dan penilaian awal terhadap kejadian sentinel pun dilakukan. Kejadian yang
terjadi lebih dari satu tahun sebelum tanggal JCI mengetahui terjadinya kejadian itu biasanya tidak akan ditinjau
menurut Kebijakan Kejadian Sentinel. Dalam kasus demikian, rumah sakit diminta memberikan respons
tertulis, termasuk rangkuman proses yang ada untuk mencegah munculnya kejadian serupa.
Berdasarkan informasi faktual yang diterima tentang kejadian itu, staf JCI akan menerapkan definisi di atas untuk
menentukan apakah kejadian itu dapat dikaji berdasarkan Kebijakan Kejadian Sentinel. Bila ada argumentasi
terhadap ketentuan bahwa suatu peristiwa dapat dikaji, maka akan diselesaikan melalui konsultasi dengan
Direktur Eksekutif JCI dan Chief Medical Officer JCI.
Tinjauan Awal Kejadian Sentinel di Lapangan. Biasanya tinjauan awal kejadian sentinel langsung di lapangan
tidak akan dilakukan, kecuali disimpulkan adanya potensi ancaman langsung terhadap kesehatan dan keselamatan
pasien atau potensi besar tidak akan terpenuhinya standar JCI. Kejadian yang langsung mengancam hidup
termasuk situasi di mana tidak terpenuhinya satu atau lebih standar telah menyebabkan, atau mungkin menyebabkan, hilangnya fungsi utama secara permanen, cacat, atau kematian pasien dan bahwa kejadian itu mungkin akan
terus berlanjut. Keluhan akan diprioritaskan penanganannya jika informasi menunjukkan perlunya tindakan
korektif sesegera mungkin. Semua itu segera disampaikan ke pemimpin eksekutif JCI yang berwenang memerintahkan diadakannya survei terfokus. Jika survei terfokus itu jadi dilaksanakan, rumah sakit akan ditagih biayanya sesuai tarif yang berlaku untuk menutup biaya survei semacam ini.
Informasi YangTerbuka. Jika JCI ditanya tentang keputusan akreditasi terhadap sebuah rumah sakit yang
mengalami pengkajian kejadian sentinel, keputusan akreditasi rumah sakit tersebut akan dilaporkan secara biasa
saja tanpa mengacu pada kejadian sentinel. Jika penanya secara spesifik mengacu pada kejadian sentinel tertentu,
JCI akan mengakui telah mengetahui peristiwa tersebut dan saat ini bekerja atau telah bekerja sama dengan
rumah sakit tersebut dalam proses pengkajian kejadian sentinel.
30
Jika sebuah rumah sakit pelayanan kesehatan diminta menanggapi pengaduan, rumah sakit tersebut harus
melakukannya dalam waktu 30 hari setelah diberitahu. Untuk masalah yang lebih serius, rumah sakit diminta
menanggapi keluhan dalam waktu tujuh hari setelah diberitahu atau lebih cepat. Bila diperlukan tanggapan dalam
waktu singkat, rumah sakit akan segera diberitahu.
Pemantauan Mutu dan Keselamatan menilai ulang dan men-triase keluhan, keprihatinan, dan pertanyaan dari
berbagai pihak tentang rumah sakit terakreditasi. Keluhan ini dapat disampaikan pasien, keluarga, dan praktisi
kesehatan, oleh lembaga pemerintah dalam bentuk laporan, atau melalui informasi dari media. Oleh karena
itu, istilah pengaduan berlaku untuk pelbagai jenis informasi yang diterima Program Akreditasi JCI. Setelah
Program Akreditasi JCI menilai ulang pengaduan, sejumlah tindakan dapat dilakukan. Termasuk merekam
informasi untuk mengetahui arah kecenderungannya, kemungkinan tindakan di waktu yang akan datang, untuk
mendapatkan tanggapan rumah sakit yang terkait atas pengaduan tersebut, dan melakukan survei mencari
penyebabnya. Jika Program Akreditasi JCI menetapkan rumah sakit harus menanggapi pengaduan itu, maka
rumah sakit akan diberitahu. Permohonan untuk meminta tanggapan akan di kirim lewat surat elektronik kepada
CEO rumah sakit dengan informasi berikut:
Isi pengaduan/keluhan itu sendiri
Rangkuman pengaduan, jika pelapornya tidak ingin dikenal
Tanggapan yang diterima akan langsung dievaluasi apakah telah sesuai dengan standar akreditasi JCI yang
diterapkan. Jika diperlukan informasi tambahan, rumah sakit akan diberitahu.
Jika tanggapan rumah sakit telah lengkap dan diterima, surat bukti penerimaan di kirim lewat surat elektronik
kepada CEO rumah sakit dan kasus dianggap selesai.
Program Akreditasi JCI mengharuskan rumah sakit terakreditasi menyampaikan kepada karyawan rumah sakit,
pengunjung, dan pasien bahwa jika keluhan tidak diselesaikan secara memuaskan, mereka berhak memilih
melaporkan keluhan mereka kepada Program Akreditasi JCI.
Kebijakan Program Akreditasi JCI melarang rumah sakit melakukan tindakan balas dendam terhadap karyawan
yang mengadu ke Program Akreditasi JCI dan melarang Program Akreditasi JCI mengungkapkan kepada pelapor
apakah keluhannya didukung.
31
minta diakreditasi berpatokan standar baru atau standar yang telah direvisi.
Definisi. Tanggal efektif adalah tanggal yang tercantum pada sampul buku standar JCI, yang menjadi panduan
bagi semua aktivitas terkait akreditasi.
Kebijakan
1) Tanggal efektif untuk edisi pertama Standar Program Akreditasi baru JCI ditetapkan sebagai tanggal
publikasi dari manual Standar itu.
2) Tanggal efektif berlakunya edisi Standar berikutnya adalah enam bulan setelah publikasi resmi Standar.
3) Segala jenis Survei Akreditasi dilakukan sesuai standar yang berlaku pada saat survei. Tidak ada survei yang
dilakukan menurut standar yang tidak berlaku lagi atau yang belum efektif.
4) Standar akan dipublikasikan setidaknya enam bulan sebelum tanggal efektif untuk memberi waktu bagi
rumah sakit mematuhi standar yang telah direvisi sesuai tanggal efektif.
Prosedur. Setiap edisi manual standar, setelah standar-standarnya disetujui oleh Komite Akreditasi JCI,
diteruskan kepada Bagian Penerbitan untuk dilakukan penyuntingan akhir dan pencetakan. Bagian Penerbitan
dan staf Program Akreditasi menentukan tanggal publikasinya. Tanggal efektif resminya kemudian ditetapkan
yaitu enam bulan setelah tanggal publikasi. Tanggal efektif itu selalu jatuh pada setiap awal bulan, kecuali
dinyatakan berbeda.
32
34
Bagian I:
Standar-standar
Yang Berfokus Pasien
35
36
Sasaran Internasional
Keselamatan Pasien (SIKP)
International Patient Safety Goals (IPSG)
Gambaran umum
Bab ini membahas Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP), sebagaimana disyaratkan untuk diimplementasikan mulai tanggal 1 Januari 2011 di semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission
International (JCI) di bawah Standar Internasional untuk Rumah Sakit.
Tujuan SIKP adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien. Sasaransasaran dalam SIKP menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam perawatan kesehatan, memberikan bukti
dan solusi hasil konsensus yang berdasarkan nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa untuk
menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain sistem yang baik, sasaran
biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk keseluruhan sistem.
Penyusunan sasaran sama saja seperti standar-standar lainnya, ada standar (pernyataan sasaran), maksud dan
tujuan, dan elemen penilaian. Penilaiannya juga sama dengan penilaian terhadap standar lain yaitu menggunakan
kriteria memenuhi, sebagian memenuhi, atau tidak memenuhi . Dalam Kaidah Keputusan Akreditasi
tercakup juga syarat memenuhi ketentuan SIKP sebagai kaidah keputusan yang terpisah.
Sasaran
Berikut ini adalah daftar semua sasaran. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud
dan tujuan, atau elemen terukurnya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada bagian
berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Tujuan, dan Elemen Penilaian.
SIKP.1 Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
SIKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
SIKP.3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
SIKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang
Benar
SIKP.5 Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
SIKP.6 Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
37
38
melalui telepon, jika hal ini diperbolehkan hukum dan peraturan setempat. Komunikasi lain yang rawan salah
adalah ketika melaporkan kembali hasil tes penting seperti misalnya ketika laboratorium klinik menelepon unit
perawatan pasien untuk melaporkan hasil tes CITO.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur untuk pemberian perintah baik secara lisan maupun via telepon termasuk pencatatan (pada buku atau di-enter ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil tes oleh si penerima informasi tersebut; penerima kemudian membaca kembali perintah atau hasil tes
tersebut dan mengkonfirmasikan apakah yang telah ditulis dan dibaca-ulang itu sudah tepat. Kebijakan dan/atau
prosedur mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila proses membaca-ulang tidak selalu dimungkinkan,
misalnya di ruang operasi dan dalam situasi darurat di bagian gawat darurat atau unit perawatan intensif.
39
q 1.
q 2.
q 3.
q 4.
Kebijakan dan/atau prosedur disusun untuk mengatasi masalah identifikasi, lokasi, pemberian label, dan
penyimpanan obat yang patut diwaspadai.
Kebijakan dan/atau prosedur ini diterapkan.
Elektrolit konsentrat tidak boleh ada di unit perawatan pasien kecuali jika secara klinis diperlukan
dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian tidak sengaja di wilayah yang diizinkan oleh aturan
kebijakannya.
Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit perawatan pasien diberi label jelas dan disimpan sedemikian
rupa hingga tidak mudah diakses.
Standar SIKP.4
Rumah sakit menyusun pendekatan untuk memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar.
40
memverifikasi lokasi yang benar, prosedur yang benar, dan pasien yang benar;
memastikan bahwa semua dokumen, gambar atau citra, dan studi yang relevan telah tersedia, sudah
diberi label dan ditampilkan, serta
memverifikasi peralatan khusus dan/atau implan yang diperlukan.
Jeda merupakan peluang untuk menjawab semua pertanyaan yang belum terjawab atau meluruskan kerancuan.
Jeda dilakukan di lokasi tempat prosedur akan dilakukan, tepat sebelum memulai prosedur, dan melibatkan
seluruh tim operasi. Rumah sakit menentukan bagaimana proses jeda didokumentasikan
Rumah sakit menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk mengidentifikasi lokasi pembedahan dan
melibatkan pasien dalam proses pemberian tanda.
Rumah sakit menggunakan daftar atau proses lain untuk sebelum operasi untuk memverifikasi apakah
lokasinya, prosedur, dan pasien sudah benar dan bahwa seluruh dokumen dan peralatan yang dibutuhkan
sudah ada, tepat, dan fungsional.
Tim bedah lengkap melakukan dan mendokumentasi prosedur jeda sesaat sebelum memulai prosedur
pembedahan.
Kebijakan dan prosedur disusun sedemikian sehingga semua proses seragam sehingga dapat dipastikan
lokasi benar, prosedur benar, dan pasien juga benar; termasuk prosedur medis dan gigi yang dilakukan
tidak di ruang operasi.
41
q 3. Kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan yang mendukung secara terus-menerus pengurangan
infeksi terkait dengan perawatan kesehatan.
Standar SIKP.6
Rumah sakit menyusun cara pendekatan untuk mengurangi risiko cedera yang menimpa pasien akibat jatuh
42
44
Gambaran umum
Sebuah rumah sakit harus memandang perawatan yang diberikannya sebagai bagian dari suatu sistem terpadu
yang mencakup: layanan, pekerja dan profesional kesehatan, serta pelbagai level perawatan. Semua itu
merupakan suatu perawatan berkelanjutan (continuum of care). Tujuannya adalah mencocokkan kebutuhan
pasien dengan layanan yang tersedia, mengkoordinasikan layanan di rumah sakit kepada pasien untuk kemudian
merencanakan pemulangan serta proses perawatan selanjutnya. Hasilnya adalah perbaikan hasil perawatan dan
pemanfaatan sumber daya yang ada secara lebih efisien.
Informasi menjadi sangat penting untuk mengambil keputusan tepat tentang
kebutuhan pasien yang dapat dipenuhi rumah sakit;
layanan yang efisien kepada pasien, dan
pemulangan atau perujukan ke lokasi perawatan lain
Standar
Berikut adalah daftar semua standar fungsi tersebut. Demi kenyamanan Anda, daftar diberikan tanpa menyebutkan maksud dan tujuan atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut mengenai standar-standar itu, silakan
melihat bagian berikutnya yang membahas Standar, Tujuan, dan Elemen Penilaian.
perawatan kesehatan mereka dan misi serta sumber daya rumah sakit.
APKP.1.1 Rumah sakit memiliki proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran pasien rawat
jalan.
APKP.1.1.1 Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera, diberi prioritas
untuk asesmen dan pengobatan.
APKP.1.1.2 Kebutuhan pasien akan layanan preventif, kuratif, paliatif, dan rehabilitatif
diprioritaskan berdasarkan kondisi pasien pada saat masuk rumah sakit
sebagai pasien rawat inap.
APKP.1.1.3 Rumah sakit mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien ketika ada sela
masa penantian atau kelambatan layanan diagnostik dan/atau perawatan.
45
APKP.1.2 Ketika masuk sebagai pasien rawat inap, pasien dan keluarganya diberi tahu tentang
perawatan yang diusulkan, hasil yang diharapkan dari perawatan, dan berapa perkiraan
biaya perawatannya.
APKP.1.3 Rumah sakit berupaya mengurangi hambatan fisik, bahasa, budaya, dan hambatan
lainnya dalam pengaksesan dan pemberian layanan.
APKP.1.4 Penerimaan atau pemindahan atau dari unit yang menyediakan layanan intensif atau
layanan khusus ditentukan kriteria tertentu.
Perawatan Berkelanjutan
APKP.2 Rumah sakit merancang dan melaksanakan proses agar dapat memberikan layanan perawatan pasien
yang berkesinambungan di rumah sakit dan mengoordinasikan kerja antarpraktisi perawatan kesehatan.
APKP.2.1 Selama semua fase rawat inapnya, selalu ada individu andal tertentu yang dipasrahi
tanggung jawab atas perawatan pasien tersebut.
APKP.3.1 Rumah sakit bekerja sama dengan praktisi kesehatan dan instansi luar untuk memastikan
rujukan yang sesuai dan tepat waktu.
APKP.3.2 Catatan data klinis pasien rawat inap berisi salinan resume medis pasien pulang.
APKP.3.2.1 Resume medis pasien pulang untuk pasien rawat inap telah dilengkapi.
APKP.3.3 Rekam medis pasien rawat jalan yang mendapatkan perawatan berkelanjutan berisi
rangkuman seluruh diagnosis signifikan yang diketahui, alergi obat, obat-obatan yang
sedang dikonsumsi, dan setiap prosedur pembedahan dan rawat inap yang pernah dijalani.
APKP.3.4 Pasien dan, bila sesuai, keluarganya, diberi instruksi tindak-lanjut yang bisa dipahami.
APKP.3.5 Rumah sakit memiliki proses untuk mengelola dan menindaklanjuti pasien yang pulang
tanpa izin dokter.
Rujukan Pasien
APKP.4 Pasien dirujuk ke rumah sakit lain berdasarkan status dan kebutuhan untuk memenuhi keperluan
46
APKP.4.1 Rumah sakit perujuk menentukan bahwa rumah sakit penerima dapat memenuhi
kebutuhan pasien akan perawatan yang berkelanjutan.
APKP.4.2 Rumah sakit penerima diberi rangkuman tertulis tentang kondisi klinis pasien dan
intervensi atau tindakan yang telah dilakukan rumah sakit perujuk.
APKP.4.3 Selama proses pemindahan, seorang staf yang andal memantau kondisi pasien.
Transportasi
APKP.5 Proses untuk merujuk, memindahkan, atau memulangkan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan,
Standar APKP.1
Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk layanan rawat jalan berdasarkan kebutuhan
perawatan kesehatan mereka yang teridentifikasi dan misi serta sumber daya rumah sakit.
Standar APKP.1.1
Rumah sakit memiliki proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran pasien rawat jalan.
48
Kebijakan juga terkait dengan bagaimana pasien dikelola ketika fasilitas rawat inap terbatas atau tidak ada ruang
yang tersedia untuk memasukkan pasien ke unit yang sesuai. (Juga lihat PP.1, EP 1)
Standar APKP.1.1.1
Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera, diberi prioritas untuk asesmen dan pengobatan.
Standar APKP.1.1.2
Kebutuhan pasien akan layanan preventif kuratif, paliatif, dan rehabilitatif diprioritaskan berdasarkan kondisi
pasien pada saat masuk rumah sakit sebagai pasien rawat inap.
49
Standar APKP.1.1.3
Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
(APKP)
Rumah sakit mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien ketika ada sela masa penantian atau kelambatan
layanan diagnostik dan/atau perawatan.
Standar APKP.1.2
Ketika masuk sebagai pasien rawat inap, pasien dan keluarga mendapatkan informasi tentang perawatan yang
diusulkan, hasil yang diharapkan dari perawatan, dan berapa perkiraan biaya perawatannya.
50
1. Pasien dan keluarga diberi informasi saat masuk. (Juga lihat MKI.2, Maksud dan Tujuan)
2. Informasi ini meliputi informasi tentang perawatan yang diusulkan. (Juga lihat MKI.2, EP 1 dan 2)
3. Informasi ini meliputi informasi mengenai hasil yang diharapkan dari perawatan.
4. Informasi ini meliputi informasi mengenai biaya yang diperkirakan kepada pasien atau keluarga.
5. Informasi yang cukup untuk pasien dan keluarga dalam membuat keputusan yang tepat. (Juga lihat
AP.4.1, EP 3)
Standar APKP.1.3
Rumah sakit berupaya mengurangi hambatan fisik, bahasa, budaya, dan hambatan lainnya dalam pengaksesan
dan pemberian layanan.
Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada pasien-pasien yang mungkin
telah berumur, atau menderita cacat, bahasa atau dialeknya beragam, juga budayanya, atau ada hambatan lainnya
yang membuat proses mengakses dan menerima perawatan sangat sulit. Rumah sakit mengidentifikasi hambatanhambatan tersebut dan menerapkan proses untuk mengeliminasi atau mengurangi hambatan bagi pasien yang
berupaya mencari perawatan. Rumah sakit juga mengambil tindakan untuk mengurangi dampak dari hambatanhambatan yang ada pada saat memberikan layanan.
Standar APKP.1.4
Penerimaan atau pemindahan ke atau dari unit yang menyediakan layanan intensif atau layanan khusus
ditentukan kriteria tertentu.
51
1. Rumah sakit telah menetapkan kriteria untuk masuk dan/atau pindah bagi unit-unit atau layanan-layanan
khusus dan intensifnya, termasuk penelitian dan program lain untuk memenuhi kebutuhan khusus pasien.
2. Bila memungkinkan dan sesuai, kriteria berbasis fisiologi.
3. Individu yang tepat terlibat dalam pengembangan kriteria.
4. Staf dilatih menerapkan kriteria.
5. Rekam medik pasien yang dirawat di unit yang memberikan layanan intensif/khusus mempunyai bukti
bahwa mereka memenuhi kriteria untuk layanan tersebut.
6. Rekam medik pasien yang ditransfer atau dilepaskan dari unit berisi bukti layanan intensif/khusus
bahwa mereka tidak lagi memenuhi kriteria untuk layanan tersebut.
Kesinambungan Pelayanan
Standar APKP.2
Rumah sakit merancang dan melaksanakan proses agar dapat memberikan pelayanan perawatan pasien yang
berkesinambungan di rumah sakit dan mengoordinasikan kerja antarpraktisi perawatan kesehatan.
52
4. Kesinambungan dan koordinasi itu jelas dapat dilihat pasien. (Juga lihat HPK.2, EP 1, dan HPK.2.1,
EP 2)
Standar APKP.2.1
Selama semua fase rawat inapnya, selalu ada individu andal tertentu yang dipasrahi tanggung jawab atas perawatan pasien tersebut.
Untuk menjaga kesinambungan pelayanan selama pasien berada di rumah sakit, harus ditentukan dengan jelas
siapa yang bertanggung jawab secara menyeluruh untuk koordinasi dan kesinambungan perawatannya atau
untuk fase tertentu perawatannya. Ia mungkin seorang dokter atau individu handal lainnya. Penanggung jawab
ini dicantumkan dalam laporan pasien atau dengan cara lain agar diketahui staf rumah sakit. Individu yang
bertanggungjawab ini diharapkan dapat memberikan dokumentasi terkait rencana perawatan pasien. Adanya satu
orang yang mengawasi perawatan pasien selama ia tinggal di rumah sakit akan meningkatkan kesinambungan,
koordinasi, kepuasan pasien, kualitas, dan hasil akhir perawatannya; dengan demikian penanggung jawab seperti
ini sangat diperlukan bagi pasien yang sulit atau jenis pasien lain yang ditentukan rumah sakit. Orang ini perlu
berkolaborasi dan berkomunikasi dengan para praktisi layanan kesehatan lain. Selain itu untuk masa cuti, liburan
panjang, atau periode lainnya kebijakan rumah sakit mengidentifikasi proses pengalihan tanggungjawab dari
penanggung jawab satu ke yang lain. Dalam kebijakan ini diidentifikasi siapa saja para konsultan, dokter yang
siap dipanggil, petugas pengganti (locum tenens) atau orang lain yang akan bertanggung jawab dan bagaimana
mereka akan melaksanakan tanggungjawab itu serta mendokumentasikan peran serta mereka.
Ketika seorang pasien berpindah dari satu tempat ke tempat lain (misalnya, dari ruang bedah ke ruang
rehabilitasi), orang yang bertanggungjawab untuk perawatannya dapat berubah dapat juga tidak, sehingga orang
yang sama terus mengawasi perawatannya.
53
layanan atau perawatannya. Dokter atau penanggung jawab perawatan pasienlah yang harus menentukan apakah
pasien sudah siap dipulangkan, sesuai kebijakan dan kriteria terkait atau indikasi untuk rujukan dan pemulangan
yang ditetapkan rumah sakit. Kriteria tertentu juga dapat dipakai untuk menentukan apakah pasien sudah siap
dipulangkan. Demi kontinuitas perawatannya, mungkin saja itu berarti memberikan rujukan ke dokter spesialis,
ahli terapi rehabilitasi atau bahkan menentukan langkah-langkah kesehatan preventif yang akan dilakukan oleh
keluarga di rumah. Sebuah proses yang terorganisir memastikan bahwa setiap kebutuhan pasien akan terpenuhi
oleh praktisi kesehatan atau rumah sakit lain yang tepat. Kalau perlu, proses ini termasuk merujuk pasien ke
sumber daya perawatan di luar wilayah. Begitu ada indikasi, rumah sakit merancang kebutuhan perawatan
lanjutan seawal mungkin. Keluarga dilibatkan dalam proses perencanaan pemulangan agar sesuai dengan pasien
dan kebutuhannya.
Ketika rumah sakit itu mengizinkan pasien meninggalkan rumah sakit untuk jangka waktu tertentu misalnya,
izin pulang di akhir minggu, ada kebijakan dan prosedur yang mengatur proses ini.
Standar APKP.3.1
Rumah sakit bekerja sama dengan praktisi kesehatan dan instansi luar untuk memastikan perujukan yang sesuai
dan tepat waktu.
54
2. Rumah Sakit mengidentifikasi siapa dan mana saja praktisi kesehatan, rumah sakit, dan orang-orang di
komunitasnya yang paling sesuai dengan layanan yang diberikannya dan jenis pasien yang dilayaninya.
(Juga lihat PPKP.3, EP 2)
3. Bilamana mungkin, rujukan ke luar rumah sakit menyebutkan secara pasti individu atau rumah sakit
tertentu di komunitas tempat tinggal pasien.
4. Bila memungkinkan, rujukan dilakukan hanya untuk layanan yang bersifat mendukung.
Standar APKP.3.2
Catatan klinis pasien rawat inap berisi salinan resume medis pasien pulang.
Standar APKP.3.2.1
resume medis pasien pulang pasien rawat inap telah dilengkapi.
55
3. Resume medis pasien pulang berisi prosedur diagnostik dan prosedur terapi yang telah dilakukan
4. Resume medis pasien pulang berisi obat-obatan yang penting, termasuk obat yang harus dibawa pulang
5. Resume medis pasien pulang yang berisi kondisi/status pasien pada saat pemulangan
6. Resume medis pasien pulang berisi instruksi tindak lanjut.
Standar APKP.3.3
Rekam medis pasien rawat jalan yang mendapatkan perawatan berkelanjutan berisi rangkuman seluruh diagnosis
yang diketahui, alergi obat, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dan setiap prosedur pembedahan serta rawat
inap di masa lalu.
Standar APKP.3.4
Pasien dan, bila sesuai, keluarganya diberi instruksi tindak-lanjut yang bisa dipahami.
56
keluarga dilibatkan dalam proses ini. Keluarga juga dilibatkan bila mereka ikut berperan dalam memberikan
proses perawatan berkelanjutan.
Rumah sakit memberi instruksi kepada pasien dan, bila sesuai, keluarganya dengan cara yang sederhana dan
mudah dimengerti. Instruksi diberikan secara tertulis atau dalam bentuk yang paling mudah dipahami pasien.
1. Instruksi tindak lanjut diberikan dalam bentuk dan cara yang mudah dipahami pasien/atau keluarganya.
2. Instruksi mencakup pemeriksaan kembali untuk perawatan tindak-lanjut.
3. Instruksi mencakup kapan diperlukan perawatan yang mendesak.
4. Keluarga diberi petunjuk tentang perawatan yang diperlukan bagi kondisi pasien.
Standar APKP.3.5
Rumah sakit memiliki proses untuk mengelola dan menindaklanjuti pasien yang pulang tanpa izin dokter.
Standar APKP.4
Pasien dirujuk ke rumah sakit lain berdasarkan status dan kebutuhan untuk memenuhi keperluan perawatan yang
berkelanjutan.
57
1. Rujukan pasien dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien akan perawatan berkelanjutan (Juga lihat
APKP.1.1.1, EP 4, dan TKKA.6.1, EP 3)
2. Proses rujukan menangani bagaimana pertanggungjawaban dialihkan ke praktisi atau lokasi berbeda
(Juga lihat APKP.1.1.1, EP 4, dan TKKA.6.1, EP 3)
3. Proses rujukan menangani siapa yang bertanggung jawab selama pemindahan berlangsung dan apa
saja pasokan dan peralatan yang diperlukan selama proses pemindahan tersebut.
(Juga lihat TKKA.6.1, EP 3)
4. Proses rujukan menangani situasi di mana rujukan tidak mungkin dilakukan. (Juga lihat TKKA.6.1, EP 3)
5. Pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih sesuai (Juga lihat APKP.1.1.1, EP 4)
Standar APKP.4.1
Rumah sakit perujuk menentukan bahwa rumah sakit penerima dapat memenuhi kebutuhan pasien akan
perawatan yang berkelanjutan.
Standar APKP.4.2
Rumah sakit penerima diberi rangkuman tertulis tentang kondisi klinis pasien dan tindakan yang telah dilakukan
rumah sakit perujuk.
58
1. Catatan klinis atau rangkuman medik pasien diikutsertakan bersama rujukan pasien.
2. Rangkuman klinik berisi status pasien.
3. Rangkuman klinik meliputi berbagai prosedur dan tindakan lain yang tersedia.
(Juga lihat APKP.1.1.1, EP 4)
4. Rangkuman klinik juga meliputi kebutuhan perawatan pasien yang berkelanjutan.
(juga lihat APKP.1.1.1, EP 4)
Standar APKP.4.3
Selama proses pemindahan, seorang staf yang andal memantau kondisi pasien.
Standar APKP.4.4
Proses pemindahan ini didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Standar APKP.5
Proses untuk merujuk, memindahkan atau memulangkan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan, mencakup
perencanaan transportasinya.
59
kebutuhan transportasinya. Jenis transportasi bisa bervariasi dan mungkin berupa ambulan atau kendaraan
lain yang dimiliki rumah sakit atau sumber lain yang ditunjuk keluarga atau keluarga dan/atau teman yang
menyediakannya. Transportasi yang dipilih juga bergantung pada kondisi dan status pasien.
Kendaraan milik rumah sakit yang digunakan sebagai transportasi harus memenuhi hukum dan peraturan
yang berlaku terkait dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaannya. Rumah sakit menetapkan kondisi
transportasi yang berisiko terpapar pada infeksi dan menerapkan strategi untuk menekan risiko infeksi. (Juga
lihat bab PPI tentang kepatuhan pada standar pengendalian infeksi yang tepat guna.) Obat-obatan dan peralatan
lain yang diperlukan dalam mobil disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang dipindahkan. Sebagai contoh,
membawa pulang pasien lanjut usia dari kunjungan rawat jalan sangat berbeda dengan memindahkan pasien
dengan penyakit menular atau pasien luka bakar ke rumah sakit lain.
60
Jika rumah sakit menyewa jasa transportasi, maka rumah sakit harus yakin bahwa kontraktor telah memenuhi
standar baku bagi keselamatan pasien dan keamanan kendaraan.
Dalam segala hal, rumah sakit harus mengevaluasi kualitas dan keamanan dari jasa layanan transportasi, termasuk
menanggapi, mengevaluasi, dan menerima keluhan mengenai penyediaan transportasi.
62
Gambaran Umum
Setiap pasien itu unik, dengan kebutuhan, keunggulan, nilai-nilai, dan keyakinannya masing-masing. Organisasi
pelayanan kesehatan berkarya untuk mewujudkan rasa percaya pada pasien, menjalin komunikasi terbuka dengan
mereka, serta untuk memahami dan melindungi nilai-nilai budaya, psikososial, dan spiritual mereka.
Hasil perawatan akan menjadi lebih baik jika pasien dan bila perlu, keluarganya atau wakil mereka yang
mengambil keputusan bagi mereka, dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan proses perawatan pasien sesuai
dengan rasa budaya mereka.
Untuk meningkatkan hak-hak pasien di sebuah organisasi pelayanan kesehatan, awalnya haruslah mendefinisikan
dahulu hak-hak tersebut, baru kemudian pasien dan staf diedukasi tentang hak-hak tersebut. Pasien diberitahu
tentang hak mereka dan bagaimana penerapannya. Para staf atau karyawan dididik untuk memahami dan
menghargai keyakinan dan nilai-nilai yang dianut pasien serta merawat mereka dengan penuh perhatian dan rasa
hormat yang menjunjung tinggi martabat pasien.
Bab ini membahas proses untuk
l mengidentifikasi, melindungi, dan meningkatkan hak-hak pasien;
l memberi informasi kepada pasien tentang hak mereka;
l melibatkan keluarga pasien, bila memungkinkan, dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan
pasien;
l mendapatkan informed consent, dan
l mendidik staf tentang hak-hak pasien.
Bagaimana rumah sakit menjalankan berbagai proses ini harus didasarkan atas hukum dan peraturan negaranya
berikut konvensi, perjanjian atau kesepakatan internasional terkait hak asasi manusia yang berlaku di negara itu.
Proses ini terkait dengan bagaimana rumah sakit memberikan perawatan kesehatan secara memadai, sesuai
dengan struktur sistem penyediaan perawatan kesehatan dan mekanisme pembiayaannya di negara bersangkutan.
Bab ini juga membahas hak-hak pasien dan keluarga yang berhubungan dengan penelitian, donasi dan
transplantasi organ dan jaringan tubuh.
63
Standar
Berikut ini adalah daftar semua standar untuk fungsi di atas. Demi kenyamanan Anda, standar-standar ini
disajikan tanpa tujuan atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang masing-masing standar dapat
dilihat di bagian berikutnya dalam bab ini, Standar, Tujuan, dan Elemen Penilaian.
HPK.1 Rumah sakit bertanggung jawab menyediakan proses yang mendukung hak-hak pasien dan
keluarganya selama ia dirawat.
HPK.1.1 Perawatan diberikan secara tulus dan menghormati nilai-nilai serta keyakinan pribadi
para pasien.
HPK.1.1.1 Rumah sakit memiliki proses untuk menanggapi permintaan pasien dan keluarganya
dalam memperoleh pelayanan pastoral atau permintaan serupa yang berhubungan dengan
keyakinan agama dan spiritual mereka.
HPK.1.2 Perawatan diberikan dengan menghormati kebutuhan privasi pasien.
HPK.1.3 Rumah sakit mengambil langkah-langkah melindungi harta benda pasien dari pencurian
atau hilang.
HPK.1.4 Pasien dilindungi dari penganiayaan fisik.
HPK.1.5 Anak-anak, orang dengan keterbatasan, kaum lanjut usia, dan mereka yang berisiko
mendapatkan perlindungan yang memadai.
HPK.1.6 Informasi tentang pasien bersifat rahasia.
HPK.2 Rumah sakit mendukung hak-hak pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi dalam proses perawatan.
HPK.2.1 Rumah sakit memberi informasi kepada pasien dan keluarga dengan cara dan bahasa
yang mudah dipahami, tentang proses penginformasian kondisi kesehatan dan diagnosis
apa pun yang sudah pasti, bagaimana mereka akan diberi tahu tentang rencana perawatan
dan pengobatan, dan bagaimana mereka bisa berperan serta dalam mengambil keputusan
perawatan sampai sejauh mereka ingin terlibat.
HPK.2.1.1 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana mereka akan
diberi informasi tentang hasil perawatan dan pengobatan, termasuk hasil yang tak terduga,
dan siapa yang akan memberitahu mereka.
HPK.2.2 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang hak dan tanggung jawab
mereka terkait dengan penolakan atau penghentian pengobatan.
HPK.2.3 Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk tidak memberikan per
napasan buatan; dan meneruskan atau menghentikan perawatan yang mempertahankan
denyut kehidupan.
HPK.2.4 Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan pengelolaan rasa
sakit yang tepat.
HPK.2.5 Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan perawatan penuh rasa hormat
dan kasih sayang menjelang akhir kehidupannya.
HPK.3 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang proses mereka menerima dan menanggapi
keluhan, tindakan mereka tindakan mereka bila ada konflik dan perbedaan pendapat tentang perawatan pasien, dan hak pasien untuk berperan serta dalam semua proses ini.
HPK.4 Staf rumah sakit diedukasi tentang peran mereka dalam mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan
pasien serta dalam melindungi hak-hak pasien.
HPK.5 Semua pasien diberitahu tentang hak dan tanggung jawab mereka dengan cara dan bahasa yang mudah
dipahami.
Informed Consent
HPK.6 Informed consent pasien diperoleh melalui cara yang telah ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh
petugas terlatih dalam bahasa yang mudah dipahami pasien.
64
HPK.6.1
HPK.6.2
HPK.6.3
HPK.6.4
Penelitian
HPK.7 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang cara mendapatkan akses ke penelitian
klinis, pemeriksaan klinis, atau uji klinis yang melibatkan manusia.
HPK.7.1 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana pasien yang memilih
berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis atau uji klinis, akan dilindungi.
HPK.8 Informed consent diperoleh sebelum pasien berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis,
dan uji klinis.
HPK.9 Rumah sakit memiliki komite/atau cara lain untuk mengawasi seluruh penelitian di dalam rumah sakit
yang melibatkan manusia.
Donasi Organ
HPK.10 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana memutuskan untuk mendonasikan organ dan jaringan tubuh lainnya.
HPK.11 Rumah sakit melakukan pengawasan terhadap pengambilan dan transplantasi organ dan jaringan tubuh.
65
Rumah sakit menghormati hak pasien dan dalam beberapa keadaan tertentu juga hak keluarga pasien hak
prerogatifnya untuk menentukan informasi mengenai perawatan apa saja yang bisa disampaikan kepada keluarga
atau orang lain, dan di bawah kondisi apa saja. Sebagai contoh, pasien mungkin tidak ingin diagnosis penyakitnya
diberitahukan kepada keluarganya.
Hak-hak pasien dan keluarga merupakan unsur mendasar dari seluruh hubungan antar-organisasi, staf, dan
pasien serta keluarga. Dengan demikian, kebijakan dan prosedur yang dikembangkan dan diimplementasikan
adalah untuk memastikan agar seluruh karyawan menyadari dan bertanggung jawab terhadap permasalahan
hak pasien dan keluarganya ketika mereka berinteraksi dengan dan merawat mereka di rumah sakit itu. Rumah
sakit menerapkan proses kolaboratif dan inklusif untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur, dan apabila
diperlukan, juga melibatkan para pasien dan keluarganya selama proses tersebut
Standar HPK.1.1
Perawatan diberikan secara tulus dan menghormati nilai-nilai serta keyakinan pribadi para pasien
Standar HPK.1.1.1
Rumah sakit memiliki proses untuk menanggapi permintaan pasien dan keluarganya dalam memperoleh atas
pelayanan pastoral atau permintaan serupa yang berhubungan dengan keyakinan spiritual dan kepercayaan pasien.
66
Nilai-nilai dan keyakinan tertentu dianut seluruh pasien dan kerap kali bersumber dari budaya dan keagamaan.
Nilai dan keyakinan lainnya adalah dari pasien itu sendiri. Semua pasien didukung untuk menjalankan keyakinan
mereka dengan cara juga menghormati kepercayaan orang lain.
Nilai-nilai dan keyakinan yang dipegang teguh bisa ikut membentuk proses perawatan dan bagaimana pasien
bereaksi terhadap perawatan itu. Dengan demikian, setiap praktisi kesehatan berupaya memahami perawatan dan
layanan yang diberikan di dalam konteks keyakinan dan nilai-nilai yang dianut pasien.
Ketika seorang pasien atau keluarganya ingin berbicara dengan seseorang dari aliran agama atau aliran spiritual
tertentu, rumah sakit memiliki cara untuk menanggapi permintaan tersebut. Proses ini dapat dilakukan melalui
petugas agama setempat, sumber daya setempat atau sumber acuan keluarga. Proses menanggapi hal ini akan
menjadi lebih rumit, misalnya, jika rumah sakit atau negara itu tidak secara resmi mengakui dan/atau memiliki
sumber-sumber terkait dengan agama atau kepercayaan yang sesuai dengan permintaan mereka.
Standar HPK.1.2
Perawatan diberikan dengan menghormati kebutuhan privasi pasien.
Standar HPK.1.3
Rumah sakit mengambil langkah-langkah untuk melindungi harta benda pasien dari pencurian atau hilang.
67
Standar HPK.1.4
Pasien dilindungi dari penganiayaan fisik.
Standar HPK.1.5
Anak-anak, orang dengan keterbatasan, kaum lanjut usia, dan mereka yang berisiko mendapatkan perlindungan
yang memadai.
68
Standar HPK.1.6
Informasi tentang pasien bersifat rahasia.
Informasi medis dan kesehatan lainnya, apabila didokumentasikan dan dikumpulkan, penting artinya untuk
memahami pasien dan kebutuhannya serta untuk memberikan perawatan dan layanan dari waktu ke waktu.
Informasi ini mungkin secara tertulis atau dalam bentuk elektronik atau kombinasi dari keduanya. Rumah sakit
menghargai informasi itu dan memperlakukannya secara rahasia. Kebijakan dan prosedur tertentu diterapkan
oleh rumah sakit untuk melindungi agar informasi tidak hilang atau disalahgunakan. Bilamana dibutuhkan
menurut hukum dan peraturan yang ada, maka informasi diberikan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku.
Staf rumah sakit menjaga kerahasiaan pasien dengan tidak mencantumkan keterangan penyakit pasien di pintu
atau di ruang perawat dan tidak membahas tentang penyakit pasien di tempat umum. Staf rumah sakit memahami
hukum dan peraturan terkait dengan kerahasiaan penyakit pasien dan memberitahu pasien tentang bagaimana
rumah sakit menghormati dan memegang teguh kerahasiaan informasi tersebut. Pasien juga diberitahu tentang
kapan dan dalam kondisi apa saja informasi mungkin dibagikan dan bagaimana cara memperoleh izin dari mereka.
Rumah sakit memiliki kebijakan yang menetapkan bahwa pasien memiliki akses terhadap informasi tentang kesehatan mereka dan cara mengaksesnya jika dizinkan. (Juga lihat MKI.10, EP 2, dan MKI.16, Maksud dan Tujuan)
Standar HPK.2
Rumah sakit mendukung hak-hak pasien dan keluarganya untuk berperan serta dalam proses perawatan.
69
dalam maupun di luar rumah sakit. Seluruh karyawan dididik untuk memahami kebijakan dan prosedur rumah
sakit serta peranan mereka untuk mendukung hak pasien dan keluarga mereka ikut berperan serta dalam proses
perawatan
Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung dan meningkatkan peran serta pasien dan
keluarganya dalam proses perawatan. (Juga lihat APKP.2, EP 4; APKP.3.5, EP 1; PP.7.1, EP 5; PPKP.2,
EP 5; PPKP.5, EP 2; HPK.2,, dan APKP.3, EP 3 )
Kebijakan dan prosedur mendukung hak pasien mencari pendapat kedua tanpa enggan bekerjasama
untuk merawat mereka baik di dalam maupun di luar rumahsakit.
Karyawan rumah sakit dididik untuk memahami kebijakan dan prosedur serta peranan mereka dalam
mendukung peranserta pasien dan keluarganya dalam proses perawatan.
Standar HPK.2.1
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami, tentang proses
penginformasian kondisi kesehatan dan diagnosis apa pun yang sudah pasti, bagaimana mereka akan diberitahu
tentang rencana perawatan dan pengobatan, dan bagaimana mereka bisa berperan serta dalam mengambil
keputusan perawatan sampai sejauh mereka ingin terlibat.
Standar HPK.2.1.1
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana mereka akan diberi informasi tentang hasil
perawatan dan pengobatan, termasuk hasil akhir yang tak terduga, dan siapa yang akan memberitahu mereka.
70
Standar HPK.2.2
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang hak dan tanggung jawab mereka terkait dengan
penolakan atau penghentian pengobatan.
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang hak-hak mereka untuk menolak atau
menghentikan pengobatan. (Juga lihat APKP.3.5, EP 2)
Rumah sakit memberi tahu pasien tentang konsekuensi dari keputusan mereka. (Juga lihat APKP.3.5, EP 2)
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya mengenai tanggung jawab mereka terkait dengan
keputusan tersebut.
Rumah sakit memberi tahu pasien tentang perawatan yang tersedia dan pengobatan alternatif.
Standar HPK.2.3
Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk tidak memberikan resusitasi dan meneruskan atau
menghentikan perawatan yang mempertahankan denyut kehidupan.
71
Untuk memastikan bahwa proses pengambilan keputusan terkait dengan melaksanakan keinginan pasien itu tetap
konsisten, rumah sakit mengembangkan kebijakan dan prosedur melalui suatu proses yang melibatkan banyak
pakar dan dari berbagai sudut pandang. Kebijakan dan prosedur ini kemudian mengidentifikasi akuntabilitas dan
tanggung jawab serta bagaimana proses itu didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
1.
2.
3.
4.
5.
Rumah sakit telah mengidentifikasi posisinya dalam mempertahankan layanan resusitasi dan melepaskan
atau mencaput perawatan yang mempertahankan denyut kehidupan
Posisi rumah sakit sesuai dengan norma budaya dan kepercayaan masyarakat dan setiap persyaratan
hukum atau peraturan yang berlaku.
Rumah sakit memandu para ahli kesehatan mengenai pertimbangan etika dan hukum dalam
melaksanakan keinginan pasien tersebut.
Keputusan pasien/keluarga tentang layanan resusitasi dicantumkan dalam rekam medis.
Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten.
Standar HPK.2.4
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan pengelolaan rasa sakit yang tepat.
Rumah sakit menghormati dan mendukung hak pasien untuk mendapatkan pemeriksaan dan
pengelolaan rasa nyeri yang tepat. (Juga lihat PP.7.1, EP 1)
Petugas rumah sakit memahami pengaruh pribadi, budaya, dan masyarakat terhadap hak pasien untuk
melaporkan rasa nyeri dan memperoleh pemeriksaan dan pengelolaan rasa nyeri yang tepat.
Standar HPK.2.5
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan perawatan penuh rasa hormat dan kasih sayang saat
menjelang akhir kehidupannya.
72
gejala primer dan sekunder serta cara mengelola rasa sakit (juga lihat AP.1.7 dan PP.6); tanggapan terhadap
keprihatinan psikologi, sosial, emosional, agama, serta budaya pasien dan keluarganya.(juga lihat HPK.1.1, HPK.
1.1.1, dan HPK.1.2), dan keterlibatan dalam mengambil keputusan tentang perawatannya (juga lihat PP.7,
maksud dan tujuan).
Standar HPK.3
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang proses mereka menerima dan menanggapi keluhan,
tindakan mereka bila ada konflik dan perbedaan pendapat tentang perawatan pasien, dan hak pasien untuk
berperan serta dalam semua proses ini.
Pasien memiliki hak mengutarakan keluhan tentang perawatan mereka dan keluhan tersebut harus ditanggapi dan
bilamana mungkin diselesaikan. Di samping itu, keputusan terkait perawatan kadang-kadang dapat menimbulkan
pertanyaan, konflik atau dilema lain bagi rumah sakit dan pasien, keluarga atau pengambil keputusan yang lain.
Dilema ini mungkin timbul dari masalah akses, perawatan, atau proses pemulangan. Hal-hal ini mungkin sangat
sulit dipecahkan ketika berkaitan dengan masalah misalnya meneruskan layanan resusitasi atau melepaskan atau
mencabut alat yang memperpanjang kehidupan.
Rumah sakit menetapkan proses untuk mencari penyelesaian dari dilema dan keluhan tersebut. Rumah sakit
mengidentifikasi kebijakan dan prosedur bagi mereka yang perlu dilibatkan dalam proses ini dan bagaimana
pasien dan keluarganya ikut berperan serta.
Standar HPK.4
Staf rumah sakit diedukasi tentang peran mereka dalam mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien serta
dalam melindungi hak-hak pasien.
73
Standar HPK.5
Semua pasien diberi tahu tentang hak dan tanggung jawab mereka dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami.
Pernyataan ini sesuai dengan usia pasien, pemahaman, dan bahasa yang digunakan. Ketika komunikasi tertulis
tidak lagi sesuai atau efektif, pasien dan keluarganya diberitahu tentang hak dan kewajiban mereka dalam bahasa
dan cara yang mudah dipahami. (Juga lihat MKI.3, EP 1 dan 2)
Informed Consent
Standar HPK.6
Informed consent pasien diperoleh melalui cara yang telah ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh petugas
terlatih dalam bahasa yang mudah dipahami pasien.
74
Pasien dan keluarga diberi informasi tentang apa saja tes, prosedur, dan perawatan yang memerlukan persetujuan
dan bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan (misalnya, dilakukan secara lisan, dengan menandatangani
formulir persetujuan atau dengan beberapa cara lain). Pasien dan keluarga harus memahami siapa saja selain
pasien yang bisa memberikan izin. Petugas yang ditunjuk telah dilatih untuk memberitahu pasien dan bagaimana
cara memperoleh serta mendokumentasi persetujuan pasien (Juga lihat HPK.8, Maksud dan Tujuan)
Standar HPK.6.1
Pasien dan keluarganya memperoleh informasi memadai tentang penyakit, usulan perawatan, dan praktisi
pelayanan kesehatan sehingga mereka dapat mengambil keputusan tentang perawatannya.
Anggota staf dengan jelas menerangkan setiap usulan atau prosedur kepada pasien dan kalau perlu juga
keluarganya. Informasi yang diberikan meliputi
a) kondisi pasien;
b) usulan perawatan;
c) nama petugas yang memberikan pengobatan;
d) manfaat dan kekurangannya;
e) alternatif yang lain;
f) kemungkinan keberhasilan;
g) kemungkinan masalah terkait dengan proses pemulihan dan
h) kemungkinan hasil akibat tidak dirawat.
Anggota staf juga memberitahu pasien nama dokter atau praktisi lainnya yang paling bertanggung jawab atas
perawatan pasien atau siapa yang berwenang melakukan prosedur atau pengobatan. Sering kali, pasien ingin
bertanya tentang pengalaman dokter yang menangani mereka, lama perawatan di rumah sakit dan pertanyaan
lain sejenisnya. Rumah sakit harus memiliki proses atau cara menanggapi permintaan pasien untuk informasi
tambahan terutama dari para praktisi yang menangani kasus mereka.
Standar HPK.6.2
Rumah sakit menentukan proses, dalam konteks hukum dan budaya yang berlaku, untuk pemberian persetujuan
oleh orang lain.
75
Standar HPK.6.3
Hak Pasien dan Keluarga
(HPK)
Persetujuan umum untuk perawatan yang diperoleh jika pasien menjalani rawat inap atau didaftar untuk pertama
kalinya sebagai pasien rawat jalan, sudah jelas lingkup dan batasannya.
Standar HPK.6.4
Informed consent diperoleh sebelum pembedahan, anestesi, penggunaan darah dan produk darah, serta prosedur
dan perawatan berisiko tinggi lainnya.
76
dan Tujuan)
2. Persetujuan diperoleh sebelum dilakukan anestesi (termasuk pembiusan sedang dan dalam). (Juga lihat
PAB.5.1, maksud dan tujuan dan EP 1)
3. Persetujuan diperoleh sebelum penggunaan darah dan produk darah.
4. Persetujuan diperoleh sebelum prosedur dan perawatan berisiko tinggi.
5. Jati diri orang yang memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya dicatat dalam rekam medis
pasien. (Juga lihat HPK.8, EP 2)
6. Persetujuan ini didokumentasikan dalam rekam medis pasien dengan tanda tangan atau rekaman dari
persetujuan secara lisan. (Juga lihat HPK.8, EP 2)
Standar HPK.6.4.1
Rumah sakit mendaftar seluruh kategori atau jenis perawatan dan prosedur yang membutuhkan informed consent
khusus.
Tidak semua pengobatan dan prosedur memerlukan persetujuan yang khusus atau terpisah. Setiap rumah
sakit mengidentifikasi perawatan dan prosedur berisiko tinggi, rentan masalah, atau prosedur dan perawatan
lainnya yang membutuhkan persetujuan. Rumah sakit mendaftar prosedur dan perawatan ini serta mendidik
petugas untuk memastikan bahwa proses untuk memperoleh persetujuan itu bersifat konsisten. Daftar itu
dikembangkan bersama-sama oleh para dokter dan orang lain yang memberikan perawatan atau menjalankan
prosedur. Daftar ini meliputi prosedur dan perawatan yang disiapkan bagi pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap. Termasuk dalam daftar itu prosedur dan perawatan yang diberikan untuk pasien rawat jalan dan pasien
rawat inap.
Penelitian
Standar HPK.7
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang cara mendapatkan akses ke penelitian klinis,
pemeriksaan klinis, atau uji klinis yang melibatkan manusia.
77
Pasien diberitahu bahwa mereka dapat menolak untuk berpartisipasi atau membatalkan partisipasinya dan bahwa
penolakan atau pembetalan itu tidak akan menganggu akses mereka terhadap layanan rumah sakit. Rumah sakit
memiliki kebijakan dan prosedur untuk memberitahu pasien dan keluarganya tentang hal itu.
Standar HPK.7.1
Hak Pasien dan Keluarga
(HPK)
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana pasien yang memilih berpartisipasi dalam
penelitian klinis, pemeriksaan klinis, atau uji klinis akan dilindungi.
Standar HPK.8
Informed consent diperoleh sebelum pasien berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis, dan uji klinis.
78
atau uji klinis, informed consent diberikan. Informasi yang diberikan pada saat keputusan ikut serta diambil
menjadi dasar dari informed consent - (juga lihat HPK.6, Maksud dan Tujuan). Individu yang memberikan
informasi dan mendapatkan persetujuan dicatat dalam rekam medik pasien.
Standar HPK.9
Rumah sakit memiliki komite atau cara lain untuk mengawasi seluruh penelitian dalam rumah sakit yang
melibatkan pasien/manusia.
1. Rumah sakit memiliki komite atau mekanisme lain untuk mengawasi seluruh penelitian di rumah sakit.
2. Rumah sakit menyusun pernyataan yang jelas mengenai tujuan kegiatan pengawasan.
3. Kegiatan pengawasan termasuk proses penilaian-ulang.
4. Pengawasan termasuk proses mempertimbangkan perkiraan risiko dan manfaat relatif bagi pasien.
5. Pengawasan termasuk proses menjaga kerahasiaan dan keamanan dari informasi penelitian.
Standar HPK.10
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana memutuskan untuk mendonasikan organ
dan jaringan tubuh lainnya.
79
Standar HPK.11
Rumah sakit melakukan pengawasan terhadap pengambilan dan transplantasi organ serta jaringan tubuh.
Kebijakan rumah sakit konsisten dengan hukum dan peraturan yang berlaku serta menghormati nilai-nilai
agama dan budaya masyarakat setempat. Staf rumah sakit sudah terlatih menerapkan kebijakan dan prosedur
untuk mendukung pilihan pasien dan keluarganya. Staf juga terlatih dalam permasalahan terkini terkait dengan
donor organ dan ketersediaan transplan (misalnya, informasi tentang kekurangan organ dan jaringan, pembelian
dan penjualan organ melalui perdagangan pasar gelap, organ-organ tubuh yang didapat tanpa persetujuan para
tahanan yang dieksekusi atau pasien meninggal). Rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk memastikan
adanya persetujuan yang sahih (valid) dari donor yang masih hidup dan pengontrolan yang memadai untuk
mencegah pasien agar tidak merasa terpaksa menjadi donor. Rumah sakit bekerja sama dengan organisasi dan
lembaga lain dalam masyarakat yang bertanggung jawab sebagian atau seluruhnya atas penyediaan, penyimpanan,
transportasi atau proses transplantasi.
* Di beberapa negara, hukum menentukan bahwa setiap orang adalah donor, kecuali ditentukan lain.
80
Asesmen Pasien
(AP)
82
Gambaran Umum
Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan mengenai kebutuhan penanganan pasien
sesegera mungkin dan berkesinambungan. Kebutuhan ini mencakup keadaan gawat darurat, elektif atau untuk
perawatan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah. Asesmen pasien merupakan suatu proses dinamis dan
berlangsung terus-menerus di berbagai keadaan rawat inap dan rawat jalan serta departemen dan klinik. Asesmen
pasien terdiri atas tiga proses utama:
Pengumpulan informasi dan data mengenai status fisik, psikologis dan sosial serta riwayat kesehatan
pasien
Analisis data dan informasi, termasuk hasil tes laboratorium dan pencitraan diagnostik (imaging diagnostic)
untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan pasien
Pengembangan rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah diidentifikasi
Asesmen pasien perlu mempertimbangkan kondisi, usia, kebutuhan kesehatan dan permintaan atau preferensi
pasien. Proses ini paling efektif dilakukan jika berbagai ahli kesehatan yang bertanggung jawab terhadap pasien
bekerja bersama-sama.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, standar-standar berikut disajikan
tanpa maksud dan tujuan ataupun elemen penilaian. Untuk informasi lebih lanjut mengenai standar tersebut
silahkan lihat bagian berikutnya dalam bab ini yakni Standar, Tujuan, dan Elemen Penilaian.
Asesmen Pasien
(AP)
AP.1 Semua pasien yang dirawat oleh rumah sakit diidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatannya melalui
suatu proses asesmen yang telah ditetapkan.
AP.1.1 Rumah sakit telah menetapkan ruang lingkup dan isi asesmen, berdasarkan undang-undang,
peraturan serta standar profesional yang berlaku.
AP.1.2 Asesmen awal setiap pasien mencakup evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi
termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
AP.1.3 Kebutuhan medis dan keperawatan pasien diidentifikasi sejak asesmen awal
dan dicatat dalam rekam medis.
AP.1.3.1 Asesmen medis dan keperawatan awal pasien gawat darurat didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi mereka.
AP.1.4 Penilaian diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan oleh rumah sakit.
AP.1.4.1 Asesmen medis dan keperawatan awal diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah
pasien masuk sebagai pasien rawat inap atau sebelumnya seperti yang diindikasikan
oleh kondisi pasien dan kebijakan rumah sakit.
83
AP.1.5 Temuan dari asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan tersedia bagi mereka
yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien.
AP.1.5.1 Asesmen medis awal didokumentasikan sebelum perawatan anestesi atau
pembedahan.
AP.1.6 Pasien diperiksa status gizi dan kebutuhan fungsionalnya dan dirujuk untuk asesmen dan
pengobatan lebih lanjut jika perlu.
AP.1.7 Semua pasien rawat inap dan rawat jalan diperiksa apakah mengalami rasa nyeri dan diperiksa
mengenai rasa nyeri tersebut jika ada.
AP.1.8 Untuk melayani kelompok jenis pasien khusus, rumah sakit melakukan asesmen awal secara
individual.
AP.1.9 Terhadap pasien yang menjelang ajal dan keluarganya dilakukan asesmen dan asesmen ulang
berdasarkan kebutuhan mereka masing-masing.
AP.1.10 Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya asesmen khusus tambahan.
AP.1.11 Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya perencanaan pemulangan.
AP.2 Semua pasien diases ulang dengan interval tertentu berdasarkan kondisi dan pengobatan mereka untuk
mengetahui respons mereka terhadap pengobatan. Selain itu juga untuk merencanakan perawatan
lanjutan atau pemulangan.
AP.3 Individu yang memenuhi kualifikasi melaksanakan sesmen dan asesmen ulang.
AP.4 Dokter, perawat serta individu dan layanan lain yang bertanggung jawab terhadap perawatan pasien
bekerja sama untuk menganalisis dan mengintegrasikan asesmen pasien.
AP.4.1 Kebutuhan perawatan yang paling mendesak atau paling penting diidentifikasi.
Layanan Laboratorium
AP.5 Layanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien. Semua layanan seperti itu memenuhi
standar lokal dan nasional, undang-undang, dan peraturan yang berlaku.
AP.5.1 Terdapat suatu program yang menjamin keselamatan laboratorium yang dijalankan dan
didokumentasikan.
AP.5.2 Pengujian dan interpretasi hasilnya dilakukan oleh individu dengan kualifikasi dan
pengalaman yang tepa.
AP.5.3 Hasil laboratorium tersedia secara tepat waktu seperti yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
AP.5.3.1 Terdapat suatu proses untuk melaporkan hasil-hasil kritis suatu pengujian
diagnostik yang kritis.
AP.5.4 Semua peralatan yang digunakan untuk uji laboratorium diinspeksi, dipelihara dan
dikalibrasi secara berkala. Dokumentasi yang sesuai dibuat untuk kegiatan tersebut.
AP.5.5 Reagen penting dan perlengkapan penting lainnya tersedia secara teratur dan dievaluasi untuk
memastikan akurasi dan presisi hasil.
AP.5.6 Prosedur untuk mengumpulkan, mengidentifikasi, menangani, memindahkan secara
aman, dan membuang spesimen diikuti.
AP.5.7 Digunakan norma dan rentang yang telah berlaku umum untuk menginterpretasi dan
melaporkan hasil laboratorium klinis.
AP.5.8 Orang (-orang) yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan
laboratorium klinis atau layanan patologi.
AP.5.9 Terdapat prosedur pengendalian mutu yang dijalankan dan didokumentasikan.
AP.5.9.1 Terdapat suatu proses untuk uji keahlian (profiency testing).
AP.5.10 Rumah sakit menilai ulang hasil pengendalian mutu secara berkala untuk semua sumber luar
laboratorium.
AP.5.11 Rumah sakit memiliki akses ke pakar di bidang diagnostik khusus bila diperlukan.
Asesmen Pasien
(AP)
84
Asesmen Pasien
(AP)
85
Informasi penilaian yang perlu diperoleh untuk pasien rawat inap ditentukan oleh kebijakan dan
prosedur rumah sakit.
Informasi penilaian yang perlu diperoleh untuk pasien rawat jalan ditentukan oleh kebijakan dan
prosedur rumah sakit.
Informasi yang perlu didokumentasikan untuk penilaian ditentukan oleh kebijakan rumah sakit.
Standar AP.1.1
Rumah sakit telah menetapkan ruang lingkup dan isi asesmen, berdasarkan undang-undang, peraturan serta
standar profesional yang berlaku.
Asesmen Pasien
(AP)
Untuk menilai kebutuhan pasien secara konsisten maka kebijakan rumah sakit adalah menentukan isi minimum
suatu asesmen yang akan dilaksanakan oleh dokter, perawat dan bidang klinis lainnya. Asesmen dilaksanakan
oleh setiap bidang dalam ruang lingkup praktik, lisensi, undang-undang dan peraturan yang berlaku atau
sertifikasinya. Hanya individu yang memenuhi kualifikasi yang melakukan asesmen tersebut. Setiap format yang
digunakan untuk asesmen mencerminkan kebijakan ini. Rumah sakit menetapkan kegiatan asesmen untuk
berbagai macam rawat inap dan rawat jalan di mana perawatan diberikan. Rumah sakit menetapkan elemen yang
umum bagi semua asesmen dan mendefinisikan perbedaan-perbedaan yang diizinkan di lingkup asesmen layanan
medis umum dan spesialistik. Asesmen yang ditetapkan dalam kebijakan dapat dijalankan oleh lebih dari satu
individu yang memenuhi kualifikasi dan pada waktu yang berbeda. Semua isi asesmen tersebut harus tersedia
pada saat pengobatan dimulai.
86
Isi minimum penilaian ditetapkan untuk setiap bidang klinis yang menjalankan asesmen dan merinci
elemen yang dibutuhkan untuk pemeriksaan riwayat medis dan fisik. (Juga lihat PAB.3, EP 3, dan
PAB.4, EP 1)
Hanya individu yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan oleh lisensi, undang-undang ,dan peraturan
yang berlaku atau sertifikasi yang melaksanakan penilaian.
Isi minimum penilaian yang dijalankan dalam kondisi rawat inap ditetapkan dalam kebijakan. (Juga lihat
AP.1.2, EP 1)
4. Isi minimum penilaian yang dijalankan dalam kondisi rawat jalan ditetapkan dalam kebijakan.
Standar AP.1.2
Asesmen awal setiap pasien mencakup evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi termasuk pemeriksaan
fisik dan riwayat kesehatan.
Untuk menyediakan informasi ini, asesmen awal mencakup evaluasi status medis pasien melalui pemeriksaan
fisik dan riwayat kesehatannya. Asesmen psikologi menentukan status emosional pasien (misalnya, apakah
pasien mengalami depresi, merasa takut atau bersikap agresif dan dapat melukai dirinya sendiri atau orang
lain). Pengumpulan informasi sosial pasien bukan dimaksudkan untuk mengklasifikasikan pasien. Sebaliknya,
konteks sosial, budaya, keluarga dan ekonomi merupakan faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi
responsnya terhadap penyakit dan pengobatan. Keluarga dapat sangat membantu dalam area asesmen ini dan
dalam memahami keinginan dan preferensi pasien selama proses asesmen. Faktor ekonomi dinilai sebagai
bagian dari asesmen sosial atau diases terpisah jika pasien dan keluarganya bertanggung jawab akan biaya untuk
semua atau sebagian perawatan selama rawat inap atau setelah pemulangan. Berbagai individu yang memenuhi
kualifikasi dapat dilibatkan dalam asesmen seorang pasien. Faktor yang paling penting adalah asesmen tersebut
lengkap dan tersedia (juga lihat MKI.7, EP 2) bagi mereka yang merawat pasien. (Juga lihat AP.1.7, EP 1,
mengenai asesmen nyeri)
Semua rawat inap dan rawat jalan memiliki penilaian awal yang mencakup riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam kebijakan rumah sakit. (Juga
lihat AP.1.1, EP 3)
Setiap pasien menerima penilaian psikologis awal seperti yang diindikasikan oleh kebutuhannya.
Setiap pasien menerima penilaian sosial dan ekonomi awal seperti yang diindikasikan oleh kebutuhannya.
Penilaian awal menghasilkan diagnosis awal.
Standar AP.1.3
Asesmen Pasien
(AP)
Kebutuhan medis dan keperawatan pasien diidentifikasi sejak asesmen awal dan dicatat dalam rekam medis.
Standar AP.1.3.1
Asesmen medis dan keperawatan awal pasien keadaan darurat didasarkan pada kebutuhan dan kondisi mereka.
87
asesmen medis dan keperawatanlah yang terpenting untuk memulai perawatan, asesmen tambahan dapat pula
dilaksanakan oleh praktisi perawatan kesehatan lain, termasuk asesmen khusus (juga lihat AP.1.8), dan asesmen
yang khas untuk individu tertentu (juga lihat AP.1.7). Asesmen-asesmen ini harus diintegrasikan (juga lihat AP.4)
dan kebutuhan perawatan yang paling mendesak diidentifikasi (juga lihat .4.1).
Dalam keadaan gawat darurat, mungkin saja asesmen medis dan keperawatan awal hanya terbatas pada
kebutuhan dan kondisi pasien yang terlihat. Di samping itu, apabila tidak ada waktu untuk mencatat riwayat
lengkap dan pemeriksaan fisik seorang pasien gawat darurat yang membutuhkan pembedahan, maka dibuat
catatan singkat dan diagnosis praoperasi sebelum pembedahan.
Kebutuhan medis pasien diidentifikasi oleh asesmen awal yang didokumentasikan, riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, dan asesmen lainnya yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pasien yang ter-
identifikasi.
Kebutuhan keperawatan pasien diidentifikasi oleh asesmen perawat yang didokumentasikan, penilaian
medis, dan asesmen lainnya dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pasien.
Kebutuhan medis pasien yang diidentifikasi didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
Kebutuhan keperawatan pasien yang diidentifikasi didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
Kebijakan dan prosedur disusun agar semua area dijalankan secara konsisten.
Standar AP.1.4
Asesmen diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan oleh rumah sakit.
Asesmen Pasien
(AP)
Apabila suatu asesmen diselesaikan sebagian atau seluruhnya di luar rumah sakit (misalnya, di ruang praktik konsultan bedah) maka hasilnya dinilai ulang dan/atau diverifikasi pada saat penerimaan sebagai pasien rawat inap,
sesuai dengan jeda waktu antara pelaksanaan asesmen luar tersebut dan saat penerimaan (juga lihat AP.1.4.1), sejauh
mana kritisnya hasil tersebut, kompleksitas pasien, serta perawatan dan pengobatan yang direncanakan (misalnya
penilaian ulang tersebut mengkonfirmasi kejelasan diagnosis serta prosedur atau pengobatan yang direncanakan;
peralatan radiograf yang dibutuhkan dalam pembedahan; adanya perubahan dalam kondisi pasien seperti kontrol
terhadap gula darah serta mengidentifikasi tes laboratorium penting apa yang mungkin perlu diulang).
88
3. Hasil semua asesmen yang dilakukan di luar rumah sakit dinilai ulang dan/atau diverifikasi pada saat
penerimaan sebagai pasien rawat inap. (Juga lihat AP.1.4.1 untuk bagian memperbarui dan mengulang
asesmen medis yang sudah lebih dari 30 hari; juga lihat MKI.6, EP 1)
Standar AP.1.4.1
Asesmen medis dan keperawatan awal diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk sebagai pasien rawat
inap seperti yang diindikasikan oleh kondisi pasien dan kebijakan rumah sakit.
Asesmen medis awal dilakukan dalam waktu 24 jam pertama setelah pasien masuk sebagai pasien rawat
inap atau lebih awal seperti diindikasikan oleh kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
Asesmen keperawatan awal dilakukan dalam waktu 24 jam pertama setelah pasien masuk sebagai pasien
rawat inap atau lebih awal seperti diindikasikan oleh kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
Asesmen medis awal yang dilakukan sebelum pasien masuk sebagai pasien rawat inap atau sebelum
prosedur rawat jalan di rumah sakit tidak berlangsung lebih dari 30 hari atau riwayat kesehatan telah
diperbarui dan pemeriksaan fisik diulang.
Untuk asesmen yang berusia kurang dari 30 hari, perubahan-perubahan signifikan dalam kondisi pasien
semenjak asesmen dicatat dalam rekam medis pada saat penerimaan pasien sebagai pasien rawat inap.
Standar AP.1.5
Temuan-temuan dari asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan tersedia bagi mereka yang
bertanggung jawab untuk perawatan pasien.
Asesmen Pasien
(AP)
89
Standar AP.1.5.1
Asesmen medis awal didokumentasikan sebelum perawatan anestesi atau penanganan bedah.
Standar AP.1.6
Pasien diperiksa status gizi dan kebutuhan fungsionalnya dan dirujuk untuk asesmen dan pengobatan lebih lanjut
jika perlu.
Asesmen Pasien
(AP)
Cara yang paling efektif untuk mengidentifikasi pasien dengan kebutuhan gizi atau fungsional adalah melalui
kriteria skrining. Misalnya, asesmen keperawatan awal dapat memuat kriteria tersebut. Kriteria pemeriksaan
tersebut dikembangkan oleh individu yang memenuhi kualifikasi dan mampu menilai lebih jauh setiap kasus.
Jika perlu individu tersebut juga menyediakan pengobatan pasien yang diperlukan. Misalnya kriteria pemeriksaan
untuk risiko gizi dapat dikembangkan oleh perawat yang akan menerapkan kriteria tersebut, penata diet
(dietitian) yang akan menyediakan intervensi diet yang direkomendasikan dan ahli gizi (nutritionist) yang mampu
mengintegrasikan kebutuhan gizi dengan kebutuhan lain pasien. (Juga lihat PP.5)
90
Standar AP.1.7
Semua pasien rawat inap dan rawat jalan diperiksa apakah mengalami rasa nyeri dan diperiksa mengenai rasa
nyeri tersebut jika ada.
Standar AP.1.8
Untuk melayani kelompok jenis pasien khusus, rumah sakit melakukan asesmen awal secara individual.
Asesmen Pasien
(AP)
Asesmen awal pasien jenis tertentu membutuhkan modifikasi proses penilaian. Modifikasi tersebut didasarkan
pada karakteristik unik atau kebutuhan setiap kelompok jenis pasien. Tiap rumah sakit mengidentifikasi
kelompok pasien khusus dan populasi pasien khusus tersebut dan memodifikasi proses asesmen untuk memenuhi
kebutuhan khusus mereka. Secara khusus, apabila rumah sakit melayani satu atau lebih jenis pasien berkebutuhan
khusus seperti yang tercantum di bawah ini, maka rumah sakit melakukan asesmen yang ditujukan khusus untuk:
Anak-anak
Remaja
Orang tua yang lemah
Pasien dengan sakit terminal/ stadium akhir
Pasien dengan nyeri yang hebat atau kronis
Wanita bersalin
Wanita yang mengalami terminasi kehamilan
Pasien dengan gangguan emosi atau kejiwaan
Pasien yang dicurigai memiliki ketergantungan obat dan/atau alkohol
Korban penganiayaan dan penelantaran
91
Asesmen pasien yang dicurigai memiliki ketergantungan obat dan/atau alkohol dan asesmen korban penganiayaan
dan penelantaran dibuat berdasarkan budaya kelompok jenis pasien yang bersangkutan. Asesmen-asesmen ini
tidak dimaksudkan sebagai proses penyelidikan kasus secara proaktif. Sebaliknya, asesmen pasien ini lebih untuk
merespons kebutuhan dan kondisi mereka dengan cara yang dapat diterima menurut budaya mereka dan bersifat
rahasia.
Proses asesmen ini dimodifikasi supaya sesuai dengan undang-undang dan peraturan lokal serta standar profesional
yang berkaitan dengan kelompok jenis pasien dan situasi semacam itu serta melibatkan keluarga jika sesuai atau
perlu.
Rumah sakit menetapkan kriteria yang mengidentifikasi kapan asesmen kebutuhan khusus tambahan,
spesial atau lebih mendalam perlu dilakukan. Kriteria tersebut dalam bentuk tertulis.
Proses asesmen untuk populasi pasien berkebutuhan khusus dimodifikasi secara tepat untuk mencermin-
kan kebutuhan mereka.
Standar AP.1.9
Terhadap pasien yang menjelang ajal dan keluarganya dilakukan asesmen dan asesmen ulang berdasarkan
kebutuhan mereka masing-masing.
Asesmen Pasien
(AP)
Asesmen dan asesmen ulang perlu disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga pasien apabila
pasien berada pada tahap akhir kehidupan. Asesmen dan asesmen ulang harus mengevaluasi, sesuai dengan
kondisi pasien
a) gejala seperti mual dan kesulitan bernapas
b) faktor yang meringankan atau memperburuk gejala fisik
c) manajemen gejala saat ini dan respons pasien
d) pengarahan spiritual pasien dan keluarganya dan keterlibatan dalam suatu kelompok keagamaan
sebagaimana diperlukan
e) kepentingan atau kebutuhan spiritual pasien dan keluarganya seperti keputusasaan, perasaan menderita,
perasaan bersalah atau kebutuhan untuk dimaafkan;
f) status psikososial pasien dan keluarga seperti hubungan keluarga, kecukupan lingkungan rumah jika
perawatan disediakan di sana, mekanisme mengatasi masalah, dan reaksi pasien beserta keluarganya
terhadap penyakit;
g) kebutuhan untuk layanan dukungan atau peristirahatan bagi pasien, keluarga atau pemberi layanan lainnya
h) kebutuhan akan suatu jenis perawatan atau perawatan alternatif dan
i) faktor risiko pihak yang ditinggalkan, seperti mekanisme keluarga untuk mengatasi kesedihan dan potensi
timbulnya reaksi berkabung yang parah dan tak masuk akal.
92
Standar AP.1.10
Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya asesmen khusus tambahan.
Standar AP.1.11
Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya perencanaan pemulangan.
Terdapat suatu proses untuk mengidentifikasi pasien yang mana perencanaan pemulangan dirinya
adalah sangat penting. (Juga lihat APKP.3, EP 2)
Perencanaan pemulangan bagi pasien ini dimulai segera setelah pasien diterima sebagai pasien rawat
inap. (Juga lihat APKP.3, EP 4)
Standar AP.2
Semua pasien diases ulang pada interval tertentu berdasarkan kondisi dan pengobatan mereka untuk mengetahui respons mereka terhadap pengobatan. Selain itu juga untuk merencanakan perawatan lanjutan atau
pemulangan.
Asesmen Pasien
(AP)
93
pada interval teratur selama perawatan (misalnya staf keperawatan mencatat data-data vital secara berkala
sebagaimana yang dibutuhkan berdasarkan kondisi pasien)
setiap hari oleh seorang dokter untuk pasien perawatan akut atau lebih jarang, seperti yang diatur oleh
kebijakan rumah sakit
menanggapi perubahan signifikan dalam kondisi pasien
diagnosis pasien telah berubah dan perawatan memerlukan perubahan perencanaan dan
menentukan apakah obat-obatan atau pengobatan lainnya telah berhasil dan pasien dapat dipindahkan
atau dipulangkan.
Para pasien diases ulang untuk mengetahui respons mereka terhadap pengobatan. (Juga lihat PAB.5.3,
EP 1 dan 2; PAB.7.3, EP 1 dan 2; MPO.7, ME 1; dan PP.5, EP 3)
Para pasien diases ulang untuk merencanakan melanjutkan pengobatan atau pemulangan. (Juga lihat
APKP.3, EP 2 dan 3; PP.7.1, EP 2; PAB.5.3, EP 1 dan 2; dan AP.1.9, EP 2)
Pasien diases ulang pada interval tertentu berdasarkan kondisi mereka dan apabila terdapat perubahan
signifikan dalam kondisi mereka, perencanaan perawatan dan kebutuhan individual atau berdasarkan
kebijakan dan prosedur rumah sakit. (Juga lihat PAB.3, EP 1, dan PAB.5.3, EP 1)
Dokter mengases ulang pasien setidaknya setiap hari termasuk selama akhir pekan selama tahap perawatan
dan pengobatan yang akut.
Untuk pasien non-akut, kebijakan rumah sakit menetapkan keadaan dan jenis pasien atau populasi
pasien mana yang cukup dengan asesmen seorang dokter kurang dari sehari sekali dan mengidentifikasi
interval asesmen ulang minimum untuk pasien-pasien ini.
Asesmen ulang didokumentasikan dalam rekam medis.
Standar AP.3
Individu yang memenuhi kualifikasi melaksanakan asesmen dan asesmen ulang.
1.
2.
3.
4.
5.
94
Individu yang memenuhi kualifikasi untuk melakukan asesmen dan asesmen ulang pasien ditentukan
oleh rumah sakit.
Yang melakukan asesmen pasien hanya individu yang mempunyai lisensi, diizinkan oleh undang-
undang dan peraturan yang berlaku, atau sertifikasi.
Asesmen darurat dilakukan oleh individu yang memenuhi kualifikasi untuk melakukannya.
Asesmen keperawatan dilakukan oleh individu yang memenuhi kualifikasi untuk melakukannya.
Tanggung jawab mereka yang memenuhi kualifikasi untuk melakukan asesmen dan asesmen ulang
pasien ditetapkan secara tertulis. (Juga lihat KPS.1.1, EP 1 dan 2, dan KPS.10, EP 1)
Standar AP.4
Dokter, perawat serta individu dan layanan lain yang bertanggung jawab terhadap perawatan pasien bekerja sama
untuk menganalisis dan mengintegrasikan asesmen pasien.
Standar AP.4.1
Kebutuhan perawatan yang paling mendesak atau paling penting diidentifikasi.
Standar AP.5
Asesmen Pasien
(AP)
Layanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien. Semua layanan semacam itu memenuhi
standar lokal dan nasional, undang-undang dan peraturan yang berlaku.
95
Layanan laboratorium, termasuk yang diperlukan untuk keadaan darurat, dapat disediakan dalam rumah sakit,
melalui perjanjian dengan rumah sakit lain atau keduanya. Layanan laboratorium tersedia setelah jam kerja untuk
keadaan darurat.
Sumber luar mudah diakses oleh pasien. Rumah sakit memilih sumber luar berdasarkan rekomendasi direktur atau
individu lain yang bertanggung jawab akan layanan laboratorium. Sumber luar layanan laboratorium memenuhi
undang-undang dan peraturan yang berlaku dan diketahui memiliki riwayat mempunyai layanan yang akurat dan
tepat waktu. Pasien diberitahu apabila sumber luar layanan laboratorium dimiliki oleh dokter yang merujuk.
Layanan laboratorium memenuhi standar lokal dan nasional, undang-undang dan peraturan yang
berlaku.
Layanan laboratorium yang memadai, teratur dan nyaman tersedia untuk memenuhi kebutuhan.
Layanan laboratorium darurat tersedia termasuk setelah jam kerja biasa.
Sumber luar dipilih berdasarkan riwayat yang dapat diterima dan kepatuhan terhadap undang-undang
dan peraturan.
Pasien diberitahu mengenai hubungan antara dokter yang merujuk dengan sumber luar layanan
laboratorium. (Juga lihat TKKA.6.1, EP 1)
Standar AP.5.1
Terdapat suatu program yang menjamin keselamatan laboratorium, yang dijalankan dan didokumentasikan.
Asesmen Pasien
(AP)
Laboratorium memiliki suatu program untuk menjamin keselamatan yang aktif dijalankan sesuai dengan
risiko dan bahaya yang dihadapi dalam laboratorium tersebut. Program tersebut membahas praktik-praktik
untuk menjamin keselamatan dan tindak-tindak pencegahan (misalnya stasiun cuci mata, alat untuk mengatasi
tumpahan dan semacamnya) bagi staf laboratorium, staf lain dan pasien jika ada. Program laboratorium tersebut
dikoordinasikan dengan program manajemen keselamatan rumah sakit.
Program manajemen keselamatan laboratorium mencakup
kebijakan dan prosedur tertulis untuk mendukung kepatuhan terhadap standar dan peraturan yang
berlaku;
kebijakan dan prosedur tertulis untuk menangani dan membuang bahan-bahan yang dapat menular dan
berbahaya (juga lihat MKF.5, EP 2, dan PPI.7.2, EP 1 dan 2);
ketersediaan perangkat-perangkat keselamatan yang sesuai dengan praktik-praktik di laboratorium dan
jenis bahaya yang dihadapi;
pengarahan untuk semua staf laboratorium mengenai prosedur dan praktik keselamatan dan
adanya penyuluhan langsung kerja (in-service) untuk prosedur-prosedur baru dan bahan-bahan berba-
haya yang baru diperoleh atau dikenal.
96
Suatu program keselamatan laboratorium yang membahas potensi risiko terhadap keselamatan yang
mungkin terjadi di laboratorium dan area lain di luar laboratorium di mana layanan laboratorium
disediakan. (Juga lihat MKF.4 dan MKF.5)
Program tersebut merupakan bagian dari program manajemen keselamatan rumah sakit. Penanggung
jawabnya harus membuat laporan kepada struktur organisasi yang mengatur keselamatan rumah sakit
tersebut setidaknya setahun sekali dan jika ada suatu peristiwa terjadi. (Juga lihat MKF.4, EP 2)
Kebijakan dan prosedur tertulis membahas penanganan dan pembuangan bahan-bahan yang dapat me-
nular dan berbahaya. (Juga lihat MKF.5, EP 2)
4.
5.
6.
Risiko keselamatan yang diidentifikasi dibahas oleh proses dan/atau perangkat tertentu untuk mengurangi
risiko terhadap keselamatan. (Juga lihat MKF.5, EP 5)
Staf laboratorium diberikan pengarahan mengenai prosedur dan praktik keselamatan. (Juga lihat MKF.11,
EP 1; TKKA.5.4, EP 1 dan 2; dan TKKA.6.1, EP 1)
Staf laboratorium menerima penyuluhan mengenai prosedur baru dan bahan-bahan berbahaya yang baru
diperoleh atau dikenal. (Juga lihat KPS.8, EP 3 dan 4)
Standar AP.5.2
Pengujian dan interpretasi hasilnya dilakukan oleh individu dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat.
1.
2.
3.
4.
5.
Mereka yang melakukan pengujian dan yang mengarahkan atau mengawasi pengujian diidentifikasi.
Staf dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat melakukan pengujian. (Juga lihat KPS.4, EP 1)
Staf dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat menafsirkan pengujian. (Juga lihat KPS.4, EP 1)
Terdapat jumlah staf yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Staf pengawas memiliki kualifikasi dan pengalaman yang tepat.
Standar AP.5.3
Hasil laboratorium tersedia secara tepat waktu seperti yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Asesmen Pasien
(AP)
Standar AP.5.3.1
Terdapat suatu proses untuk melaporkan hasil-hasil kritis suatu pengujian diagnostik.
97
1.
2.
3.
4.
5.
Suatu metode kolaboratif digunakan untuk menyusun proses pelaporan hasil kritis pengujian diagnostik.
Proses tersebut menetapkan nilai-nilai pengujian kritis untuk tiap jenis pengujian.
Proses tersebut mengidentifikasi oleh siapa dan kepada siapa hasil kritis pengujian diagnostik dilaporkan.
Proses tersebut mengidentifikasi apa yang didokumentasikan dalam rekam medis.
Proses tersebut dipantau untuk kepatuhan dan dimodifikasi berdasarkan hasil pemantauan.
Standar AP.5.4
Semua peralatan yang digunakan untuk uji laboratorium diinspeksi, dipelihara dan dikalibrasi, secara berkala.
Dokumentasi yang sesuai dibuat untuk kegiatan tersebut.
Asesmen Pasien
(AP)
98
Standar AP.5.5
Reagen penting dan perlengkapan penting lainnya tersedia secara teratur dan dievaluasi untuk memastikan
akurasi dan presisi hasil.
Standar AP.5.6
Prosedur untuk mengumpulkan, mengidentifikasi, menangani, memindahkan secara aman dan membuang
spesimen diikuti.
Asesmen Pasien
(AP)
Standar AP.5.7
Digunakan norma dan rentang yang telah berlaku umum untuk menginterpretasikan dan melaporkan hasil
laboratorium klinis.
99
1.
2.
3.
4.
5.
Laboratorium telah menetapkan rentang referensi untuk setiap pengujian yang dilaksanakan.
Rentang tersebut dimasukkan ke dalam rekam medis pada saat hasil pengujian dilaporkan.
Rentang disediakan apabila pengujian dilakukan oleh sumber luar.
Rentang sesuai untuk kondisi geografis dan demografis rumah sakit.
Rentang dinilai ulang dan diperbarui jika diperlukan.
Standar AP.5.8
Orang (-orang) yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan laboratorium klinis atau
layanan patologi.
Asesmen Pasien
(AP)
100
Laboratorium klinis dan layanan laboratorium lainnya di seluruh rumah sakit, berada di bawah arahan
dan pengawasan seorang atau lebih dari seorang individu yang memenuhi kualifikasi. (Juga lihat
TKKA.5, EP 1)
Tanggung jawab untuk menyusun, menerapkan dan menegakkan kebijakan dan prosedur ditetapkan dan
dijalankan.
Tanggung jawab untuk pengawasan administrasi ditetapkan dan dijalankan.
Tanggung jawab untuk mengurus program pengendalian mutu ditetapkan dan dijalankan.
Tanggung jawab untuk merekomendasikan sumber luar layanan laboratorium ditetapkan dan dijalankan.
(Juga lihat TKKA.3.3, EP 4, dan TKKA.3.3.1, EP 2)
6. Tanggung jawab untuk memantau dan meninjau semua layanan laboratorium di dalam atau di luar
laboratorium ditetapkan dan dijalankan. (Juga lihat TKKA.3.3, EP 1 dan 3, dan TKKA.3.3.1, EP 1)
Standar AP.5.9
Terdapat prosedur pengendalian mutu yang dijalankan dan didokumentasikan.
Standar AP.5.9.1
Terdapat suatu proses untuk uji keahlian (proficiency testing).
Asesmen Pasien
(AP)
1. Laboratorium berpartisipasi dalam program uji keahlian, atau alternatifnya, untuk semua layanan dan
pengujian di laboratorium spesialis
2. Dibuat catatan kumulatif mengenai partisipasi tersebut
Standar AP.5.10
Rumah sakit menilai ulang hasil pengendalian mutu secara berkala untuk semua sumber luar layanan laboratorium.
101
Standar AP.5.11
Rumah sakit memiliki akses ke pakar di bidang diagnostik khusus bila diperlukan.
Standar AP.6.1
Layanan radiologi dan pencitraan diagnostik disediakan rumah sakit atau tersedia melalui pengaturan dengan
sumber luar.
Asesmen Pasien
(AP)
Rumah sakit mempunyai suatu sistem untuk menyediakan layanan radiologi dan pencitraan diagnostik yang
dibutuhkan oleh populasi pasiennya, layanan klinis yang ditawarkan dan kebutuhan praktisi perawatan kesehatan.
Layanan radiologi dan pencitraan diagnostik memenuhi semua standar lokal dan nasional, undang-undang dan
peraturan yang berlaku.
Layanan radiologi dan pencitraan diagnostik termasuk yang dibutuhkan untuk keadaan darurat dapat disediakan
di dalam rumah sakit, melalui perjanjian dengan rumah sakit lain atau keduanya. Layanan radiologi dan
pencitraan diagnostik tersedia setelah jam kerja tersedia untuk keadaan darurat,
Sumber luar mudah diakses oleh pasien dan laporan diterima tepat waktu demi kelancaran kelangsungan
perawatan. Rumah sakit memilih sumber luar berdasarkan rekomendasi direktur atau individu lain yang
bertanggung jawab akan layanan radiologi dan pencitraan diagnostik. Sumber luar layanan radiologi dan
pencitraan diagnostik memenuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku serta memiliki riwayat layanan
yang akurat dan tepat waktu. Pasien diberitahu apabila sumber luar dimiliki oleh dokter yang merujuk.
102
Standar AP.6.2
Terdapat program yang menjamin keamanan radiasi yang dijalankan, diikuti dan didokumentasikan.
1. Terdapat suatu program keamanan radiasi yang membahas risiko keselamatan potensial dan bahaya yang
dihadapi dalam atau di luar departemen. (Juga lihat MKF.4 dan MKF.5)
2. Program keamanan tersebut merupakan bagian dari program manajemen keselamatan rumah sakit
dan melapor kepada struktur keselamatan rumah sakit setidaknya setahun sekali dan apabila terjadi suatu
peristiwa. (Juga lihat MKF.4, EP 2)
3. Kebijakan dan prosedur tertulis membahas kepatuhan terhadap standar, undang-undang dan peraturan
yang berlaku.
4. Kebijakan dan prosedur tertulis membahas penanganan dan pembuangan bahan-bahan yang dapat
menular dan berbahaya. (Juga lihat MKF.5, EP 2 dan 4)
5. Masalah-masalah keamanan radiasi yang diidentifikasi dibahas oleh proses atau perangkat khusus untuk
103
6.
7.
mengurangi risiko keamanan (seperti baju pelindung radiasi berlapis timah atau lead apron, alat
pengukur dosis paparan radiasi atau radiation badges, dan semacamnya). (Juga lihat MKF.5, EP 5)
Staf radiologi dan pencitraan diagnostik mendapat pengarahan mengenai prosedur dan praktik kese-
lamatan. (Juga lihat MKF.11, EP 1, dan TKKA.5.4, EP 1 dan 2)
Staf radiologi dan pencitraan diagnostik mendapat penyuluhan untuk prosedur dan bahan-bahan
berbahaya baru. (Juga lihat KPS.8, EP 3 dan 4)
Standar AP.6.3
Individu dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat melakukan studi pencitraan diagnostik,
menginterpretasikan hasilnya dan melaporkan hasilnya.
Mereka yang melakukan studi diagnostik dan pencitraan atau mengarahkan atau mengawasi studi terse-
but diidentifikasi.
Staf dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat melakukan studi diagnostik dan pencitraan. (Juga
lihat KPS.4, EP 1)
Staf dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat menafsirkan hasil studi. (Juga lihat KPS.4, EP 1)
Staf yang memenuhi kualifikasi memverifikasi dan melaporkan hasil studi.
Terdapat jumlah staf yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien. (Juga lihat TKKA.5.2, EP 3, dan
KPS.6, EP 3)
Staf pengawas memiliki kualifikasi dan pengalaman yang tepat.
Standar AP.6.4
Hasil pengamatan radiologi dan pencitraan diagnostik tersedia secara tepat waktu seperti yang telah ditetapkan
oleh rumah sakit.
Rumah sakit menetapkan kurun waktu masuknya laporan radiologi diagnostik dan pencitraan diagnostik. Kurun
waktu masuknya laporan tersebut ditetapkan berdasarkan kebutuhan pasien, layanan yang ditawarkan dan
kebutuhan staf klinis. Termasuk juga pengujian darurat dan kebutuhan pengujian setelah lewat jam kerja dan
di akhir pekan. Untuk hasil-hasil pengamatan terhadap hasil radiologi dan pencitraan diagnostik dalam situasi
mendesak, seperti yang berasal dari bagian gawat darurat, ruang operasi dan unit perawatan intensif, diberikan
perhatian khusus pada mutu proses pengukurannya. Studi radiologi dan pencitraan diagnostik yang dilakukan
oleh kontraktor layanan dari luar dilaporkan sesuai dengan kebijakan rumah sakit atau persyaratan kontrak.
104
Standar AP.6.5
Semua peralatan yang digunakan untuk melakukan pengamatan radiologi dan pencitraan diagnostik diinspeksi,
dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Kegiatan tersebut didokumentasikan secara tepat.
Terdapat suatu program manajemen peralatan radiologi dan pencitraan diagnostik dan program tersebut
diterapkan. (Juga lihat MKF.8, EP 1)
Program tersebut mencakup pemilihan dan perolehan peralatan.
Program tersebut mencakup inventarisasi peralatan. (Juga lihat MKF.8, EP 2)
Program tersebut mencakup inspeksi dan pengujian peralatan. (Juga lihat MKF.8, EP 3)
Program tersebut mencakup kalibrasi dan pemeliharaan peralatan (Juga lihat MKF.8, EP 4)
Program tersebut mencakup pemantauan dan tindak lanjut. (Juga lihat MKF.8, EP 5)
Ada dokumentasi yang cukup untuk semua pengujian, pemeliharaan dan kalibrasi peralatan. (Juga lihat
MKF.8.1, EP 1)
Standar AP.6.6
Film X-ray dan perlengkapan lainnya tersedia secara teratur.
Rumah sakit telah menetapkan film, reagen dan perlengkapan yang diperlukan untuk menyediakan layanan
radiologi dan pencitraan diagnostik secara teratur bagi para pasiennya. Suatu proses untuk memesan dan untuk
mengamankan film, reagen dan perlengkapan penting lainnya berfungsi secara efektif. Semua perlengkapan
disimpan dan dikeluarkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan serta menyertakan rekomendasi produsen.
Evaluasi berkala reagen sesuai dengan rekomendasi produsen menjamin akurasi dan ketepatan hasil. (Juga lihat
AP.6.8, Maksud dan Tujuan)
105
3. Semua perlengkapan disimpan dan dikeluarkan sesuai dengan pedoman. (Juga lihat MKF.5, EP 2)
4. Semua perlengkapan dievaluasi akurasi dan hasilnya secara berkala.
5. Semua perlengkapan diberi label dengan lengkap dan akurat. (Juga lihat MKF.5, EP 7)
Standar AP.6.7
Seseorang yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan radiologi diagnostik dan
pencitraan diagnostik.
Standar AP.6.8
Asesmen Pasien
(AP)
106
Standar AP.6.9
Rumah sakit menilai ulang hasil pengendalian mutu secara berkala untuk semua sumber luar layanan diagnostik.
Frekuensi dan jenis data pengendalian mutu dari sumber luar ditetapkan oleh rumah sakit.
Individu yang memenuhi kualifikasi dan bertanggung jawab akan pengendalian mutu radiologi atau
individu yang ditunjuk lainnya meninjau hasil pengendalian mutu dari sumber luar.
Individu yang memenuhi kualifikasi dan bertanggung jawab atau yang ditunjuk mengambil tindakan
berdasarkan hasil pengendalian mutu.
Laporan tahunan data pengendalian mutu dari sumber luar disediakan kepada pemimpin untuk mem-
fasilitasi pengelolaan dan perpanjangan kontrak.
Standar AP.6.10
Rumah sakit memiliki akses ke pakar di bidang diagnostik khusus bila diperlukan.
Rumah sakit dapat mengidentifikasi dan menghubungi pakar dalam bidang diagnostik khusus seperti fisika
radiasi, onkologi radiasi, atau kedokteran nuklir, jika diperlukan. Rumah sakit membuat daftar nama para pakar
tersebut.
107
Perawatan Pasien
(PP)
108
Perawatan Pasien
(PP)
Gambaran Umum
Tujuan utama suatu rumah sakit adalah merawat pasien. Untuk menyediakan perawatan yang sesuai dengan
kebutuhan unik setiap pasien, dibutuhkan perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi. Ada beberapa kegiatan
yang mendasar dalam perawatan pasien. Berlaku untuk semua bidang, kegiatan-kegiatan ini meliputi
merencanakan dan memberikan perawatan kepada setiap pasien;
memantau untuk memahami hasil perawatan itu;
memodifikasi perawatan, jika diperlukan;
menuntaskan perawatan; dan
merencanakan tindak lanjut (follow-up).
Banyak dokter, perawat, ahli farmasi, ahli terapi rehabilitasi, dan berbagai jenis praktisi perawatan kesehatan
lainnya yang dapat melaksanakan kegiatan tersebut. Setiap praktisi memiliki peran yang jelas dalam perawatan
pasien. Peran tersebut ditentukan berdasarkan lisensi; kredensial; sertifikasi; undang-undang dan peraturan;
keterampilan, pengetahuan dan pengalaman khusus individu; dan kebijakan rumah sakit atau deskripsi jabatan.
Beberapa tindak perawatan dapat dilakukan sendiri oleh pasien, keluarganya atau pemberi pelayanan terlatih
lainnya.
Standar Asesmen Pasien (AP, juga lihat hal. 83 -107) menjabarkan dasar pemberian perawatan - perencanaan
untuk setiap pasien berdasarkan asesmen terhadap kebutuhannya. Perawatan tersebut dapat bersifat preventif,
paliatif, kuratif atau rehabilitatif dan dapat mencakup anestesi, bedah, obat-obatan, terapi-terapi pendukung atau
kombinasi dari hal-hal di atas. Untuk mencapai hasil yang optimal rencana perawatan tidak dapat berdiri sendiri
melainkan harus dikoordinasi dan dintegrasikan oleh semua pihak yang merawat pasien.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan
persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini,
dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, dan Elemen
Penilaian.
Kebijakan dan prosedur serta undang-undang dan peraturan yang berlaku memandu keseragaman
perawatan untuk semua pasien.
PP.2
Terdapat suatu proses untuk mengintegrasi dan mengoordinasikan perawatan yang diberikan kepada
setiap pasien.
PP.2.1 Perawatan yang diberikan kepada setiap pasien terencana dan tertulis dalam rekam medis.
109
Perawatan Pasien
(PP)
PP.2.2 Mereka yang diizinkan untuk menulis permintaan pasien menuliskannya pada tempat yang
sama di rekam medis.
PP.2.4 Para pasien dan keluarganya diberitahu mengenai hasil perawatan dan pengobatan, termasuk
hasil yang tidak terduga.
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien berisiko tinggi dan penyediaan
layanan berisiko tinggi.
PP.3.1 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien keadaan darurat.
PP.3.2 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penggunaan layanan resusitasi di seluruh
rumah sakit.
PP.3.3 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penanganan, penggunaan, dan pemberian
darah dan produk darah.
PP.3.4 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menggunakan
alat bantu kehidupan (life support) atau dalam keadaan koma. (Juga lihat HPK.1.5)
PP.3.5 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menderita penyakit
menular dan penurunan kekebalan tubuh (immune-suppressed).
PP.3.6 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menjalani dialisis.
PP.3.7 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penggunaan alat pengekang (restraint)
dan perawatan pasien yang memakai alat pengekang.
PP.3.8 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien lanjut usia, orang dengan
keterbatasan, anak-anak, dan populasi yang berisiko diperlakukan tak senonoh.
PP.3.9 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menjalani
kemoterapi atau pengobatan berisiko tinggi lainnya.
110
PP.4
Berbagai pilihan makanan yang tepat untuk status gizi, dan konsisten dengan perawatan klinis pasien,
tersedia secara teratur.
PP.4.1 Penyiapan, penanganan, penyimpanan, dan pembagian makanan bersifat aman dan mematuhi
undang-undang, peraturan dan praktik-praktik yang berlaku dan dapat diterima.
PP.5
Manajemen Nyeri
Perawatan Pasien
(PP)
PP.7.1 Perawatan pasien dalam keadaan menjelang ajal mengoptimalkan kenyamanan dan
martabatnya.
111
Perawatan Pasien
(PP)
Standar PP.1
Kebijakan dan prosedur serta undang-undang dan peraturan yang berlaku memandu keseragaman perawatan
untuk semua pasien.
Standar PP.2
Terdapat suatu proses untuk mengintegrasi dan mengoordinasikan perawatan yang diberikan kepada setiap pasien.
112
Perawatan Pasien
(PP)
serta kemungkinan kondisi akhir pasien yang lebih baik. Oleh karena itu, pemimpin menerapkan pelbagai sarana
dan teknik untuk mengintegrasi dan mengkoordinasikan perawatan pasien dengan lebih baik (misalnya, perawatan
diberikan oleh tim, kunjungan terhadap pasien dilaksanakan oleh pelbagai departemen, formulir perencanaan
perawatan bersama, rekam medis yang terintegrasi, manajer-manajer kasus). (Juga lihat AP.4, maksud dan tujuan)
Rekam medis memfasilitasi dan mencerminkan integrasi dan koordinasi perawatan. Secara khusus, setiap praktisi
mencatat pengamatan dan pengobatan dalam rekam medis. Selain itu, hasil atau kesimpulan dari pertemuan tim
perawatan pasien kolaboratif atau diskusi pasien yang serupa ditulis dalam rekam medis. (Juga lihat PP.5, EP 2)
Perencanaan perawatan terintegrasi dan terkoordinasi antara berbagai jenis perawatan, departemen, dan
jawatan. (Juga lihat APKP.2, EP 3)
Perawatan terintegrasi dan terkoordinasi antara berbagai jenis perawatan, departemen dan jawatan.
atau kesimpulan dari rapat tim perawatan pasien atau diskusi bersama lainnya ditulis dalam rekam medis.
Standar PP.2.1
Perawatan yang diberikan kepada setiap pasien terencana dan tertulis dalam rekam medis.
Perawatan pasien direncanakan oleh dokter, perawat dan profesional kesehatan lainnya yang bertanggung
jawab dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk sebagai pasien rawat inap.
Perawatan yang direncanakan bersifat khas untuk masing-masing pasien dan berdasarkan data penilaian
awal pasien.
Perawatan yang direncanakan didokumentasikan dalam rekam medis dalam bentuk perkembangan
(sasaran) terukur.
113
Perawatan Pasien
(PP)
4.
5.
6.
7.
Perkembangan (sasaran) yang diantisipasi diperbarui atau direvisi jika diperlukan berdasarkan penilaian
ulang pasien oleh praktisi perawatan kesehatan.
Perawatan yang direncanakan untuk setiap pasien ditinjau dan diverifikasi oleh dokter yang bertanggung
jawab dengan notasi dalam catatan perkembangan. (Juga lihat APKP.2.1, EP 1)
Perawatan yang direncanakan tersedia. (Juga lihat PP.2.3, Maksud dan Tujuan)
Perawatan yang diberikan untuk setiap pasien ditulis dalam rekam medis oleh profesional kesehatan yang
memberikan perawatan. (Juga lihat PAB.5.2, EP 1; PAB.7.2, Maksud dan Tujuan; dan PP.2.3, EP 1)
Standar PP.2.2
Mereka yang diizinkan untuk menulis permintaan pasien menuliskannya pada tempat yang sama direkam medis.
Standar PP.2.3
Prosedur yang dijalankan ditulis dalam rekam medis.
114
Perawatan Pasien
(PP)
Standar PP.2.4
Para pasien dan keluarganya diberi tahu mengenai hasil perawatan dan pengobatan, termasuk hasil yang tidak
terduga.
Para pasien dan keluarganya diberitahu mengenai hasil perawatan dan pengobatan. (Juga lihat
HPK.2.1.1, EP 1)
Para pasien dan keluarganya diberitahu mengenai hasil tidak terduga dari perawatan dan pengobatan
mereka. (Juga lihat HPK.2.1.1, EP 2)
Standar PP.3
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien berisiko tinggi dan penyediaan layanan
berisiko tinggi.
115
Perawatan Pasien
(PP)
Standar PP.3.1
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien keadaan darurat.
Standar PP.3.2
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penggunaan layanan resusitasi di seluruh rumah sakit.
Standar PP.3.3
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penanganan, penggunaan, dan pemberian darah dan produk
darah.
Standar PP.3.4
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menggunakan alat bantu kehidupan
(life support) atau dalam keadaan koma.
Standar PP.3.5
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menderita penyakit menular dan
penurunan kekebalan tubuh (immune-suppressed).
Standar PP.3.6
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menjalani dialisis.
Standar PP.3.7
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penggunaan alat pengekang (restraint) dan perawatan pasien
yang memakai alat pengekang.
Standar PP.3.8
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien lanjut usia, orang dengan keterbatasan,
anak-anak, dan populasi pasien yang berisiko diperlakukan tak senonoh.
Standar PP.3.9
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menjalani kemoterapi atau pengobatan
berisiko tinggi lainnya.
116
Kebijakan dan prosedur perlu disesuaikan untuk populasi pasien berisiko atau layanan berisiko tinggi tertentu.
Penyesuaian ini bertujuan mengurangi risiko tersebut secara efektif dan tepat. Sangat penting bahwa kebijakan
atau prosedur tersebut menetapkan
a) bagaimana perencanaan akan berlangsung, termasuk identifikasi perbedaan-perbedaan antara populasi
dewasa dan anak-anak, atau pertimbangan khusus lainnya;
b) dokumentasi yang dibutuhkan untuk tim perawatan agar dapat bekerja dan berkomunikasi secara efektif;
c) pertimbangan mengenai adanya persetujuan khusus, jika diperlukan;
d) persyaratan pemantauan pasien;
e) kualifikasi atau keterampilan khusus staf yang terlibat dalam proses perawatan; dan
f) ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus.
Clinical guidelines dan clinical pathway sering bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan prosedur serta dapat
dimasukkan ke dalamnya. (Juga lihat HPK.1.4, EP 2; HPK.1.5, EP 1 dan 2; dan AP.1.7)
Catatan: Untuk standar PP.3.1 hingga PP.3.9, elemen a) hingga f) dalam maksud dan tujuan harus tercermin
dalam kebijakan dan prosedur yang dibutuhkan.
Perawatan pasien yang dalam keadaan koma dipandu oleh kebijakan dan prosedur yang tepat.
Perawatan pasien yang menggunakan alat bantu kehidupan (life support) dipandu oleh kebijakan dan
prosedur.
Pasien dalam keadaan koma dan pasien yang menggunakan alat bantu kehidupan (life support)
menerima perawatan sesuai kebijakan dan prosedur.
117
1. Penggunaan alat pengekang dipandu oleh kebijakan dan prosedur yang tepat.
2. Pasien yang memakai alat pengekang menerima perawatan sesuai dengan kebijakan dan prosedur.
Perawatan pasien lanjut usia yang lemah dan bergantung pada orang lain dipandu oleh kebijakan dan
prosedur yang tepat.
Pasien lanjut usia yang lemah dan bergantung pada orang lain menerima perawatan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur.
Perawatan anak-anak yang masih kecil dan bergantung pada orang lain dipandu oleh kebijakan dan
prosedur yang tepat.
Anak-anak yang masih kecil dan bergantung pada orang lain menerima perawatan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur.
Kelompok pasien yang berisiko diperlakukan tak senonoh diidentifikasi, dan perawatan mereka dipandu
oleh kebijakan dan prosedur yang tepat.
Kelompok pasien yang teridentifikasi berisiko diperlakukan tak senonoh menerima perawatan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur.
Perawatan pasien yang menjalani kemoterapi atau pengobatan berisiko tinggi lainnya dipandu oleh
kebijakan dan prosedur yang tepat.
Pasien yang menjalani kemoterapi atau pengobatan berisiko tinggi lainnya menerima perawatan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur.
Standar PP.4
Berbagai pilihan makanan yang tepat untuk status gizi pasien dan konsisten dengan perawatan klinis pasien,
tersedia secara teratur.
118
Perawatan Pasien
(PP)
5. Apabila keluarga menyediakan makanan, mereka diberi penyuluhan mengenai batasan-batasan makanan
bagi si pasien.
Standar PP.4.1
Penyiapan, penanganan, penyimpanan, dan pembagian makanan aman dan mematuhi undang-undang, peraturan
dan praktik yang saat ini dapat diterima.
1.
2.
3.
4.
5.
Makanan disiapkan dengan cara yang mengurangi risiko kontaminasi dan kerusakan.
Makanan disimpan dengan cara yang mengurangi risiko kontaminasi dan kerusakan.
Produk nutrisi enteral disimpan sesuai dengan rekomendasi produsen.
Pembagian makanan dilakukan tepat waktu dan permintaan khusus dipenuhi.
Kegiatan-kegiatan tersebut mematuhi undang-undang, peraturan, dan praktik yang berlaku.
Standar PP.5
Pasien dengan risiko menderita gangguan gizi menerima terapi gizi.
Manajemen Nyeri
Standar PP.6
Pasien didukung secara efektif dalam mengelola rasa nyerinya.
119
Perawatan Pasien
(PP)
psikologis yang negatif. Pasien memiliki hak untuk memperoleh asesmen dan manajemen nyeri yang tepat. (Juga
lihat HPK.2.5, maksud dan tujuan). Berdasarkan lingkup layanan yang diberikan, rumah sakit memiliki proses
untuk mengases dan mengelola rasa nyeri dengan tepat, termasuk
a) menetapkan adanya pasien yang menderita nyeri pada saat asesmen awal dan asesmen ulang;
b) pemberian manajemen nyeri sesuai dengan pedoman atau protokol;
c) mengomunikasikan dengan pasien dan keluarga serta memberikan edukasi mengenai nyeri dan
manajemen gejala dalam konteks keyakinan pribadi, budaya, dan agama mereka (Juga lihat HPK.1.1,
EP 1); dan
d) memberikan edukasi kepada praktisi perawatan kesehatan mengenai asesmen tentang nyeri dan
manajemen nyeri. (Juga lihat HPK.2.4)
Berdasarkan lingkup layanan yang diberikan, rumah sakit memiliki proses untuk mengidentifikasi pasien
yang menderita nyeri. (Juga lihat AP.1.7, EP 1)
Pasien yang menderita nyeri menerima perawatan sesuai dengan pedoman manajemen nyeri.
Berdasarkan lingkup layanan yang diberikan, rumah sakit memiliki proses untuk berkomunikasi dengan
dan mendidik pasien dan keluarganya mengenai nyeri. (Juga lihat PPKP.4, EP 4)
Berdasarkan lingkup layanan yang diberikan, rumah sakit memiliki proses untuk mendidik staf mengenai
nyeri. (Juga lihat KPS.3, EP 1)
Standar PP.7
Rumah sakit menyediakan perawatan pada akhir hayat.
120
Perawatan Pasien
(PP)
Untuk mencapai hal ini, semua staf perlu dibuat menyadari tentang kebutuhan khusus pasien di akhir hayatnya.
Semua aspek perawatan selama tahap akhir kehidupan seorang pasien harus mengutamakan kenyamanan dan
harga dirinya. Perawatan di akhir hayat yang disediakan rumah sakit mencakup
a) menyediakan penanganan gejala yang tepat sesuai dengan keinginan pasien dan keluarga;
b) menangani secara sensitif masalah seperti otopsi dan donor organ;
c) menghormati nilai-nilai, agama, dan preferensi budaya pasien;
d) melibatkan pasien dan keluarga dalam semua aspek perawatan; dan
e) menanggapi masalah psikologis, emosional, spiritual, dan kultural pasien dan keluarga.
Untuk mencapai tujuan ini, semua staf perlu disadarkan akan kebutuhan khusus pasien di akhir hayatnya.
(Juga lihat HPK.2.5, maksud dan tujuan). Rumah sakit mengevaluasi mutu perawatan di akhir hayat dengan
mengevaluasi persepsi keluarga dan staf mengenai perawatan yang diberikan.
Standar PP.7.1
Perawatan pasien dalam keadaan menjelang ajal mengoptimalkan kenyamanan dan martabatnya.
Intervensi dilakukan untuk menangani nyeri; juga gejala-gejala primer atau sekunder dari penyakit. (Juga
lihat HPK.2.4, EP 1)
Gejala dan komplikasi dicegah sejauh mungkin. (Juga lihat AP.2, EP 2)
Intervensi untuk menangani kebutuhan psikososial, emosional dan spiritual pasien dan keluarganya
mengenai kematian dan berkabung.
Intervensi untuk menangani masalah agama dan budaya pasien serta keluarganya.
Pasien dan keluarganya dilibatkan dalam pengambilan keputusan perawatan. (Juga lihat HPK.2, EP 1,
dan HPK.2.1, EP 4)
121
122
Perawatan Anestesi
dan Bedah (PAB)
Anesthesia and Surgical Care (ASC)
Gambaran Umum
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang kompleks dan sering dijumpai di
rumah sakit. Penggunaan tersebut membutuhkan asesmen lengkap dan menyeluruh terhadap pasien, perencanaan
perawatan yang terintegrasi, pemantauan pasien secara terus-menerus dan transfer berdasarkan kriteria tertentu
untuk perawatan lanjutan, rehabilitasi, serta transfer dan pemulangan pada akhirnya.
Anestesi dan sedasi umumnya dipandang sebagai sebuah rangkaian proses mulai dari sedasi minimal hingga
anestesi penuh. Karena respons pasien dapat berubah-ubah sepanjang berlangsungnya rangkaian tersebut,
penggunaan anestesi dan sedasi diatur secara terpadu. Oleh sebab itu, bab ini meliputi anestesi dan sedasi sedang
dan dalam, yang berpotensi membahayakan refleks protektif pasien untuk fungsi pernapasannya. Bab ini tidak
membahas penggunaan sedasi minimal (anxiolysis, obat-obat penenang). Dengan demikian, penggunaan istilah
anestesi hanya meliputi sedasi sedang dan dalam.
Catatan: Standar anestesi dan bedah berlaku di lokasi manapun anestesi dan/atau sedasi sedang atau dalam
digunakan; juga pada semua prosedur pembedahan dan invasif lainnya yang membutuhkan persetujuan (juga
lihat HPK.6.4). Lokasi ini meliputi ruang operasi rumah sakit, bedah harian atau unit rumah sakit harian, klinik
gigi dan klinik rawat jalan lainnya, layanan gawat darurat, area perawatan intensif, dan tempat lainnya.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan
persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaian. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat
dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud danTujuan, serta Elemen
Penilaian.
Perawatan Sedasi
PAB.3 Kebijakan dan prosedur mengatur perawatan pasien yang sedang menjalani sedasi sedang dan dalam.
123
Perawatan Anestesi
PAB.4 Seseorang yang memenuhi kualifikasi melaksanakan asesmen praanestesi dan penilaian prainduksi.
PAB.5 Perawatan anestesi setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan di dalam rekam medis.
PAB.5.1 Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka yang
membuat keputusan untuk pasien.
PAB.5.2 Anestesi yang digunakan dan teknik anestesi ditulis di dalam rekam medis.
PAB.5.3 Status fisiologis setiap pasien selama anestesi dipantau secara terus-menerus dan ditulis di
dalam rekam medis.
PAB.6 Status pascaanestesi setiap pasien dipantau dan didokumentasikan. Pasien dipindahkan dari area
pemulihan oleh individu yang memenuhi kualifikasi atau dengan menggunakan kriteria yang telah
ditetapkan.
Perawatan Bedah
PAB.7 Perawatan bedah setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan berdasarkan hasil-hasil asesmen.
124
PAB.7.1 Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka yang
membuat keputusan untuk pasien.
PAB.7.2 Terdapat laporan bedah atau catatan operasi singkat dalam rekam medis pasien untuk
memfasilitasi perawatan berkelanjutan.
PAB.7.3 Status fisiologis setiap pasien dipantau secara terus-menerus selama dan segera sesudah
pembedahan dan ditulis di dalam rekam medis.
Standar PAB.1
Layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam) tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan semua
layanan semacam itu memenuhi standar, undang-undang dan peraturan lokal dan nasional yang berlaku serta
standar-standar profesional.
Rumah sakit mempunyai suatu sistem untuk menyediakan layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam)
yang diperlukan oleh para pasiennya, layanan klinis yang ditawarkan, dan untuk memenuhi kebutuhan para
praktisi perawatan kesehatan. Layanan anestesi (termasuk sedang dan dalam) memenuhi semua standar, undangundang dan peraturan lokal serta nasional yang berlaku.
Layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam serta layanan yang dibutuhkan untuk keadaan gawat darurat)
dapat disediakan dalam rumah sakit, dengan rumah sakit lain sesuai perjanjian, atau keduanya. Layanan anestesi
(termasuk sedang dan dalam) tersedia setelah jam kerja biasa untuk keadaan darurat.
Setiap penggunaan sumber anestesi dari luar harus berdasarkan rekomendasi direktur dan individu lain yang
bertanggung jawab akan layanan anestesi/sedasi. Sumber dari luar itu memenuhi undang-undang dan peraturan
yang berlaku serta memiliki mutu dan rekam jejak keselamatan pasien yang dapat diterima.
Layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam) memenuhi standar, undang-undang dan peraturan
lokal serta nasional yang berlaku.
Layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam) yang memadai, teratur, dan mudah tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
Layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam) tersedia untuk keadaan darurat setelah jam kegiatan
kerja biasa.
Sumber luar dipilih berdasarkan rekomendasi direktur, rekam jejak kinerja yang dapat diterima, dan
kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Standar PAB.2
Seseorang yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan anestesi (termasuk sedasi
sedang dan dalam).
125
merekomendasikan sumber dari luar untuk layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam); dan
memantau dan mengkaji semua layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam).
1. Layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam) seragam di seluruh rumah sakit. (Juga lihat PP.1,
EP 1)
2. Layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam) berada di bawah arahan satu atau lebih individu
yang memenuhi kualifikasi. (Juga lihat TKKA.5)
3. Tanggung jawab untuk mengembangkan, menerapkan dan menjaga kebijakan dan prosedur ditetapkan
dan dijalankan.
4. Tanggung jawab untuk menjalankan program pengendalian mutu ditetapkan dan dilakukan.
5. Tanggung jawab untuk merekomendasikan sumber dari luar untuk layanan anestesi (termasuk sedasi
sedang dan dalam) ditetapkan dan dijalankan. (Juga lihat TKKA.3.3, EP 1)
6. Tanggung jawab untuk memantau dan mengkaji semua layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan
dalam) ditetapkan dan dijalankan.
Standar PAB.3
Kebijakan dan prosedur mengatur perawatan pasien yang sedang menjalani sedasi sedang dan dalam.
126
sedasi pada pasien untuk memastikan bahwa sedasi yang direncanakan dan kadar sedasinya sesuai untuk pasien.
Kebijakan rumah sakit menetapkan ruang lingkup dan isi penilaian ini.
Selain dokter atau dokter gigi, seseorang yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab memantau tanpa henti
parameter-parameter fisiologis pasien serta membantu upaya suportif atau resusitasi. Kualifikasi individu yang memantau
peralatan dan perlengkapan sama dengan kualifikasi individu yang bertanggung jawab untuk sedasi yang disediakan di
lokasi-lokasi lain dalam organisasi (misalnya, dalam ruang operasi dan klinik gigi rawat jalan). Dengan demikian, tingkat
perawatan yang sama terjaga. (Juga lihat PP.1, EP 3, dan TKKA.3.2.1, EP 3)
Definisi kadar-kadar sedasi dapat dilihat pada Glosarium manual ini di halaman 271.
1. Kebijakan dan prosedur yang tepat dan membahas setidaknya elemen a) hingga f) dalam maksud dan
tujuan, mengatur perawatan pasien yang menjalani sedasi sedang dan dalam. (Juga lihat AP.2, EP 3;
PP.1, EP 3; dan MPO.4, EP 1)
2. Individu yang memenuhi kualifikasi dan diidentifikasi dalam PAB.2 berpartisipasi dalam pembuatan
kebijakan dan prosedur.
3. Asesmen prasedasi dilaksanakan konsisten dengan kebijakan rumah sakit untuk mengevaluasi risiko dan
kesesuaian sedasi bagi pasien. (Juga lihat AP.1.1, EP 1)
4. Praktisi yang memenuhi kualifikasi dan bertanggung jawab untuk sedasi memenuhi kualifikasi setidaknya
dari elemen g) hingga k) dalam maksud dan tujuan.
5. Individu yang memenuhi kualifikasi memantau pasien selama masa sedasi dan mendokumentasikan
pemantauan tersebut.
6. Kriteria untuk pemulihan dan selesainya sedasi ditetapkan dan didokumentasikan.
7. Sedasi sedang dan dalam diberikan sesuai kebijakan rumah sakit.
Perawatan Anestesi
Standar PAB.4
Seseorang yang memenuhi kualifikasi melaksanakan asesmen praanestesi dan penilaian prainduksi.
127
fisiologis dan kesiapan pasien untuk anestesi dan dilaksanakan segera sebelum induksi anestesi.
Apabila anestesi harus diberikan secara darurat, asesmen praanestesi dan asesmen prainduksi dapat dilaksanakan
segera secara berurutan, atau secara bersama-sama, tetapi didokumentasikan secara terpisah.
Standar PAB.5
Perawatan anestesi setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan di dalam rekam medis.
Standar PAB.5.1
Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka yang membuat keputusan
untuk pasien.
Standar PAB.5.2
Jenis dan teknik anestesi yang digunakan ditulis di dalam rekam medis.
128
Anestesi yang digunakan ditulis di dalam catatan anestesi pasien. (Juga lihat PP.2.1, EP 7, dan MKI.19.1,
EP 4)
Teknik anestesi yang digunakan ditulis di dalam catatan anestesi pasien.
Ahli anestesi dan/atau perawat anestesi dan asisten anestesi diidentifikasi di dalam catatan anestesi pasien.
Standar PAB.5.3
Status fisiologis setiap pasien selama anestesi dipantau secara terus-menerus dan ditulis di dalam rekam medis.
Kebijakan dan prosedur membahas frekuensi minimum dan jenis pemantauan selama anestesi dan
seragam untuk pasien serupa yang menerima anestesi yang serupa di mana pun anestesi tersebut
diberikan. (Juga lihat AP.2, EP 13)
Status fisiologis dipantau berdasarkan kebijakan dan prosedur selama pemberian anestesi. (Juga lihat
AP.2, EP 1 dan 2)
Hasil-hasil pemantauan ditulis di dalam catatan anestesi pasien. (Juga lihat MKI.19.1, EP 4)
Standar PAB.6
Status pascaanestesi setiap pasien dipantau dan didokumentasikan. Pasien dipindahkan dari area pemulihan oleh
individu yang memenuhi kualifikasi atau dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan.
129
c) Pasien tersebut dipindahkan ke unit yang mampu menyediakan perawatan pascaanestesi atau pascasedasi
pasien khusus, seperti di antaranya unit perawatan intensif kardiovaskular, unit perawatan intensif bedah
syaraf.
Waktu kedatangan dan pemindahan dari wilayah pemulihan (atau pemberhentian pemantauan pemulihan)
dicatat.
1.
2.
3.
4.
Pasien dipantau sesuai dengan kebijakan selama masa pemulihan pascaanestesi. (Juga lihat AP.2, EP 3)
Penemuan-penemuan dalam pemantauan dituliskan atau dimasukkan secara elektronik ke dalam catatan
klinis pasien. (Juga lihat MKI.19.1, EP 4)
Pasien dipindahkan dari unit pascaanestesi (atau pemantauan pemulihan dihentikan) sesuai dengan
alternatif yang dijabarkan dari a) hingga c) dalam maksud dan tujuan.
Waktu dimulai dan dihentikannya proses pemulihan ditulis di dalam rekam medis.
Standar PAB.7
Perawatan bedah setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan berdasarkan hasil-hasil asemen.
130
Informasi penilaian yang digunakan untuk menyusun dan mendukung prosedur invasif yang direncana-
kan, didokumentasikan dalam rekam medis oleh dokter yang bertanggung jawab sebelum prosedur
dilaksanakan. (Juga lihat AP.1.5.1, EP 1; AP.5.3, EP 3; dan AP.6.4, EP 3)
Perawatan bedah setiap pasien direncanakan berdasarkan informasi asesmen. (Juga lihat AP.1.5.1, EP 1)
Suatu diagnosis praoperasi dan prosedur yang yang direncanakan didokumentasikan dalam rekam medis
oleh dokter yang bertanggung jawab sebelum prosedur dilaksanakan. (Juga lihat AP.1.5.1, EP 1, dan
MKI.19.1, EP 3)
Standar PAB.7.1
Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka yang membuat keputusan
untuk pasien.
Selain itu, apabila darah atau produk darah mungkin dibutuhkan, risiko dan alternatifnya didiskusikan. Ahli
bedah pasien atau individu lain yang memenuhi kualifikasi memberikan informasi tersebut.
Pasien, keluarga pasien, dan pembuat keputusan diberi edukasi mengenai risiko, manfaat, kemung-
kinan komplikasi, dan alternatif yang berkaitan dengan prosedur bedah yang direncanakan. (Juga lihat
HPK.6.4, EP 1)
Penyuluhan tersebut mencakup kebutuhan, risiko dan manfaat, serta alternatif penggunaan darah dan
produk darah.
Ahli bedah pasien atau individu lain yang memenuhi kualifikasi memberikan edukasi tersebut.
(Juga lihat HPK.6.1, EP 2)
Standar PAB.7.2
Terdapat laporan bedah atau catatan operasi singkat dalam rekam medis pasien untuk memfasilitasi perawatan
berkelanjutan.
131
Laporan bedah tertulis dan catatan operasi singkat mencakup setidaknya a) hingga f) dalam maksud dan
tujuan.
Laporan bedah tertulis atau catatan operasi singkat dalam rekam medis tersedia sebelum pasien me-
ninggalkan area pemulihan pasca-anestesi. (Juga lihat PP.2.3, Maksud dan Tujuan)
Standar PAB.7.3
Status fisiologis setiap pasien dipantau secara terus-menerus selama dan segera sesudah pembedahan dan ditulis di
dalam rekam medis.
Catatan: Persyaratan ini akan dimasukkan di sini hanya jika prosedur tersebut dilaksanakan di bawah anestesi
lokal, tanpa anestesi atau sedasi menyeluruh atau regional.
Standar PAB.7.4
Perawatan pasien setelah pembedahan direncanakan dan didokumentasikan.
132
atau diverifikasi oleh ahli bedah yang bertanggung jawab dengan tanda tangan bersama dalam
dokumentasi rencana yang ditulis oleh utusan ahli bedah tersebut.
3. Rencana keperawatan pascaoperasi didokumentasikan dalam rekam medis.
4. Bila diindikasikan oleh kebutuhan pasien, rencana perawatan pascaoperasi yang disediakan oleh pihak
lain didokumentasikan dalam rekam medis.
5. Rencana perawatan didokumentasikan dalam rekam medis dalam waktu 24 jam setelah pembedahan.
6. Perawatan yang direncanakan disediakan.
134
Manajemen dan
Penggunaan
Obat-Obatan (MPO)
Gambaran Umum
Dalam pengobatan simtomatik, preventif, kuratif, dan paliatif maupun tata kelola penyakit dan kondisinya,
komponen yang penting adalah manajemen obat-obatan. Manajemen obat-obatan ini meliputi sistem dan proses
yang digunakan rumah sakit untuk menyediakan farmakoterapi bagi pasiennya. Hal ini biasanya merupakan
suatu upaya multidisiplin yang terkoordinasi oleh staf rumah sakit. Adapun prinsip-prinsip yang diterapkan
mencakup merancang proses yang efektif, penerapan, dan perbaikan terhadap pemilihan, pengadaan, penyimpanan,
permintaan/peresepan, penyalinan, distribusi, persiapan, pengeluaran, pemberian, dokumentasi dan pemantauan
terapi obat-obatan. Meskipun peran-peran praktisi perawatan kesehatan dalam manajemen obat-obatan bisa
berbeda jauh antara satu negara ke negara lain, proses manajemen obat-obatan yang dapat diandalkan untuk
keselamatan pasien bersifat universal.
Catatan: Obat-obatan didefinisikan sebagai obat-obatan dengan resep dokter; obat-obat sampel; obat herbal;
vitamin; suplemen nutrisi (nutriceuticals); obat-obat bebas yang tidak memerlukan resep dokter; vaksin; atau zat
diagnostik dan kontras yang digunakan atau diberikan pada pasien untuk keperluan diagnosis, mengobati, atau
untuk mencegah penyakit atau kondisi abnormal lainnya; obat-obat radioaktif; pengobatan terapi pernapasan;
nutrisi parenteral; derivatif darah; dan cairan infus (biasa, dengan elektrolit dan/atau obat).
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan,
maksud dan tujuan, atau elemen penilaian. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada
bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian.
MPO.1.1 Ahli farmasi atau teknisi yang memiliki lisensi yang sesuai, atau profesional terlatih lainnya
mengawasi pelayanan farmasi atau yang berkaitan dengan farmasi.
MPO.2.1 Terdapat suatu metode untuk mengawasi daftar obat-obatan rumah sakit dan penggunaan
obat-obatan.
135
MPO.2.2 Rumah sakit dapat dengan segera memperoleh obat-obatan yang tidak ada dalam persediaan
atau tidak biasa tersedia bagi rumah sakit atau pada saat-saat di mana apotek tutup.
Penyimpanan
MPO.3 Obat-obatan disimpan dengan baik dan aman.
MPO.3.1 Kebijakan rumah sakit mendukung penyimpanan obat-obatan dan produk-produk nutrisi
yang dapat dipakai secara tepat.
MPO.3.2 Obat-obatan untuk keadaan darurat tersedia, terpantau, dan aman apabila disimpan di luar
farmasi rumah sakit.
MPO.4.1
MPO.4.2
MPO.4.3
Rumah sakit menetapkan elemen-elemen suatu permintaan atau peresepan yang lengkap
serta jenis permintaan yang dapat diterima dan digunakan.
Rumah sakit menetapkan siapa saja yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk menulis
resep atau meminta obat-obatan.
Obat-obatan yang diresepkan dan diberikan ditulis dalam rekam medis pasien.
MPO.5.2 Suatu sistem digunakan untuk mengeluarkan obat-obatan dengan dosis yang tepat bagi
pasien yang benar pada saat yang tepat.
Pemberian
MPO.6 Rumah sakit mengidentifikasi mereka yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk memberikan obatobatan.
MPO.6.1 Pemberian obat-obatan meliputi proses verifikasi bahwa obat-obatan tersebut tepat sesuai
dengan permintaan.
MPO.6.2 Kebijakan dan prosedur mengatur obat-obatan yang dibawa masuk ke dalam rumah sakit
untuk dikonsumsi sendiri oleh pasien atau sebagai sampel.
Pemantauan
MPO.7 Efek-efek obat-obatan pada pasien dipantau.
136
MPO.7.1 Kesalahan obat, termasuk kejadian nyaris cedera (near miss), dilaporkan melalui suatu proses
dan kurun waktu yang ditetapkan rumah sakit.
Standar MPO.1
Obat-obatan yang digunakan di dalam rumah sakit sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku dan
diatur untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Obat-obatan, sebagai suatu sumber daya penting dalam perawatan pasien, harus dikelola secara efektif dan efisien.
Manajemen obat-obatan bukan hanya merupakan tanggung jawab layanan farmasi melainkan juga tanggung jawab
para manajer dan praktisi perawatan kesehatan. Cara pembagian tanggung jawab ini bergantung pada struktur dan
kepegawaian rumah sakit. Dalam kasus di mana tidak tersedia farmasi rumah sakit, obat-obatan dapat dikelola pada tiap
unit klinis sesuai dengan kebijakan rumah sakit. Dalam kasus-kasus lainnya, di mana terdapat farmasi pusat yang besar,
pusat farmasi inilah yang mengelola dan mengendalikan obat-obatan di seluruh rumah sakit. Manajemen obat-obatan
yang efektif berlaku di semua bagian rumah sakit, rawat inap, rawat jalan, dan unit-unit khusus. Struktur organisasi dan
kegiatan kerja sistem manajemen obat-obatan yang digunakan dalam rumah sakit menyertakan undang-undang dan
peraturan yang berlaku.
Untuk menjamin manajemen dan penggunaan obat-obatan yang efektif dan efisien, setidaknya setahun sekali, sistem
dinilai ulang oleh rumah sakit. Penilaian ulang tahunan ini mengumpulkan semua informasi dan pengalaman yang
berkaitan dengan pengelolaan obat-obatan. Informasi dan pengalaman tersebut meliputi, misalnya, sebagai berikut:
Sebaik apa sistem bekerja berkaitan dengan
pemilihan dan pengadaan obat-obatan;
penyimpanan;
permintaan dan penyalinan;
persiapan dan pengeluaran; dan
pemberian dan pemantauan;
Pemantauan hal-hal yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam formularium, seperti penambahan
obat
Pemantauan kesalahan obat dan kejadian nyaris cedera (near miss)
Kebutuhan penyuluhan yang muncul
Pertimbangan terhadap praktik-praktik baru berdasarkan bukti
Penilaian ulang tersebut memungkinkan rumah sakit untuk memahami apa sajakah kebutuhan dan yang mesti
diprioritaskan demi peningkatan sistem yang berkelanjutan dalam hal kualitas dan keamanan penggunaan obatobatan.
137
5.
6.
Layanan farmasi atau yang berkaitan dengan farmasi serta penggunaan obat-obatan mematuhi undang-
undang dan peraturan yang berlaku.
Sumber-sumber informasi obat yang sesuai tersedia dengan mudah bagi semua yang terlibat dalam
penggunaan obat-obatan.
Standar MPO.1.1
Ahli farmasi atau teknisi yang memiliki lisensi yang sesuai, atau profesional terlatih lainnya mengawasi pelayanan
farmasi atau yang berkaitan dengan farmasi.
1.
2.
Seseorang yang memiliki lisensi dan sertifikasi yang sesuai dan terlatih mengawasi semua kegiatan. (Juga
lihat TKKA.5, EP 1)
Individu tersebut melaksanakan pengawasan untuk proses-proses yang dijabarkan dalam MPO.2 hingga
MPO.5.
Standar MPO.2
Pilihan obat-obatan yang tepat untuk peresepan atau permintaan ada dalam persediaan atau terdapat tersedia
dengan mudah.
138
Terdapat suatu daftar obat-obatan yang disediakan di dalam rumah sakit atau yang tersedia dengan mudah
dari sumber luar.
Suatu proses kerja sama digunakan untuk menulis daftar tersebut (kecuali jika ditetapkan oleh peraturan
atau pihak berwenang di luar rumah sakit).
Terdapat suatu proses untuk kondisi di mana obat-obatan tidak tersedia yang meliputi pemberitahuan
kepada penulis resep dan obat pengganti yang disarankan.
Standar MPO.2.1
Terdapat suatu metode untuk mengawasi daftar obat-obatan rumah sakit dan penggunaan obat-obatan.
Daftar tersebut nilai diulang setidaknya setahun sekali berdasarkan informasi yag muncul berkaitan dengan
keselamatan dan efikasi (kemanjuran)-nya serta informasi tentang penggunaan dan efek samping. Sedangkan
berkaitan dengan pengelolaan obat-obatan secara menyeluruh, perlu ada kepastian bahwa obat-obatan terlindung
dari bahaya hilang atau dicuri dari farmasi rumah sakit atau lokasi lain tempat penyimpanan atau pembagian obatobatan.
Standar MPO.2.2
Rumah sakit dapat dengan segera memperoleh obat-obatan yang tidak ada dalam persediaan atau tidak biasa
tersedia bagi rumah sakit atau pada saat-saat di mana farmasi tutup.
139
2. Terdapat proses untuk memperoleh obat-obatan pada saat farmasi rumah sakit tutup atau persediaan obat-
obatan dalam kondisi terkunci. (Juga lihat TKKA.3.2.1, EP 2)
3. Staf memahami proses-proses tersebut.
Standar MPO.3
Obat-obatan disimpan dengan baik dan aman.
Obat-obatan dapat disimpan dalam area penyimpanan, dalam layanan farmasi atau yang berkaitan dengan farmasi,
atau pada unit farmasi yang terletak pada unit perawatan pasien atau pos keperawatan dalam unit klinis. Standar
MMU.1 menyediakan mekanisme pengawasan untuk semua lokasi di mana obat-obatan disimpan. Di semua lokasi
di mana obat-obatan disimpan, hal-hal berikut dapat terlihat jelas:
a) Obat-obatan disimpan dalam kondisi yang sesuai bagi stabilitas produk.
b) Zat-zat yang dikendalikan dicatat secara akurat sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
c) Obat-obatan dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menyiapkan obat-obatan diberi label secara
akurat dengan isi, tanggal kadaluarsa, dan peringatan.
d) Elektrolit-elektrolit konsentrat tidak disimpan di unit perawatan kecuali jika dibutuhkan secara klinis, dan
apabila disimpan dalam unit perawatan, terdapat pengamanan untuk mencegah pemberian tidak sengaja
(dimasukkan dalam SIKP.3, EP 1 dan 2).
e) Semua area penyimpanan obat-obatan diinspeksi secara berkala sesuai dengan kebijakan rumah sakit untuk
memastikan bahwa obat-obatan tersimpan secara tepat.
f) Kebijakan rumah sakit menetapkan bagaimana obat-obatan yang dibawa masuk oleh pasien diidentifikasi
dan disimpan.
Standar MPO.3.1
Kebijakan rumah sakit mendukung penyimpanan obat-obatan dan produk-produk nutrisi yang dapat dipakai secara
tepat.
140
pengendalian penggunaannya. Hal ini disebabkan antara lain karena risikonya tinggi (obat-obatan radioaktif),
kondisi yang tidak biasa (dibawa masuk oleh pasien), berpeluang untuk dimanfaatkan atau disalahgunakan (obatobatan sampel dan obat-obatan darurat), atau sifat khususnya (produk nutrisional yang dapat dipakai). Kebijakan
tersebut membahas proses penerimaan, identifikasi obat, jika perlu, penyimpanan dan distribusinya.
Standar MPO.3.2
Obat-obatan untuk keadaan darurat tersedia, terpantau, dan aman bila disimpan di luar farmasi rumah sakit.
Obat-obatan darurat tersedia dalam unit-unit di mana mereka dibutuhkan atau tersedia dengan segera
dalam rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan darurat. (Juga lihat TKKA.3.2.1, EP 1, dan MPO.2.2,
EP 1)
Kebijakan rumah sakit menetapkan bagaimana obat-obatan darurat disimpan, dijaga, dan dilindungi dari
bahaya hilang atau dicuri.
Obat-obatan darurat dipantau dan diganti secara tepat waktu setelah digunakan, bila kadaluarsa atau rusak
sesuai dengan kebijakan rumah sakit.
Standar MPO.3.3
Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali obat-obatan.
141
2.
3.
4.
Ada kebijakan dan prosedur yang menangani penggunaan obat-obatan yang kadaluarsa atau ketinggalan
zaman.
Ada kebijakan dan prosedur yang membahas penghancuran obat-obatan yang diketahui sudah kadaluarsa
atau ketinggalan zaman.
Kebijakan dan prosedur itu diterapkan.
Peresepan, permintaan dan penyalinan yang aman diatur oleh kebijakan dan prosedur rumah sakit. Staf medis,
keperawatan, farmasi rumah sakit dan administratif bekerja sama untuk menyusun dan memantau kebijakan dan
prosedur. Staf yang relevan dilatih dalam praktik-praktik peresepan, permintaan, dan penyalinan yang benar.
Berhubung resep obat atau pesanan yang tidak terbaca dapat membahayakan keselamatan pasien dan menunda
proses pengobatan, kebijakan rumah sakit menetapkan tindakan-tindakan untuk mengurangi risiko tidak
terbacanya suatu resep atau permintaan. Dalam rekam medis pasien tercatat daftar semua obat terkini dan daftar
ini tersedia bagi farmasi rumah sakit, perawat dan dokter. Rumah sakit menetapkan proses untuk membandingkan
daftar obat pasien sebelum masuk rumah sakit dengan permintaan awal di rumah sakit.
Ada kebijakan dan prosedur yang mengatur peresepan, permintaan, dan penyalinan obat-obatan yang
aman dalam rumah sakit. (Juga lihat PP.2.2, EP 1; AP.3, EP 1; dan SIKP.2, EP 1)
Ada kebijakan dan prosedur yang membahas tindakan-tindakan berkaitan dengan resep atau permintaan
yang tidak terbaca.
Terdapat proses kerja sama dalam penyusunan kebijakan dan prosedur.
Staf yang relevan dilatih dalam praktik-praktik peresepan, permintaan dan penyalinan yang benar.
Rekam medis pasien memuat daftar obat-obatan terkini sebelum masuk ke rumah sakit, dan informasi ini
tersedia bagi farmasi dan para praktisi perawatan kesehatan pasien.
Permintaan obat-obatan awal dibandingkan dengan daftar obat-obatan yang dikonsumsi sebelum masuk ke
rumah sakit, sesuai dengan proses yang ditetapkan rumah sakit.
Standar MPO.4.1
Rumah sakit menetapkan elemen-elemen permintaan atau resep yang lengkap serta jenis permintaan yang dapat
diterima dan digunakan.
142
Standar MPO.4.2
Rumah sakit mengidentifikasi mereka yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk peresepan atau permintaan
obat-obatan.
Hanya mereka yang diizinkan rumah sakit dan oleh lisensi, undang-undang dan peraturan yang relevan
dapat melakukan peresepan atau permintaan obat-obatan.
Terdapat proses untuk menetapkan pembatasan, jika sesuai, untuk melakukan peresepan atau permintaan
oleh individu-individu. (Juga lihat KPS.10, EP 1)
Individu yang diizinkan untuk melakukan peresepan dan permintaan obat-obatan diketahui oleh layanan
farmasi atau mereka yang bertugas mengeluarkan obat-obatan.
143
Standar MPO.4.3
Obat-obatan yang diresepkan dan diberikan ditulis dalam rekam medis.
1. Untuk setiap pasien, dibuat catatan tentang obat-obatan yang diresepkan atau diminta.
2. Setiap dosis pemberian obat-obatan dicatat.
3. Informasi obat-obatan disimpan dalam catatan pasien atau dimasukkan ke dalam catatannya pada saat
pemulangan atau transfer.
Standar MPO.5
Obat-obatan disiapkan dan dibagikan dalam lingkungan yang aman dan bersih.
Obat-obatan disiapkan dan dibagikan dalam area yang bersih dan aman dengan peralatan dan
perlengkapan yang sesuai. (Juga lihat PPI.7, EP 1 dan 2)
Penyiapan dan pengeluaran obat-obatan mengikuti undang-undang, peraturan, dan standar praktik
profesional.
Staf yang menyiapkan produk steril terlatih dalam teknik aseptik.
Standar MPO.5.1
Resep atau permintaan obat-obatan diperiksa kelayakannya.
144
menetapkan seperti apa informasi spesifik pasien yang dibutuhkan bagi pemeriksaan resep atau permintaan yang
efektif. Hal ini dilaksanakan sebelum pengeluaran atau sebelum pemberian bila obat-obatan dikeluarkan dari lokasi
di luar farmasi rumah sakit. Bila muncul pertanyaan, individu yang menulis resep atau permintaan obat-obatan
tersebut dihubungi.
Proses untuk memeriksa permintaan atau resep sebelum pengeluaran meliputi evaluasi oleh profesional yang terlatih
dalam segi
a) kelayakan obat, dosis, frekuensi dan rute pemberian;
b) duplikasi terapeutik;
c) alergi atau sensitivitas yang terjadi atau potensial terjadi;
d) interaksi antara obat-obatan dan obat-obatan lain atau makanan yang terjadi atau potensial terjadi;
e) variasi dari kriteria penggunaan dari rumah sakit;
f) berat badan pasien dan informasi fisiologis lainnya; dan
g) kontraindikasi lainnya.
Pemeriksa permintaan atau resep obat-obatan memiliki kompetensi untuk melaksanakan hal tersebut berdasarkan
pendidikan atau pelatihan, sebagaimana ditentukan oleh pemberian hak istimewa, atau telah menunjukkan
kompetensinya dalam proses pemeriksaan. Sebagai tambahan, pemeriksaan kelayakan mungkin tidak diperlukan
atau kurang sesuai dalam keadaan darurat atau bila dokter pemesannya hadir untuk melakukan permintaan,
memberikan dan memantau pasien (misalnya, di ruang operasi atau bagian gawat darurat), atau dalam radiologi
intervensi atau pencitraan diagnostik di mana obat-obatan merupakan bagian dari prosedur.
Terdapat suatu catatan (profil) mengenai semua obat-obatan yang diberikan kepada pasien kecuali obat-obatan
darurat dan yang diberikan sebagai bagian dari prosedur untuk memfasilitasi pemeriksaan.
Bila untuk pemeriksaan silang (cross-check) obat-obatan/interaksi obat dan alergi obat, digunakan program piranti
lunak pada komputer, piranti lunak tersebut diperbarui menurut jadwal yang sesuai.
Rumah sakit menetapkan informasi spesifik pasien yang dibutuhkan untuk proses pemeriksaan yang
efektif. (Juga lihat MKI.4, EP 1 dan 3)
Selain pengecualian yang disebutkan dalam tujuan, setiap resep atau permintaan diperiksa kelayakannya
sebelum pengeluaran dan pemberian dan meliputi elemen a) hingga g) dalam tujuan. Dengan demikian,
setiap permintaan atau resep dievaluasi untuk diperiksa kelayakannya.
Terdapat suatu proses untuk menghubungi individu yang melakukan peresepan atau permintaan obat-
obatan bila muncul pertanyaan.
Individu yang diizinkan untuk memeriksa permintaan atau resep dinilai kompeten untuk melakukannya.
Pemeriksaan difasilitasi oleh catatan (profil) untuk semua pasien yang menerima obat-obatan.
Piranti lunak komputer, bila digunakan untuk pemeriksaan silang (cross-check) obat-obatan untuk obat-
obatan/interaksi obat dan alergi, diperbarui secara berkala.
Standar MPO.5.2
Suatu sistem digunakan untuk mengeluarkan obat-obatan dengan dosis yang tepat bagi pasien yang benar pada saat
yang tepat.
145
disiapkan dan dibagikan dengan bentuk/wadah laindan tidak segera diberikanobat-obatan tersebut harus diberi
label dengan nama obatnya, dosis/konsentrasinya, tanggal penyiapan, dan tanggal kadaluarsa. Pusat farmasi rumah
sakit dan tempat-tempat distribusi obat-obatan lainnya di seluruh rumah sakit menggunakan sistem yang sama.
Sistem ini mendukung pengeluaran obat-obatan yang akurat secara tepat waktu.
1.
2.
3.
4.
5.
Terdapat sistem pengeluaran dan penyaluran obat-obatan yang seragam dalam rumah sakit.
Setelah penyiapan, obat-obatan diberi label dengan nama obat, dosis/konsentrasi, tanggal penyiapan,
tanggal kadaluarsa dan nama pasien.
Obat-obatan dibagikan dalam bentuk yang paling siap diberikan.
Sistem tersebut mendukung pengeluaran yang akurat.
Sistem tersebut mendukung pengeluaran yang tepat waktu.
Standar MPO.6
Rumah sakit mengidentifikasi mereka yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk memberikan obat-obatan.
Standar MPO.6.1
Pemberian obat-obatan meliputi proses verifikasi bahwa obat-obatan tersebut tepat sesuai dengan permintaan.
146
Rumah sakit menetapkan proses verifikasi untuk digunakan pada pemberian obat-obatan.
Proses pemeriksaan kelayakan yang dijabarkan dalam MPO.5.1 juga harus dilaksanakan oleh individu yang
memenuhi kualifikasi bila obat-obatan disiapkan dan dikeluarkan oleh unit perawatan pasien.
1.
2.
3.
4.
5.
Standar MPO.6.2
Kebijakan dan prosedur mengatur obat-obatan yang dibawa masuk ke dalam rumah sakit untuk dikonsumsi sendiri
oleh pasien atau sebagai sampel.
Ada kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk mengatur konsumsi obat-obatan pasien atas inisiatif
sendiri.
Ada kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk mengatur dokumentasi dan manajemen obat-obatan
yang dibawa masuk ke dalam rumah sakit untuk atau oleh pasien.
Ada kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk mengatur ketersediaan dan penggunaan sampel obat-
obatan.
Standar MPO.7
Efek-efek obat-obatan pada pasien dipantau.
147
respons terapi yang diantisipasi serta respons alergi, obat/interaksi obat yang tidak terduga, atau perubahan sistem
keseimbangan pasien yang dapat meningkatkan risiko jatuh dan sebagainya.
Pemantauan efek-efek obat mencakup pengamatan dan dokumentasi setiap efek samping (efek tak terduga) yang
muncul. Rumah sakit memiliki kebijakan untuk mengidentifikasi semua efek samping yang harus dicatat dan yang
harus dilaporkan. Rumah sakit menyusun mekanisme pelaporan efek samping yang terjadi jika diwajibkan dan
kurun waktu pelaporan.
1. Efek-efek obat-obatan pada pasien dipantau, termasuk efek samping. (Juga lihat AP.2, EP 1)
2. Proses pemantauan tersebut bersifat kolaboratif.
3. Rumah sakit memiliki suatu kebijakan yang mengidentifikasi efek-efek samping yang harus dicatat dalam
rekam medis pasien dan yang harus dilaporkan kepada rumah sakit. (Juga lihat PMKP.6, EP 3)
4. Efek-efek samping didokumentasikan di dalam rekam medis pasien seperti yang diatur oleh kebijakan.
5. Efek-efek samping dilaporkan dalam kurun waktu yang diatur oleh kebijakan.
Standar MPO.7.1
Kesalahan obat, termasuk kejadian nyaris cedera (near miss), dilaporkan melalui suatu proses dan kurun waktu yang
ditetapkan rumah sakit.
148
Kesalahan obat dan kejadian nyaris cedera (KNC near miss) didefinisikan melalui suatu proses kolaboratif.
(Juga lihat PMKP.6, EP 4, dan PMKP.7, EP 1)
Kesalahan obat dan kejadian nyaris cedera (KNC near miss) dilaporkan secara tepat waktu dengan meng-
gunakan proses yang ditetapkan. (Juga lihat PMKP.7, EP 2)
Ditunjuk siapa yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan berdasarkan laporan itu.
Rumah sakit menggunakan informasi pelaporan kesalahan obat dan kejadian nyaris cedera (KNC near miss)
untuk memperbaiki proses-proses penggunaan obat-obatan. (Juga lihat PMKP.7, EP 3)
150
Gambaran Umum
Penyuluhan bagi pasien dan keluarganya membantu pasien untuk dapat berpartisipasi lebih baik dalam
perawatan dan mengambil keputusan-keputusan perawatan. Penyuluhan ini diberikan oleh berbagai staf rumah
sakit. Penyuluhan diberikan pada saat pasien berinteraksi dengan dokternya atau dengan perawat. Pihak lain
memberikan penyuluhan pada saat mereka memberikan layanan-layanan khusus, seperti rehabilitasi atau terapi
nutrisi, atau saat mempersiapkan pasien untuk pulang dan perawatan lanjutan. Oleh karena banyaknya staf yang
membantu menyuluh pasien dan keluarganya, maka staf rumah sakit perlu mengkoordinasikan kegiatan mereka
dan memfokuskan diri pada apa saja yang perlu dipelajari pasien.
Dengan demikian, penyuluhan yang efektif diawali dengan melakukan penilaian terhadap kebutuhan belajar
pasien dan keluarganya. Penilaian ini menentukan bukan hanya apa yang harus dipelajari melainkan juga
bagaimana cara terbaik untuk melaksanakan pembelajaran tersebut. Pembelajaran sendiri akan berlangsung paling
efektif jika disesuaikan dengan pilihan belajar, nilai agama dan budaya serta kemampuan membaca dan bahasa
seseorang. Pembelajaran juga dipengaruhi oleh kapan waktu pelaksanaannya dalam proses perawatan.
Penyuluhan mencakup pengetahuan yang diperlukan selama proses perawatan dan pengetahuan yang diperlukan
setelah pasien dipindahkan ke tempat perawatan lain atau dipulangkan. Dengan demikian, penyuluhan dapat
mencakup informasi mengenai sumber daya di masyarakat untuk perawatan tambahan dan perawatan tindak
lanjut (follow-up) yang dibutuhkan serta bagaimana cara mengakses layanan gawat darurat jika diperlukan.
Penyuluhan yang efektif dalam suatu rumah sakit menggunakan format elektronik dan visual yang tersedia,
berbagai teknik pembelajaran jarak jauh, dan cara-cara lain-lain.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan
persyaratan, pernyataan tujuan, atau elemen terukurnya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat
dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Tujuan, dan Elemen Terukur.
PPKP.1 Rumah sakit menyediakan penyuluhan yang mendukung partisipasi pasien dan keluarganya dalam
keputusan perawatan dan proses perawatan.
PPKP.2 Kebutuhan penyuluhan setiap pasien diases dan dimasukkan ke dalam rekam medisnya.
PPKP.2.1
151
PPKP.3 Penyuluhan dan pelatihan membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien yang berkesinambungan.
PPKP.4 Penyuluhan pasien dan keluarganya mencakup topik-topik berikut, yang berkaitan dengan perawatan
pasien: penggunaan obat-obatan yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi
antara obat-obatan dan makanan, panduan gizi, manajemen nyeri, serta teknik-teknik rehabilitasi.
PPKP.5 Metode penyuluhan mempertimbangkan nilai dan preferensi pasien dan keluarganya serta
memungkinkan interaksi yang memadai antara pasien, keluarga pasien dan staf untuk terjadinya
pembelajaran.
PPKP.6 Profesional kesehatan yang merawat pasien bekerja sama untuk menyediakan penyuluhan.
152
Tujuan PPKP.1
Rumah sakit memberikan penyuluhan bagi pasien dan keluarga pasien supaya mereka mempunyai pengetahuan
dan keterampilan untuk berpartisipasi dalam proses perawatan kesehatan dan keputusan perawatan. Setiap rumah
sakit memasukkan penyuluhan ke dalam proses perawatan berdasarkan misinya, layanan yang disediakan, serta
populasi pasiennya. Penyuluhan direncanakan untuk memastikan bahwa setiap pasien mendapat penyuluhan
yang dibutuhkannya. Rumah sakit memilih cara untuk mengelola sumber daya pendidikannya dengan efektif
dan efisien. Rumah sakit dapat menunjuk koordinator penyuluhan atau komite penyuluhan, menyelenggarakan
layanan penyuluhan, atau bekerja dengan semua staf untuk menyediakan penyuluhan secara terkoordinasi.
Standar PPKP.2
Kebutuhan penyuluhan setiap pasien diases dan dimasukkan ke dalam rekam medisnya.
Tujuan PPKP.2
Penyuluhan berfokus pada pengetahuan dan keterampilan khusus yang akan dibutuhkan pasien dan keluarganya
untuk membuat keputusan perawatan, berpartisipasi dalam perawatan, dan melanjutkan perawatan di rumah.
Hal ini berbeda dengan arus informasi pada umumnya antara staf dan pasien yang bersifat informatif, tetapi tidak
edukatif.
Untuk memahami kebutuhan edukasi setiap pasien dan keluarganya, terdapat proses penilaian untuk menetapkan
jenis operasi bedah, prosedur invasif lainnya dan pengobatan apa saja yang direncanakan, apakah kebutuhan
keperawatannya, dan apakah kebutuhan perawatan lanjutannya nanti setelah pasien pulang. Penilaian ini
memungkinkan mereka yang merawat pasien untuk dapat merencanakan dan memberikan penyuluhan yang
diperlukan.
Penyuluhan oleh staf rumah sakit diberikan kepada pasien dan keluarganya untuk mendukung keputusan dalam
proses perawatan. Penyuluhan yang disediakan merupakan bagian dari proses untuk memperoleh pernyataan
persetujuan (misalnya, untuk pembedahan dan anestesi) dan didokumentasikan dalam rekam medis. Selain itu,
apabila pasien atau keluarganya berpartisipasi secara langsung dalam penyediaan perawatan (misalnya mengganti
perban, memberi makan pasien, memberikan obat-obatan dan pengobatan lainnya), mereka perlu diberi penyuluhan.
Setelah kebutuhan penyuluhan diidentifikasi, kebutuhan-kebutuhan ini ditulis dalam rekam medis. Hal ini
membantu semua pemberi pelayanan untuk berpartisipasi dalam proses penyuluhan. Setiap rumah sakit memutuskan di mana dan dalam format apa dalam rekam medis asesmen pendidikan, perencanaan, dan penyampaian
informasi itu dicatat.
153
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Standar PPKP.2.1
Kemampuan dan kemauan pasien serta keluarganya untuk belajar diases.
Tujuan PPKP.2.1
Kekuatan dan kekurangan dalam pengetahuan dan keterampilan diidentifikasi dan digunakan untuk merencanakan penyuluhan. Ada banyak variabel pasien yang menentukan apakah pasien dan keluarga pasien bersedia dan
mampu untuk belajar. Dengan demikian, untuk merencanakan penyuluhan, rumah sakit harus menilai
a) kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut pasien dan keluarganya;
b) kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa mereka;
c) hambatan emosional dan motivasi;
d) keterbatasan fisik dan kognitif; serta
e) kemauan pasien untuk menerima informasi (Juga lihat HPK.5, EP 3)
1. Pasien dan keluarga pasien dinilai dari segi elemen a) hingga e) dari tujuan. (Juga lihat HPK.1.1, EP 1)
2. Hasil penilaian digunakan untuk merencanakan penyuluhan.
3. Hasil penilaian didokumentasikan dalam rekam medis.
Standar PPKP.3
Penyuluhan dan pelatihan membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien yang berkesinambungan.
Tujuan PPKP.3
Sering kali pasien memerlukan perawatan tindak lanjut/follow-up untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang berkesinambungan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka. Informasi kesehatan umum yang disediakan oleh
rumah sakit atau dari sumber daya masyarakat dapat mencakup kapan kegiatan sehari-hari dapat dilanjutkan kembali setelah pasien pulang, praktik-praktik pencegahan yang relevan untuk kondisi atau sasaran kesehatan pasien,
informasi mengenai cara menanggulangi penyakit atau cacat/ketidakmampuan jika relevan dengan kondisi pasien.
Rumah sakit mengidentifikasi sumber daya pendidikan dan pelatihan yang tersedia di masyarakat. Secara khusus,
dicarilah rumah sakit umum yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit, dan, jika
memungkinkan, dijalin hubungan kerja sama yang berkesinambungan dengan rumah sakit-rumah sakit ini.
154
2.
3.
mereka secara berkesinambungan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka. (Juga lihat MKI.3, EP
1 dan 2)
Rumah sakit mengidentifikasi dan membangun hubungan kerja sama dengan sumber daya masyarakat
yang mendukung pendidikan tentang pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan dan pencegahan
penyakit. (Juga lihat APKP.3.1, EP 2, dan TKKA.3.1, EP 2)
Apabila diindikasi oleh kondisi pasien, pasien dirujuk pada sumber daya yang tersedia dalam masyarakat.
(Juga lihat TKKA.3.1, EP 2)
Standar PPKP.4
Penyuluhan pasien dan keluarganya mencakup topik-topik berikut, yang berkaitan dengan perawatan pasien:
penggunaan obat-obatan yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obatobatan dan makanan, panduan gizi, manajemen nyeri, serta teknik-teknik rehabilitasi.
Tujuan PPKP.4
Rumah sakit memberikan penyuluhan secara rutin kepada pasien untuk bidang-bidang yang berisiko tinggi.
Penyuluhan membantu proses pemulihan pasien ke tingkat fungsional sebelumnya dan pemeliharaan kesehatan
yang optimal.
Dengan menggunakan materi dan proses-proses yang sudah standar, rumah sakit memberikan penyuluhan
kepada pasien setidaknya untuk topik-topik berikut
Bagaimana menggunakan secara aman dan efektif semua obat-obatan yang dikonsumsi pasien (bukan
hanya obat-obatan sesudah pasien pulang), termasuk efek samping obat yang mungkin terjadi
Bagaimana menggunakan peralatan medis secara aman dan efektif
Interaksi yang mungkin terjadi antara obat-obatan resep dengan obat-obatan lain (termasuk obat obatan
bebas) dan dengan makanan
Diet dan gizi
Manajemen nyeri
Teknik-teknik rehabilitasi
1.
2.
3.
4.
5.
Standar PPKP.5
Metode penyuluhan dipilih dengan mempertimbangkan nilai yang dianut dan preferensi pasien dan keluarganya
serta memungkinkan terjadinya interaksi yang memadai antara pasien, keluarga pasien dan staf sehingga terjadi
proses pembelajaran.
155
Tujuan PPKP.5
Metode yang digunakan untuk mendidik pasien dan keluarganya harus diperhatikan apabila kita ingin proses
pembelajaran terjadi. Pemahaman akan pasien dan keluarganya membantu rumah sakit dalam memilih tenaga
pendidik dan metode penyuluhan yang sesuai dengan nilai dan preferensi pasien dan keluarganya. Pemahaman
ini juga bertujuan mengidentifikasi peran keluarga dan metode pengajaran yang digunakan.
Pasien dan keluarga pasien dianjurkan untuk berpartisipasi dalam proses perawatan dengan berani bicara dan
mengajukan pertanyaan pada staf untuk memastikan bahwa mereka sudah memiliki pemahaman yang benar dan
mengetahui bagaimana nantinya mereka mesti berpartisipasi. Staf menyadari pentingnya peran pasien dalam
penyediaan perawatan yang aman dan bermutu tinggi.
Peluang interaksi antara staf, pasien, dan keluarganya memungkinkan adanya masukan untuk menjamin bahwa
informasi dimengerti, bermanfaat dan dapat digunakan (Juga lihat MKI.3, EP 1 dan 2). Rumah sakit juga
memutuskan kapan dan bagaimana penyuluhan lisan ditunjang dengan materi-materi tertulis untuk meningkatkan
pemahaman dan menyediakan referensi penyuluhan di masa mendatang.
Terdapat suatu proses untuk memverifikasi pasien dan keluarga bahwa mereka telah menerima dan
memahami penyuluhan yang diberikan. (Juga lihat MKI.3, EP 1 dan 2)
Mereka yang memberikan penyuluhan mendorong pasien dan keluarga pasien untuk bertanya dan
berperan sebagai peserta yang aktif. (Juga lihat HPK.2, EP 1)
Informasi lisan ditunjang dengan materi tertulis yang berkaitan dengan kebutuhan pasien dan konsisten
dengan preferensi pembelajaran pasien dan keluarga pasien. (Juga lihat HPK.2.1, pernyataan tujuan, dan
MKI.3)
Standar PPKP.6
Profesional kesehatan yang merawat pasien bekerja sama untuk menyediakan penyuluhan.
Tujuan PPKP.6
Penyuluhan Pasien dan Keluarga Pasien
(PPKP)
Jika para profesional perawatan kesehatan saling memahami bagaimana kontribusi masing-masing terhadap
penyuluhan pasien, mereka akan dapat bekerja sama lebih efektif. Kerja sama ini nantinya membantu memastikan
bahwa informasi yang diterima pasien dan keluarganya bersifat menyeluruh, konsisten dan seefektif mungkin.
Kerja sama didasarkan pada kebutuhan pasien dan karenanya tidak selalu diperlukan.
Agar penyuluhan berlangsung efektif, hal-hal berikut perlu dipertimbangkan, antara lain pengetahuan tentang
materi pelajaran, tersedianya waktu yang cukup, dan kemampuan untuk berkomunikasi efektif.
156
1.
2.
3.
4.
Penyuluhan pasien dan keluarga pasien disediakan secara kolaboratif jika diindikasikan.
Mereka yang memberikan penyuluhan memiliki pengetahuan tentang materi untuk melakukannya.
Mereka yang memberikan penyuluhan memiliki waktu yang cukup untuk melakukannya.
Mereka yang memberikan penyuluhan memiliki keterampilan komunikasi untuk melakukannya.
(Juga lihat PAB.5.1, EP 2)
158
Bagian II:
Standar-standar Manajemen
Organisasi Pelayanan
Kesehatan
159
160
Gambaran Umum
Bab ini menjabarkan pendekatan menyeluruh terhadap perbaikan mutu dan keselamatan pasien. Untuk
memperbaiki mutu secara keseluruhan, kita perlu secara terus-menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan
staf. Risiko semacam itu dapat muncul dalam proses klinis maupun lingkungan fisik rumah sakit. Pendekatan ini
meliputi:
bagaimana memimpin dan merencanakan program perbaikan mutu dan keselamatan pasien;
bagaimana merancang suatu proses klinis dan manajerial yang baru dengan baik;
bagaimana mengases seberapa baiknya proses berjalan melalui pengumpulan data;
bagaimana menganalisis data itu; dan
bagaimana menerapkan dan mempertahankan perubahan yang ditimbulkan dalam proses perbaikan mutu.
Program perbaikan mutu dan keselamatan pasien
Mutu dan keselamatan berakar pada pekerjaan sehari-hari setiap profesional perawatan kesehatan dan staf
lainnya. Pada saat dokter atau perawat melakukan asesmen tentang kebutuhan pasien dan memberikan perawatan
kepadanya, bab ini dapat membantu mereka memahami bagaimana cara membuat perbaikan nyata yang dapat
menolong si pasien dan mengurangi risiko yang dihadapi. Demikian pula, para manajer, staf pendukung dan
lain-lain dapat menerapkan standar-standar tersebut dalam pekerjaan sehari-hari untuk memahami bagaimana
membuat proses lebih efisien, memanfaatkan sumber daya lebih bijaksana, dan mengurangi risiko-risiko fisik.
Bab ini menekankan bahwa upaya terus-menerus merencanakan, merancang, mengukur, menganalisis dan
meningkatkan proses klinis maupun manajerial harus diatur dengan baik dan membutuhkan kepemimpinan
yang jelas agar dicapai hasil maksimal. Pendekatan ini telah memperhitungkan fakta bahwa sebagian besar
proses perawatan klinis melibatkan lebih dari satu departemen atau unit dan dapat melibatkan banyak
invididu. Pendekatan ini juga memperhitungkan bahwa sebagian besar masalah klinis dan manajerial itu saling
berhubungan. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan proses tersebut harus dipandu dengan kerangka
kerja yang menyeluruh baik bagi kegiatan manajemen maupun kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan mutu
di rumah sakit; juga dipantau oleh kelompok atau panitia pengawasan perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
Standar akreditasi internasional ini membahas kegiatan manajerial dan klinis dalam suatu rumah sakit secara
161
mendetail, termasuk kerangka kerja untuk meningkatkan kegiatan tersebut dan mengurangi risiko yang terkait
dengan proses-proses yang bervariasi.
Dengan demikian, kerangka kerja yang disajikan dalam standar ini tidak hanya sesuai untuk berbagai macam
program yang terstruktur tetapi juga sesuai dengan pendekatan terhadap perbaikan mutu dan keselamatan
pasien yang sifatnya tidak begitu formal. Kerangka kerja ini juga dapat menggabungkan program pengukuran
tradisional, seperti yang berkaitan dengan peristiwa yang tidak terduga (manajemen risiko) dan penggunaan
sumber daya (manajemen pemanfaatan).
Sejalan dengan waktu, rumah sakit yang mengikuti kerangka kerja tersebut akan dapat
mengembangkan dukungan kepemimpinan yang lebih besar untuk program di tingkat rumah sakit;
melatih dan melibatkan lebih banyak staf;
menetapkan prioritas yang lebih jelas mengenai apa yang harus diukur;
mengambil keputusan berdasarkan pengukuran data; dan
membuat perbaikan atas dasar perbandingan terhadap rumah sakit lain, di tingkat nasional maupun
internasional.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Untuk memudahkan, standar-standar berikut disajikan
tanpa maksud dan tujuan mereka ataupun elemen penilaian. Tentang informasi lebih lanjut mengenai standar
tersebut, silahkan lihat bagian berikutnya dalam bab ini, Standar, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian.
PMKP.1 Mereka yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola rumah sakit berpartisipasi dalam
perencanaan dan pengukuran program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
PMKP.1.1 Pemimpin rumah sakit bekerja sama melaksanakan program perbaikan mutu dan
keselamatan pasien.
PMKP.1.2 Pemimpin menetapkan mana prioritas yang harus diukur dan kegiatan perbaikan serta
keselamatan pasien mana yang harus dilaksanakan.
PMKP.1.3 Pemimpin menyediakan dukungan teknologi dan lain-lain bagi program perbaikan mutu
dan keselamatan pasien.
QPS.1.4
QPS.1.5
162
PMKP.2.1 Clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis), clinical pathways (alur klinis), dan/
atau protokol klinis digunakan untuk memandu perawatan klinis.
PMKP.3.1 Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran-ukuran penting untuk tiap struktur,
proses, dan hasil kerja klinis rumah sakit.
PMKP.3.2 Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran penting untuk tiap struktur, proses
dan hasil kerja manajerial rumah sakit.
PMKP.3.3 Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran penting untuk tiap Sasaran
Internasional Keselamatan Pasien.
PMKP.3
PMKP.4.1 Frekuensi analisis data sesuai dengan proses yang dipelajari dan memenuhi kebutuhan
rumah sakit.
PMKP.4.2 Proses analisis mencakup perbandingan internal, perbandingan dengan rumah sakit
lain apabila ada, dan dengan standar-standar ilmiah serta praktik-praktik yang
diinginkan.
PMKP.5
PMKP.5.1 Apabila rumah sakit mempublikasikan data atau mengunggah (posting) data pada situs
jaringan publik, pemimpin rumah sakit harus memastikan bahwa data tersebut dapat
dipercaya.
PMKP.6
Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan mengelola
kejadian sentinel.
PMKP.7
Data dianalisis ketika muncul tren atau variasi yang tidak diinginkan dari data itu.
PMKP.8 Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
kegagalan.
Perbaikan
PMKP.9 Perbaikan mutu dan keselamatan dicapai dan berkelanjutan.
PMKP.10 Kegiatan perbaikan dan keselamatan dilakukan pada area prioritas yang telah diidentifikasi oleh
pemimpin rumah sakit.
PMKP.11 Suatu program manajemen risiko yang berkelanjutan digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengurangi Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan risiko-risiko keselamatan lainnya pada pasien dan
staf.
163
Standar PMKP.1
Mereka yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola rumah sakit berpartisipasi dalam perencanaan
dan pengukuran program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
Pemimpin rumah sakit berpartisipasi dalam penyusunan rencana untuk program perbaikan mutu dan
keselamatan pasien.
Pemimpin rumah sakit berpartisipasi dalam penilaian program perbaikan mutu dan keselamatan
pasien.
Pemimpin rumah sakit menciptakan proses atau mekanisme pengawasan terhadap program perbaikan
mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
Pemimpin rumah sakit melaporkan program mutu dan keselamatan pasien kepada lembaga tata kelola.
Standar PMKP.1.1
Pemimpin rumah sakit bekerja sama melaksanakan program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
164
keselamatan pasien, atau program dan unit lainnya. Untuk memperbaiki hasil perawatan terhadap pasien
diperlukan program yang inklusif, karena pasien menerima perawatan dari berbagai departemen dan
jawatan dan/atau berbagai staf klinis; dan
pendekatan sistematis di mana pendekatan tersebut menerapkan proses mutu dan pengetahuan yang
setidaknya mirip atau seragam dalam melaksanakan semua kegiatan perbaikan dan keselamatan pasien.
Standar PMKP.1.2
Pemimpin menetapkan prioritas, proses mana yang harus diukur dan kegiatan perbaikan serta keselamatan pasien
mana yang harus dilaksanakan.
Standar PMKP.1.3
Pemimpin menyediakan dukungan teknologi dan lain-lain bagi program perbaikan mutu dan keselamatan
pasien.
165
1.
2.
Pemimpin memahami teknologi dan dukungan apa saja yang diperlukan untuk menelusuri dan
membandingkan hasil-hasil pengukuran.
Pemimpin menyediakan teknologi dan dukungan, konsisten dengan sumber daya yang tersedia di rumah
sakit untuk menelusuri dan membandingkan hasil-hasil pengukuran.
Standar PMKP.1.4
Informasi perbaikan mutu dan keselamatan pasien dikomunikasikan kepada staf.
Standar PMKP.1.5
Staf dilatih untuk berpartisipasi dalam program.
Terdapat program pelatihan bagi staf, sesuai dengan peran mereka dalam program perbaikan mutu dan
keselamatan pasien.
Pelatihan itu diberikan oleh orang yang berpengetahuan memadai.
Staf rumah sakit berpartisipasi dalam pelatihan sebagai bagian dari tugas reguler.
Standar PMKP.2
Rumah sakit merancang sistem dan proses, baik yang baru maupun dari hasil modifikasi berdasarkan prinsip perbaikan
mutu.
166
Sering kali rumah sakit memperoleh peluang untuk merancang proses baru atau memang perlu memodifikasi
proses yang sudah ada. Proses baru atau hasil modifikasi itu dirancang berdasarkan sumber-sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan, termasuk undang-undang dan peraturan yang berlaku. Yang dimaksud dengan sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan adalah clinical practical guidelines (juga lihat standar PMKP.2.1) untuk proses klinis, bila
tersedia, segala macam standar dan norma yang berlaku secara nasional, serta sumber informasi lainnya.
Proses baru atau hasil modifikasi itu juga dapat dirancang berdasarkan informasi dari pengalaman-pengalaman
pihak lain yang dianggap telah mempraktikkan best/better/good practice. Praktik-praktik semacam itu dievaluasi
oleh rumah sakit, lalu yang relevan dapat digunakan dan diuji coba.
Sebuah proses atau layanan dirancang dengan baik bila proses atau rancangan itu menggunakan berbagai macam
sumber informasi. Desain proses yang baik itu
konsisten dengan misi dan rencana rumah sakit;
memenuhi kebutuhan pasien, keluarga pasien, staf, dan lain-lain;
menggunakan practical guidelines terkini, standar klinis, literatur ilmiah dan informasi lain yang relevan,
terkini dan sudah terbukti tentang praktik-praktik klinis;
konsisten dengan praktik bisnis yang sehat;
memperhitungkan juga informasi relevan tentang manajemen risiko;
dibuat berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang tersedia di rumah sakit ybs.;
dibuat berdasarkan best/better/good practices di rumah sakit lain;
memanfaatkan informasi dari kegiatan-kegiatan perbaikan yang terkait; dan
mengintegrasikan dan menghubung-hubungkan pelbagai proses dan sistem.
Pada saat merancang proses baru, rumah sakit menentukan sistem pengukuran yang tepat untuk proses tersebut.
Begitu proses baru itu diterapkan, rumah sakit tersebut mengumpulkan data untuk menilai apakah proses
tersebut telah terlaksana seperti yang diharapkan.
Baik ketika merancang proses yang sama sekali baru maupun yang berupa modifikasi diterapkan prinsip-
prinsip dan alat perbaikan mutu.
Elemen-elemen desain dalam maksud dan tujuan disertakan, apabila relevan bagi proses yang sedang
dirancang atau dimodifikasi.
Ukuran untuk mengevaluasi ditentukan untuk menilai seberapa baikkah berjalannya proses yang baru
didesain atau didesain ulang.
Data pengukuran digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan proses, yang sedang berlangsung.
Standar PMKP.2.1
Clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis), clinical pathways (alur klinis), dan/atau protokol klinis
digunakan untuk memandu perawatan klinis.
167
secara konsisten menyediakan perawatan bermutu tinggi dengan menggunakan praktik-praktik yang sudah
terbukti.
Berbagai sarana dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan di atas dan tujuan lainnya. Sebagai contoh, yang
diupayakan para praktisi pelayanan kesehatan adalah mengembangkan proses perawatan klinis dan membuat keputusan berdasarkan bukti ilmiah terbaik yang tersedia. Untuk upaya ini, clinical practic guidelines merupakan sarana
yang bermanfaat untuk memahami dan menerapkan sains terbaik pada diagnosis atau kondisi-kondisi tertentu.
Selain itu, para praktisi pelayanan kesehatan pasti juga berupaya untuk menstandarisasi proses perawatan. Clinical
care pathway (alur perawatan klinis) dan protokol klinis merupakan sarana yang berguna untuk memastikan
terlaksananya integrasi dan koordinasi yang efektif terhadap perawatan dan efisiensi penggunaan sumber daya
yang ada. Pedoman praktik klinis, clinical care pathway, dan protokol klinis yang sesuai dengan populasi pasien
dan misi rumah sakit adalah
a) dipilih dari semua yang dapat diberlakukan terhadap jenis layanan dan pasien rumah sakit ybs. (jika ada,
pedoman nasional yang bersifat wajib disertakan dalam proses ini);
b) dievaluasi kesesuaiannya bagi populasi pasien rumah sakit;
c) disesuaikan, jika perlu, dengan teknologi, obat-obatan, dan sumber daya lainnya yang ada di rumah sakit
atau dengan norma profesional yang diakui secara nasional;
d) dinilai seberapa jauh terbukti secara ilmiah;
e) secara formal disetujui atau diterapkan oleh rumah sakit;
f) diterapkan dan diukur bagaimana bila digunakan secara konsisten dan bagaimana pula efektivitasnya;
g) didukung oleh staf yang terlatih untuk menerapkan pedoman atau pathway; dan
h) diperbarui secara berkala berdasarkan perubahan-perubahan yang ada di dalam bukti dan evaluasi
terhadap proses dan hasilnya.
Setiap tahun rumah sakit diharapkan untuk mencapai:
Setidaknya ada lima bidang prioritas sebagai fokus yang ditetapkan oleh pemimpin rumah sakit,
sebagai misal diagnosis pasien, prosedur, populasi, atau penyakit. Di bidang-bidang tersebut guidelines
(pedoman), pathway (alur), dan protokol berdampak terhadap aspek mutu dan keselamatan perawatan
pasien; juga dapat mengurangi terjadinya variasi hasil yang tidak diinginkan.
Seluruh proses dari a) hingga h) di atas terpenuhi untuk bidang-bidang fokus yang diprioritaskan.
Standar PMKP.3
Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran-ukuran penting dalam struktur, proses, dan hasil kerja rumah
168
sakit untuk digunakan dalam rencana perbaikan mutu dan keselamatan pasien di tingkat keseluruhan organisasi.
Standar PMKP.3.1
Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran-ukuran penting untuk tiap struktur, proses, dan hasil klinis rumah
sakit.
Standar PMKP.3.2
Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran penting untuk tiap struktur, proses dan hasil manajerial rumah
sakit.
Standar PMKP.3.3
Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran penting untuk tiap Sasaran Internasional Keselamatan Pasien.
169
Pemimpin rumah sakit menetapkan bidang-bidang mana saja yang ditargetkan untuk diukur dan
ditingkatkan.
Pengukuran merupakan bagian dari program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
Hasil-hasil pengukuran dikomunikasikan pada mekanisme pengawasan dan secara berkala kepada
pemimpin rumah sakit dan struktur tata kelola (governance) rumah sakit.
170
2.
3.
4.
5.
6.
Pemimpin manajerial menetapkan ukuran-ukuran penting yang disebutkan di a) hingga i) untuk tiap
bidang manajerial yang disebutkan di maksud dan tujuan.
Pemimpin mengamati sains atau bukti yang mendukung tiap ukuran yang dipilih.
Pengukuran meliputi struktur, proses, dan hasil.
Untuk tiap ukuran, ruang lingkup, metode, dan frekuensinya ditetapkan.
Data pengukuran manajerial dikumpulkan dan digunakan untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan.
Pemimpin klinis dan manajerial menetapkan ukuran penting untuk setiap Sasaran Internasional
Keselamatan Pasien.
Pengukuran Sasaran Internasional Keselamatan Pasien meliputi bidang-bidang yang ditetapkan dalam
SIKP.1 hingga SIKP.6.
Data pengukuran digunakan untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan.
171
4. Hasil-hasil analisis dilaporkan kepada mereka yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan.
(Juga lihat TKKA.3.4, EP 2)
Standar PMKP.4.1
Frekuensi analisis data sesuai dengan proses yang dipelajari dan memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Standar PMKP.4.2
Proses analisis mencakup perbandingan internal, perbandingan dengan rumah sakit lain apabila ada, dan dengan
standar-standar ilmiah serta praktik-praktik yang diinginkan.
1.
2.
3.
4.
Standar PMKP.5
Rumah sakit menggunakan proses internal untuk melakukan validasi data.
172
pentingnya pengukuran yang dapat dipercaya bagi semua perbaikan. Untuk menjamin bahwa data yang
terkumpul itu baik dan bermanfaat, perlu dilaksanakan suatu proses internal untuk menyahihkan data.
Penyahihan/validasi data penting ketika
suatu ukuran baru diterapkan (khususnya, ukuran klinis yang dimaksudkan untuk membantu rumah
sakit mengevaluasi dan meningkatkan proses atau hasil klinis yang penting);
data akan ditampilkan kepada publik lewat situs Web rumah sakit atau cara lain;
suatu perubahan telah dibuat pada suatu ukuran yang ada, seperti jika alat pengumpulan data telah
diubah atau proses abstraksi data atau abstractor telah diubah;
data yang dihasilkan dari ukuran sebelumnya berubah tanpa alasan jelas;
sumber data berubah, misalnya jika ada bagian dari catatan pasien yang diubah ke format elektronik
sehingga sumber datanya menjadi elektronik dan kertas; atau
subjek pengumpulan data berubah, misalnya perubahan dalam umur pasien rata-rata, perubahan
protokol penelitian, penerapan practice guidelines (pedoman praktik) baru, atau pemakaian teknologi dan
metodologi perawatan baru.
Penyahihan/validasi data merupakan alat penting untuk memahami mutu dari data mutu dan untuk mencapai
tingkat di mana data tersebut cukup meyakinkan bagi para pembuat keputusan. Validasi data menjadi salah satu
langkah dalam proses penentuan prioritas untuk pengukuran, pemilihan apa yang harus diukur, pemilihan dan
pengujian ukuran, pengumpulan data, validasi data dan penggunaan data untuk perbaikan.
Elemen penting dari suatu proses penyahihan/validasi data yang dapat dipercaya meliputi sebagai berikut:
a) Pengumpulan ulang data dilakukan oleh orang kedua yang tidak terlibat dalam pengumpulan data orisinil
b) Penggunaan sampel rekor, kasus, dan data lainnya yang sahih secara statistik. Penggunaan 100% sampel
hanya diperlukan apabila jumlah rekor, kasus, atau data lainnya sangat kecil.
c) Pembandingan antara data orisinil dengan data dari pengumpulan ulang.
d) Perhitungan keakuratan dengan membagi jumlah elemen data yang sama dengan jumlah total elemen
data dan mengalikan total tersebut dengan 100. Tingkat keakuratan 90% merupakan tolak ukur yang
baik.
e) Apabila unsur datanya tidak sama, alasan-alasannya (misalnya, definisi data yang tidak jelas) harus dicatat
dan tindakan korektif harus dilaksanakan.
f) Pengumpulan sampel baru setelah semua tindakan korektif dilaksanakan untuk menjamin bahwa tindakan
tersebut menghasilkan tingkat keakuratan yang diinginkan. (Juga lihat KPS.11, EP 4)
Standar PMKP.5.1
Apabila rumah sakit mempublikasikan data atau mengunggah (posting) data pada situs jaringan publik,
pemimpin rumah sakit harus memastikan bahwa data tersebut dapat dipercaya.
173
Pemimpin rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa data tersebut akurat dan terpercaya. Hal
ini dapat dipastikan melalui proses internal rumah sakit untuk evaluasi validasi data atau, sebagai alternatif, lewat
penilaian pihak ketiga yang independen.
Standar PMKP.6
Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan mengelola kejadian sentinel.
Standar PMKP.7
Data dianalisis ketika muncul tren atau variasi yang tidak diinginkan dari data itu.
174
kan, rumah sakit memulai analisis mendalam untuk menentukan di area terbaik mana perlu memfokuskan perbaikan (juga lihat MPO.7.1, maksud dan tujuan). Secara khusus, analisis mendalam dimulai jika tingkat, pola,
atau tren bervariasi secara signifikan dan tidak diinginkan dari
apa yang diharapkan;
apa yang ada di rumah sakit lain; atau
standar-standar yang diakui.
Analisis dilakukan untuk berikut ini:
a. Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi, jika sesuai untuk rumah sakit
b. Semua kejadian serius akibat efek samping obat, jike sesuai dan sebagaimana yang didefinisikan oleh
rumah sakit
c. Semua kesalahan pengobatan yang signifikan, jika sesuai dan sebagaimana yang didefinisikan oleh rumah
sakit
d. Semua perbedaan besar antara diagnosis pra-operasi dan pasca-operasi
e. Efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat atau mendalam dan pemakaian anestesi
f. Kejadian-kejadian lain, seperti wabah penyakit menular
Standar PMKP.8
Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kegagalan.
175
Rumah sakit merencanakan dan menerapkan perbaikan dalam mutu dan keselamatan.
Rumah sakit menggunakan proses yang konsisten untuk mengidentifikasi perbaikan-perbaikan
prioritas yang dipilih oleh pemimpin.
Rumah sakit mendokumentasi perbaikan-perbaikan yang berhasil dicapai dan dipertahankan.
Standar PMKP.10
Kegiatan perbaikan dan keselamatan dilakukan pada area prioritas yang telah diidentifikasi oleh pemimpin
rumah sakit.
176
Area-area prioritas yang diidentifikasi oleh pemimpin rumah sakit disertakan dalam kegiatan
perbaikan. (Juga lihat PMKP.3, EP 1)
Sumber daya manusia dan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan perbaikan ditugaskan atau
dialokasikan.
Perubahan-perubahan direncanakan dan diuji.
Perubahan yang menghasilkan perbaikan dilaksanakan.
Data tersedia untuk menunjukkan bahwa perbaikan adalah efektif dan berkelanjutan.
Perubahan-perubahan kebijakan yang diperlukan untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mempertahankan perbaikan, dibuat.
Perbaikan yang berhasil didokumentasikan.
Standar PMKP.11
Suatu program manajemen risiko yang berkelanjutan digunakan untuk mengidentifikasi dan mengurangi
Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan risiko-risiko keselamatan lainnya pada pasien dan staf.
Pemimpin rumah sakit memakai kerangka kerja manajemen risiko untuk memuat a) hingga h) dalam
maksud dan tujuan.
Rumah sakit melaksanakan dan mendokumentasikan penggunaan alat pengurangan risiko proaktif
setidaknya setiap tahun pada salah satu proses prioritas risiko.
Pemimpin rumah sakit mengambil tindakan untuk mendesain ulang proses berisiko tinggi berdasarkan
analisis.
177
178
Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI)
Prevention and Control of Infections (PCI)
Gambaran Umum
Tujuan program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit adalah untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko penularan atau transmisi infeksi di antara pasien, staf, profesional kesehatan, pekerja kontrak, relawan,
mahasiswa, dan pengunjung.
Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda antara rumah sakit yang satu dengan rumah sakit lainnya,
tergantung pada kegiatan dan layanan klinis rumah sakit yang bersangkutan, populasi pasien yang dilayani, lokasi
geografis, volume pasien, dan jumlah pegawainya.
Program yang efektif umumnya telah menentukan pemimpin program, staf terlatih, metode untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko infeksi secara proaktif, kebijakan dan prosedur yang sesuai, menentukan juga
pendidikan staf, dan pengoordinasian program itu di seluruh rumah sakit.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat
dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, dan Elemen
Penilaian.
PPI.2
PPI.3
PPI.4
Semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi diawasi oleh satu atau lebih individu. Individu
tersebut memiliki kualifikasi yang cukup dalam bidang pencegahan dan pengendalian infeksi yang
didapat dari pendidikan, pelatihan, pengalaman, atau sertifikasi.
Terdapat mekanisme koordinasi untuk semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
melibatkan para dokter, perawat, dan lain-lain berdasarkan ukuran dan kompleksitas rumah sakit.
Program pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan atas pengetahuan ilmiah terkini, pedoman
praktik yang diterima, undang-undang dan peraturan yang berlaku, serta standar-standar untuk sanitasi
dan kebersihan.
Pemimpin rumah sakit menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung program
pencegahan dan pengendalian infeksi.
179
Fokus Program
PPI.5 Rumah sakit merancang dan menerapkan suatu program menyeluruh untuk mengurangi risiko infeksi
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada pasien dan petugas pelayanan kesehatan.
PPI.5.1 Semua wilayah pasien, staf dan pengunjung rumah sakit termasuk dalam program
pencegahan dan pengendalian infeksi.
PPI.6 Rumah sakit menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam menetapkan fokus program pencegahan
PPI.7 Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses yang terkait dengan risiko infeksi dan menerapkan
PPI.7.1 Rumah sakit mengurangi risiko infeksi dengan memastikan pembersihan dan sterilisasi
peralatan yang memadai dan pengelolaan binatu dan linen yang tepat.
PPI.7.1.1
PPI.7.2 Rumah sakit mengurangi risiko infeksi melalui pembuangan limbah yang tepat.
PPI.7.3 Rumah sakit mempunyai kebijakan dan prosedur pembuangan benda tajam dan jarum.
PPI.7.4 Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas yang terkait dengan kegiatan kerja
instalasi makanan dan pengontrolan fungsi mekanis serta teknis (mechanical and engineering).
PPI.7.5 Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas selama pembongkaran, konstruksi dan
renovasi.
Prosedur Isolasi
PPI.8 Rumah sakit menyediakan alat pelindung untuk kewaspadaan (barrier precautions) dan prosedur isolasi
yang melindungi pasien, pengunjung dan staf dari penyakit menular dan melindungi pasien imunosupresi dari
infeksi yang terhadapnya pasien rentan.
PPI.10.1 Rumah sakit menelusuri risiko infeksi, angka infeksi, dan tren infeksi yang terkait dengan
pelayanan kesehatan.
180
PPI.10.2 Perbaikan mutu meliputi ukuran-ukuran yang terkait dengan masalah infeksi yang penting
secara epidemiologis bagi rumah sakit.
PPI.10.3 Rumah sakit menggunakan informasi risiko, tingkat risiko, dan tren risiko untuk merancang
dan memodifikasi proses penurunan risiko infeksi yang terkait dengan perawatan kesehatan
ke tingkat yang serendah mungkin.
PPI.10.4 Rumah sakit membandingkan tingkat infeksi yang terkait pelayanan kesehatan dengan
rumah sakit lain melalui database komparatif.
PPI.10.5 Hasil pengukuran pencegahan dan pengendalian infeksi dalam rumah sakit secara teratur
disampaikan kepada pemimpin dan staf.
PPI.10.6 Rumah sakit melaporkan informasi tentang infeksi kepada instansi kesehatan masyarakat
staf, dokter, pasien, keluarga pasien, dan pemberi pelayanan lainnya bila ada indikasi mereka terlibat
dalam pelayanan.
181
Kegiatan pengawasan program pencegahan dan pengendalian infeksi disesuaikan dengan ukuran, tingkat risiko,
kompleksitas kegiatan dan ruang lingkup program rumah sakit. Satu atau lebih individu, bekerja penuh atau
paruh-waktu, melaksanakan pengawasan tersebut sebagai bagian dari tanggung jawab atau deskripsi pekerjaan
mereka. Kualifikasi mereka tergantung pada kegiatan yang akan mereka laksanakan dan dapat dipenuhi melalui
pendidikan;
pelatihan;
pengalaman; dan
sertifikasi atau lisensi.
Standar PPI.2
Terdapat mekanisme koordinasi untuk semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi memiliki mekanisme
koordinasi yang melibatkan para dokter, perawat, dan lain-lain berdasarkan ukuran dan kompleksitas rumah sakit.
182
sterilisasi pusat, ahli mikrobiologi, apoteker, layanan housekeeping, layanan lingkungan atau fasilitas, supervisor
ruang operasi).
Standar PPI.3
Program pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan atas pengetahuan ilmiah terkini, pedoman praktik
yang diterima, undang-undang dan peraturan yang berlaku, serta standar-standar untuk sanitasi dan kebersihan.
Standar PPI.4
Pemimpin rumah sakit menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung program pencegahan dan
pengendalian infeksi.
183
Sistem manajemen informasi merupakan sumber daya yang penting untuk mendukung penelusuran risiko, angka
dan tren risiko pada infeksi yang terkait dengan pelyanan kesehatan. Analisis data, penafsiran dan presentasi
temuannya didukung oleh petugas-petugas dalam manajemen informasi. Di samping itu, data program dan
informasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi diolah dengan program-program pengelolaan mutu dan
perbaikan mutu rumah sakit.
1. Program pencegahan dan pengendalian infeksi memiliki staf yang memadai, seperti yang disetujui oleh
pemimpin rumah sakit.
2. Pemimpin rumah sakit mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk program pencegahan dan
pengendalian infeksi.
3. Sistem manajemen informasi mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi.
Standar PPI.5
Rumah sakit merancang dan menerapkan suatu program menyeluruh untuk mengurangi risiko infeksi yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada pasien dan petugas pelayanan kesehatan.
Standar PPI.5.1
Program pencegahan dan pengendalian infeksi mencakup semua wilayah keberadaan pasien, staf dan pengunjung
rumah sakit.
184
Standar PPI.6
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI)
Rumah sakit menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam menetapkan fokus program pencegahan dan
penurunan infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Standar PPI.7
Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses yang terkait dengan risiko infeksi dan menerapkan strategi
untuk mengurangi risiko infeksi.
185
1. Rumah sakit telah mengidentifikasi proses-proses yang terkait dengan risiko infeksi.
(Juga lihat MPO.5, EP 1)
2. Rumah sakit telah menerapkan strategi untuk mengurangi risiko infeksi dalam proses-proses tersebut.
(Juga lihat MPO.5, EP 1)
3. Rumah sakit mengidentifikasi risiko mana (Juga lihat PPI.7.1 hingga PPI.7.5) yang membutuhkan
kebijakan dan/atau prosedur, pendidikan staf, perubahan praktik, dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk
mengurangi risiko.
Standar PPI.7.1
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi dengan memastikan pembersihan dan sterilisasi peralatan yang memadai
dan pengelolaan binatu dan linen yang tepat.
Standar PPI.7.1.1
Terdapat kebijakan dan prosedur yang mengidentifikasi proses untuk mengelola persediaan yang sudah
kadaluarsa dan menentukan persyaratan untuk penggunaan kembali peralatan sekali-pakai apabila diizinkan oleh
undang-undang dan peraturan.
186
Di samping itu, peralatan sekali-pakai tertentu dapat dipakai ulang dengan kondisi tertentu. Ada dua risiko
yang dihubungkan dengan penggunaan ulang peralatan sekali-pakai: jadi peningkatan risiko infeksi, dan adanya
risiko bahwa kinerja peralatan mungkin tidak memadai atau tidak dapat diterima setelah diproses ulang. Apabila
peralatan sekali-pakai digunakan ulang, penggunaannya harus diatur oleh kebijakan rumah sakit. Kebijakan
tersebut konsisten dengan undang-undang dan peraturan serta standar profesional dan meliputi identifikasi:
a) peralatan dan materi yang tidak akan pernah dipakai ulang;
b) jumlah pemakaian ulang maksimum untuk tiap peralatan dan materi yang dipakai ulang;
c) jenis kerusakan akibat pemakaian dan keretakan, antara lain, yang menunjukkan bahwa peralatan tersebut
tidak dapat digunakan lagi;
d) proses pembersihan untuk tiap peralatan yang dimulai segera setelah pemakaian dan mengikuti protokol
yang jelas; dan
e) proses untuk pengumpulan, analisis, dan pemakaian data pencegahan dan pengendalian infeksi yang
berkaitan dengan peralatan dan materi yang dipakai ulang.
Standar PPI.7.2
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi melalui pembuangan limbah yang tepat.
Standar PPI.7.3
Rumah sakit mempunyai kebijakan dan prosedur pembuangan benda tajam dan jarum.
187
Standar PPI.7.4
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI)
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas yang terkait dengan kegiatan kerja layanan makanan dan
pengendalian fungsi mekanis serta teknis (mechanical and engineering).
Standar PPI.7.5
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas selama pembongkaran, konstruksi, dan renovasi.
Prosedur Isolasi
Standar PPI.8
Rumah sakit menyediakan Alat Pelindung untuk kewaspadaan (barrier precautions) dan prosedur isolasi yang
melindungi pasien, pengunjung dan staf dari penyakit menular dan melindungi pasien imunosupresi dari infeksi.
188
Kebijakan dan prosedur harus membahas rencana untuk menangani pasien dengan infeksi yang menyebar lewat
udara dalam jangka waktu singkat jika ruang tekanan negatif atau sistem filtrasi HEPA tidak tersedia. Prosedur
isolasi juga membahas perlindungan staf dan pengunjung, lingkungan pasien, dan pembersihan ruangan selama
pasien tinggal dan setelah pasien dipulangkan.
189
1. Rumah sakit mengidentifikasi situasi-situasi di mana sarung tangan dan/atau masker atau pelindung mata
diperlukan.
2. Sarung tangan dan/atau masker atau pelindung mata dipakai secara benar dalam situasi-situasi tersebut.
3. Rumah sakit mengidentifikasi situasi-situasi di mana prosedur cuci tangan dan disinfeksi tangan atau
disinfeksi permukaan tubuh lainnya diperlukan.
4. Prosedur cuci tangan dan disinfeksi tangan dilaksanakan secara tepat dalam area-area tersebut.
5. Rumah sakit telah menggunakan panduan higiene tangan dari sumber-sumber yang berwenang.
Standar PPI.10
Proses pencegahan dan pengendalian infeksi terintegrasi dengan program rumah sakit keseluruhan untuk
perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
Standar PPI.10.1
Rumah sakit menelusuri risiko infeksi, angka infeksi, dan tren infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Standar PPI.10.2
Perbaikan mutu meliputi penggunaan ukuran-ukuran yang terkait dengan masalah infeksi yang penting secara
epidemiologis bagi rumah sakit.
Standar PPI.10.3
Rumah sakit menggunakan informasi risiko, tingkat risiko, dan tren risiko untuk merancang dan memodifikasi
proses penurunan risiko infeksi yang terkait dengan perawatan kesehatan ke tingkat yang serendah mungkin.
Standar PPI.10.4
Rumah sakit membandingkan angka infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan dengan rumah sakit lain
melalui database komparatif.
Standar PPI.10.5
Hasil pengukuran pencegahan dan pengendalian infeksi dalam rumah sakit secara teratur disampaikan kepada
pemimpin dan staf.
Standar PPI.10.6
Rumah sakit melaporkan informasi tentang infeksi kepada instansi kesehatan masyarakat eksternal yang sesuai.
190
angka infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan hingga serendah mungkin. Suatu rumah sakit dapat
menggunakan data dan informasi pengukuran secara baik dengan memahami tingkat dan tren yang sejenis pada
rumah sakit sejenis lainnya dan memberikan kontribusi data kepada database yang berkaitan dengan infeksi.
Standar PPI.11
Rumah sakit menyediakan edukasi mengenai praktik pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf, dokter,
pasien, keluarga pasien, dan pemberi pelayanan lainnya apabila ada indikasi mereka terlibat dalam perawatan.
191
Pendidikan ini disediakan sebagai bagian dari orientasi bagi semua staf baru dan diulang secara berkala, atau
setidaknya apabila ada perubahan dalam kebijakan, prosedur dan praktik yang memandu program rumah sakit
untuk pencegahan dan pengendalian infeksi. Pendidikan ini juga mencakup temuan dan tren yang diperoleh dari
kegiatan pengukuran. (Juga lihat KPS.7)
192
194
Gambaran Umum
Untuk dapat menyediakan perawatan pasien yang hebat dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan
tersebut berasal dari berbagai sumber dalam organisasi pelayanan kesehatan, termasuk dewan penyantun
(governance), pemimpin, dan lain-lain yang memegang posisi kepemimpinan, tanggung jawab dan kepercayaan.
Tiap rumah sakit harus mengidentifikasi dan melibatkan mereka untuk memastikan bahwa rumah sakit
merupakan sumber daya yang efektif dan efisien bagi masyarakat dan pasiennya.
Secara khusus, para pemimpin ini harus mengidentifikasi misi rumah sakit dan memastikan bahwa sumber
daya yang dibutuhkan untuk memenuhi misi tersebut tersedia. Bagi banyak rumah sakit, hal ini bukan
berarti menambahkan sumber daya baru melainkan menggunakan sumber daya yang ada sekarang secara
lebih efisien, bahkan ketika jumlahnya terbatas. Selain itu, pemimpin harus bekerja sama dengan baik untuk
mengoordinasikan dan mengintegrasikan semua kegiatan rumah sakit, termasuk yang dirancang untuk
meningkatkan perawatan pasien dan layanan klinis.
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan pemahaman akan berbagai tanggung jawab dan wewenang setiap
individu dalam rumah sakit dan bagaimana para individu bekerja sama. Mereka yang mengatur, mengelola dan
memimpin suatu rumah sakit memiliki baik wewenang maupun tanggung jawab. Secara kolektif dan individual,
mereka bertanggung jawab untuk mematuhi undang-undang dan peraturan dan untuk memenuhi tanggung
jawab rumah sakit bagi populasi pasien yang dilayani.
Seiring dengan waktu, kepemimpinan yang efektif membantu mengatasi hambatan dan masalah komunikasi
yang dirasakan antara bagian dan instalasi di rumah sakit, sehingga rumah sakit menjadi lebih efisien dan efektif.
Layanan pun menjadi semakin terintegrasi. Secara khusus, integrasi semua kegiatan manajemen dan perbaikan
mutu di seluruh rumah sakit akan berdampak pada semakin baiknya hasil perawatan pasien.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat
dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen
Penilaian.
TKKA.1.1 Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola rumah sakit menyetujui dan
195
TKKA.1.2 Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola memberikan persetujuan atas
kebijakan-kebijakan dan rencana-rencana untuk mengoperasikan rumah sakit.
TKKA.1.3 Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui anggaran dan
mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi misi rumah sakit.
TKKA.1.4 Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola mengangkat manajer senior atau
kepala rumah sakit.
TKKA.1.5 Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui rencana rumah sakit
untuk mutu dan keselamatan pasien dan secara berkala menerima dan bertindak
berdasarkan laporan-laporan program mutu dan keselamatan pasien.
misi rumah sakit dan membentuk rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk
memenuhi misi tersebut.
TKKA.3.1 Pemimpin rumah sakit bersama-sama dengan pemimpin masyarakat dan pemimpin
rumah sakit lainnya membuat rencana untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
masyarakat.
TKKA.3.2 Pemimpin mengidentifikasi dan merencanakan jenis layanan klinis yang dibutuhkan
TKKA.3.4 Pemimpin medis, keperawatan dan lainnya diberi edukasi tentang konsep perbaikan
196
mutu.
TKKA.3.5 Pemimpin rumah sakit memastikan adanya program yang seragam untuk
perekrutan, retensi, pengembangan, dan pendidikan lanjutan untuk semua staf.
TKKA.4 Pemimpin medis, keperawatan, dan layanan klinis lainnya merencanakan dan menerapkan struktur
organisasi yang efektif untuk mendukung tanggung jawab dan wewenang mereka.
TKKA.5.1 Kepala tiap departemen klinis mengidentifikasi, secara tertulis, layanan yang akan
TKKA.5.2 Kepala departemen/instalasi merekomendasikan ruang, peralatan, staf, dan sumber daya
TKKA.5.4 Kepala departemen/instalasi memberikan orientasi dan pelatihan untuk semua staf
departemen atau instalasi dan memilih atau merekomendasikan individu yang memenuhi
kriteria.
mengenai tugas dan tanggung jawab kepada departemen atau instalasi di mana mereka
ditugaskan.
TKKA.5.5 Kepala departemen/instalasi memonitor kinerja departemen atau instalasi serta kinerja
staf.
Etika Organisasi
TKKA.6 Rumah sakit menyusun kerangka kerja manajemen etika yang memastikan bahwa perawatan pasien
disediakan sesuai norma bisnis, keuangan, etika, dan hukum serta melindungi pasien dan hak-hak
mereka.
TKKA.6.1 Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis mencakup pemasaran, penerimaan
pasien, transfer pasien, pemulangan pasien, dan pernyataan kepemilikan serta konflik
bisnis dan profesional yang mungkin bertentangan dengan kepentingan pasien.
TKKA.6.2 Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis mendukung pengambilan keputusan
197
Struktur manajemen dan tata kelola rumah sakit ditampilkan dalam bagan organisasi atau dokumen lain yang
menunjukkan jalur kewenangan dan akuntabilitas. Individu-individu yang ditampilkan dalam bagan tersebut
diidentifikasi berdasarkan jabatan atau nama.
Standar TKKA.1.1
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui dan mempublikasikan pernyataan misi rumah sakit.
Standar TKKA.1.2
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui kebijakan-kebijakan dan rencana-rencana untuk
mengoperasikan rumah sakit.
Standar TKKA.1.3
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui anggaran dan mengalokasikan sumber daya yang
dibutuhkan untuk memenuhi misi rumah sakit.
Standar TKKA.1.4
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola mengangkat manajer senior atau kepala rumah sakit.
Standar TKKA.1.5
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui rencana rumah sakit untuk mutu dan keselamatan
pasien dan secara berkala menerima dan bertindak berdasarkan laporan-laporan program mutu dan keselamatan
pasien.
198
199
Manajer senior atau kepala rumah sakit bertanggung jawab akan operasi sehari-hari rumah sakit secara
keseluruhan. Hal ini meliputi pembelian dan inventarisasi bahan-bahan pokok, pemeliharaan fasilitas fisik,
manajemen keuangan, manajemen mutu, dan tanggung jawab lainnya. Pendidikan dan pengalaman individu
memenuhi persyaratan yang termuat dalam deskripsi jabatan. Manajer senior atau kepala rumah sakit bekerja
sama dengan manajer-manajer rumah sakit untuk mendefinisikan misi rumah sakit dan untuk merencanakan
kebijakan, prosedur dan layanan klinis yang berkaitan dengan misi tersebut. Setelah disetujui oleh badan
pengelola, manajer senior atau kepala rumah sakit bertanggung jawab untuk menerapkan seluruh kebijakan dan
memastikan bahwa semua kebijakan dipatuhi oleh staf rumah sakit.
Manajer senior atau kepala rumah sakit bertanggung jawab akan
Standar TKKA.3
Pemimpin rumah sakit diidentifikasi dan secara kolektif bertanggung jawab untuk mendefinisikan misi rumah
sakit dan membuat rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk memenuhi misi tersebut.
200
Standar TKKA.3.1
Pemimpin rumah sakit bersama-sama dengan pemimpin masyarakat dan pemimpin rumah sakit lainnya
membuat rencana untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
201
Standar TKKA.3.2
Pemimpin mengidentifikasi dan merencanakan jenis pelayanan klinis yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien yang dilayani rumah sakit.
1. Perawatan dan layanan yang akan diberikan dijabarkan dalam rencana-rencana rumah sakit.
2. Perawatan dan layanan yang akan ditawarkan itu sesuai dengan misi rumah sakit. (Juga lihat APKP.1, EP 2)
3. Pemimpin menentukan jenis perawatan dan layanan yang akan diberikan oleh rumah sakit.
4. Prosedur, teknologi dan obat yang diidentifikasi sebagai eksperimental harus melalui proses peninjauan
dan persetujuan pemimpin sebelum digunakan dalam perawatan pasien.
Standar TKKA.3.2.1
Peralatan, perlengkapan, dan obat-obatan yang digunakan adalah yang direkomendasikan oleh organisasi
profesional atau sumber-sumber alternatif yang berwenang.
Tujuan TKKA.3.2.1
Risiko dalam proses perawatan klinis berkurang secara signifikan bila peralatan yang digunakan sesuai dan berfungsi baik. Hal ini terutama berlaku untuk areal klinis, seperti anestesi, radiologi dan pencitraan diagnostik,
kardiologi, onkologi radiasi, serta layanan berisiko tinggi lainnya. Perlengkapan dan obat-obatan yang memadai
juga tersedia dan sesuai untuk penggunaan yang terencana dan situasi darurat. Tiap rumah sakit memahami
peralatan, perlengkapan dan obat-obatan apa saja yang dibutuhkan atau disarankan untuk menyediakan layanan
terencana bagi populasi pasiennya. Rekomendasi mengenai peralatan, perlengkapan dan obat-obatan dapat berasal
dari instansi pemerintah, lembaga profesional anestesi nasional atau internasional, dan sumber-sumber berwenang
lainnya.
202
Standar TKKA.3.3
Pemimpin bertanggung jawab atas kontrak-kontrak untuk layanan klinis atau manajemen.
1. Terdapat suatu proses untuk akuntabilitas kepemimpinan terhadap kontrak. (Juga lihat AP.5.8, EP 6;
AP.6.7, EP 6; AP.6.9; dan PAB.2, EP 5)
2. Rumah sakit memiliki deskripsi tertulis mengenai jenis dan ruang lingkup layanan yang disediakan
melalui perjanjian kontrak.
3. Layanan yang tersedia berdasarkan kontrak dan perjanjian lainnya, memenuhi kebutuhan pasien. (Juga
lihat AP.5.8, EP 6, dan AP.6.7, EP 6)
4. Pemimpin klinis berpartisipasi dalam pemilihan kontrak klinis dan menyediakan akuntabilitas untuk
kontrak klinis. (Juga lihat AP.5.8, EP 5, dan AP.6.7, EP 5)
5. Pemimpin manajemen berpartisipasi dalam pemilihan kontrak manajemen dan menyediakan akuntabilitas
untuk kontrak manajemen.
6. Ketika kontrak dinegosiasi ulang atau diakhiri, rumah sakit menjaga kelangsungan pelayanan bagi pasien.
Standar TKKA.3.3.1
Kontrak dan perjanjian-perjanjian lainnya termasuk bagian dari program rumah sakit untuk perbaikan mutu dan
keselamatan pasien.
203
2. Ketika menganalisis informasi mutu dan keselamatan dari kontraktor luar, pemimpin klinis dan manajer-
manajer yang terkait berpartisipasi dengan program perbaikan mutu juga. (Juga lihat AP.5.8, EP 5)
3. Bila layanan kontraktor luar tidak memenuhi harapan dalam soal mutu dan keselamatan, maka
diambillah tindakan.
Standar TKKA.3.3.2
Praktisi mandiri nonkaryawan rumah sakit memiliki kredensial yang tepat untuk layanan yang diberikan kepada
pasien-pasien rumah sakit.
1. Pemimpin rumah sakit menentukan layanan yang akan diberikan oleh praktisi mandiri dari luar.
2. Semua layanan diagnostik, konsultatif dan perawatan yang disediakan oleh praktisi mandiri
dari luar rumah sakit, seperti telemedicine, teleradiology, dan penafsiran diagnostik lainnya, seperti
elektrokardiogram (EKG), electroencephalogram (EEG), dan electromyogram (EMG), dan sejenisnya,
disediakan sebagai hak istimewa oleh rumah sakit. (Juga lihat KPS.9 dan KPS.10)
3. Praktisi mandiri yang menyediakan layanan perawatan pasien di wilayah rumah sakit tetapi bukan
merupakan pegawai atau anggota staf klinis diberi kepercayaan dan hak istimewa seperti yang diatur
dalam KPS.9 hingga KPS.10.
4. Mutu layanan praktisi mandiri di luar rumah sakit dipantau sebagai bagian dari program perbaikan
mutu rumah sakit.
Standar TKKA.3.4
Para pemimpin medis, keperawatan dan lainnya diberi edukasi mengenai konsep perbaikan mutu.
Tujuan TKKA.3.4
Tujuan utama rumah sakit adalah untuk menyediakan perawatan pasien dan dari waktu ke waktu berusaha
memperbaiki hasil perawatan pasien dengan menerapkan prinsip-prinsip perbaikan mutu. Dengan demikian, para
pemimpin medis, keperawatan dan lainnya dari suatu rumah sakit perlu untuk
diberi edukasi agar mengenal konsep dan metode-metode perbaikan mutu;
secara pribadi berpartisipasi dalam proses-proses perbaikan mutu dan keselamatan pasien; dan
memastikan bahwa perbaikan mutu klinis mencakup juga peluang untuk mengukur kinerja profesional.
(Juga lihat PMKP.4)
204
3. Kinerja profesional diukur sebagai bagian dari perbaikan mutu klinis. (Juga lihat KPS.11, KPS.14, dan
KPS.17)
Standar TKKA.3.5
Pemimpin rumah sakit memastikan adanya program yang seragam untuk perekrutan, retensi, pengembangan,
dan pendidikan lanjutan untuk semua staf.
Standar TKKA.4
Pemimpin medis, keperawatan, dan layanan klinis lainnya merencanakan dan menerapkan struktur organisasi
yang efektif untuk mendukung tanggung jawab dan wewenang mereka.
205
Standar TKKA.5
Satu atau lebih individu yang memenuhi syarat memberikan arahan untuk setiap departemen atau instalasi dalam
rumah sakit.
Perawatan klinis, hasil perawatan pasien, dan manajemen keseluruhan suatu rumah sakit dihasilkan dari
kegiatan-kegiatan klinis dan manajerial tiap departemen dan layanan. Kinerja departemen atau layanan yang
baik membutuhkan kepemimpinan yang jelas dari individu yang berkualifikasi. Dalam departemen atau instalasi
yang lebih besar, kepemimpinannya dapat dipisah-pisahkan. Dalam kasus semacam itu, masing-masing tanggung
jawab didefinisikan secara tertulis. (Juga lihat APKP.6.1, EP 1; PAB.2, EP 2; AP.5.9 yang berkaitan dengan arah
layanan radiologi dan diagnostic imaging; MPO.1.1 yang berkaitan dengan arah layanan apotik atau farmasi; dan
PAB.2 yang berkaitan dengan arah layanan anestesi)
Standar TKKA.5.1
Kepala tiap departemen klinis mengidentifikasi secara tertulis layanan yang akan disediakan oleh departemennya.
Standar TKKA.5.1.1
Layanan layanan selalu terkoordinasi dan terintegrasi, baik di dalam masing-masing departemen atau instalasi
maupun antara departemen dan instalasi lainnya.
206
Layanan klinis bagi pasien terkoordinasi dan terintegrasi dalam tiap departemen layanan. Sebagai contoh,
terdapat integrasi layanan medis dan keperawatan. Selain itu, tiap departemen dan unit mengkoordinasikan
dan mengintegrasi layanannya dengan departemen dan unit lainnya. Duplikasi layanan yang tidak diperlukan
dihindari dan dihilangkan untuk menghemat sumber daya.
Standar TKKA.5.2
Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
(TKKA)
Kepala departemen/instalasi merekomendasikan ruang, peralatan, staf, dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan
oleh departemen atau instalasi.
Standar TKKA.5.3
Kepala departemen merekomendasikan kriteria untuk memilih staf profesional departemen atau instalasi dan
memilih atau merekomendasikan individu yang memenuhi kriteria.
207
dibutuhkan oleh staf profesional departemen untuk menyediakan layanan tersebut. Kepala departemen menyusun
kriteria yang mencerminkan pertimbangan tersebut dan kemudian memilih staf. Kepala departemen dapat pula
bekerja dengan personalia atau departemen lainnya dalam proses pemilihan berdasarkan rekomendasi kepala.
Standar TKKA.5.4
Kepala departemen menyediakan orientasi dan pelatihan untuk semua staf mengenai tugas dan tanggung jawab
mereka kepada departemen atau instalasi di mana mereka ditugaskan.
Kepala departemen memastikan bahwa semua staf dalam departemen atau layanan memahami tanggung jawab
mereka dan menyelenggarakan orientasi dan pelatihan untuk pegawai baru. Orientasi tersebut mencakup misi
rumah sakit, misi departemen atau layanan, ruang lingkup layanan yang disediakan, serta kebijakan dan prosedur
yang berkaitan dengan penyediaan layanan. Sebagai contoh, semua staf memahami prosedur pencegahan dan
pengendalian infeksi dalam rumah sakit dan departemen atau layanan. Apabila terdapat kebijakan atau prosedur
yang baru ditetapkan atau direvisi, staf perlu dilatih. (Juga lihat KPS.7; AP.5.1, EP 5; AP.6.2, EP 6; dan PP.11,
EP 4)
Standar TKKA.5.5
Kepala departemen/mengevaluasi kinerja departemen atau instalasi serta kinerja staf.
208
Standar TKKA.6
Rumah sakit menetapkan kerangka kerja manajemen etika yang memastikan bahwa perawatan pasien disediakan
sesuai norma bisnis, keuangan, etika, dan hukum, serta melindungi pasien dan hak-hak mereka.
Standar TKKA.6.1
Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis mencakup pemasaran, penerimaan pasien, transfer pasien,
pemulangan pasien, dan pernyataan kepemilikan serta konflik bisnis dan profesional yang mungkin bertentangan
dengan kepentingan pasien.
Standar TKKA.6.2
Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis mendukung pengambilan keputusan etis dalam perawatan
klinis dan layanan non-klinis.
209
1. Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etika membantu mereka yang berhadapan dengan dilema
etika dalam perawatan pasien.
2. Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etika membantu mereka yang berhadapan dengan dilema
etika untuk layanan nonklinis.
3. Bantuan tersebut sudah tersedia.
4. Kerangka kerja rumah sakit menyediakan sarana pelaporan yang aman bagi persoalan etika dan hukum.
*Dalam konteks keselamatan pasien dan mutu perawatan kesehatan, norma-norma internasional yang berkaitan
dengan hak asasi manusia dan praktik profesional yang etis semakin menarik perhatian dunia. Meskipun perhatian
tersebut belum lama dimulai dan masih terus berkembang, dokumen-dokumen internasional yang disusun untuk
membentuk norma-norma semacam itu sudah lama hadir dan meliputi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (PBB,
1948); Konvensi Jenewa (12 Agustus 1949); Deklarasi Tokyo: Pedoman bagi Dokter mengenai Penyiksaan dan Perlakuan
Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan lainnya atau Hukuman dalam kaitannya dengan Penahanan dan Pemenjaraan
(World Medical Assembly, Majelis Kesehatan Dunia, 1975); Sumpah Atena (International Council of Prison Medical
Services, Majelis Internasional Pelayanan Medis Penjara, 1979); dan Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik,
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan Kejam, Tidak Manusiawi, atau Perlakuan Merendahkan atau Hukuman
(PBB, 1985).
210
212
Manajemen dan
Keamanan Fasilitas (MKF)
Facility Management and Safety (FMS)
Gambaran Umum
Organisasi pelayanan kesehatan berperan menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan suportif bagi pasien,
keluarganya, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas fisik, medis, peralatan lainnya, dan
sumber daya manusianya harus dikelola secara efektif. Secara khusus, manajemen harus berusaha untuk
mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko;
mencegah kecelakaan dan cedera; dan
memelihara kondisi yang aman.
Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan, dan pengawasan multidisiplin sebagai berikut:
Pemimpin merencanakan ruang, peralatan, dan sumber daya yang dibutuhkan sedemikian rupa sehingga
dapat mendukung pelayanan klinis yang disediakan secara aman dan efektif.
Semua staf diberi penyuluhan mengenai fasilitas, bagaimana cara mengurangi risiko, dan bagaimana cara
untuk memantau dan melaporkan situasi-situasi yang berisiko.
Suatu kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem-sistem penting dan mengidentifikasi
perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Bila sesuai, untuk fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusunlah rencana tertulis yang meliputi enam
bidang:
1. Keselamatan dan Keamanan
KeselamatanSejauh mana bangunan, wilayah, dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan
bahaya atau risiko bagi pasien, staf, atau pengunjung.
KeamananPerlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau akses atau penggunaan oleh
pihak yang tidak berwenang.
2. Bahan berbahayaPenanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan radioaktif dan lainnya
dikendalikan, dan limbah berbahaya ditangani secara aman.
3. Manajemen Keadaan DaruratRespons terhadap epidemi, bencana, dan keadaan darurat direncanakan
dan dijalankan secara efektif.
4. Penanganan KebakaranProperti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya kebakaran dan
asap.
5. Peralatan medisPeralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa agar
mengurangi risiko.
6. Sistem utilitasListrik, air dan sistem utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko kegagalan dalam kegiatan
kerja dapat diminimalkan.
213
Bila di rumah sakit ada unit-unit nonmedis dalam fasilitas perawatan pasien yang akan disurvei (seperti kedai kopi
atau toko suvenir milik perorangan), rumah sakit berkewajiban memastikan bahwa unit-unit independen tersebut
mematuhi manajemen fasilitas dan rencana keselamatan berikut:
Rencana keselamatan dan keamanan
Rencana bahan-bahan berbahaya
Rencana manajemen keadaan darurat
Rencana penanganan kebakaran
Bagaimana suatu fasilitas dirancang, digunakan, dan dipelihara sangat dipengaruhi oleh undang-undang,
peraturan dan inspeksi oleh pihak berwenang lokal. Semua rumah sakit, terlepas dari ukuran dan sumber
dayanya, harus mematuhi persyaratan tersebut sebagai bagian dari tanggung jawab mereka terhadap pasien,
keluarga pasien, staf, dan pengunjung.
Rumah sakit mulai beroperasi dengan mematuhi undang-undang dan peraturan. Seiring waktu, kondisi fasilitas
fisik yang ditempati semakin dikenal dengan lebih rinci. Secara proaktif rumah sakit mulai mengumpulkan data
dan melaksanakan strategi untuk menekan risiko dan membuat lingkungan perawatan pasien semakin baik.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat
dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen
Penilaian.
risiko yang bisa timbul bagi pasien, keluarga pasien, pengunjung dan staf.
MKF.3 Perencanaan dan pelaksanaan program untuk mengelola risiko-risiko dalam lingkungan perawatan
diawasi oleh satu atau lebih individu yang memiliki kualifikasi.
MKF.3.1 Suatu program pemantauan menyediakan data insiden, cedera, dan kejadian-kejadian lain
yang mendukung perencanaan dan pengurangan risiko lebih lanjut.
aman dan terlindung.
MKF.4.1 Rumah sakit menginspeksi semua bangunan perawatan pasien dan memiliki rencana
untuk mengurangi risiko-risiko yang sudah jelas dan mendirikan fasilitas fisik yang aman
bagi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung.
MKF.4.2 Rumah sakit merencanakan dan menganggarkan peningkatan atau penggantian sistem-
sistem utama, bangunan, atau komponen-komponen berdasarkan pemeriksaan fasilitas dan
sesuai dengan undang-undang dan peraturan.
Bahan-bahan Berbahaya
MKF.5 Rumah sakit memiliki rencana untuk inventarisasi, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan-
214
bahan berbahaya serta pengendalian dan pembuangan bahan-bahan dan limbah berbahaya.
merespons keadaan darurat, epidemi, bencana alam dan lainnya yang mungkin terjadi di masyarakat.
MKF.6.1 Rumah sakit menguji responsnya terhadap keadaan darurat, epidemi dan bencana.
Penanganan Kebakaran
MKF.7 Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk memastikan bahwa semua penghuni
gedung selamat dari bahaya api, asap, dan keadaan darurat lainnya di seluruh fasilitasnya.
MKF.7.1 Rencana tersebut meliputi pencegahan, deteksi dini, pembatasan, pengurangan dan
penyediaan jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan
keadaan darurat lainnya.
MKF.7.2 Rumah sakit menguji secara berkala rencana penanganan kebakaran dan asap, termasuk
semua alat yang berkaitan dengan deteksi dini dan pemadaman, dan mendokumentasikan
hasil-hasil ujinya.
MKF.7.3 Rumah sakit menyusun dan melaksanakan rencana untuk membatasi kegiatan merokok
bagi staf dan pasien hanya di luar wilayah perawatan pasien.
Peralatan Medis
MKF.8 Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk menginspeksi, menguji, dan memelihara
peralatan medis dan mendokumentasikan hasil-hasilnya.
MKF.8.1 Rumah sakit mengumpulkan data pemantauan untuk program pengelolaan peralatan
medis. Data tersebut digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah
sakit untuk meningkatkan atau mengganti peralatan.
MKF.8.2 Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali produk/peralatan.
Sistem Utilitas
MKF.9 Air minum dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melalui sumber biasa atau alternatif,
untuk memenuhi kebutuhan penting perawatan pasien.
MKF.9.1 Rumah sakit memiliki proses darurat untuk melindungi penghuninya jika terjadi gangguan
air atau listrik, kontaminasi, atau kerusakan.
MKF.9.2 Rumah sakit menguji sistem air dan listrik darurat secara berkala sesuai dengan sistem
tersebut dan mendokumentasikan hasil-hasilnya.
MKF.10 Listrik, air, pembuangan, ventilasi, gas medis, dan sistem utama lainnya secara berkala diinspeksi,
dipelihara, dan, bila perlu, ditingkatkan.
MKF.10.1 Ada individu atau lembaga ditunjuk untuk memantau mutu air secara teratur.
MKF.10.2 Rumah sakit mengumpulkan data pemantauan untuk program pengelolaan sistem utilitas.
Data tersebut digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit untuk
meningkatkan atau mengganti sistem utilitas.
Pendidikan Staf
MKF.11 Rumah sakit mengedukasi dan melatih semua anggota staf mengenai peran mereka dalam penyediaan
fasilitas perawatan pasien yang aman dan efektif.
MKF.11.1 Anggota staf dilatih dan berpengalaman mengenai peran mereka dalam rencana rumah sakit
untuk menangani kebakaran, keamanan, bahan-bahan berbahaya dan keadaan darurat.
MKF.11.2 Staf dilatih untuk mengoperasikan dan menjaga peralatan medis dan sistem utilitas.
MKF.11.3 Rumah sakit melakukan uji pengetahuan staf secara berkala melalui demonstrasi, simulasi,
dan metode lainnya yang sesuai. Ujian ini kemudian didokumentasikan.
215
Standar MKF.1
Rumah sakit mematuhi undang-undang, peraturan, dan persyaratan inspeksi fasilitas yang relevan.
1. Pemimpin rumah sakit dan mereka yang bertanggung jawab akan manajemen fasilitas mengetahui
undang-undang, peraturan dan persyaratan lainnya yang berlaku bagi fasilitas rumah sakit.
2. Pemimpin menerapkan persyaratan yang berlaku atau persyaratan alternatif yang disetujui.
3. Pemimpin memastikan bahwa rumah sakit memenuhi syarat dalam laporan fasilitas atau memenuhi
panggilan pemeriksaan oleh pihak berwenang.
Standar MKF.2
Rumah sakit menyusun dan mengurus rencana tertulis yang menggambarkan proses untuk mengelola risiko yang
bisa timbul bagi pasien, keluarga, pengunjung dan staf.
216
Standar MKF.3
Perencanaan dan pelaksanaan program untuk mengelola risiko-risiko dalam lingkungan perawatan diawasi oleh
satu atau lebih individu yang memiliki kualifikasi untuk hal tersebut.
Standar MKF.3.1
Suatu program pemantauan menyediakan data insiden, cedera, dan kejadian-kejadian lain yang mendukung
perencanaan dan pengurangan risiko lebih lanjut.
Program manajemen risiko lingkungan/fasilitas di suatu rumah sakit besar ataupun kecil perlu dipimpin dan
diawasi oleh satu orang atau lebih. Dalam rumah sakit kecil, seseorang dapat ditunjuk untuk bekerja paruh
waktu. Dalam rumah sakit yang lebih besar, dapat saja beberapa teknisi atau individu yang terlatih khusus lainnya
yang ditugasi. Tanpa memandang tugas yang diberikan, semua aspek program harus dikelola secara efektif dan
dengan cara yang konsisten dan terus-menerus. Program pengawasan meliputi
a) perencanaan semua aspek program;
b) pelaksanaan program;
c) edukasi staf;
d) pengujian dan pemantauan program;
e) secara berkala menilai ulang dan merevisi program;
f) penyerahan laporan tahunan kepada badan pemerintahan mengenai efektivitas program; dan
g) pengorganisasian dan pengelolaan yang konsisten dan terus-menerus.
Suatu panitia risiko lingkungan/fasilitas dapat dibentuk dan diberi tanggung jawab untuk mengawasi program
dan kesinambungan program, jika sesuai dengan ukuran dan kompleksitas rumah sakit.
Pemantauan semua aspek program akan menghasilkan data yang berharga untuk meningkatkan program dan
selanjutnya dapat mengurangi risiko di rumah sakit.
217
Standar MKF.4.1
Rumah sakit menginspeksi semua bangunan perawatan pasien dan memiliki rencana untuk mengurangi risiko
yang sudah jelas dan menciptakan fasilitas fisik yang aman bagi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung.
Standar MKF.4.2
Rumah sakit merencanakan dan menganggarkan peningkatan atau penggantian sistem-sistem utama, bangunan,
atau komponen-komponen berdasarkan pemeriksaan fasilitas dan sesuai dengan undang-undang dan peraturan.
Pemimpin rumah sakit menggunakan sumber daya yang ada untuk menyediakan fasilitas yang aman, efektif dan
efisien (Juga lihat AP.5.1, EP 1, dan AP.6.2, EP 1). Untuk menciptakan fasilitas perawatan pasien yang aman dan
mendukung, pencegahan dan perencanaan itu penting. Agar rencana efektif, rumah sakit harus menyadari semua
risiko yang ada dalam fasilitas, termasuk keselamatan, seperti penanganan kebakaran, serta risiko keamanan.
Hal ini bertujuan untuk mencegah kecelakaan dan cedera; untuk menjaga kondisi yang aman dan terlindung
bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung; dan untuk mengurangi atau mengendalikan bahaya dan risiko. Hal
ini sangat penting selama masa konstruksi atau renovasi. Selain itu, untuk menjamin keamanan, semua staf,
pengunjung, vendor dan lain-lain dalam rumah sakit diidentifikasi dan diberi tanda pengenal sementara atau
permanen atau melalui cara identifikasi lainnya, dan semua area yang diharapkan aman, seperti tempat bayi yang
baru dilahirkan, harus aman dan terpantau.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan menyusun Rencana Perbaikan Fasilitas (Facility Improvement Plan), yang
mencakup inspeksi menyeluruh terhadap fasilitas. Semuanya dicatat dari perabot rusak yang tajam yang dapat
melukai orang hingga lokasi-lokasi yang memungkinkan orang terjebak saat kebakaran atau situasi di mana
tak ada lagi area aman yang dapat terpantau. Inspeksi berkala ini didokumentasikan dan digunakan untuk
membantu merencanakan dan melaksanakan perbaikan; juga membantu dalam penyusunan anggaran perbaikan
atau penggantian fasilitas jangka panjang.
Setelah itu, dengan pemahaman atas segala risiko yang ada di fasilitas fisiknya, rumah sakit dapat menyusun
rencana proaktif untuk menekan risiko-risiko tersebut demi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung.
Rencana tersebut dapat meliputi hal-hal seperti pemasangan kamera keamanan di lokasi terpencil, penggantian
218
generator darurat, penggantian pintu kebakaran, dan sebagainya. Rencana tersebut mencakup keselamatan dan
keamanan.
Bahan-bahan Berbahaya
Manajemen dan Keamanan Fasilitas
(MKF)
Standar MKF.5
Rumah sakit memiliki rencana untuk inventarisasi, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan-bahan
berbahaya serta pengendalian dan pembuangan bahan-bahan dan limbah berbahaya.
219
Standar MKF.6.1
Rumah sakit menguji responsnya terhadap keadaan darurat, epidemik dan bencana.
Keadaan darurat, epidemik dan bencana dalam masyarakat dapat melibatkan rumah sakit secara langsung, seperti
kerusakan pada area perawatan pasien sebagai akibat gempa atau flu yang membuat staf tidak dapat datang
bekerja. Untuk merespons secara efektif, rumah sakit menyusun suatu rencana dan program untuk mengatasi
keadaan darurat semacam itu. Rencana tersebut menyediakan proses untuk
a) menentukan jenis, kemungkinan terjadi, dan konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian;
b) menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa semacam itu;
c) strategi komunikasi untuk kejadian-kejadian seperti itu;
d) pengelolaan sumber daya selama kejadian, termasuk sumber daya alternatif;
e) pengelolaan kegiatan-kegiatan klinis selama kejadian, termasuk tempat perawatan alternatif;
f) identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staf selama kejadian; dan
g) proses mengelola keadaan darurat ketika tanggung jawab pribadi staf bertentangan dengan tanggung
jawab rumah sakit untuk tetap menyediakan staf bagi perawatan pasien.
Kesiap menghadapi bencana diuji melalui
uji tahunan terhadap seluruh rencana secara yang dilaksanakan secara internal atau sebagai bagian dari
pengujian di tingkat masyarakat; atau
220
pengujian terhadap unsur-unsur kritis rencana tersebut dari c) hingga g) yang dilaksanakan sepanjang
tahun.
Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya, menjalankan rencananya itu, dan melaksanakan
debriefing (peninjauan kembali) yang layak setelahnya, maka hal ini setara dengan uji tahunan.
Penanganan Kebakaran
Standar MKF.7
Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk memastikan bahwa semua penghuni gedung
selamat dari bahaya api, asap, atau keadaan darurat lainnya dalam fasilitasnya.
Standar MKF.7.1
Rencana tersebut meliputi pencegahan, deteksi dini, perubahan, pengurangan bahaya kebakaran, dan penyediaan
jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya.
Standar MKF.7.2
Manajemen dan Keamanan Fasilitas
(MKF)
Rumah sakit menguji secara berkala rencana penanganan kebakaran dan asap, termasuk semua alat yang berkaitan
dengan deteksi dini dan pembatasan, dan mendokumentasikan hasil-hasil ujinya.
221
Semua tindakan ini secara keseluruhan akan memberi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung waktu yang
memadai untuk keluar dengan selamat dari fasilitas jika terjadi kebakaran atau asap. Tindakan-tindakan tersebut
harus efektif tanpa memandang usia, ukuran, maupun bentuk bangunannya. Sebagai contoh, sebuah rumah sakit
kecil bertingkat satu dari batu bata akan menggunakan metode yang berbeda dari rumah sakit besar bertingkat
banyak dari kayu.
Rencana penanganan kebakaran rumah sakit menentukan
frekuensi dilakukannya inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan sistem perlindungan dan pengamanan
terhadap api, sesuai kebutuhan;
rencana pengevakuasian yang aman jika terjadi kebakaran atau asap;
proses pengujian setiap bagian rencana dalam kurun waktu 12 bulan;
pendidikan yang diperlukan bagi staf untuk melindungi dan mengevakuasi pasien secara efektif jika
terjadi keadaan darurat; dan
partisipasi anggota staf dalam setidaknya satu uji penanganan kebakaran tiap tahunnya.
Pengujian rencana dapat dicapai dalam beberapa cara. Sebagai contoh, rumah sakit dapat menunjuk komandan
pemadam kebakaran untuk setiap unit yang kemudian akan secara acak menanyakan kepada staf apa yang
akan mereka lakukan bila terjadi kebakaran di unit mereka. Kepada staf dapat diberikan pertanyaan-pertanyaan
spesifik, seperti, Di mana letak katup penutup oksigen? Jika harus menutup katup oksigen, bagaimana Anda
merawat pasien yang membutuhkan oksigen? Di mana letak alat pemadam api di unit Anda? Bagaimana
melaporkan kebakaran? Bagaimana melindungi pasien jika terjadi kebakaran? Bila perlu mengevakuasi pasien,
proses apa yang harus diikuti? Staf harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tepat. Jika
tidak, hal ini harus didokumentasikan dan rencana untuk pendidikan ulang perlu dikembangkan. Komandan
pemadam kebakaran harus mencatat orang-orang yang berpartisipasi. Rumah sakit juga dapat mengadakan uji
tertulis untuk staf mengenai penanganan kebakaran sebagai bagian dari pengujian rencana.
Semua inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan didokumentasikan.
1. Rumah sakit merencanakan program untuk memastikan bahwa semua penghuni fasilitas rumah sakit
selamat dari bahaya api, asap, atau keadaan darurat non-kebakaran lainnya.
2. Program tersebut dilaksanakan secara terus-menerus dan menyeluruh untuk memastikan bahwa semua
wilayah kerja perawatan pasien dan staf disertakan.
3. Bila terdapat unit independen milik perorangan dalam fasilitas perawatan pasien yang akan disurvei,
rumah sakit memastikan bahwa unit tersebut mematuhi rencana penanganan kebakaran.
222
2. Staf dilatih untuk berpartisipasi dalam rencana penanganan kebakaran dan asap.
(Juga lihat MKF.11.1, EP 1)
3. Semua staf berpartisipasi dalam setidaknya satu uji rencana penanganan kebakaran dan asap tiap
tahunnya.
4. Staf dapat mendemonstrasikan bagaimana cara menyelamatkan pasien.
5. Inspeksi, pengujian dan pemeliharaan peralatan dan sistem didokumentasikan.
Standar MKF.7.3
Rumah sakit menyusun dan melaksanakan rencana untuk membatasi kegiatan merokok bagi staf dan pasien
hanya di luar wilayah perawatan pasien.
Peralatan Medis
Standar MKF.8
Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk menginspeksi, menguji, dan memelihara peralatan
medis dan mendokumentasikan hasil-hasilnya.
Standar MKF.8.1
Rumah sakit mengumpulkan data pemantauan untuk program pengelolaan peralatan medis. Data tersebut
digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit dalam meningkatkan atau mengganti
peralatan.
223
Standar MKF.8.2
Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali produk/peralatan.
Rumah sakit memiliki proses untuk mengidentifikasi, mendapatkan kembali, dan mengembalikan atau
menghancurkan produk dan peralatan yang ditarik dari peredaran oleh produsen atau pemasok. Terdapat
kebijakan atau prosedur yang membahas penggunaan produk atau peralatan yang ditarik dari peredaran.
Sistem Utilitas
Standar MKF.9
Air minum dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melalui sumber biasa atau alternatif, untuk
memenuhi kebutuhan penting perawatan pasien.
224
Standar MKF.9.1
Rumah sakit memiliki proses darurat untuk melindungi penghuni jika terjadi gangguan, kontaminasi, atau
kerusakan pada sistem air dan listrik.
Standar MKF.9.2
Rumah sakit menguji sistem air dan listrik darurat secara berkala sesuai dengan sistem tersebut dan
mendokumentasikan hasil-hasilnya.
Kebutuhan peralatan medis dan sistem utilitas berbeda-beda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya
berdasarkan misi, kebutuhan pasien, dan sumber daya masing-masing. Terlepas dari jenis sistem dan tingkat
sumber daya, semua rumah sakit perlu melindungi pasien dan staf dalam keadaan darurat, seperti kegagalan
sistem, gangguan atau kontaminasi.
Untuk mempersiapkan diri pada keadaan darurat semacam itu, rumah sakit
mengidentifikasi peralatan, sistem dan lokasi mana saja yang paling berisiko bagi pasien dan staf
(misalnya, rumah sakit mengidentifikasi di mana dibutuhkan penerangan, pendinginan, penunjang
kehidupan, dan air bersih untuk membersihkan dan mensterilisasi perlengkapan);
mengases dan meminimalkan risiko kegagalan sistem utilitas pada area-area tersebut;
merencanakan sumber-sumber listrik dan air bersih darurat bagi area-area dan kebutuhan-kebutuhan
tersebut;
menguji ketersediaan dan keandalan sumber listrik dan air darurat;
mendokumentasikan hasil-hasil uji; dan
memastikan bahwa pengujian sumber-sumber alternatif air dan listrik dilakukan setidaknya setahun sekali
atau lebih jika diatur oleh undang-undang, peraturan lokal atau kondisi sumber listrik dan air. Pengujian
dapat ditingkatkan frekuensinya bila kondisi sumber listrik dan air sebagai berikut
ada perbaikan sistem air yang berulang-ulang;
sering terjadi kontaminasi sumber air;
jaringan listrik tidak bisa diandalkan; dan
listrik padam terjadi berulang-ulang dan tidak terduga.
225
Standar MKF.10
Listrik, air, pembuangan, ventilasi, gas medis, dan sistem utama lainnya secara berkala diinspeksi, dipelihara, dan,
bila perlu, ditingkatkan.
Standar MKF.10.1
Ada individu atau lembaga yang ditunjuk untuk memantau mutu air secara teratur.
Standar MKF.10.2
Rumah sakit mengumpulkan data pemantauan untuk program manajemen sistem utilitas. Data tersebut
digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit dalam meningkatkan atau mengganti
sistem utilitas.
Pengoperasian utilitas dan sistem utama lainnya secara aman, efektif dan efisien di rumah sakit merupakan hal
yang penting bagi keselamatan pasien, keluarga pasien, staf, dan pengunjung. Hal ini juga diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan perawatan pasien. Sebagai contoh, kontaminasi limbah pada area penyiapan makanan,
ventilasi yang tidak memadai di laboratorium klinis, silinder-silinder oksigen yang tidak diamankan sewaktu
penyimpanan, jalur oksigen yang bocor dan jalur listrik yang terkoyak, semuanya menimbulkan bahaya. Untuk
mencegah hal-hal tersebut dan bahaya lainnya, rumah sakit memiliki proses untuk menginspeksi secara berkala
sistem tersebut dan melakukan pemeliharaan preventif dan lainnya. Selama pengecekan, komponen-komponen
penting sistem diperhatikan (misalnya, sakelar dan relay). Sumber energi cadangan dan darurat diuji secara
terencana dan dalam kondisi yang mensimulasikan kebutuhan beban sebenarnya. Perbaikan dilakukan jika
diperlukan, seperti meningkatkan pelayanan listrik ke wilayah-wilayah dengan peralatan baru.
Mutu air dapat berubah mendadak akibat banyak hal, beberapa di antaranya dapat berasal dari luar rumah sakit,
seperti pemutusan jalur suplai ke rumah sakit atau kontaminasi sumber air kota. Mutu air juga merupakan faktor
penting dalam proses perawatan klinis, seperti dialisis ginjal kronis. Dengan demikian, rumah sakit menetapkan
proses untuk memantau mutu air secara berkala, termasuk pengujian biologis air yang digunakan dalam dialisis
ginjal kronis secara teratur. Frekuensi pemantauan sebagian didasarkan pada pengalaman sebelumnya dengan
masalah mutu air. Pemantauan dapat dilakukan oleh individu yang ditunjuk rumah sakit, seperti misalnya staf
laboratorium klinis, atau oleh badan kesehatan masyarakat atau lembaga pengendalian air di luar rumah sakit
yang dinilai kompeten untuk melakukan pengujian tersebut. Rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa pengujian dilaksanakan sebagaimana harusnya.
Pemantauan sistem-sistem penting membantu rumah sakit mencegah timbulnya masalah dan menyediakan
informasi yang dibutuhkan ketika membuat keputusan dalam rangka peningkatan sistem dan merencanakan
peningkatan atau penggantian sistem utilitas. Data pemantauan didokumentasikan.
226
1. Sistem utilitas, gas medis, ventilasi dan sistem utama lainnya diidentifikasi oleh rumah sakit.
2. Sistem utama diinspeksi secara berkala.
3. Sistem utama diuji secara berkala.
4. Sistem utama dipelihara secara berkala.
5. Sistem utama ditingkatkan, jika diperlukan.
Pendidikan Staf
Standar MKF.11
Rumah sakit mengedukasi dan melatih semua anggota staf mengenai peran mereka dalam penyediaan fasilitas
perawatan pasien yang aman dan efektif.
Standar MKF.11.1
Anggota staf dilatih dan berpengetahuan mengenai peran mereka dalam rencana rumah sakit untuk menangani
kebakaran, keamanan, bahan-bahan berbahaya dan keadaan darurat.
Standar MKF.11.2
Staf dilatih untuk mengoperasikan dan menjaga peralatan medis dan sistem utilitas.
Standar MKF.11.3
Manajemen dan Keamanan Fasilitas
(MKF)
Rumah sakit melakukan uji pengetahuan staf secara berkala melalui demonstrasi, simulasi, dan metode lainnya
yang sesuai. Ujian ini kemudian didokumentasikan.
227
Pelatihan tersebut dapat berasal dari rumah sakit, dari produsen peralatan, atau sumber lain yang memiliki
pengetahuan.
Rumah sakit merencanakan program yang dirancang untuk menguji pengetahuan staf akan kedaruratan secara
berkala, termasuk prosedur penanganan kebakaran, respons terhadap bahaya, seperti tumpahan bahan berbahaya;
dan penggunaan peralatan medis yang berisiko bagi pasien dan staf. Pengetahuan dapat diuji melalui berbagai
cara, misalnya demonstrasi individu atau kelompok; pengadaan simulasi kejadian seperti epidemi di masyarakat;
penggunaan ujian tertulis atau komputer; atau cara-cara lain yang sesuai dengan pengetahuan yang diuji. Rumah
sakit mendokumentasikan siapa yang diuji dan hasil-hasil pengujian.
1. Staf terlatih untuk mengoperasikan peralatan medis dan sistem utilitas yang sesuai dengan keperluan
pekerjaan mereka.
2. Staf terlatih untuk memelihara peralatan medis dan sistem utilitas yang sesuai dengan keperluan pekerjaan
mereka.
228
230
Kualifikasi dan
Pendidikan Staf (KPS)
Staff Qualifications and Education (SQE)
Gambaran Umum
Untuk mencapai misi dan memenuhi kebutuhan pasien, suatu rumah sakit membutuhkan orang-orang yang
terampil dan memenuhi syarat. Pemimpin rumah sakit bekerja sama untuk menentukan jumlah dan jenis staf
yang dibutuhkan berdasarkan rekomendasi kepala departemen dan kepala layanan.
Perekrutan, evaluasi, dan penunjukan staf paling baik dilakukan melalui proses yang terkoordinasi, efisie, dan
seragam. Dokumentasi keterampilan, pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman kerja sebelumnya dari pelamar
juga penting dilakukan. Pemeriksaan kredensial staf medis dan keperawatan merupakan hal yang sangat penting
dan harus dilakukan secara berhati-hati mengingat mereka terlibat dalam proses-proses perawatan klinis dan
bekerja secara langsung dengan pasien.
Rumah sakit harus menyediakan kesempatan pada staf untuk belajar dan berkembang secara pribadi dan
profesional. Dengan demikian, pelatihan internal untuk pekerjaan dan kesempatan-kesempatan belajar lainnya
harus ditawarkan kepada staf.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat
pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian.
KPS.1 Pemimpin rumah sakit menetapkan persyaratan pendidikan, keterampilan, pengetahuan, dan persyaratan lainnya bagi anggota staf.
KPS.1.1
Tanggung jawab tiap anggota staf didefinisikan dalam deskripsi jabatan yang berlaku.
KPS.2
Pemimpin rumah sakit menyusun dan melaksanakan proses-proses untuk merekrut, mengevaluasi, dan
menunjuk staf serta prosedur-prosedur terkait lainnya yang diidentifikasi oleh rumah sakit.
KPS.3 Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan
keterampilan staf klinis sesuai dengan kebutuhan pasien.
KPS.4 Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan
dan keterampilan staf nonklinis sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan persyaratan untuk posisi
tersebut.
KPS.5 Terdapat informasi kepegawaian yang terdokumentasi untuk setiap anggota staf.
KPS.6 Rencana susunan kepegawaian bagi rumah sakit, yang disusun secara kolaboratif oleh pemimpin,
mengidentifikasikan jumlah, tipe, dan kualifikasi staf yang diinginkan.
231
KPS.6.1 Rencana susunan kepegawaian dinilai ulang secara berkelanjutan dan diperbarui sesuai
kebutuhan.
Semua anggota staf klinis dan nonklinis diorientasi mengenai rumah sakit, departemen atau unit
di mana mereka ditugaskan dan mengenai tanggung jawab pekerjaan spesifik mereka pada saat
penunjukan.
KPS.8
Tiap anggota staf menerima pelatihan internal (in-service education/training) serta pendidikan
dan pelatihan lain yang berkelanjutan untuk menyokong dan meningkatkan keterampilan dan
pengetahuannya.
KPS.8.1 Anggota staf yang menyediakan perawatan pasien dan staf lainnya yang diidentifikasi
rumah sakit dilatih dan dapat mendemonstrasikan melakukan teknik yang tepat.
KPS.8.2 Rumah sakit menyediakan fasilitas dan waktu bagi pendidikan dan pelatihan staf.
KPS.8.3 Pendidikan profesional kesehatan, ketika disediakan rumah sakit, dipandu oleh parameter-
parameter pendidikan yang ditetapkan oleh program sponsor akademis.
Staf Medis
Rumah sakit memiliki proses efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan mengevaluasi
kredensial (lisensi, pendidikan, pelatihan, kompetensi, dan pengalaman) staf medis yang diizinkan
untuk memberikan perawatan pasien tanpa pengawasan.
KPS.9.1 Kepemimpinan membuat keputusan berdasarkan informasi dalam memperbarui izin bagi
setiap anggota staf medis untuk melanjutkan penyediaan layanan dan perawatan pasien
minimal setiap tiga tahun.
Staf Keperawatan
KPS.12 Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi
kredensial staf keperawatan (lisensi, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja).
232
KPS.13 Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan tanggung jawab pekerjaan dan untuk
membuat penugasan pekerjaan klinis berdasarkan kredensial anggota staf keperawatan dan persyaratan
peraturan.
KPS.14 Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan partisipasi staf keperawatan dalam
kegiatan-kegiatan perbaikan mutu rumah sakit, termasuk evaluasi kinerja individu jika diperlukan.
233
Standar KPS.1.1
Tanggung jawab tiap anggota staf didefinisikan dalam deskripsi jabatan yang berlaku.
234
yang harus di bawah pengawasan. Deskripsi program dapat berfungsi sebagai uraian tugas dalam kasuskasus tersebut;
d) Individu tersebut diizinkan untuk menyediakan pelayanan sementara dalam rumah sakit. (Hak istimewa
(privileging) di bawah KPS.10 merupakan alternatif.)
Apabila suatu rumah sakit menggunakan uraian tugas nasional atau generik (misalnya, deskripsi jabatan untuk
seorang perawat), penting untuk memperluas uraian tugas ini dengan tanggung jawab pekerjaan yang spesifik
untuk jenis-jenis perawat (misalnya, antara lain perawat ICU, perawat anak, atau perawat kamar operasi).
Bagi mereka yang diizinkan oleh undang-undang dan rumah sakit untuk berpraktik secara mandiri, terdapat
suatu proses untuk menentukan dan memberi kuasa individu tersebut untuk berpraktik berdasarkan pendidikan,
pelatihan dan pengalaman. Proses ini diidentifikasi dalam KPS.9 untuk anggota staf medis dan dalam KPS.12
untuk anggota staf keperawatan.
Persyaratan untuk standar ini berlaku bagi semua jenis staf yang membutuhkan uraian tugas (misalnya, staf fulltime, paruh waktu atau part-time, pegawai, sukarela, atau sementara).
Tiap anggota staf yang tidak diizinkan untuk berpraktik secara mandiri memiliki deskripsi jabatan.
(Juga lihat AP.3, EP 5)
Individu yang diidentifikasi dari a) hingga d) dalam maksud dan tujuan, apabila ada dalam rumah sakit,
memiliki uraian tugas yang tepat untuk kegiatan-kegiatan dan tanggung jawab mereka atau diberi hak
istimewa jika tercatat sebagai alternatif. (Juga lihat AP.3, EP 5)
Deskripsi pekerjaan masih berlaku sesuai kebijakan rumah sakit.
Standar KPS.2
Pemimpin rumah sakit menyusun dan melaksanakan proses-proses untuk merekrut, mengevaluasi, dan menunjuk
staf serta prosedur-prosedur yang terkait lainnya yang diidentifikasi oleh rumah sakit.
235
Standar KPS.3
Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan
staf klinis sesuai dengan kebutuhan pasien.
Standar KPS.4
Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan
staf nonklinis sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan persyaratan untuk posisi tersebut.
236
memberikan orientasi untuk posisi tersebut dan memastikan bahwa pegawai dapat memenuhi tanggung jawab
dalam uraian tugas. Anggota staf menerima tingkat pengawasan yang diperlukan dan secara berkala dievaluasi
untuk memastikan kompetensi yang terus-menerus pada posisi tersebut.
Standar KPS.5
Terdapat informasi kepegawaian yang terdokumentasi untuk setiap anggota staf.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Standar KPS.6
Rencana susunan kepegawaian bagi rumah sakit, yang disusun secara kolaboratif oleh pemimpin, mengidentifikasikan jumlah, tipe, dan kualifikasi staf yang diinginkan.
Standar KPS.6.1
Rencana susunan kepegawaian dinilai ulang secara berkelanjutan dan diperbarui sesuai kebutuhan.
237
pengetahuan dan persyaratan lainnya yang dibutuhkan di tiap departemen dan bagian. Rencana tersebut membahas
alih fungsi staf dari satu departemen atau bagian ke departemen atau bagian lain dalam menanggapi
perubahan kebutuhan pasien atau kekurangan staf;
pertimbangan terhadap permintaan staf untuk alih tugas berdasarkan nilai-nilai budaya atau agama dan
kepercayaan;
kebijakan dan prosedur untuk mengalihkan tanggung jawab dari satu orang ke yang lain (misalnya dari
seorang dokter ke seorang perawat) apabila tanggung jawab tersebut akan berada di luar area tanggung
jawab normal individu tersebut.
Kepegawaian yang terencana dan terlaksana, dipantau secara berkelanjutan, dan rencana tersebut diperbarui sesuai
kebutuhan. Ketika dipantau pada tingkat departemen atau bagian, terdapat suatu proses kolaboratif bagi para
pemimpin rumah sakit untuk memperbarui rencana secara keseluruhan.
238
Pekerja kontrak menerima orientasi mengenai rumah sakit, departemen atau unit di mana mereka
ditugaskan, mengenai tanggung jawab pekerjaan mereka serta tugas-tugas spesifik.
Relawan menerima orientasi mengenai rumah sakit dan tanggung jawab yang diberikan kepada mereka.
Mahasiswa/tenaga magang menerima orientasi mengenai rumah sakit dan tanggung jawab yang diberikan
kepada mereka.
2.
3.
4.
Standar KPS.8
Tiap anggota staf menerima pelatihan internal serta pendidikan dan pelatihan lain yang berkelanjutan untuk
menyokong atau meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya.
Standar KPS.8.1
Anggota staf yang menyediakan perawatan pasien dan staf lainnya yang diidentifikasi rumah sakit dilatih dan
dapat mendemonstrasikan kompentesi melakukan teknik resusitasi yang tepat.
239
Anggota staf yang memberikan perawatan pasien dan staf lainnya yang ditunjuk oleh rumah sakit untuk
mendapatkan pelatihan cardiac life support diidentifikasi.
Tingkat pelatihan yang sesuai diberikan dengan frekuensi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan staf.
Ada bukti yang menunjukkan apakah seorang anggota staf lulus pelatihan tersebut.
Tingkat pelatihan yang diinginkan untuk tiap individu diulang berdasarkan persyaratan dan/atau jangka
yang ditetapkan oleh program pelatihan yang diakui, atau setiap dua tahun jika tidak menggunakan
program pelatihan yang diakui.
Standar KPS.8.2
Rumah sakit menyediakan fasilitas dan waktu bagi pendidikan dan pelatihan staf.
Standar KPS.8.3
Pendidikan profesional kesehatan, ketika disediakan rumah sakit, dipandu oleh parameter-parameter pendidikan
yang ditetapkan oleh program sponsor akademis.
240
Standar KPS.8.4
Rumah sakit menyediakan suatu program kesehatan dan keselamatan staf.
Pemimpin rumah sakit dan staf merencanakan program kesehatan dan keselamatan.
Program tersebut merespons kebutuhan staf yang mendesak dan tidak mendesak melalui pengobatan
langsung dan rujukan.
Data program melaporkan program mutu dan keselamatan rumah sakit.
Terdapat suatu kebijakan mengenai penyediaan vaksinasi dan imunisasi staf.
Terdapat suatu kebijakan mengenai evaluasi, konseling, dan follow-up mengenai staf yang terekspos
penyakit-penyakit menular yang dikoordinasikan dengan program pencegahan dan pengendalian infeksi.
(Juga lihat PPI.5, EP 2)
241
Staf Medis
Standar KPS.9
Rumah sakit memiliki proses efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan mengevaluasi kredensial (lisensi,
pendidikan, pelatihan, kompetensi, dan pengalaman) staf medis yang diizinkan untuk memberikan perawatan
pasien tanpa pengawasan.
Standar KPS.9.1
Kepemimpinan membuat keputusan berdasarkan informasi dalam memperbarui izin bagi setiap anggota staf
medis untuk melanjutkan penyediaan layanan perawatan pasien minimal setiap tiga tahun.
242
utama calon, verifikasi tersebut dapat diterima selama rumah sakit afiliasi tersebut memiliki akreditasi
Joint Commission International (JCI) dengan full compliance pada proses verifikasinya yang dapat
ditemukan di KPS.9, EP.2.
3. Berlaku bagi semua rumah sakit, adanya bukti kredensial yang telah diverifikasi oleh pihak ketiga yang
independen, misalnya oleh instansi pemerintah atau nonpemerintah, selama syarat berikut terpenuhi:
Setiap rumah sakit yang mendasarkan keputusannya sebagian pada informasi dari suatu instansi pemerintah atau nonpemerintah resmi, harus memiliki keyakinan terhadap kelengkapan, akurasi, dan ketepatan waktu informasi tersebut. Untuk mencapai tingkat keyakinan akan informasi tersebut, rumah sakit
tersebut harus mengevaluasi instansi yang menyediakan informasi tersebut pada awalnya dan selanjutnya
secara berkala. Prinsip-prinsip yang mengatur evaluasi semacam itu meliputi hal-hal berikut:
Instansi tersebut memberitahukan kepada pengguna data dan informasi, data dan informasi apa saja
yang dapat disediakan.
Instansi tersebut menyediakan dokumentasi bagi pengguna yang mendekripsikan proses
pengumpulan, informasi dan perkembangan, serta verifikasi data dilaksanakan.
Pengguna dan instansi tersebut menyetujui format untuk pengiriman informasi kredensial individu
dari instansi tersebut.
Pengguna dapat dengan mudah memahami informasi mana, yang dikirimkan oleh instansi tersebut,
yang berasal dari sumber utama dan yang mana yang bukan.
Apabila instansi tersebut mengirimkan informasi yang kedaluwarsa setelah jangka waktu tertentu,
badan tersebut menyediakan tanggal kapan informasi tersebut terakhir diperbarui dari sumber utama.
Instansi tersebut menyatakan bahwa informasi yang dikirimkan kepada pengguna merupakan
informasi yang akurat.
Pengguna dapat memahami apakah informasi yang dikirimkan oleh instansi tersebut yang
dinyatakan dari suatu sumber utama merupakan informasi sumber utama seluruhnya yang dimiliki
instansi tersebut dan, jika tidak, di mana informasi tambahan dapat diperoleh.
Jika perlu, pengguna dapat menggunakan proses-proses pengendalian mutu instansi tersebut untuk
mengatasi keraguan akan kesalahan pengiriman, ketidakkonsistenan, atau masalah-masalah data
lainnya yang dapat diidentifikasi dari waktu ke waktu.
Pengguna memiliki suatu rencana formal dengan instansi tersebut untuk menyampaikan setiap
perubahan dalam informasi kredensial.
Kepatuhan pada standar-standar mewajibkan verifikasi kredensial individu berasal dari sumber utama. Untuk
memenuhi persyaratan ini, verifikasi sumber utama diperlukan untuk semua praktisi baru dimulai sejak empat
bulan sebelum survei akreditasi awal. Semua praktisi lainnya harus memiliki verifikasi sumber utama pada saat
survei akreditasi tiga tahunan rumah sakit.
Hal ini dicapai selama periode tiga tahun, berdasarkan suatu rencana yang memprioritaskan verifikasi kredential
praktisi aktif penyedia layanan risiko tinggi.
Catatan: Persyaratan ini hanya merujuk kepada verifikasi kredensial. Kredensial semua praktisi medis dikumpulkan dan ditinjau, dan hak-hak mereka diberikan. Tidak ada tahap-tahap dalam proses ini. (Juga lihat KPS.9 EP 3)
Apabila verifikasi tidak memungkinkan, seperti misalnya arsip hilang akibat bencana, hal ini didokumentasikan.
Rumah sakit mengumpulkan dan memelihara suatu berkas kredensial tiap praktisi. Proses tersebut berlaku bagi
semua jenis dan tingkat staf (pegawai tetap, honorer, kontrak, serta yang berasal dari komunitas).
243
tahun sekali untuk memastikan bahwa anggota staf medis masih memiliki lisensi praktik, tidak sedang mendapat
tindakan disipliner dari instansi perizinan dan sertifikasi, memiliki dokumentasi yang memadai untuk mencari hak
istimewa (privilege) atau tugas baru atau lebih luas dalam rumah sakit, dan mampu secara fisik dan mental untuk
menyediakan perawatan dan pengobatan pasien tanpa pengawasan. Kebijakan rumah sakit menentukan individu
tersebut atau mekanisme yang bertanggung jawab untuk pemeriksaan ini, kriteria yang dipakai untuk membuat
keputusan, dan bagaimana keputusan tersebut akan didokumentasikan.
Mereka yang diizinkan oleh undang-undang, peraturan dan rumah sakit untuk menyediakan perawatan
pasien tanpa pengawasan diidentifikasi.
Kredensial yang diperlukan (antara lain pendidikan, lisensi, surat tanda registrasi/STR) sebagaimana
ditetapkan oleh peraturan dan kebijakan rumah sakit untuk tiap anggota staf medis akan dibuat
salinannya oleh rumah sakit dan disimpan dalam berkas personalia atau dalam berkas kredensial yang
terpisah untuk setiap anggota staf medis.
Semua kredensial (antara lain pendidikan, lisensi surat tanda registrasi/STR) diverifikasi terhadap
sumber yang mengeluarkan kredensial tersebut sebelum individu memulai menyediakan pelayanan bagi
pasien.
Semua kredensial dalam berkas (antara lain pendidikan, lisensi, surat tanda registrasi) masih berlaku dan
diperbarui sesuai kebutuhan.
Pada saat pengangkatan awal, suatu penentuan berdasarkan informasi dibuat mengenai kualifikasi
individu yang masih berlaku untuk menyediakan pelayanan perawatan pasien.
Staf Medis
Standar KPS.10
Rumah sakit memiliki tujuan dan prosedur berbasis bukti yang terstandar untuk mengesahkan semua anggota
staf medis untuk menerima dan pasien serta untuk memberikan pelayanan klinis lainnya yang konsisten dengan
kualifikasi mereka.
244
dalam menentukan hak istimewa. Apabila tersedia, surat-surat dari tempat-tempat praktik sebelumnya,
dari rekan-rekan profesional, penghargaan, dan sumber-sumber informasi lainnya juga dipertimbangkan.
2. Pada saat kesepakatan ulang setiap tiga tahun, rumah sakit mencari dan menggunakan informasi di
bidang kompetensi umum berikut dari praktisi klinis:
a. Perawatan pasienpraktisi menyediakan perawatan pasien dengan belas kasih, tepat, dan efektif
untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, dan perawatan pasien terminal.
b. Pengetahuan medis/klinisakan bidang biomedis, klinis dan ilmu sosial yang ada dan berkembang
serta aplikasi pengetahuan tersebut pada perawatan pasien dan menyalurkan ilmu kepada orang lain.
c. Pembelajaran dan perbaikan berbasis praktikdengan menggunakan bukti dan metode ilmiah
untuk menyelidiki, mengevaluasi dan memperbaiki praktik-praktik perawatan pasien.
d. Keterampilan interpersonal dan komunikasiyang memungkinkan mereka untuk membangun dan
mempertahankan hubungan profesional dengan pasien, keluarga pasien, dan anggota-anggota tim
perawatan kesehatan lainnya.
e. Profesionalismetercermin dari komitmen untuk pengembangan profesional berkelanjutan, praktik
etis, pemahaman dan kepekaan terhadap keragaman, sikap bertanggung jawab terhadap pasien,
profesi mereka, dan masyarakat.
f. Praktik berbasis sistemmelalui pemahaman konteks dan sistem di mana pelayanan kesehatan
disediakan.
Terdapat suatu sasaran standar dan prosedur berbasis bukti untuk mengubah semua informasi ini menjadi suatu
keputusan mengenai hak-hak istimewa untuk seorang praktisi. Prosedur tersebut didokumentasikan dalam
kebijakan dan dilaksanakan. Pemimpin staf medis dapat menunjukkan bagaimana prosedur tersebut efektif baik
pada proses pengangkatan staf awal maupun pada proses kesepakatan ulang.
Hak-hak istimewa klinis, setelah ditetapkan atau ditetapkan ulang, tersedia dalam bentuk hard copy, elektronik,
atau metode lain bagi individu. Hak-hak ini juga tersedia di berbagai lokasi (misalnya, ruang operasi, departemen
gawat darurat) dalam rumah sakit di mana anggota staf medis tersebut bekerja. Informasi ini akan membantu
memastikan bahwa anggota staf medis berpraktik dalam batas-batas kompetensi dan hak-hak istimewa yang
diperbolehkan. Informasi tersebut diperbarui secara berkala.
Rumah sakit menggunakan suatu proses standar yang didokumentasikan dalam kebijakan rumah sakit
resmi mengenai hal pemberian hak istimewa kepada tiap anggota staf medis untuk menyediakan layanan.
Hal ini dilakukan pada kesepakatan awal dan pada saat kesepakatan ulang (Juga lihat AP.3, EP 5, dan
MPO.4.2, EP 2)
Keputusan untuk mengadakan pertemuan ulang tentang penyediaan pelayanan pasien dipandu oleh a)
hingga f) dalam maksud dan tujuan dan penilaian ulang kinerja tahunan praktisi.
Layanan pasien yang akan disediakan oleh tiap staf medis dijabarkan secara jelas dan disampaikan oleh
pemimpin rumah sakit di seluruh rumah sakit dan kepada anggota staf medis.
Setiap anggota staf medis hanya menyediakan pelayanan yang secara spesifik diizinkan oleh rumah sakit.
Staf Medis
Standar KPS.11
Rumah sakit menggunakan proses standar yang berkesinambungan untuk mengevaluasi mutu dan keselamatan
245
246
Suatu evaluasi praktik profesional yang terus-menerus akan mutu dan keselamatan pelayanan pasien yang
disediakan oleh tiap anggota staf medis diperiksa dan disampaikan kepada anggota staf medis setidaknya
setahun sekali. (Juga lihat PMK.1.1, EP 1)
Evaluasi praktik profesional yang terus-menerus dan pemeriksaan tahunan tiap anggota staf medis dicapai
melalui suatu proses seragam yang ditetapkan oleh kebijakan rumah sakit.
Evaluasi tersebut mempertimbangkan dan menggunakan data komparatif secara proaktif sebagai pem-
banding terhadap pengobatan berbasis kepustakaan.
Evaluasi tersebut mempertimbangkan dan menggunakan kesimpulan-kesimpulan analisis mendalam kom-
plikasi yang dikenal, sebagaimana berlaku. (Juga lihat PMKP.5; PMKP.6; dan TKKA.3.4, EP 3)
Informasi dari proses evaluasi praktik profesional didokumentasikan di dalam berkas kredential anggota
staf dan berkas lainnya yang relevan.
Staf Keperawatan
Standar KPS.12
Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi kredensial staf
keperawatan (izin praktik, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja).
247
Rumah sakit mengumpulkan dan menyimpan berkas kredensial perawat. Berkas tersebut memuat lisensi yang
masih berlaku jika peraturan mewajibkan perbaruan secara berkala. Terdapat dokumentasi tentang pelatihan yang
berkaitan dengan kompetensi tambahan.
Rumah sakit memiliki suatu proses standar untuk mengumpulkan kredensial setiap anggota staf ke-
perawatan.
Izin praktik, pendidikan, pelatihan dan pengalaman didokumentasikan.
Informasi tersebut diverifikasi dari sumber orisinal berdasarkan parameter-parameter yang ditemukan
dalam maksud dan tujuan KPS.9.
Terdapat suatu catatan yang dibuat mengenai kredensial setiap anggota staf keperawatan.
Rumah sakit memiliki suatu proses untuk memastikan bahwa kredensial perawat kontrak sah dan
lengkap sebelum penugasan.
Rumah sakit memiliki suatu proses untuk memastikan bahwa perawat yang bukan pegawai rumah
sakit, tetapi bekerja bersama dokter swasta dan memberikan pelayanan kepada pasien rumah sakit
memiliki kredensial yang sah.
Standar KPS.13
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan tanggung jawab pekerjaan dan untuk membuat
penugasan pekerjaan klinis berdasarkan kredensial anggota staf keperawatan dan persyaratan peraturan.
Standar KPS.14
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan partisipasi staf keperawatan dalam kegiatan-kegiatan
perbaikan mutu rumah sakit, termasuk evaluasi kinerja individu jika diperlukan.
248
perbaikan mutu.
3. Informasi yang sesuai dari proses penilaian ulang didokumentasikan dalam kredensial perawat atau berkas
lainnya.
249
Apabila tidak ada kewajiban proses pendidikan formal, lisensi, atau proses pendaftaran atau kredensial lainnya
atau bukti kompetensi, hal ini didokumentasikan dalam catatan individu. Apabila verifikasi tidak memungkinkan,
seperti misalnya arsip hilang akibat bencana, hal ini didokumentasikan dalam catatan individu.
Rumah sakit mengumpulkan dan menyimpan suatu berkas kredensial tiap profesional kesehatan. Berkas tersebut
memuat lisensi atau pendaftaran yang masih berlaku jika peraturan mewajibkan perbaharuan secara berkala.
Rumah sakit memiliki suatu prosedur standar untuk mengumpulkan kredensial setiap anggota staf
profesional kesehatan.
Lisensi, pendidikan, pelatihan dan pengalaman didokumentasikan jika relevan.
Informasi tersebut diverifikasi dari sumber orisinil berdasarkan parameter-parameter yang ditemukan
dalam maksud dan tujuan KPS.9.
Terdapat suatu arsip yang dibuat mengenai kredensial setiap anggota staf profesional kesehatan.
Arsip tersebut memuat salinan-salinan lisensi, sertifikat, atau pendaftaran yang dibutuhkan.
Rumah sakit memiliki suatu proses untuk memastikan bahwa staf lainnya yang bukan pegawai rumah
sakit tetapi bekerja bersama dokter swasta dan memberikan layanan kepada pasien rumah sakit
memiliki kredensial yang sahih (valid) yang sebanding dengan persyaratan kredensial rumah sakit.
Standar KPS.16
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk mengidentifikasi tanggung jawab pekerjaan dan untuk membuat
penugasan pekerjaan klinis berdasarkan kredensial anggota staf profesional dan persyaratan menurut peraturan.
ar
14
Standar KPS.17
Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk partisipasi anggota staf profesional kesehatan lain dalam kegiatankegiatan perbaikan mutu rumah sakit.
250
Staf profesional kesehatan lainnya berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan perbaikan mutu rumah sakit.
(Juga lihat PMKP.1.1, EP 1)
Kinerja anggota staf profesional lainnya dinilai ulang apabila terdapat indikasi dari kegiatan perbaikan
mutu.
Informasi yang sesuai dari proses penilaian ulang didokumentasikan dalam catatan profesional kesehatan.
252
Manajemen Komunikasi
dan Informasi (MKI)
Manajemen
Manajemen
Manajemen
Manajemen
Komunikasi
Komunikasi
Komunikasi
Komunikasidan
danInformasi
Informasi
dan Informasi
dan Informasi
(MCI)(MCI)
(MCI)
(MKI)
Rangkuman
Perawatan pasien merupakan upaya rumit yang sangat bergantung pada komunikasi informasi. Komunikasi yang
dimaksud di sini adalah kepada dan dengan komunitasnya, pasien berikut keluarganya, serta petugas profesional
kesehatan lainnya. Gagalnya komunikasi ini menjadi salah satu penyebab awal paling umum dari terjadinya
insiden yang mencelakakan pasien.
Dalam menyediakan, mengoordinasikan dan mengintegrasi layanannya, rumah sakit bergantung pada informasi
tentang ilmu perawatan, tentang pasien itu sendiri, perawatan yang telah diberikan, hasil dari perawatan itu, dan
kinerja rumah sakit. Seperti layaknya sumber daya manusia, material dan keuangan, informasi merupakan sumber
daya yang harus diolah secara efektif oleh pimpinan rumah sakit. Setiap rumah sakit berusaha memperoleh,
mengolah, dan menggunakan informasi itu untuk meningkatkan kesejahteraan pasien serta kinerja rumah sakit
baik secara keseluruhan maupun individu.
Seiring waktu, rumah sakit akan menjadi semakin efektif dalam
mengidentifikasi kebutuhan informasi;
merancang sistem manajemen informasi;
mendefinisikan dan memperoleh data dan informasi;
menganalisis data dan mengubahnya menjadi informasi;
transmisi dan pelaporan data dan informasi; serta
mengintegrasikan dan menggunakan informasi.
Walaupun komputerisasi dan teknologi lainnya mampu meningkatkan efisiensi, prinsip manajemen informasi
yang baik berlaku untuk semua metode, baik yang berbasis kertas maupun elektronik. Standar berikut dirancang
sedemikian rupa agar sesuai baik untuk sistem yang belum terkomputerasi maupun untuk teknologi masa depan.
Standar
Berikut adalah daftar standar untuk fungsi ini. Agar mudah, standar-standar ini disajikan tanpa maksud dan
tujuan ataupun elemen penilaian. Informasi lebih lanjut mengenai standar-standar tersebut, dapat dilihat di
bagian berikutnya dalam bab ini, Standar, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian.
253
Rumah sakit menginformasikan kepada pasien dan keluarganya mengenai perawatan dan layanannya
serta bagaimana cara memperoleh layanan tersebut.
Komunikasi dan pendidikan bagi pasien dan keluarganya dilakukan dalam format dan bahasa yang
mudah dimengerti.
MKI.6
MKI.7
MKI.8
Rumah sakit merencanakan dan merancang proses-proses manajemen informasi untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal dan eksternal.
Terjaganya privasi dan kerahasiaan informasi.
Terjadinya keamanan informasi termasuk integritas data.
Rumah sakit memiliki kebijakan sampai berapa lama catatan, data, dan informasi akan disimpan.
Rumah sakit menggunakan kode diagnosis, kode prosedur, simbol, singkatan, dan definisi yang
terstandar.
Kebutuhan data dan informasi dari pihak dalam dan luar rumah sakit dipenuhi secara tepat waktu
dalam format yang memenuhi harapan pengguna dan dengan frekuensi yang diinginkan.
Petugas klinis dan manajerial yang tepat berpartisipasi dalam memilih, mengintegrasikan, dan
menggunakan teknologi manajemen informasi.
Catatan dan informasi terlindung dari risiko hilang, rusak, diubah-ubah; juga tidak dapat diakses atau
digunakan oleh pihak yang tidak berwenang.
Para pengambil keputusan dan anggota staf lainnya edukasi dan dilatih dalam prinsip manajemen
informasi.
Terdapat kebijakan atau protokol tertulis yang menetapkan apa saja persyaratan untuk
mengembangkan dan memelihara kebijakan dan prosedur internal serta proses untuk mengelola
kebijakan dan prosedur eksternal.
254
diobati.
MKI.19.1
Catatan klinis berisi informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, mendukung
diagnosis, memberikan penjelasan pengobatan, mendokumentasikan penerbitan dan hasil
pengobatan dan untuk mempromosikan kesinambungan perawatan di kalangan praktisi
kesehatan.
MKI.19.1.1 Catatan klinis setiap pasien yang menerima perawatan darurat meliputi
waktu kedatangan, kesimpulan pada akhir perawatan, kondisi pasien saat
pulang dan instruksi perawatan selanjutnya.
MKI.19.2 Kebijakan rumah sakit menetapkan siapa yang berwenang untuk membuat entri ke
dalam catatan klinis pasien dan menentukan isi dan format catatan tersebut.
MKI.19.3 Setiap entri catatan klinis pasien mencantumkan identitas penulisnya dan kapan entri
tersebut dibuat dalam catatan.
MKI.19.4 Sebagai bagian kegiatan perbaikan kinerja, secara teratur rumah sakit menilai isi dan
kelengkapan catatan klinis pasien.
manajemen kualitas.
MKI.20.1 Rumah sakit memiliki proses untuk pengumpulan data dan menentukan data dan
informasi yang harus dikumpulkan secara teratur untuk memenuhi kebutuhan para
staf klinis dan manajerial rumah sakit maupun badan-badan di luar rumah sakit.
MKI.20.2 Rumah sakit memiliki proses untuk menggunakan atau berpartisipasi dalam database
eksternal.
MKI.21 Rumah sakit mendukung perawatan pasien, pendidikan, penelitian dan manajemen, dengan informasi
secara tepat waktu dari sumber yang mutakhir.
255
Standar MKI.1
Rumah sakit berkomunikasi dengan komunitasnya untuk mempermudah akses layanan dan akses informasi
tentang layanan perawatannya.
Standar MKI.2
Rumah sakit menginformasikan kepada pasien dan keluarganya mengenai perawatan dan layanannya serta cara
memperoleh layanan tersebut.
256
Standar MKI.3
Komunikasi dan pendidikan bagi pasien dan keluarganya dilakukan dalam format dan bahasa yang mudah
dimengerti.
Pasien hanya dapat membuat keputusan dan berpartisipasi dalam proses perawatan jika mereka memahami
informasi yang diberikan kepada mereka. Dengan demikian, format dan bahasa yang digunakan ketika
berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya; juga ketika memberikan pendidikan kepada mereka, perlu
mendapat perhatian khusus. Tiap pasien memberikan respons yang berbeda terhadap instruksi lisan, materi cetak,
video, demonstrasi, dan sebagainya. Selain itu, pemahaman terhadap bahasa yang digunakan sangat penting.
Kadang kala, anggota keluarga atau juru bahasa/penerjemah mungkin diperlukan untuk membantu memberikan
pemahaman atau menerjemahkan materi. Perlu diperhatikan keterbatasan kemampuan anggota keluarga,
khususnya anak-anak, dalam menyampaikan informasi klinis yang penting dan informasi lainnya serta materi
pendidikan. Dengan demikian, dipakainya anak-anak sebagai penerjemah harus merupakan jalan terakhir saja.
Apabila ada orang yang bukan anggota keluarga diminta untuk menerjemahkan atau menafsirkan informasi,
mereka harus memahami adanya kesulitan pasien dalam komunikasi dan pemahaman. (Juga lihat APKP.1.3;
PPKP.3, EP 1; dan PPKP.5, EP 13)
Standar MKI.4
Komunikasi dilaksanakan secara efektif di seluruh rumah sakit.
257
2. Komunikasi yang efektif juga terjadi di rumah sakit dalam setiap program-programnya. (Juga lihat
APKP.2, EP 1)
3. Komunikasi yang efektif terjadi dengan organisasi di luar rumah sakit. (Juga lihat APKP.3.1, EP 2 dan 3,
dan MPO.5.1, EP 1)
4. Komunikasi yang efektif terjadi dengan pasien dan keluarga. (Juga lihat APKP.2, EP 4)
5. Pemimpin mengkomunikasikan misi organisasi dan kebijakan, rencana, dan tujuan yang tepat kepada
seluruh stafnya.
Standar MKI.5
Pemimpin memastikan adanya komunikasi dan koordinasi yang efektif di antara individu dan departemen yang
bertanggung jawab dalam penyediaan layanan klinis.
Standar MKI.6
Informasi mengenai perawatan pasien dan respons terhadap perawatan dikomunikasikan antara tenaga medis,
perawat, dan praktisi kesehatan lainnya dalam setiap giliran petugas dan antarpergantian petugas.
258
Standar MKI.7
Data pasien tersedia bagi para praktisi kesehatan untuk mempermudah komunikasi informasi penting.
1. Ada kebijakan untuk menetapkan para praktisi kesehatan yang memiliki akses ke data pasien.
2. Data pasien tersedia bagi para praktisi yang membutuhkannya untuk perawatan pasien. (Juga lihat
AP.1.2, maksud dan tujuan, dan AP.1.5, EP 2)
3. Data pasien terus diperbaharui untuk menjamin informasi yang dikomunikasikan adalah yang terbaru.
Standar MKI.8
Informasi yang berkaitan dengan perawatan pasien dipindahkan bersama pasien.
Standar MKI.9
Rumah sakit merencanakan dan merancang proses-proses manajemen informasi untuk memenuhi kebutuhan
informasi internal dan eksternal.
259
Informasi dikeluarkan dan digunakan selama pasien dirawat agar rumah sakit dapat terkelola dengan aman dan
efektif. Untuk dapat memperoleh dan menyediakan informasi diperlukan perencanaan yang efektif. Perencanaan
ini melibatkan masukan dari berbagai sumber, termasuk:
Praktisi kesehatan
Manajer dan pemimpin rumah sakit
Pihak luar yang membutuhkan data atau informasi mengenai kegiatan kerja dan proses pelayanan di
rumah sakit
Perencanaan itu juga mencakup apa misi rumah sakit, layanan yang diberikan, sumber daya, akses ke teknologi
yang terjangkau dan dukungan rumah sakit untuk menciptakan komunikasi yang efektif antara pemberi pelayanan.
Kebutuhan berbagai sumber tersebut akan prioritas informasi mempengaruhi strategi manajemen informasi yang
dipilih dan kemampuan rumah sakit dalam melaksanakan strategi tersebut. Strategi tersebut disesuaikan dengan
besar-kecilnya rumah sakit, tingkat kerumitan layanannya, ketersediaan staf yang terlatih, dan sumber daya
manusia dan teknis lainnya. Rencana ini bersifat komprehensif dan mencakup semua departemen dan layanan
yang ada di rumah sakit.
Perencanaan untuk manajemen informasi ini tidak perlu ditulis secara formal. Yang justru diperlukan adalah
bukti bahwa telah dilakukan pendekatan yang terencana untuk mengidentifikasikan semua kebutuhan informasi
rumah sakit.
Standar MKI.10
Terjaganya privasi dan kerahasiaan informasi.
260
Standar MKI.11
Terjaganya keamanan informasi termasuk integritas data.
Kebijakan dan prosedur yang menangani prosedur keamanan memberikan akses data dan informasi hanya kepada
staf yang berwenang. Akses ke berbagai jenis informasi diberikan berdasarkan kebutuhan dan ditentukan oleh
jabatan dan fungsinya, termasuk siswa yang sedang belajar. Proses yang efektif menegaskan hal-hal berikut:
siapa yang memiliki akses ke informasi;
informasi mana yang dapat diakses oleh individu tertentu;
kewajiban pemakai untuk menjaga kerahasiaan informasi; dan
proses yang harus dilaksanakan apabila ada pelanggaran terhadap kerahasiaan dan keamanan.
Salah satu aspek dari menjaga keamanan informasi pasien adalah menentukan siapa yang berwenang
mendapatkan catatan klinis pasien dan memasukkan informasi (entri) ke dalam catatan klinis pasien. Rumah
sakit menyusun kebijakan yang mengatur siapa orang-orang tersebut dan menentukan bagaimana isi serta
format untuk tiap entri dalam catatan klinis pasien. Ada proses untuk memastikan bahwa hanya individu yang
berwenang yang membuat entri dalam catatan klinis pasien.
Standar MKI.12
Rumah sakit memiliki kebijakan sampai berapa lama catatan, data, dan informasi akan disimpan.
261
Standar MKI.13
Rumah sakit menerapkan kode diagnosis, kode prosedur, simbol, singkatan, dan definisi yang terstandar.
Standar MKI.14
Kebutuhan data dan informasi dari pihak dalam dan luar rumah sakit dipenuhi secara tepat waktu dalam format
yang memenuhi harapan pengguna dan dengan frekuensi yang diinginkan.
1.
2.
3.
4.
Standar MKI.15
Petugas klinis dan manajerial yang tepat berpartisipasi dalam memilih, mengintegrasikan, dan menggunakan
teknologi manajemen informasi.
262
daya yang besar. Untuk alasan ini, teknologinya harus disesuaikan benar dengan kebutuhan organisasi saat
ini dan masa depan serta disesuaikan pula dengan sumber dayanya. Kebutuhan teknologi yang tersedia perlu
diintegrasikan dengan proses manajemen informasi yang sudah ada dan membantu pengintegrasian aktivitas
seluruh departemen dan layanan organisasi. Tingkat koordinasi tersebut menuntut keterlibatan staf klinis dan
manajerial penting dalam proses penyeleksian teknologi itu.
Standar MKI.16
Manajemen Komunikasi dan Informasi
(MKI)
Catatan dan informasi terlindung dari risiko hilang, rusak, diubah-ubah dan tidak dapat diakses atau digunakan
oleh pihak yang tidak berwenang.
Standar MKI.17
Para pengambil keputusan dan anggota staf lainnya diedukasi dan dilatih dalam prinsip manajemen informasi.
263
dihasilkan laporan yang dapat mendukung pengambilan keputusan. Secara khusus, kombinasi informasi klinis
dan manajerial membantu pemimpin rumah sakit untuk membuat perencanaan bersama. Proses manajemen
informasi membantu pemimpin dengan penyediaan data menyeluruh untuk periode waktu tertentu dan data
komparatif yang terpadu.
1. Para pembuat keputusan dan lain-lainnya dibekali edukasi mengenai prinsip manajemen informasi
2. Edukasi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan tanggung jawab pekerjaan masing-masing.
3. Data dan informasi klinis dan manajerial diintegrasikan sesuai kebutuhan untuk mendukung
pengambilan keputusan.
Standar MKI.18
Terdapat kebijakan atau protokol tertulis yang menetapkan persyaratan untuk mengembangkan dan memelihara
kebijakan dan prosedur internal serta proses untuk mengelola kebijakan dan prosedur eksternal.
264
2. Terdapat protokol tertulis yang menjelaskan pengontrolan kebijakan dan prosedur yang berasal dari luar
rumah sakit, dan protokol tersebut diterapkan.
3. Terdapat kebijakan atau protokol tertulis yang mengatur pemberlakuan kebijakan dan prosedur
yang sudah tidak berlaku selama paling tidak yang diizinkan hukum dan peraturan serta memastikan
supaya kebijakan dan prosedur yang sudah tidak berlaku tersebut tidak disalahgunakan, dan kebijakan
atau protokol tertulis tersebut diterapkan.
4. Terdapat kebijakan atau protokol tertulis yang menjelaskan bagaimana semua kebijakan dan prosedur
yang beredar akan diidentifikasi dan dilacak, dan kebijakan atau protokol tertulis itu diterapkan.
Standar MKI.19
Rumah sakit memprakarsai dan mengurus catatan klinis untuk setiap pasien yang diperiksa atau diobati.
Standar MKI.19.1
Catatan klinis berisi informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien yang akan mendukung diagnosis,
memberikan penjelasan pengobatan, mendokumentasikan pengobatan dan hasil pengobatan, dan untuk
mempromosikan kesinambungan perawatan di kalangan praktisi kesehatan.
Standar MKI.19.1.1
Catatan klinis setiap pasien yang menerima perawatan keadaan darurat meliputi waktu kedatangan, kesimpulan
pada penghentian pengobatan, kondisi pasien saat pulang dan instruksi perawatan selanjutnya.
265
1. Isi spesifik catatan klinis pasien telah ditentukan oleh rumah sakit. (Juga lihat AP.1.5, EP 1)
2. Catatan klinis pasien berisi informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien.
3. Catatan klinis pasien berisi informasi yang cukup untuk mendukung diagnosis. (Juga lihat PAB.7, EP 3)
4. Catatan klinis pasien berisi informasi yang cukup untuk memberikan penjelasan tentang alasan perawatan
dan pengobatan. (Juga lihat PAB.7.3, EP 2)
5. Catatan klinis pasien berisi informasi yang cukup untuk mendokumentasikan alur terjadinya pengobatan
dan bagaimana hasilnya. (Juga lihat AP.1.5, EP 1; AP.2, maksud dan tujuan; PP.5, EP 4; PAB.5.2,
EP 1; PAB.5.3, EP 2; PAB.6, EP 2; PAB.7.3, EP 3; dan MPO.4.3, EP 1)
Standar MKI.19.2
Kebijakan rumah sakit mengidentifikasikan siapa yang berwenang untuk membuat entri ke dalam catatan klinis
pasien dan menentukan isi dan format catatan tersebut.
Standar MKI.19.3
Setiap entri catatan klinis pasien mencantumkan identitas penulisnya dan kapan entri tersebut dibuat dalam
catatan.
266
6. Ada proses untuk memastikan hanya individu berwenang yang memiliki akses ke catatan klinis pasien.
Standar MKI.19.4
Sebagai bagian kegiatan perbaikan kinerja, secara teratur rumah sakit menilai isi dan kelengkapan catatan klinis
pasien.
Setiap rumah sakit menentukan isi dan format catatan klinis pasien dan menjalankan proses untuk mengases isi
dan kelengkapan catatan itu. Proses tersebut merupakan bagian dari kegiatan perbaikan kinerja organisasi dan
dilaksanakan secara teratur. Penilaian ulang terhadap catatan klinis pasien didasarkan pada sampel yang mewakili
semua praktisi yang memberikan perawatan dan jenis perawatan yang tersedia. Proses penilaian ulang tersebut
dilakukan oleh staf medis, tenaga perawat dan profesional klinis terkait yang berwenang membuat entri di dalam
catatan klinis pasien. Penilaian ulang difokuskan pada ketepatan waktu, kelengkapan, keterbacaan, dan lainlain dari informasi dan catatan klinis. Proses penilaian ulang juga mencakup isi catatan klinis yang diwajibkan
undang-undang atau peraturan. Selain itu, proses penilaian ulang catatan klinis rumah sakit mencakup pula
catatan tentang pasien yang sedang dirawat maupun yang sudah pulang.
Standar MKI.20.1
Rumah sakit menjalankan proses pengumpulan data dan menentukan data dan informasi yang harus dikumpulkan secara teratur untuk memenuhi kebutuhan para staf klinis dan manajerial rumah sakit dan badan-badan di
luar rumah sakit.
267
Standar MKI.20.2
Rumah sakit menjalankan proses untuk menggunakan atau berpartisipasi dalam database eksternal.
Rumah sakit mengumpulkan dan menganalisis kumpulan data ini untuk mendukung perawatan pasien dan
manajemen organisasi. Kumpulan data menyediakan profil rumah sakit dari waktu ke waktu dan memungkinkan
dibuatnya perbandingan kinerja antara rumah sakit dengan rumah sakit lain. Dengan demikian, kumpulan
data merupakan bagian penting dari kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit. Secara khusus, kumpulan data
manajemen risiko, manajemen sistem utilitas, cegah & kendali infeksi, serta penilaian ulang terhadap utilitas
dapat membantu rumah sakit dalam memahami kinerjanya saat ini dan mencari peluang perbaikan.
Dengan berpartisipasi dalam database kinerja eksternal, rumah sakit dapat membandingkan kinerjanya dengan
kinerja rumah sakit lain yang serupa baik di skala lokal, nasional maupun internasional. Perbandingan kinerja
merupakan alat efektif untuk mencari peluang perbaikan dan untuk mendokumentasikan tingkat kinerja rumah
sakit. Jaringan organisasi rumah sakit dan organisasi lain yang membeli atau mendanai jasa perawatan kesehatan
sering membutuhkan informasi semacam itu. Database eksternal itu amat bervariasi dari jenis database asuransi
hingga database yang dibuat oleh masyarakat profesional. Bisa saja undang-undang atau peraturan mewajibkan
rumah sakit untuk berkontribusi ke beberapa database eksternal (Juga lihat PMKP.4.2 dan PPI.10.6, EP 1).
Dalam database manapun, keamanan dan kerahasiaan data dan informasinya dijaga.
Standar MKI.21
Rumah sakit mendukung perawatan pasien, pendidikan, penelitian, dan manajemen dengan penyediaan
informasi secara tepat waktu dari sumber yang mutakhir.
268
membantu mereka dalam pelaksanaan tugas. Informasi tersebut dapat meliputi literatur ilmiah dan manajemen,
clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis), hasil penemuan penelitian dan metodologi pendidikan.
Internet, bahan cetak di perpustakaan, sumber-sumber pencarian online, dan bahan-bahan personal merupakan
sumber informasi terkini yang berharga.
Glosarium
270
270
Glosarium
Glosarium
Glosarium
271
Glosarium
272
Glosarium
Glosarium
273
Glosarium
kerahasiaan (confidentiality)
1. Akses terbatas ke data dan informasi bagi
para individu yang memiliki kebutuhan,
alasan dan izin untuk akses semacam itu.
2. Hak individu akan privasi personal dan
informasi, termasuk rekam medisnya.
kerangka kerja akreditasi Struktur dan proses
di suatu organisasi yang penting bagi organisasi
pemberi akreditasi untuk melakukan berikut ini:
Secara konsisten dan andal mengevaluasi
rumah sakit pemohon terhadap standarstandar yang berlaku
Merekrut dan mengirimkan evaluator terlatih
274
Glosarium
Glosarium
275
Glosarium
276
Glosarium
Glosarium
pelatihan internal Pendidikan yang terorganisir, biasanya diberikan di tempat kerja, dirancang
untuk meningkatkan keterampilan anggota staf atau
untuk mengajarkan mereka keterampilan baru yang
relevan untuk pekerjaan dan bidang mereka.
277
Glosarium
278
Glosarium
Proses Akreditasi Suatu proses berkesinambungan di mana rumah sakit diwajibkan untuk menunjukkan kepada JCI bahwa mereka menyediakan
perawatan yang aman dan bermutu tinggi, seperti
yang diatur sebagai persyaratan yang harus dipenuhi
dalam standar JCI dan rekomendasi Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (International Patient Safety
Goals). Komponen utama dari proses ini ialah evaluasi
lapangan di rumah sakit oleh pelaku survei JCI.
prosedur invasif Suatu prosedur yang melibatkan pembuatan tusukan atau sayatan pada kulit atau
pemasukan suatu alat atau bahan asing ke dalam tubuh.
proses kredensial Proses untuk memperoleh,
memverifikasi, dan menilai kualifikasi seorang
praktisi perawatan kesehatan untuk menyediakan
layanan perawatan pasien di dalam atau untuk suatu
rumah sakit. Proses untuk memeriksa kualifikasi staf
secara berkala disebut sebagai proses rekredensial.
proses perawatan pasien Tindakan penyediaan akomodasi, kenyamanan, dan pengobatan
untuk seseorang. Hal ini secara tidak langsung menyatakan tanggung jawab untuk keselamatan, termasuk pengobatan, layanan, habilitasi, rehabilitasi,
atau program-program lainnya yang diminta oleh
rumah sakit atau jaringan untuk individu tersebut.
protokol Rencana pengobatan atau garis besar
suatu studi ilmiahtermasuk antara lain jenis
peserta percobaan, jadwal, prosedur, pengobatan dan
dosisyang menggunakan prosedur eksperimental
atau pengobatan baru dengan tujuan mengukur
aplikasinya pada manusia.
Glosarium
rencana Suatu metode terperinci yang diformulasi sebelumnya untuk mengidentifikasi kebutuhan,
menentukan strategi-strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serta menetapkan tujuan dan
sasaran. Format rencana tersebut dapat mencakup
narasi, kebijakan dan prosedur, protokol, pedoman
279
Glosarium
280
Glosarium
tiga tahunan.
survei terfokus tindak-lanjut Evaluasi
yang dilakukan karena adanya kebutuhan
akan pengamatan pelaku survei, wawancara
staf atau pasien, atau inspeksi fasilitas
fisik untuk mengonfirmasi bahwa rumah
sakit telah mengambil tindakan cukup
untuk mencapai pemenuhan syarat secara
layak berdasarkan standar JCI dan/atau
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien
(International Patient Safety Goals) yang
diidentifikasikan sebagai tidak terpenuhi
atau terpenuhi sebagian pada saat survei
penuh awal atau tiga tahunan.
Glosarium
281
Glosarium
ukuran
1. Mengumpulkan data kuantitatif mengenai
suatu fungsi, sistem, atau proses (seseorang
mengukur).
2. Suatu alat kuantitatif.
282
Glosarium
Glosarium
283
Indeks
Indeks
284
A
Administrasi penggunaan obat-obatan
identifikasi pasien sebelum (SIKP.1.), 37
mengonsumsi sendiri obat-obatan
(MPO.6.2), 147
obat yang dibawa sendiri oleh pasien
(MPO.6.2), 147
pemberian obat secara aman (MPO.6.1), 146
proses verifikasi (MPO.6.1), 146
wewenang untuk memberikan obat-obatan
(MPO.6).146
Agenda untuk survei, 12, 13, 14
Air
ketersediaan (MKF.9), 226
pengawasan mutu (MKF.10.1), 226
sumber alternatif (MKF.9.1), 225
Akreditasi
bersifat sukarela, 1
biaya akreditasi tiga tahunan, 16-17, 30
ciri-ciri dan unsu-unsur dari, 2
dasar, 1, 2, 12
individu-individu sebagai kontak di rumah sakit,
15
maksud dan tujuan dari, 2
manfaat dari, 1
pencabutan terhadap, 24-25
penerapan untuk, 12, 13, 14, 15
penerimaan untuk, 12
persyaratan pelaporan antarsurvei, 21, 24, 26
pertimbangan-pertimbangan kondisi khas negara
untuk, 2
proses baru, 30
ruang lingkup program-program akreditasi, 2
Akreditasi Ditolak, 12, 19, 22, 24
Akreditasi dengan Risiko Ditolak
Kebijakan tentang Keakuratan dan Kebenaran
Informasi dan, 15
kebijakan tentang, 24
perubahan rumah sakit dan, 26
survei terfokus mencari-sebab, 20
Akreditasi tiga tahunan, 16
Alat sekali-pakai (PPI.7.1.1), 186-187
Anak-anak dan bayi
Indeks
B
Bagian Keuangan (Joint Commisision International),
18
Bahan berbahaya dan limbah
edukasi staf yang berperan dalam pengelolaan
(MKF.11.1), 227
inventarisasi bahan dalam fasilitas (MKF.5),
219-220
izin, lisensi, sertifikat, atau persyaratan lainnya
(MKF.5), 219-220
pembuangan (MKF.5), 219-220
penanganan, penyimpanan dan penggunaan,
rencana untuk (MKF.5), 219-220
pemberian label terhadap (MKF.5), 219-220
program pengelolaan keselamatan laboratorium
dan (AP.5.1), 96
peralatan pelindung dan prosedur (MKF.5),
219-220
program pengelolaan keselamatan pelayanan
radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.2),
103
rencana tertulis untuk mengendalikan risiko
lingkungan (MKF.2), 216
Banding atas keputusan akreditasi, 25
Bayi. Lihat Anak-anak dan bayi
Benda tajam dan jarum, pembuangan (PPI.7.3), 188
Biaya perawatan
asesmen ekonomi (AP.1.2), 87
informasi tentang (APKP.1.2), 50
pembayaran untuk perawatan dan pemberian
perawatan yang seragam (PP.1), 112
tagihan untuk pelayanan (TKKA.6.1), 210
Biaya perjalanan, 17, 18
Buku Petunjuk. Lihat Buku petunjuk standar
Buku Petunjuk Standar
bagaimana menggunakan, 3-4
C
Cardiac life support
kompetensi dalam (KPS.8.1), 239-240
pelatihan dalam (KPS.8.1), 239-240
Catatan klinis pasien
akses ke (MKI.7), 259
asesmen, dokumentasi temuan asesmen (AP.1.5;
AP.1.5.1), 89-90
asesmen kebutuhan edukasi, dokumentasi
(PPKP.2), 153
asesmen ulang, dokumentasi (AP.2), 93
dipindahkan bersama pasien (MKI.8), 259
efek samping obat, pemantauan dan
dokumentasi atas (MPO.7), 147-148
hilang, rusak dan diubah-ubah, terlindung dari
(MKI.16), 263
informasi meliputi (MKI.19; MKI.19.1), 265
kebijakan retensi untuk catatan, data dan
informasi, 266
kemampuan dan kemauan belajar, asesmen dan
dokumentasi atas (PPKP.2.1), 151
kerahasiaan informasi pasien (HPK.1.6), 69
membuat entri, di
kewenangan untuk membuat (MKI.19.2),
226
penulis (MKI.19.3), 266
tanggal (MKI.19.3), 266
format dan lokasi (MKI.19.2), 266
permintaan obat dan resep (MPO.4.3), 144
pemindahan pasien, dokumentasi (APKP.4.4), 59
penilaian ulang terhadap (MKI.19.4), 267
perawatan anestesi
dokumentasi penggunaan dan teknik
anestesi (PAB.5.2), 128
dokumentasi pemantauan pascaanestesi
(PAB.6), 129
permintaan untuk perawatan dan pengobatan,
dokumentasi dari (PP.2.2), 114
persetujuan, dokumentasi (HPK.6.4; HPK.8),
78-79
prakarsa dan pengurusan (MKI.19), 265
privasi dan kerahasiaan informasi (MKI.10),
260-261
prosedur, dokumentasi (PP.2.3), 114
Indeks
285
Indeks
286
praktisi mandiri
proses kredensial dan pemberian hak
istimewa untuk (TKKA.3.3.2), 6, 204
kualitas layanan (TKKA.3.3.2), 204
informasi tentang (HPK.6.1), 75
informasi tentang, proses merespons
permintaan (HPK.6.1), 75
praktisi pelayanan kesehatan
aktivitas perbaikan kualitas, partisipasi
dalam (KPS.14), 248
kredensial, verifikasi dan evaluasi dari
(KPS.15), 249
penilaian ulang kinerja (KPS.17), 250
tugas pekerjaan klinis (KPS.16), 250
program akademis dalam rangka pelatihan,
rumah sakit sebagai setting klinis untuk
(KPS.8.3), 240-241
staf medis
evaluasi praktik (KPS.11), 246
hak istimewa, penetapan ulang (KPS.10),
245
pembaruan izin untuk merawat (KPS.9.1),
242-244
penilaian ulang berkas kredensial dan
proses kredensial (KPS.9.1), 242-244
verifikasi kredensial (KPS.9), 242-243
tanggung jawab untuk perawatan (APKP.2.1),
53
Donasi organ
pengawasan atas proses pengambilan dan
transplantasi (HPK.11), 80
persetujuan dari donor hidup (HPK.11), 80
pilihan untuk berdonasi, informasi mengenai
dan bantuan untuk (HPK.10), 79
E
Elektrolit, konsentrat 39, 140
Elektrolit konsentrat, 39, 140
Elemen Penilaian, 4
Epidemik (PPI.8), 189
Etika
dilema etika dan pengambilan keputusan
(TKKA.6.2), 209
pemasaran pelayanan (TKKA.6.1), 209-210
penerimaan, pemindahan, dan kebijakan
pemulangan (TKKA.6.1), 209
pengarahan atas struktur organisasi dan proses
Indeks
istimewa
Hal-hal nonrumah sakit di dalam fasilitas rumah sakit
program keselamatan dan keamanan, sesuai
dengan (MKF.4), 218
program penanganan asap dan kebakaran, sesuai
dengan (MKF.7), 221
rencana kesiapan menghadapi bencana, sesuai
dengan (MKF.6.1), 220-221
rencana untuk bahan dan limbah berbahaya,
sesuai dengan (MKF.5), 219-220
Hambatan emosi dan motivasi, asesmen bersifat
edukasi untuk mengidentifikasi (PPKP.2.1), 154
Hambatan fisik untuk perawatan (APKP.1.3), 51
Hambatan pada akses dan pemberian layanan
(APKP.1.3), 51
Hasil perawatan
hasil yang tidak terduga (PP.2.4), 115
informasi tentang (APKP.1.2; HPK.2.1.1;
PP.2.4), 50, 70-71, 115
pasien dan keluarga terlibat dalam
perawatan dan, 63
F
Faktur, 18
Farmasi, pengawasan atas (MPO.1.1), 138
Film X-ray dan perlengkapan lain, ketersediaan dan
pengelolaan (AP.6.6), 105
Formulir Instruksi Perjalanan, 13
Formulir permintaan elektronik, 14
I
Identifikasi
identifikasi pasien (SIKP.1), 38
memeriksa orang-orang tanpa (HPK.1.4), 68
Imunisasi dan vaksinasi (KPS.8.4), 241
Infeksi akibat perawatan kesehatan
data pengukuran, perbandingan dengan data luar
(PPI.10.4), 190-191
pengurangan atas (SIKP.5; PPI.5), 41, 184
Rancangan baru atau modifikasi proses
(PPI.10.3), 190
risiko, angka dan tren, penelusuran atas
(PPI.10.1), 190
Infeksi lewat udara dan pencegahan (PPI.8), 189
Infeksi peralatan intravaskular invasif (PPI.6), 185
Infeksi resisten terhadap banyak jenis obat
(PPI.6), 185
Infeksi saluran kencing (PPI.6), 185
Infeksi saluran pernapasan (PPI.6), 185
Informasi rahasia
informasi bersifat privasi dan rahasia
(MKI.10), 260
informasi pasien (HPK.1.6), 69
informasi proses akreditasi, 23-24, 25
Informasi terbuka untuk umum, 23, 25
G
Gambaran umum, 45
Gangguan emosi, proses asesmen pasien dengan
(AP.1.8), 91
Gas medis
inspeksi, uji, perawatan sistem (MKF.10), 226
pelatihan staf yang bertugas menyimpan dan
menangani (MKF.11.1), 226
Gas, medis. Lihat Gas medis
Gizi. Lihat Makanan dan gizi
nutrisi enteral (PP.4.1), 119
Glosarium, 271
Gold Seal, 4
H
Hak istimewa, Lihat Pemberian kredensial dan hak
Indeks
287
Indeks
288
Informed consent
anestesi, persetujuan sebelum (HPK.6.4), 76
darah atau produk darah, persetujuan sebelum
penggunaan akan (PRF.6.4), 76
dokumentasi dari (HPK.6.4; HPK.8), 76, 78-79
edukasi tentang (PPKP.2), 153
informasi kepada pasien untuk membuat
keputusan perawatan (HPK.6.1), 75
instansi kesehatan masyarakat, laporan ke
(PPI.10.6), 190
penelitian klinis, investigasi klinis dan uji
klinis, persetujuan untuk berperan serta dalam
(HPK.7.1; HPK.8), 78-79
pengambilan keputusan oleh orang lain
(HPK.6.2), 75-76
persetujuan sebelum (HPK.6.4), 76-77
persetujuan terpisah, khusus, daftar prosedur dan
perawatan yang diinginkan (HPK.6.4), 76-77
persetujuan umum, lingkup dan pemakaian dari
(HPK.6.3), 76
prosedur dan perawatan berisiko tinggi,
sumbangan organ, persetujuan dari donor hidup
(HPK.11), 80
prosedur pembedahan, persetujuan sebelum
(HPK.6.2), 75-76
proses untuk (HPK.6), 74-75
proses untuk, pemahaman atas (HPK.2.1), 70
J
Jarum dan benda tajam, pembuangan (PPI.7.3), 188
jalan keluar dari fasilitas (MKF.7.1), 221-222
Joint Commission (USA)
fungsi dan tujuan organisasi, 2
hubungan dengan JCI, 2
Universal Protocol for Preventing Wrong Site,
Wrong Procedure, Wrong Person SurgeryTM,
40-41
Joint Commission International (JCI)
Bagian Keuangan, 18
Departemen Standar, 27
hubungan dengan Joint Commission
lingkup akreditasi dan program sertifikasi, 2
informasi kontak, 14
Joint Commission International Standar
Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4 290 Indeks
Jubah (PPI.9), 190
keluhan, laporan kepada, 30
Komite Akreditasi
ancaman terhadap kesehatan dan
keamanan, identifikasi selama survei, 22
proses keputusan akreditasi , 12
survei terfokus dan, 20-21
Kebenaran Informasi, 15
Kebijakan tentang Keakuratan dan
pembayaran biaya dan, 17
penilaian ulang dan banding atas keputusan
akreditasi, 24-25
standar, persetujuan atas, 31
Library of Measures, V, 169-170
misi dari, 2
Pemantauan Kualitas dan Keselamatan, Kantor
Akreditasi untuk, 31
Spesialis layanan akreditasi, 14
K
Kalium fosfat, 39
Kalium klorida, 39
Keakuratan informasi
pemberian akreditasi, sifat dan makna dari, 26
Kebijakan tentang status Akreditasi Berisiko
Ditolak, 23-24
Kebijakan Keakuratan dan Kebenaran Informasi,
14-15, 26
kepalsuan informasi, 15
keputusan akreditasi dan, 15
penerapan untuk akreditasi, perubahan pada,
14, 15
perubahan rumah sakit, 27
Keakuratan Informasi dan Kebenaran Kebijakan
14-15, 26
Keamanan. Lihat Keselamatan dan keamanan
keamanan informasi (MKI.11), 261
Kebakaran, bantuan selama (HPK.1.5), 69
Kebersihan tangan
panduan atas, 41
sumber-sumber (PPI.9), 189-190
cuci tangan atau disinfeksi tangan (PPI.9),
189-190
infeksi akibat perawatan kesehatan, pengurangan
terhadap (SIKP.5), 41
program, pelaksanaan dari, 41
Kebijakan dan prosedur persetujuan atas (TKKA.1.2),
198
pengembangan dan pemeliharaan dari
Indeks
respons terhadap oleh rumah sakit, 28-29
standar terkait dengan, 28
asesmen sesuai dengan, 28
tujuan kebijakan, 27
Kelalaian dan penyalahgunaan, perlindungan pasien
dari (HPK.1.5), 68-69
Kelambatan pelayanan dan/atau pengobatan
(APKP.1.1.3), 50
Kelompok pasien berisiko
kebijakan dan prosedur perawatan terhadap
(PP3.1 sampai PP.3.9), 117-118
perlindungan hak dari (HPK.1.5), 68-69
proses asesmen untuk (AP.1.8), 91
Keluhan
balas dendam terhadap pengadu, 31
definisi tentang, 30
mengenai perawatan (HPK3), 73
ketersediaan informasi bagi tiap orang untuk
menyampaikan keluhan, 23
ketersediaan informasi mengenai, 23
laporan untuk Joint Commission International,
30
layanan transportasi, proses keluhan untuk
(APKP.5), 5, 59-60
tanggapan untuk, 23
Kepala anestesi (PAB.2), 125-126
Kepemilikan pasien, perlindungan dari pencurian atau
kehilangan (HPK.1.3), 67-68
Kepemilikan rumah sakit
pengungkapan tentang (TKKA.6.1), 209
perubahan pada, 13, 15, 21, 26
Kepemimpinan. Lihat Standar Tata kelola,
Kepemimpinan dan Arah; Manajer senior atau
direktur
komunikasi hasil asesmen dengan (PPI.10.5),
190
efektif, 191
proses manajemen informasi, edukasi dan
pelatihan tentang (MKI.17), 263
kerja sama perbaikan mutu dan program
keselamatan pasien untuk melakukan
(PMKP.1.1), 164
komunikasi kepada staf tentang
(PMKP.1.4), 166
pelatihan staf untuk partisipasi dalam
(PMKP.1.5), 166
perbaikan dari (PMKP.1), 164
prioritas ukuran kualitas dan aktivitas
perbaikan(PMKP.1.2), 165
Indeks
(MKI.18), 264
Kebijakan merokok (MKF.7.3), 223
Kebutuhan dan rekomendasi ruang (TKKA.5.2), 207
Kebutuhan emosional pasien dan keluarga (PP.7.1),
121
Kebutuhan layanan keperawatan, identifikasi dan
dokumentasi dari (AP.1.3), 87-88
Kebutuhan medis, identifikasi dan dokumentasi dari
(AP.1.3), 87-88
Kebutuhan privasi pasien (HPK.1.2), 67
Kebutuhan psikososial pasien dan keluarga (PP.7.1),
121
Kebutuhan transportasi pasien (APKP.5), 5, 59-60
Kegiatan pengukuran dan perbaikan mutu
partisipasi praktisi layanan kesehatan dalam
(KPS.17), 249
partisipasi staf keperawatan dalam (KPS.14), 248
pelatihan untuk mendukung, 12
menetapkan prioritas (PMKP.1.2), 165
teknologi dan pendukung lain untuk
(PMKP.1.3), 165-166
Kehilangan dan pencurian harta benda, pencegahan
terhadap (HPK.1.3), 67-68
Kehilangan dan pencurian obat, pencegahan terhadap
(MPO.2.1), 139
Kehilangan dan pencurian obat, pencegahan terhadap
(MPO.2.1), 139
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) (PMKP.8), 175
Kejadian sentinel
analisis akar masalah, 28
definisi, 28, 175
definisi spesifik untuk masing-masing
rumah sakit, 29
gagal melaporkan, 29
informasi terbuka tentang, 31
identifikasi adanya kejadian sentinel selama
survei, 28
identifikasi dan pengelolaan, proses untuk
(PMKP.6), 6, 174
kebijakan, 28-29
kegiatan tindak-lanjut, 29
kejadian-kejadian yang dapat dinilai ulang,
28, 29
kesalahan pengobatan dibandingkan dengan, 29
pelaporan, 29
penilaian ulang di lapangan dari, 30
rencana tindakan, 27-30
respons terhadap
oleh rumah sakit, 28
289
Indeks
290
teknologi dan pendukung lain untuk
(PMKP.1.3), 165
Kepercayaan dan nilai-nilai
asesmen untuk merencanakan edukasi
(PPKP.2.1), 154
edukasi untuk staf dalam melindungi (HPK.4),
73-74
menghargai pada (HPK.1.1), 66-67
metode edukasi dan (PPKP.5), 156
Keputusan-keputusan akreditasi
dasar, 2, 3, 12, 24
informasi dan, 15
kategori dan klasifikasi
Akreditasi Ditolak, 12, 19, 22, 24
Berisiko Ditolak untuk Akreditasi,
15, 19- 21, 23-24, 26
Diakreditasi, 12, 24
Kebijakan tentang Keakuratan dan Kebenaran
kejadian sentinel dan, 29
ketersediaan informasi akan, 22-23
pedoman keputusan, 12
penilaian ulang dan prosedur banding, 20,
24-25
tanggal efektif, 13
tanggal efektif untuk manual standar dan,
4-5, 30-31
survei terfokus dan, 19-21
survei validasi dan, 21
Keputusan pembelian teknologi (MKI.15), 262-263
Keputusan perawatan, informasi untuk dibuat
(APKP.1.2), 50
Kesalahan medis, kejadian sentinel dibandingkan
dengan, 27
Kesalahan obat, KNC, pelaporan dari (MPO.7.1),
148
Keselamatan dan keamanan
edukasi staf yang berperan dalam (MKF.11.1),
227
inspeksi fasilitas (MKF.4.1), 218
konstruksi, pengurangan risiko selama
(PPI.7.5), 188
pencegahan cedera (MKF.4), 218
peningkatan atau penggantian sistem, bangunan
atau komponen (MKF.4.2), 218
progam penyediaan keselamatan dan keamanan
lingkungan, 218
Rencana Perbaikan Fasilitas, 213
rencana tertulis untuk menangani risiko
lingkungan (MKF.2), 216
Indeks
Indeks
291
Indeks
292
Layanan Laboratorium
hasil-hasil penting pengujian diagnostik
(AP.5.3.1), 6, 97-98
hasil pengujian
hasil pengujian diagnostik yang kritis (AP.5.3.1),
6, 97
identifikasi pasien sebelum pengujian (SIKP.I),
38
ketersediaan akan (AP.5), 95
komunikasi verbal dan via telepon perihal
(SIKP.2), 39
kualifikasi individu yang bertanggung jawab untuk
pengarahan dan pengawasan (AP.5.8), 100
kualifikasi staf laboratorium (AP.5.2), 97
layanan laboratorium darurat (AP.5), 95-96
layanan laboratorium luar (AP.5), 95
pakar bidang diagnostik khusus (AP.5.11), 102
pelaporan tepat waktu dari (AP.5.3), 97
penanggung jawab laboratorium (AP.5.8), 100
pengujian darurat, hasil laporan tepat waktu
tentang (AP.5.3), 97
pengumpulan dan penanganan spesimen
(AP.5.6), 99
program pengelolaan peralatan (AP.5.4), 98
program pengendalian mutu (AP.5.9), 101
program pengelolaan keselamatan (AP.5.1), 96
program uji kemampuan (AP.5.9.1), 101
prosedur dan praktik keselamatan, orientasi staf
dan edukasi tentang (AP.5.1), 96
reagen dan perlengkapan, ketersediaan dan
pengelolaan (AP.5.5), 99
rentang referensi (AP.5.7), 99-100
skrining dan uji diagnostik sebelum penerimaan
(APKP.1), 48
staf pengawasan (AP.5.2), 97
Layanan laboratorium darurat (AP.5), 95-96
Layanan pendukung (APKP.3.1), 55
Layanan radiologi dan pencitraan diagnostik darurat
(AP.6), 102
Layanan radiologi dan pencitraan diagnotik
edukasi staf pada (AP.6.2), 103
film X-ray dan perlengkapan lainnya,
ketersediaan dan pengelolaan dari (AP.6.6),
105
hasil, laporan tepat waktu dari (AP.6.4), 104
hubungan antara dokter dan sumber luar
kepala layanan radiologi dan pencitraan
diagnostik (AP.6.7), 106
ketersediaan (AP.6), 102
Indeks
M
Magnesium sulfat, 39
Mahasiswa/pekerja magang
informasi tentang (KPS.8.3), 241
integrasi ke dalam program-program rumah sakit
(KPS.8.3), 241
orientasi (KPS.7), 238
pengawasan (KPS.8.3), 241
Makanan dan gizi
asesmen gizi (AP.1.6), 90
edukasi pasien dan keluarga mengenai (PPKP.4),
155
keluarga menyediakan makanan (PP.4), 109, 118
makanan atau nutrisi yang sesuai (PP.4), 118
nutrisi enteral (PP.4.1), 119
penyiapan yang aman, penyimpanan dan
pemberian makanan (PP.4.1), 119
persiapan dan penanganan makanan (PPI.7.4),
188
pesanan untuk (PP.4), 118
pilihan makanan (PP.4), 118
produk nutrisi, penyimpanan yang aman dan
sesuai (MPO.3.1), 140, 141
terapi gizi (PP.5), 119
undang-undang, peraturan, dan keamanan
makanan (PP4,1), 118-119
Manajemen informasi. Lihat juga Manajemen
Komunikasi dan Informasi (MKI), 253
integritas data (MKI.11), 261
format dan metode penyebarluasan data dan
informasi (MKI.14), 262
kebijakan dan prosedur, pengukuran manajerial
(PMKP.3.2), 169
informasi rahasia dan pribadi (MKI.10), 260
proses
edukasi dan pelatihan pada (MKI.17), 263-
264
rencana dan rancangan dari (MKI.9), 259
catatan dan informasi, terlindung dari
kehilangan, kerusakan, dan perubahan
(MKI.16), 263
kebijakan retensi untuk catatan, data dan
informasi, 261
keamanan informasi (MKI.11), 261
standarisasi terminologi, kode dan singkatan
(MKI.13), 262
dukungan untuk program pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI.4), 183-184
keputusan pengadaan teknologi (MKI.15),
262-263
Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI), 253
catatan dan informasi, terlindung dari
kehilangan, kerusakan, dan perubahan
(MKI.16), 263
catatan klinis pasien
akses ke (MKI.7), 259
Indeks
293
Indeks
294
informasi pasien dan status kesehatan
dipindahkan bersama pasien (MKI.8), 259
komunikasi antara (MKI.6), 258
Manajer senior atau kepala
evaluasi kinerja (TKKA.1.4), 198
identifikasi dari (TKKA.3), 200-201
kepala laboratorium (AP.5.8), 100
kepala layanan anestesi (PAB.2), 125
kepala layanan radiologi dan pencitraan
diagnostik (AP.6.7), 106
misi rumah sakit dan (TKKA.3.2), 202
penunjukan (TKKA.1.4), 198
pelatihan tentang (MKI.17), 203
proses manajemen informasi, edukasi dan
tanggung jawab dari (TKKA.2), 200
Masker (PPI.9), 175 189
Masyarakat
keadaan darurat seperti, rencana kesiapan
menghadapi bencana (MKF.6), 220
kebutuhan layanan kesehatan, rencana yang
ingin dicapai (TKKA.3.1), 201
komunikasi dengan (MKI.1), 256
Material terinfeksi dan limbah
pembuangan (PPI.7.2), 187
program manjemen keselamatan laboratorium
dan (AP.5.1), 96
program pengelolaan keselamatan layanan
radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.2),
103
Menarik diri dari proses akreditasi, 26
Metodologi traser, 19
Misi rumah sakit
alokasi sumber daya untuk memenuhi misi
rumah sakit (TKKA.1.3), 198
definisi (TKKA.3), 200
jenis perawatan dan layanan yang ditawarkan
dan (TKKA.3.2), 202
persetujuan dan penilaian ulang berkala
(TKKA.1.1), 198
tanggung jawab yang dibawa (TKKA.3),
200-201
Mutu dan keselamatan
fasilitas yang aman dan efektif
staf yang berperan dalam (MKF.11), 227
ujian staf yang berperan dalam
(MKF.11.3), 227-228
layanan transportasi (APKP.5), 5, 59-60
pengawasan, struktur rumah sakit dan proses
untuk mendukung (TKKA.4), 205
Indeks
N
Natrium klorida, 39
Nilai-nilai (kepercayaan). Lihat Kepercayaan dan
nilai-nilai
Nyeri
edukasi pasien dan keluarga mengenai (PPKP.4),
155
perawatan menjelang ajal dan (PP.7.1), 121
identifikasi dan manajemen nyeri (PP.6), 119
hak asesmen dan pengelolaan atas (HPK.2.4), 72
pemeriksaan dan asesmen rasa nyeri (AP.1.7), 91
O
Obat investigasional, penyimpanan (MPO.3.1), 140
Obat kadaluarsa (MPO.3.3), 141
Obat-obatan darurat (MPO.3.2), 141
Obat-obatan radioaktif, penyimpanan (MPO.3.1),
141
Obat-obatan yang dibawa oleh pasien (MPO.3;
MPO.6.2), 141, 147
Obat-obatan
definisi, 135
elektrolit konsentrat, 39
Indeks
P
Pakar bidang diagnostik khusus (AP.5.11; AP.6.10),
102, 107
Panduan program rekrutmen Internasional Council of
Nurses, 205
Panduan program rekrutmen World Medical
Association, 205
Panduan program rekrutmen, 205
Partisipasi dalam proses perawatan. Lihat juga
edukasi dalam (PPKP.2), 153
hasil perawatan, 70
informasi kepada pasien dan keluarga tentang
(HPK.2.1), 70
Informed Consent
kebijakan dan prosedur untuk mendukung
(HPK.2), 69-70
perawatan menjelang ajal dan (PP.7.1), 121
pertanyaan pasien dan kesediaan pasien untuk
bicara, dorongan untuk (PPKP.5), 156
Pasien. Lihat juga Penerimaan di rumah sakit;
Pasien berkebutuhan khusus
kebijakan dan prosedur perawatan terhadap
(PP.3.8), 116, 118
295
Indeks
296
kebijakan dan prosedur untuk
administrasi (PP.3.3), 116-117
anak-anak dan bayi (PP3.8), 116, 118
darah atau produk darah, pemakaian dan
kelompok pasien berisiko (PP.3.1 sampai
PP.3.9), 117-118
kelompok pasien berisiko (PP.3.1 sampai
(PP.3.9), 117-118
layanan resusitasi (PP.3.2), 116-117
pasien dalam keadaan koma (PP.3.4), 117
pasien dengan keterbatasan (PP.3.8), 116
pasien keadaan darurat (PP.3.1), 116
pasien lanjut usia (PP.3.8), 118
pasien menjalani kemoterapi (PP.3.9), 118
pasien yang menderita penurunan sistem
kekebalan tubuh (PP.3.5), 116-117
pasien yang menjalani dialisis (PP.3.6),
116-117
pengobatan berisiko tinggi (PP3.9), 116,
118
perawatan dipandu oleh (PP.3), 115
penggunaan alat pengekang (PP.3.7), 106,
118
penyakit menular (PP.3.5), 116-117
perawatan menggunakan alat bantu
kehidupan (PP.3.4), 116-117
perlindungan hak dari (HPK.1.5), 68-69
persetujuan sebelum prosedur berisiko tinggi dan
perawatan (HPK.6.4), 76-77
proses asesmen untuk (AP.1.8), 91-92
proses berisiko tinggi, desain ulang atas
(PMKP.11), 6, 176-177
Pasien dan layanan berisiko tinggi
Pasien dengan gangguan emosi dan kejiwaan, proses
asesmen untuk (AP.1.8), 91
Pasien dengan ketergantungan alkohol, proses
asesmen untuk (AP.1.8), 91
Pasien dengan ketergantungan obat, proses asesmen
untuk (AP.1.8), 91
Pasien dengan penurunan sistem kekebalan tubuh
kebijakan dan prosedur perawatan terhadap
(PP.3.5), 116 -117, 117-118
proses asesmen untuk (AP.1.8), 92
Pasien dialisis
air untuk dialisis, uji terhadap (MKF.10.1),
226-227
kebijakan dan prosedur perawatan terhadap
(PP.3.6), 116-117
Pasien gawat darurat
Indeks
(MKI.8), 259
kehilangan dan pencurian obat, pencegahan
(MPO.2.1), 139
kekurangan dan penggantian obat (MPO.2), 138
ketersediaan obat di luar jam kerja normal
farmasi (MPO.2.2), 139-140
ketersediaan obat yang tidak ada dalam
persediaan atau tidak biasa tersedia (MPO.2.2),
139
pengawasan terhadap daftar obat (MPO.2.1),
139
penilaian ulang daftar obat (MPO.2.1), 139
Pemindahan pasien
kriteria dan kebijakan (APKP.2), 52
kriteria dan kebijakan (APKP.2; APKP.4),
52, 57-58
kebijakan etis (TKKA.6.1), 209
layanan intensif, kriteria untuk penerimaan dan/
atau pemindahan ke (APKP.1.4), 51-52
layanan khusus, kriteria penerimaan dan/atau
pemindahan ke (APKP.1.4), 51-52
pemantauan terhadap pasien dilakukan
(APKP.4.3), 59
proses (APKP.4), 59
rangkuman kondisi klinis pasien untuk rumah
sakit penerima (APKP.4.2), 58
rumah sakit penerima, kemampuan memenuhi
kebutuhan pasien (APKP.4.1), 58
stabilisasi untuk pasien dengan kebutuhan
mendesak (APKP.1.1.1), 5, 49
Pemindahan pasien komunikasi dengan
edukasi tentang
format dan bahasa untuk (MKI.3), 257
risiko anestesi, manfaat dan alternatif
(PAB.5.1), 128
risiko pembedahan, manfaat, dan alternatif
(PAB.7.1), 130-131
format dan bahasa untuk (MKI.3), 257
identifikasi (SIKP.1), 38
informasi dan status kesehatan pasien,
komunikasi (MKI.6), 258
informasi tentang perawatan dan pelayanan
(MKI.2), 256
undang-undang, peraturan dan hak akan, 63
Pemulangan, perujukan, dan tindak lanjut
etika kebijakan (TKKA.6.1), 209-210
instruksi tindak lanjut (APKP.3.4), 56-57
kebijakan untuk panduan (APKP.3), 53
kriteria untuk (APKP.3), 54
Indeks
(HPK.2.3), 71
Pemasaran layanan (TKKA.6.1), 209-210
Pembatalan survei, 14, 16, 17
Pemberian Akreditasi
pemasangan dan penggunaan, 26
pembaruan dari, 13
perubahan struktur, kepemilikan, atau layanan
rumah sakit dan, 13, 15, 21
sertifikat akreditasi, 12
pembayaran biaya dan, 17, 18
pengembalian, 26
salinan sertifikat, 25
tanggal efektif akreditasi, 13
tanggal mulai berlaku akreditasi, 13
Pemberian kredensial dan hak istimewa
praktisi independen, proses untuk (TKKA.3.3.2),
7, 204
staf medis
evaluasi praktik (KPS.11), 245-246
laporan berkas kredensial dan pembaruan
hak istimewa, penetapan ulang (KPS.10),
245
izin untuk melakukan perawatan (KPS.9.1),
242-244
proses kredensial (KPS.9).1, 242
verifikasi kredensial (KPS.9), 242-244
Pembongkaran, pengurangan risiko selama (PPI.7.5),
188
Pemenuhan standar. Lihat di bawah Standar
Pemesanan dan resep
catatan klinis pasien, informasi dalam
(MPO.4.3), 144
daftar obat terkini pada catatan pasien (MPO.4),
6, 142
izin untuk menulis resep atau memesan obat
(MPO.4.2), 143
kebijakan dan prosedur (MPO.4), 16, 142
pemesanan atau resep, elemen dari (MPO.4.1),
142-143
perbandingan pesanan awal dengan daftar obat
(MPO.4.1), 6, 142
resep dan pesanan yang tidak terbaca (MPO.4),
6, 142
Pemilihan dan perolehan obat-obatan
afiliasi atau persetujuan antar-rumah sakit
(APKP.4.1), 58
daftar obat (formularium) (MPO.2), 138
dokumentasi pemindahan (APKP.4.4), 59
informasi pasien, dipindahkan bersama pasien
297
Indeks
298
Indeks
(PMKP.4), 171
analisis tren yang tidak diinginkan dan
variasi (PMKP.7), 174
anestesi, analisis efek samping obat
(PMKP.7), 175
perbandingan dilakukan (PMKP.4.2), 172
frekuensi dari (PMKP.4.1), 172
penyakit infeksi dan menular, analisis
berjangkitnya (PMKP.7), 175
kesalahan pengobatan, analisis terhadap
(PMKP.7), 175
kejadian Nyaris Cedera (PMKP.8), 175
diagnosis sebelum dan sesudah operasi,
analisis perbedaan antara (PMKP.7), 175
kejadian sentinel (PMKP.6), 174
reaksi transfusi, analisis terhadap
(PMKP.7), 175
pengumpulan dan analisis data, pencegahan
dan pengendalian infeksi (PPI.6), 185
bentuk dan metode penyebaran data dan
informasi (MKI.14), 262
perbaikan mutu dan keselamatan, pengumpulan
data untuk (PMKP.10), 176
data kontrol kualitas laboratorium dari sumber
luar, penilaian ulang untuk (AP.5.10), 101-102
data pengukuran
agregat (kumpulan) dan analisis tentang
(PMKP.4), 171
analisis tentang, perbandingan dibuat
selama (PMKP.4.2), 172
analisis tentang, frekuensi dari (PMKP.4.1),
172
ukuran klinis (PMKP.3.1), 169
penyampaian hasil pengukuran kepada staf
dan pemimpin (PPI.10.5), 190-191
perbandingan dengan data luar (PPI.10.4),
190-191
proses validasi data (PMKP.5), 6, 172
instansi kesehatan masyarakat, laporan ke
(PPI.10.6), 190
infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
(PPI.10.1), 190
infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan,
risiko, angka dan tren, penelusuran atas
pencegahan infeksi dan ukuran
pengendalian (PPI.10.2), 190-191
ukuran Sasaran Internasional Keselamatan
Pasien (PMKP.3.3), 169
Joint Commission International Library of
Indeks
pemantauan untuk (MKF.3.1), 217
pengawasan dan pengarahan dari (MKF.3),
217
pengumpulan data untuk perbaikan
(MKF.3.1), 217
kesiapan bencana dan risiko pengelolaan darurat
rencana kesiapan menghadapi bencana,
penyusunan dan menjalankan (MKF.6),
220
rencana tertulis untuk menanggulangi risiko
lingkungan (MKF.2), 216
risiko keselamatan kebakaran
pengurangan dari (MKF.7.1), 221
rencana tertulis untuk pengendalian risiko
lingkungan (MKF.2), 216
material berbahaya dan risiko limbah, rencana
tertulis untuk menangani risiko lingkungan
(MKF.2), 216
mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217
mutu dan keselamatan dan, 161
pendekatan proaktif pada (PMKP.11), 6, 177
program pencegahan dan pengendalian infeksi,
pendekatan berbasis risiko untuk fokus
pada (PPI.6), 185
rencana tertulis untuk mengelola risiko
lingkungan (MKF.2), 216-217
risiko keselamatan dan keamanan
konstruksi dan renovasi, pengelolaan risiko
selama (MKF.4), 219
inspeksi terhadap fasilitas (MKF.4.1), 218
wilayah risiko keamanan, pengawasan
terhadap (MKF.4), 219
rencana tertulis untuk mengelola risiko
lingkungan (MKF.2), 216-217
risiko peralatan medis, rencana tertulis untuk
mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216
risiko sistem utilitas, rencana tertulis untuk
Pengelolaan darurat. Lihat Kesiapan Menghadapi
Bencana dan pengelolaan darurat
Pengelolaan data
data kumpulan dan informasi
database eksternal, pemakaian atau partisipasi
dalam (MKI.20.2), 268
proses untuk (MKI.20.1), 267
penggunaan untuk (MKI.20), 268
analisis data
efek samping obat, analisis terhadap
(PMKP.7), 175
kumpulan dan analisis data pengukuran
299
Indeks
300
Measures, v, 169
pengukuran manajerial (PMKP.3.2), 169
rancangan baru atau modifikasi proses
(PPI.10.3), 190
kinerja prosefional, pengukuran atas
(TKKA.3.4), 204
data untuk publik, data yang dipercaya
(PMKP.5.1), 6, 173
program perbaikan mutu dan program
keselamatan pasien, pemilihan pengukuran
(PMKP.3), 168-169
data yang dipercaya (PMKP.5.1), 173
pemilihan pengukuran, 173
peralatan medis, pengumpulan data untuk
rencana peningkatan dan penggantian peralatan
(MKF.8.1), 223
data untuk publik, data yang dipercaya
(PMKP.5.1), 6, 173
data kontrol kualitas pelayanan radiologi dan
pencitraan diagnostik dari sumber luar,
penilaian ulang akan (AP.6.9), 107
data yang dipercaya (PMKP.5.1), 6, 173
penyimpanan catatan kebijakan, data, informasi,
261
teknologi dan dukungan lain untuk
(PMKP.1.3), 165
sistem utilitas, kumpulan data untuk memantau
sistem (MKF.10.2), 226
validitas data (PMKP.5), 6, 172
Penganiayaan fisik, perlindungan dari (HPK.1.4), 68
Pengendalian, penyimpanan dan skoring obat-obatan
(MPO.3), 140
Penggunaan alat pengekang, kebijakan dan prosedur
penggunaan dari (PP.3.7), 116-117
Penghentian pengobatan (HPK.2.2), 71
Pengendalian mekanis dan teknis serta (PPI.7.4), 188
Pengumpulan dan penanganan spesimen (AP.5.6), 99
Penilaian atas pasien. Lihat juga Standard Penilaian
Pasien (AP), 83-107
asesmen kebutuhan edukasi (PPKP.2), 154
asesmen praanestesi (PAB.4), 127-128
asesmen prabedah (PAB.7), 130
asesmen prainduksi (PAB.4), 127-128
asesmen prasedasi (PAB.3), 126-127
asesmen skrining untuk memprioritaskan
kebutuhan pasien (APKP.1.1.2), 49-50
kemampuan dan kemauan belajar, asesmen
terhadap (PPKP.2.1), 154
pemeriksaan dan pengelolaan rasa sakit, hak
akan (HPK.2.4), 72
Peninjauan dan banding atas keputusan akreditasi,
20, 24-25
Penolakan perawatan (HPK.2.2), 71
Penundaan survei, 14, 16, 17
Penyakit infeksi dan menular
analisis epidemi (PMKP.7), 175
kebijakan dan prosedur perawatan (PP.3.5),
117-118
masuknya pasien dengan (PPI.8), 189
penyelidikan atas (PPI.5), 184
proses asesmen terhadap pasien dengan
(AP.1.8), 91-92
prosedur isolasi (PPI.8), 189
staf terekspos terhadap (KPS.8.4), 241
Penyelidikan dan penelitian. Lihat Penelitian klinis,
penyelidikan klinis dan uji klinis
Penyiapan dan pembagian obat
penilaian ulang permintaan dan resep
(MPO.5.1), 144-145
persiapan yang aman (MPO.5), 144
produk steril yang dicampur (MPO.5), 144
sistem pengeluaran dan penyaluran (MPO.5.2),
145-146
undang-undang dan peraturan, sesuai dengan
(MPO.5), 144
Penyimpanan obat
elektrolit konsentrat, 140
obat-obatan darurat (MPO.3.2), 141
obat kadaluarsa (MPO.3.3), 141
obat investigasional, penyimpanan (MPO.3.1),
141
pemberian label obat dan bahan-bahan kimia
(MPO.3), 140
produk nutrisi, penyimpanan (MPO.3.1),
140-141
obat sampel, penyimpanan (MPO.3.1), 141
obat yang ketinggalan zaman (MPO.3.3),
141-142
obat yang dibawa oleh pasien (MPO.3.1), 141
obat yang mengandung bahan radioaktif,
penyimpanan (MPO.3.1), 141
penyimpanan yang aman dan tepat (MPO.3),
140
sistem penarikan kembali obat (MPO.3.3), 141
zat-zat yang dikendalikan, penyimpanan dan
skoring (MPO.3), 140
Peralatan medis
edukasi keluarga pasien tentang (PPKP.4), 155
Indeks
(HPK.2), 5, 69
penghentian pengobatan (HPK.2.2), 71
perawatan di menjelang ajal
hak perawatan yang penuh hormat dan
kasih sayang (HPK.2.5), 72
Kebutuhan emosional pasien dan keluarga
(PP.7.1), 121
kebutuhan spiritual atau agama pasien dan
keluarga (PP.7.1), 121
kenyamanan dan martabat (PP.7; PP.7.1),
120-121
mutu perawatan (PP.7), 120
pertimbangan budaya (PP.7.1), 121
penanganan nyeri (PP.7.), 121
perawatan yang tepat (PP.7.1), 120-121
partisipasi dalam pengambilan keputusan
perawatan (PP.7.1), 121
pengelolaan selama bencana dan keadaan darurat
(MKF.6), 220
penolakan pengobatan (HPK.2.2), 71
pertimbangan atas kekhasan suatu negara, 2, 12
saluran komunikasi yang efektif (MKI.5), 258
standarisasi proses perawatan (PMKP.2.1), 167
Perawatan menjelang ajal
hak atas perawatan dengan rasa hormat dan
kasih sayang (HPK.2.5), 72
kebutuhan emosional pasien dan keluarga
(PP.7.1), 121 manajemen nyeri (PP.7.1), 121
kebutuhan psikososial pasien dan keluarga
(PP.7.1), 121
kebutuhan spiritual atau agama pasien dan
keluarga (PP.7.1), 121
kenyamanan dan martabat (PP.7; PP.7.1),
120-121
mutu perawatan (PP.7), 120
partisipasi dalam mengambil keputusan
perawatan (PP.7.1), 121
perawatan yang tepat (PP.7.1), 120-121
pertimbangan budaya (PP.7.1), 121
Perawatan intensif, kriteria untuk masuk dan/atau
pemindahan ke (APKP.1.4), 51
Perawatan tindak-lanjut. Lihat Pemulangan, rujukan,
dan tindak-lanjut
Perintah lisan dan via telepon
kebijakan dan prosedur (SIKP.2), 39
permintaan tertulis dan lisan untuk perawatan
(PP.2.2), 114
Perintah Via Telepon. Lihat Perintah lisan dan via
telepon
Indeks
301
Indeks
302
peraturan
Pertimbangan spiritual. Lihat Pertimbangan Agama
dan spiritual
Pengambilan keputusan oleh orang lain (HPK.6.2),
75-76
Pesanan untuk perawatan dan pengobatan
dokumentasi dari (PP.2.2), 114
perintah lisan dan tertulis (PP.2.2), 114
pesanan verbal dan melalui telepon, kebijakan
dan prosedur (SIKP.2), 39
wewenang untuk menulis (PP.2.2), 114
Populasi rawan
kebijakan dan prosedur perawatan terhadap
(PP.3.1 sampai PP.3.9), 117-118
perlindungan hak dari (HPK.1.5), 68-69
proses asesmen untuk (AP.1.8), 91-92
Praktisi independen
kredensialisasi dan proses hak istimewa untuk
(TKKA.3.3.2), 7, 204
kualitas layanan dari (TKKA.3.3.2), 7, 204
Praktisi layanan kesehatan. Lihat Dokter dan praktisi
layanan kesehatan
Privasi dan kerahasiaan informasi (MKI.10), 260
Produk steril yang dicampur (MPO.5), 144
Progam kontrol dan pencegahan infeksi. Lihat juga
Standar pencegahan dan pengendalian infeksi
Program kesehatan dan keselamatan pegawai
(KPS.8.4), 241
Program kesehatan dan keselamatan untuk staf
(KPS.8.4), 241
Program keselamatan radiasi (AP.6.2), 103
Program pelatihan profesional kesehatan Asesmen
pendengaran (AP.1.10), 93
Program perbaikan mutu dan keselamatan pasien,
edukasi mengenai (TKKA.3.4), 204
integrasi dengan program pencegahan dan
persetujuan atas (TKKA.1.5), 198
kolaborasi untuk melakukan (PMKP.1.1),
164-165
komunikasi dengan staf tentang tentang
(PMKP.1.4), 166
koordinasi antar-semua unit rumah sakit
(PMKP.1.1), 164-165
partisipasi dalam (TKKA.3.4), 204
partisipasi seluruh rumah sakit dalam
(PMKP.1.1), 164-165
pelaporan tentang (TKKA.1.5), 198-199
pelatihan staf untuk berpartisipasi dalam
(PMKP.1.5), 166
Indeks
Q
R
Rapat pemimpin, 18
Reagen dan perlengkapan, ketersediaan dan
pengelolaan dari (AP.5.5), 99
Reaksi transfusi, analisis (PMKP.7), 174
Rekrutmen, pengangkatan dan retensi staf
(TKKA.3.5; KPS.2), 205, 235
Rencana perawatan, berbagi informasi tentang
(AP.4.1), 95
Rencana perawatan dan pengobatan, kerja sama
informasi (AP.4.1), 95
Rencana Perbaikan Strategis (SIP)
Kebijakan berisiko ditolak akreditasinya, 24
definisi dan tujuan, 4
Penilaian ulang dan persetujuan atas, 4
Rencana Tindakan, 27-29
Renovasi
pengelolaan risiko keselamatan dan keamanan
selama (MKF.4), 218
pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188
Rentang referensi (AP.5.7), 99-100
Relawan, orientasi (KPS.7), 238
Riwayat kesehatan dan fisik (AP.1.2), 87
pemilihan dan pengumpulan data pengukuran
analisis dari, perbandingan yang dibuat selama
(PMKP.4.2), 172
analisis tentang, frekuensi dari (PMKP.4.1), 172
data publik, data untuk yang dipercaya
(PMKP.5.1), 6, 173
data yang dipercaya (PMKP.5.1), 6, 173
instansi kesehatan masyarakat, laporan ke
(PPI.10.6), 190
infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
(PPI.10.1), 190
infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan,
risiko, dengan angka dan tren, penelusuran
atas (PPI.10.1), 190
implementasi aktivitas pengukuran kualitas
(TKKA.5.5), 208
Pasien (PMKP.3.3), v, 169
Joint Commission International Library of
Measures, v, 169
pemilihan pengukuran, 168-169
penyampaian hasil pengukuran kepada staf dan
pemimpin (PPI.10.5), 190-191
perbandingan, analisis dari (PMKP.4.2), 172
Indeks
303
Indeks
304
cakupan dan program sertifikasi, 2
sifat dan unsur, 2
Simbol (MKI.13), 262
Sistem dan proses, klinis dan manajerial
clinical practice guidelines, clinical pathways,
dan/atau protokol klinis (PMKP.2.1), 167-168
kebijakan dan prosedur
keterkaitan antara proses klinis dan manjerial, 161
pengembangan dan pemeliharaan (MKI.18), 264
perbaikan, 171
persetujuan atas (TKKA.1.2), 198
proses desain baru atau yang dimodifikasi
(PMKP.2; PPI.10.3), 166, 190
proses berisiko tinggi, desin ulang (PMKP.11),
6, 176-177
risiko infeksi, proses terkait dengan (PPI.7), 186
standarisasi proses perawatan (PMKP.2.1),
167-168
ukuran klinis (PMKP.3.1), 169
ukuran manajerial (PMKP.3.2), 169
variasi dalam, 161
Sistem filtrasi High Efficiency Particular Air (HEPA),
189
Sistem penarikan kembali obat (MPO.3.3), 141
Sistem utilitas
air minum, ketersediaan (MKF.9), 224-225
air minum, sumber alternatif dari (MKF.9.1),
225
air, pengawasan mutu (MKF.10.1), 226
air untuk dialisis, pengujian (MKF.10.1), 226
edukasi staf yang bertugas dalam pengoperasian
(MKF.11.2), 227
inspeksi, uji, dan pemeliharaan (MKF.10), 226
mutu udara dan pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI.7.5), 188
pengumpulan data untuk memantau sistem
(MKF.10.2), 226
rencana tertulis untuk mengendalikan risiko
lingkungan (MKF.2), 217
tenaga listrik, ketersediaan (MKF.9), 225
tenaga listrik, sumber alternatif dari (MKF.9.1),
207
Staf. Lihat juga Standar Kualifikasi dan edukasi staf
bahan berbahaya dan manejemen limbah, peran
staf dalam (MKF.11.1), 227-228
bencana dan keadaan darurat, peran selama
(MKF.6), 220-221
cardiac life support, kompetensi dalam
(KPS.8.1), 239-240
Indeks
(KPS.8.1) 239-240
undang-undang dan peraturan, pemenuhan
menurut (KPS.1), 234
untuk asesmen pasien (AP.1.1; AP.3), 86,
94-95
komunikasi perihal
hasil pengukuran pencegahan dan
keselamatan pasien (PMKP.1.4), 166
pengendalian infeksi (PPI.10.5), 190
pemenuhan terhadap SIPK
(PMKP.1.4), 166
program perbaikan kualitas dan kredensial,
verifikasi dan evaluasi (KPS.12), 247
mahasiswa/tenaga magang, informasi tentang
(KPS.8.3), 240-241
mahasiswa/tenaga magang, integrasi ke dalam
mahasiswa/tenaga magang, orientasi (KPS.7),
238-239
mahasiswa/tenaga magang, pengawasan
(KPS.8.3), 240-241
nilai dan kepercayaan pasien, hormat pada
(HPK.4), 73
orientasi karyawan baru (KPS.7), 238-239
penanganan dan penyimpanan gas medis, peran
staf dalam (MKF.11.1), 227-228
penanganan kebakaran, peran staf dalam
(MKF.7.2), 221-222
pengoperasian peralatan medis, peran staf dalam
(MKF.11.2), 227-228
pengoperasian sistem utilitas, peran staf dalam
(MKF.11.2), 227-228
penilaian ulang kinerja (KPS.14), 248-249
penugasan kerja klinis (KPS.13), 248
praktik dan prosedur keamanan laboratorium
(AP.5.1), 96-97
praktik dan prosedur keamanan layanan
radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.2),
103
program orientasi dan pelatihan (TKKA.5.4),
208
program penanganan kebakaran (MKF.7.2),
221-222
program pelatihan profesional kesehatan
(KPS.8.3), 240
program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien, partisipasi dalam (PMKP.1.5), 166
program pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI.11), 192
program-program rumah sakit (KPS.8.3),
Indeks
305
Indeks
306
240-241
proses manajemen informasi (MKI.17), 263
rekrutmen, pengangkatan, dan retensi staf
(TKKA.3.5; KPS.2), 205, 235
relawan, orientasi (KPS.7), 238-239
relevansi edukasi (KPS.8), 239
rencana kepegawaian
pengembangan (KPS.6), 237
penilaian ulang dan perbaikan (KPS.6.1),
237
persyaratan dan rekomendasi kepegawaian
(TKKA.5.2), 207
staf pengawasan (AP.5.2; AP.6.3), 97, 104
staf keperawatan
aktivitas perbaikan mutu, partisipasi dalam
(KPS.14), 248-249
evaluasi kinerja (TKKA.5.5), 208
evaluasi praktik (KPS.11), 245-246
kesempatan pengembangan pribadi
(TKKA.3.5), 205
kredensial, verifikasi, dan evaluasi (KPS.12),
247
penilaian ulang kinerja (KPS.14), 248
perawatan pasien, peran dalam, 109
tugas-tugas pekerjaan klinis (KPS.13), 248
staf klinis
evaluasi awal dari (KPS.3), 236
evaluasi kinerja dari (KPS.3), 236
staf medis
hak istimewa, pemberian atas (KPS.10),
244-245
hak istimewa, penetapan ulang (KPS.10),
245
penilaian ulang berkas kredensial dan
pembaruan izin untuk merawat (KPS.9.1),
242-244
proses kredensial (KPS.9), 242-243
verifikasi kredensial (KPS.9), 242-243 staf
staf nonklinis
evaluasi awal atas (KPS.4), 236-237
evaluasi kinerja (KPS.4), 236-237
nonklinis
evaluasi awal (KPS.4), 236-237
evaluasi kinerja (KPS.4), 236-237
staf professional, edukasi, keahlian dan
pengalaman dari (TKKA.5.3), 207-208
teknik resusitasi, kompetensi dalam (KPS.8.1)
239-240
teknik resusitasi, pelatihan (KPS 8.1) 239
Indeks
perubahan untuk, 5
Sedasi sedang. Lihat Anestesi dan sedasi;
Standar Anestesi dan Layanan Bedah
Spesialis layanan akreditasi, 14
Standar Perawatan Anestesi dan Bedah (PAB), 123
daftar standar, 123-124
gambaran umum, 115
keberlakuan dari, 123
pengaturan dan pengelolaan
ketersediaan layanan anestesi (PAB.1), 125
kepala layanan anestesi (PAB.2), 125-126
Layanan anestesi untuk keadaan darurat
(PAB.1), 125
sumber anestesi dari luar (PAB.1), 125
undang-undang dan peraturan, layanan
anestesi dan (PAB.1), 125
Perawatan anestesi
asesmen pascaanestesi (PAB.4), 127
asesmen prainduksi (PAB.4), 127-128
dipindahkan dari wilayah pemulihan
(PAB.6), 129-130
dokumentasi pemantauan pascaanestesi
(PAB.6), 129-130
dokumentasi penggunaan dan teknik
anestesi (PAB.5.2), 128-129
edukasi pasien mengenai risiko, manfaat,
dan alternatif anestesi (PAB.5.1), 128
pemantauan fisiologis selama (PAB.5.3),
129
rencana untuk perawatan anestesi (PAB.5),
129
status pascaanestesi, pemantauan terhadap
(PAB.6), 129-130
perawatan anestesi dan (PAB.1), 125
perawatan pembedahan
asesmen prabedah (PAB.7), 130
alternatif pembedahan (PAB.7.1), 130-131
catatan pembedahan (PAB.7.2), 131
catatan laporan pembedahan (PAB.7.2),
131
edukasi pasien tentang risiko, manfaat dan
pemantauan fisik selama dan segara dan
rencana pascabedah (PAB7.4), 132
rencana untuk perawatan pembedahan
(PAB.7), 130
sesudah operasi (PAB.7.3), 131-132
perawatan sedasi
asesmen prasedasi (PAB.3), 126-127
kebijakan dan prosedur (PAB.3), 126-127
Indeks
medis (APKP.3.3), 5, 56
penerimaan dalam rumah sakit
asesmen skrining untuk memprioritaskan
kebutuhan pasien (APKP.1.1.2), 49
biaya perawatan, informasi tentang
(APKP.1.2), 49-50
hambatan budaya terhadap perawatan
(APKP.1.3), 51
hambatan bahasa terhadap perawatan
(APKP.1.3), 51
hambatan dalam pemberian pengaksesan
dan pemberian layanan (APKP.1.3), 50
hambatan fisik pada perawatan (APKP.1.3),
51
hasil perawatan, informasi tentang
(APKP.1.2), 49-50
kebutuhan darurat, pasien dengan
(APKP.1.1.1), 5, 49
kebutuhan mendesak, pasien dengan
(APKP.1.1.1), 5, 49
kebutuhan segera, pasien dengan
(APKP.1.1.1), 5, 49
kelambatan dalam perawatan dan/atau
pengobatan, 45
keputusan perawatan, informasi untuk
mengambil (APKP.1.2), 50
layanan intensif, kriteria untuk penerimaan
dan/atau transfer ke (APKP.1.4), 51-52
layanan khusus, kriteria untuk penerimaan
dan/atau transfer ke (APKP.1.4), 51-52
menerima pasien, dasar untuk (APKP.1),
48
misi rumah sakit dan penerimaan pasien
(APKP.1), 48
memprioritaskan kebutuhan pasien
(APKP.1.3), 51
observasi, menahan pasien untuk
(APKP.1.1), 48
penerimaan gawat darurat (APKP.1.1),
48-49
perawatan, informasi tentang (APKP.1.2),
50-51
proses penerimaan (APKP.1.1), 48-49
proses triase (APKP.1.1.1), 5, 49
skrining dan pengujian diagnostik sebelum
penerimaan (APKP.1), 48
standarisasi proses (APKP.1.1), 48-49
pengalihan tanggung jawab perawatan
(APKP.2.1), 53
307
Indeks
308
kualifikasi kepala anestesi dan sedasi
(PAB.3), 126-127
pemulihan dan selesainya sedasi (PAB.3),
126-127
Standar Hak Pasien dan Keluarga (HPK), 63-69
asesmen dan manajemen nyeri (HPK.2.4), 72
bantuan keagamaan dan spiritual (HPK.1.1.1),
66-67
daftar standar, 64-65
donasi organ
persetujuan dari donor hidup (HPK.11), 80
pengawasan atas proses pengambilan dan
transplantasi (HPK.11), 80
pilihan untuk berdonasi, informasi
mengenai dan bantuan untuk (HPK.10),
79-80
edukasi staf tentang peranannya dalam
melindungi (HPK.4), 73
gambaran umum, 63
hasil perawatan, informasi mengenai
(HPK.2.1.1), 70-71
identifikasi, individu tanpa (HPK.1.4), 68
informasi tentang hak dalam sikap dan bahasa
yang mudah dipahami pasien (HPK.5), 74
informasi tentang perawatan, berkaitan dengan
hak yang diberikan (HPK.1), 68-69
informed consent
anestesi, persetujuan sebelum (HPK.6.4),
76
darah atau produk darah, persetujuan
sebelum pemakaian (HPK.6.4), 76
dokumentasi (HPK.6.4; HPK.8), 76, 78
donasi organ, persetujuan dari donor hidup
(HPK.11), 80
harta benda pasien, perlindungan dari pen
curian dan kehilangan (HPK.1.3), 67-68
informasi bagi pasien untuk membuat
keputusan perawatan (HPK.6.1), 75
informasi tentang praktisi perawatan
kesehatan, proses menanggapi permintaan
(HPK.6.1), 75
pembedahan, persetujuan sebelum
(HPK.6.4), 76
persetujuan umum, lingkup dan
penggunaan atas (HPK.6.3), 76
persetujuan khusus dan terpisah, daftar
pengambilan keputusan oleh orang lain
(HPK.6.2), 75-76
prosedur dan perawatan yang
membutuhkan (HPK.6.4.1), 77
prosedur dan pengobatan berisiko tinggi,
persetujuan sebelum (HPK.6.4), 76-77
proses untuk (HPK.6), 74-75
proses untuk, pemahaman tentang
(HPK.2.1), 70
kebakaran, bantuan selama (HPK.1.5), 68
kebijakan dan prosedur memandu hak pasien
dan keluarga (HPK.1), 66
kebutuhan privasi pasien (HPK.1.2), 67
kehilangan atau pencurian harta benda,
perlindungan dari (HPK.1.3), 67-68
kelalaian dan penyalahgunaan, perlindungan dari
(HPK.1.5), 68-69
kelompok pasien berisiko, perlindungan hak
(HPK.1.5), 68
kelompok rentan, perlindungan hak (HPK.1.5),
68-69
keluhan tentang pelayanan (HPK.3), 73
kepercayaan dan nilai-nilai
kerahasiaan informasi pasien (HPK.1.6), 69
kondisi medis dan diagnosis, berbagi informasi
tentang (HPK.2.1), 70
layanan resusitasi (HPK.2.3), 71-72
nilai dan kepercayaan
edukasi staf tentang peranannya dalam
melindungi (HPK.4), 73
hormat terhadap (HPK.1.1), 66-67
partisipasi dalam proses perawatan
informasi kepada pasien dan keluaga
tentang (HPK.2.1), 70
kebijakan dan prosedur untuk membantu
(HPK.2), 5, 69
pendapat kedua (HPK.2), 5, 69-70
pencurian atau kehilangan harta benda,
perlindungan dari (HPK.1.3), 67-68
penganiayaan fisik, perlindungan terhadap
(HPK.1.4), 68
penghentian pengobatan (HPK.2.2), 71
penghormatan pada (HPK.1.1), 66-67
penolakan pengobatan (HPK.2.2), 71
penelitian (klinis), pemeriksaan klinis dan uji
klinis
akses untuk, informasi bagaimana
mendapatkan (HPK.7), 77-78
alternatif (HPK.7), 77-78
informasi tentang manfaat, risiko dan
pengawasan aktivitas yang melibatkan
subjek manusia (HPK.9), 79
Indeks
(KPS.1), 234
orientasi dan edukasi
cardiac life support, kompetensi dalam
(KPS.8.1), 239-240
cardiac life support, pelatihan dalam
(KPS.8.1), 239-240
edukasi dan pelatihan di tempat kerja
(KPS.8), 239
fasilitas dan peralatan untuk edukasi dan
pelatihan (KPS.8.2), 240
karyawan kontrak, orientasi untuk (KPS.7),
238-239
kebutuhan pelatihan, identifikasi (KPS.8),
239
mahasiswa/tenaga magang, informasi
tentang (KPS.8.3), 241
mahasiswa/tenaga magang, integrasi ke
program-program rumah sakit (KPS.8.3),
241
mahasiswa/tenaga magang, orientasi tentang
(KPS.7), 238-239
mahasiswa/tenaga magang, pengawasan dari
(KPS.8.3), 241
program pelatihan profesional kesehatan
(KPS.8.3), 240
program akademis, fasilitas setting klinis
untuk (KPS.8.3), 240
pegawai baru, orientasi untuk (KPS.7),
relevansi edukasi (KPS.8), 239
sukarelawan, orientasi tentang (KPS.7), 238
teknik resusitasi, kompetensi dalam
(KPS.8.1), 239-240
teknik resusitasi, pelatihan tentang
(KPS.8.1), 239-240
waktu staf untuk belajar dan pelatihan
(KPS.8.2), 240
penyakit infeksi, staf terekspos ke (KPS.8.4), 241
praktisi pelayanan kesehatan
aktivitas perbaikan mutu, partisipasi dalam
(KPS.14), 248-249
kredensial, verifikasi, dan evaluasi dari
(KPS.15), 249-250
penilaian ulang kinerja (KPS.17), 250
tugas-tugas pekerjaan klinis (KPS.16), 250
program kesehatan dan keselamatan untuk staf
(KPS.8.4), 241
rekrutmen dan pengangkatan staf KPS.2), 237
staf medis
evaluasi praktik (KPS.11), 245-246
Indeks
pembatalan (HPK.7; HPK.7.1), 77-78
penolakan berpartisipasi dalam (HPK.7), 77
persetujuan, dokumentasi dari (HPK.8),
78-79
perlindungan pada pasien yang
berpartisipasi dalam (HPK.7.1), 78
persetujuan untuk berperan serta dalam
(HPK.7.1; HPK.8) 77-78
protokol, penilaian ulang atas (HPK.7.1),
78
penyalahgunaan dan kelalaian, perlindungan
bagi pasien terhadap (HPK.1.5), 68-69
perawatan di akhir hayat, penuh penghormatan
dan kasih sayang (HPK.2.5), 72
perawatan memperpanjang kehidupan
(HPK.2.3), 71-72
perlindungan akan hak (HPK.1), 66
perubahan pada, 5
pernyataan tertulis mengenai hak dan tanggung
jawab, 74
undang-undang dan peraturan dan hak pasien
dan keluarga (HPK.1), 66
Standar Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
arsip kepegawaian (KPS.5), 237
daftar standar, 231-233
diskripsi pekerjaan (KPS.1.1), 234-235
kompetensi dan kualifikasi
arsip kepegawaian (KPS.5), 237
cardiac life support, kompetensi dalam
(KPS.8.1), 239-240
definisi untuk semua anggota staf (KPS.1),
234
diskripsi pekerjaan (KPS.1.1), 234-235
gambaran umum 231
imunisasi dan vaksinasi (KPS.8.4), 241
kriteria posisi staf KPS1), 234
staf klinis, evaluasi awal (KPS.3), 236
staf klinis, evaluasi kinerja (KPS.3), 236
staf nonklinis, evaluasi awal (KPS.4), 236
staf nonklinis, evaluasi kinerja (KPS.4), 236
rekrutmen dan pengangkatan staf KPS.2),
235
rencana kepegawaian, pengembangan
(KPS.6), 237
rencana kepegawaian, penilaian ulang dan
pembaruan (KPS.6.1), 237-238
teknik resusitasi, kompetensi dalam
(KPS.8.1), 239-240
undang-undang dan peraturan, pemenuhan
309
Indeks
310
hak istimewa, pemberian (KPS.10),
244-245
hak istimewa, penetapan ulang (KPS.10),
245
laporan berkas kredensial dan pembaruan
izin untuk memberikan perawatan
(KPS.9.1) 242-244
proses kredensial (KPS.9), 242-245
verifikasi kredensial (KPS.9), 242
staf perawatan
aktivitas perbaikan mutu, partisipasi dalam
(KPS.14), 248-249
kredensial, verifikasi dan evaluasi (KPS.12),
247
pekerjaan keperawatan klinis (KPS.13), 248
penilaian ulang kinerja (KPS.14), 248-249
vaksinasi dan imunisasi (KPS.8.4), 241
Standar Manajemen dan Penggunaan Obat-obatan
(MPO), 135
daftar standar, 135-136
gambaran umum, 135
obat-obatan yang dibawa oleh pasien (MPO.3;
MPO.6.2), 141, 147
pemberian
obat yang dibawa sendiri oleh pasien
(MPO.6.2), 147
pemberian yang aman (MPO.6.1), 146
pemberian obat yang dibawa sendiri oleh
pasien (MPO.6.2), 147
proses verifikasi (MPO.6.1), 146
pemilihan dan perolehan
daftar obat (formularium) (MPO.2), 138
kehilangan dan pencurian obat, pencegahan
atas (MPO.2.1), 139
kekurangan dan penggantian obat
(MPO.2), 138
ketersediaan obat setelah tutup jam normal
farmasi (MPO.2.2), 139
ketersediaan obat yang tidak ada dalam
persediaan atau tidak biasa tersedia
(MPO.2.2), 139
pengawasan terhadap daftar obat
(MPO.2.1), 139
penilaian ulang daftar obat (MPO.2.1), 139
permintaan dan penyalinan resep
catatan klinis pasien, informasi dalam
(MPO.4.3), 144
daftar obat terkini pada catatan pasien
(MPO.4), 6, 142
kebijakan dan prosedur untuk (MPO.4),
6, 142
obat (MPO.4), 6, 142
perbandingan permintaan awal dengan
daftar permintaan atau resep, elemen dari
(MPO.4.1), 142-143
resep dan permintaan yang tidak terbaca
(MPO.4), 6, 142
pengawasan
efek samping obat, pemantauan dan
dokumentasi atas (MPO.7), 147
kebijakan untuk (MPO.7), 147-148
kesalahan obat, KNC, pelaporan dari
(MPO.7.1), 148
pengawasan farmasi (MPO.1.1), 138
penyiapan dan pengeluaran
produk-produk steril yang dicampur
(MPO.5), 144
sistem pengeluaran dan penyaluran
(MPO.5.2), 145-146
penilaian ulang permintaan dan resep
(MPO.5), 144
(MPO.5.1), 145 penyiapan yang aman
undang-undang dan peraturan, sesuai
dengan (MPO.5.), 144
penyimpanan
elektrolit konsentrat, 140
obat-obatan darurat (MPO.3.2), 141
obat investigasional, penyimpanan
(MPO.3.1), 141
obat kadaluarsa (MPO.3.3), 141
obat mengandung bahan radioaktif,
penyimpanan (MPO.3.1), 141
obat sampel, penyimpanan (MPO.3.1), 141
obat yang dibawa oleh pasien (MPO.3.1),
141
pemberian label obat dan bahan-bahan
kimia (MPO.3), 140
penyimpanan aman dan semestinya
(MPO.3), 140
produk nutrisi, penyimpanan (MPO.3.1),
141
sistem penarikan kembali obat (MPO.3.3),
141
zat-zat dikendalikan, penyimpanan dan
skoring atas (MPO.3), 140
perubahan pada, 6
rumah sakit dan pengelolaan
kebijakan dalam penggunaan obat
Indeks
(MKF.3), 217
fasilitas peralatan non-rumah sakit
berbahaya, sesuai dengan (MKF.5),
219-220
program keselamatan dan keamanan, sesuai
dengan (MKF.4), 218
program penanganan asap dan kebakaran,
sesuai dengan (MKF.7), 221
rencana kesiapan menghadapi bencana,
rencana untuk bahan dan limbah
sesuai dengan (MKF.6.1), 220-221
gambaran umum, 213
informasi tidak akurat, 15
inspeksi fasilitas, undang-undang dan peraturan,
sesuai dengan (MKF.1), 216
keamanan kebakaran
evakuasi dari fasilitas (MKF.7.2), 221-222
deteksi dan sistem pengendalian, inspeksi
dan pengujian atas (MKF.7.2), 221-223
jalan keluar dari fasilitas (MKF.7.1),
221-222
kebijakan merokok (MKF.7.3), 223
latihan staf untuk (MKF.7.2), 222-223
perencanaan dan pelaksanaan (MKF.7),
221-222
program penanganan asap dan kebakaran,
sesuai dengan (MKF.7), 221
rencana tertulis untuk mengelola risiko
lingkungan (MKF.2), 216-217
risiko penanganan kebakaran, pengurangan
terhadap (MKF.7.1), 221
staf yang bertugas untuk (MKF.7.2),
222-223
kesiapan terhadap bencana dan pengelolaan
darurat
rencana kesiapan menghadapi bencana,
penyusunan dan pelaksanaan (MKF.6),
220
rencana kesiapan menghadapi bencana,
pengujian terhadap (MKF.6.1), 220-221
rencana tertulis untuk mengelola risiko
lingkungan (MKF.2), 216-217
keselamatan dan keamanan
inspeksi fasilitas (MKF.4.1), 219
konstruksi, pengelolaan risiko selama
(MKF.4), 218
peningkatan atau penggantian sistem,
bangunan atau komponen (MKF.4.2),
218
Indeks
(MPO.1), 137
penilaian ulang dalam sistem pengelolaan
obat (MPO.1), 137
undang-undang dan peraturan, sesuai
dengan (MPO.1), 137
Standar pengelolaan Fasilitas dan Keselamatan
kesiapan terhadap bencana dan pengelolaan darurat
biaya
biaya akreditasi tiga tahunan, 17
biaya awal akreditasi, 17
biaya pembatalan, 17
biaya penundaan, 17
biaya perjalanan, 18
dasar untuk, 16
faktur, 17-18
pembayaran dari, 17, 18
penundaan dalam penyerahan pembayaran,
18
survei terfokus, 16, 17, 18
survei validasi, 21
di luar wilayah perawatan pasien (MKF.7.3),
223
edukasi staf
kesiapan bencana, staf berperan dalam
(MKF.11.1), 227-228
keamanan kebakaran, staf berperan dalam
(MKF.11.1), 227-228
pengelolaan pembuangan limbah dan bahan
berbahaya, staf berperan dalam
(MKF.11.1), 227-228
operasi peralatan medis, staf berperan
dalam (MKF.11.2), 228
penanganan dan penyimpanan gas medis,
staf berperan dalam (MKF.11.1), 228
fasilitas yang aman dan efektif, peran staf
dalam (MKF.11.), 227
fasilitas yang aman dan efektif, pengujian
untuk peran staf dalam (MKF.11.3),
227-228
keamanan dan keselamatan, peran staf
dalam (MKF11.1), 228
operasi sistem utilitas, staf berperan dalam
(MKF.11.2), 228
fasilitas
individu yang terlibat untuk (MKF.3), 218
pemantauan atas (MKF.3.1), 217
pengawasan dan pengarahan program
(MKF.3.1), 217
pengumpulan data untuk perbaikan
311
Indeks
312
pencegahan cedera (MKF.4), 218-219
program untuk menciptakan keamanan dan
keselamatan lingkungan, 219
Rencana Perbaikan Fasilitas, 219
rencana tertulis untuk mengelola risiko
lingkungan (MKF.2), 216-217
renovasi, pengelolaan risiko selama
(MKF.4), 218
tanda pengenal (MKF.4), 219
undang-undang dan peraturan, sesuai
dengan (MKF.4.2), 210
wilayah berisiko terhadap keamanan,
pemantauan (MKF.4), 218-219
limbah dan bahan berbahaya
inventarisasi bahan (MKF.5), 219-220
izin, lisensi, sertifikat, atau persyaratan
lainnya (MKF.5), 219-220
pemberian label terhadap (MKF.5), 219
pembuangan (MKF.5), 219-220
penanganan, penyimpanan dan
penggunaan, rencana (MKF.5),
219-220
peralatan pelindung dan prosedur (MKF.5),
219-220
rencana tertulis untuk mengelola risiko
lingkungan (MKF.2), 216-217
perlengkapan medis
inspeksi (MKF.8.1), 224
inventarisasi (MKF.8), 224
pemeliharaan (MKF.8), 224
penarikan kembali peralatan (MKF.8.2),
224
pengujian (MKF.8), 224
pengumpulan data untuk merencanakan
peningkatan dan penggantian peralatan
(MKF.8.1), 223-224
program pengelolaan (MKF.8), 224
program pengelolaan risiko lingkungan/
rencana tertulis untuk mengelola risiko
lingkungan (MKF.2), 216-217
unit-unit nonmedis dalam fasilitas (MKF),
214
risiko terjatuh, pengurangan akan SIKP.6), 42
sistem utilitas
air minum, ketersediaan (MKF.9),
224-225
air minum, sumber alternatif dari
(MKF.9.1), 225
air, pengawasan mutu (MKF.10.1),
226-227
air untuk dialisis, uji terhadap (MKF.10.1),
226-227
inspeksi, uji dan pemeliharaan terhadap
(MKF.10), 226-227
kumpulan data untuk memantau sistem
(MKF.10.2), 226-227
rencana tertulis untuk mengelola risiko
lingkungan (MKF.2), 216-217
standar tertulis, 214-215
tenaga listrik, ketersediaan (MKF.9),
224-225
tenaga listrik, sumber alternatif (MKF.9.1),
225
Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI),
179
cuci tangan atau disinfeksi tangan (PPI.9), 190
daftar standar, 179-180
data pengukuran
infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
(PPI.10.1), 190
instansi kesehatan masyarakat, laporan ke
(PPI.10.6), 190
penyampaian hasil pengukuran kepada staf
dan pemimpin (PPI.10.5), 190-191
perbandingan dengan data luar (PPI.10.4),
190-191
rancangan baru atau modifikasi proses
(PPI.10.3), 190
ukuran pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI.10.2), 190-191
gambaran umum, 179
infeksi berkaitan dengan perawatan kesehatan
mengurangi (PPI.5), 184
risiko, angka dan tren, penelusuran
(PPI.10.1), 190
infeksi lokasi pembedahan (PPI.6), 185
infeksi peralatan invasif intravaskular (PPI.6),
185
infeksi resistensi terhadap banyak jenis obat
(PPI.6), 185
infeksi saluran kencing (PPI.6), 185
infeksi saluran pernapasan (PPI.6), 185
infeksi yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan, mengurangi (PPI.5), 184
integrasi dengan perbaikan mutu dan
keselamatan pasien (PPI.10), 190
layanan sterilisasi pusat (PPI.7.1), 186
mutu udara dan pencegahan dan pengendalian
Indeks
sumber daya untuk (PPI.4), 183
undang-undang dan peraturan, sesuai
dengan (PPI.3), 183
wilayah kamar mayat dan postmortem
(PPI.7.2), 187
wilayah pengunjung yang termasuk dalam
(PPI.5.1), 185
wilayah perawatan pasien termasuk dalam
(PPI.5.1), 185
wilayah staf yang termasuk dalam (PPI.5.1),
185
prosedur disinfeksi permukaan tubuh (PPI.9),
190
prosedur isolasi (PPI.8), 189
masker (PPI.9), 189
sarung tangan (PPI.9), 189
teknik pelindung (PPI.9), 189
Standar Asesmen Pasien (AP), 83-107
analisis bersama terhadap temuan asesmen
(AP.4), 95
analisis temuan asesmen (AP.4), 95
anestesi, asesmen medis awal untuk (AP.1.5.1),
90
asesmen awal
asesmen khusus, penentuan kebutuhan
akan (AP.1.10), 93
evaluasi termasuk seluruhnya (AP.1.2), 87
kurun waktu penyelesaian (AP.1.4.1), 89
rencana pemulangan, identifikasi kebutuhan
dan proses perencanaan (AP.1.11), 93
asesmen ekonomi (AP.1.2), 87
asesmen keperawatan
dokumentasi temuan asesmen (AP.1.5),
89-90
individu berkualifikasi melaksanakan
asesmen (AP.3), 94
kebutuhan layanan keperawatan, identifikasi
dan dokumentasi (AP.1.3), 87-88
pasien keadaan darurat (AP.1.3.1), 87
asesmen khusus, penentuan kebutuhan akan
(AP.1.10), 93
asesmen lama yang diubah (AP.1.4.1), 89
asesmen medis
anestesi, asesmen awal untuk (AP.1.5.1), 90
asesmen lama yang diperbaharui (AP.1.4.1),
89
dokumentasi temuan asesmen (AP.1.5;
AP.1.5.1), 89-90
kebutuhan medis, identifikasi dan
Indeks
313
Indeks
314
dokumentasi dari (AP.1.3), 88
kurun waktu penyelesaian dari (AP.1.4.1), 89
pasien keadaan darurat (AP.1.3.1), 87
pembedahan, asesmen awal untuk
(AP1.5.1), 90
asesmen psikologis (AP.1. 2), 87
asesmen selesai di luar rumah sakit (AP.1.4), 88
asesmen status gizi (AP.1.6), 90
hasil asesmen, informasi pasien tentang
(AP.4.1), 95
asesmen sosial (AP.1.2), 87
asesmen ulang (AP.2), 93
berdasarkan asesmen (AP.4.1), 95
daftar standar, 83-85
diagnosis, kondisi medis, kerja sama informasi
(AP.4.1), 95
dokumentasi asesmen ulang (AP.2), 93
dokumentasi temuan asesmen (AP1.5; AP1.5.1),
89-90
gambaran umum, 83
isi asesmen, minimum (AP.1.1), 86-87
jenis pasien khusus (AP.1.8), 91-92
kualifikasi individu yang melaksanakan asesmen
(AP.1.1; AP.3), 86,94
kurun waktu penyelesaian (AP.1.4.1), 89
kurun waktu untuk penyelesaian asesmen
(AP.1.4; AP.1.4.1), 88-89
layanan laboratorium
data pengendalian mutu dari sumber luar,
penilaian ulang atas (AP.5.10), 101
film sinar X-ray dan perlengkapan lainnya,
ketersediaan dan pengelolaan (AP.6.6),
105
hasil kritis pengujian diagnostik (AP.5.3.1),
6, 97
hasil uji, laporan tepat waktu (AP.5.3), 97
hubungan antara dokter dengan sumber
luar layanan laboratorium (AP.5), 95-96
hubungan antara dokter dan sumber luar
hasil, laporan tepat waktu tentang
(AP.6.4), 104
individu berkualifikasi yg bertanggung
jawab arah dan pengawasan terhadap
(AP.5.8), 100
ketersediaan (AP.5.8), 100
kualifikasi staf laboratorium (AP.5.2), 97
layanan laboratorium darurat (AP.5), 95-96
mengumpulkan dan menangani spesimen
(AP.5.6), 99
pakar bidang diagnostik khusus (AP.5.11),
102
pengawas laboratorium (AP.5.8), 100
pengujian darurat, laporan hasil tepat
waktu (AP.5.3), 97
pengujian darurat, laporan hasil tepat
waktu (AP.6.4), 104
program keamanan radiasi (AP.6.2), 103
program pengelolaan keamanan (AP.6.2),
103
program pengelolaan keselamatan (AP.5.1),
96
program pengelolaan peralatan (AP.5.4), 98
program pengendalian mutu (AP.5.9), 101
program uji keahlian (AP.5.9.1), 101
prosedur keselamatan dan praktik, orientasi
staf dan pelatihan dari (AP.5.1), 96
prosedur keselamatan dan praktik, orientasi
dan edukasi staf untuk (AP.6.2), 103
reagen dan perlengkapan, ketersediaan dan
pengelolaan dari (AP.5.5), 99
rentang referensi (AP.5.7), 100
sumber luar layanan laboratorium (AP.5),
95-96
staf pengawas (AP.6.3), 104
tingkatan staf (AP.5.2), 97
tingkatan staf (AP.6.3), 104
staf pengawas (AP.5.2), 97
layanan radiologi dan pencitraan diagnostik
AP.6.1), 102
data pengendalian mutu dari sumber luar,
penilaian ulang atas (AP.6.9), 107
individu berkualifikasi untuk bertanggung
jawab pada pengarahan dan pengawasan
(AP.6.7), 106
ketersediaan akan (AP.6), 102
layanan radiologi dan pencitraan diagnostik
keadaan darurat (AP.6), 103
hasil pemantauan darurat, laporan tepat
waktu (AP.6.4), 104
pakar bidang diagnostik khusus (AP.6.10),
107
pengelola layanan radiologi dan pencitraan
diagnostik (AP.6.7), 106
program pengelolaan peralatan (AP.6.5),
105
program pengendalian mutu (AP.6.8),
106-107
staf berkualifikasi pada layanan radiologi
Indeks
Indeks
dan pencitraan diagnostik (AP.6.3), 104
sumber luar layanan radiologi dan
pencitraan diagnostik (AP.6.1), 102
menentukan prioritas kebutuhan pasien
pasien berkebutuhan khusus, proses asesmen
untuk (AP.1.8), 91-92
pasien darurat
asesmen medis dan keperawatan
(AP.1.3.1.), 87-88
individu yang memenuhi kualifikasi
melakukan asesmen (AP.3), 94
operasi pembedahan, catatan dan diagnosis
praoperasi sebelum (AP.1.3.1), 88
pasien menjelang ajal, asesmen dan asesmen
ulang (AP.1.9), 92-93
pembedahan, asesmen medis sebelum (AP.1.5.1),
90
pemeriksaan dan asesmen rasa nyeri (AP.1.7), 91
pemeriksaan kebutuhan fungsional (AP.1.6.), 90
perubahan pada, 6
proses asesmen (AP.1), 86
proses asesmen, modifikasi untuk kelompok
rencana pemulangan, identifikasi kebutuhan
dan proses perencanaan (AP1.11), 93
rencana perawatan dan pengobatan, kerja sama
informasi (AP.4.1), 95
riwayat kesehatan dan fisik (AP.1.2), 87
Standar edukasi pasien dan keluarga
asesmen kebutuhan edukasi (PPKP.2), 154
asesmen kemampuan dan kemauan untuk belajar
(PPKP.2.1), 154
daftar standar, 151-152
gambaran umum, 151
informasi verbal (PPKP.5), 156
kebutuhan yang sedang berjalan terkait kesehatan,
edukasi dan pelatihan untuk mencapai sasaran
(PPKP.3), 154-155
kecakapan komunikasi untuk memberikan
edukasi (PPKP.6), 156
materi tertulis (PPKP.5), 156
metode edukasi (PPKP.5), 156
pemahaman di pihak pasien dan keluarga,
verifikasi atas (PPKP.5), 156
rencana edukasi (PPKP.1), 153
struktur dan mekanisme untuk edukasi
(PPKP.1), 153
sumber daya, edukasi, dan pelatihan (PPKP.3),
155
topik (PPKP.4), 155
315
Indeks
316
anak-anak dan bayi (PP.3.8), 116, 118
darah atau produk darah, pemakaian dan
administrasi (PP.3.3), 116-117
kelompok pasien berisiko (PP.3.1 sampai
PP.3.9), 117-118
layanan resusitasi (PP.3.2), 116-117
pasien dalam keadaan koma (PP.3.4), 117
pasien dengan keterbatasan (PP.3.8), 116
pasien keadaan darurat (PP.3.1), 116-117
pasien lanjut usia (PP.3.8), 116, 118
pasien menjalani dialisis (PP.3.6), 116-117
pasien menjalani kemoterapi (PP.3.9), 118
pasien yang menderita penurunan sistem
kekebalan tubuh (PP.3.5), 116-117
pengobatan berisiko tinggi (PP.3.9), 116,
118
penggunaan alat pengekang (PP.3.7), 116,
118
penyakit menular (PP.3.5), 116-117
perawatan dipandu oleh (PP.3), 115
perawatan menggunakan alat bantu
kehidupan (PP.3.4), 116-117
pedoman klinis dan alur klinis, 117
perawatan di menjelang ajal
kebutuhan emosional pasien dan keluarga
(PP.7.1), 121
kebutuhan spiritual atau agama pasien dan
keluarga (PP.7.1), 121 makanan dan gizi
kenyamanan dan martabat (PP.7; PP.7.1),
120-121
manajemen nyeri (PP.7.1), 121
partisipasi dalam mengambil keputusan
perawatan (PP.7.1), 121 kebutuhan psiko-
sosial pasien dan keluarga (PP.7.1), 121
perawatan yang tepat (PP.7.1), 120-121
pertimbangan budaya (PP.7.1), 112-113
pesan perawatan dan pengobatan
dokumentasi dari (PP.2.2), 114
perintah lisan dan tertulis (PP.2.2), 114
wewenang untuk menulis (PP.2.2), 114
Standar Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien
(PMKP)
analisis data
analisis tren yang tidak diinginkan dan
variasi (PMKP.7), 174
anestesi, analisis efek samping obat
(PMKP.7), 175
diagnosis pra dan pascabedah, analisis
perbedaan antara (PMKP.7), 175
efek samping obat, analisis (PMKP.7),
174-175
frekuensi (PMKP.4.1), 172
Kejadian Nyaris Cedera (PMKP.8), 175
kumpulan dan analisis data pengukuran
(PMKP.4), 171
kejadian sentinel (PMKP.6), 174
perbandingan selama (PMKP.4.2), 172
penyakit infeksi dan menular, analisis
berjangkitnya (PMKP.7), 175
reaksi transfusi, analisis terhadap
(PMKP.7), 175
daftar standar, 162-163
gambaran umum, 161
kejadian nyaris cedera, proses mengidentifikasi
dan pengelolaan (PMKP.8), 175
kejadian sentinel, proses identifikasi dan
mengelola (PMKP.6), 6, 174
pasien
kolaborasi untuk melakukan (PMKP.1.1),
164-165
komunikasi dengan staf tentang
(PMKP.1.4), 166
koordinasi antarsemua unit rumah sakit
(PMKP.1.1), 164-165
perbaikan (PMKP.1), 164
partisipasi seluruh rumah sakit dalam
(PMKP.1.1), 165
pengawasan (PMKP.1), 165
perbaikan mutu, menentukan (PMKP.1.2),
165
prioritas kegiatan pengukuran dan
pelatihan staf untuk partisipasi dalam
(PMKP.1.5), 166
teknologi dan dukungan lain untuk
(PMKP.1.3), 165
perbaikan dalam mutu dan keselamatan
pencapaian dan keberlanjutan (PMKP.9),
175-176
data dikumpulkan tentang (PMKP.10), 176
proses berisiko tinggi, desain ulang
(PMKP.11), 6, 176-177
identifikasi wilayah dari (PMKP.9), 176
perubahan kebijakan untuk
mempertahankan (PMKP.10), 176
wilayah prioritas untuk (PMKP.10), 176
pengelolaan risiko, pendekatan proaktif
untuk (PMKP.11), 6, 176-177
pemilihan dan pengumpulan data pengukuran
Indeks
kebutuhan ruang dan rekomendasi
(TKKA.5.2), 207
kebutuhan sumber daya dan rekomendasi
(TKKA.5.2), 207
kebutuhan staf dan rekomendasi
(TKKA.5.2), 207
kegiatan pengukuran mutu (TKKA.5.5),
209
kekurangan sumber daya (TKKA.5.2), 207
program pengendalian mutu, implementasi
dari (TKKA.5.5), 208-209
layanan yang diberikan oleh departemen,
staf, orientasi dan program pelatihan untuk
(TKKA.5.4), 208
staf profesional, edukasi, keahlian dan
pengalaman dari (TKKA.5.3), 208
daftar standar, 196-197
etika
biaya layanan (TKKA.6.1), 209
dilema etik dan pembuatan keputusan
(TKKA6.2), 209
kebijakan penerimaan, pemindahan dan
pemulangan (TKKA.6.1), 209
kerangka untuk pengelolaan etika
(TKKA.6).1), 210
konflik profesional dan bisnis (TKKA.6.1),
209
gambaran umum, 195
pemasaran layanan (TKKA.6.1), 209
kepemilikan rumah sakit, pemberitahuan
atas (TKKA.6.1), 210
konflik bisnis dan profesional (TKKA.6.1),
209
pelaporan atas persoalan etika dan undang-
undang (TKKA.6.2), 210
tata kelola rumah sakit
anggaran, modal dan kegiatan (TKKA.1.3),
198-199
alokasi sumber daya untuk mencapai misi
rumah sakit (TKKA.1.3), 198-199
dokumen tertulis menggambarkan struktur
tata kelola, 198
evaluasi mutu tata kelola (TKKA.1), 198
kebijakan dan prosedur, persetujuan atas
(TKKA.1.2), 198
manajer senior atau kepala, penunjukan
(TKKA.1.4), 198
manajer senior atau direktur, evaluasi
kinerja (TKKA.1.4), 199
Indeks
317
Indeks
318
misi rumah sakit (TKKA.1.1), 199
pasien, pelaporan atas (TKKA.1.5),
199-200
peraturan, kebijakan dan prosedur
(TKKA.1), 198
program perbaikan mutu dan keselamatan
pasien, persetujuan atas (TKKA.1.5), 198
kepemimpinan rumah sakit
kebutuhan layanan kesehatan masyarakat,
rencana yang ingin dicapai (TKKA.3.1),
201
kesempatan meneruskan edukasi lanjutan
(TKKA.3.5), 205
pemberian mandat (kredensial), dan proses
pemberian hak istimewa untuk
(TKKA.3.3.2), 204
peralatan, rekomendasi terhadap
dan pemakaian yang direkomendasikan
(TKKA.3.2.1), 202 praktisi mandiri,
perawatan dan layanan, jenis yang
ditentukan oleh rumah sakit (TKKA.3.2),
202
perawatan dan layanan kontrak,
akuntabilitas terhadap (TKKA.3.3), 203
perawatan dan layanan kontrak, perbaikan
kualitas dan program keselamatan pasien
(TKKA.3.3.1), 6, 203
peralatan, rekomendasi terhadap
dan pemakaian yang direkomendasikan
(TKKA.3.2.1), 202 praktisi mandiri,
manajer senior dan kepala, identifikasi atas
(TKKA.3), 201
manajer senior dan direktur, misi rumah
sakit dan (TKKA.3), 201
perlengkapan, rekomendasi atas dan
pemakaian atas yang direkomendasikan
(TKKA.3.2.1), 202
perbaikan kualitas dan keselamatan pasien,
edukasi atas (TKKA.3.4), 204
perbaikan kualitas dan proses keselamatan
pasien, 204 peran serta dalam (TKKA.3.4),
204
rekrutmen dan retensi staf (TKKA.3.5),
205
praktisi mandiri, pemberian mandat (kredensial),
dan proses pemberian hak istimewa untuk
(TKKA.3.3.2), 205
kesempatan pengembangan pribadi
(TKKA.3.5), 205
kinerja profesional, ukuran dari
(TKKA.3.4), 205
misi rumah sakit, definisi dari (TKKA.3),
200
misi rumah sakit, tanggung jawab untuk
dilaksanakan (TKKA.3), 201
misi rumah sakit, jenis perawatan dan
layanan yang ditawarkan dan
(TKKA.3.2), 202
pemberian obat, rekomendasi atas dan
pemakaian yang direkomendasikan
(TKKA.3.2.1), 202
praktisi mandiri, kredensial dari
(TKKA.3.3.2), 204
praktisi mandiri, mutu layanan dari
(TKKA.3.3.2), 204
struktur rumah sakit dan proses untuk
melaksanakan tanggung jawab (TKKA.4),
209
Status akreditasi
biaya akreditasi tiga tahunan dan, 30
ketersediaan informasi tentang, 22-23, 25
perubahan dalam struktur, kepemilikan atau
layanan rumah sakit dan, 13, 15, 21
survei terfokus dan, 19-21
Kebijakan tentang Keakuratan dan Kebenaran
Informasi dan, 15
pembayaran biaya dan, 17
pemenuhan standar, 32
salah penafsiran terhadap, 26
survei validasi dan, 21
Subkomite Standar Internasional, 3
Sumber daya
alokasi sumber daya untuk mencapai misi
rumah sakit (TKKA.1.3), 198
kebutuhan dan rekomendasi (TKKA.5.2), 207
kekurangan akan (TKKA.5.2), 207
teknologi dan pendukung lain untuk program
perbaikan mutu dan keselamatan pasien
(PMKP.1.3), 165-166
pengelolaan selama bencana dan keadaan darurat
(MKF.6), 220
untuk pelatihan dan edukasi pasien (PPKP.3),
154-155
untuk program pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI.4), 183
Sumber daya penelitian (MKI.21), 269
Surat Keterangan Akreditasi, 4
Survei diperpanjang, 21
Indeks
Indeks
Survei terfokus
biaya untuk, 16, 17, 19
kebijakan atas, 19
perubahan rumah sakit dan, 26
rentang waku dari, 19
survei terfokus tindak-lanjut, 19, 20
survei terfokus mencari-sebab, 20
tujuan dari, 19
Survei terfokus mencari-sebab, 20
Survei terfokus tindak lanjut, 19, 20
Survei validasi, 16, 21
Survei, akreditasi di lapangan. Lihat juga Laporan
Temuan Survei Resmi
agenda, 2, 13, 14
aktivitas khas rumah sakit, 2, 12
ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan,
identifikasi selama survei, 19, 21-22
hasil, 12
Jadwal waktu proses akreditasi, 13
kejadian sentinel, identifikasi selama proses
survei, 28
lama waktu, 16, 21
metodologi traser, 18
pelatihan pelaku survei selama, 19
pembatalan, 14, 16, 17
pemantauan proses survei, 19
penjadwalan, 13, 14, 30
penundaan, 14, 16, 17
permintaan untuk Survei ulang, 30
persyaratan pelaporan antar-survei, 21, 24, 26
perubahan struktur organisasi, kepemilikan, atau
layanan rumah sakit dan, 13, 15
proses, 18-24
rapat pimpinan, 19
ruang lingkup, 12
survei perluasan, 21
survei terfokus
survei terfokus mencari-sebab, 20
perubahan pada rumah sakit dan, 26
biaya, 16, 17, 19
survei terfokus tindak-lanjut, 19, 20
Indeks 320
lama waktu, 19
kebijakan, 19
tujuan dari, 19
survei validasi, 16, 21
tanggal untuk, 14
tujuan, 12
T
U
Uji dan Hasil uji. Lihat Layanan laboratorium
Uji dan pengujian. Lihat Layanan laboratorium
Uji klinis. Lihat penelitian klinis,investigasi klinis, dan
uji klinis
Undang-undang dan peraturan
asesmen pasien, kualifikasi individu pelaksana
(AP.1.1; AP.3), 86, 94
hak pasien dan keluarga dan, 64-65
inspeksi fasilitas, undang-undang dan peraturan,
sesuai dengan (MKF.1), 216
Kebijakan tentang status Akreditasi Berisiko
Ditolak, 23-24
keamanan makanan dan (PP.4.1), 119
kerahasiaan informasi pasien (HPK.1.6), 69
keselamatan dan keamanan dan sesuai dengan
(MKF.4.2), 218
keseragaman proses dan pemberian perawatan
dan (PP.I), 112
kualifikasi staf dan kompetensi, sesuai dengan
(KPS.1), 234
layanan radiologi dan pencitraan diagnostik
(AP.6), 102
layanan laboratorium (AP.5), 95-96
layanan memperpanjang denyut kehidupan
(HPK.2.3), 71-72
layanan resusitatif (HPK.2.3), 71-72
layanan transportasi (APKP.5), 59-60
manajemen dan penggunaan obat-obatan, sesuai
319
Indeks
V
Vaksinasi dan imunisasasi (KPS.8.4), 241
Ventilasi
filtrasi HEPA (PPI.8), 189
infeksi lewat udara dan pencegahan (PPI.8), 189
inspeksi, pengujian, dan sistem pemeliharaan
(MKF.10), 226-227
pengendalian mekanis dan teknis serta (PPI.7.4),
188
ruang tekanan negatif (PPI.8), 189
320
W
Wilayah di luar perawatan pasien (MKF.7.3), 223
Wilayah kamar mayat dan postmortem (PPI.7.2), 173
Wilayah pengunjung, program pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI.5.1), 180
Wilayah perawatan pasien, program pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI.5.1), 185
X
Y
Z